Anda di halaman 1dari 21

Filsafat

pendidikan
Kelompok 12
Maulana(210101040491)
Helda(210101040485)
Pemikiran Filosofis dan
Paradigma Pendidikan abad
ke 21
Konsep

A. Pemikiran Filosofis

Pengertian Pemikiran Filosofis

B. Paradigma Pendidikan
Abad ke 21

Masalah yang dihadapi


pendidikan pada abad 21
A Pemikiran
Filosofis
A. Pemikiran Filosofis
Berpikir filosofis yaitu berpikir untuk memahami hakikat dari
kenyataan dalam rangka menemukan kebenaran sejati
(Poedjawinatna, dalam Tienlioe, 2016:4).
Pada berpikir filosofis, sang pemikir berusaha mendapatkan
jawaban tentang makna di balik sesuatu yang ilmiah dan juga
segala hal yang nyata ada dan mungkin ada namun tidak atau
belum terjangkau kajian ilmiah.
Obyek berfikir filosofis adalah sesuatu dibalik hal-hal yang ada dan
yang mungkin ada yaitu hal-hal yang dapat diamati. Adapun
Kenyataan yang ada namun tidak atau belum dapat dijelaskan
secara ilmah, misalnya hal-hal yang nyata dan diyakini dalam religi,
termasuk agama.
Pada Abad Pertengahan (Middle Ages), Pemikiran filosofis adalah relasi
intensnya dengan pemikiran agama atau teologi. Philosophia ancilla teologiae
(filsafat adalah pelayan teologi) menjadi mantra di abad ini. Para filsuf seperti
Agustinus (354-430), Ibn Sina (980-1037), Ibn Rushd (1126-1198), Maimonides
(1135-1204), Thomas Aquinas (1225-1274), Dun Scotus (1266-1308) mewarnai
abad ini dengan pemikiran filosofis-teologis tentang hakikat kebertuhanan, tentang
keabadian, dan kehendak bebas.
Abad pertengahan bisa dikatakan merupakan awal penting perjumpaan
pemikiran keagamaan terutama antara Islam, Kristen, dan juga Yahudi. Filsafat
Yunani menjadi salah satu orientasi dalam refleksi ketiga agama tersebut.
Abad modern diawali dengan sebuah gerakan yang terjadi di Italia yang
dinamakan Renaisans (Renaissance). Pada awalnya gerakan ini meliputi beberapa
pemikir seperti Petrarch atau Petrarca (1304-1374) dan Boccaccio (1313-1375) yang
menggemakan suara humanisme.
Berkat gerakan ini pemikiran filosofis yang selama ini berada di bawah sistem
Skolastik diberi ruang lebih bebas sehingga menjadi lebih leluasa dalam membaca
filsafat Yunani, Plato, dan Aristoteles tanpa takut terhadap penafsiran Gereja.
Slogan “Beranilah berpikir sendiri” (sapere aude) merupakan modal penting
perkembangan pemikiran menuju Abad Modern.
Perkembangan pemikiran ini semakin mendapat bentuk ketika Francis Bacon
(1561-1626) menjadikan induksi sebagai dasar penyelidikan realitas dan
memandang bahwa induksi dipandang sebagai metode yang lebih baik dibanding
deduksi, yang selama itu dipakai sejak Aristoteles.
Apa yang telah dimulai oleh Bacon kemudian disempurnakan oleh René
Descartes (1596-1650) dengan metode keraguan (“universal methodic doubt”).
Descartes dijuluki Bapak Filsafat Modern karena ia dipandang sebagai yang
meletakkan dasar bagi pemikiran-pemikiran modern. Semboyannya, Cogito ergo
sum (Saya berpikir, maka saya ada), menjadi ajakan untuk berpikir secara serius
dan mendalam.
B
Paradigma
pendidikan
abad ke 21
Abad ke-21 ditandai sebagai abad
keterbukaan atau abad globalisasi, artinya
kehidupan manusia pada abad ke-21
mengalami perubahan-perubahan yang
fundamental yang berbeda dengan tata
kehidupan dalam abad sebelumnya
Abad ke-21 meminta sumber daya manusia
yang berkualitas, yang dihasilkan oleh
lembaga-lembaga yang dikelola secara
profesional sehingga membuahkan hasil
unggulan.
Abad ke-21 sekarang ini, Pendidikan Indonesia
dihadapkan dengan sejumlah tantangan dan peluang,
yang tentunya berbeda dengan zaman-zaman
sebelumnya. Guna mengantisipasi dan menyesuaikan
diri dengan berbagai tuntutan dan dinamika perubahan
yang sedang dan akan terus berlangsung di Abad ke-
21 ini, Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP),
pada tahun 2010 telah berupaya mengkonsepsikan
pendidikan Indonesia untuk abad ke-21, yang
dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul
“PARADIGMA PENDIDIKAN NASIONAL ABAD XXI”.
A. Perubahan paradigma
pembelajaran pada abad
ke-21
1. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa
Guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling
berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi.
2. Dari satu arah menuju interaktif
Harus terdapat interaksi yang cukup antara guru dan
siswa dalam berbagai bentuk komunikasinya. Guru
berusaha membuat kelas semenarik mungkin melalui
berbagai pendekatan interaksi yang dipersiapkan dan
dikelola.
3.Dari isolasi menuju lingkungan jejaring
Sekarang ini siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja
dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh
via internet.
4.Dari pasif menuju aktif-menyelidiki
Sekarang disarankan agar siswa harus lebih aktif dengan cara memberikan
berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.
5.Dari abstrak menuju konteks dunia nyata
Guru harus dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks
kehidupan sehari-hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan.
6.Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim
Artinya model pembelajaran lebih mengedepankan kerjasama antar individu.
7.Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan
Harus dipilih benar-benar ilmu atau materi yang benar-benar relevan untuk ditekuni
dan diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi yang relevan bagi kehidupan
sang siswa yang diberikan).
8.Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru
Seluruh panca indera dan komponen jasmani-rohani harus terlibat aktif
dalam proses pembelajaran.
9.Dari alat tunggal menuju alat multimedia
Guru dapat menggunakan beranekaragam peralatan dan teknologi
pendidikan yang tersedia – baik yang bersifat konvensional maupun moderen.
10.Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif
Harus ada dialog antar guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan
bersama.
11.Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan
Setiap siswa berhak untuk mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan
atau keunikan potensi yang dimilikinya.
12.Dari usaha sadar tunggal menuju jamak
Harus ditonjolkan saat ini justru adanya keberagaman inisiatif yang timbul
dari masing-masing individu.
13.Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak
Konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan
pengetahuan multi disiplin.
14.Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan
Siswa diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan dan
aktivitasnya masing-masing.
15.Dari pemikiran faktual menuju kritis
Pembahasan terhadap berbagai hal yang membutuhkan pemikiran kreatif dan
kritis untuk menyelesaikannya.
16.Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan
Pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan
sesamanya.
B.Paradigma
pendidikan pada
masa COVID 19
Pendidikan era COVID 19
Pendidikan era 21 yang kini terganggu oleh merebaknya virus Covid 19
yang terjadi bukan hanya di Indonesia tapi merebak di seluruh dunia yang
merubah sistem pendidikan.
Adapun dampak penting lain yang dialami pendidikan di Indonesia, yaitu
metode pembelajaran yang secara mendadak harus dilakukan secara jarak
jauh atau melalui moda pembelajaran dalam jaringan(daring). Hal ini
menyebabkan berubahnya paradigma pendidikan yang semula tatap muka
menjadi daring atau PJJ(Pembelajaran Jarak Jauh).
Salah satu efek transformasi mendadak model pembelajaran daring
adalah kesulitan yang dihadapi siswa maupun orang tua dalam mengikuti PJJ.
Jadi secara tidak langsung wabah COVID 19 telah
merubah paradikma pendidikan. Dimana akibat pandemi
sistem pendidikan menjadi sangat terganggu, contohnya
sekolah yang dulunya fokus pada keterampilan akademik
tradisional secara mendadak tiba tiba pindah ke
pembelajaran online dan jika proses pembelajaran daring
tidak optimal maka hasil yang didapat pun tidak akan sesuai
seperti apa yang diharapkan.
KESIMPULAN
Pemikiran filosofis bersifat konseptual yaitu berpikir dalam filsafat tidak hanya
sekedar berpikir, tapi mempunyai konsep secara umum. Berpikir filosofis yaitu berpikir
untuk memahami hakikat dari kenyataan dalam rangka menemukan kebenaran sejati.
Pada Abad Pertengahan (Middle Ages), Pemikiran filosofis adalah relasi intensnya
dengan pemikiran agama atau teologi. Sedangkan, Abad modern diawali dengan
sebuah gerakan yang terjadi di Italia yang dinamakan Renaisans (Renaissance).
Kehidupan manusia pada abad ke-21 terjadinya arus pesat globalisasi yang
mengubah tata kehidupan. Maka pada masa ini perlunya memotivasi dan menginspirasi
bagi peserta didik untuk menempuh pendidikan yang layak.
Tetapi jalan yang ditempuh juga tidaklah mudah pasti ada paradigma pendidikan
yang dapat menghambat pendidikan itu sendiri salah satunya adalah merebaknya
pandemi COVID 19 yang menyebabkan terganggu nya sistem pendidikan.
TERIMAKASIH
Apakah ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai