Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN

MORTALITAS, MORBIDITAS, DAN STATUS GIZI MASYARAKAT

Oleh :

Juniyanto Maulana Putra (203210015)

PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan “Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi
Masyarakat” tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas
saya dalam menempuh pembelajaran di semester ini, saya mengucapkan terimah kasih
kepada semua pihak yang ikut serta berpartipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kiranya makalah ini bisa bermanfa’at bagi pihak yang membaca. Meski begitu, saya
sadar bahwa makalah ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan diterima dengan senang hati. Akhirnya, saya ucapkan
terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Sumenep, 03 November 2021


                                                                                                  

 
Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA
PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1


2.1 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
3.1 Tujuan ..........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mortalitas .....................................................................................................................3


2.2 Angka kematian balita .................................................................................................3
2.3 Angka kematian anak....................................................................................................3
2.4 Angka kematian ibu......................................................................................................3
2.5 Angka kematian ibu hamil............................................................................................3
2.6 Morbiditas ....................................................................................................................7
2.7 Ukuran dan Cara Perhitungan
Morbiditas .....................................................................8
2.8 Status Gizi ....................................................................................................................9
2.9 Penilaian Status
Gizi ...................................................................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................12
3.2 Saran ...........................................................................................................................1
2

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB 1

PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang


Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu mortalitas
(kematian), status gizi, dan morbiditas (kesakitan). Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan dalam bidang kesehatan dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian
ibu.
Menurut WHO (2012) kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah persalinan akibat gangguan kehamilan atau penanganannya.
Secara global angka kematian ibu mencapai 500.000 jiwa per tahun. Kematian maternal
tersebut terjadi pada Negara berkembang sebesar 99%. Angka kematian ibu di ASEAN
tergolong paling tinggi di dunia.
WHO memperkirakan sementara total AKI dan AKB di ASEAN sekitar 170 ribu dan
1,3 juta per tahun. Sebanyak 98% dari seluruh AKI dan AKB di kawasan ini terjadi di
Indonesia, Bangladesh, Nepal, dan Myanmar.
Indonesia sebagai negara berkembang, masih memiliki angka kematian maternal yang
cukup tinggi (WHO, 2012).
AKI di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan hasil SDKI tahun
2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2015 yaitu sebesar 102 per 100.00
kelahiran hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi mortalitas ?
2. Apa saja klasifikasi dan cara perhitungan mortalitas ?
3. Apa definisi morbiditas ?
4. Apa saja ukuran dan cara perhitungan morbiditas ?
5. Apa definisi status gizi ?
6. Bagaimana cara penilaian status gizi ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi mortalitas.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan cara perhitungan mortalitas.
3. Untuk mengetahui definisi morbiditas.
4. Untuk mengetahui ukuran dan cara perhitungan morbiditas.
5. Untuk mengetahui definisi status gizi.
6. Untuk mengetahui cara penilaian status gizi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mortalitas

Mortalitas atau kematian merapakan salah satu diantara tiga komponen demografi
yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi lainya adaiah
fertilitas (kelahiran) dan migrasi. Kondisi kematian pada suatu wilayah dapat
mencerminkan kondisi pembangunan secara umum, khususnya kesehatan.
Informasi tentang kematian sangat penting tidak saja bagi pemerintah melainkan juga
bagi swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Data
kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perencanaan
pembangunan.
Misalnya perencanaan fasilitas perumahan, fasiiitas pendidikan, dan jasa-jasa lainya
untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk evaluasi terhadap
program-program pembangunan, terutama pembangunan kesehatan.

2.2 Angka Kematian Balita (AKB)

adalah Banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun pada waktu
tertentu per 1000 kelahiran hidup pada periode waktu yang sama.

2.3 Angka Kematian Anak

kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Indikator ini


terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi
sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya.

2.4 Angka Kematian Ibu (AKI)

adalah banyaknya perempuan yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait


dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan, bunuh
diri atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42
hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama ...

2.5 Angka Kematian Ibu Hamil

3
Dalam dua dasawarsa terakhir, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih
cukup tinggi, yaitu berkisar 300 per 100.000 kelahiran. Pemerintah memiliki target
menurunkan angka itu menjadi 183 per 100.000 kelahiran pada tahun 2024.

2.6 Morbiditas
Angka kesakitan (morbiditas) merupakan indikator penting yang digunakan untuk
penilaian dan perencanaan program yang bertujuan untuk menurunkan kesakitan dan
kematian di suatu wilayah. Angka kesakitan ialah jumlah kejadian suatu penyakit yang
dirmuskan sebagai jumlah anak yang sakit per 1000 anak yang bisa terkena penyakit
(Kardjati dan Alisjahbana, 1985).
Tingkat angka kesakitan mempunyai peranan yang lebih penting dibandingkan
dengan angka kematian karena apabila angka kesakitan tinggi maka akan memicu
kematian sehingga otomatis menyebabkan angka kematian juga tinggi.
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum,
mengetahui keberahasilan program program pemberantasan penyakit, dan sanitasi
lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap pelayanan
kesehatan.
Untuk mengetahui angka kesakitan penduduk, data dapat bersumber dari sarana
pelayanan kesehatan yang diperoleh dari laporan rutin yang berasal dari masyarakat itu
sendiri.

2.7 Ukuran dan Cara Perhitungan Morbiditas


1. Dalam penghitungan Angka insidensi dapat dirumuskan sebagai berikut

Jumlah kasus baru penyakit ×100%

Dalam pengumpulan data angka kesakitan, terdapat dua ukuran utama yang terdiri
dari angka insidensi maupun angka prevalensi. Angka insidensi adalah gambaran

4
tentang kumpulan frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada satu
waktu tertentu pada satu kelompok masyarakat (Azwar, 1983).

2. Insidensi kumulatif dapat dirumuskan sebagai berikut


Jumlah Insiden Selama Periode Tertentu

Jumlah Orang yang Berisiko pada Periode Waktu Tersebut

Selain angka insidensi, ada juga yang disebut sebagai insidensi kumulatif (cumulative
risk). Parameter ini berguna untuk menunjukkan taksiran probablitas resiko seseorang
untuk terkena.

Penyakit dalam suatu jangka waktu. Proporsi orang yang terkena penyakit di antara
semua orang yang beresiko terkena penyakit tersebut, sehingga nilai dari resiko
insidensi antara 0 dan 1.

3. Rumus nilai prevalensi dirumuskan sebagai berikut


Jumlah Penderita Penyakit (Kasus Baru Dan Lama)
Pada Suatu Periode Tertentu ×1000

Angka prevalensi adalah gambaran tentang kumpulan frekuensi penderita lama dan
baru suatu penyakit yang ditemukan dalam rentang waktu tertentu pada sekelompok
masyarakat. Pada perhitungan angka prevalensi digunakan jumlah seluruh penduduk
tanpa memperhitungkan orang yang kebal atau penduduk dengan faktor resiko tertular
penyakit yang sama (population at risk).

Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya bukan suatu nilai yang
murni, karena penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan
dalam perhitungan.

Prevalensi tergantung pada dua faktor yaitu berapa banyak orang yang sakit dan
durasi penyakit tersebut melanda.

4. Nilai point prevalence rate dapat dicari dengan rumus berikut


Jumlah Penderita Lama dan Baru Saat Itu x 1000
Jumlah Penduduk Saat Itu

Selain itu, terdapat juga istilah point prevalence rate yang artinya jumlah penderita
lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada

5
saat itu. Nilai dari point prevalence rate dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

3 Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat
dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih
(Almatsier, 2005).
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan
antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar
tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat
berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005).
Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang
(Apriadji, 1986).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan
gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007)
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah
energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (Nix,
2005). Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang
dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk lemak
yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk (Apriadji, 1986).

4 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh
dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau
individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan
Triyanti, 2007). Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :

6
1) Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang
berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi
seseorang.
Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh
seseorang (Supariasa, 2001). Metode antropometri sangat berguna untuk melihat
ketidakseimbangan energi dan protein.
Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-
zat gizi yang spesifik (Gibson, 2005).
b. Klinis Pemeriksaan klinis
Merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi yang
berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata,
kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh
(kelenjar tiroid) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia
pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada
kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan
biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan
yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis.
Cara lain adalah dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang
berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional daru suatu zat gizi
yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara
uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004)

d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat
digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, 2001).

7
2) Penilaian Tidak Langsung
 Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun
keluarga. Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,
sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang
maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi
(Baliwati, 2004).

 Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-
data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka
kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,
statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan
kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

 Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi
dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis,
faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi
digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu
masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi
(Supariasa, 2001).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mortalitas atau kematian merapakan salah satu diantara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi

8
lainya adaiah fertilitas (kelahiran) dan migrasi. Kondisi kematian pada suatu wilayah
dapat mencerminkan kondisi pembangunan secara umum, khususnya kesehatan.
Angka kesakitan (morbiditas) merupakan indikator penting yang digunakan
untuk penilaian dan perencanaan program yang bertujuan untuk menurunkan
kesakitan dan kematian di suatu wilayah. Angka kesakitan ialah jumlah kejadian suatu
penyakit yang dirumuskan sebagai jumlah anak yang sakit per 1000 anak yang bisa
terkena penyakit (Kardjati dan Alisjahbana, 1985).
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi
lebih (Almatsier, 2005).

3.2 Saran
Makalah ini membahas tentang definisi, ukuran, dan cara perhitungan
mortilitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Maka dari itu, diharapkan setelah
membaca makalah ini, pembaca mampu memahami segala aspek morbiditas, dan
status gizi masyarakat sebagaimana yang sudah dibahas pada makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Warlina.2021.“Mortalitas”,https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/79,diakses pada
3 November 2021 pukul 14.53.

Umami.2015.”Pengembangan Model Prediksi


Mortalitas”,https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/
7449/1266/,diakses pada 3 November 2021 pukul 15.08.

Hanum.2021.”Kewaspadaan Terhadap
Morbiditas”,http://publichealth08.blogspot.com/2011/05/ukuran-moralitas.html?
m=1,diakses pada 3 November 2021 pukul 15.47.

Jayanti.2019.”Status Gizi”,http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id,diakses pada 3


November 2021 pukul 20.21.

Anda mungkin juga menyukai