Jawab: Menurut Peraturan OJK Nomor 33 /POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan Dewan
Komisaris Emiten Atau Perusahaan Publik:
- Dewan Komisaris paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris.
- Dalam hal Dewan Komisaris terdiri dari 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris, 1
(satu) di antaranya adalah Komisaris Independen.
- Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris,
jumlah Komisaris Independen wajib paling kurang 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
seluruh anggota Dewan Komisaris.
- 1 (satu) di antara anggota Dewan Komisaris diangkat menjadi komisaris utama atau
presiden komisaris.
Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan
keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota
Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau dengan
perusahaan yang mungkin menghalangi atau menghambat posisinya untuk bertindak
independen sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Komisaris Independen bertanggung jawab
untuk melakukan pengawasan dan juga mewakili kepentingan Pemegang Saham minoritas.
- Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab
untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Perseroan
dalam waktu enam bulan terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali sebagai
Komisaris Independen Perseroan pada periode berikutnya;
- Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Perseroan;
- Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Perseroan, anggota Dewan Komisaris, anggota
Direksi atau Pemegang Saham utama Perseroan;
- Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha Perseroan.
Jawab:
1) Direksi dan Dewan Komisaris wajib menyusun kode etik yang berlaku bagi seluruh
anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris, karyawan/pegawai, serta pendukung
organ yang dimiliki Emiten atau Perusahaan Publik.
3) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disosialisasikan kepada seluruh
karyawan/pegawai yang bekerja pada Emiten atau Perusahaan Publik.
4) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dimuat secara lengkap dalam situs
web Emiten atau Perusahaan Publik.
Jawab:
PERBEDAAN
Kode Etik memiliki:
- Prinsip Integritas Moral: memiliki komitmen pribadi untuk dirinya, profesinya dan
masyarakat.
Etika memiliki:
- Prinsip Integritas: harus bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan professional.
- Prinsip Objektivitas: bersikap adil dan jujur secara intelektual, tidak memihak, tidak bias,
bebas dari benturan kepentingan/ pengaruh dari pihak lain.
- Kerahasiaan: harus menjaga kerahasiaan yang diperoleh dari hubungan profesional dan
tidak digunakan untuk kepentingan pribadi.
PERSAMAAN
2) Menjalin komunikasi secara teratur dengan badan pengawas pasar modal termasuk
Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia, tentang segala hal yang berkaitan
dengan tata kelola, aksi korporasi, dan transaksi penting;
3) Memastikan bahwa para pemegang saham, media, investor, analis, dan masyarakat pada
umumnya senantiasa memperoleh informasi secara teratur mengenai aksi korporasi,
posisi keuangan, dan masalah-masalah penting lainnya;
5) Memastikan Dewan Komisaris dan Direksi memperoleh informasi secara cepat tentang
setiap perubahan peraturan yang relevan dan bahwa mereka memahami dampaknya;
2) Memberikan masukan kepada Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan untuk mematuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal;
3) Membantu Direksi dan Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang
meliputi:
4) Sebagai penghubung antara Perseroan dengan pemegang saham Perseroan, Otoritas Jasa
Keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya.
Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada
Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
b. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) UU no. 40 tahun 2007 yaitu tugas pengawasan dan
pemberian nasihat kepada direksi.
POJK 57 Tahun 2017: tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Efek yang Melakukan
Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek
Akuntabilitas Dewan Komisaris menurut POJK No.57 Tahun 2017 Pasal 21:
1) Dewan Komisaris bertugas dan bertanggung jawab atas pengawasan terhadap kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan Perusahaan Efek pada umumnya, dan pemberian
nasihat kepada Direksi secara independen.
2) Dalam hal Dewan Komisaris ikut mengambil keputusan mengenai hal yang ditetapkan
dalam anggaran dasar atau ketentuan peraturan perundang-undangan, pengambilan
keputusan tersebut dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan pemberi nasihat
kepada Direksi.
Penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud paling sedikit diwujudkan dalam bentuk
sebagai berikut:
Kelompok 9
1. Sebutkan hak-hak dasar pemegang saham menurut Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh
KNKG!
Pedoman GCG yang dikeluarkan KNKG (2006) juga menyebutkan hak-hak dasar pemegang
saham tersebut, yaitu:
a. Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara dalam RUPS;
b. Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan
teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia;
c. Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi
pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya;
d. Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai prosedur
yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS;
e. Dalam hal terdapat lebih dari 1 jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan, maka:
Setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sesuai dengan jenis,
klasifikasi dan jumlah saham yang dimiliki; dan
Setiap pemegang saham berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan jenis dan
klasifikasi saham yang dimilikinya.
2. Apa yang dimaksud dengan Teori Keagenan, dan bagaimana mengatasi permasalahan
keagenan yang terjadi di dalam perusahaan?
Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika
satu orang/lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Permasalahan keagenan yang terjadi di dalam perusahaan dapat diatasi dengan
diterapkannya Good Corporate Governance (GCG). Corporate Governance merupakan konsep
yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah
mereka investasikan. GCG dalam hal ini berperan penting pada pengelolaan perusahaan yang
harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan perusahaan dilakukan
dengan kepatuhan atas berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.