Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/358497080

POLA SPASIAL WILAYAH PESISIR KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN


GORONTALO UTARA

Conference Paper · January 2022

CITATIONS READS

0 102

1 author:

Arthur Gani Koto


universitas muhammadiyah gorontalo
22 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Arthur Gani Koto on 10 February 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN: 2614-7211

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL GEOMATIKA VI


“INOVASI GEOSPASIAL DALAM PENGURANGAN
RISIKO BENCANA”

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL


2022
PROSIDING
Seminar Nasional Geomatika VI
“INOVASI GEOSPASIAL DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA”

Penyunting:
Ati Rahadiati, Sri Lestari Munajati, Tia Rizka Nuzula Rachma, Intan Pujawati,
Hanik Nurdiana Sabita, Ayu Nur Safi’i, Florence Elfriede Sinthauli Silalahi,
Aninda Wisaksanti Rudiastuti, Prayudha Hartanto, Mochamad Irwan Hariyono,
Maslahatun Nashiha, Yustisi Ardhitasari Lumban Gaol

Hak Cipta ©2022 pada Badan Informasi Geospasial


Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit
All right reserved

Diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial


Tata Letak & Desain Sampul: Mohamad Afif

Badan Informasi Geospasial RI. Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Rahadiati, Ati (Editor).


Prosiding Seminar Nasional Geomatika 2021: Inovasi Geospasial dalam
Pengurangan Risiko Bencana / Ati Rahadiati, Sri Lestari Munajati, Tia Rizka Nuzula
Rachma dkk (Editor). – Cibinong : Badan Informasi Geospasial RI, 2022.
xx, 1112 hlm.: ilus.; 26,5 cm.

ISSN 2614-7211

1. Informasi Geospasial – Seminar Nasional Geomatika. I. Judul. II. Badan


Informasi Geospasial
910.285

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL


Jl. Raya Bogor KM. 46 Cibinong 16911, INDONESIA
Telp. 021-875-3155
Fax. 021-8790-8988/875-3155
Website: www.big.go.id
Email: info@big.go.id

ii
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL GEOMATIKA VI
“INOVASI GEOSPASIAL DALAM PENGURANGAN
RISIKO BENCANA”

Reviewer:
Prof. Dr. Dewayany, M.AppSc.
Prof. Dr.Ing Fahmi Amhar
Dr. Ir. Wiwin Ambarwulan, MSc.
Dr. Ratna Sari Dewi, S.Pi, M.Sc.
Dr. Ir. Mulyanto Darmawan, M.Sc.
Ir. Sri Lestari Munajati, M.Agr.
Dadan Ramdani, ST., M.T.
Ir. Yatin Suwarno, M.Sc.
Ir. Irmadi Nahib, M.Si
Dr. Susilo, ST., M.T.
Drs. Turmudi, M.Si.
Drs. Jaka Suryanta, M.Sc.
Dr. Ati Rahadiati, S.Si., M.Sc
Dr. Yosef Prihanto, S.Si., M.Si.
Agung Syetiawan, ST., MT.
Mochamad Irwan Hariyono, ST.
Aninda Wisaksanti Rudiastuti, SPi., MSi.
Ira Mutiara Anjasmara, ST., MPhil., Ph.D.
Dr. Daryono, SSi., MSi.
Dr. Heri Andreas, ST., MT.
Dr. Irwan Gumilar, ST., MSi.
Cecep Pratama, SSi., MSi., D.Sc.

Edisi Vol. 6, Januari 2022

ISSN 2614-7211 Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah-LIPI


Prosiding Seminar Nasional Geomatika 2021
Cibinong: Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial
LAPORAN KETUA PANITIA

Indonesia merupakan negara yang mempunyai lokasi strategis pada jalur


perdagangan dunia. Secara geografis, Indonesia berada diantara dua benua dan dua
samudera, serta dikelilingi oleh cincin api Pasifik (ring of fire) yaitu suatu wilayah dengan
jalur gempa teraktif di dunia. Hal yang tidak dapat dihindari adalah bahwa Indonesia
harus berhadapan dengan berbagai potensi bencana seperti letusan gunung berapi,
gempa bumi, banjir dan tsunami. Berbagai bencana ini dapat menimbulkan korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis. Berbagai langkah
perlu dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya atau kerugian yang mungkin
ditimbulkan bencana-bencana tersebut, salah satunya adalah dengan meyediakan data
dan informasi geospasial yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Data dan
informasi geospasial yang akurat dapat membantu pengambil keputusan tidak hanya
untuk pembangunan nasional tetapi juga dalam mengantisipasi bencana yang terjadi,
misalnya melalui penyediaan informasi terkait lokasi-lokasi rawan bencana. Selanjutnya
informasi geospasial terkait kebencanaan hendaklah tersedia secara akurat dan mudah
diakses.
Untuk itu Seminar Nasional Geomatika 2021 mengangkat tema “Inovasi
Geospasial dalam Pengurangan Risiko Bencana”. Tema besar ini terdiri dari tujuh
sub tema, yaitu: 1) Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana; 2) Artificial Intelligence; 3)
Big Data; 4) Penginderaan Jauh & Sistem Informasi Geografis (SIG); 5) Perencanaan
Tata Ruang; 6) Bencana Alam; dan 7) Ketahanan Sosial. Sejumlah paparan telah
disampaikan dalam acara seminar dan proses review telah pula dilaksanakan terhadap
makalah-makalah yang masuk. Prosiding ini berisi makalah-makalah yang sudah ditelaah
oleh para mitra bestari (reviewer) dan diperbaiki oleh penulis berdasarkan hasil telaah.
Sementara makalah-makalah yang tidak diperbaiki berdasarkan hasil telaah, tidak dapat
diterbitkan dalam prosiding ini.
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga Prosiding Seminar Nasional Geomatika 2021 ini dapat
terbit sesuai waktu yang ditentukan. Diucapkan terima kasih kepada seluruh peserta
seminar yang telah berkontribusi meramaikan acara seminar ini, khususnya kepada
penulis yang telah memperbaiki makalahnya sehingga dapat terbit dalam Prosiding ini.
Terima kasih juga kepada seluruh panitia dan mitra bestari yang telah bahu-membahu
dalam mempersiapkan dan mengawasi jalannya acara serta menyelesaikan Prosiding
Seminar Nasional Geomatika 2021 ini. Semoga Prosiding ini dan makalah-makalah yang
terdapat didalamnya dapat bermanfaat untuk menyediakan informasi terkini terkait
perkembangan teknologi penyediaan informasi geospasial.
Akhir kata, mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan Prosiding dan
penyelenggaraan Seminar Nasional Geomatika VI Tahun 2021. Semoga Allah Subhanahu
wa Ta’ala meridhoi segala niat dan usaha baik kita. Aamiin.

Bogor, 31 Januari 2022


Ketua Panitia Semnas Geomatika 2021

Dr. Susilo, M.T.

v
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PENELITIAN, PROMOSI DAN KERJA SAMA

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kegiatan Seminar Nasional
Geomatika VI tahun 2021 bertema “Inovasi Geospasial dalam Pengurangan Risiko
Bencana” dapat terlaksana dengan baik pada 5-6 Oktober 2021 yang lalu. Seminar
Nasional Geomatika ini merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh Pusat
Penelitian, Promosi dan Kerja Sama. Penyelenggaraan tahun 2021 ini adalah
penyelenggaraan ke-VI semenjak ditetapkan sebagai kegiatan rutin dengan nama
Seminar Nasional Geomatika.
Selaku Kepala Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama, saya menyambut baik
terbitnya Prosiding Seminar Nasional Geomatika ini. Prosiding ini berisi kumpulan
makalah-makalah yang telah dipaparkan dalam penyelenggaraan Seminar Nasional
Geomatika VI yang lalu. Semoga Prosiding ini dan makalah-makalah yang terdapat
didalamnya bermanfaat dalam penyediaan informasi terkait perkembangan ilmu dan
teknologi geospasial terkini yang dapat digunakan oleh para pengambil kebijakan dalam
pengurangan resiko bencana.
Terima kasih disampaikan kepada Panitia Seminar Nasional Geomatika VI 2021, para
Reviewer dan para Penulis yang telah melakukan review dan perbaikan terhadap
makalah, sehingga akhirnya dapat dipublikasikan melalui prosiding ini. Semoga kegiatan
ini dapat terus dilanjutkan sehingga dapat menyajikan makalah-makalah berkualitas yang
dapat dijadikan referensi terhadap kegiatan penyelenggaraan dan pemanfaatan informasi
geospasial secara umum.

Bogor, 31 Januari 2022


Kepala Pusat Penelitian, Promosi
dan Kerja Sama,

Dr. Suprajaka, M.T.

vii
SAMBUTAN SEKRETARIS UTAMA

Hal pertama yang patut kita ucapkan adalah puji syukur ke hadirat Allah SWT,
atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan, sehingga Prosiding Seminar Nasional
Geomatika VI Tahun 2021 dapat terbit tepat waktu.
Prosiding ini disusun berdasarkan hasil Seminar Nasional Geomatika VI yang telah
diselenggarakan pada 5-6 Oktober 2021. Seminar tersebut merupakan agenda
tahunan Badan Informasi Geospasial yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian,
Promosi dan Kerja Sama dan merupakan bagian dari rangkaian acara Hari Informasi
Geospasial (HIG) ke-52. Tema yang diangkat adalah “Inovasi Geospasial dalam
Pengurangan Risiko Bencana”.
Tema inovasi untuk kebencanaan ini diangkat karena kita sadari bersama bahwa
Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami,
banjir, longsor, dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh posisi geografis Indonesia
yang terletak di “ring of fire” atau sabuk gempa Pasifik yang merupakan daerah atau
zona yang sering mengalami aktivitas seismik. Letak geografis Indonesia ini
menyebabkan kita tidak bisa menghindari bencana, dan dapat dikatakan hampir
seluruh wilayah di Indonesia tidak ada yang bebas bencana. Menurut BNPB, pada
Januari sd Agustus 2021 telah tercatat ada 1.805 bencana alam yang terjadi di
Indonesia. Dari total bencana tersebut, bencana hidrometeorologi basah mendominasi.
Penanggulangan bencana alam sangat komplek, multi dimensional, multi
stakeholder, dan multi disiplin ilmu, sehingga penanganannya memerlukan kolaborasi
antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Pada saat sekarang ini,
penanggulangan bencana tidak mungkin jika dilakukan dengan cara-cara business as
usual tetapi membutuhkan terobosan dan inovasi. Seminar Nasional Geomatika VI
merupakan forum ilmiah yang baik untuk menyampaikan bahwa Research and
Development (R&D) sangat diperlukan untuk penanggulangan bencana, terutama
dalam pengurangan risiko bencana.
Tema di atas dikembangkan dalam 7 (tujuh) subtema yaitu: (1) Kebijakan
Pengurangan Risiko Bencana, (2) Kecerdasan Buatan, (3) Big Data, (4) Penginderaan
Jauh & SIG, (5) Perencanaan Tata Ruang, (6) Bencana Alam, dan (6) Ketahanan Sosial.
Ketujuh subtema ini menggambarkan keragaman terkait pemanfaatan data dan
informasi geospasial dalam pengurangan risiko bencana mulai aspek kebijakan sampai
aspek teknis dan sosial. Data dan informasi geospasial terkait kebencanaan melibatkan
data yang sangat besar dan kompleks, sehingga perlu pemanfaatan teknologi
kecerdasan buatan dan big data untuk mengolah menjadi informasi yang siap
digunakan. Informasi geospasial kebencanaan juga merupakan salah satu aspek
dalam penyusunan RTRW yang berbasiskan kesesuaian lahan untuk peruntukan ruang
dengan memperhatikan aspek risiko bencana terendah.
Semoga dengan diterbitkannya Prosiding Seminar Nasional Geomatika VI ini dapat
memberikan sumbangsih berbagai inovasi di bidang informasi geospasial khususnya
untuk pengurangan risiko bencana.

Bogor, 31 Januari 2022


Sekretaris Utama,

Dr. Ir. Muhtadi Ganda Sutrisna, M.E.

ix
Pola Spasial Wilayah Pesisir Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara…….. ........................................................... (Koto et al.)

POLA SPASIAL WILAYAH PESISIR KECAMATAN KWANDANG


KABUPATEN GORONTALO UTARA
(Spatial Patterns of Coastal Area in Kwandang District, North Gorontalo Regency)

Arthur Gani Koto, Sofyan Muzakir Djibu, Fera Angraina Towalu,


Weny Azmila, Marantika Taludiyo
Program Studi Geografi, Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Alamat Korespondensi
E-mail: arthur@umgo.ac.id

ABSTRAK
Beberapa desa di Kecamatan Kwandang terletak di wilayah pesisir utara yang berbatasan dengan Teluk
Kwandang. Kecamatan Kwandang merupakan ibukota Kabupaten Gorontalo Utara dimana pusat aktivitas
sosial dan ekonomi berlangsung. Wilayah ini juga merupakan akses utama jalur trans sulawesi yang
menghubungkan antar kota, kabupaten dan provinsi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi berbanding lurus
dengan aktivitas sosial-ekonomi sehingga menyebabkan kompleksnya dinamika kewilayahan di wilayah
pesisir Kecataman Kwandang, termasuk pemanfaatan aspek lingkungan yang berimbas pada kuantitas dan
kualitas distribusi tutupan lahan. Akibat aktivitas tersebut, terjadi alih fungsi lahan yang lebih cepat
dibanding wilayah lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial desa-desa yang terletak
di wilayah pesisir Kecamatan Kwandang pada Tahun 2020 memanfaatkan citra satelit digital Landsat. Data
yang digunakan yaitu citra Landsat 5 TM perekaman 19 Juni 2000 dan Landsat 8 OLI perekaman 29 Agustus
2020. Kedua citra tersebut berada pada path/row 113/59 diperoleh dari katalog Google Earth Engine. Selain
itu digunakan pula data jaringan jalan, batas administrasi, bangunan, sungai, pemukiman dan fasum.
Metode penelitian yang digunakan pengolahan citra digital berbasis cloud computing dan analisis spasial.
Pengolahan data citra dilakukan menggunakan platform Google Earth Engine kemudian hasil akhirnya
dieksport menjadi data raster berformat TIFF. Data ini lalu diolah menggunakan QGIS untuk analisis
selanjutnya yaitu penghitungan luasan tutupan lahan, panjang jaringan jalan, sebaran fasum, pemukiman,
sungai, dan bangunan. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan desa-desa wilayah pesisir mengikuti
jalur trans sulawesi dan mengelompok pada kawasan pusat pemerintahan.

Kata kunci: google earth engine, Kwandang, Landsat, pola spasial, wilayah pesisir

ABSTRACT
Several villages in Kwandang District are located in the northern coastal area bordering Kwandang Bay.
Kwandang District is the capital of the North Gorontalo Regency where the center of social and economic
activities takes place. This area is also the main access route for the Trans-Sulawesi route that connects
cities, regencies, and provinces. High population growth is directly proportional to socio-economic activities,
causing complex regional dynamics in the coastal area of Kwandang District, including the use of
environmental aspects which affect the quantity and quality of land cover distribution. As a result of these
activities, land use changes occur more quickly than in other areas. This study aims to analyze the spatial
pattern of villages located in the coastal area of Kwandang District in the 2020 year using Landsat digital
satellite imagery. The data used are Landsat 5 TM images recorded on June 19, 2000, and Landsat 8 OLI
recorded on August 29, 2020. Both images are on path/row 113/59 obtained from the Google Earth Engine
catalog. Additional data like road networks, administrative boundaries, buildings, rivers, settlements, and
public facilities are also used. The research method used is cloud computing-based digital image processing
and spatial analysis. Image data processing is carried out using the Google Earth Engine platform then the
final result is exported into TIFF format raster data. This data is then processed using QGIS for further
analysis, namely the calculation of land cover area, length of the road, distribution of public facilities,
settlements, rivers, and buildings. The results showed that the development of coastal villages followed the
trans-Sulawesi route and clustered in the central government area.

Keywords: google earth engine, Kwandang, Landsat, spatial pattern, coastal

785
Seminar Nasional Geomatika 2021: Inovasi Geospasial dalam Pengurangan Risiko Bencana

PENDAHULUAN
Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut (UU RI No.1, 2014). Wilayah pesisir dapat dikatakan unik karena
ekosistemnya merupakan hasil bentukan aktivitas di darat dan di laut (Subagiyo et al., 2017). Baik
daratan maupun lautan sama-sama mempengaruhi kondisi fisik di wilayah pesisir sehingga
menciptakan pola spasial tutupan lahan yang berbeda dengan wilayah lainnya.
Kecamatan Kwandang yang merupakan ibukota Kabupaten Gorontalo Utara memiliki topografi
dataran rendah hingga dataran tinggi. Kecamatan Kwandang termasuk salah satu dari dari lima
kecamatan di Kabupaten Gorontalo Utara ketika berpisah dari Kabupaten Gorontalo pada Tanggal
2 Januari 2007 berdasarkan (UU RI No.11, 2007). Kecamatan seluas 190,753 km2 (Kabupaten
Gorontalo Utara Dalam Angka, 2021) saat ini terdiri atas 18 desa dengan enam desa di antaranya
berbatasan langsung dengan Teluk Kwandang. Kecamatan ini ditetapkan sebagai wilayah yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya karena termasuk salah satu daerah
resapan air serta memiliki hutan lindung, disamping merupakan kawasan yang juga rawan
bencana alam seperti banjir, gempa bumi dan gelombang pasang (RTRW Kabupaten Gorontalo
Utara, 2013). Kecamatan Kwandang juga merupakan wilayah yang memiliki peruntukan ekonomis
tinggi sebagai kawasan budidaya.
Sebagai ibukota kabupaten, wilayah ini menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi. Aktivitas
sosial-ekonomi tersebut meliputi sektor pemerintahan, pendidikan, kesehatan, perdagangan,
pertanian, hingga pariwisata. Status tersebut merangsang pengalihfungsian lahan di kawasan ini
menjadi lebih cepat dibandingkan daerah administratif lainnya. Keadaan demikian menjadikan pola
spasial di wilayah pesisir Kwandang relatif lebih dinamis. Kendati perubahan spasial di wilayah ini
tidak lebih mencolok dibandingkan dengan wilayah lainnya di Provinsi Gorontalo, namun patut
mendapat perhatian dikarenakan posisinya sebagai wilayah pesisir yang memiliki nilai sumber daya
hayati beragam (Aswandy, 2007).
Posisi Kecamatan Kwandang sangat penting dan strategis karena dilalui jalur trans Sulawesi
yang menyangga transportasi lintas daerah yaitu antar kota, kabupaten dan provinsi. Hingga kini,
Kecamatan Kwandang merupakan wilayah dengan populasi penduduk terbesar di Kabupaten
Gorontalo Utara, yaitu sebesar 28.792 jiwa atau 23,04% (Kabupaten Gorontalo Utara Dalam
Angka, 2021). Pada Tahun 2010 setelah wilayah Desa Ponelo Kepulauan dan Tomilito mekar dari
Kecamatan Kwandang, terjadi laju pertumbuhan penduduk di kecamatan Kwandang sebesar
1,69% hingga tahun 2020 (Kabupaten Gorontalo Utara Dalam Angka, 2021).
Pertumbuhan penduduk yang tinggi berbanding lurus dengan aktivitas sosial-ekonomi
sehingga menyebabkan kompleksnya dinamika kewilayahan pesisir Kwandang, termasuk
pemanfaatan aspek lingkungan yang berimbas pada kuantitas dan kualitas distribusi tutupan lahan
di wilayah ini. Tingginya mobilitas penduduk serta pesatnya pemanfaatan di wilayah pesisir untuk
berbagai peruntukan dapat menyebabkan peningkatan tekanan ekologis terhadap ekosistem
wilayah pesisir (Purwantara et al., 2013). Pesisir Teluk Kwandang kaya akan sumber daya alam
hayati, seperti hutan mangrove (Baderan, 2017; Kasim et al., 2017; Melo et al., 2019; Olii et al.,
2015), udang (Aswandy, 2007) dan ikan kerapu (Achmad et al., 2021).
Pertumbuhan wilayah pesisir Kecamatan Kwandang telah membuka peluang bagi terciptanya
pembangunan dan eksploitasi di berbagai sektor, demi memenuhi hajat orang banyak khususnya
dalam mendongkrak perekonomian masyarakat setempat. Adanya pembangunan diberbagai sektor
tersebut berdampak pada perkembangan pola spasial di kawasan pesisir Kecamatan Kwandang
dari waktu ke waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial desa-desa yang
terletak di wilayah pesisir Kecamatan Kwandang pada Tahun 2020 memanfaatkan citra satelit
digital Landsat.

METODE
Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2021 yang berlokasi di enam desa di
Kecamatan Kwandang yaitu Desa Pontolo, Desa Molingkapoto, Desa Mootinelo, Desa Leboto, Desa

786
Pola Spasial Wilayah Pesisir Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara…….. ........................................................... (Koto et al.)

Bulalo, dan Desa Moluo. Keenam desa tersebut letaknya di pesisir utara Kecamatan Kwandang
yang berbatasan langsung dengan Teluk Kwandang. Peta lokasi penelitian yang mencakup
keenam desa tersebut disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi penelitian (poligon berwarna kuning)

Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :


1). Kecamatan Kwandang dalam Angka Tahun 2019 (Kecamatan Kwandang Dalam Angka, 2019),
2). Data spasial administrasi Kecamatan Kwandang Tahun 2020 Semester I (GIS Dukcapil
Kemendagri Republik Indonesia, 2020),
3). Data jaringan jalan, bangunan, fasum, permukiman, dan sungai (Tanah Air Indonesia, 2021),
4). Citra Landsat 5 TM akuisisi 19 Juni 2000 dan Landsat 8 OLI akuisisi 29 Agustus 2020 path/row
113/59, diperoleh dari katalog Google Earth Engine (Google Earth Engine Catalog, 2021).
Perbandingan saluran kedua citra disajikan pada Tabel 1.

Tahapan Analisis

Pencarian data citra landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI melalui platform Google Earth Engine.
Hal ini dilakukan dengan alasan karena website penyedia citra satelit semisal earthexplorer tidak
menyediakan lagi untuk Tahun 2000. Pencarian data citra dilakukan dalam setahun (2000 dan
2020) yang tidak ada tutupan awan dalam wilayah penelitian. Setelah diperoleh data citra sesuai
yang diharapkan, maka proses selanjutnya melakukan klasifikasi multispektral. Klasifikasi
multispektral dilakukan untuk memperoleh data tutupan lahan. Citra landsat Tahun 2000 dilakukan

787
Seminar Nasional Geomatika 2021: Inovasi Geospasial dalam Pengurangan Risiko Bencana

interpretasi tutupan lahan menggunakan klasifikasi supervised dengan sampel sebanyak empat
kelas yaitu tubuh air, vegetasi mangrove, vegetasi non mangrove, dan lahan terbuka. Citra landsat
Tahun 2020 dilakukan klasifikasi unsupervised. Klasifikasi unsupervised tersebut dilakukan sebagai
data awal untuk dilakukan proses validasi hasil interpretasi dengan kebenaran dilapangan. Data
sebaran spasial fasum, bangunan, pemukiman, sungai dan jaringan jalan dilakukan dengan
validasi kondisi dilapangan.

Tabel 1. Perbandingan sensor TM dan OLI/TIRS


Landsat 5 TM Landsat 8 OLI/TIRS
Pixel Size Wavelength Pixel Size Wavelength
Band Description Band Description
(m) (µm) (m) (µm)
B1 30 0,43 - 0,45 Coastal aerosol
B1 30 0,45 - 0,52 Blue B2 30 0,45 - 0,51 Blue
B2 30 0,52 - 0,60 Green B3 30 0,53 - 0,59 Green
B3 30 0,63 - 0,69 Red B4 30 0,64 - 0,67 Red
B4 30 0,76 - 0,90 Near infrared B5 30 0,85 - 0,88 Near infrared
B5 30 1,55 - 1,75 Shortwave B6 1,57 - 1,65 Shortwave
infrared 1 infrared 1
B7 30 2,08 - 2.35 Shortwave B7 30
Shortwave
infrared 2 2,11 - 2,29
infrared 2
B8 15 0,52 - 0,90 Band 8
Panchromatic
B9 15 1,36 - 1,38 Cirrus
B10 30 10,60 - 11,19 Thermal infrared
1, resampled
from 100m to
30m
B11 30 11,50 - 12,51 Thermal infrared
2, resampled
from 100m to
30m
BQA Landsat
Collection 1 QA
Bitmask
Sumber : Google Earth Engine Catalog, 2021

Pemrosesan dan Pengolahan Data

Data citra Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI diproses berbasis cloud computing melalui
platform Google Earth Engine dengan fokus utama hasil pencarian dalam satu tahun (2000 dan
2020) yang memiliki tutupan awan paling minim di lokasi penelitian yang berada di scene path 113
row 59. Hasil pencarian yang diperoleh dari metadata citra menunjukkan bahwa tutupan lahan dari
scene yaitu 7 % dan 15% untuk tutupan lahan di daratan pada Tahun 2000 dan 6,6% tutupan
lahan dari scene dan 21% tutupan lahan di daratan pada Tahun 2020. Kenampakan visual citra
landsat 5 TM tahun 2000 dan citra Landsat 8 tahun 2020 disajikan pada Gambar 2. Setelah
diperoleh citra minim awan dalam satu tahun, citra kemudian dipotong (clip) sesuai wilayah
penelitian. Citra yang telah dipotong lalu dilakukan proses klasifikasi tak terbimbing untuk
menghasilkan data penutup lahan. Data penutup lahan tersebut dibagi atas 5 kelas yaitu : badan
air, lahan terbuka, mangrove, vegetasi jarang, dan vegetasi rapat. Proses terakhir yakni
mengekspornya menjadi citra berformat TIFF. Citra berformat TIFF tersebut kemudian dianalisis
lebih lanjut menggunakan perangkat lunak QGIS. Data vektor berupa jaringan jalan, sungai,
fasum, bangunan, dan pemukiman diolah juga menggunakan QGIS.

788
Pola Spasial Wilayah Pesisir Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara…….. ........................................................... (Koto et al.)

Gambar 2. Kenampakan wilayah penelitian dari citra landsat 5 TM tahun 2000 (kiri) dan citra landsat 8
tahun 2020 (kanan)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Wilayah pesisir Kecamatan Kwandang terdapat hutan mangrove, dan lahan tambak (ikan dan
udang). Berdasarkan data spasial (Pusfatja LAPAN, 2017) menunjukkan bahwa wilayah pesisir
Kecamatan Kwandang memiliki hutan mangrove seluas 346,6 ha. Hutan mangrove tersebut
tersebar di seluruh desa wilayah pesisir Kecamatan Kwandang. Wilayah pesisir Kecamatan
Kwandang memiliki ekosistem mangrove dengan tingkat keanekaragaman rendah dan spesies
yang merata (Olii et al., 2015). Terdapat 16 spesies mangrove sejati di lokasi penelitian yaitu di
Desa Molingkapoto, Mootinelo, Dambalo, Leboto, Moluo, dan Bulalo (Baderan, 2017). Peta sebaran
spasial hutan mangrove di wilayah penelitian disajikan pada Gambar 3.

Sumber : Pusfatja LAPAN, 2017


Gambar 3. Peta sebaran spasial hutan mangrove

Di Desa Molingkapoto terdapat pusat perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo


Utara sehingga menjadi poros lain yang membuka sektor-sektor ekonomi. Pemilihan lokasi ini
cukup strategis karena selain terletak di tengah-tengah wilayah administratif kabupaten, area
tersebut juga berada pada persimpangan jalan arteri dari arah timur ke barat dan sebaliknya.
Secara spasial, pusat perkantoran dibangun di wilayah topografi datar sehingga memiliki banyak
opsi bila perluasan bangunan hendak dilakukan. Data kontur menunjukkan bahwa wilayah
penelitian memiliki ketinggian dari 0 – 250 mdpl. Peta topogarfi sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 4.

789
Seminar Nasional Geomatika 2021: Inovasi Geospasial dalam Pengurangan Risiko Bencana

Sumber : Tanah Air Indonesia, 2021


Gambar 4. Peta topografi

Kondisi spasial tersebut memberi keuntungan bagi masyarakat pesisir khususnya kemudahan
dalam mengakses layanan sosial seperti pengurusan surat-surat berharga dan keperluan
administrasi lainnya dikarenakan posisi geografis pusat kecamatan dan pusat kabupaten yang
relatif tidak berjauhan. Panjang keseluruhan jaringan jalan di lokasi penelitian yaitu 77,5 km.
Permukiman penduduk, minimarket, dan fasilitas umum lainnya mendominasi sepanjang jalan
arteri Kecamatan Kwandang. Hal tersebut berdampak pada denyut nadi perekonomian sepanjang
jalan arteri tersebut. Peta jaringan jalan disajikan pada Gambar 5 dan peta sebaran pemukiman
disajikan pada Gambar 6.

Sumber : (Tanah Air Indonesia, 2021) Sumber : (Tanah Air Indonesia, 2021)
Gambar 5. Peta jaringan jalan Gambar 6. Peta sebaran pemukiman dan bangunan

Pelabuhan Kwandang terletak Di Desa Moluo yang merupakan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Pelabuhan tersebut merupakan salah satu pelabuhan ikan terbesar di Provinsi Gorontalo yang juga
memasok kebutuhan perikanan hasil laut ke Kota Gorontalo. Kenampakan penutup lahan pada
tahun 2000 dan 2020 disajikan sebagaimana pada Gambar 7 dan persentase wilayah disajikan
pada Gambar 8.

790
Pola Spasial Wilayah Pesisir Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara…….. ........................................................... (Koto et al.)

Gambar 7. Penutup lahan pada Tahun 2000 (kiri) dan Tahun 2020 (kanan)

Gambar 8. Persentase penutup lahan Tahun 2000 (kiri) dan Tahun 2020 (kanan)

Tahun 2000, penutup lahan badan air meningkat dari 8% menjadi 9% pada Tahun 2020.
Badan air pada lokasi penelitian yaitu sungai, tambak, dan sawah yang diairi. Mangrove pada
Tahun 2000 seluas 10% dan meningkat menjadi 18 % pada Tahun 2020. Peningkatan tersebut
terjadi karena piksel hasil interpretasi bercampur dengan piksel lain yang ternyata bukan
mangrove. Ini terlihat jelas dari letaknya secara visual dari data citra landsat yang berada di
perbukitan. Kemungkinan penutup lahan tersebut adalah vegetasi pohon berdaun lebat yang nilai
pikselnya mirip dengan mangrove. Lahan terbuka meningkat 12 % selama 20 tahun dari 10%
menjadi 22%. Luas penutup lahan pada Tahun 2000 dan 2020 disajikan pada Tabel 2. Grafik
perbandingan luas penutup lahan pada tahun 2000 dan 2020 disajikan pada Gambar 9.
Ada beberapa penyebab sehingga hal tersebut terjadi yakni perekaman pada bulan dan tahun
yang berbeda, aktivitas manusia, turun hujan atau tidak, dan kelembaban sehingga pantulan objek
spektralnya berbeda. Walaupun kedua bulan sewaktu perekaman tersebut berada pada musim
yang sama yaitu musim kemarau. Aktivitas masyarakat diantaranya yakni nelayan dan petani.
Kecamatan Kwandang tidak memiliki ekowisata mangrove seperti halnya di Kecamatan Anggrek
yang memiliki Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) “Tracking Mangrove in Love”
(Koto et al., 2020).

Tabel 2. Luas penutup lahan tahun 2000 dan 2020


Luas (ha)
Penutup lahan
Tahun 2000 Tahun 2020
Badan air 423,18 454,32
Lahan terbuka 521,73 1.135,26
Vegetasi jarang 1.775,61 1.511,55
Vegetasi rapat 1.964,61 1.288,08
Mangrove 538,74 834,66
Jumlah 5.223,87 5.223,87

791
Seminar Nasional Geomatika 2021: Inovasi Geospasial dalam Pengurangan Risiko Bencana

Gambar 9. Grafik perbandingan luas penutup lahan

Desa yang termasuk dalam Kecamatan Kwandang pada tahun 2008 berbeda dengan pada
tahun 2018. Beberapa desa pada tahun 2008 berpisah dari Kecamatan Kwandang dan membentuk
Kecamatan sendiri yakni Kecamatan Ponelo. Adapula desa yang bergabung dengan Kecamatan
Tomolito yaitu Desa Tanjung Karang, Molantadu dan Dambalo. Desa Katialada, dan Cisadane
pemekaran dari Desa Moluo, Desa Ombulodata, dan Pontolo Atas pemekaran Desa Pontolo, Desa
Alata Karya, dan Botuwombata pemekaran Desa Leboto, Desa Botungobungo, dan Molingkapoto
Selatan pemekaran Desa Molingkapoto, Desa Masuru pemekaran Desa Titidu (Permendagri No.
137, 2017). Sesuai status tersebut diatas, maka luas wilayah Kecamatan Kwandang otomatis
berubah. Namun desa-desa yang terletak di wilayah pesisir, yang termasuk dalam wilayah
penelitian masih tetap secara administratif. Gambar 10 menunjukkan jumlah penduduk di
Kecamatan Kwandang Tahun 2008 dan 2018.

Gambar 10. Grafik jumlah penduduk di Kecamatan Kwandang Tahun 2008 (kiri) dan Tahun 2018 (kanan)

Berdasarkan data (Kecamatan Kwandang Dalam Angka, 2019) dan (Kecamatan Kwandang
Dalam Angka, 2009), pada tahun 2008 jumlah penduduk di desa wilayah pesisir sebanyak 16.930
jiwa dan Tahun 2018 sebanyak 11.715. Terjadi penurunan jumlah penduduk sebesar 5.215 jiwa.
Hal ini terjadi karena beberapa desa dimekarkan dan bergabung dengan kecamatan lain.
Persentase profesi penduduk desa-desa di wilayah pesisir yang berkerja terdiri atas petani 55,2%,
PNS 23,4%, nelayan 14,4%, tukang 6,8% dan lainnya 0,2%.
Jumlah penduduk terbanyak ada di Desa Leboto (2.484 jiwa) dan wilayah desa terluas yaitu
Desa Molingkapoto Selatan (211,55 km2) seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Namun untuk
kepadatan penduduk, Desa Moluo menempati posisi paling banyak yaitu 499 jiwa/km2 sedangkan
yang terkecil yaitu Desa Molingkapoto Selatan sejumlah 7 jiwa/km2 (Gambar 12).
Desa Pontolo menjadi satu-satunya desa yang memiliki embung. Embung tersebut digunakan
sebagai tempat penampungan air hujan sehingga menjadi salah satu wujud usaha dalam
pengelolaan dan konservasi air. Peran embung sangat penting terutama pada wilayah yang

792
Pola Spasial Wilayah Pesisir Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara…….. ........................................................... (Koto et al.)

memerlukan suplai air yang banyak seperti daerah pertanian dan perkebunan. Keberadan embung
cukup menjamin ketersediaan air bagi lahan pertanian ketika musim kemarau tiba. Selain itu,
embung juga dapat berfungsi sebagai destinasi wisata yang dapat mendatangkan keuntungan
ekonomis bagi masyarakat lokal.

Sumber : (Kecamatan Kwandang Dalam Angka, 2019)


Gambar 11. Grafik perbandingan jumlah penduduk berdasarkan luas wilayah pada Tahun 2018

Sumber : (Kecamatan Kwandang Dalam Angka, 2019)


Gambar 12. Grafik perbandingan jumlah penduduk berdasarkan kepadatan pada Tahun 2018

Pembangunan suatu wilayah tentunya dapat juga diterapkan pada wilayah desa. Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebaiknya tidak hanya ada pada tingkat provinsi dan kabupaten,
namun perlu juga dibentuk pada tingkatan desa (Rohiani, 2021) agar desa dapat membangun dan
menggali potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki secara terstruktur dan berkelanjutan.

KESIMPULAN
Aktivitas penduduk yang dominan adalah petani menyebabkan kebutuhan akan lahan dan alih
fungsi lahan semakin besar. Bertambahnya luasan lahan terbuka merupakan indikasi terjadinya
alih fungsi lahan baik seperti lahan pertanian dan lahan terbangun. Bangunan dan pemukiman
tersebar mengikuti jalur trans sulawesi yaitu pada jalan arteri yang menghubungkan wilayah antar
provinsi. Selain itu, sektor jasa dan perdagangan mengelompok pada wilayah pusat pemerintahan.

793
Seminar Nasional Geomatika 2021: Inovasi Geospasial dalam Pengurangan Risiko Bencana

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, D. S., Nurdin, M. S., Yasin, I. A., Indrianti, M. A., Mokoginta, M. M., Suparwata, D. O., Gobel, Y. A.,
Djibran, M. M., & Mokoolang, S. (2021). A preliminary study on the size structure and sex ratio of
orange-spotted grouper (Epinephelus coioides Hamilton, 1822) harvested from Kwandang Bay, Sulawesi
Sea, Indonesia. Aceh Journal of Animal Science, 6(2), 34–38. https://doi.org/10.13170/ajas.6.2.19389
Aswandy, I. (2007). Sumberdaya Hayati Di Kawasan Pesisir Teluk Kwandang, Sulawesi Utara. Oseana,
32(3), 9–20.
Baderan, D. W. K. (2017). Distribusi Spasial dan Luas Kerusakan Hutan Mangrove di Wilayah Pesisir
Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo. GeoEco, 3(1), 1–8.
GIS Dukcapil Kemendagri Republik Indonesia. (2020).
https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/arcgis/rest/service/
Google Earth Engine Catalog. (2021). Landsat. https://developers.google.com/earth-
engine/datasets/catalog/landsat
Kabupaten Gorontalo Utara Dalam Angka (p. 346). (2021). [Naskah]. Badan Pusat Statistik.
Kasim, F., Nursinar, S., Panigoro, C., Karim, Z., & Lamalango, A. (2017). Pemanfaatan Dan Persepsi
Masyarakat Sekitar Hutan Mangrove Terhadap Kerusakan Hutan Mangrove Di Pesisir Kabupaten
Gorontalo Utara, Kasus Kecamatan Tomilito. Prosiding Seminar Nasional KSP2K II, 1, 33–44.
https://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/ksppk/article/view/634
Kecamatan Kwandang Dalam Angka. (2009). BPS.
https://gorontaloutarakab.bps.go.id/publication.html?Publikasi%5BtahunJudul%5D=2009&Publikasi%5
BkataKunci%5D=kwandang&Publikasi%5BcekJudul%5D=0&yt0=Tampilkan
Kecamatan Kwandang Dalam Angka. (2019). BPS.
https://gorontaloutarakab.bps.go.id/publication/2019/09/26/490085670c8d481cab54c238/kecamatan-
kwandang-dalam-angka-2019
Koto, A. G., Taslim, I., & Indrianti, M. A. (2020). Geografis Kawasan Ekowisata PRPM “Tracking Mangrove In
Love.” Jurnal Spasial, 7(3), 90–97. https://doi.org/10.22202/js.v7i3.4274
Melo, R. H., Kusmana, C., Eriyatno, & Nurrochmat, D. R. (2019). A stakeholder analysis of sustainable
mangrove management in Kwandang, Sub-district of North, Gorontalo District. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 399, 012071. https://doi.org/10.1088/1755-1315/399/1/012071
Olii, A. H., Muhlis, & Sayuti. (2015). Ekosistem Mangrove Perairan Teluk Kwandang Kabupaten Gorontalo
Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 20(2), 49–55. https://doi.org/10.31258/jpk.20.2.49-55
Permendagri No. 137, Pub. L. No. 137 (2017).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111512/permendagri-no-137-tahun-2017
Purwantara, S., Sugiharyanto, & Khotimah, N. (2013). Karakteristik Spasial Pengembangan Wilayah Pesisir
Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Konteks UUK DIY .
https://eprints.uny.ac.id/22684/1/artikel%20pesisir.pdf
Pusfatja LAPAN. (2017). Sebaran Perubahan Hutan Mangrove Indonesia.
https://spbn.pusfatja.lapan.go.id/layers/geonode%3Amangrove_2017_b
Rohiani, A. (2021). Perencanaan Penataan Ruang Desa Berbasis Potensi Desa sebagai Kendali Pembangunan
Desa yang Terarah dan Berkelanjutan. Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan , 5(1),
15–27. https://doi.org/10.29244/jp2wd.2021.5.1.15-27
RTRW Kabupaten Gorontalo Utara, Pub. L. No. 11, 60 (2013).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/16132
Subagiyo, A., Wijayanti, W. P., & Zakiyah, D. M. (2017). Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
UB Press, Malang. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1144819
Tanah Air Indonesia. (2021). https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web/download/perwilayah#
Undang-Undang Republik Indonesia, Pub. L. No. 1, 21 (2014).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38521/uu-no-1-tahun-2014
Undang-Undang Republik Indonesia, Pub. L. No. 11 (2007).
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_11.pdf

794

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai