Suatu jenis binatang darat. Tubuhnya beruas-ruas dan terbagi atas kepala dan badan.
Kulitnya yang berkhitin berfungsi sebagai kerangka luar. Bentuknya gepeng memanjang dan
langsing, seperti terhimpit. Setiap ruas badannya dilengkapi sepasang corong hawa dan sepasang
kaki yang juga beruas-ruas dengan pangkal kaki berjarak antara yang kanan dan kiri. Tubuhnya
kuning cerah, cokelat gelap sampai kehitam-hitaman, kehijau-hijauan, kelabu, dan kelabu
kemerah- merahan. Kadang-kadang kepala dan ruas-ruas badannya memiliki warna berbeda
Pada bagian kepala kelabang terdapat mulut, sepasang sungut, dan sepasang kelompok
mata samping. Permukaan kepalanya ditumbuhi rambut-rambut halus yang pendek, namun
jarang. Mulutnya dilengkapi dengan bibir, alat pengunyah bergerigi, sepasang rahang besar atau
taring, dan sepasang rahang kecil. Sebenarnya, taring yang terdiri atas tiga ruas ini merupakan
kaki pada ruas badan pertama yang sudah mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Bagian yang
mengandung kelenjar bisa ini mempunyai ujung yang keras, tajam, dan berbentuk seperti cakar
atau taring. Kelenjar bisanya berbentuk bulat dengan saluran bisa yang berlubang di dekat ujung
taring. Taring berguna untuk menerkam, menggigit, dan meracuni mangsanya. Rahang kecil
terletak di depan taring dan terdiri atas tiga ruas. Ruas ketiganya berambut lebat seperti sikat,
sedangkan ujungnya berkuku tegap dengan dua taji di samping pangkal kuku. Sungutnya beruas
Bentuknya bulat memanjang dan makin mengecil ke ujung. Ruas pertama sampai ketiga
atau keenam rata dan mengkilap, sedangkan ruas-ruas lainnya tertutup rambut halus. Sepasang
kelompok mata kecil terletak di sebelah belakang sungut, masing-masing terdiri atas empat buah
mata samping. Bidang bawah kepala bagian belakang, yang merupakan ruas badan pertama,
biasanya memiliki dua alur membujur, sedangkan bagian depan dilengkapi sepasang rahang
bawah.
Tubuhnya terdiri atas 21 23 ruas. Ruas badan pertama dilengkapi dengan taring,
sedangkan yang lain dengan sepasang kaki dan sepasang corong hawa. Pada ruas badan
terakhirnya terdapat lubang kelamin, dubur, dan sepasang kaki yang lebih panjang daripada kaki-
kaki depannya, sehingga tampak seperti ekor yang bercabang. Kaki-kakinya memiliki tujuh ruas
dengan ujung berkuku yang di pangkal kuku dilengkapi dengan dua buah taji samping.
Alat pernapasannya berupa corong hawa atau tra- khea, dengan lubang trakhea yang
disebut stigmata pada samping ruas badan, atau dekat tepi ruas badan ke-3, 5, (7), 8, 10, 12, 14,
16, 18, 20, dan (22). Pada ruas badan ke-17 dan ke-22 kadang-kadang tidak ada stigmata.
Bentuknya berupa celah, segitiga atau lonjong, dengan atau tanpa alat penutup. Jantan dan beti-
nanya tak terbedakan, kecuali jika yang betina sedang bertelur. Telurnya berjumlah 15-30 butir
dan diletakkan di tempat terlindung yang gelap. Biasanya, telur ini berwarna kekuningan, tembus
cahaya, dan bergaris tengah 1 2 milimeter. Induknya selalu merawat, melindungi, dan menjaga
telurnya, sampai menetas menjadi anak kelabang, dan dapat berjalan. Untuk menjadi dewasa,
anak kelabang melakukan beberapa kali ganti kulit. Masa dewasa dicapai setelah umur 2-3
tahun. Pada tahun berikutnya, kelabang hanya bertukar kulit satu kali setiap tahunnya. Kelabang
dapat mencapai umur lebih dari 10 tahun. Kelabang memiliki perilaku hidup menyendiri.
Kelabang aktif mencari makan pada malam hari. Makanannya berupa cacing tanah,
labah-labah, serangga, cicak, anak tikus, anak burung, dll. Kelabang tahan hidup tanpa makan
selama beberapa minggu atau-bulan, namun setiap hari binatang ini harus minum. Pada siang
hari, kelabang bersembunyi di tempat yang gelap dan lembap, seperti dalam liang di tanah, di
Bisa kelabang mengandung racun histolitik atau perusak jaringan tubuh. Bisa ini bersifat
asam, sukar larut dalam air, dan berwarna keruh. Sebenarnya, racun ini hanya digunakan untuk
membunuh mangsa, namun berbahaya pula bagi manusia. Mangsanya diterkam dengan taring,
lalu digigit sambil diracuni; kadang-kadang, mangsa dililit dengan tubuhnya, bila tubuh
mangsanya besar.
Gigitan berbisa kelabang terasa sangat sakit, seperti ditusuk-tusuk jarum. Akibat gigitan
ini diikuti gejala bengkak kemerah-merahan pada bekas gigitan dan sekitarnya dengan warna
kehitaman pada pusat gigitan, kelenjar limfa setempat bengkak, demam, menggigil, gelisah,
sukar tidur, terutama bagi anak-anak dan orang yang alergi terhadap gigitan serangga. Namun,
Di seluruh dunia dikenal lebih kurang 250 jenis kelabang, dan sekitar 77 jenis ditemukan
di kawasan Asia Tenggara. Karena bentuk tubuhnya hampir sama, jenis-jenis kelabang yang
bertubuh kecil biasanya dikira sebagai anak kelabang bagi orang awam Umumnya istilah
kelabang digunakan untuk jenis kelabang yang berukuran panjang lebih kurang 10 sentimeter.
Yang berukuran lebih kecil dan sangat langsing biasanya dinamakan kelemayar atau wrena, rena
(Jawa), leunyai (Sunda), sedangkan yang panjang tubuhnya sejengkal atau lebih dinamakan
lipan.
Kelabang Besar bercirikan panjang tubuh 8-12 sentimeter. Warnanya beraneka ragam,
dari kekuningan sampai kuning kemerahan, kadang-kadang dengan tepi belakang ruas-ruas
badan berwarna kehijauan, kuning kehijauan atau hijau gelap; kepala dan ruas badan terakhir
berwarna kecokelatan. Permukaan kepalanya tidak beralur. Sungutnya terdiri atas 17 -23 ruas,
biasanya berjumlah 19-20 ruas, dengan ruas pertama sampai keenam atau ketujuh rata atau halus,
sedangkan sisanya berambut halus dan pendek. Ruas badan kedua atau ketiga beralur di tengah,
dan tepi ruas badan ketiga sampai ke-19 beranekaragam. Ruas badan kedua sampai ke-20 beralur
dua buah. Rahang bawah bergerigi 4 atau 5 buah. Kaki pertama sampai ke-19 atau ke-20 berkuku
dengan sebuah taji. Pangkal kaki juga bertaji 3, 4, atau 5 buah, dan dekat sisi belakangnya
terdapat sebuah taji. Kaki terakhir bagian bawah dilengkapi dengan tiga taji berderet, sedangkan
pada bagian atas bertaji 4-6 buah yang terbagi dalam dua deretan, dan ujungnya bertaji 3-8 buah,
biasanya 4 buah. Penyebarannya dikenal kosmopolitan di daerah tropika, subtropika, dan daerah
beriklim sedang. Untuk meringankan rasa sakit, bekas gigitan kelabang besar biasa dikompres.
Lipan berukuran panjang tubuh sejengkal atau lebih, yaitu 20 23 sentimeter. Kepalanya
dilengkapi dengan lekukan-lekukan kulit tanpa alur tengah. Sungutnya beruas 17-20 ruas,
biasanya 18-19 ruas, dengan enam ruas pertama rata atau halus, dan lainnya berambut halus dan
pendek. Ruas-ruas badan kedua sampai ke-9 beralur tengah lemah. Ruas badan kelima sampai
ke-16 berbatas tepi yang tampak jelas. Ruas badan terakhir tampak tanpa alur tengah. Warnanya
cokelat kemerahan.
Rahang bawahnya dilengkapi 4-9 buah gerigi. Permukaan dadanya beralur membujur.
Sepasang kaki, rahang atau taring berfungsi untuk menerkam, menggigit, dan meracuni
mangsanya, pi sebelah depan taring terdapat rahang kecil dengan ruas terakhir berkuku tegap
bertaji 1 3 buah pada pangkal kuku, dan berbulu sikat di sampingnya. Ujung kaki-kakinya
berkuku dengan dua buah taji, dan di sebelah atasnya terdapat sebuah taji. Kaki terakhir lebih
panjang daripada kaki-kaki di depannya, ujungnya berkuku dengan 1 3 buah taji pada pangkal
kuku.
Gigitan berbisa lipan pernah dilaporkan dapat berakibat kematian. Namun menurut hasil
penelitian terakhir ternyata bisa lipan tidak akan berakibat kematian pada manusia. Gejala-gejala
akibat gigitan lipan akan berangsur sembuh dalam beberapa hari. Dosis yang menyebabkan 50
persen kematian bagi mencit putih (berat badan 20 gram) sebesar 1,2 kelenjar bisa lipan yang
diberikan dengan suntikan ke dalam otot. larniot dan merpati akan mati selama 8 16 jam sealah
Kelemayar bercirikan tubuh pipih memanjang, kecil, dan sangat langsing. Ukurannya kira-kira
sebesar batang korek api atau lidi, sepanjang 5 7,6 sentimeter. Warnanya cokelat kemerahan.
Binatang ini sering ditemukan menjalar di dinding atau tembok rumah. Sebagai ciri yang lebih
khas, jika kelemayar diganggu dengan sentuhan atau dijepit, tubuhnya akan mengeluarkan cairan
berbau langu dan bercahaya kehijau- hijauan seperti sinar fosfor. Seperti jenis kelabang lainnya,
kelemayar memiliki kaki rahang bisa. Namun biasanya binatang ini tidak berbahaya bagi
manusia, karena taringnya sangat kecil, sehingga racunnya pun sangat sedikit.
Scolopendra calcarata
Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Subphylum: Myriapoda
Class: Chilopoda
Order: Scolopendromorpha
Family: Scolopendridae
Genus: Scolopendra
Species: S. calcarata
Binomial name