Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena dengan segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya bisa menyusun makalah

yang berjudul “Al - Battani” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Yessi Kartika, M.Pd selaku

pembimbing yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat

bermanfaat dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan

terima kasi kepada semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan

pikirannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-per satu.

Penulis sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi

para pembaca. Penulis juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran

dari semua pihak agar makalah ini bisa menjadi lebih sempurna.

20 Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................. ........................................................ 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Hidup dan Pendidikan Al-Battani ................................................................... 4

2.2 Sumbangsih pemikiran Al-Battani ................................................................................ 6

2.3 Karya-karya dari Al-Battani .......................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 11

3.2 Saran ............................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pascaperadaban Yunani, kemajuan peradaban Islam berikut ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang astronomi, telah diakui oleh dunia.

Selama kurang lebih 14 abad, Islam sempat bertengger dipuncak

pimpinan peradaban dunia dan memecahkan rekor sebagai pearadaban

yang paling lama berjaya. Dengan sistem pemerintahan nya, khilafah

Islam kala itu telah terbukti menjadi negara terdepan pada masa

kejayaannya. Tidak hanya bermanfaat bagi Islam sendiri tetapi juga

mampu menerangi kehidupan bangsa lain yang masih gelap dengan ilmu

pengetahuan, khususnya Benua Eropa.

Secara kontinu, Islam pun terus melahirkan banyak pakar dalam

berbagai ilmu pengetahuan khususnya dalam hal astronomi. Salah satu

dari sekian banyak pakar tersebut adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn

Jabir Ibn Sinan al-Battani al-Harrani, atau yang lebih dikenal dengan

sebutan al-Battani.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup dan pendidikan Al -Battani?

2. Apa saja sumbangsih pemikiran Al-Battani?

3. Apa saja karya-karya dari Al-Battani?

3
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui riwayat hidup dan pendidikan Al -Battani

2. Untuk mengetahui sumbangsih pemikiran Al-Battani

3. Untuk mengetahui karya-karya Al-Battani

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Hidup dan Pendidikan Al-Battani

Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir

ibn Sinan Al-Battani al-Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan

sebutan Albategnius atau al-Batenus. Ia lahir pada tahun 858 M di daerah

Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Cucu dari ilmuwan

Arab terkemuka, Tsabit bin Qurah, yang dikenal sebagai ahli astroomi

dan matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan ini wafat pada

tahun 317 H (929 M).

Awalnya, al-Battani hidup di kalangan komunitas Sekte Sabian,

sebuah sekte pemuja bintang yang religius dari Harran yang memiliki

motivasi kuat untuk mempelajari ilmu perbintangan. Sekte Sabian ini

banyak menghasilkan para ahli matematika dan ahli falak terkemuka

seperti Thabit bin Qurrah. Namun meski demikian, al -Battani bukanlah

seorang Sabian, mengingat bahwa nama yang melekat pada dirinya

menunjukkan bahwa ia adalah seorang Muslim.

Kepakaran dan popularitas yang diraih al-Battani sebagai ahli

astronomi dan matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan

kiranya tak bisa dilepaskan dari latar belakang keluarganya yang

memiliki darah ilmuwan. Ayahnya yang bernama Jabir ibn Sinan dan

merupakan seorang pakar sains terkenal telah mengarahkan putranya

5
untuk menekuni dunia pengetahuan sejak kecil. Kepada ayahnyalah al -

Battani belajar astronomi dan matematika. Memasuki masa remaja, al -

Battani berhijrah ke Raqqa yang terletak di tepi sungai Eufrat u ntuk

menekuni bidang sains. Di kota inilah al -Battani melakukan berbagai

penelitian hingga menemukan beragam penemuan cemerlangnya. Kala itu,

Raqqa menjadi terkenal dan mencapai kemakmuran karena khalifah

Harun al-Rasyid, khalifah kelima dalam dinasti Abbasiyah, membangun

sejumlah istana di kota tersebut pada 14 September 786 sebagai salah

satu bentuk penghargaan atas sejumlah penemuan yang dihasilkan oleh

penelitian yang dilakukan al-Battani. Usai pembangunan sejumlah istana

di Raqqa, kota ini pun menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan

perniagaan.

Ali bin Isa Al-Asthurlabi atau Yahya bin Abu Manshur yang

merupakan dua ilmuwan terkemuka dalam bidang astronomi yang hidup

pada masa al-Battani bisa jadi—meski tidak ada data yang pasti akan hal

ini—merupakan guru astronomi dari al-Battani selain dari ayahnya.

Namun yang jelas, al-Battani telah menguasai berbagai buku astronomi

yang banyak beredar pada masanya, terutama buku Almagest karya

Ptolemaeus.

Ibnu an-Nadim dalam Al-Fihrist menyebutkan bahwa al-Battani

memulai perjalannya mengamati masalah-masalah astronomi sejak tahun

264 H (878). Dengan pendapat ini benar, berarti al -Battani pernah

tinggal dalam waktu yang cukup lama di kota Raqqa dan melakukan

6
penelitian astronomi yang berhasil ditemukannya pada tah un 306 H (918

M). Selain itu, al-Battani juga pernah tinggal lama di kota Anthakiyyah

di utara Syria, tempat dia membuat teropong bintang yang disebut

dengan "Teropong Al-Battani." Secara umum, masa di mana al-Battani

hidup adalah masa kejayaan ilmu astronomi Arab dan masa

ditemukannya berbagai penemuan ilmiah di Arab dalam bidang ini.

Sebagai seorang pakar dalam bidang astronomi, al -Battani juga

telah mengarang banyak buku yang berisi tentang hasil pengamatan

bintang-bintang, perbandingan antara berbagai k alender yang digunakan

di berbagai suku bangsa (Hijriyah, Persia, Masehi, dan Qibti), dan

berbagai peralatan yang digunakannya dalam mengamati bintang -bintang

serta cara membuatnya. Di antara buku-buku karangannya yang paling

terkenal adalah Zij Ash-Shabi’ atau Zij al-Battani (buku ini terdiri dari

pengantar dan lima puluh tujuh pasal yang kebanyakan isinya berasal

dari pengalamannnya mengamati bintang-bintang serta pemikiran dan

teorinya dalam ilmu astronomi). Dalam pengantar kitab ini, al -Battani

berkata, "Ilmu yang paling mulia kedudukannya adalah ilmu

perbintangan. Sebab, dengan ilmu itu dapat diketahui lama bulan dan

tahun, waktu, musim, pertambahan, dan pengurangan siang dan malam,

letak matahari dan bulan erta gerhananya, serta jalannya planet ketika

berangkat dan kembali."

Selain Zij ash-Shabi’, karya al-Battani yang lainnya dalam bidang

astronomi adalah Risalah fi Tahqiqi Aqdari Al-Ittishalat, Ma'rifati

7
Mathali' al-Buruj fi ma Baina Arba' al-Falak, Ta'dil al-Kawakib, Syarh

Arba' Maqalat li Bathlimus, dan Kutub wa Rasa'il fi Ilmi Al-Jughrafiya.

2.2 Sumbangsih Pemikiran Al-Battani

Al-Battani dikenal sebagai seorang ilmuwan dalam bidang

astronomi yang diklaim berjasa menemukan hitungan jumlah hari dalam

setahun (dalam tahun masehi) berdasarkan penghitungan waktu yang

digunakan bumi untuk mengelilingi matahari, yakni 365 hari, 5 jam, 46

menit, dan 24 detik. Almanak yang diciptakan oleh al -Battani diakui

merupakan sistem perhitungan astronomi yang paling akurat, yang

sampai kepada kita sejak abad pertengahan. Bahkan pada abad

pertengahan, orang-orang Eropa menggunakan sistem ini sampai abad

pencerahan.

Selain almanak, al-Battani juga berhasil memperbaiki nilai

keseimbangan pada musim panas dan musim dingin dan berhasil

menghitung nilai kecondongan bintang-bintang di siang hari dan

mendapatkannya berada pada posisi 23 dan 35 derajat.

Persamaan Trigonometri al-Battani

Sementara dalam bidang matematika (trigonometri, aljabar,

geometri) dan geografi, al-Battani dianggap sebagai orang yang pertama

8
kali mengganti kata "ganjil" yang dipakai oleh Ptolemaeus dalam sinus

trigonometri dan orang pertama yang menghitung tabel matematika untuk

mengetahui titik pada garis yang bengkok. Selain itu, al -Battani juga

menemukan sejumlah persamaan trigonometri dan mem ecahkan

persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus:

2.3 Karya-Karya dari Al-Battani

Ketertarikan Al-Battani pada benda-benda langit membuatnya menekuni

bidang astronomi. Ia mendapat pendidikan tersebut dari sang ayah, Jabir Ibn

San’an Al-Battani, yang juga seorang ilmuwan. Dengan kecerdasannya, Al-

Battani mampu menguasai semua pelajaran yang diberikan ayahnya dan

menggunakan sejumlah peralatan astronomi dalam waktu yang cukup singkat.

Beberapa waktu kemudian, ia meninggalkan Harran menuju kota Raqqa yang

terletak di tepi sungai Eufrat. Di kota ini, ia melanjutkan pendidikan dan mulai

melakukan bermacam penelitian, yang kemudian menghasilkan sejumlah

penemuan penting yang berguna bagi masyarakat dan pemerintah.

Dalam kitab Al-Fihrist sebuah karya bibliografi terbesar sepanjang masa yang

ditulis Ibnu al-Nadim pada abad ke-10 M, menggambarkan seorang al-Battani

sebagai salah satu observer terkenal dan tokoh besar dalam bidang geometri,

astronomi teoretis praktis dan astrologi. Dalam al-Fihrist disebutkan juga bahwa

9
Al-Battani telah menyusun karya yang berisi data pengamatan matahari dan bulan

dan deskripsi yang lebih akurat tentang pergerakan matahari dan bulan, lebih

akurat daripada yang diberikan Ptolomeus dalam Ptolemy “Almagest” (sebuah

risalah astronomi yang mengemukakan gerakan kompleks bintang-bintang dan

lintasan planet).

Al-Battani menjelaskan pergerakan lima planet melalui pengamatan yang ia

lakukan. Ia juga berhasil membuat dan melakukan perhitungan astronomi lainnya

yang amat berguna di masa kini. Perhitungan periode revolusi bumi mengelilingi

matahari selama 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik merupakan salah satu

penemuannya yang patut diacungi jempol karena hampir mendekati nilai

sebenarnya yang sekarang ini dianggap lebih akurat. Kemudian penentuan

kemiringan bidang ekliptik, orbit matahari dan panjang musim dengan sangat

akurat. Penentuan hilal juga ia jelaskan sebagai cara menentukan batas pergantian

dari satu bulan (month) ke bulan lainnya.

Salah satu dari karyanya yang paling populer adalah Al-Zij Al-Sabi yang

banyak diterjemahkan oleh negara-negara barat. Misalnya saja dalam bahasa latin

diterjemahkan sebagai De Scienta Stellarum- De Numeris Stellarum et Motibus.

Yang hingga saat ini masih tersimpan di Vatikan, Roma, Italia. Buku ini juga

diterjemahkan dalam berbagai negara dan tersebar secara luas di seluruh dunia.

Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama

beberapa abad. Di dalam kitab itu ditulis berbagai penemuannya, seperti

penentuan perkiraan awal bulan baru atau hilal, perkiraan panjang matahari,

10
dan koreksi atas hasil perhitungan Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-

planet tertentu.

Di buku tersebut juga, al-Battani mengembangkan metode untuk menghitung

gerakan dan orbit planet-planet. Tidak heran, jika buku ini mendapatkan peran

penting dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang di Eropa. Tokoh-

tokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler, dan Peubach

konon bisa berhasil dalam ilmu astronomi berkat jasa al-Battani. Bahkan

Copernicus dalam bukunya De Revoltionibus Orbium Clestium mengaku berutang

budi pada Al-Battani. Dan beberapa istilah dalam astronomi bola seperti azimuth,

zenith, dan nadir juga berasal dari mulut al-Battani.

Sekilas tentang Kitab Zij al-Battani

Buku al-Battani tentang astronomi yang paling terkenal adalah Kitab al-Zij.

Menurut Doktor Abdul Halim bahwa kitab Zij ash-Shabi’ merupakan hasil karya

teragung dari al-Battani yang berisi tentang hasil-hasil perhitungan dan tabel-tabel

falak, gerakan bintang pada orbitnya, serta dapat juga untuk menghitung bulan,

hari dan tanggal. Dalam Zij ash-Shabi’ ini juga dapat diketahui tentang titik

terjauh bintang (‫ )األوج‬dan titik terdekat (‫ )الحضيض‬dari bumi. Berdasarkan hasil

pengamatan al-Battani bahwa titik terjauh antara bumi dan matahari bertambah

16º 47′.

Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dengan

judul De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerum et Motibus oleh Plato dari

11
Tivoli. Terjemahan tertua dari karyanya itu masih ada di Vatikan. Terjemahan

buku tersebut tidak hanya dalam bahasa latin tetapi juga bahasa lainnya.

Terjemahan ini keluar pada 1116 sedangkan edisi cetaknya beredar pada

1537 dan pada 1645. Sementara terjemahan karya tersebut ke dalam bahasa

Spanyol muncul pada abad ke-13. Pada masa selanjutnya baik terjemahan karya

Al-Battani dalam bahasa Latin maupun Spanyol tetap bertahan dan digunakan

secara luas.Tidak heran bila tulisannya, sangat memberikan pengaruh bagi

perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa hingga datangnya masa pencerahan.

Dalam Fihrist, yang dikompilasi Ibn an-Nadim pada 988, karya ini merupakan

kumpulan Muslim berpengaruh pada abad ke-10, dinyatakan bahwa Al-Battani

merupakan ahli astronomi yang memberikan gambaran akurat mengenai bulan

dan matahari.

Kitab Zij ash-Shabi’ sejauh ini yang paling penting karyanya. Buku ini

berisi 57 bab, dimulai dengan deskripsi pembagian bola langit ke dalam tanda-

tanda zodiak dan ke derajat. Latar belakang yang diperlukan alat-alat matematika

ini kemudian diperkenalkan (seperti operasi hitung pada pecahan sexagesimal dan

fungsi trigonometri). Bab 49 melalui 55 masalah astrologi, sedangkan bab 56

membahas pembangunan sebuah jam matahari. Bab terakhir membahas

pembangunan sejumlah instrumen astronomi.

Pencapaian utama dari Zij ash-Shabi’, beliau berhasil dengan 489

katalog bintang. Al-Battani menyempurnakan nilai-nilai yang ada untuk panjang

tahun yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 24 detik, dan dari musim.

12
Sedikit memaparkan muqaddimah dari kitab ini, bahwa pada awal kitab ini

disebutkan tentang pembagian musim yang ada di bumi ada empat yaitu, musim

gugur, musim semi, musim panas dan musim dingin. Pembagian rasi bintang ada

12 yaitu rasi Haml, rasi Tsaur, rasi Jauza’, rasi Sarathan, rasi Asad, rasi Sunbulah,

rasi Mizan, rasi ‘Aqrab, rasi Qaus, rasi Jadyu, rasi Dalwu dan rasi Hut, dimana

setiap rasi bernilai 30º. Setiap 1º bernilai 60 menit, setiap satu menit bernilai 60

detik.

Dalam kitab ini menggunakan istilah-istilah seperti derajat, daqiqah,

tsawani, tsawalis, rawabi’ dan seterusnya. Pada awal kitab ini juga diperkenalkan

tentang perkalian yaitu mengalikan anatara satu unsur dengan unsur yang lainnya.

Jika dalam perkalian busur, maka ketika derajat dikali derajat hasilnya derajat,

daqiqah dikalikan dengan daqiqah hasilnya tsawani, daqiqah dikalikan dengan

tsawani hasilnya tsawalis, tsawani dikalikan tsawani hasilnya rawabi’, tsawani

dikalikan tsawalis hasilnya khowamis begitu seterusnya.

Perjalanan ilmu pengetahuan dari dulu hingga saat ini terus mengalami

perkembangan cukup pesat, terbukti dengan banyak sekali penemuan-penemuan

termasuk pada bidang astronomi. Islam sendiri dalam perkembangan

peradabannya juga telah menghasilkan banyak saintis handal. Namun meski ilmu

pengetahuan terutama astronomi terus berkembang, ternyata kita melupakan satu

hal bahwa ternyata saintis muslim ikut mewarnai perkembangan pengetahuan

tersebut.

13
Pendekatan historis yang tidak pernah diakses sehingga hampir menutup

mata kita bahwa lebih dari berabad-abad yang lalu Al-Battani seorang astronom

terkemuka pada jamannya telah menciptakan sebuah kitab yang pada saat itu

sangat fenomenal serta menjadi pondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan

saat ini. Sehingga kitab ini layak menjadi referensi bagi kita sebagai penuntut ilmu

falak.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn

Sinan Al-Battani al-Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan

sebutan Albategnius atau al-Batenus. Ia lahir pada tahun 858 M di daerah

Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Al-Battani dikenal

sebagai seorang ilmuwan dalam bidang astronomi yang diklaim berjasa

menemukan hitungan jumlah hari dalam setahun (dalam tahun masehi)

berdasarkan penghitungan waktu yang digunakan bumi untuk

mengelilingi matahari, yakni 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Di

antara buku-buku karangan Al-Battani yang paling terkenal adalah Zij

Ash-Shabi’ atau Zij al-Battani.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah tentang Al-Battani ini kita

menjadi lebih tahu secara mendalam tentang riwayat hidup dan karya-

karya beliau.

15
DAFTAR PUTAKA

Fithri, Annisa. 2015. Al-Battani Ilmuwan Muslim Peneliti Planet-Planet.[Online].


Tersedia: https://minanews.net/albattani-ilmuan-muslim-peneliti-planetplanet/ [20
Desember 2019]

Nur, Cendole. 2016. Biografi Al-Battani (Albategnius.[Online]. Tersedia:


http://goedangbiografi.blogspot.com/2016/05/biografi-al-battani-albategnius.html.
[20 Desember 2019]

16

Anda mungkin juga menyukai