AL - BATTANI
1. M. Ma'ruf Hidayat S.
2. M. Nur Zulfan
4. Khikmatur Rosidah
KECAMATAN ULUJAMI
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan segala kuasa-Nyalah kita akhirnya bisa menyusun makalah yang berjudul “Al -
Battani” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kita sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi para pembaca.
Kita juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar
makalah ini bisa menjadi lebih sempurna.
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Riwayat Hidup dan Pendidikan Al-Battani................................................................... 4
2.2 Sumbangsih pemikiran Al-Battani................................................................................ 6
2.3 Karya-karya dari Al-Battani.......................................................................................... 7
2
BAB I
PENDAHULUAN
Secara kontinu, Islam pun terus melahirkan banyak pakar dalam berbagai ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal astronomi. Salah satu dari sekian banyak pakar
tersebut adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan al-Battani al-Harrani, atau
yang lebih dikenal dengan sebutan al-Battani.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui riwayat hidup dan pendidikan Al-Battani
2. Untuk mengetahui sumbangsih pemikiran Al-Battani
3. Untuk mengetahui karya-karya Al-Battani
3
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan Al-
Battani al-Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan sebutan Albategnius atau al-Batenus. Ia lahir
pada tahun 858 M di daerah Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Cucu dari
ilmuwan Arab terkemuka, Tsabit bin Qurah, yang dikenal sebagai ahli astroomi dan
matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan ini wafat pada tahun 317 H (929 M).
Awalnya, al-Battani hidup di kalangan komunitas Sekte Sabian, sebuah sekte pemuja
bintang yang religius dari Harran yang memiliki motivasi kuat untuk mempelajari ilmu
perbintangan. Sekte Sabian ini banyak menghasilkan para ahli matematika dan ahli falak
terkemuka seperti Thabit bin Qurrah. Namun meski demikian, al-Battani bukanlah seorang
Sabian, mengingat bahwa nama yang melekat pada dirinya menunjukkan bahwa ia adalah
seorang Muslim.
4
Kepakaran dan popularitas yang diraih al-Battani sebagai ahli astronomi dan matematika
terbesar di dunia pada abad pertengahan kiranya tak bisa dilepaskan dari latar belakang
keluarganya yang memiliki darah ilmuwan. Ayahnya yang bernama Jabir ibn Sinan dan
merupakan seorang pakar sains terkenal telah mengarahkan putranya untuk menekuni
dunia pengetahuan sejak kecil. Kepada ayahnyalah al- Battani belajar astronomi dan
matematika. Memasuki masa remaja, al- Battani berhijrah ke Raqqa yang terletak di tepi
sungai Eufrat untuk menekuni bidang sains. Di kota inilah al-Battani melakukan berbagai
penelitian hingga menemukan beragam penemuan cemerlangnya. Kala itu, Raqqa menjadi
terkenal dan mencapai kemakmuran karena khalifah Harun al-Rasyid, khalifah kelima dalam
dinasti Abbasiyah, membangun sejumlah istana di kota tersebut pada 14 September 786
sebagai salah satu bentuk penghargaan atas sejumlah penemuan yang dihasilkan oleh
penelitian yang dilakukan al-Battani. Usai pembangunan sejumlah istana di Raqqa, kota ini
pun menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan perniagaan.
Ali bin Isa Al-Asthurlabi atau Yahya bin Abu Manshur yang merupakan dua ilmuwan
terkemuka dalam bidang astronomi yang hidup pada masa al-Battani bisa jadi—meski tidak
ada data yang pasti akan hal ini—merupakan guru astronomi dari al-Battani selain dari
ayahnya. Namun yang jelas, al-Battani telah menguasai berbagai buku astronomi yang
banyak beredar pada masanya, terutama buku Almagest karya Ptolemaeus.
Sebagai seorang pakar dalam bidang astronomi, al-Battani juga telah mengarang
banyak buku yang berisi tentang hasil pengamatan bintang-bintang, perbandingan antara
berbagai kalender yang digunakan di berbagai suku bangsa (Hijriyah, Persia, Masehi, dan
Qibti), dan berbagai peralatan yang digunakannya dalam mengamati bintang-bintang serta
cara membuatnya. Di antara buku-buku karangannya yang paling terkenal adalah Zij Ash-
Shabi’ atau Zij al-Battani (buku ini terdiri dari pengantar dan lima puluh tujuh pasal yang
5
kebanyakan isinya berasal dari pengalamannnya mengamati bintang-bintang serta
pemikiran dan teorinya dalam ilmu astronomi). Dalam pengantar kitab ini, al-Battani
berkata, "Ilmu yang paling mulia kedudukannya adalah ilmu perbintangan. Sebab, dengan
ilmu itu dapat diketahui lama bulan dan tahun, waktu, musim, pertambahan, dan
pengurangan siang dan malam, letak matahari dan bulan erta gerhananya, serta jalannya
planet ketika berangkat dan kembali."
Selain Zij ash-Shabi’, karya al-Battani yang lainnya dalam bidang astronomi adalah Risalah fi
Tahqiqi Aqdari Al-Ittishalat, Ma'rifati Mathali' al-Buruj fi ma Baina Arba' al-Falak, Ta'dil al-
Kawakib, Syarh Arba' Maqalat li Bathlimus, dan Kutub wa Rasa'il fi Ilmi Al-Jughrafiya.
Selain almanak, al-Battani juga berhasil memperbaiki nilai keseimbangan pada musim
panas dan musim dingin dan berhasil menghitung nilai kecondongan bintang-bintang di
siang hari dan mendapatkannya berada pada posisi 23 dan 35 derajat.
6
Sementara dalam bidang matematika (trigonometri, aljabar, geometri) dan geografi,
al-Battani dianggap sebagai orang yang pertama kali mengganti kata "ganjil" yang dipakai
oleh Ptolemaeus dalam sinus trigonometri dan orang pertama yang menghitung tabel
matematika untuk mengetahui titik pada garis yang bengkok. Selain itu, al-Battani juga
menemukan sejumlah persamaan trigonometri dan memecahkan persamaan sin x = a cos x
dan menemukan rumus:
Dalam kitab Al-Fihrist sebuah karya bibliografi terbesar sepanjang masa yang ditulis
Ibnu al-Nadim pada abad ke-10 M, menggambarkan seorang al-Battani sebagai salah satu
observer terkenal dan tokoh besar dalam bidang geometri, astronomi teoretis praktis dan
astrologi. Dalam al-Fihrist disebutkan juga bahwa Al-Battani telah menyusun karya yang berisi
data pengamatan matahari dan bulan dan deskripsi yang lebih akurat tentang pergerakan
matahari dan bulan, lebih akurat daripada yang diberikan Ptolomeus dalam Ptolemy
“Almagest” (sebuah risalah astronomi yang mengemukakan gerakan kompleks bintang-
bintang dan lintasan planet).
7
Al-Battani menjelaskan pergerakan lima planet melalui pengamatan yang ia lakukan.
Ia juga berhasil membuat dan melakukan perhitungan astronomi lainnya yang amat berguna
di masa kini. Perhitungan periode revolusi bumi mengelilingi matahari selama 365 hari, 5 jam,
46 menit, dan 24 detik merupakan salah satu penemuannya yang patut diacungi jempol
karena hampir mendekati nilai sebenarnya yang sekarang ini dianggap lebih akurat.
Kemudian penentuan kemiringan bidang ekliptik, orbit matahari dan panjang musim dengan
sangat akurat. Penentuan hilal juga ia jelaskan sebagai cara menentukan batas pergantian
dari satu bulan (month) ke bulan lainnya.
Salah satu dari karyanya yang paling populer adalah Al-Zij Al-Sabi yang banyak
diterjemahkan oleh negara-negara barat. Misalnya saja dalam bahasa latin diterjemahkan
sebagai De Scienta Stellarum- De Numeris Stellarum et Motibus. Yang hingga saat ini masih
tersimpan di Vatikan, Roma, Italia. Buku ini juga diterjemahkan dalam berbagai negara dan
tersebar secara luas di seluruh dunia. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli
astronomi Barat selama beberapa abad. Di dalam kitab itu ditulis berbagai penemuannya,
seperti penentuan perkiraan awal bulan baru atau hilal, perkiraan panjang matahari dan
koreksi atas hasil perhitungan Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu.
Di buku tersebut juga, al-Battani mengembangkan metode untuk menghitung gerakan
dan orbit planet-planet. Tidak heran, jika buku ini mendapatkan peran penting dalam
merenovasi astronomi modern yang berkembang di Eropa. Tokoh-tokoh astronomi Eropa
seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler, dan Peubach konon bisa berhasil dalam ilmu
astronomi berkat jasa al-Battani. Bahkan Copernicus dalam bukunya De Revoltionibus
Orbium Clestium mengaku berutang budi pada Al-Battani. Dan beberapa istilah dalam
astronomi bola seperti azimuth, zenith, dan nadir juga berasal dari mulut al-Battani.
8
menghitung bulan, hari dan tanggal. Dalam Zij ash-Shabi’ ini juga dapat diketahui tentang titik
terjauh bintang (( األوجdan titik terdekat (( الحضيضdari bumi. Berdasarkan hasil pengamatan
al-Battani bahwa titik terjauh antara bumi dan matahari bertambah 16º 47′.
Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dengan judul De Scienta
Stellerum u De Numeris Stellerum et Motibus oleh Plato dari Tivoli. Terjemahan tertua dari
karyanya itu masih ada di Vatikan. Terjemahan buku tersebut tidak hanya dalam bahasa latin
tetapi juga bahasa lainnya.
Terjemahan ini keluar pada 1116 sedangkan edisi cetaknya beredar pada 1537 dan pada
1645. Sementara terjemahan karya tersebut ke dalam bahasa Spanyol muncul pada abad ke-
13. Pada masa selanjutnya baik terjemahan karya Al-Battani dalam bahasa Latin maupun
Spanyol tetap bertahan dan digunakan secara luas. Tidak heran bila tulisannya, sangat
memberikan pengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa hingga datangnya
masa pencerahan. Dalam Fihrist, yang dikompilasi Ibn an-Nadim pada 988, karya ini
merupakan kumpulan Muslim berpengaruh pada abad ke-10, dinyatakan bahwa Al-Battani
merupakan ahli astronomi yang memberikan gambaran akurat mengenai bulan dan matahari.
Kitab Zij ash-Shabi’ sejauh ini yang paling penting karyanya. Buku ini berisi 57 bab,
dimulai dengan deskripsi pembagian bola langit ke dalam tanda-tanda zodiak dan ke derajat.
Latar belakang yang diperlukan alat-alat matematika ini kemudian diperkenalkan (seperti
operasi hitung pada pecahan sexagesimal dan fungsi trigonometri). Bab 49 melalui 55
masalah astrologi, sedangkan bab 56 membahas pembangunan sebuah jam matahari. Bab
terakhir membahas pembangunan sejumlah instrumen astronomi.
Pencapaian utama dari Zij ash-Shabi’, beliau berhasil dengan 489 katalog bintang. Al-Battani
menyempurnakan nilai-nilai yang ada untuk panjang tahun yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 24
detik, dan dari musim.
Sedikit memaparkan muqaddimah dari kitab ini, bahwa pada awal kitab ini disebutkan
tentang pembagian musim yang ada di bumi ada empat yaitu, musim gugur, musim semi,
musim panas dan musim dingin. Pembagian rasi bintang ada 12 yaitu rasi Haml, rasi Tsaur,
rasi Jauza’, rasi Sarathan, rasi Asad, rasi Sunbulah, rasi Mizan, rasi ‘Aqrab, rasi Qaus, rasi Jadyu,
rasi Dalwu dan rasi Hut, dimana setiap rasi bernilai 30º. Setiap 1º bernilai 60 menit, setiap
satu menit bernilai 60 detik.
9
Dalam kitab ini menggunakan istilah-istilah seperti derajat, daqiqah, tsawani, tsawalis,
rawabi’ dan seterusnya. Pada awal kitab ini juga diperkenalkan tentang perkalian yaitu
mengalikan anatara satu unsur dengan unsur yang lainnya. Jika dalam perkalian busur, maka
ketika derajat dikali derajat hasilnya derajat, daqiqah dikalikan dengan daqiqah hasilnya
tsawani, daqiqah dikalikan dengan tsawani hasilnya tsawalis, tsawani dikalikan tsawani
hasilnya rawabi’, tsawani dikalikan tsawalis hasilnya khowamis begitu seterusnya.
Perjalanan ilmu pengetahuan dari dulu hingga saat ini terus mengalami
perkembangan cukup pesat, terbukti dengan banyak sekali penemuan-penemuan termasuk
pada bidang astronomi. Islam sendiri dalam perkembangan peradabannya juga telah
menghasilkan banyak saintis handal. Namun meski ilmu pengetahuan terutama astronomi
terus berkembang, ternyata kita melupakan satu hal bahwa ternyata saintis muslim ikut
mewarnai perkembangan pengetahuan tersebut.
Pendekatan historis yang tidak pernah diakses sehingga hampir menutup mata kita
bahwa lebih dari berabad-abad yang lalu Al-Battani seorang astronom terkemuka pada
jamannya telah menciptakan sebuah kitab yang pada saat itu sangat fenomenal serta menjadi
pondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Sehingga kitab ini layak menjadi
referensi bagi kita sebagai penuntut ilmu falak.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan Al-Battani al-
Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan sebutan Albategnius atau al-Batenus. Ia lahir pada tahun
858 M di daerah Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Al-Battani dikenal sebagai
seorang ilmuwan dalam bidang astronomi yang diklaim berjasa menemukan hitungan jumlah
hari dalam setahun (dalam tahun masehi) berdasarkan penghitungan waktu yang digunakan
bumi untuk mengelilingi matahari, yakni 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Di antara
buku-buku karangan Al-Battani yang paling terkenal adalah Zij Ash-Shabi’ atau Zij al-Battani.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah tentang Al-Battani ini kita menjadi lebih tahu secara
mendalam tentang riwayat hidup dan karya-karya beliau.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://goedangbiografi.blogspot.com/2016/05/biografi-al-battani-albategnius.html.
[2021]
12