Anda di halaman 1dari 25

MIGRASI SUKU FLORES DI KOTA JAMBI 1971–2013

SKRIPSI

OLEH :

SOFIYA VILA SAFITRI


( I1A114010 )

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JAMBI
2018

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR........................................................................ i

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... v

MOTTO.......................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................vii

KATA PENGANTAR.................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................... x

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii

DAFTAR ISTILAH....................................................................................... xiii

ABSTRAK..................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian................................... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................. 7
1.4 Tinjauan Pustaka....................................................................................... 8
1.5 Kerangka Konseptual............................................................................... 11
1.6 Metode Penelitian..................................................................................... 14
1.7 Sistematika Penulisan............................................................................... 17

BAB II KONDISI UMUM WILAYAH KOTA JAMBI


2.1 Kondisi Geografis Kota Jambi................................................................. 18
2.2 Kondisi Demografis Kota Jambi.............................................................. 22
2.3 Mata Pencaharian Masyarakat Kota Jambi.............................................. 28

BAB IIISEJARAH MIGRASI SUKU FLORES DI KOTA JAMBI


3.1 Awal Migrasi Suku Flores di Kota Jambi................................................. 33
3.2 Proses Migrasi Suku Flores ke Kota Jambi.............................................. 39
3.3 Perkembangan Kehidupan Sosial-Ekonomi Suku Flores di Kota Jambi. 41

2
3.3.1 Pendidikan.......................................................................................... 42
3.3.2 Meningkatnya Pendapatan................................................................. 44
3.3.3 Interaksi Sosial................................................................................... 45
3.3.4 Agama................................................................................................. 49

BAB IV KEBUDAYAAN SUKU FLORES DI KOTA JAMBI


4.1 Tradisi dan Adat Istiadat Suku Flores di Kota Jambi............................... 50
4.1.1 Tradisi Suku Flores di Kota Jambi..................................................... 51
4.1.1.1 Keti Kebas Metan......................................................................... 52
4.1.1.2 Belis............................................................................................. 53
4.1.1.3 Upacara Kematian........................................................................ 54
4.1.2 Adat Istiadat Suku Flores di Kota Jambi........................................... 55
4.2 Asimilasi Suku Flores Terhadap Masyarakat Kota Jambi........................ 56

BAB V KESIMPULAN................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 64

LAMPIRAN.................................................................................................. 68

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku bangsa

dengan karakteristik berbeda, sejak proklamasi kemerdekaan, Indonesia telah

dihadapkan pada beragam persoalan, utamanya terkait penduduk, integrasi

nasional dan pemerataan kesejahteraan.1 Realitas utama yang harus kita terima

dan sadari sebagai bangsa Indonesia adalah kenyataan akan heterogenitas atau

kemajemukan dalam berbagai aspek kehidupan kemasyarakatan, seperti

perbedaan suku, agama, ras, bahasa, adat istiadat, kebiasaan, pekerjaan, status

sosial dan sebagainya. Realitas tersebut telah menjadikan bangsa Indonesia

sebagai masyarakat yang memiliki struktur yang sangat beragam dan dinamis.

Dari keanekaragaman tersebut, fenomena selanjutnya adalah masalah pembauran

antara berbagai suku bangsa yang ada.2


Kenyataan yang ada adalah hadirnya pergaulan hidup antara suku

bangsa yang lain dalam suatu wilayah tertentu, dimana ada kelompok yang

disebut penduduk asli dan ada kelompok lain yang disebut suku pendatang.

Terjadinya pergaulan hidup yang akhirnya melahirkan proses sosial seperti

interaksi sosial antara suku asli dengan suku pendatang adalah akibat dari

perpindahan atau migrasi penduduk dari suatu daerah dengan suku bangsa

1 H.J. Heeren. Transmigrasi Di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 1979), hlm 73.


2 Siti Khotijah. Analisis Faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten Ke Jakara. Thesis:
Universitas Diponegoro 2008, hlm 1.

4
tertentu kesuatu tempat tujuan ke daerah lain dengan suku bangsa tertentu yang

asli, yang lazim disebut dengan migrasi.3

Sejak jaman purba sampai sekarang perkembangan manusia selalu

dipengaruhi oleh kegiatan migrasi. Migrasi ini terjadi dalam bentuk dan skala

yang bermacam-macam: Intercontinental – antara benua yang berbeda,

Intracontinental – didalam satu benua dan Interregional – didalam satu kawasan

atau negara. Migrasi itu terjadi bila calon migran itu tahu bahwa dengan

bermigrasi mereka dapat mencapai perbaikan keadaan hidupnya, hal ini terjadi

bila antara berbagai daerah terlihat perbedaan Interregional; bila semua atau

disementara daerah; dan bila atas dasar-dasar norma-norma kebudayaan yang

berlaku disana keadaaan didaerah calon pemukim itu dinilai positif.4

Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang

mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain faktor lainnya yaitu kelahiran,

kematian dan yang terakhir kesulitan ekonomi, rendahnya kesempatan kerja dan

rendahnya tingkat upah persatuan tenaga kerja. Pada umumnya ketiga kondisi

tersebut yang menyebabkan migrasi dari suatu wilayah untuk mengambil

keputusan melakukan aktivitas diluar wilayahnya. Kondisi tersebut kemudian

mendorong mereka mengambil keputusan untuk meningkatkan kehidupan

ekonominya.5

3 Sulvan. Migrasi Orang Kulisusu Ke Desa Roko-Roko Kecamatan Wawonii Tenggara


Kabupaten Konawe Kepulauan (1956-2015). Skripsi: Universitas Halu Oleo 2016, hlm 1.
4 H.J. Heeren. Op.Cit, hlm 173.
5 Rebecca Soraya Leake. Pulau Putri Kebudayaan Migrasi Dan Dampaknya Di Pulau
Bawean. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Malang 2009, hlm 2.

5
Motif perpindahan antara migran yang satu dengan yang lain mungkin

berbeda-beda. Banyak alasan yang mengemukakan mengenai perpindahan

mereka. Misalnya beberapa suku bangsa di Indonesia mempunyai kecenderungan

meninggalkan kampung halamannya karena dipengaruhi oleh faktor demografi

seperti kepadatan penduduk di pulau Jawa. Penyebab lain ialah faktor keamanan,

ekonomi, maupun pendidikan.6

Masalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ketempat lain baik

dalam jarak dekat maupun jarak jauh serta mobilitas yang bersifat vertikal dan

mobilitas yang bersifat horizontal dengan maksud menetap atau sementara

merupakan suatu fenomena sosial. Gerak perpindahan ini telah berlangsung sejak

kehidupan manusia. Dengan demikian perpindahan penduduk merupakan pula

suatu gerak sejarah yang menarik untuk dikaji dan diteliti secara mendalam,

karena didalamnya mengandung beberapa nilai yang dapat menambah

pengetahuan kita mengenai suatu peristiwa sejarah dan proses sosial yang terjadi.

Jambi adalah sebuah wilayah dalam pulau Sumatera Indonesia yang

terletak di bagian tengah. Provinsi tersebut bersebelahan dengan Riau, Sumatera

Barat dan Sumatera Selatan.7 Jambi mempunyai berbagai suku bangsa yang

menjadikan ciri khas tersendiri dalam keberagaman etnik dengan sumber daya

alam, seni, budaya dan warisan suku. Berbicara tentang penduduk asli, pada

umumnya masyarakat daerah ini akan sependapat bahwa pendududuk asli Jambi

6 Ahmad Sahur, dkk. Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Pustaka Grafika Kita,
1988), hlm 200.
7 Hartono Margono, dkk. Sejarah Sosial Jambi: Jambi Sebagai Kota Dagang (Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek
Inventarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1984), hlm 5.

6
terdiri berbagai suku bangsa, antara lain: suku Kerinci, suku Kubu, suku Batin,

suku Melayu, dan ada beberapa suku minoritas lainnya.8

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 1971 di daerah Provinsi

Jambi terdapat hampir semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Karena pada

sensus penduduk tahun 1971, penduduk yang berasal dari provinsi-provinsi yang

ada di Indonesia (kecuali Timor Timur) terdapat di daerah Provinsi Jambi, mulai

dari yang berasal dari Provinsi Aceh sampai Irian Jaya. Jadi ada suku Aceh,

Melayu Sumatera Timur, Batak, Tapanuli, Melayu Riau, Minangkabau,

Palembang, Komenring, Meranjat, Lampung, Bengkulu, Bangka, Jawa, Sunda,

Banten, Cirebon, Madura, Bali, Timor,Lombok, Flores, Bugis, Makasar,

Minahasa/Manado, Banjar/Kalimantan, Ambon, Maluku dan Irian.9 Jumlah

penduduk pada masing-masing suku bangsa tersebut diatas secara terperinci

persuku bangsa tidak ada datanya. Yang ada hanyalah data penduduk yang berasal

dari masing-masing provinsi yang terdapat di Indonesia.10

Pada umumnya masyarakat pendatang yang memasuki wilayah-wilayah

di Jambi didorong oleh keinginan untuk memperoleh kehidupan baru yang lebih

layak. Sebagian besar masyarakat pendatang tersebut diantaranya ada yang telah

menetap dan kemudian menjadi warga setempat. Masyarakat pendatang yang

menjadi obyek penelitian penulisan adalah Suku Flores yang berasal dari NTT

(Nusa Tenggara Timur) yang mendiami di Kota Jambi.

8 Lembaga Adat Provinsi Jambi. Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah:
Sejarah Adat Jambi (Jambi: LAD, 2001), hlm 10.
9 Resosudarmo. Geografi Budaya Daerah Jambi. (Jambi: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1983), hlm 41.
10 Ibid, hlm 42.

7
Bagi masyarakat Flores, kemiskinan merupakan sebuah fakta. Ia

muncul dalam berbagai aspek dan bentuk kehidupan masyarakat sehingga menjadi

sebuah persoalan yang serius. Tanah yang kurang subur dan iklim yang terlampau

kering memang menyebabkan bahwa ekonomi Flores itu sukar untuk dibangun

dengan usaha memperlipat gandakan hasil bercocok tanam. 11 Secara alamiah

Flores termasuk daerah yang gersang dan tandus. Hal ini tidak dapat dipungkiri

karena fakta membuktikan curah hujan yang rendah dan musim panas yang

panjang. Persoalan alamiah ini diperparah dengan keadaan geografis Flores yang

tergolong rentan akan bencana alam. Hampir sebagian besar masyarakat Flores

bertani secara musiman dan amat bergantung pada hasil pertanian jangka panjang

dan yang menetap di pesisir pantai menggantungkan hidupnya pada hasil

tangkapan laut. Dari sini dapat diukur kemampuan ekonomi rata-rata masyarakat,

yaitu bahwa pendapatan perkapita sangat rendah dan masih terbilang berada

dibawah garis kemiskinan.12 Mempersoalkan kemiskinan Flores dari latar

belakang geografis dan juga topografis masih terbilang wajar dan itu tidak

terelakkan. Lantas, untuk mengelak dari keadaan yang demikian, separuh kaum

muda baik laki-laki maupun perempuan memilih untuk menemukan penghidupan

yang layak di tanah perantauan.

Keunikan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah secara historis

masyarakat suku Flores merupakan suatu kelompok sosial heterogen yang

terkonfigurasi dari berbagai suku bangsa dan ras yang telah menjalin kehidupan

11 Koentjaraningrat. Manusia Dan Kebudayaa Di Indonesia. (Jakarta Pusat: Djambatan,


1970), hlm 95.
12 Yohanes Orong. Potret Kehidupan Sosial Orang Flores. (Jurnal Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia: 2017). SELOKA 6 (3), hlm 250. Diakses pada Desember 2017. Lihat juga
www.academia.edu.

8
bersama, sehingga kemudian membentuk identitas etnis Flores yang bercampur

dengan etnis lain. Penelitian ini lebih memfokuskan pada berpindahnya suku

Flores ke Kota Jambi yang disebabkan karena faktor ekonomi ditanah asalnya

yaitu NTT. Alasan suku Flores memilih Jambi sebagai tempat untuk merubah

kehidupannya dikarenakan sebelum kedatangannya di Jambi pihak suku Flores

yang di NTT sudah menjalin komunikasi dengan bos karet Jambi untuk

menjemput kedatangannya di pelabuhan Jambi dan bersedia untuk memberikan

pekerjaan demi bertahan hidup di tanah perantauan.13

Sementara itu kehidupan suku Flores di Kota Jambi belum tersentuh,

dan membuat penulis tertarik untuk melihat sejarah migrasi suku Flores di Kota

Jambi. Penulisan ini penting untuk diteliti menjadi sebuah karya ilmiah yang

bermanfaat bagi generasi selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian


Berdasarkan latar belakang pemikiran yang telah dikemukakan di atas

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah migrasi suku Flores di Kota Jambi ?
2. Bagaimana perkembangan kehidupan sosial-ekonomi suku Flores di Kota

Jambi ?
3. Bagaimana kebudayaan suku Flores di Kota Jambi ?

Adapun ruang lingkup penelitiannya yaitu:

Lingkup spasial dalam penelitian ini adalah Kota Jambi, alasan

pemilihan tempat tersebut karena dibeberapa wilayah Kota Jambi banyak tersebar

orang yang berasal dari NTT yaitu Flores dengan adanya kampung Flores,

sedangkan lingkup temporal yaitu dari tahun 1971 sampai 2013.

13 Wawancara bersama Gabriel Atakelan Ketua Adat Ikatan Keluarga Nusa Tenggara Timur Kota
Jambi pada tanggal 08 Mei 2018 pukul 13.20 WIB di kediamannya.

9
Penulisan lingkup temporal ini didasarkan dari Kantor Sensus dan

Statistik Provinsi Jambi tahun 1971 dimana pada tahun tersebut Suku Flores

sudah ada berjumlah 273 (0,027 %) di Kota Jambi, sedangkan ditahun 2013

merupakan tahun suku Flores merayakan hari ulang tahun ke-57, perayaan ini

diadakan secara besar-besaran di Gedung Olahraga dan Seni tepatnya di daerah

Kotabaru Jambi yang dihadiri oleh semua kalangan yang berasal dari NTT yang

berdomisili di Provinsi Jambi. Namun perayaan ini tidak diadakan setiap tahunnya

dikarenakan keterbatasan dana.14


1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan kepada pembatasan masalahnya, maka tujuan dari

penelitian ini untuk :


1. Memahami dan mendeskripsikan sejarah asal-usul Suku Flores ke

Kota Jambi.
2. Memahami perkembangan kehidupan sosial-ekonomi Suku Flores di

Kota Jambi.
3. Memahami kebudayaan perantauan Suku Flores di Kota Jambi.

Adapun manfaatnya yaitu :

1. Manfaat Akademik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan informasi (data)

tentang sejarah masuknya suku Flores di Kota Jambi tahun 1971-2013

sehingga bisa dapat memperkaya ilmu sejarah serta perkembangan

budaya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini tertuju untuk semua orang yang tertarik untuk

mengetahui lebih jauh tentang migrasi Suku Flores di Kota Jambi.


1.4 Tinjauan Pustaka

14 Wawancara bersama Gabriel Atakelan Ketua Adat Ikatan Keluarga Nusa Tenggara Timur Kota
Jambipada tanggal 08 Mei 2018 pukul 13.20 WIB di kediamannya.

10
Ada beberapa referensi yang relavan yang berisi informasi dan dapat

dijadikan acuan dalam penulisan skripsi ini. Pertama buku yang ditulis oleh

Resosudarmo yang berjudul “Geografi Budaya daerah Jambi: Pengaruh Migrasi

Penduduk Terhadap Perkembangan Kebudayaan Provinsi Jambi”, buku ini

diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Jambi tahun

1983, buku ini secara garis besar menjelaskan tentang bagaimana menyelamatkan,

membina langsung dan pengembangan ketahanan kebudayaan Nasional,

memperkuat kepribadian bangsa dan menggali dan menyusun kembali aspek

geografi dari kebudayaan daerah sebagai bagian dari wawasan Nusantara yang

mencakup satu kesatuan politik, budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan.

Kedua buku yang ditulis oleh Ahmad Sahur, dkk yang berjudul

“Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial” buku ini diterbitkan oleh PT. Pustaka

Grafika Kita tahun 1988, buku ini secara garis besar membahas tentang merantau

bagi orang Pidie, migran Sirkuler dan miran Toraja di Tombang.

Karya ketiga jurnal sosiologi jurnal masyarakat yang ditulis oleh

Emilianus Yakob Sese Tolo yang berjudul “Akumulasi Melalui Perampasan dan

Kemiskinan di Flores” 2016. 21 (2):173-204.15 Jurnal ini dipublikasikan oleh

LabSosio, Pusat Kajian Sosiologi FISIP Universitas Indonesia, SK Dirjen Dikti

Akreditasi Jurnal No. 80/DIKTI/Kep/2012. Didalam jurnal ini membahas juga

tentang para petani di Flores yang memutuskan untuk merantau sebagai buruh

15 Emilianus Yakob Sese Tolo. Akumulasi Melalui Perampasan dan Kemiskinan di


Flores. (Jurnal Sosiologi: 2016) 21 (2):173-204, hlm 185. Diakses pada Desember 2016.

11
migran ke Malaysia tahun 2013, hal ini dikarenakan akibatnya kurangnya lahan

garapan mereka, pada masa imperialisme struktur kepemilikan tanah yang lama

dengan mudah dibelokkan untuk kepentingan penjajah. Tanah ulayat mulai jatuh

ketangan golongan aristokrat tradisional. Padahal sebagai bagian dari bangsa

Astronesia di Flores tidak dikenal dengan konsep tuan tanah melainkan penjaga

tanah. Pada Agustus 2013 penduduk NTT yang bekerja di sektor pertanian sebesar

1,32 juta orang, khususnya di Flores, mayoritas petani bertanah sempit dan

menjadi tuna kisma16 karena dewasa ini tanah-tanah di Flores mulai terkonsentrasi

pada petani kaya, birokrat, politisi, pengusaha Tionghoa, pariwisata, dan investor

tambang. Karena distribusi tanah yang timpang ini rata-rata 34 keluarga petani

kaya di Flores menguasai 476 hektar tanah. Artinya petani kaya menguasai 17 kali

luas rata-rata petani gurem17 di Flores. Dengan kepemilikan tanah yang

terkonsentrasi pada penguasa dan kaum bermodal tidak heran jika banyak tuna

kisma menjadi penggarap dan buruh tani di Flores. Jika para petani tuna kisma

tidak memperoleh lahan garapan dalam sistem bagi hasil, mereka akan bekerja

sebagai pekerja harian lepas dengan upah harian sebesar Rp. 25.000-30.000.

Karya terakhir yaitu jurnal pendidikan bahasa dan sastra Indonesia oleh

Yohanes Orong yang berjudul “Potret Kehidupan Sosial Orang Flores Dalam

Novel “Ata Mai (Sang Pendatang) 2017, jurnal ini dipublikasikan oleh

Universitas Negeri Semarang, didalam jurnal ini membahas masyarakat suku

Ende-Lio Flores mengalami persoalan-persoalan sosial seperti kemiskinan,

16 Tuna kisma adalah petani yang mempunyai lahan tetapi tidak menggarapnya sendiri.
Petani ini mengupahkan pengolahan lahannya kepada buruh tani, umumnya buruh tani tersebut
telah puas dengan kehidupan yang mereka dapatkan. Diakses pada September 2016.
17 Petani gurem ialah petani yang memiliki atau menyewa lahan pertanian kurang dari
0,5 ha.

12
penindasan atas perempuan, pendidikan dan kesehatan yang tidak memadai. Hal

tersebut yang membuat pada beberapa dasawarsa belakangan ini kebanyakan

pemuda kampung itu merantau ke luar negeri, khususnya Malaysia. Akibatnya

penghuni desa pun lebih banyak perempuan, anak-anak serta laki-laki tua. Selama

ditinggal suami merantau, kaum perempuan mengurus ladang yang ditanami jenis

tanaman umur panjang misalnya kelapa, kakao, kemiri dan kopi. Hasilnya bisa

dipetik untuk konsumsi sendiri dan juga dijual. Kadang-kadang mereka menerima

kiriman uang dari para suami atau anak laki-laki yang merantau. Para perempuan

desa bekerja di ladang, mengurus rumah dan sekaligus mendidik anak-anak.

Selain buku dan jurnal tersebut, penulis juga akan menggunakan

referensi-referensi lain berupa karya-karya ilmiah lainnya seperti skripsi, thesis,

ensiklopedia, wawancara, data-data internet, dan buku-buku yang berkaitan

dengan suku Flores di Kota Jambi. Penelitian diatas cukup relavan dengan apa

yang akan penulis teliti, dimana sama-sama membahas tentang kehidupan sosial-

ekonomi ditempat perantauan, akan tetapi yang membedakan adalah tempat.

1.5 Kerangka Konseptual


Istilah migrasi berasal dari bahasa latin migratio yang berarti

perpindahan orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat atau negara

lain. Perpindahan penduduk sudah dikenal sejak adanya manusia di muka bumi

ini, oleh karena itu mereka selalu berusaha untuk mengetahui dan menikmati

kehidupan diluar lingkungannya, termasuk kelahirannya, kemudian mereka

menuju daerah baru. Perpindahan tersebut untuk menetap, sehingga tidak pernah

lagi terbayangkan untuk kembali ke daerah asal ataukah untuk sementara waktu

13
atau selanjutnya mereka berusaha untuk kembali. Gerak perpindahan penduduk

semacam ini biasanya dilakukan sebagai usaha untuk selalu memperbaiki keadaan

masyarakat terdapat alam sekitarnya baik dilakukan oleh perorangan, keluarga

maupun kelompok besar dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan.


Teori migrasi menurut Everett S. Lee (1976) mengemukakan bahwa

volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keragaman

daerah-daerah di wilayah tersebut. Apaila melukiskan di daerah asal dan daerah

tujuan ada faktor-faktor positif, dan faktor negatif . Faktorpositif adalah faktor

yang memberikan nilai yang menguntungkan kalau bertempat tinggal di daerah

tersebut, misalnya di daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja, dan

iklim yang baik. Sedangkan faktor negatif adalah faktor yang memberi nilai

negatif pada daerah yang bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari

tempat tersebut. Perbedaan nilai kumulatif antara kedua tempat cenderung

menimbulkan arus imigrasi penduduk.18


Selanjutnya Everett S. Lee menambahkan bahwa besar kecilnya arus

migrasi juga dipengaruhi rintangan, misalnya ongkos pindah yang tinggi dan

menurutnya terdapat 2 faktor yang perlu diperhatikan dalam proses migrasi

penduduk antara lain:


a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal dan tujuan.
b. Rintangan antara daerah usal dan tujuan.19
Menurut Kuntowijoyo sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang

sangat luas beraneka ragam. Kebanyakan sejarah sosial juga mempunyai

hubungan yang erat dalam sejarah ekonomi, sehingga dapat dikatakan seperti

18 Cici Sasmi dan Nasri Bachtriar. Analisis Migrasi Internasional Di Sumatera Barat:
Suatu Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Migrasi Masuk Ke Kota Padang. (Jurnal
Universitas Andalas, Padang). Diakses pada maret 2015. Lihat juga www.academia.edu.
19 Ibid, hlm 12.

14
sejarah sosial-ekonomi.20 Langkah yang sangat penting dalam membuat analisis

sejarah ialah menyediakan suatu kerangka pemikiran atau kerangka konseptual

yang mencakup berbagai konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat

analisis itu.21 Kerangka konseptual yang berisi dari penjelasan atau pengertian

yang sudah dibakukan secara ilmiah dari aspek-aspek yang akan dibahas di skripsi

ini. Karena itu, dalam penelitian yang berjudul “Migrasi Suku Flores di Kota

Jambi 1971–2013, akan dijelaskan konsep yang dipergunakan dalam penulisan

agar tidak menimbulkan multi penafsiran.


Akhirnya sejarah sosial dapat mengambil fakta sosial sebagai bahan

kajian. Tema seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas dapat

menjadi sebuah sejarah. Demikian juga sebaliknya kelimpah-ruahan, kesalehan,

kekesatriaan, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi, dan sebagainya.22


Dalam hubungan strategi penulisan sejarah sosial di dalam buku

Kuntowijoyo “Metodologi Sejarah” inilah tulisan berusaha untuk menjelaskan

beberapa model yang dapat dipakai dalam mengorganisasikan dan mensintesiskan

tulisan sejarah itu. Untuk sejarah, model akan memberikan inspirasi heuristik

yang berguna dalam pencarian dan pengumpulan bahan serta penyusunan. Dalam

penelitian ini penulis memakai Model Jangka Panjang, model ini diambil dari cara

Fernand Braudel menangani sejarah sosial. Menurut Braudel, sejarah jangka

panjang yang merupakan sangat lamban, perkembangan waktu yang tidak dapat

dilihat, sejarah ini terutama mengenai hubungan manusia dengan lingkungannya.23


1.6 Metode Penelitian

20 Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), hlm 39.
21 Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. (Yogyakarta:
Ombak, 2016), hlm 3.
22 Kuntowijoyo. Op. Cit, hlm 41.
23 Kuntowijoyo. Op. Cit, hlm 56.

15
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode sejarah. Metode

sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau.24 Penelitian sejarah mempunyai lima tahap yaitu

pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristik), verifikasi (kritik sejarah, dan

keabsahan sumber), interpretasi (analisis dan sintesis), dan terakhir penulisan

(historiografi).25 Berikut akan dipaparkan lebih rinci mengenai tahap penulisan

sejarah yang berkaitan dengan judul tersebut yaitu:

1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Pengumpulan sumber dilakukan dengan cara :

a. Sumber primer diperoleh dari data penduduk, dokumen yang dapat

diperoleh di Instansi seperti di Kantor Badan Kependudukan Catatan Sipil

(Jumlah Penduduk Kota Jambi Pada Tahun Penelitian), Kantor Arsip Daerah

(Jumlah Tiap Suku Bangsa di Jambi), Kantor Badan Pusat Statistik (Jumlah

Penduduk Tiap Kecamatan di Kota Jambi) dan Kantor Lurah Sungai Putri

(Jumlah Penduduk Desa Sungai Putri).


b. Sumber sekunder diperoleh dari buku, jurnal, skripsi, dan artikel yang

diakses melalui perpustakaan Universitas Jambi, Perpustakaan Wilayah Jambi,

Perpustakaan Kota Jambi, Perpustakan Universitas Batanghari, Universitas Islam

Negeri Sultan Thaha dan wawancara.


Informan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Gabriel Atakelan

selaku Ketua Adat IKNTT ( Ikatan Keluarga Nusa Tenggara Timur), Yohanes,

Samuel, Fransiscus Dasiletong, dan Florensia selaku warga suku Flores.

24 Louis Gottschalk. Mengerti Sejarah : Pengantar Metode Sejarah. Terjemahan


Nugroho Susanto. (Jakarta: UI Press, 1975), hlm 32.
25 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005), hlm
90.

16
Teknik wawancara ini merupakan dasar yang dikembangkan dalam metode

sejarah lisan, bahwa pada dasarnya sejarah lisan adalah teknik pengumpulan

data.26
Dalam disiplin ilmu sejarah sebenarnya masalah klasifikasi sumber

bukanlah persoalan yang berliku dan pantas untuk diperdebatkan. Penggunaan

sumber tertulis ataupun pandang dengan bergantung pada pokok masalah yang

mau diteliti dan ditelaah.27


2. Verifikasi (Kritik Sejarah dan Keabsahan Sumber)
Verifikasi data bertujuan untuk mengetahui otentitas (keaslian) dan

kredibilitas (kebenaran) data yang telah berhasil dikumpulkan. Peneliti melakukan

kritik dengan maksud agar data yang diperoleh benar-benar akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Sehubungan dengan ini maka dilakukan

kritik sebagai berikut:


a. Kritik Eksternal yaitu untuk mengevaluasi apakah sumber atau dokumen

itu asli atau tidak dan informan itu jujur atau tidak. Untuk itu dalam mengevaluasi

sumber atau data dari segi otentitas atau keasliannya dilakukan kritik dengan cara

menyelelidi bentuk dan penampilan informan atau dokumen yang ada.


b. Kritik Internal yaitu untuk mengevaluasi kredibilatas atau keabsahan serta

relevansi isi sumber data lainnya dengan cara mencari data pendukung lain

(kolaborasi) seperti data lisan atau hasil wawancara.


3. Interpretasi (Analisis dan Sintesis)

Interpretasi terdiri atas analisis dan sintesis, analisis berarti

menguraikan, sumber-sumber yang diperoleh mengenai Migrasi Suku Flores di

Kota Jambi yang diperoleh baik dari hasil pengamatan (observasi) maupun

26 Mona Lohanda. Sumber Sejarah Dan Penelitian Sejarah. (Depok: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998), hlm 102.
27 Mona Lohanda. Membaca Sumber Menulis Sejarah. (Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2011), hlm 162.

17
wawancara (interview) kemudian dianalisis dengan menyusun data dan

menggolongkan sesuai dengan kategori-kategori dan diinterpretasikan untuk

menggambarkan kenyataan yang sebenarnya sesuai dengan ungkapan dari

informan.

4. Historiografi (Penulisan)
Terakhir historiografi atau penulisan sejarah merupakan suatu

penyampaian secara analisis dan sintesis dari penelitian yang akan dikaji secara

kronologi. Historiografi sebuah kegiatan untuk menyusun fakta-fakta menjadi

sebuah kisah sejarah melalui pencarian sumber analisis sintesis yang dituangkan

dalam tulisan. Penulisan sejarah memiliki pedoman-pedoman khusus, selain

ditulis sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, penulisan sejarah juga disertai

dengan footnote, tabel penunjang, lampiran, foto dan juga daftar pustaka.
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun penulisan proposal penelitian ini didasarkan pada sistematika

penulisan yang sederhana dengan tujuan menjelaskan masalah yang ada, yang

akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, yaitu:


BAB I, Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan mengenai (1) Latar

Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian, (3)

Tujuan dan Manfaat Penelitian, (4) Tinjauan Pustaka, (5) Kerangka Konseptual,

(6) Metode Penelitian, dan (7) Sistematika Penulisan.


BAB II, Gambaran Umum Kondisi Wilayah Kota Jambi, bab ini

memuat: (1) Kondisi geografis wilayah Kota Jambi, (2) Kondisi demografis (3)

Mata Pencaharian Masyarakat Wilayah Kota Jambi.


BAB III, Sejarah Migrasi Suku Flores di Kota Jambi: (1) Awal Migrasi

Suku Flores, (2) Proses Migrasi Suku Flores ke Kota Jambi, (3) Perkembangan

kehidupan sosial-ekonomi perantauan Suku Flores di Kota Jambi.

18
BAB IV, Kebudayaan Suku Flores di Kota Jambi: (1) Tradisi dan Adat

Istiadat Suku Flores di Kota Jambi, (2) Asimilasi Suku Flores terhadap

masyarakat Jambi.
BAB V, Penutup: (1) Kesimpulan, dalam bab ini memberikan

kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya berdasarkan pada interpretasi

atas masalah yang dibahas.

BAB V
KESIMPULAN

Kota Jambi terdapat berbagai etnis suku bangsa yang ada di Indonesia

dan secara administratif menjadi satu kesatuan masyarakat Kota Jambi. Pada

19
umumnya masing-masing suku bangsa telah menempati suatu pemukiman

bersama. Keunikan dari suku bangsa terkadang terlihat dari latar belakang,

banyaknya jumlah suku bangsa yang bermigrasi dan menempati suatu daerah baru

hingga membentuk sebuah koloni. Kota Jambi terdapat beberapa suku bangsa

perantau dan mereka bermigrasi dari daerah asalnya, seperti suku Minangkabau,

suku Banjar, suku Bugis, suku Flores, suku Batak, suku Jawa, suku Madura dan

lain sebagainya.
Suku Flores merupakan suku bangsa yang berasal dari Nusa Tenggara

Timur (NTT). Masyarakat Flores sendiri bukanlah suatu yang hadir begitu saja,

tetapi ia merupakan konstruksi secara sosial suatu kelompok manusia yang

menginginkan suatu komunitas tersendiri dari komunitas yang ada di NTT.


Masyarakat suku Flores di Kota Jambi sudah berbaur sejak

keberadaannya di tanah perantauan, beradaptasi dan berinteraksi dengan

masyarakat suku lain yang ada di lingkungan sekitar seperti: suku Minangkabau,

suku Jawa, suku Batak, suku Bugis, suku Melayu dan suku lainnya. Sebagai

makhluk sosial dan terbuka, masyarakat suku Flores dengan mudah berinteraksi

dengan masyarakat lain, hal ini dikarenakan masyarakat suku Flores merupakan

suku bangsa pendatang yang juga sama dengan masyarakat lain yang mana rata-

rata masyarakat di Kota Jambi merupakan bangsa pendatang atau perantau. Dari

segi ekonomi masyarakat suku Flores di dominasi bermata pencaharian sebagai

securty atau penjaga malam di pasar Jambi, Kantor Dinas Kota Jambi.
Dalam adat istiadatnya, orang Flores merupakan suatu kelompok sosial

heterogen yang terkonfigurasi dari berbagai suku bangsa dan ras yang telah

menjalin kehidupan bersama sehingga membentuk identitas etnis Flores yang

bercampur dengan etnis lain. Dalam kehidupan sehari-hari orang Flores

20
menggunakan bahasa Flores dengan masyarakat yang bersuku sama, akan tetapi di

wilayah Kota Jambi terdapat berbagai macam suku pendatang, maka bahasa

tersebut sudah bercampur dengan suku-suku lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Ahmad Sahur, dkk. Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial (Jakarta: PT Pustaka
Grafika Kita), 1988.

Ahmad Yunus. Dampak Modernisasi Terhadap Hubungan Kekerabatan Pada


Suku Bangsa Melayu Jambi (Jambi: Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jambi), 1986.

Andre Z. Soh, dkk. Upacara Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur : Yang
Berkaitan Dengan peristiwa Alam Dan Kepercayaan (Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi Dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah), 1985.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Keluarga Nusa Tenggara
Timur.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi


Bekerjasama Dengan Cabang Perwakilan BPS Kantor Cabang Statistik
Kotamadya Jambi. Kotamadya Jambi Dalam Angka 1987.

Bernard Raho. Sosiologi (Yogyakarta: Penerbit Ledalero), 2016.

Biro Pusat Statistik Kantor Sensus & Statistik Propinsi Jambi. Sensus Penduduk
1971 Di Propinsi Jambi (Hasil Sementara).

C.A. Van Peursen. Strategi Kebudayaan.(Yogyakarta: Kanisisus), 1988.

Dwi Narwoko dan Bambang Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan
(Jakarta: Penerbit Kencana), 2004.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Geografi Budaya Dalam Wilayah


Pembangunan Daerah Jambi,1983.

Hartono, dkk. Sejarah Sosial Jambi: Jambi Sebagai Kota Dagang (Jakarta
:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai
Tradisional Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional), 1984.

Hendrosucipto. Antropolog Sosial Budaya Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka


Cipta), 2006.

H.J. Heeren. Transmigrasi Di Indonesia. (Jakarta: Gramedia), 1979

22
Jacobus Ranjabar. Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu Pengantar) (Bogor:
Ghalia Indonesia), 2006.

Koentjaraningrat. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. (Jakarta : Djambatan),


1970.

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya), 2003.

Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Bentang Pustaka), 2005.

Lembaga Adat Propinsi Jambi. Sejarah Adat Jambi: Pokok-Pokok Adat Pucuk
Jambi Sembilan Lurah. (Jambi: LAD), 2001.

Louis Gottschalk. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. Terjemahan


Nugroho Notosusanto. (Jakarta: UI Press), 1975.

Mona Lohanda. Sumber Sejarah Dan Penelitian Sejarah. (Depok: Pusat


Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas
Indonesia), 1998.

Membaca Sejarah Menulis Sejarah. (Yogyakarta: Penerbit


Ombak), 2011.

Piotr Sztompka. Sosiologi Perubahan Sosial.(Jakarta: Prenada Media Grup),


2007.

Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jambi (1989/1990 –


1993/1994), Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jambi.

Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Sejarah Daerah Nusa


Tenggara Timur. (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan),1985.

Rahardjo. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. (Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press), 1999.

Resosudarmo. Geografi Budaya: Pengaruh Migrasi Penduduk Terhadap


Perkembangan Kebudayaan Provinsi Jambi. (Jambi: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan), 1983.

Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.


(Yogyakarta: Penerbit Ombak), 2016.

Team Penyusun Monografi Daerah Jambi. Monografi Daerah Jambi. ( Jakarta:


Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Direktorat Jenderal
Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), 1976.

23
B. Skripsi/Thesis/Jurnal
Rebecca Soraya Leake. Skripsi, Pulau Putri: Migrasi Dan Dampaknya Di Pulau
Bawean. 2016.

Sulvan. Skripsi, Migrasi Orang Kulisusu Ke Desa Roko-Roko Kecamatan


Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan (1956-2015), 2016.

Siti Khotijah. Thesis, Analisis faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten Ke Jakarta, 2008.

Titin Widarti. Skripsi, Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab Di


Kelurahan Condet Balekambang Jakarta Timur. 2010.

Anggraeni Primawati. Faktor Ekonomi Sebagai Alasan Migrasi Internasional Ke


Malaysia. (Jurnal INSANI No. 11/1). Diakses pada Desember 2011.

Cici Sasmi dan Nasri Bachtriar. Analisis Migrasi Internasil Di Sumatera Barat:
Suatu Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Migrasi Masuk Ke
Kota Padang. (Jurnal Universitas Andalas, Padang). Diakses pada Maret
2015.

Emilianus Yakob Sese Tolo. Akumulasi Melalui Perampasan Dan Kemiskinan Di


Flores. (Jurnal Sosiologi, 21 (2):173-204. Diakses pada Desember 2016.

Hans Christian Japutra. Perancangan Buku Ilustrasi Panduan Wisata Alam Wae
Rebo. (Jurnal Ekonomi). Diakses pada Maret 2016.

Ibrahim Saragih dan Djoko Susanto. Petani Tuna Kisma. (Jurnal Penyuluhan Vol.
2, No. 2). Diakses pada September 2016.

Yohanes Orong. Potret Kehidupan Sosial Orang Flores dalam Novel “Ata Mai” .
(Sang Pendatang). (Jurnal SELOKA No.6 (3) Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia). Diakses pada Desember 2017.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015, Analisis Perkembangan Perubahan
Budaya Masyarakat Kota Jambi dan Pengembangan Pola Perekonomian
Masyarakat Berbasis Ekonomi Kreatif. 2015.

24
C. Wawancara
Wawancara bersama Gabriel Atakelan (Ketua Adat Ikatan Keluarga Nusa
Tenggara Timur) di kediamannya pada tanggal 08 Mei 2018 pukul 13.20
WIB.
Wawancara bersama Raden Hasan (Ketua RT Sungai Putri) di kediamannya pada
tanggal 28 April 2017 pukul 14.30 WIB.
Wawancara bersama Florensia (Warga Suku Flores) di kediamannya pada tanggal
03 Maret 2017 pukul 16.30 WIB.
Wawancara bersama Samuel (Warga Suku Flores) di kediamannya pada tanggal
09 Mei 2017 pukul 12.30 WIB.
Wawancara bersama Yohanes (Warga Suku Flores) di Kantor RRI Jambi pada
tanggal 01 Maret 2018 pukul 20.00 WIB.
Wawancara bersama Fransiskus Dasiletong (Warga Suku Flores) di kediamannya
pada tanggal 31 Mei 2018 pukul 11.00 WIB.

25

Anda mungkin juga menyukai