Anda di halaman 1dari 47

DEPARTEMEN

PEKERJAAN
UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya

MODUL KHUSUS FASILITATOR


F18
Pelatihan Dasar 3

Bantuan
Langsung
Masyarakat

PNPM Mandiri Perkotaan


Modul 1 Analisa Sumberdaya Pelaksanaan PJM Pronangkis 1

Kegiatan 1 Diskusi Jenis Sumberdaya Pelaksanaan PJM Pronangkis 2

Modul 2 Konsep BLM 11

Kegiatan 1 Diskusi Konsep BLM 12

Kegiatan 2 Penjelasan dan Tanya Jawab Ketentuan dan Mekanisme 14


Pencairan BLM

Kegiatan 3 Membaca Bersama Safeguard (Pengamanan Lingkungan & 17


Sosial)

Modul 3 Prioritas Usulan Kegiatan 26

Kegiatan 1 Mengapa Perlu Melakukan Prioritas Usulan 27

Kegiatan 2 Diskusi Menentukan Kriteria Prioritas Usulan 28

Modul 4 Sosialisasi BLM PNPM Mandiri Perkotaan 36

Kegiatan 1 Diskusi Sosialisasi BLM PNPM Mandiri Perkotaan 37

Kegiatan 2 Merancang Sosialisasi Pemanfaatan BLM 38

Modul 5 Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan BLM 41

Kegiatan 1 Diskusi Monev Pemanfaatan BLM 42


Modul 1
Topik: Analisa Sumber Daya Pelaksanaan PJM Pronangkis

1. Peserta mampu menganalisa jenis – jenis sumberdaya yang dapat digunakan untuk
pelaksanaan PJM Pronangkis.
2. Peserta menyadari bahwa BLM hanya salah satu sumberdaya untuk pelaksanaan
PJM Pronangkis.

Diskusi Jenis Sumberdaya Pelaksanaan PJM Pronangkis

3 Jpl ( 135 ’)

Bahan Bacaan:
1. BKM Kedinding sarat inovasi
2. BKM Gandeng Petro China dan WKS
3. Swadaya tinggi jembatanpun berdiri

• Kertas Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

1
Diskusi Jenis Sumberdaya Pelaksanaan PJM Pronangkis.
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memasuki modul analisa
sumberdaya pelaksanaan PJM Pronangkis, jelaskan apa yang ingin dicapai dalam modul ini,
yaitu :
• Peserta mampu menganalisa jenis – jenis sumberdaya yang dapat digunakan untuk
pelaksanaan PJM Pronangkis.
• Peserta menyadari bahwa BLM hanya salah satu sumberdaya untuk pelaksanaan PJM
Pronangkis.

2) Tanyakan kepada peserta kegiatan pembangunan / penanggulangan kemiskinan apa saja yang
pernah di laksanakan di masyarakat?, siapa pelaksana kegiatan tersebut?, darimana sumber
dananya?

3) Tulislah semua pendapat peserta di dalam kertas plano.

4) Bagikan kartu metaplan ke peserta, ajaklah peserta untuk menuliskan jenis-jenis sumberdaya
apa saja yang mereka ketahui. Satu kartu metaplan satu jenis sumberdaya.

5) Tempelkan setiap kartu metaplan yang telah diisi oleh peserta, kelompokan ke dalam setiap
jenis sumberdaya, dan lakukanlah dialog dengan peserta dalam diskusi kelas, untuk apa saja
peruntukan setiap jenis sumber daya tersebut, dan darimana sumbernya ? agar lebih mudah
gunakanlah tabel berikut ini.

Kegiatan Jenis Sumber Darimana


No Peruntukan
Pembangunan daya sumbernya

6) Simpulkan bersama dan berilah penjelasan, apabila dirasa masih ada yang kurang.

2
Jenis – jenis sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, diantaranya :
• Swadaya masyarakat
• Dana yang sudah rutin dialokasikan kepada setiap desa/kelurahan (Alokasi dana
desa/ADD)
• Akses perencanaan melalui proses musrenbang
• Dana program yang sudah dialokasikan dari setiap SKPD (dinas-dinas)
• Dana program lain yang ada di desa / kelurahan (seperti NUSSP, PPK-IPM, Desa Sehat,
dll)
• Koperasi
• UKM
• Channeling dengan pihak lain
• Dll

7) Lakukan dialog dengan peserta, mengapa sumber daya – sumber daya tersebut berhak untuk
diakses oleh masyarakat?, berilah kesempatan kepada sebagian besar peserta untuk
menyampaikan pendapatnya.

8) Bagikan bahan bacaan mengenai best practice pelaksanaan PJM Pronangkis (BKM Kedinding
sarat inovasi, BKM Gandeng Petro China dan WKS, swadaya tinggi, jembatan pun berdiri).

9) Ajaklah peserta untuk menganalisa sumberdaya untuk pelaksanaan PJM pronangkis di


BKM/LKM wilayah dampingannya, darimana saja sumberdananya? Agar lebih mudah
gunakanlah tabel berikut ini.

Waktu
No Sumber Daya Jenis kegiatan Jumlah dana
pelaksanaan

10) Ajaklah seluruh peserta untuk mendiskusikan bagaimana kedudukan BLM dalam
penanggulangan kemiskinan (khususnya dalam pelaksanaan PJM Pronangkis)?

11) Ajaklah peserta untuk mengilustrasikan, apabila seseorang membangun rumah, siapakah yang
bertanggung jawab, orang lain atau yang punya rumah itu sendiri?, kalau ada
sumbangan/bantuan dari pihak lain tentunya tidak sepenuhnya untuk membangun rumah
tersebut, melainkan hanya sebagian kecil saja.

Begitupun dengan dana BLM, hal tersebut merupakan stimulant untuk belajar
melaksanakan kegiatan dengan transparansi dan akuntabilitas. Dana BLM tidak mungkin
menyelesaikan semua persoalan yang ada di masyarakat. Kemandirian masyarakat bukan
berarti harus membiayai segala-galanya sendiri, melainkan mampu mengelola program
berdasarkan kebutuhan riil dan persoalan yang terjadi, artinya masyarakat mampu
menganalisa kebutuhan, melaksanakan program yang didanai dari berbagai sumberdaya
dan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program tersebut.

BLM bukan sumber utama untuk pelaksanaan kegiatan yang ada di PJM pronangkis, namun
merupakan salah satu sumber dari sekian banyak sumber daya yang ada di masyarakat,
serta media masyarakat belajar untuk meralisasikan rencana yang telah dirumuskan guna
mencapai cita – citanya (visi) serta belajar mengelola secara transparan dan akuntabel
untuk menumbuhkan trust/kepercayaan.

3
Ke depan, salah satu menjadi tugas BKM/LKM adalah melakukan advokasi agar bisa
mengakses terhadap berbagai sumber daya, dalam rangka melaksanakan kegiatan
penanggulangan kemiskinan, sehingga BKM / LKM harus menjadi motor dalam mengakses
sumberdaya tersebut.

12) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

13) Tutup Materi dan ucapkan terima kasih.

4
Surabaya, 29 Juni 2007
BKM Kedinding Sarat Inovasi
Kreativitas dan inovasi dari BKM P2KP mencari peluang-
peluang usaha dalam upaya menghidupi dirinya sendiri,
menjadi sebuah tuntutan. Bila hanya menunggu dan
mengandalkan bantuan-bantuan dari pihak lain, maka
pengembangannya di kemudian hari sangat sulit
diharapkan.

BKM Kedinding Mukti Wibowo, Kelurahan Tanah Kali


Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya, telah
mampu menjawab semua tuntutan tersebut. Pabrik tahu
yang didirikannya lima bulan lalu, kini sudah
berproduksi.

Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh BKM Kedinding (P2KP 1/1) enam tahun terakhir, banyak
membuahkan hasil. Seperti pertokoan, pasar rakyat, koperasi, pembinaan home industry, pedagang
kaki lima, pengadaan sertifikat tanah bagi KSM, kemitraan dengan Bank Jatim, dan kegiatan-
kegiatan lainnya.

Koordinator serta Pimpinan Kolektif BKM Kedinding Suwandono, tiada henti mencari peluang-
peluang usaha, dan pandai “mendekatkan diri” dengan pemkot setempat. Sehingga, tidak sedikit
peluang yang diberikan oleh Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim, berkat kepercayaan mereka
terhadap BKM tersebut.

Seperti pabrik tahu yang baru lima bulan terakhir berpoduksi ini. Modal awal pabrik ini berasal dari
Program Dampak Kenaikan BBM (PAMDKB) dari Pemprov Jatim. “Sekitar awal 2007, kami (BKM)
atas nama masyarakat kelurahan setempat, mengajukan proposal kepada pihak pemprov untuk
merebut program pencetakan tenaga kerja tersebut,” kata Suwandono, di Surabaya, pada Sabtu
(9/6/2007).

Saat itu, lanjut Suwandono, pihaknya berhasil mendapatkan bantuan hibah sebesar Rp 32 juta.
Setelah dikalkulasi, dengan melibatkan semua unsur masyarakat kelurahan, ternyata untuk
kegiatan pabrik tahu ini memerlukan dana sebesar Rp 70 juta. Segala upaya pun dilakukan untuk
melengkapi kebutuhan ini.

“Akhirnya kami menghadap ke pihak Bank Jatim, dan mendapat pinjaman sebesar Rp 50 juta,
dengan bunga yang disepakati yaitu 7,5% per tahun. Jaminannya, ya pabrik ini, yang bernilai sama
dengan pinjaman,” ujar Suwandono, didampingi UPK-UPK BKM. Uang tersebut, menurut dia,
digunakan untuk pembangunan pabrik, ketel uap, pompa air, instalasi pipa penyaluran uap,
tungku-tungku pemasak, pembelian motor gerobak Fukuda, serta bahan dan peralatan kerja
lainnya.

“Pabrik tahu yang kami bangun ini memang menggunakan tenaga uap untuk memasak kedelainya.
Sedangkan jumlah tenaga kerja yang kami rekrut sekitar 20 orang, mulai dari tenaga bagian
produksi, administrasi, sopir motor Fukuda, dan tenaga pemasarannya,” jelas Suwandono.

5
Sementara itu, dari informasi yang diperoleh dari bagian
produksi mengatakan, saat ini bahan kedelai untuk produksi
sudah mencapai 4 kwintal (400 kg) dan tahu yang dihasilkan
sebanyak 26 kotak per loyang.

“Kami menjualnya kepada bagian pemasaran, yaitu Rp 9000 per


loyang. Hasilnya, penghasilan kotor kami sebesar Rp 235 ribu.
Modal 400 kg kedelai adalah Rp 4000 x 400 kg = Rp 160 ribu.
Jadi, keuntungan bersih bagian produksi adalah Rp 75 ribu per
harinya,” kata Sutikno dan Epi, bagian produksi.

Ardi, salah seorang yang bertugas di bagian pemasaran menjelaskan, harga jual per loyang (35
potong) adalah Rp 500 per potongnya. “Jadi, keuntungan kami per loyangnya adalah 35 x Rp 500
= Rp 17.500. Bila dikurangi harga pembelian (Rp 9000 per loyang), maka keuntungan yang kami
peroleh Rp 8500 per loyangnya. Sedangkan jumlah tenaga bagian pemasaran sebanyak 10 orang,
jadi perolehan keuntungan rata-rata setiap hari per orangnya adalah 3 loyang x Rp 17.500 = Rp
52.500,” jelas Ardi.

Manurut Ardi, pasar-pasar yang menjadi tujuan penjualan adalah Pasar Kapasan, Pasar Gubeng,
dan Pasar Setro. “Kami juga telah memiliki delapan pelanggan tetap, yang setiap harinya kami
suplai,” tutur Ardi dengan raut wajah gembira. (heroe k, P2KP; Nina)

6
Jambi, 5 Juni 2007
BKM Gandeng Petro China dan WKS
Kepedulian dan tanggungjawab sosial, itulah isu yang
diusung oleh BKM Karya Makmur (Desa Pandan
Makmur) dan Camat Geragai saat menggandeng PT
PetroChina, satu-satunya perusahaan pengeboran
minyak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan
lokasi sumur pengeboran dan produksi secara
administratif berada di Desa Pandan Makmur.

Keinginan kuat untuk menggandeng PetroChina ini


muncul setelah BKM dan camat (selaku PJOK)
berkoordinasi dalam pelaksanaan realisasi kegiatan fisik
BLM tahap 1 di Desa Pandan Makmur. Alokasi Dana BLM
Rp 32,5 juta, yang rencananya digunakan untuk
normalisasi parit alam dengan volume 2000 m x 4 m x 2 m ini dilakukan karena lahan-lahan sawit
serta pekarangan milik warga, selama ini sangat
akrab dengan genangan air (baca: banjir).

Kegiatan ini menjangkau sampai dengan batas desa.


Jika ingin “membuang” air ke koala/parit utama,
masih diperlukan penggalian parit sepanjang 3 km
lagi, dengan menembus desa tetangga (Pandan
Jaya). Salah satu desa yang dilewati Parit Alam
Sundik juga mendapat program P2KP. Mengingat
kondisi ini, maka sumbangsih yang diharapkan dari
perusahaan asing ini adalah tambahan volume galian
parit baru sampai ke koala, sekaligus membuat
jembatan atau gorong-gorong guna memperlancar
saluran air.

Karena aliran sungai alam ini tertutup oleh jalan produksi perusahaan itu, maka usulan keinginan
dari BKM dan PJOK tersebut sulit untuk segera terealisasi. Namun, berkat koordinasi PJOK dengan
pihak manajemen PetroChina, akhirnya perusahaan ini berjanji dan menyanggupi usulan BKM,
bahkan akan menambah lagi galian parit baru sepanjang 1 km, menembus parit sekunder desa
tetangga.

PJOK juga berjanji akan berkoordinasi dengan Desa Pandan Jaya dalam usulan kegiatan BLM tahap
2, guna mensinkronkan program P2KP di Desa Pandan Makmur dengan Desa Pandan Jaya.

Jika BKM Karya Makmur (Desa Pandan Makmur), berhasil menggandeng PT PetroChina, BKM Karya
Mandiri (Desa Rantau Karya) pun berhasil menggaet PT Wira Karya Sakti (WKS) saat realisasi BLM
1 P2KP. “Kepedulian PT WKS terhadap Desa Rantau Karya ini merupakan tanggung jawab sosial
perusahan, karena produksinya banyak berlokasi di wilayah Desa Rantau Karya,” tutur Toni, salah
seorang anggota BKM Karya Mandiri.

7
PT WKS merupakan salah satu perusahan HTI dengan tanaman akasia sebagai tanaman
produksinya. Bentuk kemitraan PT WKS dengan BKM dalam pelaksanaan BLM 1 ini adalah
menyediakan alat-alat berat untuk penggalian dan penimbunan tanah.

Kemitraan PT WKS di desa ini difasilitasi oleh Community Development perusahaan tersebut. Meski
sudah dibantu dengan alat-alat berat dari WKS, warga tetap melaksanakan kegiatan tersebut
secara bergotong royong, terutama warga RT setempat. “Ini dilakukan guna membangun
kebersamaan dan rasa memiliki,” jelas Koordinator BKM Karya Mandiri Suwarji.

Selain penimbunan tanah oleh WKS, kegiatan juga diikuti dengan


cuci parit di sekitar polongan atau gorong-gorong yang dibangun,
sehingga aliran air drainase lancar. Drainase yang baik dan lancar
tentu sangat membantu warga dimana sebagian besar adalah
petani sawit dan karet. Pengelolaan drainase ini sangat dibutuhkan,
mengingat hampir sebagian besar wilayah pertanian adalah tanah
gambut dan bergambut.

PT WKS juga digandeng oleh BKM Berkah Usaha (Desa Pandan


Lagan). Namun berbeda dengan Rantau Karya, bantuan yang
diberikan oleh WKS dalam hal ini adalah bantuan alat berat/short
arm untuk melakukan cuci parit sekunder sepanjang 2000 m x 8 m
x 2 m, dengan dana BLM Rp 14 juta. Kemitraan ini dibangun
sebagai bentuk sinergi antara BKM, pemerintah desa dan PT WKS.

Bantuan dari perusahaan setempat juga tidak hanya terjadi di Rantau Karya dan Pandan Lagan
saja, bahkan BKM di Desa Suka Maju juga berhasil menggaet PT. Kaswari, perusahan yang
bergerak dalam perkebunan kelapa sawit. “Bentuk bantuan dari PT Kaswari ini berupa polongan
dan tanah merah untuk penimbunan,” jelas Koordinator BKM Jaya Mandiri Rujianto. (Tim 10,
Korkot 1 Kabupaten Tanjung Jabung Timur/Totok, TA Monev KMW IX P2KP-3 Jambi, Riau, dan
Kepri; Nina)

8
Swadaya Tinggi, Jembatan pun Berdiri
Klaten, 31 Januari 2008

Jembatan yang menghubungkan Desa Tangkil dan Desa


Karangtengah, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen,
Jawa Tengah dikenal dengan Jembatan Kresek.
Dinamakan Kresek karena hanya bisa dilalui oleh
pejalan kaki dan akan berderit ketika dilewati. Maklum,
jembatan tersebut terbuat dari bambu ala kadarnya.

Kondisi ini tentu sangat membahayakan siapa saja yang


melewatinya. Tak aneh, bila kemudian masyarakat lebih
suka mengambil jalur memutar, meski lebih jauh.
Akibatnya, kegiatan ekonomi masyarakat pun tersendat,
dan kondisi lingkungan pemukiman setempat terkesan
kotor.

Akhirnya, warga sepakat mengumpulkan dana swadaya untuk membuat jembatan dengan cara
menabung. Suatu saat, dana yang terkumpul jumlahnya telah memadai, namun kegiatan
pembangunan jembatan tidak kunjung dimulai karena kesibukan warga.

Beruntung P2KP hadir di Desa Tangkil dan Desa Karangtengah. Masyarakat kembali terpacu
membangun jembatan yang akan menghubungkan kedua desa mereka itu. Berdasar hasil
perhitungan warga, dibutuhkan dana sebesar Rp 75 juta untuk membuat jembatan.

Dari jumlah tersebut, dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bisa digunakan hanya Rp 4,5
juta. Artinya, masih dibutuhkan dana sebesar Rp 70,5 juta. Jumlah yang tidak sedikit, tentunya.
Tapi, itu tidak menyurutkan niat warga Desa Tangkil dan Desa Karangtengah. Berbagai upaya
dilakukan. Hasilnya, tidak mengecewakan. Dari hasil tabungan warga dan bantuan pemda,
terkumpul dana sebanyak Rp 70,5 juta, atau sekitar 15 kali lipat dari jumlah BLM untuk kegiatan
ini.

Pada Desember 2005, pembangunan jembatan dilaksanakan. Diawali dengan rembug warga untuk
menyepakati teknis pelaksanaan maupun kebutuhan lainnya. Karena, lokasi berada di dua wilayah
desa yang berbeda, maka warga sepakat membentuk panitia pelaksana, yang terdiri dari ketua RW,
ketua RT, tokoh masyarakat dan perwakilan warga.

Para ibu, kaum perempuan, termasuk gadis-gadis remaja, yang piawai dalam urusan masak-
memasak, juga terlibat sejak awal kegiatan. Mereka mengurusi konsumsi dan administrasi
keuangan.

Karena dana BLM berasal dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Sayuk Rukun Desa Tangkil,
maka Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dibentuk di Desa Tangkil. KSM yang diberi nama
Pembangunan Jembatan Tangkil ini diketuai Susilohono, seorang relawan gigih yang juga tokoh
terpandang di desanya.

9
Dalam pelaksanaannya, masing-masing desa harus membangun ruas jalan menuju lokasi. Demikian
juga fondasi jembatan di kedua sisi dibangun oleh masyarakat dari kedua desa. Setelah fondasi
jembatan siap, pembangunan badan jembatan dilakukan secara bersamaan. Semua pelaksanaan
dilakukan dengan gotong royong masyarakat tanpa ada keterlibatan pihak ketiga atau kontraktor.

Jembatan dibangun selama dua bulan dan diresmikan


pada Maret 2006, dimeriahkan dengan perhelatan
kesenian rakyat dan tumpengan. Jembatan yang
dinamai Kerisan ini terbuat dari besi dan beton kokoh
sepanjang 13 meter dan lebar 2,5 meter. Kini,
jembatan Kerisan bisa dilewati dengan mudah oleh
mobil berukuran kecil dan sedang.

Guna menjaga keberlanjutan dan memperpanjang


umur jembatan, warga sepakat perawatan
dibebankan kepada organisasi RW setempat. Jika
memerlukan dana akan diambilkan dari iuran
pembangunan bulanan, yang memang sudah menjadi
tradisi penggalangan swadaya selama ini.

Jembatan Kerisan tidak hanya digunakan oleh warga setempat, tapi juga warga wilayah lain yang
berdekatan. Sebab, jalur ini mampu membuka akses menuju ke pusat kota atau menuju kantong-
kantong kegiatan ekonomi, pendidikan, sosial dan jalur keluar terdekat yang semula terkendala
sungai. Sedikitnya 200 orang menggunakan Jembatan Kerisan setiap harinya. (Ikhwanudin, Tenaga
Ahli Infrastruktur KMW XIV P2KP-2 Jateng/Tim Infrastruktur KMP P2KP-2; Firstavina)

10
Modul 2
Topik: Konsep BLM

Peserta memahami :
1. BLM sebagai sarana pembelajaran
2. Mekanisme pencairan dan penggunaan BLM

1. Diskusi konsep BLM


2. Penjelasan dan tanya jawab ketentuan dan mekanisme pencairan BLM
3. Membaca bersama Safeguard (Pengamanan Lingkungan dan sosial)

5 Jpl ( 225 ’)

Bahan Bacaan:
Pedoman Pengelolaan Lingkungan

• Kertas Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

11
Diskusi Konsep BLM
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memasuki modul konsep
BLM, jelaskan apa yang ingin dicapai dalam modul ini, yaitu :
Peserta memahami :
• BLM sebagai sarana pembelajaran
• Mekanisme pencairan dan penggunaan BLM

2) Bagikan lembar kasus Pemerintah Percayakan Dompet Dhuafa Kelola Dana Zakat,
ajaklah peserta untuk membacanya.

3) Kemudian bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, ajaklah setiap kelompok untuk
mendiskusikan beberapa hal, diantaranya :

a. Mengapa Dompet Dhuafa dipercaya untuk mengelola zakat oleh pemerintah ?


b. Bagaimana Pengelolaan yang telah dilakukan oleh Dompet Dhuafa terhadap dana yang
dititipkan?
c. Pembelajaran apa yang bisa diperoleh dari kasus tersebut?.

4) Berilah kesempatan kepada wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.

5) Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok.

Dompet dhu’afa dipercaya untuk mengelola zakat oleh pemerintah, karena mengelola dana
dengan transparan dan akuntabilitas, serta jelas manfaatnya untuk orang miskin.

6) Kemudian lakukan dialog dengan peserta dalam diskusi kelas, bagaimana kalau kasus diatas
dikaitkan dengan BLM, apa tujuan dana BLM?, kepada siapa dana BLM dimanfaatkan, dan
pembelajaran apa yang bisa dipetik dari dana BLM?

7) Tulislah seluruh jawaban peserta di dalam kertas plano.

8) Bahas bersama hasilnya dalam kelas besar, buatlah daftar bersama apa saja yang belum
mereka pahami mengenai BLM, ulaslah satu per satu apa yang mereka belum pahami berikan
kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan berpendapat.

12
BLM merupakan salah satu wujud dari tanggungjawab pemerintah untuk memperioritaskan
penanggulangan kemiskinan dengan mengalokasikan dana secara langsung untuk dikelola
oleh masyarakat.
BLM merupakan dana stimulan untuk mendorong proses penanggulangan kemiskinan dan
dapat mengelola program secara transparan dan akuntabel.

Hal ini merupakan wujud kepercayaan dari pemerintah kepada masyarakat melalui
BKM/LKM sebagai lembaga amanah. Agar masyarakat dapat melakukan pembelajaran
untuk merealisasikan rencana yang telah disusun bersama dalam rangka mencapai visi
dengan menerapkan transparansi dan akuntabilitas serta mengembangkan modal sosial,
diantaranya dengan cara :
• BLM dimanfaatkan sesuai dengan persoalan dan kebutuhan riil masyarakat yang sudah
diidentifikasi dalam pemetaan swadaya dan dituangkan dalam PJM Pronangkis
desa/kelurahan.
• Penerima manfaat BLM adalah warga miskin yang tertera dalam hasil pemetaan
swadaya.
• Seluruh transaksi dicatatkan dengan baik dalam pembukuan dan laporannya
diinformasikan kepada masyarakat.

Tujuan Pemanfaatan dana BLM :


• Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarkat miskin
melalui kegiatan-kegiatan di bidang sarana dan parasarana dasar lingkungan;
• Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin
melalui kegiatan-kegiatan di bidang sosial;
• Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin
melalui kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi;
• Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat khususnya dalam mengelola
program secara transparan dan akuntabel.

9) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

10) Lanjutkan ke kegiatan 2.

13
Penjelasan dan Tanya Jawab Ketentuan dan Mekanisme
Pencairan BLM
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan 2 pada modul ini yaitu
Penjelasan dan Tanya Jawab ketentuan dan mekanisme pencairan BLM

2) Berilah penjelasan mengenai ketentuan pencairan BLM

Tahapan Pencairan BLM Lokasi Baru

Tahap
Syarat Pencairan Syarat Pemanfaatan
Pencairan
• LKM telah terbentuk secara sah • Melampirkan PJM dan Rencana
sesuai ketentuan PNPM Mandiri Tahunan Pronangkis (termasuk
Perkotaan dan Pedoman Teknis rencana penggunaan dana / RPD
Pembentukan LKM dengan BLM tahap I ) yang telah
minimum 30% penduduk dewasa disepakati masyarakat dan
mengikuti pemilihan tingkat basis diverifikasi KMW (Korkot);
• LKM telah dicatatkan di Notaris • Terbentuk KSM/Panitia yang dinilai
dengan menyertakan Anggaran layak oleh KMW (Korkot)
Dasar (AD) • proposal/usulan KSM untuk
Tahap I • LKM telah membuat rekening bank penggunaan dana BLM tahap I
(30%) dengan minimal 3 (tiga) specimen telah dinyatakan layak oleh KMW
tanda tangan anggota LKM (Korkot) dan disetujui oleh Rapat
• LKM menandatangani Surat LKM
Perjanjian Pemberian Bantuan
(SPPB) dengan pihak pemerintah
yang diwakili PJOK;
• Melengkapi form dokumen
pencairan (PP-BLM, BAPPD,
Kwitansi, Copy Rek.LKM)

14
Tahap
Syarat Pencairan Syarat Pemanfaatan
Pencairan
• Administrasi keuangan (pembukuan) • Melampirkan rencana penggunaan
Sekretariat telah diverifikasi oleh dana / RPD BLM tahap II yang telah
KMW (Askot Ekonomi/Manajemen disepakati masyarakat dan
Keuangan) dengan hasil baik diverifikasi KMW (Korkot);
• Melengkapi form dokumen • proposal/usulan KSM untuk
pencairan (PP-BLM, BAPPD, penggunaan dana BLM tahap II
Kwitansi, Copy Rek.LKM, Resume telah dinyatakan layak oleh KMW
SP-3) (Korkot) dan disetujui oleh Rapat
LKM
• Melampirkan rencana penggunaan
dana/RPD BLM tahap II yang
ditandatangani oleh Korkot (KMW)
Tahap II • Administrasi keuangan
(50%) (pembukuan) Sekretariat telah
diverifikasi oleh KMW (Askot
Ekonomi/Manajemen Keuangan)
dengan hasil baik
• dana tahap I yang tersalurkan ke
KSM/panitia telah dimanfaatkan dan
dipertanggungjawabkan secara
teknis dan administrasi minimal
50% ,
• kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan telah diperiksa dan
ditandatangani oleh Tim Fasilitator
serta diverifikasi KMW (Korkot),
• Administrasi keuangan (pembukuan) • Melampirkan rencana penggunaan
Sekretariat dan UPK telah dana / RPD BLM tahap III yang
diverifikasi oleh KMW (Askot telah disepakati masyarakat dan
Ekonomi/Manajemen Keuangan) diverifikasi KMW (Korkot);
dengan hasil baik • proposal/usulan KSM untuk
• Melengkapi form dokumen penggunaan dana BLM tahap III
pencairan (PP-BLM, BAPPD, telah dinyatakan layak oleh KMW
Kwitansi, Copy Rek.LKM, Resume (Korkot) dan disetujui oleh Rapat
SP-3) LKM.
• Administrasi keuangan
(pembukuan) Sekretariat dan UPK
Tahap III telah diverifikasi oleh KMW (Askot
(20%) Ekonomi/Manajemen Keuangan)
dengan hasil baik
• dana tahap II yang tersalurkan ke
KSM/panitia telah dimanfaatkan
dan dipertanggungjawabkan
secara teknis dan administrasi
minimal 50% ,
• kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan telah diperiksa dan
ditandatangani oleh Tim Fasilitator
serta diverifikasi KMW (Korkot),

15
BLM SPM

L-8 L-7 L-6

Pencairan dana BLM ke Proses penerbitan SP2D oleh Verifikasi Dokumen


Rekening BKM KPPN Pencairan oleh Satker Kota/
Kab dan Penerbitan SPM

SPP

L-10 L-9 L-5

Verifikasi Dokumen
Pemanfaatan Dana BLM oleh Penyaluran dana BLM ke Pencairan oleh PK
KSM/Panitia KSM Kabupaten/Kota dan
penerbitan SPP

PP
BLM
Gambar 1. Diagram Alir
L-4
PENDAMPINGAN PENCAIRAN Verifikasi Kelengkapan
DAN PEMANFAATAN DANA Dokumen Pencairan oleh
PJOK dan penerbitan PP
BLM
BLM

L-1 L-2 L-3


Coaching Faskel Coaching UP-UP & BKM Penyiapan Berkas Pencairan
tentang Pendampingan oleh BKM & UP-UP yang di
tentang Pendampingan Pencairan dana BLM oleh fasilitasi oleh Fasilitator
Pencairan dana BLM Tim fasilitator

Ketentuan BOP BKM/LKM adalah sebagai berikut :


• Untuk katagori kelurahan kecil, maka besarnya biaya operasional BKM sebesar 5 juta;
• Untuk katagori kelurahan sedang, maka besarnya biaya operasional BKM sebesar 7,5
juta dan;
• Untuk katagori kelurahan besar, maka besarnya biaya operasional BKM sebesar 10 juta.

Penarikan dana BOP ini akan dilakukan secara bertahap sesuai tahapan pencairan dana
BLM yang diajukan.

Penggunaan BOP, hanya dapat digunakan pada beberapa hal, diantaranya :


• Biaya rapat BKM/LKM
• Insentif sementara UPK, UPL UPS dan Sekretariat
• ATK UPK, UPL UPS dan Sekretariat
• Biaya rumah tangga sekretariat ( listrik, telepon,PAM)
• Transport UP-UP dan Sekretariat
• Biaya-biaya lain atas persetujuan rapat BKM/LKM
• Dll

BOP BKM/LKM ini tidak dapat digunakan untuk honor/insentif anggota BKM/LKM.
Pengelolaan keuangan BOP BKM/LKM ini dikelola oleh kesekretariatan BKM yang akan
3) berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
mengatur pengeluaran biaya operasional BKM/LKM. Kesekretariatan harus menyusun
rencana keuangan tersebut dan dipertanggungjawabkan secara periode kepada BKM/LKM
4) Lanjutkan Ke kegiatan 3
serta diaudit oleh lembaga audit pemerintah (BPKP, Bawasda) maupun lembaga audit
independen

16
Lokasi Tahap I Tahap II Tahap III Keterangan

Baru PNPM’07 20%*) (APBN) 50% (APBN) 30%(APBN) Kel/Desa dengan %-tase KK
miskin > 35%

20%*)(APBN) 50%(APBD) 30%(APBN) Kel/Desa dengan %-tase KK


miskin < 35%

Lama P2KP 30% (APBN) 50% (APBD) 20% (APBN) Kota/Kab Katagori Fiskal
Sedang-Tinggi

30% (APBN) 30% (APBN) 20% (APBN) Kota/Kab Katagori Fiskal


20% (APBD) Rendah

Baru PNPM’08 30% (APBN) 50% (APBD) 20% (APBN) Kota/Kab Katagori Fiskal
Sedang-Tinggi

30% (APBN) 30% (APBN) 20% (APBN) Kota/Kab Katagori Fiskal


20% (APBD) Rendah

Membaca Bersama Safeguard (Pengamanan Lingkungan dan


Sosial)
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan 3 pada modul ini yaitu
Penjelasan dan tanya jawab safeguard (Pengamanan lingkungan dan sosial)

2) Ajaklah peserta untuk membaca bahan bacaan :pedoman pengelolaan lingkungan.

3) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau membahas hal-hal yang masih
belum dipahami.

4) Simpulkan bersama dan berilah penguatan mengenai safeguard.

17
Yang dimaksud dengan Safeguard Lingkungan dan Sosial
Pengamanan Lingkungan dan Sosial dikenal dengan Safeguard merupakan salah satu
langkah pengamanan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin timbul akibat adanya
pembangunan khususnya pembangunan infrastruktur.

Pola pengamanan meliputi seluruh tahap pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang


dijelaskan berikut ini:
Tahap Perencanaan : Persiapan penyusunan proposal perlu memperhatikan aspek yang
terkait dengan safeguard lingkungan seperti :
• fungsi dan lokasi pembangunan memiliki kesesuaian dengan tata ruang setempat,
• memperhatikan kondisi sekitar seperti adanya garis sempadan pantai dan sungai serta
kemungkinan terjadinya longsor.

Aspek yang terkait dengan safeguard sosial seperti :


• penyepakatan secara tertulis pola kontribusi lahan milik masyarakat pada lokasi
pembangunan infrastruktur untuk mencegah terjadinya permasalahan.
• peran serta kaum rentan dan penduduk asli dalam proses perencanaan pembangunan
infrastruktur

Tahap pelaksanaan konstruksi terutama terkait dengan aspek safeguard lingkungan seperti

• Pada pembangunan MCK perlu memperhatikan perletakan septictank dan pembuangan


limbah cair rumah tangga terhadap sumber-sumber air bersih sekitar seperti sumur
perorangan maupun komunal.
• Pada pembangunan yang memanfaatkan sumber-sumber air perlu memperhatikan
kemungkinan terdapatnya logam-logam berat seperti merkuri (sepanjang pantai) atau
besi dan mangan.
• Pengadaan dan penggunaan material kayu yang mendapatkan ijin pemanfataan dari
Dinas Kehutan.

Tahap pasca konstruksi terkait dengan pemanfaatan hasil – hasil pembangunan antara lain

• Menjaga dan memelihara kualitas air yang dipergunakan sehari – hari seperti tidak
terkena sumber pencemaran baru.
• Menjaga hasil pembangunan yang melalui lahan milik masyarakat yang telah disepakati
pola pemanfaatannya. Seperti pada pembangunan jaringan jalan, perpipaan air bersih
maupun saluran pembuangan, perlu diperhatikan konsep penggunaan yang mendukung
terpeliharanya prasarana sehingga diperoleh umur manfaat minimal 5 thn

5) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.

18
GOVERNMENT INFORMATION SYSTEM

Rabu, 20 Sep 2006

Pemerintah Percayakan Dompet Dhuafa Kelola Dana Zakat

Pemerintah melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah memberikan kepercayaan penuh
kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet Dhuafa Republika untuk menghimpun, mengelola, dan
mendayagunakan zakat, infak, dan sedekah yang dihimpun BAZNAS maupun Dompet Dhuafa
sendiri.

Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf Departemen Agama Drs Tulus, di Jakarta, Rabu,
mengatakan, langkah ini merupakan sinergi lembaga antara BAZNAS dan Dompet Dhuafa yang
diharapkan mampu mendorong serta meraih kepercayaan masyarakat lebih luas.

"Kita perlu memberi motivasi agar dana zakat dapat digalang dan didayagunakan dengan baik.
Karena itu, langkah sinergi BAZNAS dan Dhompet Dhuafa harus dilihat sebagai kebijakan yang
tepat," ujarnya.

Dia melihat penggabungan lembaga pemerintah ini dengan Dompet Dhuafa merupakan langkah
maju. Dompet Dhuafa lahir dan besar dari masyarakat, sedang BAZNAS dibentuk pemerintah
dengan melibatkan masyarakat.

Sementara itu, Ketua Umum BAZNAS KH Didin Hafidhuddin mengungkapkan Dompet Dhuafa dipilih
karena lembaga ini dinilai sebagai LAZ yang sejak 1993 bersungguh-sungguh mengumpulkan dan
mendayagunakan zakat secara amanah, transparan, dan mampu melahirkan program visioner.

"Sepanjang pengetahuan saya, Dompet Dhuafa telah banyak memberikan inspirasi yang kuat bagi
pengelola zakat di tanah air. Sudah banyak aktivitas pendayagunaan Dompet Dhuafa yang dapat
dirasakan masyarakat miskin hampir di seluruh tanah air, mulai dari membangun pendidikan yang
berkualitas, pemberdayaan masyarakat, layanan kesehatan, pendampingan masyarakat, sampai
penanganan bencana alam dan kemanusiaan," tegasnya.

Didin juga menjelaskan bahwa peleburan lembaga pemerintah dan swasta ini bertujuan untuk
mengoptimalkan kekuatan pengumpulan dan pendayagunaan zakat di Indonesia.
Untuk tujuan tersebut, sinergi antara lembaga pengelola zakat sudah menjadi keniscayaan dan
perlu diwujudkan.

Dengan sinergi yang solid dan keinginan mengangkat taraf hidup orang miskin, dana zakat ini
diharapkan dapat melahirkan kekuatan yang dahsyat.

Sinergi kedua lembaga tersebut meliputi sinergi program, menejemen dan kelembagaan.
Menanggapi sinergi ini, Presiden Direktur Dompet Dhafa Rahmad Riyadi melihat sudah waktunya
BAZNAS mengelola potensi zakat di Indonesia dalam tataran makro.

Jika sudah bicara nasional, berbagai program pendayagunaan zakat BAZNAS harus menjangkau
seluruh pelosok di tanah air. Program yang digagas tidak lagi memikirkan program-program bersifat
mikro dan sekedar charity. Dengan mampu mengakses sumber dana zakat dari negara, mestinya
BAZNAS mampu mewujudkan itu.

19
Rahmad juga mengatakan bahwa sudah saatnya dana publik dikelola dengan baik, amanah, dan
transparan. Dengan adanya lembaga yang kompeten dan dipercaya publik, maka negara tidak
sekadar mempercayakan pengelolaan dana publiknya, namun juga mendukung dan memfasilitasi.

Menurut dia, jika negara memiliki program untuk masyarakat miskin tentu sudah saatnya lembaga
seperti BAZNAS dompet Dhuafa dipercaya turun berperan. Rahmad yakin mampu karena Dompet
Dhuafa bergelut memberdayakan masyarakat miskin dengan dana itu selama 13 tahun. (ant)

20
Pedoman Pengelolaan Lingkungan
Prinsip Dasar

1. Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah sebagai berikut :

a. Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang
tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;
b. Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana
Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk
mengembangkan kawasan lindung; dan
c. Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan
suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya.

Kriteria Pemeriksanaan Lingkungan

2. Setiap proposal kegiatan program (proyek/sub-proyek) akan diperiksa dengan kriteria


pemeriksaan lingkungan Pemerintah Indonesia untuk memastikan tidak ada sub-proyek/proyek
yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe
proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan
diidentifikasi untuk menentukan proposal tersebut masuk dalam yang mana dari 4 kategori
berikut ini:
:
a) Proposal yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) secara menyeluruh
yang untuk itu Kantor Menteri Negara Lingkungan telah menetapkan kriterianya (lihat Tabel
1). Proyek/subproyek semacam ini tidak akan didanai oleh PNPM Mandiri Perkotaan;
b) Proposal yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya
Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi sub-proyek.
Menteri PU telah menetapkan kriteria untuk menentukan sub-proyek yang membutuhkan
UKL/UPL dan Menneg LH telah menetapkan kriteria untuk ANDAL (Analisis Dampak
Lingkungan); Diharapkan tidak ada proposal yg masuk kategori ini.
c) Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard operation
procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan lingkungan.
Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menetapkan pedoman/prosedur operasi standar utk
proyek/sub proyek jenis itu (termasuk pengendalian debu, kebisingan, lalulintas di lokasi
k0onstruksi, spesifikasi pengisian tanah dan penghijauan dilahan kritis, prosedur
mengendalikan dampak negatif pengangkutan sampah, dsb). Diharapkan sebagian
proposal akan masuk kategori ini
d) Usulan-usulan yang tidak memerlukan studi lingkungan, karena jenis kegiatan yang
diusulkan bukan merupakan kegiatan konstruksi, tidak menimbulkan gangguan atas tanah
atau air dan tidak melibatkan pembuangan limbah. Diharapkan sebagian proposal akan
masuk kategori ini

21
Tabel 1. Kriteria Pemeriksaan Lingkungan

ANDAL UKL/UPL
Sektor/Proyek Unit
> <->
Penyediaan Air Bersih
Pengambilan Air Baku Liter/ 250 -250 – 50
Detik
Transmisi (kota besar) Km 10 10 – 2
Distribusi (kota besar) Ha 500 -500 – 100
Jalan Kota
Pembangunan baru :
a. kota besar Km; atau ha 5 5 – 1 atau 5 – 2
b. kota sedang Km; atau ha 10 10 – 3 atau 10 - 5
c. kota kecil Km 30 30 – 5
Pelebaran (kota besar) Km; atau ha 5 >/= 10 (jika
pembebasan tanah)
Jembatan di kota besar M - >/= 20
Jembatan di kota kecil M - >/= 60
Limbah Cair dan Sanitasi
IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Ha 2 < 2 ha
Terpadu
Sistem Perpipaan Air Limbah Ha 500 < 500
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Ha 3 <3

Persampahan
Timbunan (sanitary landfill)/TPA ha atau ton 1000 < 10 atau < 10000
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) – ha atau ton 5000 < 5 atau < 5000
didaerah pasang surut
Transfer station 1000 < 1000
Drainase & Pengendalian Banjir
a. kota besar Km 5 < 5 atau 5 – 1
b. kota sedang Km 10 < 10 atau 2 – 10
c. kota kecil (desa) Km 25 >5
Perbaikan kampong
Kota besar Ha 200 >/= 1
Kota sedang Ha >/= 2
Upgrading Ha 5 >/= 1

(Sumber: KEP-17/MENLH/2001 untuk ANDAL (Jenis) dan KEPMEN PU-


17/KPTS/M/2003 untuk UKL-UPL)

3. Pemeriksaan khusus akan diterapkan pada kasus-kasus berikut ini :

• Perikanan : standar dari Dinas Perikanan akan diterapkan pada seluruh proposal subproyek
perikanan.
• Pestisida, pengikisan ozon, tembakau atau produknya: seluruh kegiatan program yang
mengandung unsur ini tidak akan didanai atau ditolak.
• Asbes : subproyek/proyek yang menggunakan asbes atau komponen yang mengandung
asbes tidak akan didanai. Tatacara penanggulangan khusus penggunaan asbes untuk

22
perbaikan bangunan yang sudah menggunakan asbes (seperti renovasi gedung sekolah
yang menggunakan atap asbes) akan diterapkan.
• Keluaran atau emisi yg menyebabkan polusi: Subproyek yang memproduksi keluaran atau
emisi baik cair atau gas yang dapat menyebabkan polusi tidak akan didanai, kecuali :(a)
penggunaannya sangat kecil dan (b) Bapedalda melakukan peninjauan dan sertifikasi
bahwa proyek tersebut memenuhi standar pengendalian polusi air dan udara.
• Material berbahaya dan limbah: proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan
atau mengirimkan bahan berbahaya (racun, bahan peledak dan korosif) atau tergolong
dalam B3 (Bahan Baku Berbahaya) tidak akan didanai.
• Penebangan: Sub-proyek yang melakukan operasi penebangan atau pembelian alat-alat
penebangan tidak akan didanai.
• Pembangunan di wilayah yang dilindungi: Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia No. KEP-17/MENLH/2001 berjudul : Jenis aktivitas pekerjaan
yang diharuskan melakukan ANDAL, menjelaskan bahwa setiap pekerjaan atau aktivitas di
lokasi yang dilindungi atau dapat menyebabkan perubahan peruntukan lokasi yang
dilindungi harus melakukan ANDAL. Termasuk didalamnya adalah: hutan yang dilindungi,
bantaran sungai, konservasi laut dan sungai, taman wisata alam, area padat penduduk,
daerah sekitar sumber air/reservoir, area hutan bakau (mangrove), area serapan air, taman
nasional, pinggiran pantai, taman hutan, area budaya yang dilindungi, area seputar mata
air, area penelitian ilmiah, wilayah konservasi alam dan area yang rawan bencana alam.
Tidak boleh ada permukiman baru atau perluasan permukiman di wilayah yang dilindungi
yang termasuk dalam usulan proyek yang akan didanai. Kecuali jika permukiman sudah ada
di wilayah tersebut dan kebijakan pemerintah mengijinkannya, proposal untuk pendanaan
melalui ReKompak dapat dilakukan oleh masyarakat permukiman tersebut asal sesuai
dengan prosedur ReKompak dan sejalan dengan peraturan setempat yang secara jelas
tercantum dalam rencana manajemen kawasan yang dilindungi. Tidak diperkenankan
membuat proposal untuk membangun atau merehabilitasi jalan yang berada dalam
kawasan yang dilindungi

4. Rencana spesifikasi termasuk pertimbangan pengelolaan lingkungan untuk air bersih, jamban
umum, jalan kota, TPS dan jembatan akan diterapkan dalam program ini dalam bentuk POS
(prosedur operasi standar)..

5. Setiap KSM harus menyiapkan proposal subproyek dalam format standar yang disediakan oleh
fasilitator, ditandatangani oleh para anggota kelompok. Format standar akan mencakup hal-hal
tersebut diatas yang tidak dapat dibiayai sebagai bagian dari daftar negatif. Proposal-proposal
tersebut mencakup uraian tentang kegiatan yang diusulkan dan harus memenuhi semua aturan
pengelolaan dampak lingkungan yg disyaratkan (termasuk pembebasan tanah/aset dan
dampak terhadap masyarakat/penduduk asli). Semua proposal akan dinilai oleh staf proyek
untuk kelayakannya, persyaratan teknik dan kesesuaiannya dengan berbagai aturan yang
berlaku, sebelum kemudian di nilai oleh LKM. Tenaga ahli proyek secara teliti akan menyaring
proposal terkait dgn dampak lingkungan berdasarkan pada pedoman diatas, yg menjadi bagian
dari Pedoman Operasional Umum ini. Hal ini termasuk penyaringan khusus untuk semua
subproyek yang melibatkan perubahan tanah dan air (seperti reklamasi, irigasi); kegiatan
ekonomi yang memberikan dampak lingkungan harus dijamin memenuhi persyaratan/ standar
yang ditetapkan. LKM dengan bantuan fasilitator harus memastikan tindakan pengurangan
dampak lingkungan dilakukan. Pemilihan proposal yang menggunakan dana BLM oleh LKM
akan dilakukan dalam suatu pertemuan yang diumumkan sebelumnya dan terbuka untuk
umum.

23
Pelaporan

6. Fasilitator dan KMW akan mengumpulkan dan meninjau laporan lingkungan dan menandai dgn
bendera pada laporan tigabulanan mereka. Pedoman akan mencakup matriks dari
kemungkinan dampak lingkungan yang negatif dan langkah-langkah untuk menangulanginya.
Tenaga ahli KMW dan KMP akan merangkum semua perkembangan, memonitor dan mengukur
dampak lingkungan dari program sebagai bagian dari evaluasi kinerja program.

Pendekatan Pengendalian Dampak Lingkungan Dalam PNPM Mandiri Perkotaan

7. Prinsip dasar yang melandasi pengendalian dampak lingkungan dalam PNPM Mandiri Perkotaan
adalah meminimumkan efek negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap kegiatan
konstruksi. Dalam proses perencanaan digunakan daftar periksa (checklist)
kemungkinan/potensi persoalan lingkungan (lihat Tabel 2) yang kemudian harus ditindak lanjuti
selama dan sesudah konstruksi oleh kelurahan/desa dan Tim Fasilitator. Setiap subproyek
harus diperiksa oleh fasilitator teknik untuk menentukan berbagai tindakan yang harus
dilakukan dalam rangka mencegah atau memperbaiki persoalan lingkungan. Pada pertengahan
proses kontruksi daftar yang sama di cocokkan lagi disaat peluang untuk memperbaiki masih
dapat dilakukan. Di akhir konstruksi daftar yang sama dicocokkan lagi dibandingkan dengan
rencana aslinya. Ahli lingkungan di NMC harus selalu memutakhirkan daftar periksa
kemungkinan persoalan lingkungan untuk menemukenali perkara lingkungan dan usulan
mitigasinya.

8. Untuk setiap subproyek, disediakan standar teknik dalam pedoman. Contoh; saluran drainasi
untuk jalan harus dipasang dengan gorong-gorong dilintasan masuk agar menjamin kelancaran
aliran air, rembesan untuk latrine atau tanki septik harus berjarak sekurang-kurangnya 10 m
dari sumber air bersih dan diletakkan di bawah aliran air dan penampungan air bersih tidak
boleh dekat dgn semua sumber kontaminasi.

Berdasarkan pengalamam P2KP sebelumnya maka dibawah ini adalah daftar periksa dari perkara
lingkungan dan tindakan mitigasi yang harus dilakukan dalam PNPM Mandiri Perkotaan.

Tabel 2 Daftar Periksa Perkara Lingkungan dan Mitigasinya

Potensi Dampak Negatif Tindakan Mitigasi


Jalan, Jembatan dan Saluran Drainasi
Erosi dari jalan yang sedang dilakukan cut and • Batasi kegiatan memindahkan tanah hanya
fills dan menyebabkan sedimentasi di saluran pada waktu musim kering/panas
• Lindungi permukaan tanah yang rentan
dengan jerami
• Lindungi saluran drainasi dgn pembatas
atau berm
• Instalasi ruang sedimentasi, tanami
permukaan yg rawan erosi secepat mungkin
• Pilih jalur yang lebih aman dari gangguan
• Lakukan pemeliharaan tepat waktu
Terjadinya genangan air yang menjadi tempat Lakukan tindakan untuk mencegah dengan
pertumbuhan nyamuk dan vektor penyakit perbaikan pertamanan, pengisian dan drainasi
lainnya
Jalan dan jembatan di lokasi yang rawan erosi • Ubah jalur untuk menghidari kemiringan yg
dan longsor curam

24
Potensi Dampak Negatif Tindakan Mitigasi
• Bangun turap penyangga dinding tanah
• Gunakan tanaman untuk mencegah erosi
dan longsor pada kemiringan
• Gunakan teknologi khusus seperti sistem
pengeringan (drain)
Saluran yg tersumbat karena kesalahan • Pemeliharaan harus membersihkan
perencanaan dan pemeliharaan yg sumbatan secara berkala
menyebabkan genangan air yg berdampak ke • Gunakan saluran dari beton atau tembokan,
kesehatan saluran tanah membutuhkan tempat lebih
banyak pemeliharaan yg lebih intensif.
• Gunakan kemiringan alami yg lebih tanah
terhadap erosi
Kakus Umum, Sanitasi dan Penyediaan air bersih
Permukaan air sumur hampir sama dengan • Cek arah aliran air tanah. Sumur harus
rembesan, sumur terlalu dekat dgn tangki diletakkan hulu aliran
septik • Bangun rembesan sejauh mungkin dari
sumur
Sumur dalam kakus yang pasti rawan • Bangun bak air yg diissi dari melalui pipa
kontaminasi atau ember
• Jaga agar kakus tetap bersih dan jauh dari
sumur
Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat • Tanam pipa sanitasi dari kakus ke tangki
rawan thd sinar matahari, terinjak, dan septik
kenakalan manusia • Buat lubang kontrol dan pipa udara utk
tangki septik
Tangki septik yang tidak bagus strukturnya Tangki septik yang bagus paling tidak terdiri
dari:
• Ada lubang kontrol dgn penutup
• Pipa masuk kotoran
• Bilik yang terbagi dgn dinding pembatas
• Pipa luapan disambung dgn rembesan
• Pipa udara (ventilasi)
MCK yang tidak memenuhi syarat • Semua unsur utama MCK harus ada;
• Kakus
• Ventilasi kakus
• Bak air dgn kran air/sambungan air dan
lubang pembuangan
• Ada tempat untuk mencuci yg lebih tinggi
• Ada kran air utk isi ember
• Ada parit sekeliling lantai untuk membuang
air ke saluran pembuangan
Saluran limbah manusia yg mengandung libah • Saluran libah manusia harus disalurkan ke
patogen harus dilakukan pengolahan sebelum tempat pengolahan/tangki septik
dibuang ke badan air yang ada • Tangki septik juga berfungsi sebagai
pengolah

25
Modul 3
Topik: Prioritas Usulan Kegiatan

1. Peserta mampu memahami mengapa harus melakukan prioritas usulan kegiatan


2. Peserta mampu merumuskan kriteria untuk menentukan prioritas usulan kegiatan
3. Peserta mampu memfasilitasi pelaksanaan rapat penentuan prioritas usulan
kegiatan.

1. Mengapa Perlu melakukan prioritas usulan


2. Diskusi menentukan kriteria rapat prioritas usulan

4 Jpl ( 180 ’)

Bahan Bacaan:
Penetapan prioritas usulan kegiatan

• Kertas Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar]

26
Mengapa perlu melakukan prioritas Usulan
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai
Modul Sosialisasi BLM PNPM Mandiri Perkotaan dan rapat prioritas yang terdiri dari dua
kegiatan belajar. Jelaskan tujuan dari modul ini.

2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan 1 yaitu mengapa perlu
melakukan prioritas usulan kegiatan.

3) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, ajaklah peserta untuk melakukan permainan
Panen Kemiri (Nuts Game), lihat di Lembar Kerja 1: Panen Kemiri (Nuts Game)

4) Setelah melakukan permainan panen kemiri (Nuts game), lakukan diskusi dengan peserta
mengenai :

ƒ Apa yang terjadi di setiap kelompok ?


ƒ Untuk kemirinya yang masih tersisa sampai ronde terakhir, mengapa bisa terjadi
demikian?
ƒ Untuk kelompok yang kemirinya habis, pada ronde ke berapa habisnya? Mengapa bisa
habis?
ƒ Siapa yang memperoleh paling banyak di dalam setiap kelompok dan siapa yang paling
sedikit ?
ƒ Apakah perbedaan perolehan setiap orang sangat jauh? Mengapa terjadi demikian?

5) Kemudian ajaklah peserta untuk melakukan refleksi, lakukan dialog :


ƒ Bagaimana kalau setiap orang atau kelompok saling membutuhkan dan berebut
padahal sumber dayanya terbatas ?, apa yang akan terjadi ?
ƒ Bagaimana caranya mengatasi persoalan ini ?
ƒ Pembelajaran apa yang dapat diperoleh dari permainan tersebut ?

6) Simpulkan bersama dan berilah penguatan.

Rapat prioritas kegiatan diperlukan mengingat keterbatasan sumber daya dibandingkan


dengan masalah yang dihadapi, sehingga tidak memungkinkan seluruh permasalahan dapat
ditangani secara serentak.

27
Diskusi Menentukan Kriteria Prioritas Usulan

1) Berilah penjelasan bahwa kita akan memasuki kegiatan 2, yaitu diskusi menentukan kriteria
prioritas.

2) Jelaskan setelah memahami pentingnya prioritas, maka sangat penting sekali untuk
mendiskusikan apa saja criteria yang mendasari prioritas tersebut.

3) Bagilah setiap peserta kartu metaplan, ajaklah mereka untuk menuliskan apa saja kriteria untuk
menentukan prioritas usulan kegiatan ? (satu orang menulis satu kriteria).

4) Kemudian kumpulkan kartu metaplan tersebut, dan bahas bersama apa saja kriteria penentuan
prioritas usulan. Tempelkan kartu metaplan pada papan tulis atau dinding.

5) Simpulkan bersama hasil pembahasan kriteria prioritas usulan.

Kriteria prioritas akan sangat dipengaruhi oleh kondisi setiap daerah yang bersifat unik.
Namun secara garis besar yang melandasi penentuan prioritas usulan kegiatan adalah
usulan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat , Adapun kriteria penentuan
prioritas dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Penerima manfaat, terutama untuk orang miskin. Semakin besar persentase
calon penerima manfaat program adalah orang miskin (untuk penanggulangan
kemiskinan), maka kegiatan akan menjadi prioritas.
2. Gawat, jika suatu masalah tidak diatasi akan menimbulkan korban jiwa atau
materi. Semakin besar korban yang mungkin ditimbulkan, semakin gawat.
3. Mendesak, suatu masalah tidak segera diatasi dapat menimbulkan masalah
lain/baru. Semakin banyak masalah baru yang akan ditimbulkan, semakin
mendesak untuk ditangani.
4. Prasyarat, jika suatu kegiatan merupakan prasayarat kegiatan lain yang juga akan
dilaksanakan, maka akan memiliki nilai prioritas yang lebih tinggi.
5. Pelengkap, jika suatu kegiatan merupakan pelengkap kegiatan lain, yang bila
tidak segera dilakukan dapat mengakibatkan kegiatan yang dilakukan sebelumnya
menjadi kurang efektif.
6. Peluang, jika setelah suatu kegiatan dapat memberikan peluang kegiatan lain
untuk penanggulangan kemiskinan.
7. Efektifitas pencapaian sasaran, biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan
manfaat/perubahan yang dapat dicapai.
8. Dana, bila suatu kegiatan telah tersedia dana (baik dari pemerintah, swasta,
swadaya masyarakat).
9. SDM, ketersediaan sumber daya manusia (baik untuk perencanaan, pelaksanaan,
maupun pengelolaan) akan memudahkan pelaksanaan kegiatan/program yang
diusulkan
10. Dampak, program yang dapat memberikan dampak luas dalam penanggulangan
kemiskinan akan memperoleh prioritas.
6) Tanyakan kembali kepada peserta apakah yang dimaksud adil dalam prioritas usulan kegiatan ?

28
7) Berilah kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapatnya.

8) Simpulkan bersama.

Adil dalam penentuan prioritas, tidak berarti menyama ratakan perolehan sumberdaya
walaupun tidak cukup yang pentingan semuanya mendapatkan, melainkan mendahulukan
yang benar-benar paling membutuhkan.

9) berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


10) Tutup materi dan ucapkan terima kasih

29
LK-1 Panen Kemiri (Nuts Game)
Waktu :
60 menit

Alat dan Bahan :


Kemiri/kacang kulit, piring, flipchart, spidol, selotip

Persiapan :
1. untuk setiap kelompok, sediakan 25 butir kemiri atau kacang kulit dalam sebuah mangkok dan
12 butir dalam mangkok kedua. Dengan demikian diperlukan 37 x kelompok = 111 butir
kemiri/kacang kulit dan 6 mangkok.
2. fotocopy”tabel cacatan skor perolehan kemiri per individu dan kelompok” sebanyak 5 lembar
per kelompok sehingga berjumlah 5 x 3 kelompok = 15 lembar ( 1 babak 1 lembar), sedangkan
tabel catatan hasil semua kelompok disalin diatas kertas plano cukup 1 x saja.

Proses :
1. bagilah peserta menjadi 3 kelompok (7-9 orang per kelompok), untuk setiap kelompok, berikan
kedua mangkok berisi kemiri.
2. jelaskan tugas kelompok sebagai berikut :
ƒ setiap kelompok dipimpin oleh seorang [emimpin kelompok (dipilih oleh anggota kelompok)
dan melakukan kegiatan di tempat-tempat terpisah (disudut-sudut ruangan yang cukup
berjauhan)
ƒ tugas kelompok adalah mengoptimalkan pendapatan individu dalam kelompok dalam
memanen kemiri. (sumberdaya)
ƒ Mangkok yang berisi 25 kemiri diletakan di tengah – tengah lingkaran peserta. Tugas
peserta adalah mengambil secara serentak kemiri yang terletak di mangkok tersebut.
Sebagai aba-aba, ketua kelompok akan menghitung 1,2,3 pada hitungan ketiga, setiap
peserta mengambil kemiri di mangkok dan menggenggamnya.
ƒ Jangan sampai jatuh, sebab kalau jatuh akan dihitung sebagai kehilangan. Sedang sisa
kemiri yang ada di mangkok akan digandakan (2X lipat) oleh ketua kelompok dengan
kekurangannya diambil dari kemiri cadangan. Sisa kemiri setelah digandakan maksimal
menjadi 12 kemiri (kalau sisa kemiri 4, dikali 2 menjadi 8, berarti mengambil 4 buah kemiri
cadangan. Sedangkan kalau sisa kemiri 7, di kali 2 menjadi 14, hanya bisa menambahkan 5
dari kemiri cadangan karena maksimal jumlah kemiri setelah digandakan adalah 12.
ƒ Ketua kelompok akan menghitung perolehan setiap peserta, kemudian menjumlahkan
pendapatan kelompok, dan mencatatnya di dalam tabel catatan skor perolehan kemiri per
individu dan kelompok.
ƒ Satu babak permainan akan berakhir jika tidak ada kemiri yang tersisa di mangkok, atau
permainan mencapai 10 ronde.
ƒ Kalau kelompok masih penasaran dapat mencoba babak kedua atau ketiga sehingga
mendapatkan hasil yang terbaik.
3. setelah peserta selesai melakukan tugas elompok, mintalah kepada setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengisian tabel catatan skor perolehan kemiri per individu dan kelompok
(kalau melakukan beberapa babak permainan, gunakan catatan terakhir)
4. masukan data masing-masing kelompok ke dalam tabel catatan hasil semua kelompok dan
bahaslah hasilnya.

30
Tabel Catatan Skor Perolehan Kemiri Per Individu dan kelompok

Ronde
Total Hasil Panen
No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Individu

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total Hasil Panen Kelompok

Catatan : Fotocopy lembar ini sebanyak yang dibutuhkan.

31
Tabel Catatan hasil Semua Kelompok

KELOMPOK
TAHAP INDIKATOR
1 2 3 4
Tanpa Kerjasama Jumlah Permainan

Jumlah maksimal ronde

Jumlah maksimal

panen kelompok

Jumlah maksimal

panen individu

Jumlah minimal

panen individu

Dengan Kerjasama Jumlah Permainan

Jumlah maksimal ronde

Jumlah maksimal

panen kelompok

Jumlah maksimal

panen individu

Jumlah minimal

panen individu

Catatan : salin tabel diatas ke dalam kertas plano

32
PENETAPAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN

Usulan/Proposal dari KSM yang telah dibuat oleh KSM dan telah dinilai layak oleh BKM/LKM serta
diverifikasi oleh KMW tidak secara otomatis memperoleh dana BLM tetapi masih harus disesuaikan
dengan ketersediaan alokasi dana. Oleh sebab itu, BKM/LKM harus mengadakan Rapat Anggota
untuk menyusun prioritas dari usulan-usulan KSM yang telah dinilai layak, sehingga usulan yang
mendapat prioritas tinggilah yang akan didahulukan mendapatkan dana. Sebaliknya, usulan KSM
yang prioritasnya rendah, akan memperoleh bantuan untuk waktu atau tahap berikutnya.
Dengan demikian penetapan prioritas usulan kegiatan KSM oleh BKM/LKM merupakan kegiatan
tindak lanjut penilaian kelayakan usulan kegiatan, yakni kegiatan untuk mengevaluasi dan
menetapkan urutan kegiatan yang akan mendapat bantuan dana BLM sesuai dengan ketersediaan
dana.
Peran KMW adalah menjaga agar proses penetapan prioritas proposal/usulan kegiatan yang
dilakukan KSM benar-benar telah memenuhi ketentuan dan prinsip serta nilai-nilai PNPM Mandiri
Perkotaan

Prioritas diperlukan mengingat keterbatasan sumber daya dibandingkan dengan masalah yang
dihadapi, sehingga tidak memungkinkan seluruh permasalahan dapat ditangani secara serentak.
BKM/LKM merumuskan kriteria yang akan disepakati dan digunakan untuk menentukan prioritas
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kriteria prioritas akan sangat dipengaruhi oleh kondisi setiap daerah yang bersifat unik. Namun
secara garis besar yang melandasi penentuan prioritas usulan kegiatan adalah usulan yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan setempat , Adapun kriteria penentuan prioritas dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

1. Penerima manfaat, terutama untuk orang miskin. Semakin besar persentase calon
penerima manfaat program adalah orang miskin (untuk penanggulangan kemiskinan),
maka kegiatan akan menjadi prioritas.
2. Gawat, jika suatu masalah tidak diatasi akan menimbulkan korban jiwa atau materi.
Semakin besar korban yang mungkin ditimbulkan, semakin gawat.
3. Mendesak, suatu masalah tidak segera diatasi dapat menimbulkan masalah lain/baru.
Semakin banyak masalah baru yang akan ditimbulkan, semakin mendesak untuk ditangani.
4. Prasyarat, jika suatu kegiatan merupakan prasayarat kegiatan lain yang juga akan
dilaksanakan, maka akan memiliki nilai prioritas yang lebih tinggi.
5. Pelengkap, jika suatu kegiatan merupakan pelengkap kegiatan lain, yang bila tidak segera
dilakukan dapat mengakibatkan kegiatan yang dilakukan sebelumnya menjadi kurang
efektif.
6. Peluang, jika setelah suatu kegiatan dapat memberikan peluang kegiatan lain untuk
penanggulangan kemiskinan.
7. Efektifitas pencapaian sasaran, biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan
manfaat/perubahan yang dapat dicapai.
8. Dana, bila suatu kegiatan telah tersedia dana (baik dari pemerintah, swasta, swadaya
masyarakat).
9. SDM, ketersediaan sumber daya manusia (baik untuk perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengelolaan) akan memudahkan pelaksanaan kegiatan/program yang diusulkan

33
10. Dampak, program yang dapat memberikan dampak luas dalam penanggulangan
kemiskinan akan memperoleh prioritas.

Seluruh program yang diusulkan akan dinilai (sesuai kriteria yang telah disepakati bersama),
sehingga diperoleh peringkat berdasarkan nilai terbesar

Ketentuan Dasar
• Rapat penetapan prioritasi usulan-usulan KSM ini wajib dihadiri oleh seluruh anggota BKM/LKM
dan bersifat terbuka untuk umum, dmana para pengusul juga harus diundang. Rencana rapat
ini harus diumumkan di masyarakat dan tempat-tempat strategis sekurang-kurangnya 1 (satu)
pekan sebelumnya.
• Pada rapat penetapan prioritas tersebut, KSM pengusul dapat memberikan penjelasan dan
dapat berpartisipasi dalam membahas presentasi usulan-usulan KSM.
• PNPM Mandiri Perkotaan tidak menetapkan suatu sistem pembobotan atau penilaian tertentu
untuk menyusun prioritas usulan. Sistem evaluasi untuk menetapkan prioritas usulan
diserahkan sepenuhnya pada kebijakan dan kesepakatan dalam Rapat BKM/LKM dengan
berpedoman pada PJM serta Rencana tahunan Pronangkis desa/kelurahan.
• Berdasarkan hasil masukan dan pembahasan persentasi Panitia pengusul serta sistem evaluasi
yang telah ditetapkan bersama, BKM/LKM kemudian mengadakan musyawarah mufakat, atau
bila diperlukan dengan pemungutan suara, untuk menyusun peringkat prioritas usulan KSM
tersebut.
• Dalam hal dilakukan pemungutan suara, maka setiap anggota BKM/LKM memiliki satu suara
dan pemungutan suara dilakukan secara terbuka.
• Hanya usulan yang baik yang akan disetujui sampai batas nilai dana yang tersedia. Sedangkan
usulan yang belum dapat didanai saat itu akan dikompetisikan pada rapat prioritas berikutnya.
• Usulan kegiatan yang disetujui harus diumumkan ke masyarakat serta ditempelkan di tempat
tempat strategy.

Tujuan
• Masyarakat dan BKM/LKM mampu menetapkan prioritas kegiatan yang dibutuhkan sesuai
dengan kemampuan yang ada, dengan berpedoman pada kesepakatan yang dibangun
sebelumnya, yakni PJM serta Renta Pronangkis di desa/kelurahan.
• Membudayakan dan melembagakan proses pengambilan keputusan oleh masyarakat sendiri
secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel;
• Pembelajaran bagi masyarakat untuk mampu mengatasi berbagai kepentingan yang ada
dengan berlandaskan kesepakatan yang diprioritaskan bersama; dan
• Menghindarkan munculnya perorangan atau kelompok tertentu yang “meng-klaim” paling
berjasa dalam persetujuan pendanaan kegiatan.

Penanggungjawab
Penanggungjawab pelaksanaan rapat prioritas usulan kegiatan KSM adalah BKM/LKM, dengan
difasilitasi oleh tim fasilitator yang ada diwilayahnya.

34
Hal hal yang perlu diperhatikan
• Jumlah dan persentase keterlibatan anggota BKM/LKM, dalam proses pengambilan keputusan
rapat prioritas usulan kegiatan panitia
• Penerapan prinsip-prinsip dan nilai-nilai PNPM Mandiri Perkotaan dalam proses pengambilan
keputusan prioritas usulan kegiatan KSM; serta
• Kesesuaian usulan/proposal kegiatan KSM yang diprioritaskan dengan PJM serta rencana
tahunan Pronangkis Desa/kelurahan.

35
Modul 4
Topik: Sosialisasi BLM PNPM Mandiri Perkotaan

1. Peserta mampu memahami hal – hal yang harus disosialisasikan dari pemanfaatan
BLM kepada Masyarakat.
2. Peserta mampu menyusun rencana sosialisasi pemanfaatan BLM kepada
masyarakat.

1. Diskusi Sosialisasi PNPM Mandiri Perkotaan


2. Berlatih Menggunakan Media Sosialisasi BLM

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan:
1. Buku Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan
2. Lembar Balik PNPM Mandiri Perkotaan

• Kertas Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

36
Diskusi Sosialisasi Pemanfaatan BLM
1) Jelaskan kepada peserta, bahwa kita akan membahas sosialisasi pemanfaatan BLM PNPM
Mandiri Perkotaan, sampaikan tujuan dari kegiatan ini.

2) Jelaskan kepada peserta agar BLM ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan tepat sasaran,
maka diperlukan sosialisasi mengenai BLM secara menyeluruh kepada masyarakat.

7) Bagilah peserta ke dalam 4 kelompok , dan beri tugas kelompok untuk mendiskusikan :
• Apa tujuan komunikasi (sosialisasi) BLM PNPM Mandiri Perkotaan ?
• Apa yang harus disosilisasikan? (pesan apa yang harus disampaikan)
• Media apa yang akan digunakan?
• Dimana akan disosilisasikan?
• Kapan waktunya ?
• Siapa khalayak sasaran?
• Siapa yang akan menyampaikan pesan (agen sosialisasi)

8) Mintalah wakil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasilnya, kemudian diskusikan


bersama.

9) Refleksikan hasil diskusi bersama dan beri penegasan – penegasan oleh pemandu dengan
menggunakan media bantu yang sudah disediakan sebagai acuan.

10) Jelaskan mengenai media sosialisasi yang disediakan oleh program untuk pemanfaatan BLM
sebagai alat bantu fasilitator dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Penting
ditegaskan bahwa media bantu ini adalah yang minimal bisa dipakai, mungkin fasilitator harus
mengembangkan media – medai lain yang sederhana sesuai kebutuhan dan karakteristik
kelompok sasaran.

Catatan :
Penting ditekankan bahwa dalam melakukan sosialisasi fasilitator harus melihat lagi hasil
pemetaan sosial yang sudah didapatkan pada tahap awal dan pengamatan selama
pendampingan, terutama mengenai :
o Waktu luang masyarakat, baik laki – laki maupun perempuan
o Tempat – tempat berkumpul masyarakat , untuk menentukan sosialisasi informal

37
dan tempat menempel poster atau pengumuman. Informasi harus sampai juga
kepada warga miskin dan perempuan, sehingga harus diperhatikan tempat
menempel poster atau pengumuman yang bisa diakses oleh kedua kelompok
masyarakat tersebut.
o Orang – orang yang bisa digunakan sebagai simpul informasi, sehingga mereka
bisa dijadikan agen sosialisasi dan media – medai cetakan (misal leaflet, booklet)
yang terbatas diberikan kepada mereka agar pesannya bisa sampai kepada warga
yang lain.
o Media – media pertemuan warga yang bisa digunakan untuk ‘menitipkan’ pesan
yang akan disampaikan. Pesan – pesan juga harus disampaikan lewat media
pertemuan kaum perempuan dan warga miskin, agar mereka mendapatkan akses
informasi.
Di setiap kelurahan diwajibkan untuk menyediakan papan informasi minimal di lima titik
sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada warga masyarakat dari kegiatan –
kegiatan yang dilakukan. (lihat bahan bacaan : Kerangka Acuan Papan Informasi).
o Melibatkan relawan dalam sosialisasi yang dilakukan
o Capaian indikator Pemanfaatan BLM (lihat dalam Media Bantu yang
sudah disediakan) dan bahas bersama.

Berlatih Menggunakan Media Sosialisasi BLM


1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 2 dalam modul ini yaitu berlatih
menggunakan media sosialisasi pemanfaatan BLM yang sudah disediakan.
2) Mintalah kepada peserta untuk memilih salah satu media yang akan disimulasikan
penggunaannya. Pilihlah 2 orang sukarelawan yang akan bertindak sebagai fasilitator dalam
simulasi penggunaan media. Jelaskan bahwa sosialisasi ini akan dilakukan pada kelompok
khusus perempuan dalam sebuah pertemuan kelompok perempuan.
3) Beri kesempatan kepada yang akan memfasilitasi untuk mempelajari panduan penggunaan
media yang sudah disediakan. Sementara itu bagilah peserta lain menjadi :
ƒ Lima orang sebagai pengamat proses (berikan LK – Pengamatan Simulasi Sosialisasi KSM
sebagai acuan)
ƒ Lima orang menjadi ibu – ibu kaya
ƒ Tiga orang menjadi ibu – ibu tokoh masyarakat.
ƒ Satu orang sebagai provokator yang mencoba mempengaruhi yang lain untuk tidak
mendukung program
ƒ Dua orang sebagai anggota PKK
ƒ Dua orang oerempuan warga miskin yang diam saja
ƒ Sisanya sebagai ibu – ibu lainnya

38
4) Bila sudah siap mintalah peserta untuk mulasi melakukan simulasi. Ingatkan bahwa simulasi ini
bukan untuk bermain – main, akan tetapi harus dilakukan suasana santai tapi serius.
5) Setelah selesai simulasi bahas hasilnya, mintalah kepada pengamat proses untuk
menyampaikan hasil pengamatan mereka; tanyakan kepada yang menjadi fasilitator apa
kesulitan – kesuliatan yang dihadapi dalam memfasilitasi; tanyakan kepada yang menjadi
peserta sikap apa dari fasilitator yang kurang berkenan dari fasilitator.

39
LK – Lembar Pengamatan Simulasi Sosialisasi Pemanfaatan
BLM
Lembar Pertanyaan untuk Pengamat :

Pertanyaan Pemandu Komentar Pengamat


1) Secara umum apakah ada yang kurang
dlm simulasi tersebut ?

2) Apakah fasilitator mengenalkan diri,


mengemukakan tujuan diskusi ?

3) Sebagai apa dan dimana fasilitator


memposisikan dirinya

4) Apakah bahasa yang digunakan oleh


fasilitator sesuai dengan karakteristik
peserta ?

5) Apakah media bantu yang digunakan


sesuai dengan karakteristik peserta?

6) Bagaimana keterampilan fasilitator


dalam menggunakan media bantu?
7) Apakah semua peserta terlibat ? Siapa
yang tidak cukup terlibat ? Mengapa ?

8) Apakah ada peseta yang mendominasi ?


Bagaimana fasilitator mengatasi orang
yang mendominasi ?

9) Apakah peserta bisa menghargai dan


menerima perbedaan pendapat ?
Bagaimana fasilitator mengatasi hal
tersebut ?
10) Apakah fasilitator masih dominan
dibandingkan dengan peserta ?

11) Apakah fasilitator cukup ramah, bisa


mengembangkan suasana yang akrab
dan akomodatif ? Apakah ada hal-hal yg
tdk boleh dilakukan tapi tetap dilakukan
oleh fasiitator

12) Apa saja yg dicatat oleh perekam proses

40
Modul 5
Topik: Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan BLM

1. Peserta mampu memahami pentingnya melakukan monitoring dan evaluasi


pemanfaatan BLM
2. Peserta mampu memetakan hal-hal yang harus dimonitoring dan di evaluasi
didalam pemanfaatan BLM
3. Peserta mampu melakukan monitoring dan evaluasi pemanfaatan BLM secara
mandiri.

Diskusi monev pemanfaatan BLM

2 Jpl ( 90 ’)

• Kertas Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

41
Diskusi Monev Pemanfaatan BLM
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memasuki modul
monitoring dan evaluasi pemanfaatan BLM, jelaskan apa yang ingin dicapai dalam modul ini,
yaitu :
• Peserta mampu memahami pentingnya melakukan monitoring dan evaluasi pemanfaatan
BLM
• peserta mampu memetakan hal-hal yang harus dimonitoring dan di evaluasi didalam
pemanfaatan BLM
• peserta mampu melakukan monitoring dan evaluasi pemanfaatan BLM secara mandiri.

1) jelaskan kepada peserta, bahwa didalam pemanfaatan BLM sangat penting sekali untuk
dilakukan monitoring dan evaluasi. Lalukan dialog dengan peserta apa yang dimaksud dengan
monitoring dan evaluasi pemanfaatan BLM, mengapa hal itu harus dilakukan ?

2) tulislah seluruh jawaban peserta di dalam kertas plano.

3) Ajaklah peserta untuk merencanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pemanfaatan BLM di
wilayahnya ?

4) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, ajaklah untuk bersama – sama membahas monev
pemanfaatan BLM di dalam diskusi kelompok mengenai :

Kelompok 1 : monev pada saat proses pengajuan usulan kegiatan oleh KSM

Kelompok 2 : monev pada saat proses pencairan dana

Kelompok 3 : Monev pada saat pemanfaatan dana BLM di masyarakat

Untuk lebih memudahkan gunakanlah tabel berikut ini

No Waktu monev Indikator monev Siapa yang melakukan

5) Berilah kesempatan kepada setiap wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Ajaklah seluruh peserta untuk memberikan masukan – masukan terhadap hasil diskusi
kelompok tersebut.

6) Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok, berilah penjelasan apabila masih ada yang masih
kurang.

42
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam monev pemanfaatan BLM PNPM Mandiri
Perkotaan, diantaranya sebagai berikut :
a. Pada saat proses pengajuan usulan kegiatan oleh KSM ke BKM/LKM, UP – UP harus
melakukan verifikasi baik terhadap proses pembentukan KSM maupun terhadap
usulan kegiatan KSM.

Verifikasi terhadap pembentukan KSM :


• Apakah KSM yang terbentuk atas inisiatif / prakarsa masyarakat. (KSM
dibentuk tidak berorientasi kepada pemanfaatan BLM)
• Keanggotan KSM terdiri dari masyarakat miskin yang tercantum di dalam PS
–2
• Apakah ada aturan main KSM
• Adanya kesepakatan untuk mengadakan kegiatan rutin bersama sebagai
sarana kegiatan KSM.

Verifikasi terhadap usulan kegiatan KSM


• usulan sesuai dengan kegiatan yang sudah ada di dalam PJM pronangkis
desa / kelurahan.
• Efektif untuk mendukung penanggulangan kemiskinan
• Apabila kegiatan ekonomi maka :
o Penerima manfaat 100 % warga miskin sesuai hasil pemetaan swadaya.
o Anggota KSM mempunyai kemampuan teknis berusaha sesuai usaha
yang diusulkan.
• Kegiatan lingkungan :
o Penerima manfaat secara dominan adalah warga miskin (minimal 60 %
penerima manfaat warga miskin dari total warga yang terjangkau
sebagai penerima manfaat) serta bukan dinikmati oleh sekelompok
golongan saja.
o Kegiatannya tidak membahayakan bagi penerima manfaat, serta
kegiatan yang diusulkan tergolong dalam skala lingkungan hunian.
o Kegiatannya mampu menciptakan gotong royong warga.
o Kegiatan tidak menimbulkan dampak lingkungan (pencemaran air,
tanah ataupun udara)
o Jika sekurang kurangnya nilai swadaya masyarakat 1/3 dari total dana
yang diusulkan.
o Kegiatan pembangunan yang mempunyai kekuatan minimal 3 - 5 tahun.

43
• Kegiatan sosial :
o Penerima manfaat 100 % warga miskin sesuai hasil pemetaan swadaya
o Juka sekurang kurangnya nilai swadaya masyarakat dan pihak lain
adalah 1/3 dari total dana yang diusulkan.
b. Proses pencairan dana dari BKM/LKM ke KSM
• Dana yang dicairkan sesuai dengan yang tertera di BAPPUK
• Kesekretarian & UPK sudah menyiapkan dan mencatatkan setiap transaksi
pada pembukuan dengan baik..
• Setiap transaksi sudah dicatat dan disertai bukti / kwitansi yang sebenarnya.
• Seluruh anggota KSM hadir turut menyaksikan pencairan dana
• KSM mengetahui hak dan kewajibannya didalam melaksanakan kegiatan.
• KSM mempunyai pemahaman terhadap pentingnya berkelompok.

c. Proses pemanfaatan BLM di masyarakat


• Kesesuaian kegiatan yang direalisasi dengan usulan yang disetujui BKM/LKM,
baik rincian kegiatan, volume, sasaran, waktu, dana dan lain-lainnya
• Proses dan prosedur pengadaan, pembebasan lahan serta permukiman dan
lain-lainnya sesuai dengan ketentuan dalam lampiran Pedoman Pelaksanaan
PNPM Mandiri Perkotaan.
• Jaminan pengoperasian, pemeliharaan dan pelestarian hasil-hasil kegiatan
• Untuk kegiatan lingkungan, telah dipasang papan informasi kegiatan
• KSM telah mengajak masyarakat untuk bergotongroyong melaksanakan
kegiatan
• Nilai keswayadaan masyarakat yang sudah dihimpun untuk melaksanakan
kegiatan.
• KSM mencatatkan seluruh transaksi pada sistem pembukuan KSM.

11. Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

12. Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.

44
DEPARTEMEN
PEKERJAAN
Perkotaan UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya

Anda mungkin juga menyukai