Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EKSPERIMEN FISIKA I

“ GAYA ANGKAT PESAWAT”

Oleh:
NAMA: DELFIANA YOVENTA BUTI

NIM : 2006060019

PRODI: FISIKA

LABORATORIUM FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah tentang “Gaya Angkat Pesawat” dan dapat pula
menuliskan makalah ini dengan baik dan lancar.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Eksperimen


Fisika I yang diampu oleh Bapak Johnson Tarigan. Dengan demikian, hasil
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelajar untuk lebih
memahami tentang Gaya Angkat Pesawat

Saya menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa


dukungan dari berbagai pihak baik moril ataupun materil. Oleh karena itu saya
sebagai penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini, terutama kepada:

1. Bapak Johnson Tarigan, sebagai Dosen pengampu mata kuliah


Eksperimen Fisika I yang telah memberikan arahan dalam pelaksanaan
penulisan makalah tentang ”Gaya Angkat Pesawat”
2. Orang tua, teman dan sahabat atas dukungan moril dan material.
3. Berbagai pihak yang terlibat dan telah membantu tetapi tidak dapat
disebutkan satu per satu

Saya menyadari bahwa Makalah ini, masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh saya.
Oleh karena itu, saya sebagai penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Kupang , November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kita  semua pasti pernah memandang ke angkasa dan melihat ada pesawat
terbang yang sedang  melintasi udara di atas kita. Mungkin ada di antara kita
yang pernah bertanya “bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi?”. Pertanyaan
ini wajar, apa lagi jika kita melihat massa dari pesawat yang berton-ton
sehingga sepertinya mustahil untuk membuatnya dapat terbang terangkat di atas
tanah. Di tambah lagi bahwa massa jenis dari pesawat itu yang terbuat dari
material logam jauh lebih besar dari massa jenis udara yang bertindak ibarat
“Jalan Raya”.

Lalu bagaimana pesawat udara dapat terbang? Adalah suatu yang salah jika
kita berfikir bahwa mesin (engine) lah menyebabkan pesawat dapat terbang.
Pada dasarnya, sayap lah yang memberi gaya angkat yang dibutuhkan untuk
terbang, sedangkan engine hanya memberi gaya dorong (thrust) untuk bengerak
maju. Jadi, kesimpulan mudahnya adalah bahwa pesawat udara (bukan pesawat
antarikasa) dapat terbang karena memiliki sayap.

Dalam kajian fisika, hal ini sebetulnya bukanlah peristiwa yang mustahil
untuk terjadi, pada dasarnya hanya masalah keseimbangan gaya saja. Sudah
umum di ketahui bahwa benda selalu jatuh menuju pusat bumi karena adanya
gravitasi yang bekerja pada setiap benda. Tetapi, terdapat juga gaya ke atas
yang secara vektor berlawanan arah dengan gaya gravitasi ini. Kedua gaya
inilah yang berusaha direkayasa untuk selanjutnya hasilnya dapat membuat
pesawat dapat terbang

Pada dasarnya, sayap lah yang memberi gaya angkat yang dibutuhkan
untuk terbang, sedangkan engine hanya memberi gaya dorong (thrust) untuk
bengerak maju. Jadi, kesimpulan mudahnya adalah bahwa pesawat udara
(bukan pesawat antarikasa) dapat terbang karena memiliki sayap. Dalam kajian
fisika, hal ini sebetulnya bukanlah peristiwa yang mustahil untuk terjadi, pada
dasarnya hanya masalah keseimbangan gaya saja. Sudah umum di ketahui
bahwa benda selalu jatuh menuju pusat bumi karena adanya gravitasi yang
bekerja pada setiap benda. Tetapi, terdapat juga gaya ke atas yang secara vektor
berlawanan arah dengan gaya gravitasi ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis dapat menyimpulkan
rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

 “Bgaimanakah pesawat terbang yang terbuat dari logam dengan masa puluhan
ton dapat terbang bebas di angkasa”?

C.Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah gaya angkat pesawat terbang ini adalah untuk
memberikan informasi mengenai bagaimana cara pesawat terbang yang terbuat
dari logam dengan masa puluhan ton dapat terbang bebas di angkasa.

D.Manfaat
Pembaca dapat mengetahui informasi mengenai bagaimana cara pesawat
terbang yang terbuat dari logam dengan masa puluhan ton dapat terbang bebas
di angkasa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH

Pesawat terbang yang lebih berat dari udara diterbangkan pertama kali oleh
Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dengan menggunakan
pesawat rancangan sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan pada tahun
1903 di Amerika Serikat.

Wright bersaudara juga memberi sumbangan penting dalam hal perancangan


sayap. Mereka sadar, data-data sebelumnya yang sudah disiarkan, tidak bisa
dijadikan pegangan. Karena itu mereka menciptakan sendiri lorong-lorong
angin dan dicoba terhadap lebih dari dua ribu macam bentuk permukaan sayap.
Inti utama dari percobaan ini adalah, kedua bersaudara itu mampu membikin
bagan sendiri, memaparkan tentang tekanan udara terhadap sayap tergantung
pada bentuk sayap itu. Keterangan ini kemudian digunakan dalam tiap
pembuatan sayap pesawat terbang.

Berabad lamanya terbang itu sudah menjadi impian manusia. Mereka


kepingin melayang di langit dengan permadani terbang seperti dalam dongeng-
dongeng Seribu Satu Malam, impian yang berada jauh dalam jangkauan. Si
genius Wright bersaudaralah yang telah mewujudkan mimpi itu jadi kenyataan,
betul-betul terbang dengan pesawat dan bukannya bersila di atas permadani
dongeng sambil mengisap “hoga” yang tiga hasta panjangnya.
B. Alasan Pesawat Bisa Terbang
Pesawat bisa terbang karena ada momentum dari dorongan horizontal mesin
pesawat (Engine), kemudian dorongan engine tersebut akan menimbulkan
perbedaan kecepatan aliran udara dibawah dan diatas sayap pesawat .
Kecepatan udara diatas sayap akan lebih besar dari dibawah sayap di karenakan
jarak tempuh lapisan udara yang mengalir di atas sayap lebih besar dari pada
jarak tempuh di bawah sayap, waktu tempuh lapisan udara yang melalui atas
sayap dan di bawah sayap adalah sama . Menurut hukum Bernoully , kecepatan
udara besar menimbulkan tekanan udara yang kecil . sehingga tekanan udara di
bawah sayap menjadi lebih besar dari sayap pesawat bagian atas. Sehingga akan
timbul gaya angkat (Lift) yang menjadikan pesawat itu bisa terbang.

Terdapat empat gaya mendasar yang bekerja pada pesawat terbang, yaitu:

1. Gaya hambatan

2. Gaya dorongan

3. Gaya angkat

4. Gaya berat (gravitasi)

Dalam hukum newton yang pertama dapat disimpulkan bahwa benda


cenderung untuk tetap diam atau bergerak dengan kecepatan konstan kecuali
jika ada pengaruh (gaya) dari luar yang bekerja padanya. Kecendrungan ini
terjadi disebabkan oleh adanya keseimbangan gaya yang bekerja pada benda
tersebut. Jika tarikan yang bekerja pada benda sama besar dengan dorongannya,
maka benda tidak akan mengalami perubahan ditinjau dari pergerakan
horisontalnya. Begitupun yang terjadi jika gaya berat pada benda sama besar
dengan gaya angkatnya, maka untuk arah vertikal benda juga tidak mengalami
perubahan. Artinya bahwa, jika keseimbangan ini terganggu akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada benda, bisa horisontal maupun
vertikal.
Masih menurut Newton, dalam hukum keduanya dinyatakan bahwa benda
dengan massa tertentu yang mendapat pengaruh gaya maka benda tersebut akan
mengalami percepatan. Implikasi dari hukum ini adalah untuk kasus pesawat
terbang, kita dapat membuatnya terangkat dari tanah dengan memberikan gaya
angkat untuk pesawat tersebut, gaya angkat ini harus lebih besar dari gaya yang
disebabkan oleh tarikan gravitasi. Penjelasan tentang gaya angkat ini akan lebih
jelas jika kita menggunakan prinsip bernoulli dan hukum ketiga Newton.

Dalam prinsip bernoulli kita bisa menemukan bahwa fluida yang mengalir
lebih cepat akan menyebabkan penurunan tekanan pada fluida tersebut. Pada
model moncong pesawat terbang, sengaja di desain agar ketika udara menabrak
moncong tersebut akan menyebabkan aliran udara yang melalui bagian atas
pesawat lebih cepat dari pada  yang melewati bagian bawah sayap pesawat
terbang.

Seperti yang telah dinyatakan oleh bernoulli, perbedaan kecepatan ini


selanjutnya mengakibatkan tekanan udara pada bagian bawah sayap akan lebih
besar daripada tekanan dari bagian atas sayap pesawat terbang. Perbedaan
tekanan inilah yang menghasilkan gaya angkat pada pesawat terbang.

            Tinjau dengan hukum Bernoulli :

Ø  Laju aliran udara pada sisi atas pesawat (v2) lebih beswar di banding laju
aliran udara pada sisi bawah pesawat (v1). Maka sesuai dengan azas Bernoulli,
maka tekanan udara pada sisi bawah pesawat (p1) lebih besat dari tekanan udara
pada sisi atas pesawat (p2).

Ø  Syarat agar pesawat bisa terangkat, maka gaya angkat pesawat (Fa) harus
lebih besar dari gaya berat (W=mg), Fa > mg. Ketika sudah mencapai
ketinggian tertentu, untuk mempertahankan ketinggian pesawat, maka harus
diatur sedemikian sehingga : Fa = mg.

Ø  Jika pesawat ingin begerak mendatar dengan percepatan tertentu, maka :


gaya dorong harus lebih besar dari gaya hambat (fd > fg), dan gaya angkat harus
sama dengan gaya berat, (Fa=mg).
Ø  Jika pesawat ingin naik/menambah ketinggian yang tetap, maka gaya dorong
harus sama dengan gaya abat (fd = fg), dan gaya angkat harus lebih besar  dari
gaya berat (Fa=mg).

C. Penerapan fisika dalam gaya angkat sayap pesawat terbang

Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih


tajam dan sisi bagian yang atas lebih melengkung daripada sisi bagian
bawahnya. Bentuk ini menyebabkan aliran udara di bagian atas lebih besar
daripada di bagian bawah (v2 > v1).
Dari persamaan Bernoulli kita dapatkan :
P1 + ½ r.v12 + r g h1 = P2 + ½ r.v22 + r g h2
Ketinggian kedua sayap dapat dianggap sama (h1 = h2), sehingga:

r g h1 = r g h2.

Dan persamaan di atas dapat ditulis :

P1 + ½ r.v12 = P2 + ½ r.v22

P1 – P2 = ½ r.v22 - ½ r.v12

P1 – P2 = ½ r(v22 – v12)

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa v2 > v1 kita dapatkan P1 > P2
untuk luas penampang sayap F1 = P1 . A dan F2 = P2 . A dan kita dapatkan
bahwa F1 > F2. Beda gaya pada bagian bawah dan bagian atas (F1 – F2)
menghasilkan gaya angkat pada pesawat terbang. Jadi, gaya angkat pesawat
terbang dirumuskan sebagai :
F1 – F2 = ½ r A(v22 – v12)

Dengan  r = massa jenis udara   (kg/m3)

            Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa pesawat terbang dapat


terangkat ke atas jika gaya angkat pesawat lebih besar daripada berat pesawat.
Jadi, apakah suatu pesawat dapat terbang atau tidak tergantung dari berat
pesawat, kelajuan pesawat, dan ukuran sayapnya. Makin besar kecepatan
pesawat, makin besar kecepatan udara, dan ini berarti gaya angkat pesawat
makin besar. Demikian pula, makin besar ukuran sayap, semakin besar pula
gaya angkatnya.

            Supaya pesawat dapat terangkat, gaya angkat harus lebih besar daripada
berat pesawat     ( F1 - F2 > mg ). jika telah berada pada ketingian tertentu dan
pilot ingin mempertahankan ketingianya ( melayang di udara), maka kelajuan
pesawat harus diatur sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan gaya
berat pesawat ( F1 - F2 = mg ).
D. Kategori dan Klasifikasi

*Lebih berat dari udara

Pesawat terbang yang lebih berat dari udara disebut aerodin, yang masuk
dalam kategori ini adalah autogiro, helikopter, girokopter dan pesawat bersayap
tetap. Pesawat bersayap tetap umumnya menggunakan mesin pembakaran
dalam yang berupa mesin piston (dengan baling-baling) atau mesin turbin (jet
atau turboprop) untuk menghasilkan dorongan yang menggerakkan pesawat,
lalu pergerakan udara di sayap menghasilkan gaya dorong ke atas, yang
membuat pesawat ini bisa terbang. Sebagai pengecualian, pesawat bersayap
tetap juga ada yang tidak menggunakan mesin, misalnya glider, yang hanya
menggunakan gaya gravitasi dan arus udara panas. Helikopter dan autogiro
menggunakan mesin dan sayap berputar untuk menghasilkan gaya dorong ke
atas, dan helikopter juga menggunakan mesin untuk menghasilkan dorongan ke
depan.

*Lebih ringan dari udara

Pesawat terbang yang lebih ringan dari udara disebut aerostat, yang masuk
dalam kategori ini adalah balon dan kapal udara. Aerostat menggunakan gaya
apung untuk terbang di udara, seperti yang digunakan kapal laut untuk
mengapung di atas air. Pesawat terbang ini umumnya menggunakan gas seperti
helium, hidrogen, atau udara panas untuk menghasilkan gaya apung tersebut.
Perbedaaan balon udara dengan kapal udara adalah balon udara lebih mengikuti
arus angin, sedangkan kapal udara memiliki sistem propulsi untuk dorongan ke
depan dan sistem kendali.
E. Jenis Pesawat

Tandem motor glider

Wire launch glider

 Berdasarkan desain

Balon udara

Kapal udara

Pesawat bersayap tetap

Pesawat bersayap satu

Pesawat bersayap dua

Pesawat bersayap tiga

 Helikopter sipil Bell 407 di Bandara Niederrhein, Jerman.

Pesawat sayap berputar

Helikopter

Autogiro

 Berdasarkan propulsi

Pesawat terbang layang (Glider)

Pesawat bermesin piston

Pesawat bermesin turbo propeler

Pesawat bermesin turbojet

Pesawat bermesin turbofan


Pesawat bermesin ramjet

 Berdasarkan penggunaan

Pesawat-pesawat eksperimental NASA.

Pesawat eksperimental

Pesawat penumpang sipil

Pesawat angkut

Pesawat militer
F. Mekanisme kerja pesawat

Mesin jet pada pesawat berfungsi untuk membuat pesawat bergerak maju ke
depan dengan kecepatan tinggi. Dengan begitu, udara akan mengalir dengan
cepat melalui sayap pesawat. Udara yang mengalir ini akan membentuk gaya
dorong yang jauh lebih besar dari gaya hambat.

Gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin jet atau mesin lainnya yang
digunakan pada jenis pesawat lainnya, akan membuat udara mengalir pada
sayap dan membentuk gaya aerodinamis. Kunci utama pesawat bisa terbang
terletak pada sayap pesawat. Permukaan atas pesawat melengkung dan lurus
pada bagian belakang sayap. Hal tersebut menyebabkan udara mengalir lebih
cepat dan tekanan udara di atas sayap menurun. Hal ini menyebabkan pesawat
lebih mudah naik ke atas.

Diketahui kelajuan udara di bawah sayap pesawat v1 dan tekanan di bagian


bawah sayap pesawat P1. Sedangkan kelajuan udara di atas sayap pesawat v2
dan tekanan di bagian atas sayap pesawat P2. Sesuai hukum Bernoulli
memenuhi persamaan berikut.

P1 + 1/2ρv12 = P2 + 1/2ρv22
P1 – P2 = 1/2ρv22 – 1/2ρv12

Jika luas penampang sayap A maka besar gaya angkat yang dihasilkan adalah:

F=P⋅A

F = (P1 – P2)A = 1/2ρA(v22 – v22)

Sehingga, resultan gaya angkat pesawat terbang sesuai dengan persamaan


berikut.

Ketika sayap pesawat horizontal, sayap tidak mengalami gaya angkat.


Ketika sayap pesawat dimiringkan, pesawat mendapat gaya angkat sebesar F1 –
F2. Agar daya angkat yang ditimbulkan pada pesawat semakin besar, sayap
pesawat dimiringkan sebesar sudut tertentuterhadap arah aliran udara. Supaya
pesawat dapat terangkat, gaya angkat harus lebih besar daripada berat pesawat
(F1 – F2) > mg. Saat pesawat telah berada pada ketinggian tertentu, kelajuan
pesawat perlu diatur agar dapat mempertahankan ketinggiannya (melayang di
udara). Kelajuan pesawat harus diatur sehingga gaya angkat sama dengan berat
pesawat (F1 – F2 = mg) agar dapat melayang di udara.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Terdapat empat gaya mendasar yang bekerja pada pesawat terbang, yaitu:

1.    Gaya hambatan

2.     Gaya dorongan

3.     Gaya angkat

4.     Gaya berat (gravitasi)

Suatu pesawat dapat terbang atau tidak tergantung dari berat pesawat, kelajuan
pesawat, dan ukuran sayapnya. Makin besar kecepatan pesawat, makin besar
kecepatan udara, dan ini berarti gaya angkat pesawat makin besar. Demikian
pula, makin besar ukuran sayap, semakin besar pula gaya angkatnya.

Supaya pesawat dapat terangkat, gaya angkat harus lebih besar daripada berat
pesawat     ( F1 - F2 > mg ). jika telah berada pada ketingian tertentu dan pilot
ingin mempertahankan ketinggiannya ( melayang di udara), maka kelajuan
pesawat harus diatur sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan gaya
berat pesawat ( F1 - F2 = mg ).

B. SARAN

Saya sadar dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu saran dan bimbingan dari para bapak/Ibu dosen
selaku pembina sangat diharapkan demi kesempurnaan karya penulisan
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

 Siswanto. 2008. Kompetensi Fisika Untuk SMA. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

 Handayani, Sri. Fisika untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta:


Departemen Pendidkan Nasional

http://trianimafis.blogspot.com/2013/11/gaya-anggkat-pesawat-terbang.html

http://andiwahyuni2ipa1terpadu.blogspot.com/2014/04/makalah-gaya-angkat-pesawat.html

Anda mungkin juga menyukai