Anda di halaman 1dari 2

Lutung Kokah (Presbytis siamensis)

Nama Inggris : Pala-thighed Langur


Nama lokal : Nokah, koka (riau)

Lutung Kokah (Prebytis siamensis) merupakan jenis primata Colobinae bersifat


arboreal atau hidup di pohon dan aktif pada siang hari (diurnal). Lutung kokah
umumnya dikenal monyet daun berpita, lutung berpita, atau Pala-thighed langur.
Lutung kokah ini memilki manfaat penting bagi alam karena pakan utama adalah daun
muda atau kuncup daun, buah-buhan dan biji tumbuhan. Paiman et al., (2018)
menyatakan bahwa kelompok primata ini dapat membantu proses regenerasi hutan.
Apabila jumlah populasi genus Presbytis menurun, maka dapat mempengaruhi
kelancaran proses suksesi alami hutan.
Lutung kokah hidup berkelompot yang terdiri satu jantan dominan sebagai
pemimpin dan beberapa betina. Jumlah kelompok kecil yaitu 5-6 individu sedangkan
ketika lutung kokah berada di tempat terbuka dan dekat perumahan jumlahnya
bertambah sampai 10-12 ekor. Umumnya lutung kokah melakukaan aktivitas berpindah
dari dahan ke pohon lain dengan cara meloncat. Namun, saat kokah berjlan pada dahan
besar atau turun ke tanah, kokah menggunakan keempat anggota tubuh (quadropedal).
Lutung Kokah memiliki ciri taksnomi yaitu warna rambut bagian tubuh dan ekor
spesies lutung ini umumnya bervariasi, mulai dari hitam sampai kecokelatan. Panjang
tubuh antara 410-500 mm dengan panjang ekor antara 600-740 mm. Rerata berat tubuh
individu dewasa 5 kg.
Menurut Supriatna dan Ramadhan (2016), Presbytis siamensis dibedakan ke dalam
3 subspesies berdasarkan variasi warna rambut. Ketiga subspesies tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Presbytis siamensis cana


Presbytis siamensis cana atau lutung paha putih memiliki ciri pada jari kaki dan
setengah dari ekor bewarna coklat kehitaman sampai hitam. Kaki depan, tulang kering
dan betis luar bewarna coklat tua. Tubuh lutung paha putih bagian atas sampai
pertengahan ekor bewarna coklat muda hingga kekuningan. Bagian dalam lengan
bawah terdapat garis putih yang berubah menjadi coklat ketika mendekati persendian.
Rambut di dahi sampai ke jambul berwarna cokelat.
2. Presbytis siamensis rhinosis
Presbytis siamensis rhinosis atau lutung paha putih Pulau Bintan memiliki ciri jari kaki
luar sampai betis luar bewarna hitam kecoklatan. Warna rambut pada bagian dahi P.
siamensis rhinosis yaitu coklat kehitaman berbentuk lingkaran dari telinga kiri sampai
ke telinga kanan. Rambut di bagian belakang kepala lebih panjang dan bewarna pucat.
Bagian ventral tubuh mulai dari dagu, perut, sampai betis bewarna keperakan. Bagian
luar badan mulai dari punggung sampai pertengahan ekor dan kaki depan bewarna
coklat muda sampai tua.
3. Presbytis siamensis peanulata
Presbytis siamensis peanulata memiliki ciri pada muka berwarna hitam dengan warna
putih di seputar mata dan warna kemerahan di bibir. Bagian punggung dan ekor bagian
luar bewarna coklat tua. Rambut di bawah dagu ada garis bewarna putih. P. siamensis
peanula memiliki warna putih pada pangkal ekor dan paha bagian luar. Lengan luar
bewarna coklat kehitaman. Garis putih memanjang dari pergelangan kaki sampai lengan
dalam. Rambut dari dahi depan membentuk lingkaran mendatar dan menjadi tidak
beraturan di bagian tengkuk.

Di Mana Anda Dapat Melihat Primata ini di Alam ?


Presbytis siamensis dapat dijumpai di Hutan Larangan Adat Kenegerian Rumbio
kabupaten Kampar provinsi Riau. Kami (Serindit Melayu) melihatnya di hutan antara
perkebunan rakyat dan Hutan Larangan Adat Rumbio. Untuk dapat mencapai kawasan
Hutan Larangan Adat Kenegerian Rumbio, Waktu yang ditempuh untuk mencapai
hutan adat ± 45 menit dari kota Pekanbaru (Ibukota Provinsi Riau) dengan jarak ± 40
km. Sementara dari Bangkinang (Ibukota Kabupaten Kampar) dapat ditempuh dalam
waktu ± 15 menit.

Sumber :
Paiman, A., Novriyanti, dan Wulan, C. 2018. Demografi Populasi Simpai (Presbytis melalophos
ssp. Mitrata Escholtz, 1821) dan Keragaman Vegetasi Sebagai Habitat di Daerah Riparian
Geopark Mengkarang Purba Kabupaten Merangin. Jurnal Media Konservasi. 2(1):92-98.
Supriatna, J dan Ramadhan R. 2016. Pariwisata Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Supriatna, J dan Wahyono, E. H. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai