PROPOSAL
OLEH :
RAISE DELSA
NIM: 17.11.146
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Di era sekarang ini, kematian ibu masih menjadi masalah terbesar didunia
kesehatan. Menurut WHO pada tahun 2017 AKI (Angka Kematian Ibu) angka kematian
ibu di Dunia sebesar 303.000. WHO memperkirakan ada 500.000 kematian ibu
melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyumbang terbesar angka kematian ibu
merupakan negara berkembang dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup,
jika dibandingkan dengan angka kematian ibu (AKI) di negara maju yaitu 14 kematian
ibu per 100.00 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di dunia menurun sekitar 44%
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi,
Indonesia sebagai negara berkembang yang mempunyai AKI lebih tinggi di banding
Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 angka kematian ibu di Indonesia tercatat mengalami
kenaikan yang signifikan yaitu sekitar 359/100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan
dengan hasil Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 AKI sebesar
tren menurun. Data Bank Dunia menyebutkan, rasio AKI di Indonesia sebesar 177
kematian per 100 ribu kelahiran pada 2017. Angka ini turun 35% drastis dibandingkan
dengan
3
tahun 2000 sebanyak 272 kematian per 100 ribu kelahiran. Meski cenderung turun, tapi
belum mencapai target MIllenium Development Goals (MDGs) 2015 sebesar 110
Ibu (AKI) di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2012 masih cukup tinggi
yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah
tahun ketahun, dari jumlah kematian ibu dari kehamilan sampai dengan pasca
puerpurium 7,3% dan sebab lain 13 % termasuk letak sungsang (Dinkes Prov
Kal-Sel, 2014). Sementara itu data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, Propinsi
Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) 80% disebabkan oleh perdarahan (25%),
infeksi sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%),
komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab lain (7%), hipertensi sering tejadi akibat
teralu banyak anak, partus pada usia dini atau usia lanjut, jarak persalinan terlalu
rapat, tinggi badan <150 cm, ukuran panggul yang kecil (Profil Kesehatan Sumatera
Utara, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayang (2016), nyeri yang dirasakan oleh
ibu post partum pada bagian perineum disebabkan oleh luka jahitan pada waktu
melahirkan karena adanya jaringan yang terputus. Respon nyeri pada setiap individu
relatif berbeda. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh pengalaman, persepsi, maupun
4
sosial kultural individu. Setiap ibu nifas memiliki persepsi dan dugaan yang unik
tentang nyeri pada masa nifas, yaitu tentang nyeri dan bagaimana kemampuan
mengatasi nyeri. Nyeri yang dirasakan oleh ibu nifas akan berpengaruh terhadap
mobilisasi yang dilakukan oleh ibu, pola istirahat, pola makan, pola tidur, suasana hati
ibu, kemampuan untuk buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK), aktivitas
sehari-hari, antara lain dalam hal mengurus bayi, mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
sosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat, dan menghambat ketika ibu akan mulai
bekerja (Judha, 2012). Akibat kurangnya kualitas penangan nyeri yang dirasakan oleh
Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas berasal dari perlukaan pada jalan lahir
yang merupakan media yang baik untuk berkembangnya kuman. Hal ini diakibatkan
oleh daya tahan ibu yang rendah setelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan
kebersihan yang kurang terjaga pada perlukaan jalan lahir. Akibat dari perawatan
perineum yang kurang baik mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lochea
penyembuhan luka. Biasanya penyembuhan luka pada robekan perineum ini akan
sembuh bervariasi, ada yang sembuh normal dan ada yang mengalami kelambatan
dalam penyembuhannya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya karakteristik
ibu bersalin, status gizi, kondisi perlukaan dan perawatannya (Maryunani, 2011:145).
pada saat melahirkan, maka penanganan setiap kejadian robekan perineum harus segera
dilakukan secara berkualitas, guna meminimaliris nyeri yang dirasakan oleh ibu dan
5
kemungkinan penyulit lain yang bisa menyertai robekan perineum tersebut. Hal ini
sangat penting karena dapat mempengaruhi penyatuan jaringan. Selain dengan metode
farmakologis, metode non farmakologis juga merupakan salah satu metode untuk
mengurangi rasa nyeri yaitu dengan memberikan kompres dingin pada luka perineum
ibu nifas.
Menurut penelitian yang telah dilakukan Darul Azhar (2018) kompres dingin
merupakan salah satu metode alternatif pengobatan non farmakologi dalam penggunaan
suhu rendah yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Efek fisiologis kompres
dingin antara lain dapat mengurangi rasa nyeri, termasuk nyeri luka perineum, dapat
yang mengalami kerusakan karena kompres dingin terdapat efek anastesi yang dapat
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perlu
luka perineum. Adapun alasan memilih objek studi tersebut dikarenakan masih
tingginya angka kematian ibu (AKI) dan kurangnya kesadaran terhadap perawatan nyeri
luka perineum secara non farmakologis, meskipun penelitian ini sudah sering dilakukan
namun pengaplikasiannya kurang diterapkan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit
Dari uraian tersebut, maka dapat disusun beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
perineum?
perineum?
Tujuan suatu penelitian adalah agar apa yang dilakukan dapat mengarah ke
sasaran dan mendapat hasil yang diharapkan. Secara umum peneliti memiliki tujuan
Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Grandmed Tahun 2021.
Selain memiliki tujuan umum, peneliti juga memiliki tujuan yang bersifat
2. Untuk mengetahui apa aja hal yang harus diperhatikan selama melakukan terapi
kompres dingin.
1. Bagi Pasien, penelitian ini bermanfaat sebagai terapi dalam proses pengurangan
nyeri yang dialami pasien saat merasakan nyeri pada luka perineumnya.
2. Bagi Keluarga Pasien, sabagai bahan edukasi jika pasien telah pulang dari rumah
sakit keluarga dapat mengambil andil untuk melakukan terapi ini sesuai teori yang
telah diajarkan perawat yang merawat pasien selama ini.
3. Bagi Rumah Sakit, sebagai sumbangan pemikiran dan masukan pada perawat dalam
rangka memberi terapi non farmakologis pada pasien sehingga pasien akan
mendapat kenyamanan tanpa harus menggunakan terapi farmakologis dan juga turut
4. Bagi Penulis, penelitian ini digunakan untuk mengamati permasalahan yang ada,
setelah itu penulis mencoba memberi alternatif pemecahannya sesuai dengan teori
yang mendukung.
5. Bagi Akademis, sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan informasi bagi
pihak yang berkepentingan untuk mengkaji masalah yang sama dimasa akan datang.