Anda di halaman 1dari 17

PENGUKURAN CVP

A. Pengertian
Cairan merupakan bagian terbesar dalam bagian tubuh, yang salah satu perannya adalah untuk
membantu metabolisme tubuh. Agar metabolisme tubuh dapat berjalan baik dibutuhkan input cairan
setiap hari untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Hilangnya cairan pada individu dapat disebabkan
karena beberapa hal termasuk keadaan patologis pada individu (gagal ginjal, ARF, gagal jantung, shock,dll),
perbedaan suhu yang ekstrim, serta perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami
dehidrasi.
Pengukuran keseimbangan cairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya pengukuran
melalui vena sentral. Tekanan vena central (central venous pressure) mencerminkan tekanan pengisian
atrium kanan atau pre-load ventrikel kanan dan bergantung pada volume darah, tonus vascular, dan fungsi
jantung sebagai pompa (Druding, 2000 dan Woodrow, 2002 dalam Jevons & Ewens, 2009). Tekanan vena
central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.
Pengukuran melalui vena sentral dapat menggunakan manometer atau tranduser.Sistem tranduser
memungkinkan pembacaan secara kontinyu yang ditampilkan di monitor.Sistem manometer
memungkinkan pembacaan intermitten dan kurang akurat dibandingkan sistem tranduser (Gwinnutt, 2006
dalam Jevons & Ewens, 2009). Nilai CVP normal 5-10 mmHg mid axilla dan 7-14 cmH 2O mid axilla
(Woodrow, 2002 dalam Jevons & Ewens, 2009). Hasil pembacaan yang rendah biasanya menunjukan
hipovolemia, sedangkan hasil pembacaan yang tinggi memiliki berbagai penyebab meliputi hipervolemia,
gagal jantung, dan embolisme paru (Jevons & Ewens, 2009).
B. Tujuan pemasangan CVC (central venous catheter)
1. Sebagai pedoman untuk menggetahui penggantian cairan pada klien dengan kondisi penyakit yang
serius/ kritis
2. Memperkirakan kekurangan volume darah
3. Menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral
4. Mengevaluasi kegagalan sirkulasi.

C. Fungsi CVC
1. Mengetahui banyaknya jumlah cairan dalam tubuh klien
2. Sebagai tempat pengambilan darah vena
3. Untuk memberikan cairan infus/parentral
4. Tempat memberikan therapic/ intra vena

D. Indikasi
1. Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
2. Pengukuran oksigenasi vena sentral.
3. Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang perlu
pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
4. Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.
5. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok.
6. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.
7. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
8. Pasien dengan gagal jantung.
9. Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif).
10. Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel
11. Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat – obat vasoaktif jika alat monitor invasif lain tidak
ada.
12. Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam vena perifer (caustic), seperti: calcium
chloride, chemotherapy ,hypertonic saline, potassium chloride, amiodarone

E. Kontra indikasi dan kewaspadaan


1. Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark/gagal ventrikel kanan,
meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan hipertensi pulmonal. Hasil pengukuran
CVP, menunjukkan peningkatan false (salah) jika pada kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi
tekanan positif.
2. Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil tidak akurat
3. Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat obat dan syok dari berbagai
penyebab.
F. Area pemasangan CVC

1. Vena Subklavia
2. Vena Jugularis
3. Vena Basilika media
4. Vena Femoralis (Stillwell, 2011)

G. Persiapan Alat
1. Set CVP (Satu lumen, Dua lumen, Tiga lumen, Empat lumen)
2. Manometer
3. Set ganti balutan/ set vena seksi
4. Set infus dan cairan yang akan dipakai
5. Three Way/stopcock 3-4 buah (transduser tekanan mungkin akan digunakan)
6. Plester
7. Monitoring EKG
8. Waterpass
9. Betadine

H. Prosedur
Untuk merekam CVP kateter intravena yang panjang dipasang pada vena lengan, vena kaki, atau
vena subklavia dan diurutkan pada posisi vena kava didekat atrium kanan. Kadang – kadang, kateter dapat
masuk meluas ke atrium kanan, yang tandai oleh fluktuasi berirama pada tekanan manometer yang
berhubungan dengan denyut jantung pasien.Pada situasi ini, kateter dapat dengan mudah ditarik ke titik
dimana pulsasi berhenti.

Sebuah manometer dengan stopkok tiga jalur dipasangkan diantara sumber cairan dan kateter
intravena pasien. Pada cara ini, tiga system terpisah dapat dibuat melalui manipulasi stopkok Sistem I
menghubungkan sumber cairan dengan pasien dan dapat digunakan untuk pemberian cairan intravena
atau sebagai jalan untuk menjaga system tetap paten. Sistem 2 mengalir dari sumber cairan ke manometer
CVP dan dibuka untuk menaikkan kolom cairan didalam manometer sebelum tekanan vena diukur. Sistem 3
menghubungkan kateter intravena pasien dengan manometer, jalur ini harus dibuka untuk mengukur CVP.
Tekanan pada vena kava diseimbangkan dengan tekanan pada kolom cairan pada manometer.Titik pada
saat tingkat cairan diam dicatat sebagai CVP.
Pengukuran yang akurat yakinkan bahwa posisi pasien datar, dengan titik nol manometer pada
setinggi area interkostal keempat.Ketinggian ini tepat pada garis midaksila pasien dan dapat ditentukan
dengan pengukuran sekitar 5cm dibawah sternum.Titik ini dikenal sebagai aksis flebostatik. Konsistensi
penting, dan semua pembacaan harus dilakukan pada pasien dengan posisi yang sama dan titik nol dihitung
pada cara yang sama. Jika penyimpangan dari prosedur yang rutin harus dilakukan, seperti bila pasien tidak
dapat mentolerir posisi semi Fowler’s, ini bermanfaat untuk mecatat pada lembar atau rencana perawatan
pasien untuk memberikan konsistensi pada pembacaanselanjutnya. Sebuah sisitem yang paten dipastikan
bila cairan pada kolom turun dengan bebas dan sedikit fluktuasi dari cairan kolom tampak. Fluktuasi ini
mengikuti pola pernapasan pasien dan akan turun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi karena
perubahan pada tekanan interpulmonalis. Jika pasien menggunakan ventilator pembacaan tinggi yang salah
dapat terjadi.Perawat harus memeriksa standar praktik institusi untuk menentukan apakah pengambilan
pembacaan CVP pada pasien dengan ventilator dalam keadaan on atau off.Bila ditujukan untuk melakukan
pengukuran yang tepat pada pasien dengan ventilator, ditentukan bila konsistensi dalam pengambilan
pembacaan diikuti.

PEMERIKSAAN FISIK
PADA BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji
penyesuaian bayi dari kehidupan intra uterine ke ekstra uterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaanfisik
secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan.
Pengkajian dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar
bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
A. Prinsip pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dan anak
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2. Pastikan suasana tempat pemeriksaan harus tenang dan nyaman untuk mengurangi ketakutan anak.
Ketakutan menyebabkan anak menolak untuk diperiksa
3. Pastikan tempat pemeriksaan mempunyai pencahayaan yang baik
4. Anak usia < 6 bulan pemeriksaan bisa dilakukan di atas meja periksa. Anak usia 1 – 3 tahun dapat
diperiksa dalam pelukan ibu
5. Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan
6. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa (jika bayi telanjang
pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
7. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
B. Pengkajian segera bayi baru lahir
1. Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan ?
2. Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?
3. Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?

C. Pengkajian refleks:
1. Mata
a) Berkedip atau refleks korneal
Bayi berkedip pada permulaan sinar terang yang tiba-tiba atau pada pendekatan objek ke arah kornea.
Refleks harus menetap sepanjang hidup
b) Pupil
Pupil konstriksi bila sinar terang diarahkan padanya. Refleks ini harus ada sepanjang hidup
c) Mata Boneka
Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke kanan atau ke kiri, mata normalnya tidakbergerak; reflek
ini harus hilang sesuai perkembangan
2. Hidung
a) Bersin
Respons spontan saluran hidung terhadap iritasi atau obstruksi. Refleks ini harus menetap sepanjang
hidup.
b) Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis mata) menyebabkan mata menutup dengan
rapat
3. Mulut dan tenggorokan
a) Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respons terhadap rangsang.
Refleks ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat
tidur.
b) Muntah/Gag
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan, atau masuknya selang harus menyebabkan
bayi mengalami refleks muntah. refleks ini harus menetap sepanjang hidup
c) Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala ke
arah sisi tersebut dan mulai menghisap; harus hilang pada kira-kira usia 3 tahun sampai 4 bulan, tetapi
dapat menetap selama 12 bulan
d) Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespons dengan mendorongnya keluar. Refleks harus
menghilang pada usia 4 bulan

e) Menguap
Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah udara inspirasi. Refleks
harus menetap sepanjang hidup
f) Batuk
Iritasi membran mukosa laring atau pohon trakeobronkial menyebabkan batuk. Refleks ada setelah
hari pertama kelahiran. Refleks ini harus terus ada sepanjang hidup.
4. Ekstremitas
a) Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar jari menyebabkan fleksi tangan dan jari
kaki. Genggaman telapak tangan harus berkurang setelah usia 3 bulan, digantikan dengan gerakan
volunter. Genggaman plantar berkurang pada usia 8 bulan.
b) Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan
jari kaki hiperektensi dan haluks dorsofleksi; refleks ini harus hilang setelah usia 1 tahun.
c) Klonus pergelangan kaki
Dorsifleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang lutu pada posisi fleksi parsial mengakibatkan
munculnya satu sampai dua gerakan oksilasi (denyut); akhirnya tidak boleh ada denyut yang teraba
5. Massa (tubuh)
a) Moro
Kejutan atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi
ekstremitas yang tiba-tiba serta mengipaskan jari, dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk bentuk
“C“, diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstremitas; kaki dapat fleksi dengan lemah; bayi mungkin
menangis; reflek ini harus hilang setelah usia 3-4 bulan, biasanya paling kuat selama 2 bulan pertama
b) Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku; tangan tetap tergenggam;
harus hilang pada usia 4 bulan.
c) Perez
Saat bayi telungkup pada permukaan keras ibu jari ditekan sepanjang medula spinalis dari sakrum ke
leher; bayi berespons dengan menangis, memfleksikan ekstremitas, dan meninggikan pelvis dan
kepala; lordosis tulang belakang, serta dapat terjadi defekasi dan urinasi; harus hilang pada usia 4
sampai 6 bulan.
d) Tonik leher asimetris (menengadah)
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada
sisi tersebut, dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi; harus hilang pada usia 3 sampai 4 bulan,
untuk digantikan dengan posisi simetris dari kedua sisi tubuh.

e) Neck righting
Jika bayi telentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi; bahu dan batang tubuh membalik ke arah
tersebut, diikuti dengan pelvis; menghilang pada usia 10 bulan.
f) Otolith-righting
Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala kembali tegak, posisi tegak.
g) Inkurvasi batang tubuh (galant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi
yang terstimulasi; refleks ini harus hilang pada usia 4 minggu.
h) Menari atau melangkah
Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki menyentuh permukaan keras, akan ada fleksi
dan ekstensi resiprokal dari kaki, menstimulasi berjalan; harus hilang setelah usia 3 sampai 4 minggu,
digantikan oleh gerakan yang dikehendaki.
i) Merangkak
Bayi, bila ditempatkan pada abdomennya (telungkup), membuat gerakan merangkak dengan tangan
dan kaki; harus hilang kira-kira pada usia 6 minggu.
j) Placing
Bila bayi dipegang tegak di bawah lengannya dan sisi dorsal telapak kaki dengan tiba-tiba ditempatkan
di atas objek keras, seperti meja, kaki mengangkat seolah-olah telapak melangkah di atas meja; usia
hilangnya refleks ini bervariasi

MEMANDIKAN BAYI DAN PERAWATAN TALI PUSAT

A. Tujuan dari memandikan:


1. Membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa-sisa lemak tubuh serta keringat
2. Merangsang peredaran darah
3. Memberi rasa segar dan nyaman
4. Mencegah terjadinya infeksi tali pusat
B. Waktu yang tepat memandikan bayi
Pada saat baru lahir bayi memang terlihat kotor, hal ini wajar karena bayi memang berlumuran
banyak cairan selain air ketuban. Cairan tersebut diantaranya mengandung darah, lendir dan
mekonium (kotoran bayi berwarna hitam kental). Sesaat setelah bayi lahir, bayi membutuhkan waktu
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di luar kandungan. Inilah yang mendasari adanya teori yang
menyebutkan bahwa bayi baru lahir baru boleh dimandikan setelah 6 jam dilahirkan. Karena jika bayi
baru lahir dipaksakan untuk mandi (walaupun dengan air hangat), air yang menjadi dingin (setelah
beberapa waktu) akan menyebabkan hilangnya panas tubuh bayi karena terserap oleh air. Suhu tubuh
bayi dapat turun dan aliran darah terganggu. Sebagai akibatnya bayi akan kekurangan oksigen dengan
ditandai warna kulit tubuh yang membiru. Pertumbuhan sel – sel bayi juga terganggu akibat tidak
lancarnya peredaran oksigen dalam tubuh.
C. Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya dengan cepat,maka pastikan suhu ruangan dalam keadaan
hangat (sekitar 24˚C)
2. Pastikan air untuk memandikan bayi hangat-hangat kuku,bukan panas.
3. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian saat mandi,bahkan sesaat sekalipun.Bayi dapet kelelep
dalam air sedalam kurang lebih 5 cm.
4. Jangan terlalu lama memandikan bayi,karena bias kedinginan.
5. Cara mengeringkan bayi cukup dengan ditekan-tekan perlahan saja

PIJAT BAYI

A. Pengertian
Pijat bayi adalah terapi sentuhan dan pijatan pada bayi setelah kelahiran yang memberikan jaminan
adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi atau
menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan yang dapat diukur secara ilmiah yaitu
peningkatan berat badan bayi dan bayi lebih terlelap saat tidur (Putri 2009)
B. MANFAAT DAN TUJUAN PIJAT BAYI
1. Peningkatan pertumbuhan bayi
2. Peningkatan daya tahan tubuh
3. Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak
4. Meningkatkan kebugaran otot
5. Mempercepat perkembangan otak dan system saraf
6. Meningkatkan berat badan bayi
7. Membuat bayi tidur lebih lelap sehingga saat bangun konsentrasi bayi meningkat
C. WAKTU YANG TEPAT UNTUK MEMIJAT
Pemijatan terhadap bayi dapat dilakukan kapan saja. Pijat bayi ini paling baik dilakukan setiap hari
pada pagi hari sebelum mandi atau malam hari agar dapat membantu bayi tertidur dengan nyenyak.
D. PERSIAPAN SEBELUM MEMIJAT
Sebelum melakukan pemijatan perhatikan hal berikut ini:
1. Tangan anda sudah bersih dan hangat
2. Hindari kuku panjang dan lepaskan perhiasan anda agar tidak melukai bayi anda
3. Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
4. Bayi sudah selesai minum atau sedang tidak lapar
5. Baringkan bayi diatas permukaan kain yang rata, lembut dan bersih
6. Pakaian bayi sebaiknya ditanggalkan
7. Siapkan handuk, popok ganti baju dan minyak kelapa
E. HAL-HAL YANG TIDAK DIANJURKAN SELAMA PEMIJATAN
1. Memijat langsung setelah bayi minum
2. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
3. Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat
4. Memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat
5. Memaksa posisi pijat tertentu pada bayi

PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM

1. Definisi Masa nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8
minggu.
2. Periode Masa Nifas
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
3. Adaptasi Fisiologis Postpartum
a. Tanda vital
Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 ºC. Bila lebih selama dua
hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran
kemih, endometriosis, mastitis atau infeksi lainnya.
Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau lebih pada saat
klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini menggambarkan Hipotensi Ortostatik,
dan merupakan gangguan sementara pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan
vaskuler pada panggul.
b. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
a) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh
hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang pengeluaran air susu. Disamping
itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga keluar air
susu. Produksi ASI akan bertambah banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
b) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
c. Abdomen
1) Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu ± 1 minggu. Hal ini disebabkan
penurunan motilitas usus dan gangguan kenyamanan/nyeri pada perineum.
2) Terjadi peregangan muskulus rectus abdominis setelah melahirkan lebih dari 2,5 cm tepat setinggi
umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan
mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion,
kelemahan otot, abdomen postur yang salah dan gangguan kolagen.
3) Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman.
Konsistensinya lunak, terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
4) Kadang-kadang klien mengalami kesulitan berkemih karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan klien sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
d. Perineum
1)Tanda REEDA (Red, Edema, Echymosis, discharge, loss of approximation)
a) Red : kemerahan
b) Edema : pembengkakan
c) Echymosis : perdarahan
d) Discharge : pengeluaran
e) Loss of approximation
2)Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : lochea rubra, lochea serosa dan lochea alba. Pada awal
pemulihan post persalinan adalah merah terang, berubah menjadi merah tua atau coklat
kemerah-merahan, itu mungkin berisi sedikit gumpalan-gumpalan atau bekuan –bekuan. Lochea
hanya untuk menunjukkan pemulihan uterin.
a) Lochea rubra (cruenta)
Lochea rubra terdiri dari darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Lochea berwarna merah kuning berisi darah dan lendir; hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Lochea berwarna putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Locheastasis
Pengeluaran lochea tidak lancar.

e. Ekstremitas
1)Homan’s sign
Tujuan pemeriksaan tanda homan ini adalah untuk melihat ada tidaknya trombosis yang
mengancam dari vena ekstremitas inferior. Untuk memeriksa tanda homan, klien berbaring dalam
posisi supine, tungkai diangkat dan kaki dalam keadaan dorsofleksi. Klien diminta untuk
melaporkan bila terjadi nyeri pada betis selama dilakukan pemeriksaan. Nyeri yang terasa
menandakan tanda Homan’s positif (+), yang berarti terdapat trombosis vena profundus.
2)Varises pada kaki
Varises merupakan pelebaran pembuluh darah vena atau pembuluh darah balik yang diakibatkan
kelemahan pada dinding otot pembuluh darah tersebut atau karena ada gangguan pada klep
vena. Saat hamil, wanita akan mengalami perubahan hormonal, terutama peningkatan hormon
progesteron. Perubahan hormonal mengakibatkan terjadi perubahan fisik dan psikis. Salah
satunya terjadi perubahan pada dinding pembuluh darah, yaitu peningkatan elastisitas dinding
pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah (baik arteri maupun vena) semakin lentur.
Akibatnya, pembuluh darah menjadi bertambah besar dan melebar. Namun pembesaran dan
pelebaran ini terlihat lebih nyata pada pembuluh darah vena karena pembuluh darah vena lebih
tipis dibanding pembuluh darah arteri (nadi). Pelebaran pembuluh darah ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan janin, agar aliran darah dan volume darah dapat tersuplai dengan baik,
hingga pertumbuhan janin pun berlangsung normal. Namun, akibat efek mekanik penekanan
rahim, maka aliran darah balik dari anggota gerak bawah dan panggul mengalami hambatan
sehingga terjadi bendungan yang dapat menyebabkan pelebaran vena atau varises.

PERAWATAN PAYUDARA (REFLEK OKSITOSIN)

A. DEFINISI
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memelihara
kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum.
B. TUJUAN PERAWATAN PAYUDARA
Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2. Mengenyalkan putting susu, supaya tidak mudah lecet
3. Menonjolkan putting susu
4. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5. Mencegah terjadinya penyumbatan
6. Memperbanyak produksi ASI
7. Mengetahui adanya kelainan
C. MANFAAT PERAWATAN PAYUDARA
Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan dalam upaya
mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum terjadi laktasi.Jika persiapan kurang dapat terjadi
gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran putting yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa
terjari produksi asi akan terlambat serta kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat
membahayakan kesehatan bayi. Di pihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu
belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan ibu akan merasakan geli atau perih pada
payudaranya.
Berbagai dampak negative dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan payudara sedini mungkin.
Dampak tersebut meliputi :
1. Putting susu mendelep
2. Anak susah menyusui
3. ASI lama keluar
4. Produksi ASI terbatas
5. Pembengkakan pada payudara
6. Payudara meradang
7. Payudara kotor
8. Ibu belum siap menyusui
9. Kulit payudara terutama putting akan mudah lecet
D. HORMON YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI
Prolaktin (hormone yang menghasilkan ASI)
Hormon Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian depan yang ada di dasar otak. Prolaktin
merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI, sedangkan rangsangan pengeluaran prolaktin ini
adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (Sinus Lactiferus). Semakain banyak ASI yang dikeluarkan dari
payudara maka semakin banyak ASI yang diproduksi, sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap atau
sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI.
Setiap isapan bayi pada payudara ibunya akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara.
Rangsangan ini diantar ke bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin
dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara dan akan merangsang pembuatan ASI. Jadi, pengosongan
gudang ASI merupakan rangsangan diproduksinya ASI. Kejadian dari perangsangan payudara sampai
pembuatan ASI disebut refleks produksi ASI atau Refleks Prolaktin, dan semakin sering ibu menyusui
bayinya, akan semakin banyak pula produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, maka semakin
berkurang jumlah produksi ASI nya. Pada efek lain prolaktin, prolaktin mempunyai fungsi penting lain,
yaitu menekan fungsi indung telur (Ovarium), dan akibatnya dapat memperlambat kembalinya fungsi
kesuburan dan haid, dengan kata lain ASI ekslusif dapat menjarangkan kehamilan (Roesli, 2001).

Oksitosin (hormone yang menghasilkan ASI)


Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipofisa yang terdapat di dasar otak.
Sama halnya dengan hormone proaktin, hormone oksitosin diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara
dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot
payudara mengerut disebut hormone oksitosin. Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI, refleks
oksitosin atau let down refleks.
Reaksi bekerjanya hormone oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara
ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat
merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari
pabrik susu (alveoli) ke gudang susu (Ductus Lactiferous). Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup
apabila hanya mengandalkan reflek prolaktin saja, dan harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila reflek
ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.
Refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu.Perasaan ibu dapat meningkatkan
dan menghambat produksi ASI.(Roesli, 2001).
E. Pengertian Refleks Oksitosin
Oksitosin adalah hormon protein yang dibentuk di nukleus para ventrikel hipotalamus dan
disimpan didalam dan di lepaskan dari hipotalamus posterior. Efek dari hormon oksitosin adalah dapat
menstimulasi kontraksi lapisan otot polos duktus susu payudara sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intramamaria dan kemudian keluarnya air susu (letdown) yang disimpan ke putting (Guyton,
2008).
Refleks oksitosin yaitu refleks pengaliran atau pelepasan ASI dari pabrik susu dan dialirkan ke
gudang susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus disekitar kelenjar payudara mengerut
sehingga memeras ASI keluar (Hikamwati. 2008).
Refleks Oksitosin adalah proses turunnya atau mengalirnya air susu (letdown) dari alveolus
mammae melalui duktus kesinus laktiferus akibat kontraksi dari sel-sel mioepitel yang disimpan pada
putting susu ibu akibat rangsangan sentuhan pada payudara (ketika bayi mengisap putting susu ibu)
(Guyton, 2008; Bahiyatun, 2008). Refleks Oksitosin yang dimaksud pada penelitian ini adalah proses
turunnya atau pelepasan ASI karena rangsangan sentuhan pada payudara yang dibawa dari alveolus dan
disimpan pada putting susu ibu akibat pengaruh hormon oksitosin yang diproduksi pada hipofisis
posterior.

F. Mekanisme refleks Oksitosin


Pada kelenjar mammae fungsi fisiologik dari oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel
yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris
dan memungkinkan terjadinya ejeksi ASI. Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam
jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan
berkurang oleh pengaruh progesteron. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan
penurunan kadar progesteron dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal
laktasi sebelum persalinan.
Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia.
Oksitosin sangat berperan dalam proses laktasi, suatu peran yang lebih penting daripada kemungkinan
peranan oksitosin dalam persalinan. Mekanismenya adalah stimulus isapan pada puting susu
menimbulkan sinyal yang dijalarkan melalui saraf-sarf sensorik ke otak. Sinyal ini akhirnya mencapai
neuron-neuron oksitosin yang ada di dalam nukleus paraventrikel dan supraoptik dalam hipotalamus,
yang menyebabkan timbulnya pelepasan oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Selanjutnya
oksitosin diangkut oleh darah ke payudara untuk menimbulkan kontraksi sel-sel miopitel yang terletak di
luar dan untuk membentuk kisi-kisi mengelilingi alveoli kelenjar payudara.
Dalam waktu kurang dari satu menit sesudah awal pengisapan, air susu mulai mengalir. Oleh
karena itu, mekanisme ini sering disebut sebagai pelepasan susu (milk letdown) atau ejeksi susu (milk
ejection). Pengisapan pada satu kelenjar payudara tidak hanya menyebabkan aliran air susu pada
kelenjar payudara itu tetapi juga pada kelenjar payudara yang lain. Refleks Oksitosin bekerja sebelum
atau selama proses menyusui agar ASI mengalir sehingga proses laktasi menjadi lancar (Guyton, 2008;
Bahiyatun, 2008).

G. Pengertian Pijat Punggung Pada Ibu postpartum


Pijat merupakan salah satu bentuk dari terapi sentuh atau terapi fisik yang berfungsi sebagai salah
satu teknik pengobatan penting (Pustaka, unpad.com, 2009). Pijat punggung merupakan suatu teknik
pemijatan pada punggung yang dapat mengurangi rasa sakit, membuat tubuh menjadi rileks,
menurunkan kecemasan, mendukung proses laktasi pada ibu postpartum dan meningkatkan imunitas
(NCCAM, 2009).
Ibu Postpartum adalah seorang ibu dalam keadaan masa pemulihan kembali setelah melahirkan.
Ibu Postpartum merupakan keadaan beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan enam
minggu berikutnya (Bahiyatun, 2008). Berdasarkan definisi diatas yang dimaksud dengan pijat punggung
pada ibu postpartum adalah suatu tehnik pemijatan pada punggung ibu postpartum yang dapat
mendukung proses laktasi pada ibu setelah melahirkan.
H. Manfaat Pijat Punggung Pada Ibu Postpartum
Pemijatan punggung digunakan sebagai terapi alternativ kelengkapan untuk melengkapi terapi
medis. Pemijatan punggung digunakan untuk keperluan kesehatan dari mengobati penyakit yang
spesifik sampai kondisi kesehatan umum.Terdapat beberapa manfaat dalam pemijatan punggung yaitu
dapat menurunkan stress pada ibu setelah proses persalinan, meningkatkan sirkulasi, melemaskan otot,
mengurangi kelelahan dan mendukung proses laktasi (Cassar, 2003).
I. Hal yang perlu diperhatikan saat pemijatan punggung ibu postpartum
Dalam pemijatan punggung ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu hindari memijat pada
daerah punggung yang luka atau lecet, hindari melakukan pemijatan langsung pada daerah tulang
belakang dan hindari pemijatan yang kuat pada orang yang mengalami fraktur, kelemahan tulang
seperti osteoporosis dan kanker (NCCAM, 2009).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan punggung yaitu :
1. Sebaiknya dalam melakukan pemijatan menggunakan sedikit minyak untuk menghindari gesekan
pada kulit dan mencegah tertariknya rambut pada daerah pemijatan.
2. Dalam memijat sebaiknya menggunakan gerakan yang lambat untuk menimbulkan respon yang
tenang.
3. Ketika melakukan tekanan dengan ibu jari atau jari, maka jari yang lainnya memberikan dukungan.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka refleks oksitosin itu juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya yaitu lingkungan dimana ibu dan bayi tinggal. Ketidakpedulian akan ketenangan ibu dan bayi
akan membuat ibu frustasi yang akibatnya ibu merasa sedih, bingung, kesal dan marah sebagai dampak
kejiwaan sehingga mempengaruhi kerja hormone oksitosin. Hal tersebut menuntut lingkungan terdekat
yaitu keluarga untuk berperan dalam menciptakan suasana ketenangan dan kenyamanan ibu dan bayi.

J. PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA


1. Persiapan Alat
a. Baby oil secukupnya
b. Kapas secukupnya
c. Waslap, 2 buah
d. Handuk bersih, 2 buah
e. Bengkok
f. 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)
g. Bra yang bersih dan terbuat dari katun
2. Persiapan Ibu
a. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk
b. Baju ibu bagian depan di buka
c. Pasang handuk
3. Cara menstimulus reflex oksitosin
a. Tumbuhkan rasa percaya diri klien
b. Berpikiran dan berperasaan baik terhadap bayinya
c. Minum minuman hangat
d. Menghangatkan payudara
e. Menstimulasi putting susu
f. Mengurut punggung
g. Menggosok punggung selama 2-3 menit

Anda mungkin juga menyukai