Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AL-BATANI ILMUWAN MUSLIM

DALAM ILMU SAINS

DI SUSUN OLEH:

1.WANDA

2. NURI

3. AHMAD RIZKI

4. PADIL

5. RAFI

6.YUDI

SMKS PANGKALAN GONDAI

KECAMATAN LANGGAM

KABUPATEN PELALAWAN

1
PROVINSI RIAU

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena dengan segala kuasa-Nyalah kami akhirnya bisa menyusun makalah

yang berjudul “Al - Battani” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Rasa terima kasih kami ucapkan kepada bapak HENDRA,S.P selaku

pembimbing yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat

bermanfaat dalam proses penyelesaian makalah ini. kami juga mengucapkan

terima kasi kepada semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan

pikirannya yang tidak bisa kami sebutkan satu-per satu.

kami sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi para

pembaca. kami juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari

semua pihak agar makalah ini bisa menjadi lebih sempurna.

5 FEBRUARI 2022

PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………


4

1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...5

1.3 TUJUAN PENULIS…………………………………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 RIWAYAT HIDUP DAN PENDIDIKAN AL-BATANI…………………………….6

2.2 SUMBANGSI PEMIKIRAN AL-


BATANI…………………………………………...9

2.3 KARYA-KARYA AL-BATANI…………………………………………………….10

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………15

3.2 SARAN………………………………………………………………………………15

DAFTAR
PUSAKA……………………………………………………………………..16

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pascaperadaban Yunani, kemajuan peradaban Islam berikut ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang astronomi, telah diakui oleh dunia. Selama

kurang lebih 14 abad, Islam sempat bertengger dipuncak pimpinan peradaban

dunia dan memecahkan rekor sebagai pearadaban yang paling lama berjaya.

Dengan sistem pemerintahannya, khilafah Islam kala itu telah terbukti menjadi

negara terdepan pada masa kejayaannya. Tidak hanya bermanfaat bagi Islam

sendiri tetapi juga mampu menerangi kehidupan bangsa lain yang masih gelap

dengan ilmu pengetahuan, khususnya Benua Eropa.

Secara kontinu, Islam pun terus melahirkan banyak pakar dalam berbagai

ilmu pengetahuan khususnya dalam hal astronomi. Salah satu dari sekian banyak

pakar tersebut adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan al-Battani al-

Harrani, atau yang lebih dikenal dengan sebutan al-Battani.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup dan pendidikan Al-Battani?

2. Apa saja sumbangsih pemikiran Al-Battani?

3. Apa saja karya-karya dari Al-Battani?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui riwayat hidup dan pendidikan Al-Battani

2. Untuk mengetahui sumbangsih pemikiran Al-Battani

3. Untuk mengetahui karya-karya Al-Battani

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Hidup dan Pendidikan Al-Battani

Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn

Sinan Al-Battani al-Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan sebutan Albategnius atau

al-Batenus. Ia lahir pada tahun 858 M di daerah

Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Cucu dari ilmuwan Arab

terkemuka, Tsabit bin Qurah, yang dikenal sebagai ahli astroomi dan matematika

terbesar di dunia pada abad pertengahan ini wafat pada tahun 317 H (929 M).

Awalnya, al-Battani hidup di kalangan komunitas Sekte Sabian, sebuah

sekte pemuja bintang yang religius dari Harran yang memiliki motivasi kuat untuk

mempelajari ilmu perbintangan. Sekte Sabian ini banyak menghasilkan para ahli

matematika dan ahli falak terkemuka seperti Thabit bin Qurrah. Namun meski

demikian, al-Battani bukanlah seorang Sabian, mengingat bahwa nama yang

melekat pada dirinya menunjukkan bahwa ia adalah seorang Muslim.

Kepakaran dan popularitas yang diraih al-Battani sebagai ahli astronomi dan

matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan kiranya tak bisa dilepaskan

dari latar belakang keluarganya yang memiliki darah ilmuwan. Ayahnya yang

bernama Jabir ibn Sinan dan merupakan seorang pakar sains terkenal telah

mengarahkan putranya untuk menekuni dunia pengetahuan sejak kecil. Kepada

ayahnyalah alBattani belajar astronomi dan matematika. Memasuki masa remaja,

alBattani berhijrah ke Raqqa yang terletak di tepi sungai Eufrat untuk menekuni

bidang sains. Di kota inilah al-Battani melakukan berbagai penelitian hingga

6
menemukan beragam penemuan cemerlangnya. Kala itu, Raqqa menjadi terkenal

dan mencapai kemakmuran karena khalifah Harun al-Rasyid, khalifah kelima

dalam dinasti Abbasiyah, membangun sejumlah istana di kota tersebut pada 14

September 786 sebagai salah satu bentuk penghargaan atas sejumlah penemuan

yang dihasilkan oleh penelitian yang dilakukan al-Battani. Usai pembangunan

sejumlah istana di Raqqa, kota ini pun menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan

dan perniagaan.

Ali bin Isa Al-Asthurlabi atau Yahya bin Abu Manshur yang merupakan dua

ilmuwan terkemuka dalam bidang astronomi yang hidup pada masa al-Battani bisa

jadi—meski tidak ada data yang pasti akan hal ini—merupakan guru astronomi

dari al-Battani selain dari ayahnya. Namun yang jelas, al-Battani telah menguasai

berbagai buku astronomi yang banyak beredar pada masanya, terutama buku

Almagest karya Ptolemaeus.

Ibnu an-Nadim dalam Al-Fihrist menyebutkan bahwa al-Battani memulai

perjalannya mengamati masalah-masalah astronomi sejak tahun 264 H (878).

Dengan pendapat ini benar, berarti al-Battani pernah tinggal dalam waktu yang

cukup lama di kota Raqqa dan melakukan penelitian astronomi yang berhasil

ditemukannya pada tahun 306 H (918 M). Selain itu, al-Battani juga pernah

tinggal lama di kota Anthakiyyah di utara Syria, tempat dia membuat teropong

bintang yang disebut dengan "Teropong Al-Battani." Secara umum, masa di mana

al-Battani hidup adalah masa kejayaan ilmu astronomi Arab dan masa

ditemukannya berbagai penemuan ilmiah di Arab dalam bidang ini.

7
Sebagai seorang pakar dalam bidang astronomi, al-Battani juga telah

mengarang banyak buku yang berisi tentang hasil pengamatan bintang-bintang,

perbandingan antara berbagai kalender yang digunakan di berbagai suku bangsa

(Hijriyah, Persia, Masehi, dan Qibti), dan berbagai peralatan yang digunakannya

dalam mengamati bintang-bintang serta cara membuatnya. Di antara buku-buku

karangannya yang paling terkenal adalah Zij Ash-Shabi’ atau Zij al-Battani (buku

ini terdiri dari pengantar dan lima puluh tujuh pasal yang kebanyakan isinya

berasal dari pengalamannnya mengamati bintang-bintang serta pemikiran dan

teorinya dalam ilmu astronomi). Dalam pengantar kitab ini, al-Battani berkata,

"Ilmu yang paling mulia kedudukannya adalah ilmu perbintangan. Sebab, dengan

ilmu itu dapat diketahui lama bulan dan tahun, waktu, musim, pertambahan, dan

pengurangan siang dan malam, letak matahari dan bulan erta gerhananya, serta

jalannya planet ketika berangkat dan kembali."

Selain Zij ash-Shabi’, karya al-Battani yang lainnya dalam bidang astronomi adalah

Risalah fi Tahqiqi Aqdari Al-Ittishalat, Ma'rifati Mathali' al-Buruj fi ma Baina Arba' al-

Falak, Ta'dil al-Kawakib, Syarh

Arba' Maqalat li Bathlimus, dan Kutub wa Rasa'il fi Ilmi Al-Jughrafiya.

8
2.2 Sumbangsih Pemikiran Al-Battani

Al-Battani dikenal sebagai seorang ilmuwan dalam bidang astronomi yang

diklaim berjasa menemukan hitungan jumlah hari dalam setahun (dalam tahun

masehi) berdasarkan penghitungan waktu yang digunakan bumi untuk

mengelilingi matahari, yakni 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Almanak

yang diciptakan oleh al-Battani diakui merupakan sistem perhitungan astronomi

yang paling akurat, yang sampai kepada kita sejak abad pertengahan. Bahkan pada

abad pertengahan, orang-orang Eropa menggunakan sistem ini sampai abad

pencerahan.

Selain almanak, al-Battani juga berhasil memperbaiki nilai keseimbangan

pada musim panas dan musim dingin dan berhasil menghitung nilai kecondongan

bintang-bintang di siang hari dan mendapatkannya berada pada posisi 23 dan 35

derajat.

Persamaan Trigonometri al-Battani

Sementara dalam bidang matematika (trigonometri, aljabar, geometri) dan

geografi, al-Battani dianggap sebagai orang yang pertama kali mengganti kata

"ganjil" yang dipakai oleh Ptolemaeus dalam sinus trigonometri dan orang

pertama yang menghitung tabel matematika untuk mengetahui titik pada garis

9
yang bengkok. Selain itu, al-Battani juga menemukan sejumlah persamaan

trigonometri dan memecahkan

persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus:

2.3 Karya-Karya dari Al-Battani

Ketertarikan Al-Battani pada benda-benda langit membuatnya menekuni

bidang astronomi. Ia mendapat pendidikan tersebut dari sang ayah, Jabir Ibn

San’an Al-Battani, yang juga seorang ilmuwan. Dengan kecerdasannya, AlBattani

mampu menguasai semua pelajaran yang diberikan ayahnya dan menggunakan

sejumlah peralatan astronomi dalam waktu yang cukup singkat. Beberapa waktu

kemudian, ia meninggalkan Harran menuju kota Raqqa yang terletak di tepi

sungai Eufrat. Di kota ini, ia melanjutkan pendidikan dan mulai melakukan

bermacam penelitian, yang kemudian menghasilkan sejumlah penemuan penting

yang berguna bagi masyarakat dan pemerintah.

Dalam kitab Al-Fihrist sebuah karya bibliografi terbesar sepanjang masa yang

ditulis Ibnu al-Nadim pada abad ke-10 M, menggambarkan seorang al-Battani

sebagai salah satu observer terkenal dan tokoh besar dalam bidang geometri,

astronomi teoretis praktis dan astrologi. Dalam al-Fihrist disebutkan juga bahwa

Al-Battani telah menyusun karya yang berisi data pengamatan matahari dan bulan

dan deskripsi yang lebih akurat tentang pergerakan matahari dan bulan, lebih

10
akurat daripada yang diberikan Ptolomeus dalam Ptolemy “Almagest” (sebuah

risalah astronomi yang mengemukakan gerakan kompleks bintang-bintang dan

lintasan planet).

Al-Battani menjelaskan pergerakan lima planet melalui pengamatan yang ia

lakukan. Ia juga berhasil membuat dan melakukan perhitungan astronomi lainnya

yang amat berguna di masa kini. Perhitungan periode revolusi bumi mengelilingi

matahari selama 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik merupakan salah satu

penemuannya yang patut diacungi jempol karena hampir mendekati nilai

sebenarnya yang sekarang ini dianggap lebih akurat. Kemudian penentuan

kemiringan bidang ekliptik, orbit matahari dan panjang musim dengan sangat

akurat. Penentuan hilal juga ia jelaskan sebagai cara menentukan batas pergantian

dari satu bulan (month) ke bulan lainnya.

Salah satu dari karyanya yang paling populer adalah Al-Zij Al-Sabi yang

banyak diterjemahkan oleh negara-negara barat. Misalnya saja dalam bahasa latin

diterjemahkan sebagai De Scienta Stellarum- De Numeris Stellarum et Motibus.

Yang hingga saat ini masih tersimpan di Vatikan, Roma, Italia. Buku ini juga

diterjemahkan dalam berbagai negara dan tersebar secara luas di seluruh dunia.

Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama

beberapa abad. Di dalam kitab itu ditulis berbagai penemuannya, seperti

penentuan perkiraan awal bulan baru atau hilal, perkiraan panjang matahari, dan

koreksi atas hasil perhitungan Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planetplanet

tertentu.

11
Di buku tersebut juga, al-Battani mengembangkan metode untuk menghitung

gerakan dan orbit planet-planet. Tidak heran, jika buku ini mendapatkan peran

penting dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang di Eropa.

Tokohtokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler, dan

Peubach konon bisa berhasil dalam ilmu astronomi berkat jasa al-Battani. Bahkan

Copernicus dalam bukunya De Revoltionibus Orbium Clestium mengaku berutang

budi pada Al-Battani. Dan beberapa istilah dalam astronomi bola seperti azimuth,

zenith, dan nadir juga berasal dari mulut al-Battani.

Sekilas tentang Kitab Zij al-Battani

Buku al-Battani tentang astronomi yang paling terkenal adalah Kitab al-Zij.

Menurut Doktor Abdul Halim bahwa kitab Zij ash-Shabi’ merupakan hasil karya

teragung dari al-Battani yang berisi tentang hasil-hasil perhitungan dan tabel-tabel

falak, gerakan bintang pada orbitnya, serta dapat juga untuk menghitung bulan,

hari dan tanggal. Dalam Zij ash-Shabi’ ini juga dapat diketahui tentang titik

terjauh bintang (‫ )األوج‬dan titik terdekat (‫ )الحضيض‬dari bumi. Berdasarkan hasil

pengamatan al-Battani bahwa titik terjauh antara bumi dan matahari bertambah

16º 47′.

Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dengan

judul De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerum et Motibus oleh Plato dari

Tivoli. Terjemahan tertua dari karyanya itu masih ada di Vatikan. Terjemahan

buku tersebut tidak hanya dalam bahasa latin tetapi juga bahasa lainnya.

Terjemahan ini keluar pada 1116 sedangkan edisi cetaknya beredar pada

12
1537 dan pada 1645. Sementara terjemahan karya tersebut ke dalam bahasa

Spanyol muncul pada abad ke-13. Pada masa selanjutnya baik terjemahan karya

Al-Battani dalam bahasa Latin maupun Spanyol tetap bertahan dan digunakan

secara luas.Tidak heran bila tulisannya, sangat memberikan pengaruh bagi

perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa hingga datangnya masa pencerahan.

Dalam Fihrist, yang dikompilasi Ibn an-Nadim pada 988, karya ini merupakan

kumpulan Muslim berpengaruh pada abad ke-10, dinyatakan bahwa Al-Battani

merupakan ahli astronomi yang memberikan gambaran akurat mengenai bulan

dan matahari.

Kitab Zij ash-Shabi’ sejauh ini yang paling penting karyanya. Buku ini

berisi 57 bab, dimulai dengan deskripsi pembagian bola langit ke dalam

tandatanda zodiak dan ke derajat. Latar belakang yang diperlukan alat-alat

matematika ini kemudian diperkenalkan (seperti operasi hitung pada pecahan

sexagesimal dan fungsi trigonometri). Bab 49 melalui 55 masalah astrologi,

sedangkan bab 56 membahas pembangunan sebuah jam matahari. Bab terakhir

membahas pembangunan sejumlah instrumen astronomi.

Pencapaian utama dari Zij ash-Shabi’, beliau berhasil dengan 489

katalog bintang. Al-Battani menyempurnakan nilai-nilai yang ada untuk panjang

tahun yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 24 detik, dan dari musim.

Sedikit memaparkan muqaddimah dari kitab ini, bahwa pada awal kitab ini

disebutkan tentang pembagian musim yang ada di bumi ada empat yaitu, musim

gugur, musim semi, musim panas dan musim dingin. Pembagian rasi bintang ada

13
12 yaitu rasi Haml, rasi Tsaur, rasi Jauza’, rasi Sarathan, rasi Asad, rasi Sunbulah,

rasi Mizan, rasi ‘Aqrab, rasi Qaus, rasi Jadyu, rasi Dalwu dan rasi Hut, dimana

setiap rasi bernilai 30º. Setiap 1º bernilai 60 menit, setiap satu menit bernilai 60

detik.

Dalam kitab ini menggunakan istilah-istilah seperti derajat, daqiqah,

tsawani, tsawalis, rawabi’ dan seterusnya. Pada awal kitab ini juga diperkenalkan

tentang perkalian yaitu mengalikan anatara satu unsur dengan unsur yang lainnya.

Jika dalam perkalian busur, maka ketika derajat dikali derajat hasilnya derajat,

daqiqah dikalikan dengan daqiqah hasilnya tsawani, daqiqah dikalikan dengan

tsawani hasilnya tsawalis, tsawani dikalikan tsawani hasilnya rawabi’, tsawani

dikalikan tsawalis hasilnya khowamis begitu seterusnya.

Perjalanan ilmu pengetahuan dari dulu hingga saat ini terus mengalami

perkembangan cukup pesat, terbukti dengan banyak sekali penemuan-penemuan

termasuk pada bidang astronomi. Islam sendiri dalam perkembangan

peradabannya juga telah menghasilkan banyak saintis handal. Namun meski ilmu

pengetahuan terutama astronomi terus berkembang, ternyata kita melupakan satu

hal bahwa ternyata saintis muslim ikut mewarnai perkembangan pengetahuan

tersebut.
Pendekatan historis yang tidak pernah diakses sehingga hampir menutup

mata kita bahwa lebih dari berabad-abad yang lalu Al-Battani seorang astronom

terkemuka pada jamannya telah menciptakan sebuah kitab yang pada saat itu

sangat fenomenal serta menjadi pondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan

14
saat ini. Sehingga kitab ini layak menjadi referensi bagi kita sebagai penuntut ilmu

falak.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan

Al-Battani al-Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan

sebutan Albategnius atau al-Batenus. Ia lahir pada tahun 858 M di daerah Battan,

Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Al-Battani dikenal sebagai seorang

ilmuwan dalam bidang astronomi yang diklaim berjasa menemukan hitungan

jumlah hari dalam setahun (dalam tahun masehi) berdasarkan penghitungan waktu

yang digunakan bumi untuk

mengelilingi matahari, yakni 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Di antara

buku-buku karangan Al-Battani yang paling terkenal adalah Zij

Ash-Shabi’ atau Zij al-Battani.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah tentang Al-Battani ini kita menjadi lebih

tahu secara mendalam tentang riwayat hidup dan karyakarya beliau.

16
DAFTAR PUTAKA

Fithri, Annisa. 2015. Al-Battani Ilmuwan Muslim Peneliti Planet-Planet.[Online].


Tersedia: https://minanews.net/albattani-ilmuan-muslim-peneliti-planetplanet/ [20
Desember 2019]

Nur, Cendole. 2016. Biografi Al-Battani (Albategnius.[Online]. Tersedia:


http://goedangbiografi.blogspot.com/2016/05/biografi-al-battani-albategnius.html.
[20 Desember 2019]

17

Anda mungkin juga menyukai