Continental Shelf (CLCS) Dalam Penentuan: Peranan Commission On The Limits of The Perbatasan Di Wilayah Artik
Continental Shelf (CLCS) Dalam Penentuan: Peranan Commission On The Limits of The Perbatasan Di Wilayah Artik
Oleh:
MAHMUDDIN
140200271
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2019
ABSTRAKSI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982
Part. VI Continental Shelf 94
LAMPIRAN 2
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982
Annex. II. Commission on the Limits of the Continental Shelf 98
LAMPIRAN 3
Rules of Procedures Commission on the Limits of the Continental Shelf 100
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah merupakan hal yang sangat penting bagi kedaulatan suatu negara,
hal ini meliputi daratan, lautan, dan ruang udara. Di atas wilayahnya, suatu negara
satu unsur yang harus dipenuhi oleh sekelompok penduduk atau masyarakat untuk
dapat disebut sebagai negara adalah wilayah yang tetap (a permanent territory)
suatu unsur mutlak wajib untuk dipenuhi.2 Dalam sejarah kehidupan umat
manusia, konflik perbatasan antar negara merupakan hal yang paling sering
muncul ke permukaan. Konflik itu lahir bukan hanya karena ketidakjelasan garis
1
Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2014) hlm. 203.
2
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Penerbit Mandar Maju,
2003) hlm.146.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Wilayah darat, laut, dan ruang udara merupakan satu kesatuan yang utuh
dalam kedudukan suatu negara. Batas-batas negara terkait wilayah ini biasanya
melakukan ekspansi ke wilayah laut, hal ini karena tidak memungkinkan untuk
eksploitasi sumber daya alam dan ilmu pengetahuan. Laut memiliki tujuan jangka
panjang yang sangat menjanjikan, baik untuk negara maju maupun berkembang.
3
Sefriani, op.cit. hlm. 205.
4
Konvensi Hukum Laut Jenewa 1958 terdiri dari empat Konvensi, yakni: Convention on
the Territorial Sea and Contuguous Zone (Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan);
Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas); Convention on Fishing and
Conservation of the Living Resources of the High Seas (Konvensi tentang Perikanan dan
Perlindungan Sumber Daya Hayati Laut Lepas), dan Convention on the Continental Shelf
(Konvensi tentang Landas Kontinen). Dalam tulisan ini akan digunakan istilah Konvensi tentang
Landas Kontinen 1958 untuk menyebut Konvensi tentang Landas Kontinen yang merupakan salah
satu dari Konvensi Jenewa tentang hukum laut 1958. Perlu dikemukan disini, bahwa nama lain
untuk Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut 1958 adalah Konvensi Hukum Laut PBB I 1958.
sejumlah besar negara yang terwakili dalam Konvensi tentang Hukum Laut 1982
kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu ketentuan penting
dalam eksistensi hukum laut. Berdasarkan UNCLOS 1982, 6 dalam Bab II, III, dan
IV, negara pantai dan negara kepulauan mempunyai kedaulatan atas perairan
selat, ruang udara di atasnya dan juga dasar laut dan tanah dibawahnya, demikian
juga sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. 7 Kekayaan alam tersebut
dapat dikelola untuk kepentingan nasional negara tersebut sebagai dasar dan bukti
merupakan wilayah negara. Ini berarti, selain ada bagian perairan wilayah laut
yang merupakan bagian wilayah negara dengan demikian tunduk pada kedaulatan
negara yang bersangkutan, ada pula bagian perairan laut yang tidak merupakan
bagian wilayah negara, jadi tidak tunduk pada kedaulatan negara, seperti laut
5
J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, terj. Bambang Iriana Djajaatmadja (Jakarta:
Sinar Grafika, 2008) hlm. 322.
6
UNCLOS 1982 dianggap sebagai kemajuan dalam hukum internasional karena
merumuskan aturan hukum laut internasional secara rinci dan menyeluruh.
7
Dikdik Mohamad Sodik, Hukum Laut Internasional, (rev.ed.; Bandung: PT. Refika
Aditama, 2016) hlm. 17.
8
Baca Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 1803/XVII tanggal 4
Desember 1962 tentang Kedaulatan Permanen suatu Negara atas Sumber Daya Alam (Permanent
Sovereignity of States over Natral Wealth Resources)
9
Istilah perairan territorial (territorial water) digunakan untuk menujukkan bagian perairan
(laut) yang merupakan wilayah negara, mengingat tidak semua perairan merupakan wilayah
negara, seperti laut lepas dan zona ekonomi ekslusif. Sedangkan istilah wilayah perairan
digunakan untuk menunjukkan salah satu dari bagian wilayah suatu negara, seperti wilayah
daratan dan wilayah ruang udara.
lepas (high seas).10 Hal ini sedikit berbeda dengan bagian bawah perairan seperti
landas kontinen dapat dieksplorasi dan dieksploitasi sumber daya alam yang
Landas kontinen sebagai salah satu pranata hukum laut, kini sudah
menempati posisi yang mapan. Sejarah lahir dan pertumbuhannya sebagai pranata
dalam substansi yang masih belum seragam dan masih variatif, sampai dengan
kontinen 1958.11 Akibat dari konvensi tersebut, menjadikan pranata hukum yang
bernama landas kontinen ini berlaku secara universal oleh karena memang
konvensi ini ditinjau dari sifat dan hakekatnya adalah merupakan konvensi dalam
ruang lingkup berlaku yang secara global. Meskipun belum semua negara
meratifikasinya, hal ini tidaklah mengurangi sifat dan hakekat universalnya. Sifat
internasional dalam kasus-kasus atau sengketa garis batas landas kontinen yang
bidang geologi, khusunya geologi kelautan, untuk menyebut kawasan dasar laut
dan tanah dibawahnya yang bersambungan dengan pantai yang berada dibawah
10
I Wayan Parthiana, op.cit. hlm. 149.
11
I Wayan Parthiana, Landas Kontinen dalam Hukum Laut Internasional, (Bandung:
Mandar Maju, 2005) hlm. 1.
permukaan air laut.12 Secara lebih lengkap, landas kontinen dalam pengertian
“The part of the ocean floor that is adjacent to the shores of the continent
and is covered by water of shallow depth, less than 80-100 fathoms (490-600 feet,
0r 145-180 meters). On all ocean floors are three distinct kinds of relief features
are found: the continental shelf, which is swallow, gently shelving section
adjacent to the shore; the continental slope, which is relatively steep slope along
the outer edge of the shallow section; and the so called abyssal floor or oceanic
plain, where water depths exceed 1,000 fathoms (6,000 feet or 1,800 meters)”.
(Bagian dari dasar samudra (lautan) yang bersambungan dengan pantai dari
suatu benua dan yang ditutupi oleh perairan yang dangkal, yaitu kurang dari 80-
100 fathoms (490-600 kaki, atau 145-180 meter). Pada dasar samudera (lautan)
tersebut, terdapat tiga jenis wujud lekukan, yaitu: landas kontinen, yang
merupakan dasar laut dangkal; kaki kontinen, yang merupakan kaki yang relatif
cukup curam sepanjang tepi luar dari bagian yang dangkal; dan yang terakhir
disebut samudera datar, yang kedalaman airnya melebihi dari 1,000 fathoms
(6,000 kaki atau 1,800 meter)).
Landas kontinen yang ditegaskan dalam Encyclopedia Americana tersebut
pengertian geologi ini kemudian diadopsi menjadi istilah hukum. Hal ini
disebabkan karena dalam bidang hukum, khususnya hukum laut, mulai muncul
suatu konsep baru yang kemudian berkembang menjadi suatu pranata hukum laut
baru, yang kini dikenal dengan nama landas kontinen.14 Tentu saja pengertian
landas kontinen dalam bidang hukum ini mengandung substansi dan ruang
lingkup yang berbeda dengan istilah landas kontinen dalam bidang geologi. Istilah
landas kontinen dalam bidang hukum, pertama kali diperkenalkan oleh Presiden
12
Ibid. hlm. 6.
13
The Encyclopedia Americana: International Edition, Vol. 7 (Connecticut, Grolier
Incorporated, 1993) hlm. 695.
14
I Wayan Parthiana, op.cit Landas Kontinen dalam Hukum Laut Internasional, hlm. 7-8.
15
Harry S. Truman adalah Presiden Amerika Serikat ke-33 (1945-1953). Sebelumnya,
Truman menjabat wakil presiden Amerika Serikat. Ia menggantikan Franklin D. Roosevelt setelah
“Having concern for the urgency of concerving and prudently utilizing its
natural resources, the Government of the United States of America regard the
natural resources of the seabed and the subsoil of the continental shelf beneath
the high seas but contiguous to the coast of the United States as appertaining to
the United States, subject to its jurisdiction and control. In cases where the
continental shelf extends to the shore of another States, the boundary shall be
determined by the United States and the States concerned in accordance with
equitable principles The character as high seas of the waters above the
continental shelf and the right to their free and unimpeded navigation are in no
way thus affected”.
(Dengan mempertimbangkan urgensi dari cadangan dan manfaat yang layak
atas sumber-sumber daya alamnya, pemerintah Amerika Serikat memandang
sumber-sumber daya alam yang terkandung di dalam dasar laut dan tanah
dibawahnya dari landas kontinen yang berada di bawah laut lepas tetapi yang
merupakan kelanjutan dari pantai Amerikat Serikat, sebagai kepunyaan Amerika
Serikat, dan dengan demikian tunduk pada yuridiksi dan pengawasan Amerika
Serikat. Dalam hal landas kontinen itu meluas hingga pada pantai negara-negara
yang dihadapannya, maka garis batasnya akan ditentukan oleh Amerika Serikat
dan negara yang bersangkutan, sesuai dengan prinsip jarak sama. Hakekat dari
perairan diatas landas kontinen itu sebagai perairan laut lepas disertai dengan hak
atas kebebasan pelayaran yang tidak boleh dihalang-halangi, dan tidak akan
terpengaruhi).
Proklamasi Truman ini dipandang sebagai awal dari lahirnya konsep landas
kontinen dalam arti yuridis, menampakkan sifat yuridisnya itu dalam beberapa hal
sang presiden wafat. Pada masa jabatan kepresidenannya yang kedua, ia didampingi oleh wakil
presiden Alben W. Barkley. Truman berasal dari Partai Demokrat.
16
Proklamasi Truman 1945 ini sebenarnya terdiri dari dua proklamasi, yakni Proklamasi
tentang Landas Kontinen dan Proklamasi tentang Perikanan. Akan tetapi dalam perkembangannya
kemudian Proklamasi tentang Landas Kontinen lebih dikenal dibandingkan dengan Proklamasi
tentang Perikanan. Sebenarnya pada tanggal 22 September 1942, Pemerintah Inggris Raya dan
Irlandia Utara dan Pemerintah Venezuela telah menandatangani Perjanjian tentang Garis Batas
Dasar Laut di Teluk Paria (Treaty relating to the Submarine Areas of the Gulf of Paria between
United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland and the United States of Venezuela) yang
sebenarnya jika dilihat geografi dari kawasan dasar laut dan tanah dibawahnya sebagimana diatur
dalam di dalam Perjanjian itu terletak antara pantai bagian utara Venezuela dan pantai bagian
selatan dari Trinidad dan Tobago (keduanya pada waktu itu merupakan wilayah jajahan Inggris),
merupakan dasar laut dan tanah dibawahnya di luar laut territorial atau dibawah laut lepas, yang
pada hakekatnya sesuai dengan Proklamasi Truman yaitu landas kontinen.
ditegaskan bahwa yuridiksi dan pengawasan Amerikat Serikat hanya terbatas pada
Kedua, Proklamasi Truman ini –walaupun tidak secara eksplisit- tidak mengubah
status yuridiksi dari landas kontinen itu sendiri sebagai dasar laut dan tanah di
bawahnya yang terletak atau berada di luar laut territorial Amerika Serikat.
Demikian pula dengan dengan status perairan diatasnya sebagai laut lepas
(high seas) diserati dengan kebebasan pelayaran di laut lepas (freedom of
navigation) yang merupakan salah satu kebebasan laut lepas yang secara
tradisional dan turun temurun sudah diakui dan dihormati masyarakat
internasional, sama sekali tidak dihalang-halangi.17
Proklamasi Truman yang sangat terkenal ini, ternyata kemudian diikuti oleh
Amerika Latin, seperti Chili, Equador, dan Peru. 18 Bukti nyata bahwa proklamasi
tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia internasional. Jika
diikuti oleh pihak lain, hal ini persis sama dengan tindakan sepihak terhadap
17
I Wayan Parthiana, op.cit., Landas Kontinen dalam Hukum Laut Internasional, hlm. 9-
10.
18
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era
Dinaika Global, (Bandung, Alumni 2000), hlm. 304.
sumber daya alam yang terkandung secara sepihak yang pada dasarnya
Tindakan dari Amerika Serikat tersebut ditiru oleh negara lain, namun
terdapat sedikit perbedaan yaitu negara lain mengklaim landas kontinen (dasar
laut dan tanah dibawahnya) itu sendiri serta perairan (laut) diatasnya, sejauh 200
mil laut juga diklaim sebagai bagian wilayahnya. Terhadap klaim tersebut, banyak
negara-negara yang menentangnya.20
Dengan demikian, dalam tempo yang relatif pendek, pranata hukum yang
bernama landas kontinen ini sudah diterima dan diakui secara luas oleh
masyarakat luas, walaupun masih dengan pengertian, substansi, dan ruang lingkup
yang tidak persis sama bahkan cenderung kontroversial. 21 Namun siapa yang
Istilah landas kontinen ini kemudian berkembang dalam arti hukum yang
lebih komprehensif. Hal ini dapat kita lihat Pasal 1 Konvensi tentang Landas
Kontinen 1958 menegaskan batasan tentang landasan kontinen itu sebagai berikut:
“For the purpose of these article, the term “continental shelf” is used as
referring:
(a) to the seabed and subsoil of the submarine areas adjacent to the coast but
outside the area of the territorial sea, to a depth of 200 meters or, beyond
that limit, to where the depth of the superjacent waters admits of the
exploitation of the natural resources of the said areas;
19
I Wayan Parthiana, op.cit., Landas Kontinen dalam Hukum Laut Internasional hlm. 11.
20
Mochtar Kusumaatmadja: Masalah Lebar Laut Teritorial pada Konperensi-Konperensi
Hukum Laut di Jenewa, 1958 dan 1960: Disertasi untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu
Hukum, (Bandung, PT. Penerbitan Universitas, 1962)
21
I Wayan Parthiana, op.cit., Landas Kontinen dalam Hukum Laut Internasional, hlm. 12.
(b) to the seabed and subsoil of similar submarines areas adjacent to the coast
of islands.”
(Untuk maksud dari pasal ini, istilah “landas kontinen” digunakan untuk
merujuk:
(a) Dasar laut dan tanah dibawahnya dari area bawah laut yang bersambungan
dengan pantai tetapi diluar area laut territorial, sampaia pada kedalaman
perairan di atasnya memungkinkan untuk mengeksploitasi atas sumber daya
alam dari area tersebut;
(b) Dasar laut dan tanah dibawahnya dari abawah laut yang serupa yang
bersambungan dengan pantai dari suatu pulau.)
Landas kontinen menurut Pasal 1 ini adalah landas kontinen dalam
pengertian yuridis, yang amat berbeda dengan dengan landas kontinen dalam
pengertian geologi. Sifat yuridis dari pengertian landas kontinen ini ditunjukkan
terdapat penegasan tentang perluasaan landas kontinen tersebut, yaitu tidak saja
benua yang memiliki landas kontinen tetapi juga pulau, walaupun jika ditinjau
dari segi ilmu bahasa arti landas kontinen dapat diartikan dengan landas benua.
Akibat tertuangnya poin kedua tersebut, muncul penegasan bahwa pulau tanpa
Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan 1958,22 secara yuridis juga
Istilah landas kontinen juga tertuang dalam UNCLOS 1982, tentang landas
kontinen diatur dalam Bagian VI mulai dari Pasal 76 hingga Pasal 85. Pasal 76
yang terdiri dari ayat 1 hingga ayat 10, seluruhnya mengatur tentang substansi dan
ruang lingkup dari landas kontinen.23 Wujud dari banyak ayat yang membahas
22
Pasal 10 ayat 1 Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan 1958
mendefinisikan pulau (island) sebagai berikut: An island is a naturally formed area of land;
surrounded by water, which is above water at the high tide.
23
I Wayan Parthiana, op.cit., Landas Kontinen dalam Hukum Laut Internasional, hlm. 24.
ruang lingkup landas kontinen dengan lebih jelas, tegas, dan limitatif. Pasal 76
aspek geologi dan aspek hukum. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan kedua
ilmu tersebut tentang apa sebenarnya landas kontinen tersebut. Dengan demikian,
Aspek geologis yang pertama tampak pada rumusan “throughout the natural
Internasional dalam North Sea Continental Shelf Case 1969.24 Dalam putusan
24
Lihat dan bacalah ringkasan putusan Mahkamah Internasional dalam North Sea
Continental Shelf Case, 1969.
batas terluar (outer limit) dari landas kontinen yang didasarkan pada “to the outer
edge of the continental margin” penentuan pinggiran luar dari tepi kontinen hanya
Aspek hukum yang pertama tampak pada rumusan “the sea bed and subsoil
of the submarine areas that beyond its territorial sea” yang mana ketentuan ini
membatasi landas kontinen hanya meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya yang
terletak diluar laut teritorial. Kedua, ditetapkannya batas terluar dari landas
kontinen pada jarak 200 mil laut diukur dari garis pangkal yang merupakan garis
tempat lebar laut teritorial suatu negara ditentukan.26 Pasal 76 UNCLOS 1982
merupakan landasan hukum konkrit dan jelas yang mengatur mengenai landas
kontinen.
the Continental Shelf (selanjutnya disebut CLCS). Peran dari CLCS sangat vital
Banyak negara di dunia yang berselisih mengenai batas terluar landas kontinen
25
I Wayan Parthiana, op.cit., Landas Kontinen dalam Hukum Laut Internasional hlm. 25.
26
Ibid. hlm. 27
Salah satu wilayah yang rentan terhadap sengketa tersebut adalah laut Artik.
Suatu perairan yang dahulunya dipandang sebelah mata karena dipenuhi dengan
es –saat ini mulai mencair akibat dari perubahan iklim, dahulu hanya bisa
digunakan pada musim panas saja, namun kini bisa digunakan lebih lama lagi
sebagai jalur kapal-kapal internasional- kini mulai memiliki peran yang penting.
Sumber daya alam yang terkandung menjadi alasan utama negara-negara Artik
Denmark, Rusia, dan Kanada perihal landas kontinen yang saling bersinggungan
satu sama lain. Untuk itu, CLCS hadir sebagai komisi yang menyelesaikan
komando United Nations (UN), dimana melakukan tugas dan fungsinya bertumpu
pada acuan dan kerangka hukum yang terdapat pada United Nations Convention
of the Law on the Sea (UNCLOS) 1982, Rules of Procedure of Commission on the
Limits of the Continental Shelf, dan Scientific and Technical Guidelines of the
Peran CLCS tentu penting dalam penentuan batas terluar garis batas landas
kontinen terutama di wilayah Artik. Selain itu, CLCS memiliki potensi untuk
itu semua, CLCS dituntut untuk menjalankan tujuan dan fungsinya agar apa yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3. Untuk mengetahui apa upaya hukum yang dilakukan Commission on the Limits
D. Manfaat Penelitian
internasional dan hukum organisasi internasional. Selain itu, penelitian ini juga
hukum internasional. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dan
E. Metode Penelitian
prosedur atau sebuah cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan tertentu. 27
penelitian hukum juga didasarkan pada suatu metode, sistematika, dan pemikiran
tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum
dalam rangka menemukan jawaban dari permasalahan dalam penelitian serta juga
1. Jenis Penelitian
27
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), hlm. 330.
28
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1986), hlm. 43.
29
Ibid.,hlm. 3.
30
Ibid.,hlm. 6.
metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata
diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau
badan pemerintah. Berbeda dengan metode penelitian hukum yuridis biasa disebut
perpustakaan. Dalam penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari
konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan pada tiap pasal, formalitas dan
bahasa hukum. Sehingga dapat kita simpulkan pada penelitian hukum normatif
normatif adalah suatu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder. Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka
hukum internasional. Selain itu, titik tolak penelitian ini terdapat pada hukum laut
the Limits of the Continental Shelf (CLCS), maka untuk itu diperlukannya sejarah
hukum sebagai dasar acuan fakta. Penelitian ini juga akan membahas bagaimana
2. Sifat Penelitian
untuk menerangkan, memperkuat, atau menguji dan bahkan menolak suatu teori
atau hipotesa terhadap hasil-hasil penelitian yang ada. Penelitian ini akan
Denmark, Kanada, dan Rusia terkait peran Commission on the Limits of the
3. Bahan Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian hukum ini dibagi menjadi tiga yaitu
antara lain: data primer, data sekunder dan data tersier. Bahan hukum primer
mana tercakup juga didalamnya antara lain produk hukum nasional maupun
bahan hukum primer.34 Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang
memperjelas dan memberi petunjuk atas bahan hukum primer dan bahan hukum
a. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian hukum ini antara lain
33
Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta:Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005), hlm. 2.
34
Ibid.,hlm. 30-31.
35
Ibid.
meliputi:
1. Buku;
2. Ensiklopedia;
3. Jurnal-jurnal hukum;
4. Makalah;
5. Artikel; dan
menerangkan data primer dan sekunder yang digunakan antara lain meliputi:
1. Ensiklopedia
ini adalah studi dokumen atau bahan pustaka. Metode ini dilakukan melalui
penelitian dari bahan-bahan yang sebagian besar dari bahan tersebut berasal dari
dari internet.
Metode yang digunakan dalam pengolahan data dan analisis data penelitian
hukum ini adalah metode kualitatif, yaitu sebuah metode analisis data deskriptif
analitis yang mengacu pada suatu masalah tertentu dan dikaitkan dengan pendapat
F. Keaslian Penulisan
tidak ditemukan oleh penulis sebuah penelitian dengan judul dan permasalahan
yang sama. Untuk itu, penulis dengan sikap tegas dan berani mengambil pokok
permasalahan tersebut sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini sebagai tugas
Sumatera Utara.
G. Sistematika Penulisan
proses penulisan karya ilmiah, salah satunya adalah skripsi. Untuk memudahkan
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.
338.
pembahasan akan diuraikan secara detail dan teliti melalui garis besar dan inti
permasalahan. Setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab yang akan mendukung
Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab beserta garis pokoknya adalah
sebagai berikut;
BAB I PENDAHULUAN
Dalam BAB I ini akan dibahas mengenai latar belakang yang menjelaskan
Dalam BAB III ini akan dibahas mengenai instrumen hukum internasional.
hukum internasional yang essential terkait dengan clcs yaitu United Nations
Dalam BAB IV ini akan dibahas mengenai sengketa negara artik dalam
Continental Shelf. Selain itu, dalam bab ini juga akan membahas kasus
posisi antara Norwegia, Islandia, Denmark, Rusia, dan Kanada dalam Limits
BAB IV PENUTUP
Dalam BAB V ini akan dibahas mengenai intisari dan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari dua bagian penting yaitu
HUKUM INTERNASIONAL
(CLCS)
CLCS) merupakan salah satu dari tiga komisi yang terbentuk dibawah United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (selanjutnya disebut UNCLOS
1982).37 CLCS ini ditugaskan untuk dua peran signifikan dalam penentuan batas
landas kontinen yang melebihi dari 200 mil laut.38 Pertama, CLCS berperan untuk
mengevaluasi klaim dari negara pantai pada area landas kontinen yang melebihi
dari 200 mil laut tersebut.39 Kedua, berdasarkan permintaan dari pihak yang
bersangkutan CLCS dapat menyediakan data ilmiah dan saran teknis kepada
Landasan hukum yang menjadi dasar pembentukan dari CLCS dapat kita
tinjau dari mandat yang diberikan secara langsung pada Pasal 76 ayat 8 UNCLOS
1982 disertai dengan Annex II sebagai bentuk penjelasan secara umum untuk
37
Ketiga komisi tersebut adalah International Tribunal for the Law of the Sea,
Commission on the Limits of the ContinentaL Shelf, dan International Seabed Authority. UNTS
Vol. 1833 No.31363
38
Suzette V. Suarez, Commission on the Limits of the Continental Shelf, A. von Bogdandy
and R. Wolfrum (eds.) Max Plank Yearbook of United Nation Law Vol. 14. (Netherland:
Koninklijke Brill N.V, 2010) hlm. 132.
39
Ibid.
40
Ibid.
22
Universitas Sumatera Utara
23
yang dirasa perlu dikarenakan pada Konvensi tentang Landas Kontinen 1958
belum ada satu badan atau lembaga yang menangani masalah tersebut. 41 CLCS
Kontinen 1958, ataupun telah meratifikasi UNCLOS 1982, atau mungkin juga
dan/atau multilateral tentang garis batas landas kontinen, tidaklah berarti mereka
sudah lepas dari permasalahan tentang garis batas landas kontinen.42 Perbedaan
tentang garis batas landas kontinen, tidak saja dihadapi oleh negara-negara yang
landas kontinen, tetapi juga dihadapi oleh negara-negara yang sama-sama belum
terikat pada Konvensi ataupun perjanjian tentang garis batas landas kontinen. 43
langsung. Untuk itu, pihak tersebut membutuhkan peran dari pihak ketiga baik
sebagai perantara, penegah atau mediator, ataupun dalam bentuk pemberian jasa-
41
Penulis mengamati dengan banyaknya kasus mengenai perbatasan terkait landas kontinen
namun permasalahan tersebut masih diselesaikan oleh Mahkmah Internasional dan Arbitrase
Internasional. Jumlah kasus yang semakin meningkat menimbulkan desakan-desakan bagi negara
untuk pembentukan suatu badan yang independen dan ahli terhadap bidangnya. Selain itu,
efektifitas yang minim dari Mahkamah Internasional dan Arbitrase Internasional dikarenakan
perannya yang begitu banyak dan kompleks turut meyakinkan negara peserta Konvensi untuk
membentuk lembaga yang khusus menangani masalah terkait penetapan batas luar landas
kontinen.
42
I Wayan Parthiana, op.cit., Landas Kontinen dalam Hukum Laut Internasional hlm. 151.
43
Ibid.
jasa baik.44 Sebelum kehadiran CLCS, penyelesaian sengketa terkait garis batas
inilah yang selanjutnya akan memeriksa dan memutuskan perkara atau sengketa
tersebut dengan putusan yang nantinya akan memiliki kekuatan mengikat yang
untuk mendapatkan hak berdaulat. Selain itu, kandungan sumber daya alam yang
terkandung sudah tentu memiliki nilai ekonomi tinggi yang menjadi target dari
Komisi tersebut melakukan pemilihan anggota pertama kali pada Maret 1997,
pertemuan sesi diadakan pertama kali pada Juni 1997.49 Pada tahun pertamannya,
banyak terjadi revisi terkait Rules of Procedure sebagai dasar hukum dikarenakan
Dokumen lain yang dipersiapkan oleh CLCS adalah Scientific and Technical
Guidelines yang lahir pada saat pembentukan dengan versi terbaru terbit pada 13
Mei 2009 yang digunakan untuk penentuan garis terluar dari landas kontinen.
penentuan garis batas terluar landas kontinen. Semenjak berdiri dari tahun 1997,
CLCS telah menerima pengajuan dari negara-negara sebanyak 51 kali, dan dari
rekomendasi sebanyak 9 kali.51 Melihat kondisi saat ini, beban kerja CLCS ini
diprediksi akan terus menerus meningkat mengingat banyak klaim dari negara-
48
Suzette V. Suarez. Op.cit., hlm. 133.
49
Ibid.
50
Doc. CLCS/40/Rev.1 mengandung versi terbaru dari Rules of Procedure tertanggal 11
April 2008. Dalam dokumen tersebut terdapat Ann. I dan Ann. II yang mana lahir pada pertemuan
ke-4, yang diadakan pada 31 Agustus – 4 September 1998, dan Annex II lahir pada pertemuan ke-
13 yang diadakan pada 26-30 April 2004.
51
Suzette V. Suarez. Op.cit., hlm. 134.
negara yang terus mengajukan batas terluar landas kontinen. Sudah tentu,
terbentuknya CLCS;
1. Kepentingan Politik
negara tersebut tidak terlepas dari politik internasional untuk membentuk suatu
yang berbeda-beda.52 Hal ini kita lihat dari kebijakan di dunia internasional yang
kekuasaan sebagai konsep utama dalam politik. Harold D. Laswell dan A. Kaplan
kita dapat merumuskan bahwa tindakan-tindakan politis dari negara- negara untuk
52
Cheppy Haricahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1986), hlm. 103.
53
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997), hlm. 10
berisi: “In the performance of their duties, members of the Commission shall not
seek or receive instruction from any Government or from any other authority
external to the Commission. They shall refrain from any action which might
tugasnya, anggota Komisi tidak boleh mencari dan menerima instruksi dari
Pemerintah manapun atau dari otoritas eksternal lainnya yang bukan bagian dari
Komisi. Mereka harus menahan diri dari tindakan yang mungkin dapat
terbuka bahwa anggota komisi bebas dari intervensi pihak manapun, tidak
landas kontinen. Hal ini dapat kita lihat dan turut perlu diperhatikan pada
54
Lihat pada Ann. IV Member of the Commission on the Limits of the Continental Shelf
(1997-2002)
55
Rusia diwakili oleh Dr. Yuri Borisovitch yang memiliki posisi sebagai Counsellor
Russian Ministry of Natural Resources. Melihat dari posisi perwakilannya dapat kita lihat niat dari
Rusia untuk menguasai sumber daya alam yang ada pada batas luar landas kontinennya.
56
Norwegia diwakili oleh Mr. Harald Brekke yang memiliki posisi sebagai Norwegian
Petroleum Directorate. Melihat dari posisi perwakilannya yang menyerupai perwakilan Rusia,
Norwegia juga ingin menguasai apa yang terkandung pada batas luar kontinennya.
57
Kanada menempatkan Dr. Galo Carerra Hurtadoi sebagi perwakilannya.
secara kebetulan tiga negara tersebut saling bersengketa di Laut Artik dengan
a. Political Theory.
b. Law,
d. Political Forces,
e. International Relation.59
yang dinyatakan oleh Joseph. S. Roucek, dimana sudah tentu politik memiliki
peran yang sentral terhadap pembentukan dari CLCS, dengan beranggapan bahwa
CLCS merupakan suatu komisi yang terbentuk karena pengaruh politik dari
2. Kepentingan Ekonomi
Sumber daya alam yang terkandung dalam Artik berisi mineral-mineral dan
cadangan minyak bumi yang memiliki potensi nilai jual ekonomi yang tinggi.
Sumber daya alam ini yang menjadikan pemicu negara-negara artik untuk
58
Denmark dan Islandia tidak memiliki perwakilan pada komisi pada saat pemebentukna
pertama kali.
59
Cheppy Hericahyono, Op.cit., hlm. 22.
melakukan klaim terhadap limit batas landas kontinennya. Beberapa sumber daya
alam yang menjadi primadona sudah tentu minyak dan gas. Selain itu, mineral,
perikanan, dan energi alternatif juga menjadi bagian yang tidak kalah penting.
Berikut klasifikasi terhadap sumber daya alam yang terkandung pada wilayah
The U.S Geological Survey estimates that undiscovered oil and gas
reserves in the Arctic amount to 22% of the world's total, about 412 billion
barrels of oil.60
minyak dan gas yang tersimpan di Artik mencapai 22% dari jumlah total dunia,
60
Andrew Osborn, Putin's Russia in biggest Arctic military push since Soviet fall, Reuters
(31 January, 2017) sebagaimana diakses pada 25 Januari 2019 pukul 12.10 WIB.
61
Charles Ebinger, John P. Banks, & Alisa Schackmann Offshore Oil and Gas Governance
in the Arctic: A Leadership Role for the U.S., Brookings Institution (March 2014) sebagaimana
diakses pada 25 Januari 2019 pukul 12.18 WIB.
The first offshore oil platform in the Arctic was Prirazlomnaya in the
Pechora Sea off Russia, operated by the Russian company Gazprom; it began
production in late 2013. Russia jailed 30 Greenpeace activists protesting the
platform and seized their ship.62 The largest Arctic platform in the Arctic
is Goliat in the Barents Sea off Norway, co-owned by Eni Norge AS and Statoil; it
began production in 2015.63 Royal Dutch Shell had $7 billion project to extract
oil from the Chukchi Sea off Alaska, Polar Pioneer, but abandoned the project in
2015 after determining that it was "not sufficient to warrant further
exploration”.64 Contributing to this decision was the record-low price of oil and
the high operating costs of operating in a remote region with extreme weather.65
(Platform pertama dalam pertambangan minyak di Artik adalah
Prirazlomnaya di laut Pechora sekitar Rusia, dioperasikan oleh perusahaan Rusia
yaitu Gazprom; memulai produksi pada akhir 2013. Rusia melakukan penahanan
terhadap 30 aktivis Greenpeace karena memprotes dan menangkap kapal mereka.
Platform terbesar artik adalah Goliat di laut Barents sekitar Norwegia, milik
bersama antara Eni Norge AS and Statoil; memulai produksi pada 2015. Royal
Dutch Shell memiliki proyek sebesar 7 Milyar USD untuk mengekstrak minyak
dari laut Chukchi sekitar Alaska sebagai pionir di kutub, namun meninggalkan
proyek tersebut pada 2015 setelah menentukan ketersediaan yang tidak menjamin
untuk eksplorasi lebih lanjut. Keputusan tesebut menjadikan rekor harga minyak
rendah dan biaya operasional tinggi yang beroperasi di wilayah terpencil dengan
cuaca ekstrim pula.)
Arctic oil production is costly; in October 2015, the break-even point (price
required to cover the cost of production) of known but undeveloped Arctic oil
reservoirs was $78.6 per barrel; this was more expensive to produce than all
(Produksi minyak di Artik sangat mahal; pada Oktober 2015, titik impas
pada cadangan minyak di Artik sekitar 78.6 USD/barel; ini menjadikan biaya
62
Joel K. Bourne, Jr., In the Arctic's Cold Rush, There Are No Easy Profits, National
Geographic (March 2016) sebagaimana diakses pada 25 Januari 2019 pukul 12.36 WIB
63
Ibid.
64
Jennifer A. Dlouhy, Shell abandons Arctic oil quest after $7 billion bid yields
'disappointing' results, Houston Chronicle (28 September, 2015) sebagaimana diakses pada 25
Janauri 2019 pukul 12.49 WIB.
65
Joel K. Bourne, Jr., Loc.cit. .
66
Ibid.
b. Mineral
Significant deposits of phospate, bauxite, diamonds, iron ore, and gold are
located in the Arctic region.67 Deposits of silver, copper, and zinc also exist in the
Arctic.68
(Artik merupakan deposit yang besar bagi sumber mineral yang berharga.
Ketersediaan tersebut diantaranya posfat, bauksit, berlian, bijih bisi, dan emas
ditemukan di wilayah Artik. Ketersediaan dari perak, tembaga, dan zink juga
tersedia di Artik).
67
Ibid.
68
Isaac Arnsdorf, Diamonds to Oil Bring Gold Rush Dreams to Melting Arctic, Bloomberg
(30 April, 2014) sebagaimana diakses pada 25 Januari 2019 pukul 13.07 WIB.
69
Elisabeth Rosenthal, Race Is On as Ice Melt Reveals Arctic Treasures, New York
Times (18 September, 2012) sebagaimana diakses pada 25 Janauri 2019 pukul 13.13 WIB.
70
Ibid.
71
Joel K. Bourne, Jr., Loc.cit. .
c. Perikanan
Emerging fisheries are another resource in the Artic.72 Many marine species
have traditional cultural value to Alaskan native; these marine species are being
Banyak biota laut yang berharga bagi penduduk alsi Alaska dan biota laut tersebut
In 2015, the five nations with waters adjacent to the central Arctic High
Seas agreed upon "interim measures on control of commercial fishing" in the
central Arctic High Seas. A December 2015 meeting of these states, plus an
additional five cooperating nations, "reaffirmed that, although commercial fishing
in the high seas area of the central Arctic Ocean appears unlikely to occur in the
near future, the state of currently available scientific information needs to be
improved in order to reduce the substantial uncertainties associated with Arctic
fish stocks”.73 In April 2016, representatives of the nations again met to negotiate
and discuss commercial fishing in the Arctic high seas.74
(Pada 2015, lima negara yang berdekatan pada Laut Lepas Artik telah setuju
untuk “pengukuran sementara untuk mengendalikan perdagangan ikan” di tengah
Laut Lepas Artik. Pertemuan pada Desember 2015, negara-negara tersebut,
ditambah dengan lima negara kerjasama, “menegaskan kembali bahwa, meskipun
penangkapan ikan komersial di daerah laut lepas Samudra Arktik tengah
tampaknya tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat, keadaan informasi ilmiah
yang tersedia saat ini perlu ditingkatkan untuk mengurangi ketidakpastian
substansial yang terkait dengan stok ikan Arktik).
terkandung di wilayah Arik tersebut. Kita dapat memahami bahwa minyak dan
gas, mineral, serta perikanan merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai
72
Deb Riechmann, U.S. lags behind arctic nations in race to stake claims to untapped
resources, Associated Press (1 Januari, 2014) sebagimana diakses pada 25 Januari 2019 pukul
13.21 WIB.
73
Fourth Meeting of Scientific Experts on Fish Stocks in the Central Arctic Ocean, 4th
FiSCAO, Alaska Fisheries Science Center, sebagaimana diakses pada 25 Janauri 2019 pukul 13.31
WIB.
74
Hannah Hoag, Nations negotiate fishing in Arctic high seas, Arctic Deeply (republished
by United Press International (28 April 2016) sebagaimana diakses pada 25 Januari 2019 pukul
13.37 WIB
jual ekonomi yang tinggi. Ketiga sumber daya alam tersebut merupakan alasan
Sudah jelas yang diincar negara-negara Artik pada landas kontinennya adalah
sumber daya alam tersebut yang mana memiliki kapasitas ekonomi yang luar
biasa. Oleh karena itu, mereka saling mengklaim terhadap landas kontinen yang
Untuk itu, dapat kita tarik pemahaman bahwa pembentukan CLCS tidak hanya
negara di wilayah Artik tersebut. Mustahil jika kepentingan ekonomi tidak masuk
3. Kepentingan Geografi
tersebut terdiri atas laut Artik, Alaska (Amerika Serikat), Finlandia, Denmark,
Islandia, Kanada, Norwegia, Rusia, dan Swedia. Daratan di wilayah Artik ini
biasanya dipenuhi oleh salju dan es. Artik dulu dianggap sebagai daerah yang
tidak memiliki daya tarik sama sekali, namun itu semua berubah ketika terjadinya
ekosistem yang unik jika dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di
bumi. Tidak heran jika keunikan ekosistem tersebut mempunyai daya tarik yang
gambaran penuh menganai wilayah Artik, berikut disajikan peta wilayah Artik.
Sumber: Navigation Rights under UNCLOS–Application in the Arctic OceanThe Russian Far
East, Arctic and China: Reshaping Northeast Asia in the 21st Century on 25-26 May 2017,
Cambridge, Dr Zhen Sun, Centre for International Law, National University of Singapore
langsung dengan laut Artik –Kanada, Denmark, Islandia, Norwegia, Rusia, dan
Ameika Serikat- dan memiliki batas pada 200 mil laut (370 km; 230 mi) atas
tambahan dari Exclusive Economic Zone (EEZ) atau dikenal dengan istilah Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE). Hanya Swedia dan Finlandia yang tidak memiliki akses
untuk membuat klaim untuk landas kontinennya jika melebihi 200 mil laut.75 Atas
75
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (Ann. 2, Article 4).
76
United Nations Division for Ocean Affairs and the Law of the Sea. Chronological lists of
ratifications of, accessions and successions to the Convention and the related Agreement, April
2009.
77
Ibid.
78
Ibid.
79
Ibid.
internasional pada musim panas saja. Kini, mulai dapat digunakan lebih lama dari
biasanya akibat dari perubahan iklim yang terjadi. Kondisi es mulai mencair
sehingga kapal-kapal dapat berlayar lebih mudah dari biasanya. Didukung dengan
teknologi yang tinggi dalam dunia navigasi, hal ini sebagai pendorong terkuat
untuk meningkatkan lalu lintas pelayaran dunia. Selain itu, teknologi kapal-kapal
terutama bagi kegiatan jalur perdagangan dan jasa pelabuhan. Akses terbukanya
oleh negara-negara Artik untuk memiliki akses terhadap rute lalu lintas
peran sentral dalam kondisi geografis tersebut yang sudah tentu sangat
pelelehan es semenjak September 1984 hingga September 2016 agar kita dapat
Sumber: Printscreen video Youtube “It's time to draw borders on the Arctic Ocean” diupload
oleh Vox pada 24 Oktober 2017
Sumber: Printscreen video Youtube “It's time to draw borders on the Arctic Ocean” diupload
oleh Vox padaGa 24 Oktober 2017
terlepas dari pembentukan CLCS. Kondisi strategis dan akses terhadap wilayah
(CLCS)
Fungsi dan tujuan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, ibarat
dua sisi logam yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi. CLCS sebagai
bagian dari organisasi internasional sudah tentu memiliki fungsi dan tujuan yang
terukur. Tujuan erat kaitannya dengan maksud atau arah yang hendak dicapai.
Sementara itu, fungsi berarti peran atau tugas yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan CLCS terpapar pada laman
berikut:
The purpose of the Commission on the Limits of the Continental Shelf (the
Commission or CLCS) is to facilitate the implementation of the United Nations
Convention on the Law of the Sea (the Convention) in respect of the establishment
of the outer limits of the continental shelf beyond 200 nautical miles (M) from the
baselines from which the breadth of the territorial sea is measured. Under the
Convention, the coastal State shall establish the outer limits of its continental
shelf where it extends beyond 200 M on the basis of the recommendation of the
Commission. The Commission shall make recommendations to coastal States on
matters related to the establishment of those limits; its recommendations and
actions shall not prejudice matters relating to the delimitation of boundaries
between States with opposite or adjacent coasts.80
Secara jelas dan gamblang bahwa tujuan dari CLCS adalah untuk
yang melebbihi dari 200 mil laut atas dari garis pangkal dari laut teritorial. Atas
dasar Konvensi, negara pantai diharuskan untuk mendirikan batas terluar kontinen
mereka yang mana jika lebih dari 200 mil laut harus mendapatkan rekomendasi
dari komisi. Selain itu, komisi juga harus membuat rekomendasi untuk negara
80
Purpose, Function, and Sesion Commission on the Limits of the Continental Sehlf
(CLCS) dimuat dalam laman http://www.un.org/Depts/los/clcs_new/commission_purpose.htm
sebagaimana diakses pada 26 Januari 2019 pukul 12.06 WIB.
pantai pada hal yang berhubungan dengan limit tersebut, rekomendasi dan
Sebagaimana tercantum pada Pasal 3 Annex II, fungsi komisi adalah sebagai
berikut:
(a) To consider the data and other material submitted by coastal States
concerning the outer limits of the continental shelf in areas where those
limits extend beyond 200 nautical miles, and to make recommendations in
accordance with article 76 and the Statement of Understanding adopted on
29 August 1980 by the Third United Nations Conference on the Law of the
Sea;81
(b) To provide scientific and technical advice, if requested by the coastal State
concerned during preparation of such data.82
Kedua fungsi tersebut saling berkaitan satu sama lain. Fungsi pertama
dan materi lainnya yang diserahkan oleh negara pantai berkaitan dengan batas
terluar landas kontinen di wilayah yang batasnya melebihi dari 200 mil laut, dan
Understanding yang diadopsi pada 29 Agustus 1980 oleh Konvensi Hukum Laut
PBB III. Fungsi yang kedua adalah untuk menyediakan data ilmiah dan saran
teknis jika dibutuhkan oleh negara pantai pada saat persiapan data.
secara pasif, dimana hanya berfungsi sebagai wadah penetapan dan penyelesaian
batas terluar landas kontinen. Negara pantai memiliki peran yang aktif terhadap
81
Ibid.
82
Ibid.
tersebut haruslah dari negara pantai dan kehadiran CLCS sebagai assist atas dasar
dari permintaan negara pantai tersebut. Kedua fungsi tersebut selaras dengan
kekuatan hukum yang dikmiliki oleh CLCS pada rekomendasinya. Sesuai dengan
Pasal 76 ayat (8) UNCLOS 1982, rekomendasi yang diberikan kepada negara
pantai terhadap penentuan batas terluar landas kontinennya memiliki sifat akhir
dan mengikat.
Sifat pasif dari CLCS tersebut membuktikan bahwa CLCS tidak memiliki
mandat secara langsung untuk mendirikan batas luar landas kontinen. 83 Hak dan
kekuatan hukum itu terdapat pada negara pantai karena CLCS mengakui negara
bagian dari wilayah teritorial negara pantai namun memiliki sifat dan karateristik
yang menyerupai wilayah tersebut.85 Hal ini sesuai dan meiliki kekuatan hukum
Kedua fungsi CLCS tersebut merupakan hasil dari diskusi alot dan panas
dengan negara pantai. Hal ini bertujuan karena pada prinsip hukum internasional
tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi, semua pihak sejajar dan memiliki hak yang
sama dimata hukum, tidak pandang bulu baik itu negara maju maupun
berkembang. Melihat tujuan dan fungsi yang telah temaktub tersebut, maka CLCS
83
Suzette V. Suarez. Op.cit., hlm. 135.
84
Ibid.
85
Ibid.
86
Ibid
dibentuk sebagai komisi atau unit kerja dari organisasi internasional, tidak
semata-mata dapat bertindak bebas, harus pula mengikuti aturan yang telah ada
organisasi lainnya.
Shelf (CLCS)
kontinen membutuhkan beberapa langkah yang kompleks. Hal ini sebagai wujud
dari bentuk teliti dan detail CLCS terhadap rekomendasi yang nanti akan
dikeluarkan untuk negara pantai. Mekanisme ini merupakan suatu proses yang
panjang dan banyak menyita waktu. Proses tersebut guna menganalisis dan
melalui ketua dewan dengan melampirkan tiga dokumen utama yaitu Executive
Summary, Main Body, dan Supporting Data.87 Setelah itu, CLCS akan
tersebut dicatat, CLCS akan memberikan semacam tanda bukti terima kepada
87
Pasal 76 ayat (8) UNCLOS 1982 dan pada Ann. II Pasal 4 dan didukung dengan
kehadiran Rules of Procedures: Rule 45 dan Ann. III para.1.
88
Rules of Procedures: Rule 48.
Kemudian, CLCS menjadwalkan agenda untuk sesi bagi komisi dengan tenggang
waktu tidak boleh lebih dari tiga bulan setelah publikasi tersebut dibuat.91
CLCS selanjutnya bekerja dalam beberapa hal yang cukup vital terhadap
kelanjutan atas pengajuan yang telah diterima tersebut. Komisi diwajibkan untuk
tindakan yang perlu dilakukan lebih lanjut,95 dan jika dibutuhkan akan
memasuki tahap yang cukup alot dan panas. Sub-komisi akan memulai pengujian
awal terhadap pengajuan yang dilakukan. Beberapa poin penting yang tidak boleh
terlepas adalah verifikasi format dan kelengkapan dari pengajuan, 97 analisis awal
89
Ibid. Rule 49.
90
Ibid. Rule 50 dan 47(3).
91
Ibid. Rule 51(1) dan Ann. III, para.2.
92
Ibid. Rule 16.
93
Ibid. Annexx III para. 2(a).
94
Ibid. Rule 46, Ann. I, dan Ann II para. 2(b).
95
Ibid. Ann. III, para. 2(c).
96
UNCLOS 1982 Ann. II Pasal 5 dan Rules of Procedures: Section X.
97
Rules of Procedures, op.cit., Ann. III para. 3.
98
Ibid. Ann. III para. 5.
99
Ibid. Ann. III para. 6.
dengan sengketa lainnya jika ada.100 Selain itu, sub-komisi diwajibkan untuk
melaporkan agenda tersebut kepada komisi untuk diulas satu minggu setelah
Setelah proses diatas selesai, maka CLCS akan mengadakan evaluasi utama
mengenai data ilmiah yang telah diterima.103 Hal selanjutnya dilakukan adalah
PBB.104 Pada saat proses ini berlangsung baik CLCS maupun negara yang
dan klarifikasi.105
kesempatan untuk memberikan tanggapan dan pandangannya. 106 Setelah itu, sub-
secara penuh terhadap rekomendasi yang diajukan oleh sub-komisi.108 Pada saat
100
Ibid. Ann. III para. 7.
101
Ibid. Ann. III para. 8(1).
102
Ibid. Ann. III para. 8(2).
103
Ibid. Ann. III para. 9.
104
Ibid. Rule 52 dan Ann. III para. 6(2-4).
105
Ibid. Ann. III para. 10.
106
Ibid. Ann. III para. 10(3).
107
Ibid. Rule 51 dan Ann. III para. 10 (5), 11, 12, 13, 14.
108
Ibid. Rule 53(1).
109
Ibid. Ann. III para. 15.
tersebut. Apabila tidak ada penolakan, maka sudah tentu komisi menerima dan
mengajukan klain juga akan menerima laporan yang telah disetujui oleh komisi.
kontinen oleh CLCS. Jika menolak, maka negara pantai tersebut dapat
mengajukan permohonan baru atau merevisi dan kembali pada proses awal
pengajuan.113 Jika negara menerima rekomendasi tersebut, maka akan ada dua
kemungkinan yang terjadi. Jika rekomendasi tersebut diterima dan ternyata ada
pengurangan batas terluar landas kontinen terhadap negara yang berhadapan atau
tersebut diterima dan ternyata tidak ada pengurangan batas terluar landas kontinen
Informasi berupa grafik, data geologis, dan penjelasan batas terluar tersebut akan
110
Ibid. Rule 53(1).
111
Pasal 6 ayat (6) UNCLOS 1982, Ann. II Pasal 6 ayat (2), dan Rules of Procedures: Rule
53 (1).
112
UNCLOS 1982 Ann. II Pasal 6 ayat (3), dan Rules of Procedures: Rule 53 (3).
113
Ibid. Ann. II Pasal 8 dan Rules of Procedures: Rule 53 (4).
114
Pasal 83 UNCLOS 1982.
115
Rules of Procedures, op.cit., Rule 53(5).
kemudian kepada Sekretaris Jenderal .116 Langkah akhir dari rangkaian proses
tersebut.117
kita akan dituntun dengan keterkaitan beragam ilmu dalam penentuan batas
kegiatan kerja CLCS, hukum laut internasional sebagai ketetapan yang menjadi
acuan penentuan batas luar landas kontinen diikuti dengan geologi dan hidrografi
sebagai data-data utama yang memiliki kekuatan secara ilmiah terhadap landas
mengajukan klaim tersebut sepadan dengan apa yang didapat. Hal ini dilakukan
116
Pasal 76 ayat (9) UNCLOS 1982 dan Rules of Procedures: Rule 54(1).
117
Rules of Procedures. op.cit, Rule 54(3).
memahami ketiga suku kata yang membentuk frasa tersebut. Hukum, organisasi,
dan internasional jika dipenggal memiliki arti yang berbeda-beda. Ada beberapa
hal yang harus dikuasai yaitu hukum internasional dan organisasi internasional
internasional.
dengan perjanjian internasional oleh dua negara atau lebih berisi fungsi, tujuan,
sebagai subjek hukum internasional yang berhak menyandang kewajiban dan hak
118
Mochtar Kusumaatmadja, Penghantar Hukum Internasional¸Buku I Bagian Umum,
(Jakarta: Binacipta, 1982), cetakan keempat, hlm. 1.
119
Sefriani, op.cit., hlm. 142.
120
Hal ini bermula saat Mahkamah Internasional mengeluarkan Advisory terhadapa kasus
yang paling phenomenal yaitu Reparation Case 1849. Kasus ini bermula saat penembakan
pangeran Swiss yang bernama Bernadotte oleh tentara Israel, yang mana ia bertugas sebagai
mediator pada suatu kasus di timur tengah.
45
Universitas Sumatera Utara
46
b. menjadi subjek dari beberapa atau semua kewajiban yang diberikan oleh
hukum internasional;
c. mampu membuat perjanjian internasional yang sah dan mengikat dalam hukum
internasional;
121
Sefriani, op.cit., hlm. 102.
122
Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta, UI
Press, 2004), hlm 4.
untuk menguasai subjek, objek, dan sumbernya terlebih dahulu. Dalam hukum
internasional terkait dengan hak dan kewajiban dari setiap anggota maupun non-
internasional yaitu:126
organisasi internasional.
ratifikasi dari semua anggotanya. Instrumen pokok ini dapat berupa piagam,
123
Ibid.
124
Baca Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta, UI Press,
1990), hlm. 12-19.
125
Ibid., hlm. 19-26.
126
Ibid., hlm. 26-32.
wajib atau harus dilaksanakan baik oleh para anggotanya maupun badan-badan
Hukum
Internasional
Organisasi
Internasional
Hukum Organisasi
Internasional
dalam hukum internasional. Induk awal dari runtutan tersebut adalah hukum
maka kita membutuhkan pemahaman lebih lanjut tentang apa itu sebenarnya
organisasi internasional.
minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama organisasi
internasional. Diakhir penjelasan berikut akan ditutup dengan posisi CLCS dalam
organisasi internasional, apakah ia berdiri sendiri atau sebagai unit kerja dari
beberapa sumber dan literatur yang dikemukakan oleh para ahli hukum
hukum internasional pada saat itu. Pemahaman dari banyak sarjana digunakan
1. Bowwet D.W127
2. J.G Starke128
127
Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional
Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi (Jakarta, PT. Ghalia Global, 2003) hlm. 45.
128
Ibid., hlm. 46.
”In the first place, just as the function of the modern state and the rights,
duties and powers of its instrumentalities are governed by a branch of municipal
law called state contitutional law, so international institution are similiarly
conditioned by a body of rules may will be described as international
constititional law”.
(Pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak,
kewajiban dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu
diatur oleh hukum nasional yang dinamakan HTN sehingga dengan demikian
organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern
yang diatur oleh hukum konstitusi internasional).
3. Sumaryo Suryokusumo129
Pendapat beliau befokus pada proses dan tujuan akhir yang ingin dicapai
berpendapat
”…yang dimaksud dengan OI dalam pengertian luas adalah bentuk kerja sama
antar pihak-pihak yang bersifat internasional untuk tujuan yang bersifat
internasional. Pihak-pihak yang bersifat internasional itu dapat berupa orang-
129
Ibid., hlm. 48.
130
Ibid., hlm. 51.
Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global” juga membahas pengertian
Perjanjian Internasional, yang mana dalam pasal itu disebutkan bahwa organisasi
yang diberikan konvensi ini sangat sempit karena hanya membatasi diri pada
6. T. May Rudy132
staff activities”.
131
Boer Mauna, Op.cit hlm. 419.
132
T.May Rudy, Hukum Internasional 2, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2002) hlm. 93-94
jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta
kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda”. Oleh karena itu, suatu
bersama baik antar pemerintah atau non–pemerintah, dan struktur organisasi yang
struktur organisasi lintas batas negara dengan keanggotaan lebih dari dua,
memiliki fungsi dan tujuan tertentu, dengan dasar pembentukan yang legal,
yang telah disampaikan, maka dari itu CLCS merupakan unit kerja dari suatu
organisasi terbesar yaitu United Nation. Hal ini dapat kita simpulkan dari struktur
organisasi dan kedudukan CLCS dimana merupakan suatu komisi yang bertindak
dibawah naungan United Nation yang memiliki tugas dan fungsi khusus. Secara
B. United Nations Convention Law of the Sea (UNCLOS) 1982 sebagai Dasar
(CLCS)
pengesahan rancangan UNCLOS 1982 pada tanggal 30 April 1982 sebagai suatu
setelah melalui perundingan selama delapan tahun, atau empat belas tahun setelah
Arvid Pardo, Duta Malta untuk PBB, meminta perhatian akan pentingnya
pembentukan rezim hukum baru untuk mengatur dasar laut dalam.134 Peran
UNCLOS 1982 ini memiliki statistik penerimaan yang cukup baik dimana
UNCLOS 1982 dibuka untuk penandatanganan dan segera (sampai sekitar tanggal
Perwalian PBB untuk Namibia. Setelah itu menyusul 39 negara lagi, sehingga
jumlah penandatangan menjadi 159. Konvensi ini terdiri dari 320 pasal dan 9
rezin hukum yang mengatur sekitar 70% dari keseluruhan luas permukaan
133
Albert W. Koers, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut: Suatu
Ringkasa, ter. Rudi M. Rizki dan Wahyuni Bahar, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1991), hlm.1.
134
Ibid.
laut semakin besar, yaitu sebagai sumber makanan, energi, dan bahan mentah.
kontinen. Bagian ini dimulai dari Pasal 76 hingga 85. Kesepuluh pasal tersebut
tentang definisi dari landas kontinen. Pengaturan lainnya juga berupa hak-hak dan
tindakan-tindakan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Selain itu,
terdapat pula pengaturan tentang status hukum mengenai perairan dan ruang udara
Artik. Berikut tabel tentang hal yang diatur pada bagian VI UNCLOS 1982
tersebut.
135
.Ibid.
Pasal Judul
78 Legal status of the superjacent waters and air space and rights and
freedoms of other States
(Status hukum perairaan diatasnya dan ruang udara dan hak serta
kebebasan negara lain)
85 Tunneling (Terowongan)
136
Tabel ini dibuat berdasarkan pemahaman penulis terhadap Bagian VI UNCLOS 1982.
Pasal 76 merupakan definisi dari landas kontinen secara lengkap. Hal yang
perlu diperhatikan adalah pada pasal 76 ayat (8) dimana diberikan mandat untuk
sebagai dasar bagi CLCS untuk beroperasi dan melakukan tugas dan fungsi sesuai
Pasal 77 menjelaskan tentang hak berdaulat yang dimiliki oleh negara pantai
pada landas kontinen. Hak tersebut dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan
udara diatasnya. Melekatnya hak tersebut tidak mengurangi hak lintas damai dan
navigasi bagi negara-negara lain. Senada dengan pasal 79, seluruh negara boleh
meletakkan kabel-kabel dan jalur pipa hanya saja ditambahi dengan persetujuan
pulau buatan dan instalasi-inslatasi serta stuktur lainnya, pasal berikut bersifat
mutatis mutandis dengan pasal 60 dimana penjelasan tentang pulau buatan dan
eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan pada landas kontinen yang melebihi
dari 200 mil laut, maka negara pantai diwajibkan untuk melakukan pembayaran
dan kontribusi yang sesuai secara tahunan setelah lima tahun produksi pada situs
tersebut berdasarkan pasal 81. Besar jumlah yang wajib diberikan pada tahun ke-
enam adalah sebesar 1% dari volume produksi. Pada tahun berikutnya, nilai
oleh Otoritas yang berwenang dan akan didistibusikan kepada negara yang ada
paling tertinggal.
tecapai persetujuan pada suatu periode tertentu, maka akan dilakukan Settlement
137
Settlement of Disputes dibahas tersendiri dalam konvensi pada Bagian XV UNCLOS
1982.
pembahasan kali ini adalah Pasal 76 ayat (8) yang memberikan mandat untuk
pembentukan CLCS. Oleh karena posisi CLCS yang cukup vital, pembentukan
CLCS berlandaskan pada pengaturan khusus pada Annex II pada UNCLOS 1982
keanggotaan, fungsi dan tujuan, dan bagaimana komisi tersebut bekerja. Dengan
bagi CLCS untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Atas dasar landasan
Aturan main tentu diperlukan agar suatu badan atau komisi dapat bertindak
sesuai dengan wewenangnya. Jika tanpa aturan, maka sudah tentu badan atau
komisi tersebut tidak dapat bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan. Rules of
Procedures CLCS merupakan perangkat hukum yang berisi aturan dan prosedur
`Aturan 12-
Officers
15 RoP
Aturan 16-
Secretariat
18 RoP
Aturan 42
Submission
RoP
Advice to Aturan 55
Coastal States RoP
Resort to Expert
and other
Aturan 55
Technical and
RoP
Scientific
Procedures Organization
Participation of
Coastal States Pasal 5
Representative Annex II
in the Konvensi
Proceedings
Participation of Pasal 76
Third States Konvensi
138
Skema ini disusun berdasarkan pemahaman penulis terhadap Rules of Procedures
Commission on the Limits of the Continental Shelf (CLCS) dan pemaparan yang dilakukan oleh
Suzette V. Suarez dalam karaya yang berjudul Commission on the Limits of the Continental Shelf
dimana pandangan beliau tanpa tekanan dari institusi atau pemerintah manapun. Skema ini
bertujuan sebagai ringkasan penjabaran dari sistematika kerja CLCS.
terutama mengenai pengajuan yang dilakukan oleh negara pantai. 139 Sebuah sesi
dapat terdiri dari beberapa pertemuan baik antara komisi maupun dengan
subkomisi. Sesi dan pertemuan dapat dilakukan atas permintaan dari Ketua
oleh Sekretaris Jenderal kepada anggota komisi mengenai tanggal, tempat, dan
durasi sesi secepat mungkin, tetapi tidak boleh kurang dari 60 hari sebelum
pembukaan.141 Jika ada pengajuan submission yang ada maka akan diberitahukan
juga kepada anggota komisi bersamaan dengan pemberitahuan sesi dam anggota.
Biasanya, United Nations Headquarters di New York menjadi tempat sesi dan
Adapun yang menjadi agenda pada sesi dan pertemuan tersebut harus
disiapkan oleh Sekretaris Jenderal PBB dengan konsultasi dengan ketua komisi.143
Materi lainnya juga boleh masuk kedalam agenda jika dirasa perlu meningkatkan
efektifitas dari fungsi CLCS. 144 Agenda tersebut akan diadopsi pada sesi awal dan
anggota dari komisi. Jumlah anggota komisi ini berdasarkan pasal 2 Annex II
139
Rules of Procedures, op.cit Rule 2(1).
140
Ibid. Rule 2(2).
141
Ibid. Rule 3.
142
Ibid. Rule 4(1).
143
Ibid.Rule 5(1)
144
Ibid.Rule 5(3).
145
Ibid.Rule 5(4) (5).
UNCLOS 1982 yaitu berjumlah 21 orang yang mana harus ahli dalam bidang
negara yang meratifikasi UNCLOS 1982 dan bertindak atas kapasitas pribadinya.
wilayahnya tidak kurang dari 3 anggota komisi.147 Masa bakti anggota komisi
yang terpilih adalah lima tahun dan mereka dapat dipilih kembali.148 Seberapa
banyak periode untuk dapat dipilih kembali tidak dijelaskan pada pasal tersebut.
meminta data ilmiah dan saran teknis kepada anggota komisi maka negara
tugasnya, setiap anggota komisi wajib diminta sumpahnya. 151 Selain itu, setiap
anggota komisi dalam menjalankan tugasnya tidak boleh menerima arahan dari
pemerintah atau otoritas eksternal lainnya.152 Selain anggota komisi, CLCS juga
memiliki pejabat komisi yang dipilih langsung oleh anggota komisi. Jumlah
pejabat CLCS adalah satu ketua dan empat wakil dan harus memperhatikan
kesetaraan dan keseimbangan wilayah dan regional.153 Masa bakti dari pejabat
tersebut adalah 2.5 tahun dan dapat dipilih kembali.154 Jika ketua komisi tidak
dapat hadir, maka dapat digantikan dengan wakil ketua dan memiliki kekuasaan
146
UNCLOS 1982 Ann. II Pasal 2 ayat (1).
147
Ibid. Ann. II Pasal 2 ayat (3).
148
Ibid.. II Pasal 2 ayat (4).
149
Rules of Procedures, op.cit., Rule 9(1).
150
Ibid. Rule 9(2).
151
Ibid. Rule 10.
152
Ibid. Rule 11.
153
Ibid. Rule 12.
154
Ibid. Rule 13.
yang sama pula seperti ketua komisi.155 Jika pejabat tersebut tidak mampu
melanjutkan tugasnya sebagai komisi dan pejabat, maka pejabat baru wajib
dipilih.156
Hal vital lain yang menjadi bagian CLCS adalah hubungan kerja dengan
Sekretaris Jenderal, dimana ikut serta dalam setiap sesi dan pertemuan ataupun
segala kebutuhan yang nantinya jika diperlukan oleh komisi untuk meningkatkan
perwakilannya untuk membuat pernyataan baik secara lisan dan tertulis pada saat
sesi dan pertemuan berlangsung. 158 Berikutnya, Sekretaris Jenderal dan Ketua
Business atau dikenal dengan Kode Etik ditetapkan, sebagai dasar berjalannya
CLCS sesuai koridor-koridor hukum. Kode etik tersebut menjadi pedoman bagi
kode etik tersebut dirangkum dalam bentuk tabel sederhana. Berikut tabel tentang
155
Ibid. Rule 14.
156
Ibid. Rule 15.
157
Ibid. Rule 16 (1).
158
Ibid. Rule 17.
159
Ibid. Rule 18.
Rule Judul
24 Quorum
25 Power of Chairperson
26 Points of order
28 Closure of debate
29 Adjournment of debate
31 Order of motions
33 Decision on competence
bagaimana suatu komisi bekerja. CLCS menyepakati bahwa kuorom harus 2/3
dari anggota komisi.160 Kekuasaan Ketua adalah membuka dan menutup setiap
160
Ibid. Rule 24.
161
Ibid. Rule 25.
untuk melakukan point of order atau yang dikenal dengan interupsi harus
secepatnya ditentukan oleh Ketua. Jika ada yang menantang hasil keputusan dari
dari Ketua dapat dialihkan jika suara mayoritas tidak menyetujuinya. Anggota
bertanya. Ketika debat berlangsung dan pembicara telah melewati batas waktu
penutupan dan penundaan debat untuk masuk dalam bahan diskusi. Izin untuk
dan apabila ada yang menolak atau menyetujui, maka harus diputus melalui
pengambilan suara.164 Jika ada anggota komisi yang ingin menunda sesi dan
pengambilan suara.165 Selain itu, order of motion juga bagian krusial dalam
debat.166
162
Ibid. Rule 26.
163
Ibid. Rule 27.
164
Ibid. Rule 28 dan 29.
165
Ibid. Rule 30.
166
Ibid. Rule 31.
ditujukan kepada ketua komisi dan dibagikan kepada anggota komisi melalui
terhadap proposal yang sudah diterima, maka dapat dilakukan pengambilan suara
sebelum proposal tersebut dibahas dalam diskusi.168 Proposal yang sudah diterima
atau ditolak, dapat masuk dalam pertimbangan ulang jika memenuhi kuorom.169
Selanjutnya, hal yang cukup sensitif dalam sebuah komisi adalah bagaimana
proses pengambilan suara. Seluruh kebijakan dan keputusan CLCS dimulai dari
pendapat dalam sebuah sesi dan pertemuan agar terciptanya keselarasan dalam
bekerja. Atas dasar untuk ketertiban, dan keteraturan maka perlu diadakan
meiliki 7 aturan terkait pengambilan suara. Aturan-aturan ini sudah tentu saling
berkaitan satu sama lain dan memiliki hubungan agar tidak terjadi kesalahan yang
fatal dalam pengambilan suara. Penyajian dalam bentuk tabel berikut ini hanya
Procedure CLCS.
167
Ibid. Rule 32.
168
Ibid. Rule 33.
169
Ibid. Rule 34.
Rule Judul
35 General agreement
36 Voting rights
37 Majority rights
38 Method of voting
40 Election of officers
Pada dasarnya, voting ini digunakan pada saat tidak tercapainya kesepakatan
bersama. CLCS mengusahakan terlebih dahulu segala usaha dan hal yang perlu
dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama, jika tidak tercapai maka baru
Setidaknya dibutuhkan suara 2/3 mayoritas dari anggota komisi yang hadir untuk
suatu keputusan atau hal yang berhubungan dengan kerja CLCS. 171
Metode yang digunakan dalam pengambilan suara pada saat sesi dan
pertemuan dapat dilakukan dengan mengangkat tangan kecuali pada voting untuk
pemilihan pejabat komisi yang dilakukan pada ruang tertutup.172 Setelah ketua
komisi mengumumkan untuk voting, maka setiap anggota tidak boleh melakukan
interupsi.173 Proses voting sedikit berbeda mengenai pejabat komisi yang mana
170
Ibid. Rule 36.
171
Ibid. Rule 37.
172
Ibid. Rule 38.
173
Ibid. Rule 39.
dalam artian suara tertinggi terpilih sebagai pejabat komisi, jika suara imbang
tetap terjadi pada dua kali pemilihan, maka ditentukan dengan pengundian yang
dilakukan oleh ketua.174 Hasil keputusan dari voting pemilihan pejabat komisi
komisi, pejabat komisi, sekretariat, kode etik, dan pengambilan suara. Mengenai
mekanisme submission sendiri dibahas terpisah pada tinjauan umum CLCS bagian
Objek pembahasan tersebut merupakan hal dasar yang mana wajib dimiliki
oleh sebuah badan atau komisi dalam suatu organisasi internasional. Informasi
yang disajikan juga merupakan konsep-konsep dasar yang tertera pada Rules of
bekerja untuk menjalankan fungsi dan tujuan. Mustahil jika dalam melakukan
tugasnya CLCS tidak dilengkapi dengan aturan main yang jelas dan terarah.
Untuk itu, dapat dipahami bahwa Rules of Procedure merupakan sebuah aturan
174
Ibid. Rule 40.
175
Ibid. Rule 41.
WILAYAH DI ARTIK
Definisi dan arti kata sengketa adalah kondisi adanya perbedaan pendapat
antara para pihak dimana perbedaan tersebut memiliki akibat hukum. Berdasarkan
pengertian tersebut, setidaknya diperlukan dua belah pihak untuk menjadi syarat
terjadinya sengketa. Kedua belah pihak tersebut harus memiliki pendapat masing-
masing dalam memahami suatu hal dan saling mempertahankan pendapat serta
belum memiliki titik temu kesamaan pendapat. Untuk itu, tidak ada kualifikasi
mengenai subjek hukum yang berwenang untuk bersengketa. Oleh karena itu,
permasalahan atas dasar tidak kesesuaian pemahaman terhadap suatu objek. Kali
ini, yang diangkat sebagai objek permasalahan sudah tentu penentuan batas limit
landas kontinen. Munculnya sengketa sudah jelas bahwa muncul niat untuk
68
Universitas Sumatera Utara
69
terbentuknya CLCS. Sebuah akibat dari perubahan iklim memainkan peran yang
cukup strategis karena dahulunya Artik hanya lautan es yang tidak memiliki
keuntungan sama sekali. Setelah kehilangan massa es yang cukup besar maka
terbukalah lautan baru yang penuh kesempatan dan memiliki potensi besar.
landas kontinen sudah tentu cukup besar. Luas minimum es laut Arktika di bulan
September (yaitu, pada kawasan dengan minimum 15% tudung es laut) mencapai
Pada tahun 2007 terjadi pelelehan es, dan hanya tersisa minimal 39% di
bawah nilai rata-rata pelelehan pada tahun 1979-2000; di mana Jalur Barat Laut
yang terkenal benar-benar dibuka sepenuhnya untuk pertama kali. Pada tahun
2007, pelelehan mengalami peningkatan yang mengejutkan, hal ini menjadi
perhatian para ilmuwan.177
Tudung es laut pada tahun 1980 (bawah) dan 2012 (atas), yang diamati oleh
sensor gelombang mikro pasif di satelit NASA Nimbus-7 dan Sensor Khusus
Microwave Imager/Sounder (SKMIS) dari Program Satelit Meteorologi
Pertahanan (PSMP). Es multi tahun ditampilkan dalam warna putih cerah,
sementara tudung es laut rata-rata diperlihatkan dengan warna biru muda hingga
putih susu. Data menunjukkan tudung es pada periode 1 November hingga 31
Januari pada tahun masing-masing.178
Dari tahun 2008 hingga 2011, luas minimum es laut Artik lebih tinggi
dibandingkan tahun 2007, namun luas tersebut tidak kembali ke tingkat tahun-
tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, rekor terendah pada tahun 2007 terdapat
pada akhir bulan Agustus yang menyisakan tiga minggu di masa-masa pelelehan
es; dan terus mengalami penurunan, dengan titik terbawah pada tanggal 16
September 2012 dengan luas yang tersisa 3,41 juta kilometer persegi (1,32 juta
mil persegi), atau 760.000 kilometer persegi (293.000 mil persegi) di bawah titik
terendah sebelumnya pada tanggal 18 September 2007; merupakan penurunan
50% dari nilai rata-rata tahun 1979-2000.179
176
Record Arctic sea ice minimum confirmed by NSIDC diarsipkan dari versi asli tanggal
29 July 2013
177
Ibid.
178
Ibid.
179
Ibid.
yang dahulunya tidak terjamah kini mulai akrab dan terbiasa dengan eksplorasi
dari negara-negara maju terutama yang berada di wilayah Artik. Sengketa tersebut
lahir dan didorong oleh perubahan iklim yang terjadi. Kesempatan ini tidak ingin
dilewatkan oleh negara-negara yang memiliki akses ke laut Artik. Mereka ingin
segera mengambil apa yang tersedia pada landas kontinen dengan melakukan
klaim-klaim yang saling bertentangan satu sama lain di daerah yang sama.
tersebut, selain karena akses semakin terbuka akibat perubahan iklim ada hal lain
ekonomi, dimana wilayah Artik memiliki potensi yang cukup besar. Ada yang
cadangan minyak baru yang didukung dengan kemajuan dalam bidang ilmu
menguasai sumber daya alam tersebut sudah tentu akan memainkan peranan yang
besar dalam dunia global hal ini atas dasar konsumsi terhadap minyak bumi masih
180
Ibid.
tetap tinggi. Berikut cadangan minyak yang menjadi akar permasalahan sengketa
Sumber: Printscreen video Youtube “It's time to draw borders on the Arctic Ocean” diupload
oleh Vox pada 24 Oktober 2017
penemuan terhadap minyak dan gas yang tersedia. Negara Artik berusaha untuk
mendapatkan cadangan sumber daya alam tersebut. Salah satu cara untuk
penetapan batas terluar landas kontinen. Selain itu, cara klasik yang dilakukan
mereka dengan bentuk provokatif pula yang menambah kerumitan dalam sengketa
tersebut, padahal mereka adalah pelopor teknologi elektrik atau smart car dengan
Bertindak sebagai salah satu komisi yang diberikan tanggung jawab yang
besar sudah tentu menjadikan CLCS mempunyai kuasa yang tinggi pula. Kajian
kali ini akan membahas secara mendalam bagaimana peran CLCS dalam
menyelesaikan konflik yang terjadi di wilayah Artik. Menarik jika kita melihat
Sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah dibahas sebelumnya, bahwa
tersebut tidak diterima oleh negara, maka negara dapat mengajukan kembali
kepada CLCS untuk rekomendasi yang terbaru. Dalam beberapa hal, terkadang
batas terluar landas kontinen negara lain baik berdampingan atau berhadapan. Hal
ini terjadi di Artik, klaim-klaim yang diajukan Rusia, Denmark, dan Kanada
batas terluar landas kontinen yang ada. Untuk itu, diperlukan kehadiran CLCS
negara pantai dalam penentuan batas terluar landas kontinen. Jika data-data dan
materi-materi yang diajukan kepada CLCS saling bertolak belakang, maka CLCS
akan menguji data-data tersebut apakah sesuai atau tidak dengan kondisi yang
sebenarnya. Jika kondisi tersebut didapati pada suatu kasus permasalahan, maka
dapat dijustifikasi bahwa CLCS memiliki peran dan wewenang yang signifikan
dalam penentuan batas terluar landas kontinen, hal ini tertera pada pasal 9 Annex.
tersebut.
United Nation. Untuk itu, tidak heran jika keberadaan organisasi internasional
181
I Wayan Parthiana, op.cit., Penghantar Hukum Internasional, hlm. 70.
tercapainya fungsi dan tujuan yang sudah ditentukan. Luas lingkup kerja CLCS
yang diprioritaskan adalah penentuan batas terluar landas kontinen. Hal tersebut
utama kini yang menjadi pembahasan adalah sengketa yang terjadi di wilayah
kerja dari organisasi internasional maka dapat kita nilai bahwa CLCS telah
derajat dan hakekat hukum yang sama terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah
hukum internasional lain pada umumnya, hal ini juga terjadi pada CLCS.
sengketa yang ada di wilayah Artik. Secara eksplisit, dijelaskan bahwa CLCS
landas kontinen, tidak ada penjelasan secara detail bahwa CLCS berperan sebagai
media penyelesaian sengketa. Namun, kita dapat melihat bahwa CLCS sebagai
diungkapkan melalui hasil kerja yang ada seperti rekomendasi terhadap penentuan
yang mengajukan penentuan batas terluar tersebut dapat menerima atau menolak
rekomendasi tersebut. Negara berhak atas batas terluar landas kontinen apabila
melibatkan pengurangan landas kontinen negara lain maka terlebih dahulu harus
yang bersangkutan.
jelas dan rinci alur tersebut memiliki skema yang menyita waktu dan tingkat
yang dikeluarkan oleh CLCS memiliki validitas yang kuat karena telah melalui
tersebut juga melibatkan banyak pihak yang dapat melakukan check and balance
terhadap hasil kerja satu sama lain. Sehingga dengan demikian, isi dari
pihak yang terkait dengan penetapan batas terluar landas kontinen tersebut.
penetapan batas terluar landas kontinen. Informasi rinci dan jelas tersebut disusun
oleh CLCS dengan pertimbangan dari berbagai pihak dan berdasarkan Scientific
Shelf
internasional tentunya bukan perkara mudah. Pedoman dan kaidah hal yang lazim
untuk dijadikan sebagai dasar bertindak ataupun untuk mengambil sikap terhadap
yang nantinya akan menjadi dasar hukum bagi suatu pihak bukanlah perkara yang
terumuskan seperti sekarang ini. Anggota komisi CLCS kala itu memiliki tugas
berat yaitu menyusun Rules of Procedures dan Scientific and Technical Guideline
Mustahil jika tanpa legalitas dokumen yang mempunyai kekuatan hukum penuh
dan mengikat tersebut CLCS mampu melakukan tujuan dan fungsinya sesuai yang
diamanatkan. Sangat diterima oleh logika jika prioritas dari CLCS pada saat awal
tersebut tidak luput dari revisi-revisi yang mengarah kepada perbaikan dan
penyempurnaan.
berbasis ilmu ilmiah dalam hal proses penentuan batas terluar landas kontinen.
tentang pendirian batas terluar landas kontinen tersebut. Scientific and Technical
Guideline tersebut disusun oleh ilmuwan bukan oleh diplomat. Hal ini
pihak yang bersengketa, namun melalui pengujian dan studi lapangan tentang
landas kontinen tersebut. Selain itu, Scientific and Technical Guideline juga
hidrografi. Hal ini bertujuan agar penetapan batas tersebut mengikuti kaidah-
kaidah ilmiah yang terdapat pada ilmu tersebut. Selain itu, pengujian dan
pengukuran yang dilakukan akan menjadi acuan dalam penentuan batas terluar
landas kontinen.
a. Atas dasar pada titik tetap terluar dimana ketebalan batu endapan (sedimentary
rock) paling sedikit sebesar 1% dari jarak terdekat antara titik tersebut dengan
c. Batas terluar dari landas kontinen tidak boleh melebihi 350 mil laut dari garis
d. Batas terluar dari Landas Kontinen tidak melebihi 100 mil laut dari garis
kedalaman 2500 m.
klaim yang diajukan oleh negara yang bersangkutan telah sesuai atau tidak dengan
pedoman tersebut. Untuk mendapatkan validasi data sesuai dengan pedoman yang
peran sentral dalam penentuan garis batas terluar landas kontinen tersebut. Sejauh
itu, jika prosedur penentuan berdasarkan data-data ilmiah, maka kekuatan untuk
mengklaim perihal landas kontinen berdasarkan fakta yang jelas dan akurat bukan
Guideline mengikuti induk aturan yang terdapat pada UNCLOS 1982, namun
lebih mendetail tentang pengukuran dalam proses garis batas terluar tersebut.
Berikut ini mekanisme sederhana dan objek-objek apa saja yang masuk kedalam
• Penentuan titik pasti ketebalan bebatuan sama dengan atau lebih dari
4 1% terhadap jarak terdekat dengan kaki lereng landas kontinen
yang mana dijadikan sebagai dasar penentepan batas terluar landas kontinen.
kontinen tersebut dapat berlaku dan diakses oleh negara yang bersangkutan.
Penerapan ilmu ilmiah memiliki porsi terbesar dalam penentuan garis batas terluar
kontinen. Kini mereka mulai menyadari tentang potensi yang cukup tinggi pada
landas kontinen tersebut. Untuk itu semua, mereka mulai saling mengklaim dan
menyatakan bahwa landas kontinen tersebut bagian dari mereka. Rusia merupakan
pelopor dalam klaim-klaim yang dilakukan di wilayah Artik. Selain itu, luasnya
daratan wilayah yang dimiliki oleh Rusia juga memengaruhi secara signifikan.
Jika kita menaruh perhatian pada peta wilayah Artik, maka hampir 65% wilayah
tersebut dimiliki oleh Rusia. Sangat wajar jika, Rusia sangat menggebu-gebu
2001. Hanya tiga tahun setelah CLCS terbentuk dan Rusia merupakan negara
yang pertama kali yang melakukan pengajuan untuk penetapan garis batas terluar
yang diadopsi oleh Rusia pada 27 Juni 2002.183 Selanjutnya, Rusia melakukan dua
kali pengajuan yang masing-masing terjadi pada 28 Februari 2013 dan 3 Agustus
2015. Pengajuan pertama dilakukan di laut Okhotsk dan kedua di laut Artik.
Untuk pengajuan di laut Okhotsk telah dilakukan dan telah diterima oleh Rusia.
Namun, pengajuan di laut Artik yang diajukan tersebut CLCS belum memberikan
182
https://www.un.org/Depts/los/clcs_new/commission_submissions.htm sebagaimana
diakses pada 1 April 2019 pukul 1.40 WIB
183
Ibid.
Tindakan agresif yang dilakukan oleh Rusia tersebut langsung diikuti oleh
dan Artik. Setelah menyita tenaga, pikiran, dan waktu, Norwegia menerima
rekomendasi tersebut pada 27 Maret 2009. Berbeda dengan Rusia, Norwegia lebih
memainkan strategi aman, mereka hanya melakukan klaim sebanyak dua kali dan
langsung menerima rekomendasi dari CLCS. Hal ini dilakukan karena, kekuatan
politik dan diplomasi Norwegia tidak terlalu besar, sehingga mereka lebih
bermain dengan aman dan beranggapan bahwa penentuan garis batas terluar
landas kontinen tersebut sebagai bonus. Hingga kini, Norwegia masih menunggu
Selanjutnya, Denmark dan Islandia juga tidak ingin kalah dengan negara
bersamaan yaitu 29 April 2009. Denmark melakukan pengajuan pada area utara
kepulauan Faroe, yang mana juga berdekatan dengan Artik. Sementara itu,
Islandia mengajukan di wilayah Egir Basin didaerah bagian barat dan selatan
tersebut yang pada 11 Maret 2014 bagi Denmark dan 10 Maret 2016 bagi Islandia.
validasi pada penentuan garis batas terluar landas kontinen tersebut. Jika
184
Ibid.
tenang dan santai dalam menyikapi klaim landas kontinen yang berada di Artik.
Sifat agresifitas yang tinggi ditunjukkan juga oleh Denmark setelah mereka
pengajuan klaim terhadap wilayah wilayah Faroe-Rockfall dan selatan, timur laut,
serta utara dari landas kontinen Greenland. Dalam rentang waktu dari tahun 2010-
2014 tersebut, Denmark melakukan pengajuan klaim di empat wilayah yang mana
berdekatan dengan Artik. Secara jelas dapat kita simpulkan ketertarikan negara
Negara yang terakhir ikut berperan dalam perebutan wilayah tersebut adalah
Kanada. Sikap dan tindakan yang dilakukan Kanada sedikit terlambat jika
sebanyak satu kali saja. Kanada merupakan negara terakhir yang ikut dalam
perebutan garis batas terluar landas kontinen tersebut. Mereka mulai mengajukan
Artik lainnya.
negara tersebut. Sikut-menyikut satu sama lain tidak menjadi masalah agar tujuan
dari masing-maisng negara tersebut dapat tercapai. Untuk itulah, kehadiran CLCS
diperlukan sebagai media untuk menentukan apakah klaim yang diajukan oleh
negara-negara tersebut telah memiliki validitas secara ilmiah atau tidak. Untuk itu
semua, maka tidak heran jika rentang waktu anatara pengajuan klaim dengan
Ada baiknya kita untuk melihat posisi perbatasan negara Artik dengan mengikuti
ketentuan UNCLOS 1982 dengan tambahan 200 mil laut dari garis pangkal.
Sumber: Printscreen video Youtube “It's time to draw borders on the Arctic Ocean” diupload
oleh Vox pada 24 Oktober 2017
Berdasarkan gambar diatas, maka dapat kita perhatikan bagian warna biru,
untuk mengakses potensi yang ada. Bayangkan apa yang akan terjadi jika negara-
negara tersebut dapat mengakses wilayah baru tersebut. Sudah tentu akan ada
cadangan minyak, rute pelayaran baru, dan perikanan. Ketiga hal tersebut
memiliki nilai jual ekonomi yang cukup tinggi. Tidak heran, jika negara-negara
lainnya adalah jika peta perbatasan wilayah Artik tersebut dibandingkan dengan
Sumber: Printscreen video Youtube “It's time to draw borders on the Arctic Ocean” diupload
oleh Vox pada 24 Oktober 2017
Ketiga negara tersebut berusaha saling sikut-menyikut. Satu hal yang pasti, klaim
negara tersebut mengarah pada ke titik kutub utara, yang dahulunya dapat
dikatakan zero interest. Namun, kini menjadi primadona diantara negara Artik.
Berbeda dengan halnya Norwegia dan Islandia, negara tersebut tidak terlalu
agresif namun tetap aktif dalam perebutan garis batas terluar landas kontinen.
Kedua negara tersebut juga telah menerima rekomendasi dari CLCS. Kini, yang
tengah panas adalah Rusia, Kanada, dan Denmark. Segala usaha dan tenaga wajib
ataupun hardpower. Kita sudah dapat menerka bahwa agresifitas Rusia tidak
Salah satu kegiatan tersebut adalah pengaktifkan operasi militer disekitar wilayah
Artik. Rusia ingin menyampaikan pesan bahwa Artik adalah milik mereka.
Sumber: Printscreen video Youtube “It's time to draw borders on the Arctic Ocean” diupload
oleh Vox pada 24 Oktober 2017
wilayah Artik. Titik kuning menandakan fasilitas militer yang baru atau telah
direnovasi. Kita dapat menarik satu garis lurus bahwa Rusia merupakan negara
yang paling agresif untuk mendapatkan garis batas terluar landas kontinen
CLCS muncul sebagai media penyelesaian sengketa. Sejauh ini, dari lima negara
sumber daya alam yang terkandung. SDA tersebut memiliki nilai jual ekonomi
yang tinggi, dalam hal ini bisa diasumsikan uang adalah segalanya. Dengan
perusahaan besarnya. Sudah hal yang lumrah jika pemegang kekuasaan dititipi
oleh pesan-pesan agar nantinya kebijakan yang diambil tidak merugikan bagi
mereka.
Selain SDA dengan kapasitas ekonomi yang luar biasa tersebut, penulis
beranggapan bahwa ada satu nilai yang tak kasat mata yaitu dignity atau haus akan
kebangaan dan kehormatan bagi negara tersebut. Ada persaan lebih jika negara-
negara Artik mampu menguasai batas terluar landas kontinen tersebut. Ini juga
tindakan, tidak sekedar duduk diam dalam dunia inernasional, terutama negara-
negara kecil yang ikut dalam sengketa ini termasuk Islandia dan Norwegia.
PENUTUP
A. Kesimpulan
oleh kekuasaan yang akan didapat dalam komisi tersebut. Banyak negara
memainkan peran ganda untuk mencapai tujuannya. Hal ini tidak kita pungkuri
juga terjadi pada negara-negara yang membentuk CLCS, salah satunya adalah
negara Artik. Selain itu, terselip juga kepentingan ekonomi, dimana landas
tercermin dari kandungan sumber daya alam seperti minyak dan gas, mineral,
dan perikanan. Melihat potensi tersebut, sudah jelas motif ekonomi juga tidak
87
Universitas Sumatera Utara
88
Denmark, Rusia, dan Kanada yang mana mereka saling memperebutkan landas
kepada CLCS. Denmark sebanyak lima kali, Rusia tiga kali, Norwegia dua
kali, dan Kanada serta Islandia masing-masing satu kali. Atas pengajuan
tersebut, telah terbit rekomendasi sebanyak lima rekomendasi dari total dua
belas klaim yang telah diajukan. Rusia telah menerima dua rekomendasi dari
yang telah diajukan namun masih menunggu untuk di wilayah artik. Norwegia,
masih dalam proses pengerjaan. Sejauh ini masih hanya Norwegia dan Islandia
yang telah menerima rekomendasi untuk wilayah Artik. Rusia, Kanada, dan
B. Saran
poin dan hal mengenai peranan CLCS dalam penentuan perbatasan di wilayah
Artik lain:
pembentuknya. Hal seperti itu sudah lumrah, namun jangan pula melupakan
yang mengeksploitasi landas kontinen yang melebihi dari 200 mil laut kepada
internasional.
memakan waktu yang cukup lama. Hal ini dapat mengurangi efektifitas kerja
penambahan unit kerja agar dapat menjalankan fungsi dan tujuan secara
maksimal, terutama dalam pengajuan dan verifikasi data-data ilmiah yang ada
untuk penentuan garis batas terluar landas kontinen tersebut. Selain itu, proses
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Utama, 1997
Wacana, 1986
Laut: Suatu Ringkasa, ter. Rudi M. Rizki dan Wahyuni Bahar, Yogyakarta:
Konperensi Hukum Laut di Jenewa, 1958 dan 1960: Disertasi untuk memperoleh
gelar Doktor dalam Ilmu Hukum, Bandung, PT. Penerbitan Universitas, 1962
2014
2009
Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: PT. Ghalia Global,
2003
Press, 1990
Jurnal
von Bogdandy and R. Wolfrum (eds.) Max Plank Yearbook of United Nation Law
Artikel
Bourne, Joel K. Jr., In the Arctic's Cold Rush, There Are No Easy
Dlouhy, Jennifer A., Shell abandons Arctic oil quest after $7 billion bid
Ebinger , Charles, John P. Banks, & Alisa Schackmann Offshore Oil and
Gas Governance in the Arctic: A Leadership Role for the U.S., Brookings
Osborn, Andrew. Putin's Russia in biggest Arctic military push since Soviet
Riechmann, Deb. U.S. lags behind arctic nations in race to stake claims to
(CLCS)
Lain-Lain
http://www.un.org/Depts/los/clcs_new/commission_purpose.htm
LAMPIRAN 1
Article 76
Definition of the continental shelf
1. The continental shelf of a coastal State comprises the seabed and subsoil of the
submarine areas that extend beyond its territorial sea throughout the natural
prolongation of its land territory to the outer edge of the continental margin, or
to a distance of 200 nautical miles from the baselines from which the breadth
of the territorial sea is measured where the outer edge of the continental margin
does not extend up to that distance.
2. The continental shelf of a coastal State shall not extend beyond the limits
provided for in paragraphs 4 to 6.
3. The continental margin comprises the submerged prolongation of the land mass
of the coastal State, and consists of the seabed and subsoil of the shelf, the
slope and the rise. It does not include the deep ocean floor with its oceanic
ridges or the subsoil thereof.
4. (a) For the purposes of this Convention, the coastal State shall establish the
outer edge of the continental margin wherever the margin extends beyond 200
nautical miles from the baselines from which the breadth of the territorial sea is
measured, by either:
i) a line delineated in accordance with paragraph 7 by reference to the
outermost fixed points at each of which the thickness of
sedimentary rocks is at least 1 per cent of the shortest distance
from such point to the foot of the continental slope; or
ii) a line delineated in accordance with paragraph 7 by reference to
fixed points not more than 60 nautical miles from the foot of the
continental slope.
(b) In the absence of evidence to the contrary, the foot of the continental slope
shall be determined as the point of maximum change in the gradient at its
base
5. The fixed points comprising the line of the outer limits of the continental shelf
on the seabed, drawn in accordance with paragraph 4 (a) (i) and (ii), either shall
not exceed 350 nautical miles from the baselines from which the breadth of the
territorial sea is measured or shall not exceed 100 nautical miles from the 2,500
metre isobath, which is a line connecting the depth of 2,500 metres.
6. Notwithstanding the provisions of paragraph 5, on submarine ridges, the outer
limit of the continental shelf shall not exceed 350 nautical miles from the
baselines from which the breadth of the territorial sea is measured. This
paragraph does not apply to submarine elevations that are natural components
of the continental margin, such as its plateaux, rises, caps, banks and spurs.
7. The coastal State shall delineate the outer limits of its continental shelf, where
that shelf extends beyond 200 nautical miles from the baselines from which the
reduction and control of pollution from pipelines, the coastal State may not
impede the laying or maintenance of such cables or pipelines.
3. The delineation of the course for the laying of such pipelines on the continental
shelf is subject to the consent of the coastal State.
4. Nothing in this Part affects the right of the coastal State to establish conditions
for cables or pipelines entering its territory or territorial sea, or its jurisdiction
over cables and pipelines constructed or used in connection with the
exploration of its continental shelf or exploitation of its resources or the
operations of artificial islands, installations and structures under its jurisdiction.
5. When laying submarine cables or pipelines, States shall have due regard to
cables or pipelines already in position. In particular, possibilities of repairing
existing cables or pipelines shall not be prejudiced.
Article 80
Artificial islands, installations and structures on the continental shelf
Article 60 applies mutatis mutandis to artificial islands, installations and
structures on the continental shelf.
Article 81
Drilling on the continental shelf
The coastal State shall have the exclusive right to authorize and regulate drilling
on the continental shelf for all purposes.
Article 82
Payments and contributions with respect to the exploitation of the continental
shelf beyond 200 nautical miles
1. The coastal State shall make payments or contributions in kind in respect of the
exploitation of the non-living resources of the continental shelf beyond 200
nautical miles from the baselines from which the breadth of the territorial sea is
measured.
2. The payments and contributions shall be made annually with respect to all
production at a site after the first five years of production at that site. For the
sixth year, the rate of payment or contribution shall be 1 per cent of the value
or volume of production at the site. The rate shall increase by 1 per cent for
each subsequent year until the twelfth year and shall remain at 7 per cent
thereafter. Production does not include resources used in connection with
exploitation.
3. A developing State which is a net importer of a mineral resource produced
from its continental shelf is exempt from making such payments or
contributions in respect of that mineral resource.
4. The payments or contributions shall be made through the Authority, which
shall distribute them to States Parties to this Convention, on the basis of
equitable sharing criteria, taking into account the interests and needs of
developing States, particularly the least developed and the land-locked among
them.
Article 83
Delimitation of the continental shelf between States with opposite or adjacent
coasts
1. The delimitation of the continental shelf between States with opposite or
adjacent coasts shall be effected by agreement on the basis of international law,
as referred to in Article 38 of the Statute of the International Court of Justice,
in order to achieve an equitable solution.
2. If no agreement can be reached within a reasonable period of time, the States
concerned shall resort to the procedures provided for in Part XV.
3. Pending agreement as provided for in paragraph 1, the States concerned, in a
spirit of understanding and cooperation, shall make every effort to enter into
provisional arrangements of a practical nature and, during this transitional
period, not to jeopardize or hamper the reaching of the final agreement. Such
arrangements shall be without prejudice to the final delimitation.
4. Where there is an agreement in force between the States concerned, questions
relating to the delimitation of the continental shelf shall be determined in
accordance with the provisions of that agreement.
Article 84
Charts and lists of geographical coordinates
1. Subject to this Part, the outer limit lines of the continental shelf and the lines of
delimitation drawn in accordance with article 83 shall be shown on charts of a
scale or scales adequate for ascertaining their position. Where appropriate, lists
of geographical coordinates of points, specifying the geodetic datum, may be
substituted for such outer limit lines or lines of delimitation.
2. The coastal State shall give due publicity to such charts or lists of geographical
coordinates and shall deposit a copy of each such chart or list with the
Secretary-General of the United Nations and, in the case of those showing the
outer limit lines of the continental shelf, with the Secretary-General of the
Authority.
Article 85
Tunnelling
This Part does not prejudice the right of the coastal State to exploit the
subsoil by means of tunnelling, irrespective of the depth of water above the
subsoil.
LAMPIRAN 2
Article 1
In accordance with the provisions of article 76, a Commission on the Limits
of the Continental Shelf beyond 200 nautical miles shall be established in
conformity with the following articles.
Article 2
1. The Commission shall consist of 21 members who shall be experts in the field
of geology, geophysics or hydrography, elected by States Parties to this
Convention from among their nationals, having due regard to the need to ensure
equitable geographical representation, who shall serve in their personal capacities.
2. The initial election shall be held as soon as possible but in any case within 18
months after the date of entry into force of this Convention. At least three months
before the date of each election, the Secretary-General of the United Nations shall
address a letter to the States Parties, inviting the submission of nominations, after
appropriate regional consultations, within three months. The Secretary-General
shall prepare a list in alphabetical order of all persons thus nominated and shall
submit it to all the States Parties.
3. Elections of the members of the Commission shall be held at a meeting of
States Parties convened by the Secretary-General at United 146 Nations
Headquarters. At that meeting, for which two thirds of the States Parties shall
constitute a quorum, the persons elected to the Commission shall be those
nominees who obtain a two-thirds majority of the votes of the representatives of
States Parties present and voting. Not less than three members shall be elected
from each geographical region.
4. The members of the Commission shall be elected for a term of five years. They
shall be eligible for re-election.
5. The State Party which submitted the nomination of a member of the
Commission shall defray the expenses of that member while in performance of
Commission duties. The coastal State concerned shall defray the expenses
incurred in respect of the advice referred to in article 3, paragraph 1(b), of this
Annex. The secretariat of the Commission shall be provided by the Secretary-
General of the United Nations.
Article 3
1. The functions of the Commission shall be: (a) to consider the data and other
material submitted by coastal States concerning the outer limits of the continental
shelf in areas where those limits extend beyond 200 nautical miles, and to make
recommendations in accordance with article 76 and the Statement of
Understanding adopted on 29 August 1980 by the Third United Nations
Conference on the Law of the Sea; (b) to provide scientific and technical advice, if
requested by the coastal State concerned during the preparation of the data
referred to in subparagraph (a).
2. The Commission may cooperate, to the extent considered necessary and useful,
with the Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO, the
International Hydrographic Organization and other competent international
organizations with a view to exchanging scientific and technical information
which might be of assistance in discharging the Commission's responsibilities.
Article 4
Where a coastal State intends to establish, in accordance with article 76,
the outer limits of its continental shelf beyond 200 nautical miles, it shall submit
particulars of such limits to the Commission along with supporting scientific and
technical data as soon as possible but in any case within 10 years of the entry into
force of this Convention for that State. The coastal State shall at the same time
give the names of any Commission members who have provided it with scientific
and technical advice.
Article 5
Unless the Commission decides otherwise, the Commission shall function
by way of sub-commissions composed of seven members, appointed in a balanced
manner taking into account the specific elements of each submission by a coastal
State. Nationals of the coastal State making the submission who are members of
the Commission and any Commission member who has assisted a coastal State by
providing scientific and technical advice with respect to the delineation shall not
be a member of the sub-commission dealing with that submission but has the right
to participate 147 as a member in the proceedings of the Commission concerning
the said submission. The coastal State which has made a submission to the
Commission may send its representatives to participate in the relevant
proceedings without the right to vote.
Article 6
1. The sub-commission shall submit its recommendations to the Commission.
2. Approval by the Commission of the recommendations of the sub-commission
shall be by a majority of two thirds of Commission members present and voting.
3. The recommendations of the Commission shall be submitted in writing to the
coastal State which made the submission and to the Secretary-General of the
United Nations.
Article 7
Coastal States shall establish the outer limits of the continental shelf in
conformity with the provisions of article 76, paragraph 8, and in accordance with
the appropriate national procedures.
Article 8
In the case of disagreement by the coastal State with the recommendations
of the Commission, the coastal State shall, within a reasonable time, make a
revised or new submission to the Commission.
Article 9
The actions of the Commission shall not prejudice matters relating to
delimitation of boundaries between States with opposite or adjacent coasts
LAMPIRAN 3
Continental Shelf
Distr. : General R
Date : 17 April 2018
Original : English
Twenty-first sessions
New York, 17 March – 18 April 2008
I. Introduction
Rule 1
Use of terms
For the purposes of these Rules:
“Convention” means the 1982 United Nations Convention on the Law of the Sea;
Rule 2
Sessions and meetings
1. The Commission shall hold sessions at least once a year and as often as is
required for the effective performance of its functions under the Convention, in
particular, to consider submissions by coastal States and to make
recommendations thereon. A session may include several meetings of the
Commission and its subcommissions.
2. Taking into account financial considerations that may influence the frequency
of its sessions, the Commission shall be convened:
At the request of the Chairperson of the Commission;
At the request of a majority of the members of the Commission;
At the request of the Secretary-General; or
By a decision of the Commission.
Rule 3
Notification of opening date of session
The Secretary-General shall notify the members of the Commission of the date,
place and duration of a session as soon as possible, but no later than sixty days in
advance of its opening date. Any coastal State whose submission is to be
considered at the session shall also be notified.
Rule 4
Venue
1. Sessions of the Commission and its subcommissions shall normally be held at
United Nations Headquarters in New York.
2. Another venue for an entire session, or any part thereof, may be designated by
the Commission in consultation with any coastal State which made a submission
to be considered at that session and with the Secretary-General, subject to the
requirements established by the United Nations that no additional costs are
directly or indirectly incurred by the United Nations.
Rule 5
Agenda
The provisional agenda of each session shall be prepared by the Secretary-General
in consultation with the Chairperson of the Commission. The Secretary-General
shall transmit the provisional agenda to the members of the Commission together
with the notification referred to in rule 3 and with the names of any members of
the Commission who have provided any coastal State concerned with scientific
and technical advice.
1. The Commission may include in its agenda any other item relevant to the
effective performance of its functions.
2. The Commission shall adopt the agenda at the beginning of the session.
3. During a session, the Commission may revise the agenda.
Rule 6
Members
The Commission shall consist of the members elected pursuant to article 2 of
Annex II to the Convention.
Rule 7
Term of office
1. In accordance with article 2, paragraph 4, of Annex II to the Convention, the
members of the Commission shall be elected for a term of five years and they
shall be eligible for re-election.
2. The members of the Commission elected at the first election shall begin their
term of office on the date of the first meeting of the Commission.
3. The term of office of the members of the Commission elected at subsequent
elections shall begin on the day after the date of expiry of the term of office of the
members of the Commission whom they replace.
4. The absence of a member of the Commission during two consecutive sessions
of the Commission without justification shall be brought to the attention of the
Meeting of States Parties.
Rule 8
By-elections
If a member of the Commission dies or resigns or for any other cause can no
longer perform his or her duties, the Meeting of States Parties shall elect a
member for the remainder of the predecessor’s term. Such by-elections shall be
carried out in accordance with article 76 and Annex II to the Convention.
Rule 9
Expenses of members
In accordance with article 2, paragraph 5, of Annex II to the Convention:
(a) The State Party which submitted the nomination of a member of the
Commission shall defray the expenses of that member while in
performance of Commission duties;
(b) The coastal States requesting the scientific and technical advice
referred to in article 3, paragraph 1 (b), of Annex II to the Convention
shall defray the expenses incurred in respect of this advice.
Rule 10
Solemn declaration
Before assuming his or her duties, each member of the Commission shall make
the following solemn declaration in the Commission:
Rule 11
Duty to act independently
In the performance of their duties, members of the Commission shall not seek or
receive instructions from any Government or from any other authority external to
the Commission. They shall refrain from any action which might reflect
negatively on their position as members of the Commission.
IV. Officers
Rule 12
Elections
The Commission shall elect from among its members a Chairperson and four
Vice-Chairpersons, and shall give due regard to the equitable geographical
representation and rotation of the Office of the Chairperson among the five
regions. In doing so, the Commission shall also take into account those regional
groups whose members have already been elected to that office.
Rule 13
Term of office
The officers of the Commission shall be elected for a term of two and a half years.
They shall be eligible for re-election.
Rule 14
Acting Chairperson
1. If the Chairperson is absent from a session, or any part thereof, the
Commission shall designate one of the Vice-Chairpersons to act in his or her
place.
2. A Vice-Chairperson acting as Chairperson shall have the same powers and
duties as the Chairperson.
Rule 15
Replacement of officers
If any of the officers of the Commission ceases to be, or declares his or her
inability to continue serving as, a member of the Commission, or for any reason is
no longer able to act as an officer, a new officer shall be elected for the unexpired
term of his or her predecessor
V. Secretariat
Rule 16
Duties of the Secretary-General
1. The Secretary-General shall act in that capacity in all sessions of the
Commission and meetings of its subcommissions and any subsidiary bodies which
it may establish. The Secretary-General may designate a member of the
Secretariat to participate on his or her behalf.
2. The Secretary-General shall be responsible for making the arrangements
related to the sessions of the Commission and meetings of its subcommissions and
any subsidiary bodies which it may establish and shall provide and direct the staff
required for such sessions and meetings.
3. The Secretariat shall perform all work that the Commission may require for the
effective performance of its functions.
Rule 17
Statements by the Secretary-General and members of the Secretariat
The Secretary-General or any member of the Secretariat designated by him or her
may make oral or written statements at any meeting of the Commission and of its
subcommissions.
Rule 18
Financial implications of proposals
Before any proposal that involves expenditures is approved by the Commission,
the Secretary-General shall prepare and circulate to the members of the
Commission, as early as possible, an estimate of the cost involved in the proposal.
The Chairperson shall draw the attention of members to this estimate and invite
discussion on it when the proposal is considered by the Commission or any
subsidiary body.
VI. Languages
Rule 19
Official and working languages
1. The official and working languages of the Commission shall be Arabic,
Chinese, English, French, Russian and Spanish.
2. In the absence of objections by any member, the Commission may decide not
to use some of its official and working languages for any particular meeting,
taking into account the language preferences of the members of the Commission
participating at that meeting and of any coastal State whose submission is under
consideration.1
1
For the working language of the subcommissions see paragraph 4 of Annex III.
Rule 20
Interpretation
Subject to rule 19, paragraph 2, speeches made in any of the languages of the
Commission shall be interpreted into the other languages.
Rule 21
Interpretation from a language other than the languages of the Commission
Oral statements may be made in a language other than the languages of the
Commission, provided the person making the statement arranges for interpretation
into one of the languages of the Commission. Interpretation into the other
languages of the Commission may be based on the interpretation given in the first
such language.
Rule 22
Languages of documents of the Commission
Documents of the Commission shall be issued in the languages of the
Commission, unless otherwise decided by the Commission. The languages of the
recommendations of the Commission shall be in accordance with rule 53,
paragraph 3.
Rule 25
Powers of the Chairperson
1. In addition to exercising the powers conferred upon him or her elsewhere by
these Rules, the Chairperson shall declare the opening and closing of each session
and meeting of the Commission, direct the discussion, ensure observance of these
Rules, accord the right to speak, put questions to the vote and announce decisions.
The Chairperson shall rule on points of order and, subject to these Rules, shall
have complete control over the proceedings and over the maintenance of order
thereat. He or she may propose to the Commission the limitation of time to be
allowed to speakers, the limitation of the number of times each representative may
speak on any question, the closure of the list of speakers, the adjournment or
closure of the debate and the suspension or adjournment of a meeting.
2. The Chairperson, in the exercise of his or her functions, remains under the
authority of the Commission.
Rule 26
Points of order
During the discussion of any matter, a member may at any time raise a point of
order, which shall be immediately decided by the Chairperson in accordance with
the present Rules. Any appeal against the ruling of the Chairperson shall be
immediately put to the vote, and the ruling of the Chairperson shall stand unless
overruled by a majority of the members present and voting. A member may not, in
raising a point of order, speak on the substance of the matter under discussion.
Rule 27
Time limits on speakers
The Commission may limit the time allowed to each speaker on any question.
When debate is limited and a speaker exceeds the allotted time, the Chairperson
shall call the speaker to order without delay.
Rule 28
Closure of debate
During the discussion of any matter, a member may move the closure of the
debate on the item under discussion, whether or not any other member has
signified a wish to speak. Permission to speak on the closure of the debate shall be
accorded only to the member who proposed the motion, and to one member who
opposes it and one member who favours it, after which the motion shall be
immediately put to the vote.
Rule 29
Adjournment of debate
During the discussion of any matter, a member may move the adjournment of the
debate on the item under discussion. Permission to speak on the adjournment of
the debate shall be accorded only to the member who proposed the motion, and to
one member who opposes it and one member who favours it, after which the
motion shall be immediately put to the vote.
Rule 30
Suspension or adjournment of the meeting
During the discussion of any matter, a member may move the suspension or
adjournment of the meeting. No discussion on such motions shall be permitted,
and they shall be immediately put to the vote.
Rule 31
Order of motions
The motions indicated below shall have precedence in the following order over all
proposals or other motions before the meeting:
Rule 32
Submission of proposals by members of the Commission
Proposals by members of the Commission shall be submitted in writing to the
Chairperson of the Commission and copies thereof shall be circulated to all
members of the Commission by the Secretariat.
Rule 33
Decisions on competence
Any motion calling for a decision on the competence of the Commission to adopt
a proposal submitted to it shall be put to the vote before a decision is taken on the
proposal in question.
Rule 34
Reconsideration of proposals by members of the Commission
When a proposal has been adopted or rejected, it may not be reconsidered unless
the Commission, by a two-thirds majority of the members present and voting, so
decides. Permission to speak on a motion to reconsider shall be accorded only to
two speakers opposing reconsideration, after which the motion shall be
immediately put to the vote.
IX. Voting
Rule 35
General agreement
1. The Commission, its subcommissions and subsidiary bodies shall make their
best endeavours to ensure that their work is accomplished by general agreement.
2. Accordingly, the Commission, its subcommissions and subsidiary bodies shall
make every effort to reach agreement on substantive matters by way of consensus
and there shall be no voting on such matters until all efforts to achieve consensus
have been exhausted.
Rule 36
Voting rights
Each member of the Commission shall have one vote.
Rule 37
Majority required
1. Subject to rule 35, decisions of the Commission, subcommission or subsidiary
body on all matters of substance shall be taken by a two-thirds majority of the
members present and voting. For the Commission, this shall include the
establishment of subcommissions, the approval of the recommendations prepared
by a subcommission, requests for advice by specialists, cooperation with
competent international organizations, as well as the amendment of the existing
and the adoption of new Rules and other regulations, guidelines and annexes to
these Rules.
2. Except as otherwise provided in these Rules, decisions of the Commission on
all matters of procedure shall be taken by a majority of the members present and
voting.
3. If the question arises whether a matter is one of procedure or of substance, the
Chairperson of the Commission shall rule on the question. Any appeal against this
ruling shall be put to the vote immediately, and the Chairperson’s ruling shall
stand unless overruled by a majority of the members present and voting.
4. If a vote is equally divided on a matter other than the election of officers,
which is regulated by rule 40, paragraph 4, the proposal or motion shall be
regarded as rejected.
5. For the purpose of these Rules, the phrase “members present and voting”
means members casting an affirmative or negative vote. Members who abstain
from voting shall be regarded as not voting.
Rule 38
Method of voting
The Commission shall normally vote by a show of hands, except as provided for
in rule 40.
Rule 39
Conduct during voting
After the Chairperson has announced the commencement of voting, no member
shall interrupt the voting except on a point of order raised in connection with the
process of voting.
Rule 40
Election of officers
1. All elections shall be held by secret ballot unless, in the absence of any
objection, the Commission decides to proceed without taking a ballot when there
is an agreed candidate or slate.
2. A single ballot shall be taken in respect of all places to be filled at one time
under the same conditions. Those candidates, in a number not exceeding the
number of places to be filled, obtaining a majority of the votes cast and the largest
number of votes, shall be elected.
3. If the number of candidates obtaining such a majority is less than the number
of places to be filled, additional ballots shall be held to fill the remaining places,
the voting being restricted to the candidates obtaining the greatest number of votes
in the previous ballot to a number not more than twice the places remaining to be
filled.
4. If a tie vote between two or more candidates persists for two successive ballots,
a decision, by lot drawn by the Chairperson, shall be taken as to which candidate
shall be chosen.
Rule 41
Announcement of the outcome of a voting and of the election of the officers
The Chairperson shall announce the outcome of any voting and, in the case of
elections pursuant to rule 40, the names of the officers who have been elected.
Rule 42
Subcommissions
1. If, in accordance with article 5 of Annex II to the Convention, the Commission
decides to establish a subcommission for the consideration of a submission, it
shall:
(a) Identify any members of the Commission who are defined as
ineligible, in accordance with article 5 of Annex II to the Convention, i.e.
nationals of the coastal State making the submission and members who
have assisted the coastal State by providing scientific and technical advice
with respect to the delineation;
(b) Identify any members of the Commission who may, for other reasons,
be perceived to have a conflict of interest regarding the submission, e.g.,
members who are nationals of a State which may have a dispute or
unresolved border with the coastal State;
(c) Through informal consultations among the members of the
Commission, nominate candidates for the subcommission other than those
identified in subparagraph (a), taking into account the factors regarding the
Rule 43
Other subsidiary bodies
The Commission may establish such other subsidiary bodies composed of its
members as may be required for the effective performance of its functions.
Rule 44
Conduct of business
1. Each subcommission or other subsidiary body established by the Commission
shall elect its own Chairperson and two Vice-Chairpersons, and report the results
of the election to the Commission.
2. The present Rules apply mutatis mutandis to the conduct of business of the
subcommissions and other subsidiary bodies.
Rule 45
Submission by a coastal State
In accordance with article 4 of Annex II to the Convention:
(a) Where a coastal State intends to establish the outer limits of its
continental shelf beyond 200 nautical miles from the baselines from which
the breadth of the territorial sea is measured, it shall submit particulars of
such limits tothe Commission along with supporting scientific and
technical data as soon as possible, but in any case within ten years of the
entry into force of the Convention for that State. In the case of a State
Party for which the Convention entered into force before 13 May 1999, it
is understood, in accordance with the “Decision regarding the date of
commencement of the ten-year period for making submissions to the
Commission on the Limits of the Continental Shelf set out in article 4 of
Annex II to the United Nations Convention on the Law of the Sea”
(SPLOS/72 of 29 May 2001), that the ten-year time period referred to in
article 4 of Annex II to the Convention shall be taken to have commenced
on 13 May 1999;2
(b) The coastal State shall at the same time give the names of any
Commission members who have provided it with scientific and technical
advice.
Rule 46
Submissions in case of a dispute between States with opposite or adjacent
coasts or in other cases of unresolved land or maritime disputes
1. In case there is a dispute in the delimitation of the continental shelf between
opposite or adjacent States or in other cases of unresolved land or maritime
disputes, submissions may be made and shall be considered in accordance with
Annex I to these Rules.
2. The actions of the Commission shall not prejudice matters relating to the
delimitation of boundaries between States.
2
The election of the members of the Commission was postponed until March 1997 by a
decision of the Third Meeting of States Parties to the Convention, held from 27 November to 1
December 1995. Since the Convention entered into force on 16 November 1994 for the 60 States
whose ratifications made that entry into force possible and the commencement of the ten-year
period began for them on that date, the Meeting agreed that should any one of those States be
affected adversely in respect of its obligations under the Convention as a consequence of the
change in the date of the election, States Parties, at the request of such a State, would review the
situation with a view to ameliorating the difficulty in respect of that obligation (SPLOS/5,
paragraph 20). The Eleventh Meeting of States Parties to the Convention, held from 14 to 18 May
2001, noted that it was only after the adoption of the Scientific and Technical Guidelines by the
Commission on 13 May 1999 that States had before them the basic documents concerning
submissions in accordance with article 76, paragraph 8, of the Convention. Considering the
problems encountered by States Parties, in particular developing countries, including small island
developing States, in complying with the time limit set out in article 4 of Annex II to the
Convention, the Meeting of States Parties decided that (a) in the case of a State Party for which the
Convention entered into force before 13 May 1999, it is understood that the ten-year time period
referred to in article 4 of Annex II to the Convention shall be taken to have commenced on 13 May
1999; and that (b) the general issue of the ability of States, particularly developing States, to fulfil
the requirements of article 4 of Annex II to the Convention be kept under review (SPLOS/72).
Rule 47
Form and language of the submission
1. A submission shall conform to the requirements established by the
Commission.3
2. A submission, as well as its annexes, attachments and other supporting
material, shall be made in one of the official languages of the Commission. If
made in an official language other than English, it shall be translated by the
Secretariat into English. In order to enable the Secretary-General to make public
the proposed outer limits pursuant to the submission, as envisaged in rule 50, the
executive summary of the submission shall be translated expeditiously, given the
time frame required for such translation by the rules of the Secretariat. Taking into
account the volume and complexity of the main body and supporting scientific
and technical data of the submission, a reasonable time should be allowed for the
completion of the translation of the full submission, including its annexes and
charts, and the conversion of the data, if necessary, before the Commission shall
meet for consideration of the submission.
Rule 48
Recording of the submission
1. Each submission shall be recorded by the Secretary-General upon receipt.
2. The record shall contain the date of receipt of the submission, a list of
attachments and annexes thereto and the date of entry into force of the Convention
for the coastal State which made the submission.
Rule 49
Acknowledgement of the receipt of the submission
The Secretary-General shall promptly acknowledge by letter to the coastal State
the receipt of its submission and attachments and annexes thereto, specifying the
date of receipt
Rule 50
Notification of the receipt of a submission and publication of the proposed
outer limits of the continental shelf related to the submission
The Secretary-General shall, through the appropriate channels, promptly notify
the Commission and all States Members of the United Nations, including States
Parties to the Convention, of the receipt of the submission, and make public the
executive summary including all charts and coordinates referred to in paragraph
9.1.4 of the Guidelines and contained in that summary, upon completion of the
translation of the executive summary referred to in rule 47, paragraph 3.
3
For the format of the submission, see paragraph 1 of annex III.
Rule 51
Consideration of the submission4
1. Upon receipt of a submission by the Secretary-General, the consideration of
that submission shall be included in the provisional agenda of the next ordinary
session of the Commission prepared in accordance with rule 5 and paragraph 2 of
annex III, provided that that session, as convened in accordance with rule 2, is
held not earlier than three months after the date of the publication by the
Secretary-General of the executive summary including all charts and coordinates
referred to in rule 50.
2. If the next ordinary session of the Commission is not scheduled within a
reasonable time, the Chairperson of the Commission may, upon the notification
by the Secretary-General of the receipt of the submission in accordance with rule
50, request an additional session to be convened in accordance with rule 2, within
a suitable time for the purpose of considering the submission.
3. The submission shall be considered in accordance with the rules on
confidentiality contained in annex II to these Rules.
4. Unless it decides otherwise, the Commission shall establish a subcommission
in accordance with rule 42 for the consideration of each submission.
4 bis. Unless the Commission decides otherwise, only three subcommissions shall
function simultaneously while considering submissions.
4 ter. The submissions shall be queued in the order they are received. The
submission next in line shall be taken for consideration by a subcommission only
after one of the three working subcommissions presents its recommendations to
the Commission.
Rule 52
Attendance by the coastal State at the consideration of its submission
The Commission shall, through the Secretary-General, notify the coastal State
which has made a submission, no later than sixty days prior to the opening date of
the session, of the date and place at which its submission will be first considered.
The coastal State shall, in accordance with article 5 of Annex II to the
Convention, be invited to send its representatives to participate, without the right
to vote, in the relevant proceedings of the Commission pursuant to section VI of
annex III to these Rules
4
For the modus operandi for the consideration of a submission made to the Commission,
see annex III.
5
For the provisions regulating the preparation of recommendations by a subcommission,
see section V of annex III.
Rule 53
Recommendations of the Commission
1. The Commission shall consider and approve or amend the recommendations
prepared by the subcommission following their submission by the
subcommission. Unless the Commission decides otherwise, the recommendations
drafted by the subcommission shall be considered by the Commission during the
next session following their submission by the subcommission. Sufficient time
shall be allowed to the members of the Commission to consider the submission
and the recommendations in each case.
2. The recommendations of the Commission based on the recommendations
prepared by the subcommission shall be approved in accordance with rule 35 and
rule 37, paragraph 1.
3. The recommendations of the Commission on matters related to the
establishment of the outer limits of the continental shelf shall be submitted in
writing to the coastal State which made the submission and to the Secretary-
General, in accordance with article 6, paragraph 3, of Annex II to the Convention.
For this purpose the Chairperson of the Commission shall transmit to the
Secretariat two copies of the recommendations, one to be submitted to the coastal
State, and one to remain in the custody of the Secretary-General. If the submission
was not originally made in English, the recommendations shall be translated by
the Secretariat into the official language in which the submission was originally
made. The translation shall be transmitted to the coastal State together with the
original English text of the recommendations.
4. In the case of disagreement by the coastal State with the recommendations of
the Commission, the coastal State shall, in accordance with article 8 of Annex II
to the Convention, make a revised or new submission to the Commission within a
reasonable time.
5. The outer limits of the continental shelf established by a coastal State on the
basis of the recommendations of the Commission shall be final and binding, in
accordance with article 76, paragraph 8, of the Convention.
Rule 54
Deposit and publicity of the limits of the continental shelf
1. The coastal State shall, in accordance with article 76, paragraph 9, and article
84 of the Convention, deposit with the Secretary-General of the United Nations
and the Secretary-General of the International Seabed Authority charts and
relevant information, including geodetic data permanently describing the outer
limits of its continental shelf.
2. Pursuant to article 84 of the Convention, in the case of delimitation of the
continental shelf between States with opposite or adjacent coasts, charts and/or
coordinates describing the lines of delimitation drawn in accordance with article
83 of the Convention shall be deposited with the Secretary-General of the United
Nations.
3. Upon giving due publicity to the charts and relevant information, including
geodetic data, permanently describing the outer limits of the continental shelf
deposited by the coastal State in accordance with article 76, paragraph 9, of the
Convention, the Secretary-General shall also give due publicity to the
recommendations of the Commission which in the view of the Commission are
related to those limits.
2. The Commission shall decide in each case the way in which such consultations
may be conducted.
Rule 58
Adoption of other regulations, guidelines and annexes to the Rules of
Procedure
1. Subject to rules 35 and 37, the Commission may adopt such regulations,
guidelines and annexes to the present Rules as are required for the effective
performance of its functions.
2. The annexes form an integral part of these Rules, and a reference to the Rules
or any part thereof includes a reference to the annexes relating thereto.
Subject to rules 35 and 37, the Commission may amend the present Rules and the
annexes thereto as well as other regulations and guidelines.
Annex I
Annex II
Confidentiality
1. Safe custody of the submission
The Secretary-General shall ensure the safe custody of the submission and the
attachments and annexes thereto at United Nations Headquarters in New York
until such time as they are required by the Commission.
1
The legal opinion on the applicability of the Convention on the Privileges and Immunities of the
United Nations to the members of the Commission was provided in a letter dated 11 March 1998
from the Legal Counsel, Under-Secretary-General of the United Nations for Legal Affairs,
addressed to the Commission on the Limits of the Continental Shelf (CLCS/5).
Having completed its examination of the case, the investigating body shall prepare
a report on its findings. The report shall contain the following:
(a) The allegations of a breach of confidentiality;
(b) The statement of the member of the Commission concerned;
(c) A synopsis of the evidence and the evaluation of it by the
investigating body;
(d) The findings, indicating which of the allegations, if any, appear to
be supported by the evidence;
(e) The conclusions reached by the investigating body; and
(f) Dissenting or separate opinions, if any.
2. The report shall be presented by the Chairperson of the Committee on
Confidentiality to the Commission. The Commission shall inform the Meeting of
States Parties of the allegations and the results of the investigation, together with
its recommendations.
3. The Secretary-General shall provide the Commission with all necessary
assistance in enforcing the rules concerning confidentiality.
6. Cessation of confidentiality
The charts and relevant information, including geodetic data, describing the outer
limits of the continental shelf, which are deposited by the coastal State with the
Secretary-General and which are to be given due publicity by the Secretary-
General in accordance with article 76, paragraph 9, of the Convention, shall cease
to be classified as confidential, if they had been so classified earlier, upon their
receipt by the Secretary-General.
Annex III
(b) Which portions of the outer limits of the continental shelf aredetermined
by each of the formulae and constraint lines provided for in article 76 of the
Convention and the Statement of Understanding;
(b bis) Whether appropriate combinations of foot of the continental slope
points and constraint lines have been used;
(c) If the construction of the outer limits contains straight lines not longer
than 60 M;
(d) If the subcommission intends to recommend that the advice of
specialists, in accordance with rule 57, or that the cooperation of relevant
international organizations, in accordance with rule 56, be sought; and
(e) The estimated time required by the subcommission to review all the data
and prepare its recommendations for the Commission.
6. Clarifications
1. The subcommission shall determine whether there are any matters to be
clarified by the coastal State.
2. If necessary, the Chairperson of the subcommission shall, through the
Secretariat, request clarification from the representatives of the coastal State on
those matters. Clarifications should be sought in the form of written questions and
answers and translated by the Secretariat, if necessary, into the language in which
the submission was made. If the delegation of experts from the coastal State is
available at United Nations Headquarters in New York, the written
communication should be combined with consultations between the national
experts and members of the subcommission at meetings arranged by the
Secretariat.
3. The coastal State may provide additional clarification to the subcommission on
any matters relating to the submission. Clarifications can be provided in the form
of presentations and/or additional materials submitted through the Secretariat.
(j) The delineation of the outer limit of the continental shelf by means of
straight lines not longer than 60 M with a view to ensuring that only the portion of
the seabed that satisfies all the provisions of article 76 of the Convention and the
Statement of Understanding is enclosed;
(k) The estimates of the uncertainties in the methods applied, with a view to
identifying the main source(s) of such uncertainties and their effect on the
submission; and, in all cases,
(l) That the data submitted are sufficient in terms of quantity and quality to
justify the proposed limits.
2. The subcommission shall operate through working sessions of suitable duration
in the designated facilities at United Nations Headquarters in New York. In
addition, the subcommission may decide to assign further work to its members on
specific parts of the submission in intersessional periods.