Anda di halaman 1dari 63

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Hidayat, 2015) .

Berdasarkan laporan World Bank tahun 2017, dalam sehari ada 4 ibu di

Indonesia yang meninggal akibat melahirkan. Dengan kata lain ada 1 ibu di

Indonesia yang meninggal setiap 6 jam. Urutan pertama ditempat oleh Laos

dengan angka kematian 357/100 ribu. Bila dibandingkan dengan tetangga

terdekat, Singapura dan Malaysia, AKI Indonesia masih sangat besar. AKI

Singapura 2015 7/100 ribu dan Malaysia 24/100 ribu (WHO, 2017).

Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan SDGs

(Sustainable Development Goals) 2015–2030 secara resmi menggantikan Tujuan

Pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) 2000–2015. SDGs

berisi seperangkat tujuan transformatif yang  disepakati dan berlaku bagi seluruh

bangsa tanpa terkecuali. SDGs berisi 17 Tujuan, target yang telah ditentukan oleh

SDGs mengenai kematian ibu adalah penurunan AKI sampai tinggal 70 per 100

ribu kelahiran hidup (SDG's, 2016).

1
2

Dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Sumatera Utara Tahun

Anggaran 2014, angka kematian ibu yang melahirkan pada 2014 sebanyak 187

orang dari 228.947 kelahiran hidup. Jumlah penurunan tersebut dapat terlihat dari

perbandingan tahun 2013 yang mengalami 254 kematian ibu melahirkan dari

267.239 kelahiran hidup. Tingkat penurunan tersebut semakin terlihat jika dilihat

dari angka kematian ibu pada tahun 2012 dan 2013 yakni 268 per 100 ribu

kelahiran hidup berdasarkan survei (Depkes Provsu, 2014).

Data angka kematian ibu melahirkan di Sumatera Utara mencapai pada

tahun 2016 berjumlah 239 jiwa. Jumlah Kematian Ibu di Kota Medan (2016)

sebanyak 3 jiwa dari 47.541 kelahiran hidup. Namun bila dikonversi, maka

berdasarkan profil Kabupten/Kota maka AKI Sumatera Utara adalah sebesar

85/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut jauh berbeda dan diperkirakan belum

menggambarkan AKI yang sebenarnya pada populasi, terutama bila dibandingkan

dari hasil Sensus Penduduk 2010. AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000

KH, namun, masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional hasil

SP 2010 yaitu sebesar 259/100.000 KH. Sedangkan berdasarkan hasil Survey AKI

& AKB yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan

FKM-USU tahun 2010 menyebutkan bahwa AKI di Sumatera Utara adalah

sebesar 268 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan estimasi tersebut, maka

angka kematian ibu ini belum mengalami penurunan berarti hingga tahun 2016

(Depkes Provsu, 2016) .

Ibu yang mengalami persalinan pasti mengalami nyeri. Nyeri persalinan

adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
3

kerusakan jaringan yang nyata dan yang potensial. Nyeri merupakan mekanisme

pertahanan tubuh yang timbul, bila ada jaringan rusak dan hal ini akan

menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri

(Sulistyo, 2013 dalam Efritayeni 2017).

Pendamping persalinan merupakan salah satu aspek dalam asuhan sayang

ibu. Asuhan sayang ibu dan bayi adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai

budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu prinsip asuhan sayang ibu

adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama persalinan (Dwi,

2012 dalam Efritayeni 2017) .

Salah satu teknik manajemen nyeri non farmakologis yang dapat

mengurangi nyeri ibu saat persalinan adalah pendampingan dari suami atau

keluarga, karena efek perasaan termasuk kecemasan pada setiap ibu bersalin

berkaitan dengan persepsi orang yang mendukung. Kehadiran seorang

pendamping persalinan memberikan pengaruh pada ibu bersalin karena dapat

membantu ibu saat persalinan serta dapat memberikan perhatian, rasa aman,

nyaman, semangat, menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangan ibu atau

status emosional menjadi lebih baik sehingga dapat mempersingkat proses

persalinan (Umboh, 2015 dalam Efritayeni 2017).

Nyeri pada saat melahirkan memiliki derajat yang paling tinggi diantara

rasa nyeri yang lain, secara medis dikatagorikan bersifat tajam dan panas atau

somaticsharp and burning. Studi pada wanita dalam persalinan kala 1 dengan

memakai McGill Pain Questionare untuk menilai nyeri didapatkan bahwa 60%

primipara melukiskan nyeri akibat kontraksi uterus sangat hebat (intolerable,


4

unbearable, extremely severe), 30% nyeri sedang, 10% nyeri ringan. Pada

multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri sedang, 25% nyeri ringan (Nurhidayati,

2013).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan

memanfaatkan orang terdekat yaitu pendampingan dari suami, karena efek

perasaan nyeri pada setiap ibu bersalin berkaitan dengan persepsi orang yang

mendukung. Kehadiran seorang suami dengan memberikan pendampingan yang

ternyata dapat membuat persalinan menjadi singkat, nyeri berkurang, robekan

jalan lahir jarang serta nilai APGAR pun menjadi lebih baik. Berdasarkan

penelitian Yuliastanti dan Nurhidayati (2013), mengatakan bahwa pendampingan

suami yang diberikan pada ibu selama proses persalinan dilakukan dengan baik

dengan tindakan suami mendampingi ibu secara langsung selama persalinan

dengan bentuk komunikasi verbal dan non verbal seperti memberi dorongan

semangat dengan kata – kata yang menentramkan hati, memijat bagian tubuh ibu

yang sakit, memberikan makanan dan minuman pada ibu saat tidak ada kontraksi,

membantu mengusap keringat memegang tangan ibu saat kontraksi dan

meyakinkan bahwa ibu bisa menjalani persalinan, serta membantu memimpin ibu

agar mengedan dengan benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan. Dimana pada

penelitian ini fokus penilaian rasa nyeri ibu bersalin dimulai pada fase aktif

(Ismawarti, 2015).

WHO telah merekomendasikan bahwa pendamping persalinan adalah atas

pilihan ibu sendiri. Kehadiran seorang pendamping persalinan memberikan

pengaruh pada ibu bersalin karena dapat membantu ibu saat persalinan serta dapat
5

memberikan perhatian, rasa aman, nyaman, semangat, menentramkan hati ibu,

mengurangi ketegangan ibu atau status emosional menjadi lebih baik sehingga

dapat mempersingkat proses persalinan. Namun saat ini partisipasi pria dalam

kesehatan reproduksi masih rendah, masih banyak suami belum mampu

menunjukkan dukungan penuh terhadap proses persalinan, terdapat 68%

persalinan di Indonesia tidak didampingi suami selama proses persalinan. Efek

dari tidak adanya pendampingan suami selama persalinan berdampak kecemasan

pada ibu mengakibatkan kadar kotekolamin yang berlebihan sehingga

menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, kontraksi rahim melemah, turunnya

aliran darah ke plasenta, oksigen yang tersedia untuk janin berkurang serta dapat

meningkatkan lamanya persalinan (Nurhidayati, 2013).

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Wilayah Puskesmas

Gunung Maligas pada tanggal 15 Oktober tahun 2018 terdapat ibu bersalin

berjumlah 290 orang. Dilakukan wawancara oleh peneliti dengan Bidan yang

menyampaikan tidak semua ibu bersalin didampingi suami tetapi didampingi oleh

support system lain. Dimana jumlah ibu primigravida sebanyak 15 orang dan yang

didampingi suami sebanyak 8 orang (53,3%) terjadi pengurangan nyeri ringan dan

5 orang (33,3%) masih mengalami nyeri berat. Sedangkan jumlah ibu

multigravida sebanyak 17 orang dan yang didampingi sebanyak 7 orang (41,2%)

mengalami nyeri ringan, 3 orang (17,6%) nyeri sedang dan 4 orang(23,5%) masih

mengalami nyeri berat. Hasil wawancara yang dilakukan pada salah seorang ibu

bersalin yang didampingi suami mengatakan bahwa adanya seorang suami

disamping ibu yang memberikan perhatian, semangat dan kasih sayang saat
6

merasakan nyeri persalinan dapat mengurangi nyeri yang dirasakan, menunjukkan

nyeri ringan dan secara obyektif ibu dapat berkomunikasi dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan pendamping persalinan dengan intensitas nyeri persalinan di

Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan pendamping persalinan

dengan intensitas nyeri persalinan di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun

2019 ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pendamping persalinan dengan intensitas

nyeri persalinan di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pendamping persalinan di Wilayah Puskesmas Gunung

Maligas tahun 2019.

b. Untuk mengetahui intensitas nyeri persalinan di Wilayah Puskesmas

Gunung Maligas tahun 2019.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi:


7

1.4.1. Bagi Ibu Bersalin

Sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam

memberikan informasi kepada ibu bersalin khususnya tentang pendamping

persalinan dengan intensitas nyeri persalinan.

1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan Bidan

Sebagai informasi dalam upaya peningkatan pengetahuan yang diberikan

oleh petugas kesehatan tentang pendamping persalinan dengan intensitas nyeri

persalinan.

1.4.3. Bagi Institut Medistra Lubuk Pakam

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi perpustakaan tentang

pendamping persalinan dengan intensitas nyeri persalinan.

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi pengembangan ilmu kesehatan tentang hubungan

pendamping persalinan dengan intensitas nyeri persalinan.


88

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendamping Persalinan

2.1.1. Pengertian Pendamping Persalinan

Pendamping adalah perilaku kehadiran seorang atau teman senantiasa

memberikan suatu dukungan fisik maupun psikis secara aktif terus menerus dan

berkesinambungan dalam mengikuti seluruh proses persalinan dari mulai kala I

sampai Kala IV terutama pendampinga suami ketika istri melahirkan (Johariyah,

2015).

Saat ini kehadiran suami dianggap penting pada saat persalinan karena

seorang suami adalah orang terdekat yang menyebabkan kehamilan. Kehadiran

suami akan menambah pengalaman emosi positif pada istri. Ibu-ibu lebih sering

mengatakan, kelahiran bagaikan suatu pengalaman puncak baginya jika saja suami

hadir pada peristiwa itu (Purwoastuti, 2015).

Tujuan utama pendampingan persalinan yaitu untuk memberi dukungan

secara fisik emosional dan psikologi sehingga proses persalinan mempunyai makna

yang positif baik bagi ibu, suami, anak dan keluarga (Purwoastuti, 2015).

Manfaat Pendampingan bagi suami yang siap mental mendampingi istrinya

selama proses persalinan dapat memberikan manfaat antara lain adalah :

a. Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri Suami adalah orang

terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri

selama proses persalinan. Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri


9

memerlukan pegangan, dukungan, dan semangat untuk mengurangi

kecemasan dan ketakutannya.

b. Selalu ada bila dibutuhkan Dengan berada disamping istri, suami siap

membantu apa saja yang dibutuhkan istri.

c. Kedekatan emosi suami-istri bertambah Suami akan melihat sendiri

perjuangan hidup dan mati sang istri saat melahirkan anak sehingga

membuatnya semakin sayang kepada istrinya.

d. Menumbuhkan naluri kebapakan

e. Suami akan lebih menghargai istri Melihat pengorbanan istri saat persalinan

suami akan dapat lebih menghargai istrinya dan menjaga perilakunya.

Karena dia akan mengingat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya

(Sujiatini,2015).

2.1.2. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Johariyah, 2015).

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan

keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi

ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut, pastikan bahwa setiap ibu akan

mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran (Purwoastuti,

2015).
10

Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang

cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu (Purwoastuti,2015).

Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya terjadi pada

usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri) (Sujiatini, 2015).

1.aBentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :

1. Persalinan Spontan

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2. Persalinan Buatan

Bila proses persalinan dengan bantuan dari luar.

3. Persalinan Anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar

dengan jalan rangsangan (Johariyah, 2015).

2.aBeberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat

janin yang dilahirkan:

1. Abortus

a) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di

luar kandungan.

b) Umur kehamilan sebelum 28 minggu.

c) Berat janin kurang dari 100 gram.

2. Persalinan Prematuritas

a) Persalinan pada umur kehamilan 28-36 minggu.


11

b) Berat janin kurang 2.499 gram.

3. Persalinan Aterm

a) Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu.

b) Berat janin ≥2.500 gram.

4. Persalinan Serotinus

a) Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu.

b) Pada janin terdapat tanda serotinus.

5. Persalinan Presipitatus

a) persalinan yang berlangsung cepat kurang lebih 3 jam (Purwoastuti,

2015).

2.1.3. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

Ada dua hormon yang dominan pada saat hamil yaitu:

1. Estrogen

a) Meningkatkan sensitivitas otot rahim.

b) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, rangsangan prostaglandin dan rangsangan mekanik.

2. Progesteron

a) Menurunkan sensitivitas otot rahim.

b) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, rangsangan prostaglandin dan rangsangan mekanik.

c) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Teori tentang penyebab persalinan;

1. Teori Peregangan
12

a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai.

c) Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah

keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

2. Teori Penurunan Progesteron

a) Proses penuaan plasenta mulai umur kehamilan 28 minggu dimana

terjadi penimbulan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu.

b) Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim

menjadi lebih sensitive terhadap oksitosin.

c) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat

penurunan progesterone tertentu.

3. Teori Oksitosin Internal

a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering, terjadi kontraksi

Braxton hicks.

c) Menurunnya konsistensi akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin

dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.

4. Teori Prostaglandin

a) Kontraksi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu, yang

dikeluarkan oleh desidua.


13

b) Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

c) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu persalinan.

5. Teori Hipotalamus, Pituitari dan Glandula Suprarenalis

a) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencephalus sering

terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.

b) Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan

hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.

c) Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan

antara hipotalamus dengan mulainya persalinan.

d) Gradula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan

(Purwoastuti, 2015).

2.1.4. Tahapan Persalinan

1. Kala I

Kala I ini dimulai dari HIS (kontraksi) yang teratur sampai dengan

servik dipenuhi oleh bagian bawah janin.

Diagnosis kala I yaitu:

a) Fase Laten

1) Dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm.

2) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik.

3) Tidak terlalu mules.

b) Fase Aktif

1) Kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit.


14

2) Lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mules.

3) Pembukaan dari 4 cm sampai lengkap (10cm).

4) Terdapat penurunan bagian terbawah janin.

Persiapan kala I:

1) Ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir.

2) Perlengkapan dan obat esensial.

3) Rujukan (bila diperlukan).

4) Asuhan sayang ibu dalam kala I.

5) Upaya pencegahan infeksi yang diperlukan.

Pemantauan kala I:

Frekuensi penilaian dan intervensi dilakukan berdasarkan indikasi

kecuali jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau perubahan kondisi,

penilaian harus dilakukan lebih sering.

Anamnesis/ Wawancara:

1) Identifikasi klien (biodata)

2) Gravida (kehamilan), para (persalinan), abortus (keguguran), jumlah anak

yang hidup.

3) HPHT (Hari Pertama Haid yang Terakhir).

4) Taksiran Persalinan.

5) Riwayat penyakit (sebelum dan selama kehamilan) termasuk alergi.

6) Riwayat persalinan.

Riwayat yang harus diperhatikan:

1) Pernah bedah sesar (section cesaria).

2) Riwayat perdarahan berulang.


15

3) Prematuritas atau tidak cukup bulan.

4) Ketuban pecah dini (ketuban pecah sebelum waktunya).

5) Pewarnaan mekonium cairan ketuban.

6) Infeksi ante atau intrapartum.

7) Hipertensi.

8) Tinggi badan dibawah 140cm (resiko panggul sempit).

9) Adanya gawat janin.

10) Primipara dengan bagian terbawah masih tinggi.

11) Malpresentasi atau malposisi.

12) Tali pusat menumbung.

13) Keadaan umum jelek atau syok.

14) Inersia uteri atau fase laten memanjang.

15) Partus lama.

Periksa abdomen :

1) Tinggi fundus uteri (TFU).

2) Menentukan presentasi dan letak janin.

3) Menentukan penurunan bagian terbawah janin.

4) Memantau denyut jantung janin (DJJ).

5) Menilai kontraksi uterus.

Periksa dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I

persalinan dan selaput ketuban pecah. Beberapa hal yang harus menjadi

perhatian pada pemeriksaan dalam adalah:

1) Tentukan keadaan vulva dan uretra.

2) Nilai kondisi dinding vagina.


16

3) Tentukan konsistensi dan pendataran serviks (termasuk kondisi jalan lahir).

4) Mengukur besarnya pembukaan.

5) Menilai selaput ketuban, warna cairan amnion.

6) Menentukan presentasi dan seberapa jauh bagian terbawah telah melalui

jalan lahir.

7) Menentukan denominator (petunjuk).

Persalinan sesungguhnya yaitu:

1) Serviks menipis dan membuka.

2) Rasa nyeri dengan interval teratur.

3) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek.

4) Waktu dan kontraksi semakin bertambah.

5) Rasa nyeri terasa dibagian dan menyebar kedepan.

6) Berjalan menambah intensitas.

7) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intesitas rasa

nyeri.

8) Lendir darah sering tampak.

9) Ada penurunan bagian kepala.

10) Kepala janin sudah terikasi di PAP di antara kontraksi.

Persalinan semu yaitu:

1) Tidak ada perubahan pada serviks.

2) Rasa nyeri tidak teratur.

3) Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain.

4) Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi.

5) Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan.


17

6) Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalannya waktu.

7) Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas

rasa nyeri (Sujiatini, 2015)

Instrumen untuk memantau kemajuan persalinan, data untuk membuat

keputusan klinik dan dokumentasi asuhan persalinan yang diberikan oleh

seorang penolong persalinan. Partograf dimulai pembukaan 4 cm (fase aktif).

Melalui partograf tersebut akan dapat diketahui apakah proses persalinan

berlangsung secara wajar atau tidak wajar sehinga perlu penatalaksanaan yang

segera. Melalui partograf pula, persalinan lama (protracted labor) atau

persalinan macet (obstructed labor) dapat diketahui lebih awal sehingga

komplikasi persalinan lebih lanjut dapat dicegah (Johariyah, 2015).

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Adapun tujuan utama dari

penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan

persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam,

mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian

dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. Data

pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik

kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,

pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan tindakan

yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau

rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir (Johariyah, 2015).

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, pertograf akan membantu

penolong persalinan untuk:


18

a. Mencatat kemajuan persalinan.

b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini

penyulit persalinan.

e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dan tepat waktu (Johariyah, 2015).

2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan

kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger (penumpang,

yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan),

psychologic respons (respon psikologis) dan penolong (Johariyah, 2015).

1) Passanger (Penumpang)

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat

interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan

posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta

dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta

jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

2) Passageway (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi

panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
19

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu

ukuran dan bentuk panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai.

3) Power (Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi

otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang

diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan

sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.

4) Psychologic Respons (Psikologis)

Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan

positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping.

Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau

menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan.

Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon

katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah

plasenta.

Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan

psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi

sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

5) Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani

komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.Dalam hal ini proses

tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi

proses persalinan (Johariyah, 2015).


20

3.aTanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala

pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai

berikut :

a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki

pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak

begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul

menjelang persalinan.

b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.

c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah

bisa bercampur darah (bloody show) (Johariyah, 2015).

4. Tanda Inpartu

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan

kecil pada serviks.

c. Dapat disertai ketuban pecah.

d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks

(Purwoastuti, 2015).
21

5.aTahap-tahap Persalinan

Tahap-tahap persalinan dibagi menjadi empat yaitu:

1) Kala I

Kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang teratur dan

meningkat (frekueni, intensitas dan durasi) hingga servik menipis dan membuka

lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari atas dua fase, yaitu fase inisial (laten) dan fase

aktif.

Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan fase

aktif dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm. face

aktif dibagi dalam tiga fase lagi, yakni:

a. Fase akselerasi yaitu pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu 2 jam.

b. Fase dilatasi maksimal yaitu pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu

2 jam.

c. Fase deselerasi yaitu pembukaan lambat kembali, dari pembukaan 9 cm

sampai pembukaan lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam.

Fase fase tersebut dijumpai pada primigravida, sedangkan dalam

multigravida juga terjadi fase tersebut, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase

deselerasi lebih pendek.

2) Kala II

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala

pengeluaran bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam

pada multi.
22

3) Kala III

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Tahap ini berlangsung tidak lebih dari 30

menit.

Karakteristik pelepasan plasenta ditandai dengan uterus bulat dan keras,

tiba-tiba darah keluar dan tali pusat memanjang.

4) Kala IV

Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam pertama post partum. Tahap ini disebut juga dengan tahap pemulihan. Hal

yang perlu dievaluasi dalam kala IV yaitu tanda-tanda vital, kontraksi uterus,

perdarahan pervaginam dan kondisi vesika urinaria (Purwoastuti, 2015)

2.2. Intensitas Nyeri Persalinan

2.2.1. Pengertian Intensitas Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan merupakan rasa sakit yang ditimbulkan saat persalinan

yang berlangsung dimulai dari kala I persalinan, rasa sakit terjadi karena adanya

aktifitas besar di dalam tubuh ibu guna mengeluarkan bayi, semua ini terasa

menyakitkan bagi ibu. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah perut,

mungkin juga menyebar ke kaki, rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu

mencapai puncak, kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk

mendorong bayi keluar dari dalam rahim ibu. (Danuatmaja, 2004, dalam Adriana,

2012)

Menurut Judha dkk (2012) rasa nyeri dalam persalinan adalah


23

manifestasi dari adanya kontraksi otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan

rasa sakit pada pinggang darah perut dan menjalar kea rah paha. Kontraksi ini

menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (servik).

2.2.2. Penyebab Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan kala-satu adalah akibat dilatasi seviks dan sagmen uterus

bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan

ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah :

a. Berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi

lebih hebat jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan

oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih).

b. Meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran).

c. Tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina.

d. Ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi

panggul selama kontraksi dan turunnya bayi.

e. Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus.

f. Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina.

g. Ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya

hormon stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lain-lain)

yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat

(Maryunani, 2015).

2.2.3. Fisiologi Nyeri Persalinan

Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot

uterus, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim (penurunan


24

aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri

miometrium. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah

nyeri viseral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbar

punggung dan menurun ke paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi

saja dan hilang pada saat relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi

sobek dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks,

vagina dan jaringan perineum. Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan

refleks fisik. Nyeri persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti

pada sistem saraf simpatis yang dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan

darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap juga berubah meliputi

peningkatan kecemasan, mengerang, menangis, gerakan tangan (yang

menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di seluruh tubuh

(Maryunani, 2015).

2.2.4. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain:

a. Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang

setelah penyembuhan.

b. Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun

proses penyembuhan sudah selesai (Maryunani, 2015).

2.2.5. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri mengacu pada tingkat keparahan sensasi nyeri itu sendiri

untuk menentukan tingkat nyeri, klien dapat diminta untuk membuat tingkatan
25

nyeri pada skala verbal tidak ada nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri hebat,

nyeri sangat hebat, nyeri paling hebat. Skala deskriptif merupakan alat

pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal

(Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga

sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak

tertahankan. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata dengan menggunakan skala 1-

10. Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus

yang mewakili intensitas nyeri. Skala nyeri yang digunakan yaitu :

a. Deskriptif

Tidak Nyeri Nyeri sedang Nyeri ringan Nyeri hebat Nyeri sangat hebat

b. Numerik (0-10)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri

Nyeri ringan sedang berat sangat hebat

c. Skala Analog visual (VAS)


26

Gambar 2.2.5. Skala Nyeri Wong

Menurut Wong dan Baker (1998), pengukuran skala nyeri menggunakan

Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang

tersenyum untuk “tidak ada nyeri” kemudian secara bertahap meningkat menjadi

wajah yang sangat ketakutan “nyeri yang sangat”, klasifikasinya sebagai berikut :

skala 0 (tidak sakit) ekspresi wajahnya klien masih dapat tersenyum, skala 2

(sedikit sakit) ekspresi wajahnya kurang bahagia, skala 4 (lebih sakit) ekspresi

wajahnya meringis, skala 6 (lebih sakit lagi) ekpresi wajahnya sedih, skala 8 (jauh

lebih sakit) ekspresi wajahnya sangat ketakutan, skala 10 (benar-benar sakit)

ekspresi wajahnya sangat ketakutan dan sampai menangis (Maryunani, 2015).

2.2.6. Intervensi Nyeri

Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat bervariasi

tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan selama persalinan untuk mengurangi rasa

nyeri selama proses persalinan. Cara untuk mengurangi rasa sakit ini ialah :

mengurangi sakit langsung dari sumbernya, memberikan ransangan alternatif

yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan fisik ibu terhadap

rasa sakit. Pendekatan pengurangan rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan

pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis (Maryunani, 2015).

Manajemen secara farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan

sedangkan nonfarmakogis tanpa obat-obatan. Cara farmakologis adalah dengan


27

pemberian obat-obatan analgesia yang bisa disuntikan melalui infus intravena

yaitu saraf yang mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih

menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat

menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat

yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak

langsung (Maryunani, 2015).

Manajemen secara nonfarmakologis sangat penting karena tidak

membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika

diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek

obat. Banyak teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri selama kala I

meliputi, relaksasi, akupresur, kompres dingin atau hangat, terapi musik,

hidroterapi dan masase (Mander, 2005 dalam Adriana 2012)

2.2.7. Persalinan kala I

Proses pembukaan serviks pada wanita yang hamil untuk pertama kalinya

terdiri dari 2 fase,yaitu : fase laten berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3

cm,his masih lemah dengan frekwensi jarang,fase aktif terdiri dari fase akselerasi (2

jam dengan pembukaan 2-3 cm),fase dilatasi (maks 2 jam dengan pembukaan 4-9

cm),fase deselerasi (2 jam pembukaan > 9 cm sampai pembukaan lengkap).His tiap

3-4 menit selama 45 detik.

Kala 1 persalinan dibagi menjadi fase laten,fase aktif dan fase transisi

(peralihan), yaitu:

a. Fase Laten, pembukaan dari 0 sampai 3-4 cm,yang berlangsung sekitar 8

jam.
28

Fase laten dimulai dengan kontraksi teratur, yang umumnya masih lemah

dan jarang.Ibu masih merasa mampu berkoping dengan rasa ketidak

nyamanan / nyerinya. Ibu mulai menyadari bahwa persalinannya akhirnya

telah mulai dan kehamilannya akan berakhir. Meskipun ibu tampak

cemas,ibu mampu mengenali dan mengungkapkan perasaan kecemasannya

tersebut. Ibu sering kali masih bisa berbicara dan tersenyum serta mau

berbicara dengan dirinya sendiri dan menjawab pertanyaan. Rasa

kegembiraannya tinggi dan pendamping serta keluarganya seringkali

membesarkan hatinya.

Kontraksi uterus menjadi mulai jelas selama fase laten ini disertai

peningkatan frekwensi,durasi dan intensitasnya.

Kontraksi dimulai dari kontraksi lemah / ringan yang berlangsung 15-20

detik dengan frekwensi 10-20 menit dan mengalami kemajuan menjadi

kontraksi sedang yang berlangsung 30-40 detik dengan frekwensi 5-7

menit.Dengan serviks uteri mulai meregang dan juga mengalami

pendataran/ penipisan serviks, janin mulai turun meskipun sedikit.Bagi

primi kala 1 berlangsung 8 jam tidak lebih dari 20 jam,sedangkan pada

multi 5 jam tidak lebih dari 14 jam.

b. Fase Aktif, pembukaan dari 3 – 4 cm sampai 9 atau 10 cm, yang

berlangsung sekitar 6 jam. Fase Aktif sendiri terbagi menjadi :

1) Fase akselerasi (sekitar 2 jam),pembukaan 3 cm sampai 4 cm

2) Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam),pembukaan 4 cm – 9 cm


29

3) Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap

(sebagai catatan : Fase ini seringkali dibagi terpisah yang disebut fase

transisi / peralihan.

Ketika ibu memasuki aktif, kecemasan ibu cenderung meningkat seiring

dengan ibu merasakan kontraksi dan nyeri yang semakin hebat. Ibu mulai

takut kehilangan kendali dan menggunakan berbagai macam mekanisme

koping. Beberapa ibu menunjukkan penurunan kemampuannya untuk

berkoping dan rasa tidak berdaya. Ibu – ibu yang memiliki ditemani

pendamping dan keluarga yang mendukung bisa memiliki pengalaman yang

lebih memuaskan dan berkurang rasa cemasnya daripada ibu – ibu yang

tanpa didampingi pendamping atau keluarga.

Fase ini berlangsung lebih singkat daripada fase laten. Kegiatan uterus mulai

aktif. Banyak kemajuan terjadi dalam waktu yang singkat. Kontraksi

semakin lama (berlangsung 40 – 60 detik), kuat dan sering (3 -4 cm sampai

9 cm. Pada primipara pembukaan serviks sekitar 1- 2cm / jam, pada multi

para sekitar 1 cm / jam.

c. Fase Transisi ( peralihan ), pembukaan dari 9 sampai lengkap.

Fae ini merupakan fase terakhir pada Kala 1 persalinan. Fase ini merupakan

fase yang paling melelahkan dan berat. Ketika ibu memasuki fase ini ibu

merasakan sakit / nyeri yang hebat. Ibu merasa seolah – olah kontraksi tidak

berhenti. Ibu menjadi gelisah dan sering merubah posisi. Ibu mungkin

menjadi takut ditinggal sendiri pada waktu pendampingnya beristirahat.

Petugas kesehatan seharusnya menenangkan ibu bahwa ibu tidak akan


30

ditinggal sendirian. Saat inilah merupakan hal yang paling penting bagi

petugas kesehatan siap sedia sebagai pendukung yang menenangkan dan

mengupayakan ibu tetap mendapatkan informasi tentang dimana orang yang

mendampinginya, jika ibu ditinggal diruangan sendirian. Selama fase aktif

dan transisi, kontraksi menjadi lebih sering dan lebih lama durasinya dan

meningkat intensitasnya. Pada akhir fase aktif, kontraksi menjadi kuat,

frekwensinya menjadi sampai 2-3 menit sekali selama 60 detik dan

intensitasnya kuat. Selama fase transisi kontraksinya menjadi berfrekwensi

setiap 2 menit sekali, lamanya 60 – 90 detik dan intensitasnya sangat kuat.

Pembukaan serviks menjadi lambat begitu memasuki pembukaan 8 – 10 cm

dan kecepatan penurunan janin meningkat secara drastis. Fase transisi ini

biasanya berlangsung cepat, dimana pada primipara berlangsung tidak lebih

dari 3 jam dan pada multipara berlangsung tidak lebih dari 1 jam.

Dengan pembukaan mendekati 10 cm, terdapat tekanan kuat pada rektum,

yang membuat ibu ingin mengejan, peningkatan jumlah pengeluaran lendir

bercampur darah, dan terjadi pecah ketuban (jika belum pecah sebelumnya).

Dengan adanya puncak kontraksi yang sangat kuat, ibu mungkin mengalami

adanya sensasi tekanan yang sangat kuat sehingga ia merasakan bahwa

perutnya seakan – akan mau meledak. Petugas kesehatan seharusnya

menjelaskan bahwa perasaan seperti itu adalah perasaan yang normal.

Kebanyakan kecemasan yang dialami oleh ibu berfokus pada ketakutan

yang ia rasakan ada sesuatu yang salah. Ibu meragukan kemampuannya

untuk berkoping dengan persalinan sehingga ibu menjadi sangat khawatir,


31

perasa dan menarik diri. Ibu mungkin takut ditinggal sendirian, meskipun ia

tidak menginginkan seseorang berbicara atau menyentuhnya. Namun

dengan kontraksi selanjutnya, ibu mungkin meminta dukungan verbal dan

fisik (Maryunani, 2015).

2.2.8. Asuhan Persalinan Kala 1

Memberikan Asuhan Persalinan pada kala 1

1) Perubahan Fisiologis pada kala 1

a. Tekanan darah meningkat, sistolik rata – rata naik 10 – 20 mmHg,

diastolik 5 – 10 mmHg, antara kontraksi tekanan darah normal. Rasa

sakit, cemas dapat meningkatkan tekanan darah.

b. Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara

berangsur disebabkan oleh kecemasan. Peningkatan ini ditandai adanya

peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan dan cairan yang hilang.

c. Suhu tubuh

Suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5 – 1ºC) karena

peningkatan metabolisme terutama selama dan segera setelah persalinan.

d. Detak jantung

Akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan

peningkatan metabolisme. Sedangkan antara kontraksi detak jantung

mengalami peningkatan sedikit dibanding sebelum persalinan.

e. Pernafasan

Terjadi peningkatan laju pernafasan berhubungan dengan peningkatan

metabolisme.
32

f. Perubahan pada ginjal

Poliuria (jumlah urin lebih dari normal) sering terjadi selama persalinan.

g. Perubahan Gastrointestinal ( GI )

Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial

berkurang banyak selama persalinan, pengeluaran getah lambung

berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan hampir berhenti dan

pengosongan lambung menjadi lambat, cairan tidak berpengaruh dan

meninggalkan perut dalam tempo yang biasa, mual muntah sering terjadi

sampai akhir kala 1.

h. Haemoglobin meningkat sampai 1,2 gram / 100 ml selama persalinan

dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah

pasca persalinan kecuali pada perdarahan post partum.

2) Perubahan Psikologis pada Kala 1

Perubahan psikologis pada kala 1 dipengaruhi oleh :

a. Pengalaman sebelumnya

b. Kesiapan emosi

c. Persiapan menghadapi persalinan ( fisik, mental, materi )

d. Support sistem

e. Lingkungan

f. Mekanisme koping

g. Kultur

h. Sikap terhadap kehamilan.

1. Masalah psikologis yang mugkin terjadi :


33

a. Kecemasan menghadapi persalinan

Intervensinya : kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap

lingkungan, pantau tanda vital, ajarkan tehnik-tehnik relaksasi,

pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.

b. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan

Intervensinya : Kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses

persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed

consent.

c. Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala 1 fase aktif )

Intervensinya : berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami)

untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung.

2. Pengurangan rasa sakit

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik, emosional dan

psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses

persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses

persalinan normal.

Menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan

dengan cara :

1. Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan

( suami dan orang tua )

2. Pengaturan posisi : duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok

atau berdiri, berbaring miring ke kiri

3. Relaksasi dan pernafasan


34

4. Istirahat dan privasi

5. Penjelasan mengenai proses / kemajuan / prosedur yang akan dilakukan

6. Asuhan diri

7. Sentuhan.

Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit :

1. Kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman,

dan dorongan dari orang yang memberikan suport

2. Perubahan posisi dan pergerakan

3. Sentuhan dan massase

4. Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen

5. Pijatan ganda pada pinggul

6. Penekanan pada lutut

7. Kompres hangat dan kompres dingin

8. Berendam

9. Visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)

10. Musik yang lembut dan menyehatkan ibu

11. Terapi aroma (pilihan aroma yang tepat bisa membantu meredakan

ketegangan dan membuat anda merasa nyaman)

12. Hipnoterapi (pada bulan terakhir kehamilan cobalah berlatih hipnoterapi

dengan bantuan tenaga ahli, bisa digunakan pada saat persalinan untuk

mengontrol rasa nyeri lewat sugesti positif yang anda tanam dalam fikiran).

2.2.9. Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan keluarga


35

1) Mengatur aktifitas dan posisi ibu

Mengatur aktivitas dan posisi ibu bisa dilakukan sambil menunggu

pembukaan lengkap. Ibu masih dapat diperbolehkan melakukan aktivitas,

namun harus sesuai dengan kesanggupan ibu agar ibu tidak merasa jenuh dan

rasa kecemasan yang dihadapi ibu saat menjelang persalinan dapat berkurang.

Ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman selama persalinan dan

kelahiran. Peran suami disini adalah untuk membantu ibu berganti posisi yang

nyaman agar ibu merasa ada orang yang menemani disaat proses menjelang

persalinan. Ibu diperbolehkan berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring

miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok

dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering kali mempersingkat waktu

persalinan. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan disarankan agar membantu

ibu untuk sesering mungkin berganti posisi selama persalinan.

2) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his

His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-

tanda persalinan yang mempunyai sifat intermitten, terasa sakit, terkoordinasi,

dan simetris serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis.

Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka ibu disarankan menarik nafas

panjang dan kemudian anjurkan ibu untuk menahan nafas sebentar, kemudian

dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his.

3) Menjaga kebersihan ibu

A. Saat persalinan akan berlangsung,anjurkan ibu untuk mengosongkan

kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling
36

sedikit tiap 2 jam atau lebih jika ibu terasa ingin berkemih. Selain itu tenaga

kesehatan perlu memeriksa kandung kemih pada saat memeriksa denyut jantung

janin ( palpasi ) tepat diatas simpisis pubis untuk mengetahui apakah kandung

kemih penuh atau tidak. Jika ibu tidak dapat berkemih di kamar mandi maka

ibu dapat diberikan penampung urin.

Disaat persalinan berlangsung, tenaga kesehatan tidak dianjurkan untuk

melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin. Sebab hanya dilakukan

pada kandung kemih yang penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri.

Kateterisasi ini akan menimbulkan beberapa masalah seperti rasa sakit, resiko

infeksi dan perlukaan melalui kemih ibu.

B. Buang Air Besar

Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. Jika ibu ingin merasakan BAB saat

fase aktif harus diperhatikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh

tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB

dikamar mandi. Tindakan klisma tidak dianjurkan secara rutin karena dapat

meningkatkan jumlah feses yang keluar pada kala 2 dan dapat meningkatkan

resiko infeksi.

C. Mencegah Infeksi

Menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk mewujudkan

kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. Kepatuhan dalam

menjalankan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik juga akan

melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi.

Anjurkan ibu untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih


37

sebelum persalinan. Anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir. Gunakan alat-

alat steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan sarung tangan pada saat diperlukan

dalam melakukan pertolongan persalinan.

4) Pemberian cairan dan nutrisi

Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk

mendapat asupan ( makanan ringan dan minum air ) selama persalinan dan kelahiran

bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin mengkonsumsi cairan. Maka bidan

menganjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu minum sesering mungkin

dan makan makanan ringan selama persalinan, karena makanan ringan dan cairan

cukup selama persalinan berlangsung, akan memberikan lebih banyak energi dan

mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini bila terjadi akan memperlambat kontraksi menjadi

tidak teratur.

2.3. Kerangka Teori

Respon Nyeri:
1. Respon Fisiologis
2. Respon Psikologis
38

Adaptasi

Tingkat Nyeri
1. Tidak Sakit (0) Menghadapi
Nyeri Persalinan
2. Sedikit Sakit (2)
3. Agak
Mengganggu
(4) Faktor-faktor yang
4. Mengganggu mempengaruhi nyeri:
Aktivitas (6) a. Faktor Predisposin
5. Sangat - Peristiwa
Mengganggu traumatik
(8) - Konflik
6. Tak emosional
- Konsep diri
- Pola mekanisme
Usia
koping
Paritas
b. Faktor Presipitasi
Pengetahuan
- Sumber internal
Pendampingan
- Ancaman
Suami
terhadap harga
Pendampingan
diri
Keluarga
- Sumber eksternal
(pendampingan
suami dan
keluarga

Gambar 2.3. Kerangka Teori

Teori Anderson dalam Notoadmodjo (2012)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian


39

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep penelitian yang

mencakup semua variabel penelitian untuk lebih jelasnya sebagai berikut :

Independen Dependen

Pendamping Persalinan Intensitas Nyeri Persalinan

Gambar 2.4. Kerangka Konsep

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan tentative (sementara) mengenai kemungkinan hasil

dari suatu kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis merupakan jawaban

yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

Berdasarkan tujuan penelitian, maka di kemukakan hipotesis penelitian

sebagai berikut : Ada hubungan pendamping persalinan dengan intensitas nyeri

persalinan di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019.

40

BAB 3
40

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik adalah penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Dengan desain

cross sectional yaitu sampel diambil dari populasi, kemudian dilakukan

perhitungan faktor penyebab dan faktor akibat dilakukan bersamaan.

Penelitian ini bertujuan yaitu untuk mengetahui Hubungan pendamping

persalinan dengan intensitas nyeri persalinan di Wilayah Puskesmas Gunung

Maligas tahun 2019.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun

2019.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018 s/d April 2019.

Tabel 3.2.2
Rencana Waktu Penelitian
41

Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret 2019 April 2019

No Kegiatan 2018 2018 2018 2019 2019

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

2 Bimbingan

3 Pra Riset

4 Bimbingan

proposal

(BAB 1,2,3)

5 Persentase

dan Seminar

proposal

6 Perbaikan

proposal

7 Pengumpulan

data

8 Analisa data

9 Sidang

skripsi

10 Perbaikan

dan

pengumpulan
42

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai tes benda-

benda ataupun peristiwa.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Wilayah

Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019 di bulan Oktober 2018 berjumlah 32

orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi. Tehnik pengambilan sampel yaitu tehnik accidental sampling

merupakan tehnik penentuan sampel secara kebetulan secara adanya.

Sampel dimbil di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas sehingga jumlah

sampel yang berjumlah 32 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari pihak pertama. Pada penelitian

ini menggunakan data primer yang dilakukan pada saat membagikan lembar

kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, dukungan suami dan dukungan tenaga

kesehatan.

3.4.2. Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil dokumentasi oleh

pihak lain, misalnya rekam medik, rekapitulasi nilai, data kunjungan pasien, dan

lain-lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data rekam medik ibu
43

bersalin. Serta peneliti mengisi langsung lembar observasi pendamping persalinan

dan skala nyeri selama proses persalinan.

3.4.3. Data Tertier


Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah

dipublikasikan, misalnya WHO, SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia),

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil ukur Skala Ukur


Operasional
Independen

1 Pendamping Pendamping Lembar Tidak Didampingi Nominal


Persalinan Persalinan adalah observasi (0)
seseorang yang pendamping Keluarga lain (1)
diharapkan persalinan Ibu (2)
mendampingi istri saat Suami (3)
melahirkan yaitu
suami dan keluarga.

Dependen

2 Intensitas Intensitas Nyeri Skala Analog Tidak Sakit (0) Ordinal


Nyeri Persalinan adalah Visual Sedikit Sakit (2)
Persalinan durasi atau lamanya Agak Mengganggu
rasa sakit atau nyeri (4)
yang dialami ibu Mengganggu
selama proses Aktivitas (6)
persalinan. Sangat Mengganggu
(8)
Tak Tertahankan
(10)
44

3.6.aPengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Proses Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.

b. Proses Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikan hasil yang valid dan reliabel ; dan terhindar dari bias.

c. Proses Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti,misalnya nama responden dirubah menjadi 1,2,3,......,42.

d. Proses Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

komputer yang digunakan untuk “entry data” penelitiyaitu program SPSS for

Windows.

e. Proses Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.

3.7. Metode Analisa Data

Setelah data dikumpul, diolah dengan menggunakan program statistik

dengan tahap sebagai berikut:


45

3.7.1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya.

3.7.2. Analisa Bivariat

Analisa ini memiliki tujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependent. Maka disini menggunakan uji korelasi

sederhana dengan metode uji chi square, dengan derajat kepercayaan 95%. Yang

artinya : apabila p value ≤ 0,05 maka ada hubungan pendamping persalinan

dengan intensitas nyeri persalinan di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas Tahun

2019
46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

WilayahPuskesmas Gunung Malinggas berbatas dengan:

- Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bandar Huluan.

- Di sebelahTimur berbatasan dengan Kecamatan Gunung Malela.


76
- Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siantar.

- Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kota

Pematangsiantar.

Berdasarkan data kependudukan bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Gunung Malinggas 2018 sebesar 28.343 jiwa dan 7.018 KK.

4.1.2. Visi dan Misi Puskesmas Gunung Maligas

Visi Puskesmas Gunung Maligas

“Terwujudnya masyarakat hidup sehat dan mandiri di Wilayah

Kecamatan Maligas di tahun 2021.”

Moto Puskesmas Gunung Maligas

“CAKAP”

1. Cepat dalam mengambil tindakan.

2. Akurat dalam memberikan pelayanan.

3. Komunikatif dalam memberikan informasi.

4. Aman dalam bertindak dan memberikan rasa aman pada pasien.


47

5. Peduli terhadap sesama.

Janji Puskesmas Gunung Maligas

“Memberikan pelayanan yang berkualitas tanpa membedakan staus sosial,

ekonomi, agama dan budaya. Melayani masyarakat dengan CAKAP sesuai

dengan nilai organisasi Puskesmas.”

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden digunakan untuk mengetahui keragaman dari

responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Hal tersebut

diharapkan dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenal kondisi dari

responden dan kaitannya dengan masalah dan tujuan dari penelitian tersebut:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan,


Pekerjaan, dan Paritas di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas
tahun 2019.
Umur f Persentase (%)
20-35 Tahun 17 53,12
>35 Tahun 15 46,88
Total 32 100
Pendidikan f Persentase (%)
Sekolah Dasar 1 3,12
Sekolah Menengah Pertama 16 50
Sekolah Menengah Atas 12 37,5
Perguruan Tinggi 3 9,38
Total 32 100
Pekerjaan f Persentase (%)
IRT 21 65,63
PNS 5 15,62
Pegawai Swasta 6 18,75
Total 32 100
Paritas f Persentase (%)
Primipara (1) 21 65,62
Multipara (2-4) 11 34,38
Total 32 100
48

Berdasarkan Tabel 4.1. Karakteristik berdasarkan Umur dari responden 32

(100%) ibu bersalin, menunjukkan bahwa responden dengan Umur 20-35 tahun

sebanyak 17 orang (53,12%), Umur >35 sebanyak 15 orang (46,88%).

Berdasarkan pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 1 orang (3,12%), Sekolah

Menengah Pertama sebanyak 16 orang (50%), Sekolah Menengah Atas sebanyak

12 orang (37,5%), Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang (9,38%). Berdasarkan

pekerjaan IRT sebanyak 21 orang (65,63%), pekerjaan PNS sebanyak 5 orang

(15,62%), pekerjaan Pegawai Swasta sebanyak 6 orang (18,75%). Berdasarkan

Primipara (1) sebanyak 21 orang (65,62%), Multipara sebanyak 11 orang

(34,38%).

4.2.2. Analisa Univariat

1. Pendamping Persalinan

Tabel 4.2. Distribusi Berdasarkan Pendamping Persalinan di Wilayah Puskesmas


Gunung Maligas tahun 2019
Pendamping Persalinan f Persentase (%)
Tidak Didampingi 0 0
Keluarga Lain 11 34,4
Ibu 10 31,2
Suami 11 34,4
32 100

Berdasarkan Tabel 4.3. pendamping persalinan dari responden 32 (100%)

ibu bersalin, menunjukkan bahwa responden dengan tidak didampingi sebanyak 0

orang (0%), keluarga lain sebanyak 11 orang (34,4%), ibu sebanyak 10 orang

(31,2%), dan suami sebanyak 11 orang (34,4%).


49

2. Intensitas Nyeri Persalinan

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Persalinan di


Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019
Intensitas Nyeri Persalinan f Persentase (%)
Tidak Sakit 0 0
Sedikit Sakit 10 31,2
Agak Mengganggu 7 21,9
Mengganggu Aktifitas 12 37,5
Sangat Mengganggu 3 9,4
Tak Tertahankan 0 0
32 100

Berdasarkan Tabel 4.4. intensitas nyeri persalinan dari responden 32

(100%) ibu bersalin, menunjukkan bahwa responden dengan tidak sakit sebanyak

0 orang (0%), sedikit sakit sebanyak 10 orang (31,2%), agak mengganggu

sebanyak 7 orang (21,9%), mengganggu aktifitas sebanyak 12 orang (37,5%),

sangat mengganggu sebanyak 3 orang (9,4%) dan tak tertahankan sebanyak 0

orang (0%).

4.2.3. Analisis Bivariat

Secara analisis deskriptif hasil bivariat di masukkan ke dalam tabulasi

silang dan secara analisa statistik menggunakan uji Chi-square, untuk

menganalisis pengaruh antar variabel dependen dan independen, dengan hasil

sebagai berikut:
50

Tabel 4.4. Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Intensitas Nyeri


Persalinan di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019

Pendamping Persalinan
Intensitas
Tidak Ibu P-
No Nyeri Keluarga Suami Jumlah
Didampingi Value
Persalinan
f % f % f % f %
1 Tidak Sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sedikit Sakit 0 0 1 3,1 0 0 9 28,1 10 31,2 0,000
3 Agak 0 0 4 12,5 0
3 9,4 0 7 21,9
Mengganggu
4 Mengganggu 0 0 6 18,8 0
6 18,8 0 12 37,5
Aktifitas
5 Sangat 0 0 0 0 2
1 3,1 6,2 3 9,4
Mengganggu
6 Tidak 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
Tertahankan
Jumlah 0 0 11 34,4 10 31,2 11 34,4 32 100

Berdasarkan tabel 4.4. dapat di ketahui bahwa distribusi frekuensi

pendamping persalinan dari responden 32 (100%) ibu bersalin, menunjukkan

bahwa responden dengan tidak didampingi sebanyak 0 orang (0%), keluarga lain

sebanyak 11 orang (34,4%), ibu sebanyak 10 orang (31,2%), dan suami sebanyak

11 orang (34,4%). Intensitas nyeri persalinan dari responden 32 (100%) ibu

bersalin, menunjukkan bahwa responden dengan tidak sakit sebanyak 0 orang

(0%), sedikit sakit sebanyak 10 orang (31,2%), agak mengganggu sebanyak 7

orang (21,9%), mengganggu aktifitas sebanyak 12 orang (37,5%), sangat

mengganggu sebanyak 3 orang (9,4%) dan tak tertahankan sebanyak 0 orang

(0%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila pValue= 0,000<0,05,

artinya ada Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Intensitas Nyeri Persalinan

di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019.


51

BAB V

PEMBAHASAN

Distribusi frekuensi pendamping persalinan dari responden 32 (100%) ibu

bersalin, menunjukkan bahwa responden dengan tidak didampingi sebanyak 0

orang (0%), keluarga lain sebanyak 11 orang (34,4%), ibu sebanyak 10 orang

(31,2%), dan suami sebanyak 11 orang (34,4%). Intensitas nyeri persalinan dari

responden 32 (100%) ibu bersalin, menunjukkan bahwa responden dengan tidak

sakit sebanyak 0 orang (0%), sedikit sakit sebanyak 10 orang (31,2%), agak

mengganggu sebanyak 7 orang (21,9%), mengganggu aktifitas sebanyak 12 orang

(37,5%), sangat mengganggu sebanyak 3 orang (9,4%) dan tak tertahankan

sebanyak 0 orang (0%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila pValue= 0,000<0,05,

artinya ada Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Intensitas Nyeri Persalinan

di Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Hidayat, 2015) .

Ibu yang mengalami persalinan pasti mengalami nyeri. Nyeri persalinan

adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari

kerusakan jaringan yang nyata dan yang potensial. Nyeri merupakan mekanisme
52

pertahanan tubuh yang timbul, bila ada jaringan rusak dan hal ini akan

menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri

(Sulistyo, 2013 dalam Efritayeni 2017).

Pendamping persalinan merupakan salah satu aspek dalam asuhan sayang

ibu. Asuhan sayang ibu dan bayi adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai

budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu prinsip asuhan sayang ibu

adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama persalinan (Dwi,

2012 dalam Efritayeni 2017) .

Salah satu teknik manajemen nyeri non farmakologis yang dapat

mengurangi nyeri ibu saat persalinan adalah pendampingan dari suami atau

keluarga, karena efek perasaan termasuk kecemasan pada setiap ibu bersalin

berkaitan dengan persepsi orang yang mendukung. Kehadiran seorang

pendamping persalinan memberikan pengaruh pada ibu bersalin karena dapat

membantu ibu saat persalinan serta dapat memberikan perhatian, rasa aman,

nyaman, semangat, menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangan ibu atau

status emosional menjadi lebih baik sehingga dapat mempersingkat proses

persalinan (Umboh, 2015 dalam Efritayeni 2017).

Nyeri pada saat melahirkan memiliki derajat yang paling tinggi diantara

rasa nyeri yang lain, secara medis dikatagorikan bersifat tajam dan panas atau

somaticsharp and burning. Studi pada wanita dalam persalinan kala 1 dengan

memakai McGill Pain Questionare untuk menilai nyeri didapatkan bahwa 60%

primipara melukiskan nyeri akibat kontraksi uterus sangat hebat (intolerable,

unbearable, extremely severe), 30% nyeri sedang, 10% nyeri ringan. Pada
53

multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri sedang, 25% nyeri ringan (Nurhidayati,

2013).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan

memanfaatkan orang terdekat yaitu pendampingan dari suami, karena efek

perasaan nyeri pada setiap ibu bersalin berkaitan dengan persepsi orang yang

mendukung. Kehadiran seorang suami dengan memberikan pendampingan yang

ternyata dapat membuat persalinan menjadi singkat, nyeri berkurang, robekan

jalan lahir jarang serta nilai APGAR pun menjadi lebih baik. Berdasarkan

penelitian Yuliastanti dan Nurhidayati (2013), mengatakan bahwa pendampingan

suami yang diberikan pada ibu selama proses persalinan dilakukan dengan baik

dengan tindakan suami mendampingi ibu secara langsung selama persalinan

dengan bentuk komunikasi verbal dan non verbal seperti memberi dorongan

semangat dengan kata – kata yang menentramkan hati, memijat bagian tubuh ibu

yang sakit, memberikan makanan dan minuman pada ibu saat tidak ada kontraksi,

membantu mengusap keringat memegang tangan ibu saat kontraksi dan

meyakinkan bahwa ibu bisa menjalani persalinan, serta membantu memimpin ibu

agar mengedan dengan benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan. Dimana pada

penelitian ini fokus penilaian rasa nyeri ibu bersalin dimulai pada fase aktif

(Ismawarti, 2015).

WHO telah merekomendasikan bahwa pendamping persalinan adalah atas

pilihan ibu sendiri. Kehadiran seorang pendamping persalinan memberikan

pengaruh pada ibu bersalin karena dapat membantu ibu saat persalinan serta dapat

memberikan perhatian, rasa aman, nyaman, semangat, menentramkan hati ibu,


54

mengurangi ketegangan ibu atau status emosional menjadi lebih baik sehingga

dapat mempersingkat proses persalinan. Namun saat ini partisipasi pria dalam

kesehatan reproduksi masih rendah, masih banyak suami belum mampu

menunjukkan dukungan penuh terhadap proses persalinan, terdapat 68%

persalinan di Indonesia tidak didampingi suami selama proses persalinan. Efek

dari tidak adanya pendampingan suami selama persalinan berdampak kecemasan

pada ibu mengakibatkan kadar kotekolamin yang berlebihan sehingga

menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, kontraksi rahim melemah, turunnya

aliran darah ke plasenta, oksigen yang tersedia untuk janin berkurang serta dapat

meningkatkan lamanya persalinan (Nurhidayati, 2013).

Asumsi peneliti bahwa seorang pendamping dapat mempengaruhi nyeri

terhadap ibu bersalin, seorang ibu bersalin yang didampingi suami mengatakan

bahwa adanya seorang suami disamping ibu yang memberikan perhatian,

semangat dan kasih sayang saat merasakan nyeri persalinan dapat mengurangi

nyeri yang dirasakan, menunjukkan nyeri ringan dan secara obyektif ibu dapat

berkomunikasi dengan baik.


55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang berjudul Analisis faktor

yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD di

Puskesmas Pelabuhan Sambas Kec. Sibolga Sambas tahun 2018yang telah

disajikan pada BAB IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendamping persalinan dari responden 32 (100%) ibu bersalin, menunjukkan

bahwa responden dengan tidak didampingi sebanyak 0 orang (0%), keluarga

lain sebanyak 11 orang (34,4%), ibu sebanyak 10 orang (31,2%), dan suami

sebanyak 11 orang (34,4%).

2. Intensitas nyeri persalinan dari responden 32 (100%) ibu bersalin,

menunjukkan bahwa responden dengan tidak sakit sebanyak 0 orang (0%),

sedikit sakit sebanyak 10 orang (31,2%), agak mengganggu sebanyak 7 orang

(21,9%), mengganggu aktifitas sebanyak 12 orang (37,5%), sangat

mengganggu sebanyak 3 orang (9,4%) dan tak tertahankan sebanyak 0 orang

(0%).

3. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila pValue= 0,000<0,05, artinya

ada Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Intensitas Nyeri Persalinan di

Wilayah Puskesmas Gunung Maligas tahun 2019.


56

5.2. Saran

Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi:

5.2.1. Bagi Ibu Bersalin

Sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam

memberikan informasi kepada ibu bersalin khususnya tentang pendamping

persalinan dengan intensitas nyeri persalinan.

5.2.2. Bagi Petugas Kesehatan Bidan

Sebagai informasi dalam upaya peningkatan pengetahuan yang diberikan

oleh petugas kesehatan tentang pendamping persalinan dengan intensitas nyeri

persalinan.

5.2.3. Bagi Institut Medistra Lubuk Pakam

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi perpustakaan tentang

pendamping persalinan dengan intensitas nyeri persalinan.

5.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi pengembangan ilmu kesehatan tentang hubungan

pendamping persalinan dengan intensitas nyeri persalinan.


57

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Rika. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Persalinan


pada Ibu Hamil di Puskesmas Kasihan I Kabupaten Bantul Yogyakarta.
2017.

Amir, Muhammad Yusran. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan


antenatal care di Puskesmas Antara Kota Makassar. 2014.

Astuti, Asih Dwi. Hubungan dukungan emosional keluarga dengan lama


persalinan kala I di Bps. Dwi Susilawati, Amd.keb desa Sukorejo,
Wonosari, Klaten 2015.

Balai Kartini. Indikator Kesehatan SDGs di Indonesia. Jakarta. 2017.

Depkes Povinsi Sumut. Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga


Sumatera Utara 2016. Medan 2017.

Fitriani, Melisa. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Trimester III


terhadap Persiapan Persalinan di Puskesmas Bineh Krueng Kecamatan
Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya 2013.

Gitanurani, Yanuarita. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kesiapan


Persalinan 2017.

Hidayat, Asri. Asuahan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta. Nuha Medika. 2015.


https://kumparan.com/"kumparansains/angka-kematian-ibu-dan-bayi-indonesia-
tertinggi-keud-asia. Tangal 10 Agustus 2018. Jam 12.00 Wib.

Johariyah. Asuhan Kebidanan persalinan dan bayi Baru Lahir. Jakarta. Trans Info
Media. 2015.

Kemenkes RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta Selatan. 2014.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. 2016.

Maryunani, Anik. Nyeri Dalam Persalinan. Jakarta. Trans Info Media. 2015.

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka


Cipta. 2012.

Purwoastuti, Endang. Ilmu Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan.


Yogyakarta. PT. PustakaBaru. 2015.
58

Putranti, Visi Prima. Hubungan Pengetahuan dan sikap tentang persalinan dengan
kesiapan primigravida menghadapi persalinan Surakarta. 2014.

Rahmadani, Riska. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Persalinan


di Puskesmas Banguntapan II Bantul Yogyakarta. 2017.

Rohani, Saswita Marisah. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta.


Salemba Medika. 2013.

Rosyidah, Siti Syafa'atur. Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Persalinan


pada Ibu Hamil Trimester II di Puskesmas Pleret Bantul. 2017.

Sarminah. Faktor Predisposing yang berhubungan dengan kunjungan antenatal


care di Papua. 2012.

Sari, Rury Narulita. Hubungan antara dukungan suami dengan ketepatan jadwal
kunjungan antenatal care pada ibu hamil trimester III Madiun. 2014.

Sujiatini. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Numed. 2015.

Suliawati, Gidul. Hubungan umur, paritas dan status gizi dengan kejadian
dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron
Kecamatan Baitussalam Aceh Besar. 2013.

Surtiningsih. Faktor- faktor yang mempengaruhi lama waktu persalinan kala I ,


kala II dan kala III di Puskesmas Klampok I Kabupaten Banjarnegara
2016.

Sutanto, Andina Vita. Asuhan pada Kehamilan. PT. Pustaka Baru. Yogyakarta.
Tanjungbalai. Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai. Tanjungbalai. 2017.

Tombokan, Sabdra Gerce Jelly. Asuhan Kebidanan Komunitas. Manado. In


Media. 2014.

Putranti, Visi Prima. Hubungan Pengetahuan dan sikap tentang persalinan dengan
kesiapan primigravida menghadapi persalinan Surakarta. 2014.

Purwoastuti, Endang. Ilmu Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan.


Yogyakarta. PT. PustakaBaru. 2015.
59

LEMBAR OBSERVASI

A. Data Demografis
1. Nomor Responden :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Kehamilan Ke :

B. Petunjuk Pengisian untuk Pendamping Persalinan


1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti.
2. Beri tanda cek list (√) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai dengan
kondisi serta situasi yang Anda alami atau rasakan.
3. Jika Anda ingin mengganti jawaban, coret jawaban salah dengan memberi
tanda (=) kemudian tanda silang pada jawaban yang benar.
4. Dimohon kesediaan Anda untuk menjawab semua pernyataan yang
diberikan sampai selesai.
5. Hasil kuesioner ini bersifat rahasia, sehingga diharapkan Anda memberi
jawaban yang sejujurnya dan hanya akan digunakan untuk penelitian
semata.
60

C. Pendamping Persalinan

1. Siapakah yang mendampingi ibu saat persalinan ?

Suami

Ibu

Keluarga Lain

Tidak didampingi

D.aAlat Ukur Intensitas Nyeri

Skala Analog visual (VAS)


61

HASIL SPSS UJI UNIVARIAT DAN BIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Intensitas Nyeri Persalinan


32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
* Pendamping Persalinan

Frequencies

Pendamping Persalinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Keluarga Lain 11 34.4 34.4 34.4

Ibu 10 31.2 31.2 65.6

Suami 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Intensitas Nyeri Persalinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sedikit Sakit 10 31.2 31.2 31.2

Agak Mengganggu 7 21.9 21.9 53.1

Mengganggu Aktifitas 12 37.5 37.5 90.6

Sangat Mengganggu 3 9.4 9.4 100.0

Total 32 100.0 100.0


62

Intensitas Nyeri Persalinan * Pendamping Persalinan Crosstabulation

Pendamping Persalinan

Keluarga
Lain Ibu Suami Total

Intensitas Nyeri Sedikit Sakit Count 1 0 9 10


Persalinan
% within
Intensitas Nyeri 10.0% .0% 90.0% 100.0%
Persalinan

% within
Pendamping 9.1% .0% 81.8% 31.2%
Persalinan

% of Total 3.1% .0% 28.1% 31.2%

Agak Count 3 4 0 7
Mengganggu
% within
Intensitas Nyeri 42.9% 57.1% .0% 100.0%
Persalinan

% within
Pendamping 27.3% 40.0% .0% 21.9%
Persalinan

% of Total 9.4% 12.5% .0% 21.9%

Mengganggu Count 6 6 0 12
Aktifitas
% within
Intensitas Nyeri 50.0% 50.0% .0% 100.0%
Persalinan

% within
Pendamping 54.5% 60.0% .0% 37.5%
Persalinan

% of Total 18.8% 18.8% .0% 37.5%

Count 1 0 2 3
63

Sangat % within
Mengganggu Intensitas Nyeri 33.3% .0% 66.7% 100.0%
Persalinan

% within
Pendamping 9.1% .0% 18.2% 9.4%
Persalinan

% of Total 3.1% .0% 6.2% 9.4%

Total Count 11 10 11 32

% within
Intensitas Nyeri 34.4% 31.2% 34.4% 100.0%
Persalinan

% within
Pendamping 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Persalinan

% of Total 34.4% 31.2% 34.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 26.085a 6 .000

Likelihood Ratio 33.731 6 .000

Linear-by-Linear Association 6.341 1 .012

N of Valid Cases 32

a. 12 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .94.

Anda mungkin juga menyukai