Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan bukan hanya

ketiakadaan penyakit atau kelemahan (Dewi et al., 2013). Masalah Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini

dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu, bayi dan anak balita yang

ada di Indonesia (Susanto, Tong, Ockenfeld, & Ho, 2015)

Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah

kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun 42 hari sejak

terjadinya kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian

yang disebabkan karena kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan

karena sebab - sebab lain seperti kecelakaan dan terjatuh. AKI dapat dihitung

dengan jumlah kasus kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (KH). Rasio

Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara berkembang merupakan yang

tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. (Depkes,

2012)

Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 2018 sebesar 4.226/100.000

kelahiran hidup. Dan menurun hingga 4.221/100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2019 (Kemenkes RI, 2020).

Angka kematian di Jawa Barat pada tahun 2019 sebanyak 684 dari

8.73.575 jumlah kelahiran. Penyebab kasus kematian ibu di provinsi Jawa

1
2

Barat tahun 2019 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 226 kasus,


3

hipertensi sebanyak 218 kasus, infeksi sebanyak 23 kasus gangguan

system peredaran darah sebanyak 65 kasus, kasus lainnya sebanyak 12 kasus

(Profil Indonesia Jawa barat, 2019).

Perdarahan merupakan salah satu penyebab kematian ibu, yang jumlahnya

lebih dari 500 ml terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan bisa disebabkan oleh

atonia uteri, sisa palsenta dan luka jalan lahir. Perdarahan yang disebabkan

oleh luka jalan lahir bisa terjadi pada perineum, vulva,vagina dan uterus.

(Moedjiarto, 2011).

Ruptur perenium adalah robeknya perineum pada saat janin lahir. Robekan

ini sifatnya traumatik karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat

janin lewat. Dampak dari terjadinya ruptur perineum pada ibu dapat

mengakibatkan terjadinya infeksi pada luka jahitan di mana dapat merambat

pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat

pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan

lahir. Ruptur perineum juga dapat mengakibatkan perdarahan karena

terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna sehingga

perdarahan terjadi terus menerus. Penanganan komplikasi yang lambat dapat

menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi

fisik ibu post partum masih lemah (Sumaryani, 2015).

Kejadian ruptur perineum di dunia sebanyak 2,7 juta pada ibu bersalin.

Angka ini diperkiraka nmencapai 6,3 juta pada tahun 2020. Di Asia kejadian

ruptur perineum cukup banyak terjadi, 50% dari kejadian robekan perineum di

dunia terjadi di Asia (Champion dan Bascom, 2016). Di Indonesia ruptur

perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam.


4

Dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan

perineum 8% karena episiotomy dan 29% karena robekan spontan (Kemenkes

RI, 2017).

Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang)

Bandung pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima

ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum akan meninggal dunia dengan

persentasi 21,74%. (Prawirohardjo, 2013).

Berdasarkan data yang di peroleh tahun 2021 di Puskesmas Cilaku terdapat

ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum sebanyak 86 ibu bersalin terdiri

dari ibu primipara sebanyak 55 dan multipara sebanyak 31orang dari jumlah

ibu bersalin sebanyak 151 orang (Profil Puskesmas Cilaku, 2021)

Dampak dari terjadinya rupture perineum pada ibu diantaranya terjadinya

infeksi pada rupture jahitan, dan dapat merambat pada saluran kandung kemih

ataupun pada jalan lahir sehingga dapat berakibat pada munculnya komplikasi

infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Selain itu juga dapat

terjadi perdarahan karena terbukanya 2 pembuluh darah yang tidak menutup

sempurna. Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya

kematian ibu postpartum mengingat kondisi ibu postpartum masih lemah

(Manuaba, 2016).

Ruptur perineum memerlukan tindakan penjaitan akan mengakibatkan rasa

nyeri yang bervariasi dari setiap ibu. Nyeri mempengaruhi seluruh pikiran,

tubuh, dan jiwa dan pengelolaan terbaik sering menggunakan kombinasi

perawatan farmakologis dan perawatan komplementer. Penatalaksanaan nyeri

secara farmakologi mencakup: analgesik opiat, non opiat dan analgesik


5

adjuvans. Sedangkan penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologi, mencakup

Strategi Kognitif Perilaku (relaksasi, imagery, hipnosis, dan biofeedback) dan

terapi modalitas fisik (pijat, stimulasi saraf dngan listrik transkutis, akupuntur,

aplikasi panas atau dingin, olahraga) (Berman, 2013).

Salah satu teknik non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri dengan

menggunakan teknik hypnotherapy. Hipnoterapi merupakan salah satu jenis

terapi komplementer non konvensional yang digunakan sebagi pelengkap

terapi konvensional/ medis. Hipnoterapi adalah suatu rangkaian proses yang

digunakan seorang Hipnoterapis untuk menyelesaikan masalah dengan ilmu

hipnotis. (Bapelkes jabar 2018).

Hypnotherapy dilakukan dengan cara hipnosis yakni perubahan status

kesadaran saat konsentrasi individu terfokus dan distraksi minimal, hipnosis

juga bisa digunakan untuk mengendalikan nyeri, bahwa hipnosis dapat

mencegah stimulus nyeri dalam otak menembus pikiran sadar, teori tertentu

menyebutkan bahwa hipnosis bekerja dengan mengaktifkan saraf dalam otak

yang menyebabkan pelepasan zat seperti morfin alamiah yang disebut

enkefalin dan endorphin (Kozier, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan Niraski (2015) di RSB Jeumpa Pontianak

menunjukkan ada penurunan tingkat nyeri yang signifikan sebelum dan

sesudah perlakuan pada kelompok intervensi yaitu p=0,001 (p< 0,005)

sedangkan pada kelompok kontrol ada penurunan tingkat nyeri tetapi tidak

signifikan sebelum dan sesudah perlakuan yaitu p=0,007. Hasil uji Chi Square

pada 2 kelompok tersebut menunjukkan nilai p=0,030 (p<0,05) yang berarti

ada perbedaan tingkat nyeri pada kelompok intervensi yang diberikan


6

kombinasi analgesik dan

Hipnoterapi dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan analgesik.

Penelitian Sumarwanto (2015) di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar

tahun 2015 mendapatkan hasil bahwa pemberian Hipnoterapi terbukti

berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi pada pasien.

Hasil ini juga sesuai dengan uji T Berpasangan yang menunjukkan nilai p =

0,000 (p > 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryani Damanik pada

Ibu Sectio Sesarea (Posttest) menunjukkan bahwa sebagian besar responden

sesudah melakukan Hipnoterapi mengalami nyeri ringan sebanyak 23 orang

(71,9%), sebagian kecil responden mengalami nyeri berat sebanyak 1 orang

(3,1%) di Rumah Sakit Sembiring Deli Tua tahun 2017.

Berdasarkan uraian data diatas peneliti tertarik mengambil penelitian

tentang Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Skala Nyeri Pada Tindakan

Penjahitan Perineum Di Poned Puskesmas Cilaku Kabupaten Cianjur Periode

Februari – Maret Tahun 2022

B. Rumusan Masalah

Apakah ada Pengaruh Hipnoterapi terhadap tingkat skala nyeri pada tindakan

penjahitan perineum di Poned Puskesmas Cilaku Kabupaten Cianjur Periode

Februari – Maret 2022?


7

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran Hipnoterapi terhadap tingkat skala nyeri pada

tindakan penjahitan perineum di Poned Puskesmas Cilaku periode Febuari

– Maret Tahun 2022

2. Bagaimana bedanya pengaruh Hipnoterapi terhadap tingkat skala nyeri pada

tindakan penjahitan perineum di Poned Cilaku Kabuapten Cianjur periode

Pebuari – Maret 2022.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Skala Nyeri Pada

Tindakan Penjahitan Perineum Di Poned Puskesmas Cilaku Kabupaten

Cianjur Periode Februari- Maret Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Skala Nyeri

Pada Ibu Bersalin Pada Saat Penjahitan Perineum Di Poned Puskesmas

Cilaku Cianjur Periode Februari – Maret 2022.

b. Mengidentefikasi perbedaan tingkat skala nyeri pada penjahitan

perineum dengan tingkat skala yang diberikan perlakuan Hipnoterapi dan

tidak di berikan hipnoterapi di Poned Puskesmas Cilaku Cianjur

periode Februari – Maret 2022


8

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan pengelolaan hipnoterapi terhadap

tingkat skala nyeri pada tindakan penjahitan perineum.

2. Bagi Institusi

Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan, dan dapat menjadi bahan

masukan mengenai pengelolaan pemberian hipnoterapi terhadap tingkat

skala nyeri pada tindakan penjahitan perineum serta dapat digunakan

sebagai bahan masukan penelitian sejenis lainnya.

3. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi Institusi kesehatan dalam meningkatkan

kualitas pelayanan melalui hipnoterapi.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan keterampilan peneliti dalam melaksanakan asuhan

kebidanan sesuai dengan standar professional dan peneliti mampu

mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan serta membandingkan

teori-teori dengan kenyataan yang ada di lapangan terutama dalam

melakukan Hipnoterapi pada ibu bersalian kala IV pada saat melakukan

tindakan penjahitan perineum.


9

F. Ruang Lingkup Penelitan

Penelitian ini membahas tentang pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat skala

nyeri pada tindakan penjaitan perineum yang dilakukan di Poned Puskesmas

Cilaku pada periode Februari- Maret tahun 2022, yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaan skala nyeri antara kelompok control dan kelompok

eksperimen yang diberikan hipnoterapi dan tidak diberikan hipnoterapi. Cara

pengambilan data dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner terhadap

sampel penelitian. Analisa data dengan menggunakan analisa univariat dan

bivariat.

Anda mungkin juga menyukai