LANDASAN TEORI
Menurut Jim Blythe (2012), Marketing adalah sebuah proses atau aktivitas antara
perusahaan dengan pelanggan untuk bertemu untuk dapat bertukar nilai,
mengidentifikasi, menganalisa dan menyediakan kebutuhan pelanggan dengan
efisien sehingga baik penjual dan pembeli bisa mendapatkan keuntungan masing –
masing. Kompetisi pasar yang tinggi akan menimbulkan adanya perebutan market
share, maka perusahaan penting untuk mengedepankan kebutuhan pelanggan sebagai
inti dari bisnis untuk dapat memperluas market share-nya.
Menurut Kotler dan Armstrong (2014) Marketing adalah sebuah proses bagi pihak
perusahaan untuk dapat menciptakan nilai lebih terhadap produknya kepada
pelanggan agar dapat terjalin hubungan yang lebih baik antara perusahaan dan
pelanggan sehingga dapat saling bertukar nilai.
Menurut Rundle dan Waller (2014) Marketing merupakan aktivitas, proses bagi
perusahaan untuk dapat menciptakan, menyampaikan, dan saling bertukar penawaran
yang memiliki nilai dengan pelanggan, klien, partner, dan lingkungan. Marketing
mengharuskan perusahaan untuk mengutamakan kepentingan dan keinginan
pelanggan, maka tidak jarang butuh dilakukan riset pemasaran untuk mendapatkan
masukan dari pelanggan yang dapat membantu perusahaan dalam melihat
performanya saat itu, dan juga bagaimana posisi perusahaan dalam kompetisi pasar.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa marketing adalah sebuah proses
atau aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk bertukar nilai dengan pelanggan
sehingga dapat mengetahui kebutuhan pelanggan dan memenuhi kebutuhan
pelanggan sehingga dapat saling mendapatkan keuntungan. Marketing bukanlah
kegiatan untuk menjual, namun merupakan proses menciptakan nilai dan relasi yang
baik antara penjual dan pelanggan agar terus berkelanjutan. Berhubungan dengan hal
ini Khaled Almgren (2014) mengatakan bahwa dengan benar – benar memahami
pelanggan, perusahaan dapat meningkatkan market share-nya.
12
14
Menurut West, Ford, dan Ibrahim (2015) Market share adalah presentase atau
proporsi dari jumlah pasar yang tersedia atau segmen pasar yang dipegang atau
dilayani oleh suatu perusahaan, maka dari itu market share sering menjadi sebuah
tujuan dalam jalannya bisnis.
barang kepada bisnis lain (Busines Dictionary). Maka secara garis besar, ritel adalah
bisnis dengan bentuk B2C dan juga sering disebut sebagai pengecer karena menjual
barang secara satuan untuk keperluan yang lebih personal yaitu untuk konsumen
akhir.
Menurut Berman dan Evans (2013) Retailing adalah sebuah aktivitas yang
mencakup penjualan barang dan jasa kepada para konsumen untuk penggunaan diri
sendiri, keluarga, atau rumah tangga. Ritel mencakup setiap penjualan kepada
konsumen akhir, retailing adalah tahap akhir dari proses distribusi.
Menurut Palmatier, Stern dan El-Ansary (2015) Retailing adalah sebuah jenis
usaha yang berkecimpung dalam aktivitas menjual barang atau jasa kepada
konsumen akhir untuk keperluan atau konsumsi pribadi mereka.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retail adalah sebuah aktivitas
yang mencakup pembelian barang atau produk dari supplier atau manufaktur yang
berbeda – beda dalam jumlah besar untuk dapat dijual lagi kepada para konsumen
akhir secara satuan atau eceran untuk tujuan pemenuhan kebutuhan pribadi
konsumen akhir.
Gambar diatas menjelaskan tentang proses distribusi sebuah produk mulai dari
pabrik atau manufaktur hingga ke tangan pelanggan. Dilihat dari gambar diatas, 6
17
dikelompokan dalam bagian yang berbeda – beda untuk tujuan pembelian, promosi,
customer service dan juga kontrol.
Menurut Levy, Weitz dan Grewal (2015) department store adalah pelaku ritel
yang menyediakan dan menjual berbagai macam pilihan produk yang luas,
menyediakan layanan pelanggan, dan mengatur gerai – gerainya agar tersusun dalam
departemen yang berbeda – beda dalam menampilkan barang-barang yang dijualnya.
Menurut Sabol, Šander, dan Fučkan (2013) Terdapat 4 tahap dalam teori Life
cycle ini, tahap – tahap tersebut adalah; Introduction, Growth, Mature, dan Decline.
Berikut ini adalah penjabaran dari 4 tahap dalam life cycle:
1. Introduction: masa dimana sebuah bisnis baru dimulai sehingga biaya cost
masih tinggi, sedangkan tingkat permintaan masih sangat rendah perusahaan
belum ada kepastian dalam strategi, dan konsumennya biasanya adalah
konsumen – konsumen baru (early adopters)
2. Growth: Masa – masa dimana perusahaan sudah masuk dalam pasar dan
mulai ada penjualan yang terjadi sehingga profit meningkat, dikarenakan
produk sudah mulai dikenal dan dapat diterima oleh masyarakat. Biaya
19
marketing masih tinggi namun sudah lebih rendah dari pada dalam tahap
introduction. Dari segi produk perusahaan akan mulai melakukan diferensiasi
produk dan juga mulai memproduksi skala lebih besar.
3. Maturity: Tahap dimana sebuah produk berada dalam masa kejayaannya
karena sudah dikenal banyak orang dan memiliki pelanggan tetap. Namun,
karena produk yang sudah lama dikenal, maka pertumbuhan penjualannya
pun mulai melambat sehingga kompetisi dengan kompetitor untuk
mempertahankan market share pun besar, maka perusahaan akan fokus pada
menyerang kompetitor. Ditambah adanya perubahan dari konsumen untuk
mencoba merek lain sehingga profit mulai turun.
4. Decline: Tahap dimana pasar sudah jenuh, ditandai dengan jatuhnya margin
dari perusahaan sehingga perusahaan akan mulai mengurangi produk –
produk yang dijualnya. Selain itu dalam tahap ini, jumlah kompetitor sudah
menurun, diikuti dengan investasi untuk penelitian dan pembangunan usaha
yang juga menurun.
Gambar 2.2 Tahap dalam Product Life Cycle
Sumber: http://productlifecyclestages.com/
yang berbentuk seperti bukit yang menggambarkan tahapan hidup sebuah produk
atau bisnis.
Table 2.1 Key Characteristic, Objectives and Strategies of Retail Life Cycle (2013)
Table 2.2 Key Characteristic, Objectives and Strategies of Retail Life Cycle (2015)
380