Anda di halaman 1dari 18

TUGAS FISIKA

GAYA ANGKAT PESAWAT TERBANG

Oleh: Diva Zahra Nabila

XII MIPA IV

TH.2021/2022
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................................................3
LATAR BELAKANG........................................................................................................................................3
1.1. Latar belakang masalah....................................................................................................................3
1.2. Rumusan masalah.............................................................................................................................3
1.3.Tujuan penulisan makalah.................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
2.1. Pengertian Pesawat..........................................................................................................................4
2.2. Sejarah pesawat terbang..................................................................................................................4
2.3. Prinsip Kerja Pesawat.......................................................................................................................4
2.4. Teori Fisika yang Berlaku.................................................................................................................8
BAB III........................................................................................................................................................15
CONTOH SOAL...........................................................................................................................................15
BAB IV........................................................................................................................................................17
KESIMPULAN.............................................................................................................................................17
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................17
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. Latar belakang masalah
Kita  semua pasti pernah memandang ke angkasa dan melihat ada pesawat terbang
yang sedang  melintasi udara di atas kita. Mungkin ada di antara kita yang pernah bertanya
“bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi”?. Pertanyaan ini wajar, apa lagi jika kita melihat
massa dari pesawat yang berton-ton sehingga sepertinya mustahil untuk membuatnya dapat
terbang terangkat di atas tanah. Di tambah lagi bahwa massa jenis dari pesawat itu yang
terbuat dari material logam jauh lebih besar dari massa jenis udara yang bertindak ibarat “Jalan
Raya”.

Lalu bagaimana pesawat udara dapat terbang? Adalah suatu yang salah jika kita berfikir
bahwa mesin (engine) lah menyebabkan pesawat dapat terbang. Pada dasarnya, sayap lah yang
memberi gaya angkat yang dibutuhkan untuk terbang, sedangkan engine hanya memberi gaya
dorong (thrust) untuk bengerak maju. Jadi, kesimpulan mudahnya adalah bahwa pesawat udara
(bukan pesawat antarikasa) dapat terbang karena memiliki sayap.

Dalam kajian fisika, hal ini sebetulnya bukanlah peristiwa yang mustahil untuk terjadi,
pada dasarnya hanya masalah keseimbangan gaya saja. Sudah umum di ketahui bahwa benda
selalu jatuh menuju pusat bumi karena adanya gravitasi yang bekerja pada setiap benda.
Tetapi, terdapat juga gaya ke atas yang secara vektor berlawanan arah dengan gaya gravitasi
ini. Kedua gaya inilah yang berusaha direkayasa untuk selanjutnya hasilnya dapat membuat
pesawat dapat terbang.

1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis dapat menyimpulkan rumusan
maslah pada makalah ini yaitu:
 “Bgaimanakah pesawat terbang yang terbuat dari logam dengan masa puluhan ton dapat
terbang bebas di angkasa”?

1.3.Tujuan penulisan makalah


Tujuan dari penulisan makalah gaya angkat pesawat terbang ini adalah untuk
memberikan informasi menenai bagaimana cara pesawat terbang yang terbuat dari logam
dengan masa puluhan ton dapat terbang bebas di angkasa.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pesawat
Pesawat atau Pesawat Udara adalah setiap alat yang dapat terbang diatmosfer karena
daya angkat reaksi udara. Sedangkan Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat
dari udara bersayap tetap dan dapat terbang dengan tenaganya sendiri.
Menurut definisi FAA (Badan Penerbangan Amerika Serikat) di FAR (Federal Aviation
Regulation) saat ini yang juga diadopsi oleh Indonesian CASR (Civil Aviation Safety Regulation),
Definisi aircraft adalah sebuah perangkat yang digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan
dalam penerbangan.  Kategori aircraft untuk sertifikasi penerbangnya dalam hal ini adalah
airplane, rotorcraft, lighter-than-air, powered lift, dan glider. Part 1 tersebut juga
mendefinisikan airplane/ pesawat terbang sebagai: digerakkan mesin, sayap tetap yang lebih
berat dari udara, dalam penerbangannya ditahan oleh reaksi dinamis dari udara yang
berlawanan arah dengan sayapnya.

2.2. Sejarah pesawat terbang


Pesawat terbang yang lebih berat dari udara diterbangkan pertama kali oleh Wright
Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dengan menggunakan pesawat rancangan
sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan pada tahun 1903 di Amerika Serikat.
Wright bersaudara juga memberi sumbangan penting dalam hal perancangan sayap.
Mereka sadar, data-data sebelumnya yang sudah disiarkan, tidak bisa dijadikan pegangan.
Karena itu mereka menciptakan sendiri lorong-lorong angin dan dicoba terhadap lebih dari dua
ribu macam bentuk permukaan sayap. Inti utama dari percobaan ini adalah, kedua bersaudara
itu mampu membikin bagan sendiri, memaparkan tentang tekanan udara terhadap sayap
tergantung pada bentuk sayap itu. Keterangan ini kemudian digunakan dalam tiap pembuatan
sayap pesawat terbang.
Berabad lamanya terbang itu sudah menjadi impian manusia. Mereka kepingin
melayang di langit dengan permadani terbang seperti dalam dongeng-dongeng Seribu Satu
Malam, impian yang berada jauh dalam jangkauan. Si genius Wright bersaudaralah yang telah
mewujudkan mimpi itu jadi kenyataan, betul-betul terbang dengan pesawat dan bukannya
bersila di atas permadani dongeng sambil mengisap “hoga” yang tiga hasta panjangnya.
2.3. Prinsip Kerja Pesawat
Prinsip dasar dari cara pesawat terbang untuk mengudara sama untuk semua pesawat,
baik pesawat capung maupun pesawat super jumbo seperti Airbus A380, yang mempengaruhi
pesawat untuk terbang adalah gaya - gaya aerodinamis yang mengenainya yaitu, gaya angkat
(lift), gaya hambat (drag), gaya berat (grafitasi), dan gaya dorong (trust).

 Thrust, adalah gaya dorong, yang dihasilkan oleh mesin (powerplant)/baling-baling.


Gaya ini kebalikan dari gaya tahan (drag). Sebagai aturan umum, thrust beraksi paralel
dengan sumbu longitudinal. Tapi sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi, seperti yang
akan dijelaskan kemudian.
 Drag, adalah gaya ke belakang, menarik mundur, dan disebabkan oleh gangguan aliran
udara oleh sayap, fuselage, dan objek-objek lain. Drag kebalikan dari thrust, dan beraksi
kebelakang paralel dengan arah angin relatif (relative wind).
 Weight, gaya berat adalah kombinasi berat dari muatan pesawat itu sendiri, awak
pesawat, bahan bakar, dan kargo atau bagasi. Weight menarik pesawat ke bawah
karena gaya gravitasi. Weight melawan lift (gaya angkat) dan beraksi secara vertikal ke
bawah melalui center of gravity dari pesawat.

 Lift, (gaya angkat) melawan gaya dari weight, dan dihasilkan oleh efek dinamis dari
udara yang beraksi di sayap, dan beraksi tegak lurus pada arah penerbangan melalui
center of lift dari sayap.
Gaya dorong pesawat kedepan didapat dari baling-baling yang berputar pada ujung
pesawat (lihat gambar). Sedangkan gaya hambat merupakan pergesekan pesawat udara
dengan angin. Karena pesawat udara mempunyai massa, maka gaya grafitasi akan membawa
pesawat kebawah, untuk itulah gaya angkat diperlukan. Gaya angkat dihasilkan dari sayap
pesawat udara.

Sayap pesawat udara ini yang memegang peranan kunci untuk mengkat badan pesawat.
Penampang sayap ini biasanya disebut "aerofoil" Selama penerbangan udara mengalir ke atas
dan bawah sayap. Udara yang megalir diatas sayap lebih cepat dari udara yang mengalir
dibawah sayap, sehingga tekanan udara diatas pesawat lebih rendah.

Disaat yang bersamaan udara dibawah sayap dibelokan kebawah, sehingga terjadi gaya
angkat (udara yang terdorong kebawah akan mendorong sayap keatas- gaya aksi reaksi).

Gaya dorong terhadap sayap dan tekanan udara yang rendah diatas sayap inilah yang di
butuhkan untuk pesawat terbang di udara. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
pesawat dapat terbang, diantaranya :

1. Sayap
Sebuah pesawat memerlukan gaya angkat atau lift yang di butuhkan untuk
terbang. Lift dihasilkan oleh permukaan suatu sayap (wing) yang berbentuk airfoil.
Bentuk penampang airfoil pada suatu sayap pesawat terbang:

Gaya angkat terjadi karena adanya aliran udara yang melewati bagian atas dan bagian

bawah di sekitar airfoil. Pada saat terbang, aliran udara yang melewati bagian atas airfoil akan
memiliki kecepatan yang lebih besar daripada kecepatan aliran udara yang melewati bagian
bawah dari airfoil. Maka, pada permukaan bawah airfoil akan memiliki tekanan yang lebih besar
daripada permukaan di atas. Perbedaan tekanan pada bagian atas dan bawah inilah yang
menyebabkan terjadinya gaya angkat atau lift pada sayap pesawat. Oleh karena tekanan
berpindah dari daerah yang bertekanan besar menuju ke daerah yang bertekanan kecil, maka
tekanan pada bagian bawah airfoil akan bergerak menuju bagian atas airfoil sehingga tercipta
gaya angkat pada sayap pesawat. Gaya angkat inilah yang membuat pesawat dapat terbang dan
melayang bebas di udara.
2. Powerplant (Tenaga Penggerak)
Untuk bergerak ke depan (baik di darat maupun di udara), pesawat memerlukan
daya dorong yang di hasilkan oleh tenaga penggerak atau yang biasa di sebut dengan
mesin (engine). Daya dorong yang nantinya di hasilkan oleh engine ini biasa di sebut
dengan thrust.
Terdapat beberapa jenis engine dari pesawat, diantaranya :
a. Piston Engine
b. Turbojet Engine
c. Turboporop Engine
d. Turbofan Engine
e. Turboshaft Engine

2.4. Teori Fisika yang Berlaku


1. Azas Bernoulli
Azas Bernoulli membicarakan pengaruh kecepatan fluida di dalam fluida
tersebut. Bahwa di dalam fluida yang mengalir dengan kecepatan lebih tinggi akan
diperoleh tekanan yang lebih kecil.
Bagian atas sayap melengkung, sehingga kecepatan udara di atas sayap (v 1) lebih
besar daripada kecepatan udara di bawah sayap (v 2) hal ini menyebabkan tekanan udara
dari atas sayap (P1) lebih kecil daripada tekanan udara dari bawah sayap (P 2), sehingga
gaya dari bawah (F2) lebih besar daripada gaya dari atas (F 1) maka timbullah gaya angkat
pesawat.
v1 > v 2 berarti P 1< P2
Karena tekanan diatas lebih kecil daripada tekanan dibawah sayap maka akan
timbul gaya dorong yang lebih besar dibawah sayap. Gaya angkat memenuhi:
F = P.A
F = ( P2−P1)A maka akan diperoleh:
1
F= ρ ( v 1−v 2 ) A
2 2
2
1 1
P1 + ρ . v 12 + ρg h1 =P 2+ ρ . v 22 + ρg h2
2 2
Sayap pesawat tipis, maka h1 = h2 sehingga tekanan pada pesawat:
1 1
P1 + ρ . v 12 = P2 + ρ . v 22 = konstan
2 2
1
P1−P2 = ρ ( v 22−v 12 )
2
Dengan:
F : gaya angkat pesawat, satuannya N
P1 : tekanan dari bawah pesawat, satuannya Pa
P2 : tekanan dari atas pesawat, satuannya Pa
v1 : kecepatan udara di bawah pesawat, satuannya m/s
v2 : kecepatan udara di atas pesawat, satuannya m/s
ρ : massa jenis udara, satuannya Kg/m3
A : luas penampang, satuannya m2

Contoh :

1. Pada pesawat dengan luas sayap 18 m2 kecepatan udara di bagian atas 50 m/s dan
kecepatan di bagian bawah 40 m/s, jika massa jenis udara 1,3 kg/m 3. Berapakah gaya
angkat pesawatnya?

 Diketahui :
A = 18 m 2
v2 = 50 m/s           
v1 = 40 m/s          
ρ = 1,3 Kg/m3
 Ditanyakan :
F = …. ?
 Penyelesaian:
F = P.A
1 1
P1 + ρ . v 12 = P2 + ρ . v 22
2 2
1
P1−P2 = ρ ( v 22−v 12 )
2
1
= ( 1,3 ) ( 502−402 )
2
= ( 585 ) . A
= (585) (18)
F = 10.530 N
Jadi, gaya angkat pesawat adalah 10.530 N
2. Gaya Hambat
Sebuah benda yang bergerak melalui gas atau cairan mengalami sebuah gaya
yang arahnya berlawanan dengan gerakan benda tersebut. Kecepatan terminal dicapai
saat gaya hambat sebanding dengan magnitud (magnitudo) tapi arahnya berlawanan
dengan gaya yang mendorong benda. Di gambar ini tampak sebuah bola dalam aliran
Stokes, pada bilangan Reynolds yang sangat rendah.
Dalam dinamika fluida, gaya hambat (yang kadang-kadang disebut hambatan
fluida atau seretan) adalah gaya yang menghambat pergerakan sebuah benda padat
melalui sebuah fluida ( cairan atau gas). Bentuk gaya hambat yang paling umum
tersusun dari sejumlah gaya gesek, yang bertindak sejajar dengan permukaan benda,
plus gaya tekanan, yang bertindak dalam arah tegak lurus dengan permukaan benda.
Bagi sebuah benda padat yang bergerak melalui sebuah fluida, gaya hambat merupakan
komponen dari aerodinamika gaya resultan atau gaya dinamika fluida yang bekerja
dalam arahnya pergerakan. Komponen tegak lurus terhadap arah pergerakan ini
dianggap sebagai gaya angkat. Dengan begitu gaya hambat berlawanan dengan arah
pergerakan benda, dan dalam sebuah kendaraan yang digerakkan mesin diatasi dengan
gaya dorong.
Dalam mekanika orbit, tergantung pada situasi, hambatan atmosfer bisa
dianggap sebagai ketidak efesiensian yang membutuhkan pengeluaran energi tambahan
dalam peluncuran objek angkasa luar.
Tipe-tipe gaya hambat pada umumnya terbagi menjadi kategori berikut ini:
 Gaya hambat parasit, terdiri dari
 seretan bentuk,
 gesekan permukaan,
 seretan interferensi,
 gaya hambat imbas, dan
 gaya hambat gelombang (aerodinamika) atau hambatan gelombang (hidrodinamika
kapal).
Frase gaya hambat parasit sering digunakan dalam aerodinmika, gaya hambat
sayap angkat pada umumnya lebih kecil dari gaya angkat. Aliran fluida di sekeliling
bagian benda yang curam pada umumnya mendominasi, dan lalu menciptakan gaya
hambat. Lebih jauh lagi, gaya hambat imbas baru relevan ketika ada sayap atau badan
angkat, dan dengan begitu biasanya didiskusikan baik dalam perspektif aviasinya gaya
hambat, atau dalam desainnya semi-planing atau badan kapal. Gaya hambat gelombang
berlangsung saat sebuah benda padat bergerak melalui sebuah fluida atau mendekati
kecepatan suara dalam fluida itu — atau dalam kasus dimana sebuah permukaan fluida
yang bergerak bebas bergelombang permukaan menyebar dari objek, misalnya saja dari
sebuah kapal.
Untuk kecepatan yang tinggi — atau lebih tepatnya, pada bilangan Reynolds
yang tinggi — gaya hambat keseluruhannya sebuah benda dikarakterisasikan oleh
sebuah bilangan tak berdimensi yang disebut koefisien hambatan. Mengumpamakan
sebuah koefisien hambatan yang lebih-atau-kurang konstan, seretan akan bervariasi
sebagai kuadratnya kecepatan. Dengan begitu, tenaga resultan yang dibutuhkan untuk
mengatasi gaya hambat ini akan bervariasi sebagai pangkat tiganya kecepatan.
Persamaan standar untuk gaya hambat adalah satu setengah koefisiennya seretan dikali
dengan massa jenis fluida, luas dari item tertentu, dan kuadratnya kecepatan.
Hambatan angin merupakan istilah orang awam yang digunakan untuk
mendeskripsikan gaya hambat. Penggunaannya seringkali tak jelas, dan biasanya
digunakan dalam sebuah makna perbandingan (sebagai misal, kok bulu tangkis memiliki
hambatan angin yang lebih tinggi dari bola squash).
Gaya Hambat Pada Kecepatan Tinggi
Persamaan gaya hambat menghitung gaya yang dialami sebuah objek yang
bergerak melalui sebuah fluida pada kecepatan yang relatif besar (misalnya bilangan
Reynold yang tinggi, Re > ~1000), yang juga dijuluki seretan kuadrat. Persamaan
tersebut merupakan penghormatan kepada John William Strutt, 3rd Baron Rayleigh,
yang awalnya menggunakan L2 dalam tempatnya A (L adalah panjang). Gaya sebuah
objek yang bergerak melalui sebuah fluida adalah:
1
F d= . ρ . v 2 .C d . A
2
dimana
F d = adalah gaya dari seretan,
ρ = adalah massa jenisnya fluida (Catatan untuk atmosfer Bumi, massa jenis bisa
diketahui dengan menggunakan rumus barometer. Massa jenisnya sebesar 1.293 kg/m3
pada 0 °C dan 1 atmosfer.),
v = adalah laju objek dibandingkan dengan fluida,
A = adalah luas rujukan,
C d = adalah koefisien hambatan (parameter tak berdimensi, misalnya 0,25 sampai 0,45
untuk sebuah mobil),

Luas rujukan A sering didefinisikan sebagai luas proyeksi ortografi (proyeksi siku-
siku) dari objek - pada sebuah bidang yang tegak lurus terhadap arah gerakan - misalnya
untuk objek-objek berbentuk sederhana seperti lingkaran, ini merupakan luas
penampang lintang. Terkadang sebuah objek memiliki beberapa luas rujukan dimana
sebuah koefisien hambatan yang sesuai dengan masing-masing luas rujukan harus
ditentukan.
Dalam kasus sebuah sayap, perbandingan gaya hambat terhadap gaya angkat
sangat mudah saat luas rujukannya sama, sebab nisbah gaya hambat terhadap gaya
angkat hanyalah nisbah gaya hambat terhadap koefisien gaya angkat. Dengan begitu,
rujukan untuk sayap seringkali adalah luas planform, bukannya luas penampang depan.
Untuk objek yang bepermukaan halus, dan titik pisah yang tidak tetap - seperti
sebuah lingkaran atau silinder bundar - koefisien hambatan akan bervariasi dengan
bilangan Reynolds Re, bahkan sampai pada nilai yang sangat tinggi Re dari tingkat
besaran 107). Bagi sebuah objek bertitik pisah yang tetap dan terdefinisi dengan baik,
seperti sebuah cakram lingkar berbidang normal terhadap arah aliran, koefisien
hambatan adalah konstan untuk Re > 3,500. Pada umumnya, koefisien hambatan Cd
merupakan sebuah fungsi orientasinya aliran berkenaan dengan objek (terlepas dari
objek yang simetris seperti sebuah bola).
3. Hukum II Newton
Hukum II Newton membicarakan hubungan antara gaya yang bekrja pada
sebuah benda dengan percepatan yang ditimbulkan oleh gaya tersebut. Di bawah ini
ditunjukkan beberapa percobaan untuk mengamati hubungan antara massa benda m,
gaya F yang bekerja pada benda itu, serta percepatan yang dapat ditimbulkan.
a. Pengaruh gaya pada percepatan untuk massa konstan:
a 2a 3a
F 2F 3F
m m m

Dari gambar di atas di dapat besar gaya sebanding dengan percepatan : F ~ a


b. Pengaruh massa pada percepatan untuk gaya konstan:
a ½a 1/3a
F F F
m 2m 3m

Dari gambar di atas di dapat besat gaya sebanding dengan massa : a ~ 1/m.
Berdasarkan keadaan tersebut, Newton dapat mengemukakan hukum II tentang
gerak sebagai berikut:
“Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada sebuah benda
berbanding lurus dengan besar gaya itu, dan berbanding terbalik dengan massa
benda. Arah percepatan sama dengan gaya itu.”
Pernyataan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :

F
a=k
m

k di atas merupakan ketetapan perbandingan yang dalam satuan SI harganya =


1. Dengan demikian persamaan di atas dalam SI menjadi:

F
a= atau F = m a
m

secara umum dapat ditulis dalam bentuk :

∑ F=ma
Dengan :

m = massa benda (kg)

a = percepatan benda (m/s2)

F = komponen gaya yang sejajar dengan bidang gerak benda

∑F = jumlah gaya yg bekerja pada benda (kg m/s2 atau (Newton))

4. GLBB
GLBB adalah gerak dengan lintasan yang berupa garis lurus dan kecepatannya
setiap saat selalu berubah secara beraturan. Jadi, dalam GLBB ini benda mengalami
percepatan tetap. Persamaan GLBB sebagai berikut:
v t −v 0
a= a . t = vt – v0
t
atau
vt = v0 + a t
dengan:
v0 = kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatn akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
t = waktu yg diperlukan (sekon)

Untuk menentukan jarak tempuh benda juga dapat menggunkan persamaan


berikut :
S = v0 t + ½ a.t2
Sedangkan bentuk lain dari persamaan awal adalah sebagai berikut:
vt2 = v02 + 2.a.s
s atau persamaan jarak tersebut merupakan fungsi kuadrat dalam waktu jika
dalam GLBB.
Dalam GLBB ini juga terdapat perlambatan. Dalam perlambatan, kecepatan akan
semakin berkurang sampai suatu saat benda akan berhenti. Perlambatan di sini
dimaksudkan sebagai percepatan yang bernilai negatif. Dengan demikian, persamaan-
persamaan GLBB berlaku sekaligus untuk gerak benda yang diperlambat beraturan,
dengan catatan nilai perlamabatan a negatif.

BAB III
CONTOH SOAL
Misalkan :

Sebuah pesawat dengan massa 34.000 kg akan melakukan take off di landasan dengan
kecepatan 10 m/s. Jika mesin pesawat melakukan gaya dorong sebesar 680.000 N dan luas
kedua sayap pesawat adalah 21 m2, berapakah gaya angkat yang diperlukan untuk bisa
membuat pesawat terangkat? ( ρ = 1,3 kg/m3)

Jawab:

 Diketahui
A = 21 m2 mpesawat = 37.000 kg
ρ = 1,3 kg/m3 v = 10 m/s
Fdorong = 740.000 N
 Ditanya:
Gaya angkat dan waktu yang diperlukan?

 Jawab:
F = ma

740.000 = 37.000 x a

a = F/m

740.000
a =
37.000

a = 20 m/s2

dengan massa sebesar 37.000 kg dan gaya dorong sebesar itu didapatkan percepatan
sebesar 20 m/s2

pada saat t = 1 sekon, dapat dicari :

1
v t=v 0 + a t
2

1
v t=10+ . 20 .1
2

v t=10+10
v t=20 m/s

Dapat diasumsikan v t=v udara pada bagian atas dan bawah pesawat dengan
perbandingan atas dan bawah, v1 :v 2 =3:2 . Maka diperoleh:

v1 =2 x 20=60 m/ s v 2=3 x 20=40 m/s

v1 =60 m/s

v 2=40 m/s

1
F= ρ ( v1 −v 2 ) . A
2 2
2

1
F= ( 1,3 ) ( 60 – 40 ) ( 21 )
2 2
2

F=( 0,65 ) ( 3600−1600 )( 21 )

F=27.300 N

Gaya angkat yang diperoleh sebesar 27.300 N dengan luas penampang sayap seluas 21
m2.

BAB IV
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
      Terdapat empat gaya mendasar yang bekerja pada pesawat terbang, yaitu:
1.    Gaya hambatan
2.     Gaya dorongan
3.     Gaya angkat
4.     Gaya berat (gravitasi)
Suatu pesawat dapat terbang atau tidak tergantung dari berat pesawat, kelajuan
pesawat, dan ukuran sayapnya. Makin besar kecepatan pesawat, makin besar kecepatan udara,
dan ini berarti gaya angkat pesawat makin besar. Demikian pula, makin besar ukuran sayap,
semakin besar pula gaya angkatnya.
Supaya pesawat dapat terangkat, gaya angkat harus lebih besar daripada berat
pesawat     ( F1 - F2 > mg ). jika telah berada pada ketingian tertentu dan pilot ingin
mempertahankan ketingianya ( melayang di udara), maka kelajuan pesawat harus diatur
sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan gaya berat pesawat ( F1 - F2 = mg ).

Anda mungkin juga menyukai