Anda di halaman 1dari 24

PESAWAT TERBANG SEDERHANA

Nama kelompok :

Dicky Irwansyah Putra 01151005


Atikah Nabilah Menzano 01151001
Rori Shanaz Cahyani 01151014

Program Studi Fisika

Institut Teknologi Kalimantan

2016
DAFTAR ISI

Daftar isi .. i
Bab I Pendahuluan . 1
A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan penelitian .. 3
Bab II tinjauan pustaka dan kerangka berfikir 4
A. Tinjauan pustaka .. 4
B. Kerangka berpikir . 5
Bab III Pembahasan Hasil Penelitian .. 6
A. Kesalahan fonologi .. 6
B. Kesalahan morfologi .. 10
C. Kesalahan sintaksis ... 11
D. Kesalahan leksikon .... 11
Bab IV Kesimpulan dan Saran 12
A. Kesimpulan ... 12
B. Saran .. 12
Daftar pustaka .. 13

i
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman, teknologi juga mengalami perkembangan


yang pesat pula. Adanya kemajuan di bidang teknologi semakin memudahkan
manusia untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Salah satu teknologi yang
mengalami perkembangan pesat adalah teknologi di bidang penerbangan. Saat ini
kita sudah bisa menikmati kecanggihan teknologi di bidang penerbangan. Hal ini
tidak terlepas dari perjuangan tokoh-tokoh terdahulu dalam mewujudkan impian
mereka.

Pesawat Terbang mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang. Ada


beberapa tokoh yang sangat berjasa dalam perkembangan pesawat terbang. Salah
satunya adalah bapak pesawat terbang kita yaitu Wilbur dan Orville Wright Di
mana mereka telah berhasil membuat The Flayer pesawat bermesin
pertama. Dari desain yang Wilbur dan Orville buat, desain tersebut terlihat mudah
untuk dibuat dalam bentuk mini. Oleh sebab itu bukan hanya membuat miniatur
pesawat terbang namun ingin mengetahui bagaimana pesawat tersebut dapat ter-
bang serta hal-hal yang terkait dengan fisika yang mempengaruhi pesawat se-
hingga dapat mengudara dengan baik.

1.2 Tujuan
Mencari gaya yang bekerja pada sistem pesawat terbang

1.3 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan,
yakni bagaimana cara mengetahui gaya yang bekerja pada pesawat terbang seder-
hana

i
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pesawat Terbang

Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap
tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendir . Secara umum istilah pesawat ter-
bang sering juga disebut dengan pesawat udara atau kapal terbang atau cukup pe-
sawat dengan tujuan pendefenisian yang sama sebagai kendaraan yang
mampu terbang di atmosfer atau udara. Namun dalam dunia penerbangan, istilah
pesawat terbang berbeda dengan pesawat udara, istilah pesawat udara jauh lebih
luas pengertiannya karena telah mencakup pesawat terbang dan helikopter. Seiring
perkembangan zaman, bentuk dan mesin pesawat terbang mulai disempurnakan.
Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara. Pada 1949,
dibuatlah pesawat komersial. Pesawat ini ukurannya lebih besar daripada pesawat-
pesawat sebelumnya. Ada pendapat lain mengenai pesawat terbang yang berbun-
nyi Pesawat terbang atau pesawat udara adalah mesin atau kendaraan apapun
yang mampu terbang di atmosfer atau udara.

2.2 Prinsip Dasar Pesawat Terbang

Dalam kajian gaya angkat pada sayap pesawat terbang, setidaknya ada tiga
prinsip fisika yang mendasari bekerjanya untuk gaya angkat pada sayap pesawat
terbang yaitu prinsip Bernoulli, Hukum III Newton, dan efek Coanda. Berikut ini
dijelaskan tentang ketiga prinsip fisika ketika gaya angkat pada sayap pesawat
terbang sedang bekerja.
Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan fluida
(untuk ketinggian yang relatif sama), maka tekanannya akan mengecil. Den-
gan demikian akan terjadi perbedaan tekanan antara udara bagian bawah dan
atas sayap. Hal inilah yang menciptakan gaya angkat L (lift).
Sayap pesawat memiliki kontur potongan melintang yang unik yaitu airfoil.
Pada airfoil, permukaan atas sedikit melengkung membentuk kurva cembung,
sedangkan permukaan bawah relatif datar. Bila sekelompok udara mengenai
kontur airfoil ini, maka ada kemungkinan bahwa udara bagian atas akan
memiliki kecepatan lebih tinggi dari bagian bawah. Hal ini disebabkan karena
udara bagian atas harus melewati jarak yang lebih panjang (permukaan atas air-
foil adalah cembung) dibandingkan udara bagian bawah. Penjelasan dengan
prinsip Bernoulli ini masih menuai pro-kontra, namun penjelasan ini pulalah
yang digunakan Boeing untuk menjelaskan prinsip gaya angkat.

i
Gambar 2. Penampang dan diagram aliran angin di sekeliling sayap pesawat

Selain itu jika kita lihat penampang melintang sayap pesawat, akan kita dapati
bidang sayap pesawat tidaklah sejajar dengan tubuh pesawat, tetapi agak miring di
bagian depan (yang disebut sebagai angle of attack) dengan sudut sekitar 4 derajat
untuk pesawat-pesawat kecil. Dengan bentuk seperti ini, udara yang dilintasi pe-
sawat akan sedikit tertahan di bagian bawah sayap, yang akhirnya mendorong
sayap ke atas. Efek serupa dapat kita jumpai jika kita merentangkan tangan keluar
kaca jendela mobil yang melaju, dan menaikkan sisi yang menghadap arah angin
sedikit. Akan ada dorongan yang cukup kuat ke atas. Prinsip-prinsip inilah, den-
gan sedikit kontribusi prinsip Bernoulli, yang menjadi faktor utama di balik ter-
bangnya sebuah pesawat.

Gambar 3. angle of attack dari pesawat

Penjelasan tentang Hukum III Newton menekankan pada prinsip perubahan


momentum manakala udara dibelokkan oleh bagian bawah sayap pesawat.
Dari prinsip aksi reaksi, muncul gaya pada bagian bawah sayap yang be-
sarnya sama dengan gaya yang diberikan sayap untuk membelokkan udara.
Disinilah kuncinya : Bentuk sayap yang sedemikian rupa membuat udara yang
mengalir di atas diarahkan sehingga secara umum lebih banyak udara yang di-
hembuskan ke arah bawah. Dari fakta ini, sesuai hukum III Newton, dengan
adanya udara yang dihembuskan ke bawah oleh sayap, udara di bawah pesawat
akan balas mendorong pesawat.

i
Sedangkan penjelasan menggunakan efek Coanda menekankan pada beloknya
kontur udara yang mengalir di bagian atas sayap. Bagian atas sayap pe-
sawat yang cembung memaksa udara untuk mengikuti kontur tersebut. Pem-
belokan kontur udara tersebut dimungkinkan karena adanya daerah tekanan ren-
dah pada bagian atas sayap pesawat (atau dengan penjelasan lain, pembe-
lokan kontur udara tersebut menciptakan daerah tekanan rendah). Perbedaan
tekanan tersebut menciptakan perbedaan gaya yang menimbulkan gaya angkat L
(lift). Meski belum ada konsensus resmi mengenai mekanisme yang paling
akurat untuk menjelaskan munculnya fenomena gaya angkat, yang jelas
sayap pesawat berhasil mengubah sebagian gaya dorong T (thrust) mesin menjadi
gaya angkat L (lift).

2.3 Komponen Penting Pada Pesawat

Salah satu komponen ialah Fuselage. Fuselage adalah kabin dan atau kokpit,
yang berisi kursi untuk penumpangnya dan pengendali pesawat. Sebagai tamba-
han, fuselage juga bisa terdiri dari ruang kargo dan titik-titik penghubung bagi
komponen utama pesawat yang lainnya. Beberapa pesawat menggunakan struktur
open truss. Fuselage dengan tipe open truss terbentuk dari tabung baja atau alu-
minium. Kekuatan dan kepadatan didapat dari pengelasan tabung-tabung secara
bersama yang membentuk bangun segitiga yang disebut trusses.

Gambar 2.3a kontruksi dari warren

Konstruksi dari Warren trus membuat bentuk sarang dengan batang-batang


longerons, juga batang diagonal dan vertikal. Untuk mengurangi berat maka pe-
sawat kecil menggunakan tabung aluminium alloy yang di rivet atau di sekrup
menjadi satu bagian dengan bagian yang berhadapan membentuk kerangka
Setelah teknologi berkembang, perancang pesawat mulai melapisi batang-
batang truss untuk membuat pesawat lebih streamline, dan meningkatkan kinerja.
Awalnya dengan menggunakan kain fabric, yang dapat membengkokkan logam
yang ringan seperti aluminium. Dalam beberapa keadaan, kulit luar dapat men-
dukung semua atau sebagian dari beban yang ditanggung oleh pesawat. Sebagian

i
besar pesawat modern menggunakan struktur kulit yang diketatkan (stressed)
yang dikenal dengan nama konstruksi monocoque atau semi-monocoque.
Setelah teknologi berkembang, perancang pesawat mulai melapisi batang-
batang truss untuk membuat pesawat lebih streamline, dan meningkatkan kinerja.
Awalnya dengan menggunakan kain fabric, yang dapat membengkokkan logam
yang ringan seperti aluminium. Dalam beberapa keadaan, kulit luar dapat men-
dukung semua atau sebagian dari beban yang ditanggung oleh pesawat. Sebagian
besar pesawat modern menggunakan struktur kulit yang diketatkan (stressed)
yang dikenal dengan nama konstruksi monocoque atau semi-monocoque.
- Rancangan monocoque menggunakan kulit (logam) yang diketatkan un-
tuk menanggung semua beban (load).
- Ini adalah struktur yang sangat kuat tapi tidak bisa mentoleransi
kerusakan berupa goresan atau penyok (berubah/deformasi).
- Karakteristik ini dapat dijelaskan dengan menggunakan kaleng alumini-
um tipis minuman ringan. Kita dapat menekan kaleng tersebut dengan
kuat tanpa merusak kaleng.
- Tapi kalau kaleng tersebut sudah penyok sedikit saja, maka akan lebih
mudah untuk membengkokkannya

Gambar 2.3b Konstruksi Monocoque

Konstruksi monocoque yang sebenarnya terdiri dari kulit (Skin), former (pem-
bentuk) dan bulkhead (penahan). Former dan bulkhead memberi bentuk pada
fuselage. Karena tidak ada kerangka maka kulit haruslah cukup kuat untuk menja-
ga kepadatan/kekuatan fuselage. Jadi, masalah yang cukup penting dalam kon-
struksi monocoque adalah menjaga konstruksi agar cukup kuat sementara berat
juga harus diperhatikan agar tidak melebihi batasan. Karena batasan inilah maka
struktur semi-monocoque digunakan di banyak pesawat masa kini. Sistem semi-
monocoque menggunakan sub-struktur dimana kulit pesawat ditempelkan. Sub-
struktur ini, yang terdiri dari bulkhead dan former terbuat dari berbagai ukuran
dan kerangka, memperkuat kulit pesawat dengan menyerap sebagian dari gaya
beban dari fuselage. Bagian utama dari fuselage juga termasuk titik sambungan
sayap dan sebuah firewall. Pada pesawat bermesin tunggal, mesinnya biasanya
disambungkan di depan fuselage. Ada pembatas tahan-api di antara bagian be-

i
lakang mesin dengan kokpit atau kabin untuk melindungi penerbang dan
penumpangnya dari api akibat kecelakaan. Pembatas inilah yang di

i
sebut dengan firewall dan biasanya dibuat dari material tahan panas seperti baja.

Gambar 2.3c Konstruksi Semi-monocoque

Sayap adalah airfoil yang disambungkan di masing-masing sisi fuselage dan


merupakan permukaan yang mengangkat pesawat di udara. Terdapat berbagai
macam rancangan sayap, ukuran dan bentuk yang digunakan oleh pabrik pesawat.
Setiap rancangan sayap memenuhi kebutuhan dari kinerja yang diharapkan untuk
rancangan pesawat tertentu. Bagaimana sayap dapat membuat gaya angkat (lift).
- Sayap dapat dipasang di posisi atas, tengah atau bawah dari fuselage.
- Rancangan ini disebut high-, mid- dan low-wing.
- Jumlah sayap juga berbeda-beda.
- Pesawat terbang dengan satu set sayap disebut monoplane,
- sedangkan pesawat terbang dengan dua set sayap disebut biplane.

Gambar 2.3d Monoplane dan biplane

Banyak pesawat dengan sayap di atas (high-wing) mempunyai tiang penahan di


luar atau disebut dengan wing-strut yang menyerap beban penerbangan dan pen-
daratan dari strut ke struktur fuselage. Karena biasanya wing-strut ini tersambung
di tengah sayap, tipe struktur sayap ini disebut semi-cantilever. Beberapa high-
wing dan sebagian besar low-wing mempunyai rancangan full-cantilever yang
dirancang untuk menahan beban tanpa tambahan strut di luarnya. Struktur utama
dari bagian sayap adalah spar, rib dan stringer. Semua itu kemudian diperkuat oleh

i
truss, I-beam, tabung atau perangkat lain termasuk kulit pesawat. Rib menentukan
bentuk dan ketebalan dari sayap (airfoil). Pada sebagian besar pesawat modern,
tanki bahan bakar biasanya adalah bagian dari struktur sayap atau tangki yang
fleksibel yang dipasang di dalam sayap.

Gambar 2.3e Komponen sayap


Di sisi belakang atau trailing edge dari sayap, ada 2 tipe permukaan pengen-
dali (control surface) yang disebut aileron dan flap. Aileron (kemudi guling) bi-
asanya dimulai dari tengah-tengah sayap ke ujung luar sayap (wingtip) dan beker-
ja dengan gerakan yang berlawanan untuk membuat gaya aerodinamis yang mem-
buat pesawat untuk berguling ke kiri atau ke kanan.
Sedangkan flap biasanya dari dekat fuselage ke arah luar sampai tengah-ten-
gah sayap. Flap biasanya sama rata dengan permukaan sayap pada waktu pesawat
sedang menjelajah. Pada waktu diturunkan, flap bergerak dengan arah yang sama
ke bawah untuk menambah gaya angkat sayap pada waktu lepas landas dan men-
darat.

2.4 Pesawat Aeromodelling


Aeromodelling adalah suatu kegiatan yang mempergunakan
sarana miniatur (model) pesawat terbang untuk tujuan rekreasi, edukasi dan
olahraga. Kegiatan ini umumnya digemari oleh peminat ilmu pengetahuan dan
teknologi secara perorangan ataupun yang tergabung dalam organisasi sosial ke-
masyarakatan, yang digunakan untuk menyebarluaskan minat kedirgantaraan di
bidang aeromodelling seperti Pramuka melalui kegiatan SAKA (Satuan Karya)
Dirgantara, Karang Taruna, UKM (Unit kegiatan Mahasiswa) di kampus-kampus
serta perkumpulan-perkumpulan olahraga kedirgantaraan.

i
Gambar 2.4a Pesawat Aeromodelling

2.4 Gaya-gaya yang bekerja

Gaya-gaya aerodinamika ini meliputi gaya angkat (lift), gaya dorong (thrust),
gaya berat (weight), dan gaya hambat udara (drag). Gaya-gaya inilah yang mem-
pengaruhi profil terbang semua benda-benda di udara, mulai dari burung-burung
yang bisa terbang mulus secara alami sampai pesawat terbang yang paling besar
sekalipun.Berikut ini hal-hal yang mendefinisikan gaya-gaya tersebut dalam se-
buah penerbangan yang lurus dan datar, tidak berakselerasi (stright and level, un-
accelerated).

Thrust, adalah gaya dorong, yang dihasilkan oleh mesin (powerplant)/ bal-
ing-baling. Gaya ini kebalikan dari gaya tahan (drag). Sebagai aturan umum,
thrust beraksi paralel dengan sumbu longitudinal. Tapi sebenarnya hal ini tidak
selalu terjadi, seperti yang akan dijelaskan kemudian.

F = m a
(2.1)

Drag, adalah gaya ke belakang, menarik mundur, dan disebabkan oleh gang-
guan aliran udara oleh sayap, fuselage, dan objek-objek lain. Drag kebalikan dari
thrust, dan beraksi kebelakang paralel dengan arah angin relatif (relative wind).

..(2.2)

Weight, gaya berat adalah kombinasi berat dari muatan pesawat itu sendiri,
awak pesawat, bahan bakar, dan kargo atau bagasi. Weight menarik pesawat ke

i
bawah karena gaya gravitasi. Weight melawan lift (gaya angkat) dan beraksi se-
cara vertikal ke bawah melalui center of gravity dari pesawat.

F = m g
(2.3)

Lift, (gaya angkat) melawan gaya dari weight, dan dihasilkan oleh efek di-
namis dari udara yang beraksi di sayap, dan beraksi tegak lurus pada arah pener-
bangan melalui center of lift dari sayap.

(2.4)

Gambar 4. Force of Fligth

Proses terjadinya gaya angkat pesawat terbang bergantung pada hal-hal berikut
ini:

Sudut pertemuan antara sayap dan udara (sudut) : lift (gaya angkat) akan makin
besar, bila sudut pertemuan antara sayap dan udara makin besar (sampai suatu
batas tertentu).Massa jenis udara: makin besar mssa jenis udara makin besar pula
lift-nya. kecepatan pesawat relatif terhadap udara: makin cepat gerak pesawat
makin besar pula lift-nya. Desain airfoil (airfoil adalah sesuatu permukaan yang
bila bergerak relatif terhadap udara memberikan suatu aksi dinamika yang bergu-
na).

i
Gambar 5. Gaya Angkat Pesawat Terbang

Sumbu Vertikal yaitu: gerakan berotasi terhadap sumbu-y yang digunakan untuk
membelok ke kiri atau ke kanan. Gerakan membelok ini diatur oleh Rudder (1).
Gerakan ini disebut yaw (bergoyang)

Sumbu Longitudinal yaitu : gerakan berotasi terhadap sumbu-x, yaitu mengguling


(rolling) ke samping. Gerakan ini diatur oleh aileron (5 dan 6) dengan cara menu-
runkan satu aileron dan menaikkan aileron yang lain. Ini dilakukan dengan cara
menarik handle a ke samping. Gerakan mengguling kesamping ini digunakan
pada saat membelok untuk menjaga efek tekanan samping.

Sumbu lateral atau sumbu transversal: gerakan rotasi terhadap sumbu-z, yaitu ge-
rakan hidung pesawat naik turun. Bila handle a ditarik, kedua elevator naik keatas,
sehingga ekor pesawat tertekan ke bawah. Dan hidung pesawat naik. Gerakan ini
disebut pitch.

i
BAB III
Metode Percobaan
3.1 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu antara lain :

a. Kayu balsa

b. Botol plastic

c. Sedotan

d. Karet

e. Kertas minyak

f. Lem

g. Gunting

h. Cutter

3.2 Skema Alat

Keterangan:

a. Sayap depan dengan panjang 30 cm

b. Sayap pinggir pada sayap depan

c. Sayap yang dipasang disebelah kanan atau kiri badan, agar pesawat ter-
bang lurus

i
d. Seyap belakang, sayap pinggir dan ekor tanpa rangka pinggir hanya tiang
saja langsung menggunakan cover kertas

e. Badan pesawat

3.3 Cara Kerja

Cara kerja dari pembuatan pesawat terbang ini pertama sayap depan
diposisikan pada batas yang sudah diberi tanda. Sayap digeser terlalu kedepan
dari batas yang ditandai, maka pesawat akan stahl, terlalu ke belakang pesawat
akan menukik, sayap digeser bila diperlukan saja. Bila ingin mencoba
menginginkan pesawat dapat terbang berputar dalam lingkaran kecil,
penopang baling-baling ditekuk sedikit ke arah kiri atas atau kanan atas, sam-
pai pesawat dapat terbang sempurna. Setelah karet terpasang, baling-baling
diputar searah jarum jam sebanyak 150 putaran jari tangan untuk karet tan
sport 3,2 mm. setelah itu baling-baling ditahan 1 detik kemudian lepas dengan
cara diayun atau didorong dengan halus. Selanjutnya pesawat dilepas
berlawanan dengan arah angina atau samping arah angin. Terbangkan pesawat
saat ingin tidak terlalu besar sekitar sore hari. Terbangkan di area luas agar
terhindar dari tabrakan karena bahan sangat rapuh.

i
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan

Telah dilakukan percobaan Pesawat terbang sederhana dengan tujuan


mencari gaya yang berkerja pada sistem pesawat terbang. Alat dan bahan yang
digunakan pada percobaan pesawat terbang sederhana yaitu pertama kayu balsa
yang berguna sebagai kerangka pesawat, botol plastic sebagai baling-baling pada
pesawat, kemudian sedotan yang berguna sebagai media untuk memasukkan
kawat baling-baling, lalu ada karet yang berguna sebagai pengait baling-baling
dan juga penggerak dari baling-baling, selanjutnya ada kertas minyak yang bergu-
na sebagai pelapis dari kerangka sayap pesawat, lem yang berguna sebagai
merekatkan setiap kerangka pesawat, gunting yang berguna sebagai memotong
bahan-bahan yang digunakan, serta cutter yang berguna sebagai memotong kayu
balsa.

Tahap pertama yang dilakukan ialah merakit pesawat terbang sederhana


sesuai dengan desain kerangka pada metodologi percobaan. Kemudian setelah di-
rakit maka pasang properler atau baling baling pada kerangka pesawat dab uji
apakah properler dapat berfungsi dengan baik. Selanjutnya ketika semua sudah
siap kita dapat menerbangkan pesawat tersebut namun perlu diketahui bahwa agar
dapat terbang dengan maksimal, maka perlu diperhatikan cuaca di lingkungan.
Waktu terbaik untuk percobaan penerbangan yaitu saat angin tidak terlalu kencang
sehingga pesawat tidak akan terbang terlalu jauh.

Saat percobaan, dibutuhkan dua orang untuk mempraktikannya dengan


tugas orang pertama yaitu merekam kejadian yang berlangsung dan yang kedua
yaitu melakukan percobaan pada pesawat tersebut. Kemudian baling baling
diputar terus menerus agar karet yang terkait pada kerangka pesawat dan properler
dapat terlilit. Karena sifat karet yang elastis sehingga karet dapat kembali keben-
tuk semula dan baling baling dapat memutar sama seperti kecepatan karet yang
kembali kebentuk semula. Selanjutnya tahan baling-baling tersebut dengan
memegang kawat dibawah baling-baling lalu lempar pesawat tersebut lurus kede-
pan. Kemudian hitung berapa lama pesawat mampu terbang di udara.

i
Dari analisis percobaan yang dilakukan, ada dua penyebab mengapa pe-
sawat sederhana tersebut dapat terbang, Karena massa dari pesawat tersebut san-
gat kecil Karena pesawat tidak menggunakan kayu yang bermassa besar. Selan-
jutnya gaya dorong atau trust pada baling-baling, semakin lama baling-baling
berputar maka semakin lama ia terbang. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin
besar massa maka semakin besar pula gaya berat nya , dan semakin besar gaya
trust maka semakin kecil gaya drag yang diterima pesawat sehingga gaya lift pada
pesawat tersebut besar Karena udara diatas pesawat lebih besar dari pada udara di
bawah pesawat.

i
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan adapun penerapan Hukum Bernoulli
dan hokum newton II, dan III. untuk mendesain pesawat terbang sederhana
tersebut dapat terbang. Pesawat terbang dirancang sedemikian rupa sehing-
ga hambatan udaranya sekecil mungkin. Pesawat pada saat terbang akan
menghadapi beberapa hambatan, diantaranya hambatan udara, hambatan
karena berat badan pesawat itu sendiri, dan hambatan pada saat menabrak
awan. Pada dasarnya, ada empat buah gaya yang bekerja pada sebuah pe-
sawat terbang yang sedang mengangkasa.

1. Berat pesawat yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi.


2.Gaya angkat yang disebabkan oleh bentuk pesawat.
3.Gaya ke depan yang disebabkan oleh berputarnya baling-baling pe-
sawat.
4.Gaya hambatan yang disebabkan oleh gesekan udara.

i
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pesawat_terbang

http://pengetahuanbagikita.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pesawat-terbang.html

https://putrarawit.wordpress.com/2015/03/14/prinsip-kerja-pesawat-terbang-
hukum-bernoulli/

http://gubuksainsku.blogspot.co.id/2014/12/prinsip-kerja-pesawat-terbang-gam-
bar-1.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:FF_Modell.jpg

alonso, M.E.J Finn.1994. dasar - dasar fisika universitas jilid 1.edisi kedua.
jakarta.: penerbit erlannga

i
Lampiran

i
!

i
!

i
!

i
i

Anda mungkin juga menyukai