Anda di halaman 1dari 19

TEKNIK DEMOGRAFI II

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI

DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRUSSELL

PROVINSI JAWA TENGAH, TAHUN 2010

DOSEN PENGAMPU:

Ir. JEFFRY RAJA HAMONANGAN SITORUS, M.Si.

3SK1 / KELOMPOK 4

AISYAH CHAIRANI PUTRI 211709516


ARRAZI RAHADIYAN 211709575
FATHIN NADILLAH 211709688

POLITEKNIK STATISTIKA STIS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah berjudul “Estimasi
Kematian Bayi dengan Menggunakan Metode Trussel Provinsi Jawa Tengah, Tahun
2010”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Demografi II
yang membahas tentang langkah-langkah menghitung angka kematian bayi dan analisis
tingkat kematian bayi di Jawa Tengah pada tahun 2010 yang dibagi menurut pedesaan,
perkotaan, serta gabungan pedesaan dan perkotaan.

Pada penulisan makalah ini, berbagai permasalahan telah penulis alami. Oleh karena
itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kerja keras penulis semata. Namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu menyelesaikan
makalah.

Dalam menyusun makalah ini, penulis sangat menyadari banyaknya kekurangan yang
terdapat di dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik lagi dan bisa bermanfaat untuk orang banyak.

Jakarta, 01 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................ ii

Daftar Isi.................................................................................................................................... iii

BAB 1: Pendahuluan........... ........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
1.4 Kajian Teori....................................... .......................................................................5

BAB 2:
Pembahasan...................................................................................................................13

2.1 Analisis Hasil Perhitungan.......................................................................................13

2.1.1 Perkotaan Jawa Tengah. ...........................................................................


13

2.1.2 Pedesaan Jawa Tengah......... ....................................................................


14

2.1.3 Perkotaan + Pedesaan Jawa


Tengah..........................................................15

BAB 3: Kesimpulan................... ...............................................................................................17

Daftar Pustaka............................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indikator kesejahteraan penduduk tidak hanya ditentukan oleh faktor – faktor sosial,
ekonomi, dan kesehatan seperti tingkat pendidikan, penghasilan, sanitasi lingkungan;
tetapi juga oleh faktor demografi. Salah satu faktor demografi yang menjadi indikator
kesejahteraan penduduk suatu wilayah adalah tingkat kematian bayi. Tingkat kematian
bayi yang masih tinggi mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk masih
rendah, dan sebaliknya tingkat kematian yang rendah mengindikasikan tingkat
kesejahteraan penduduk yang lebih baik.

Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
menggambarkan status kesehatan masyarakat. WHO mengestimasi bahwa 5 juta anak
berusia di bawah satu bulan meninggal setiap tahunnya. Hal ini sering terjadi di negara
berkembang. Penyebab kematian bayi ini sangat sulit dijelaskan, karena di negara
berkembang para ibu enggan untuk memeriksakan anaknya ke balai – balai kesehatan
masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik (2018), Angka Kematian Bayi (AKB) adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada
tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mengalami kemajuan dalam upaya
penurunan angka kematian bayi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka
kematian bayi di Indonesia terus mengalami penurunan yang signifikan. Pada data tahun
2007, AKB Indonesia adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Sementara pada tahun 2010
angka tersebut turun menjadi 26 per 1000 kelahiran penduduk.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu dari beberapa Provinsi di Pulau Jawa yang
masih memiliki tugas yang berat dalam upaya penurunan jumlah kematian bayi.

4
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, jumlah kematian bayi tertinggi di
Jawa Tengah terjadi di Kabupaten Grobogan dengan jumlah kasus sebanyak 384 kematian.

Angka Kematian Bayi di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Tengah yang masih tinggi
menyebabkan perlu dilakukannya pembahasan dan analisis lebih lanjut mengenai hal
tersebut. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini, akan dilakukan perkiraan Angka
Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 dengan menggunakan metode
Trussel.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka terdapat beberapa masalah yang akan dianalisis, yaitu:
1. Bagaimana langkah – langkah perhitungan angka kematian bayi dengan metode
Trussel?
2. Bagaimana tingkat kematian bayi di Jawa Tengah menurut perhitungan metode
Trussel?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui langkah – langkah perhitungan angka kematian bayi dengan metode
Trussel.
2. Menganalisis tingkat kematian bayi di Jawa Tengah dari hasil perhitungan metode
Trussel.
1.4 Kajian Teori
1. Mortalitas
Menurut WHO mortalitas adalah suatu peristiwa menghilangnya tanda-tanda
kehidupansecara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup
2. Kematian bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat lahir sampai satu hari sebelum
hari ulang tahun pertama. Dari sisi penyebabnya, kematian bayi dibeda-bedakan faktor
endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen(kematian neonatal) adalah kejadian
kematian yang terjadi pada bulan pertama sejak bayi dilahirkan, umumnya disebabka
oleh faktor yang dibawa sejak lahir, diwarisi oleh orang tuanya pada saat konsepsi atau
didapat dari ibunya selama kehamilan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post

5
neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu bulan atau sapai satu tahun
terakhir disebabkan oleh faktor yangberkaitan dengan pengaruh lingkungan
(Sundriyanto, 2011 dalam Kusuma, 2012)
3. Anak lahir hidup
Anak Lahir Hidup adalah semua anak yang waktu lahir memeperlihatkan tanda-tanda
kehidupan, walaupun sesaat, seperti adanya detak jantung, bernafas, menangis dan
tanda-tanda kehidupan lainnya.
4. Anak masih hidup
Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan hidup yang pada saat
pencacahan masih hidup, baik tinggal bersama orang tuanya maupun yang tinggal
terpisah.

5. Estimasi kematian dengan metode Trussel


Untuk mengetahui perkiraan angka kematian bayi (AKB) dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung
dengan mengumpulkan keterangan mengenai kematian yang terjadi selama kurun
waktu tertentu, contoh metode langsung adalah life table. Di Indonesia, metode
langsung tidak dapat digunakan karena keterbatasan dari daerah – daerah dalam
penyediaan data registrasi kematian menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Oleh
karena itu digunakanlah metode tidak langsung yang terdiri dari banyak cara seperti
dari sensus atau survei, metode Brass, metode Sullivan, metodde Feeney, dan metode
Trussell.

Metode Trussell (UN,1983) menggunakan pendekatan dengan cara regresi untuk


memperoleh faktor pengalinya. Trussell menyediakan satu set koefisien berdasarkan
empat model tabel kematian Coale-Demeny. Selain itu terdapat pula satu set koefisien
untuk menghitung waktu rujukan (Periode Acuan) yang diperkirakan berdasarkan rasio
paritas di atas, yang selanjutnya dikonversikan ke kalender masehi. Untuk model yang
dikembangkannya, Trussell memakai asumsi perubahan kematian yang sesuai untuk
digunakan di Indonesia.

6
Asumsi dalam metode Trussell : ‘Perubahan periode mortalitas dapat dimodelkan
sebagai gerakan melalui tingkatan yang lebih tinggi (atau lebig rendah) secara
beruntun dari suatu set model life table, sehingga kohort life table dapat diperoleh
dengan mengaitkan secara bersama tingkat mortalitas yang dialami oleh kohort hidup
yang sebenarnya melalui periode yang berbeda.

Seperti halnya dengan menggunakan metode Brass, data yang dibutuhkan dalam
melakukan penghitungan perkiraan AKB dengan menggunakan metode Trussell
adalah:
1. Rata-rata anak yang dilahirkan hidup menurut kelompk umur ibu 15-49 tahun
2. Rata-rata anak yang masih hidup menurut kelompok umur ibu 15-49 tahun
3. Coele-Demeny model life table (West Regional Life Table) untuk menghitung
angka kematian bayi (AKB) dan rata-rata harapan hidup waktu lahir (e00).
Untuk keperluan perhitungan ini tidak diperlukan perapihan atau evaluasi terhadap
kualitas data.

Rumus perhitungan Metode Trussell :


q x =Qi × k i
Dimana :
 qx = probabilitas kematian dari saat lahir sampai umur tepat x
 Qi = proporsi anak yang meninggal yang pernah dilahirkan oleh ibu-ibu dalam
kemlompok umur i (i = 1 untuk kelompok umur 15-19, … , i = 7 untuk kelompok
umur 45-49)
 ki = faktor pengali yang bersesuaian dengan ibu-ibu dalam kelompok umur i
Kelompo Rata Rata - Proporsi Faktor Taksira τ ( x) Periode Level
Kematian
k Umur Rata Rata Anak yang pengali n Nilai Acuan
ALH AMH Mati (q(x))
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39

7
40-44
45-49

Prosedur Penghitungan Metode Brass (berdasarkan tabel diatas)

1. Kelompok Umur
Kelompok umur wanita dalam masa – masa reproduksi yang biasanya terjadi dalam
kelompok umur 15 – 49 tahun.

2. Rata – Rata ALH


Rata – rata ALH merupakan kumulatif dari jumlah wanita pada kelompok usia tertentu
yang dikali dengan jumlah anak yang dilahirkan lalu dibagi dengan jumlah seluruh
wanita pada kelompok umur tersebut.

Contoh:

8
Rata – rata ALH (15 - 19) =

( 73556 x 0 ) + ( 48759 x 1 )+ (1743 x 2 )+ (148 x 3 ) + ( 86 x 4 ) + ( 0 x 5 )+ …+(0 x 10)


= 0, 4251
124337

Lalu perhitungan dilanjutkan hingga kelompok umur 45 – 49.

3. Rata – rata AMH


Sama seperti dengan rata – rata ALH, rata – rata AMH merupakan kumulatif dari
jumlah wanita pada kelompok usia tertentu yang dikali dengan jumlah anak yang
masih hidup lalu dibagi dengan jumlah seluruh wanita pada kelompok umur tersebut.
Contoh:

9
Rata – rata AMH(15-19) =
( 74303 x 0 ) + ( 48382 x 1 ) + ( 1417 x 2 ) + ( 111 x 3 ) + ( 24 x 4 )+ ( 0 x 5 ) +…+(0 x 10)
= 0,4157
124337

Lalu perhitungan dilanjutkan hingga kelompok umur 45 – 49.

4. Proporsi Anak Yang Mati


Nilai proporsi anak yang mati menurut ibu kelompok umur i yang didapat dari
perhitungan sebagai berikut, untuk setiap kelompok umur:

Rata−Rata AMH
1−
Rata−Rata ALH

5. Faktor Pengali

a b c
1,1415 -2,707 0,7663
1,2563 1,2563 -0,2637
1,1851 1,1851 -0,4177
1,172 1,172 -0,4272
1,1865 1,1865 -0,4452

10
1,1746 1,1746 -0,4537
1,1639 1,1639 -0,4435

Pengitungan faktor pengali pada metode Trussel menggunakan rumus:


Ki = ai + bi (P1/P2) + ci (P2/P3)
Dimana:
Ki: faktor pengali yang bersesuaian dengan ibu-ibu dalam kelompok umur i
ai, bi, dan ci: Koefisien untuk menghitung estimasi faktor pengali untuk AKB, ketika
data dikelompokkan menurut umur ibu (pada kasus ini menggunakan model West)
P1/P2: Rata – rata ALH kelompok umur 15-19/rata – rata ALH kelompok umur 20-24
P2/P3: Rata – rata ALH kelompok umur 20-24/rata – rata ALH kelompok umur 25-29

6. Taksiran Nilai atau q(x)


Merupakan formula utama metode Brass yang didapat dengan menggunakan rumus:
q ( x )=Q i x k i
Dimana:
Qi = proporsi anak yang mati
ki = faktor pengali

7. Nilai τ x
Sama seperti dalam life table maka nilai τ x didapat dari:
τ x ¿ 1−q ( x ) x 100.000
Nilai konstanta merupakan radix (dasar hitungan) yang biasanya digunakan

8. Periode Acuan

a b c
1,097 5,628 -1,9956
1,3062 5,5677 0,2962
1,5305 2,5528 4,8962
1,999 -2,4261 10,4282
2,7632 -8,4065 16,1787

11
4,3468 -13,2436 20,199
7,5242 -14,2013 20,0162

Pengitungan periode acuan pada metode Trussel menggunakan rumus:


t(x) = ai + bi (P1/P2) + ci (P2/P3)
Dimana:
tx: periode acuan yang menunjukkan periode waktu dimana nilai-nilai q(x) yang
diestimasi berada
ai, bi, dan ci: koefisien untuk menghitung estimasi periode acuan t(x) yang
menunjukkan periode waktu dimana nilai-nilai q(x) yang diestimasi berada
P1/P2: Rata – rata ALH kelompok umur 15-19/rata – rata ALH kelompok umur 20-24
P2/P3: Rata – rata ALH kelompok umur 20-24/rata – rata ALH kelompok umur 25-29

9. Level Kematian

Level I1 I2 I3 I5
(1) (2) (3) (4) (5)
1 60.722 52.597 48.996 44.897
3 67.118 59.709 56.425 52.688
5 72.392 65.798 62.877 59.551
7 76.857 71.112 68.567 65.670
9 80.709 75.813 73.646 71.177
11 84.080 80.019 78.220 76.173
13 87.088 83.901 82.489 80.881
15 89.740 87.421 86.389 85.205
17 92.137 90.584 89.862 88.999
19 94.144 93.453 93.011 92.455
21 96.396 96.020 95.822 95.560
23 98.162 98.040 97.970 97.876

Level kematian dapat dicari dengan cara interpolasi atau ektrapolasi dari nilai τ x yang
sudah didapat.

12
Dengan mengacu pada level kematian yang sudah ada, maka tahapan selanjutnya
adalah mencari nilai IMR (Infant Mortality Rate) dan juga AHH (Angka Harapan
Hidup) yang dapat dicari dengan penghitungan interpolasi melalui angka – angka yang
tertera pada life table.
1.

13
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Hasil Penghitungan


2.1.1 Perkotaan Jawa Tengah

Jumlah
Rata - Rata – Proporsi Level
Kelompo Faktor Prob. Anak yang Periode
Rata Rata Anak yang Kematia
k Umur Pengali Mati Masih Acuan
ALH AMH Mati n
Hidup
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
15-19 0,4228 0,4140 0,0207 0,1269 0,0027 99732,7500 2,9150 24,7779
20-24 0,7627 0,7486 0,0185 0,7908 0,0147 98533,8900 4,5803 23,4878
25-29 1,2027 1,1803 0,0186 0,9553 0,0178 98223,9100 6,0505 23,2355
30-34 1,7756 1,7379 0,0212 1,0309 0,0219 97810,6500 7,2674 22,9437
35-39 2,2780 2,2210 0,0251 1,0749 0,0269 97307,1100 8,3633 -
40-44 2,6798 2,5892 0,0338 1,0706 0,0362 96380,5400 9,8151 -
45-49 2,9997 2,8633 0,0455 1,0595 0,0482 95184,4900 12,3458 -

24,779+23,4878+23,2355+22,9437
Rata – rata level kematian: = 23,6112
4

Angka Harapan Hidup :

Rata – rata level kematian 23,6112 berada pada level 23 (e 0= 73,1) dan level 24 (e 0=75,7 ¿
maka AHH =

1
( AHH−73,1 ¿ x =75,7−73,1
0,6612
( AHH−73,1 ¿ x 1,6361=2,6

1,6361 ( AHH )−119,601=2,61,6361 ( AHH )=2,6+119,601 AHH=74,68

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di daerah perkotaan di Jawa Tengah, rata – rata
anak lahir hidup dengan nilai yang paling kecil dimiliki oleh ibu dengan kelompok umur 15 –
19 tahun. Hal ini menandakan semakin muda usia ibu maka resiko untuk mengalami kematian
bayi saat melahirkan akan semakin meningkat. Selain itu, berdasarkan tabel diatas, pada
kolom (8) nilai τ x yang ada menunjukkan banyaknya bayi yang bertahan hidup sampai dengan

14
level usia tertentu. Seperti pada kelompok umur 15 – 19 nilai τ 1 adalah 99732 hal ini berarti
banyaknya penduduk 0 tahun yang berhasil survive (tetap hidup) hingga mencapai umur 1
tahun adalah sebanyak 99732 jiwa. Selanjutnya pada kelompok umur 20 – 24 nilai τ 2 adalah
98533 yang bermakna bahwa banyaknya penduduk 0 tahun yang berhasil survive (tetap hidup)
hingga mencapai umur 2 tahun adalah sebanyak 98533 jiwa. Interpreatasi yang sama
dilakukan hingga kelompok umur 45 – 49.

Angka harapan hidup pada daerah perkotaan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 74,68
yang artinya bayi – bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2010 akan dapat bertahan hidup
sampai dengan usia 74 – 75 tahun.

2.1.2 Pedesaan Jawa Tengah

Rata Rata - Proporsi Jumlah anak


Kelompo rata rata Anak yang Faktor Probability yang masih Periode Level
k Umur ALH AMH Mati Pengali of dying hidup acuan kematian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
15-19 0,4251 0,4158 0,0220 0,2557 0,0056 99436,8946 2,6803 24,4428
20-24 0,8354 0,8167 0,0224 1,7264 0,0387 96128,1407 4,3297 21,1069
25-29 1,3016 1,2696 0,0246 1,5201 0,0374 96258,6877 5,9721 21,2356
30-34 1,8807 1,8267 0,0287 1,4942 0,0429 95711,9345 7,4574 21,1304
35-39 2,3507 2,2661 0,0360 1,5046 0,0541 94586,5070 8,8690
40-44 2,7190 2,5808 0,0508 1,4812 0,0753 92473,4038 10,5713
45-49 3,0038 2,7998 0,0679 1,4716 0,1000 90004,8861 13,1440

24,4428+21,1069+21,2356+21,1304
Rata – rata level kematian: = 21, 97
4

Angka Harapan Hidup:

Rata – rata level kematian 21,97 berada pada level 21 (e 0= 68,01) dan level 22 (e 0=70,53 ¿
maka AHH =
15
1
( AHH−68,01 ¿ x =70,53−68,01
0,97
( AHH−68,01 ¿ x 1,0309=2,52

1,0309 ( AHH )−70,1134=2,521,0309 ( AHH )=2,6+70,1134 AHH=70,4544

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di daerah perkotaan di Jawa Tengah, rata – rata
anak lahir hidup dengan nilai yang paling kecil dimiliki oleh ibu dengan kelompok umur 15 –
19 tahun. Hal ini menandakan semakin muda usia ibu maka resiko untuk mengalami kematian
bayi saat melahirkan akan semakin meningkat. Selain itu, berdasarkan tabel diatas, pada
kolom (8) nilai τ x yang ada menunjukkan banyaknya bayi yang bertahan hidup sampai dengan
level usia tertentu. Seperti pada kelompok umur 15 – 19 nilai τ 1 adalah 99436 hal ini berarti
banyaknya penduduk 0 tahun yang berhasil survive (tetap hidup) hingga mencapai umur 1
tahun adalah sebanyak 99436 jiwa. Selanjutnya pada kelompok umur 20 – 24 nilai τ 2 adalah
96128 yang bermakna bahwa banyaknya penduduk 0 tahun yang berhasil survive (tetap hidup)
hingga mencapai umur 2 tahun adalah sebanyak 96128 jiwa. Interpreatasi yang sama
dilakukan hingga kelompok umur 45 – 49.

Angka harapan hidup pada daerah pedesaan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 70,45
yang artinya bayi – bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2010 akan dapat bertahan hidup
sampai dengan usia 70 - 71 tahun.

2.2.3 Perkotaan + Pedesaan Jawa Tengah

Jumlah anak
Rata – Rata – Proporsi Level
Faktor Peluang yang hidup Periode
Umur rata rata anak yang Kematia
Pengali Kematian sampai tahun Acuan
ALH AMH mati n
x
15-19 0,4245 0,4152 0,0218 0,2094 0,0046 99544,0184 2,7422 24,56
20-24 0,8069 0,7899 0,0210 0,8039 0,0169 98311,6882 4,4253 23,26
25-29 1,2567 1,2294 0,0217 0,9502 0,0207 97934,0949 6,0169 22,50
30-34 1,8318 1,7859 0,0251 1,0209 0,0256 97442,1689 7,4180 22,21
35-39 2,3175 2,2468 0,0305 1,0627 0,0324 96756,8407 8,7280 -
40-44 2,7012 2,5880 0,0419 1,0577 0,0443 95565,6453 10,3481 -

16
45-49 3,0020 2,8351 0,0556 1,0470 0,0582 94179,6480 12,9043 -

24,56+23,26+22,50+22,21
Rata – rata level kematian: = 23,1325
4

Angka Harapan Hidup :

Rata – rata level kematian 23,1325 berada pada level 23 (e 0= 73,1) dan level 24 (e 0=75,7 ¿
maka AHH =

1
( AHH−73,1 ¿ x =75,7−73,1
0,1325
( AHH−73,1 ¿ x 7,5471=2,6

7,5471 ( AHH )−551,6930=2,67,5471 ( AHH )=2,6+551,6930 AHH=73,4445

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa di daerah perkotaan + pedesaan di Jawa Tengah,
rata – rata anak lahir hidup dengan nilai yang paling kecil dimiliki oleh ibu dengan kelompok
umur 15 – 19 tahun. Hal ini menandakan semakin muda usia ibu maka risiko untuk mengalami
kematian bayi saat melahirkan akan semakin meningkat. Selain itu, berdasarkan tabel diatas,
pada kolom (8) nilai τ x yang ada menunjukkan banyaknya bayi yang bertahan hidup sampai
dengan level usia tertentu. Seperti pada kelompok umur 15 – 19 nilai τ 1 adalah 99544 hal ini
berarti banyaknya penduduk 0 tahun yang berhasil survive (tetap hidup) hingga mencapai
umur 1 tahun adalah sebanyak 99544 jiwa. Interpretasi yang sama dilakukan hingga kelompok
umur 45 – 49.

Angka harapan hidup pada daerah perkotaan dan pedesaan di Provinsi Jawa Tengah adalah
sebesar 73,44 yang artinya bayi – bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2010 akan dapat
bertahan hidup sampai dengan usia 73 – 74 tahun.

17
BAB 3
KESIMPULAN

Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan
status kesehatan masyarakat, salah satu cara untuk memperkirakannya adalah dengan
menggunakan metode Trussel. Penulis memilih provinsi Jawa Tengah untuk dianalisis karena
jumlah kematian bayi di Jawa Tengah yang cukup tinggi. Setelah dilakukan analisis
menggunakan metode Trussel, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Dilihat dari rata-rata anak lahir hidup yang dilahirkan pada setiap kelompok umur ibu,
di pedesaan, perkotaan maupun seluruhnya, kelompok umur 15-19 tahun yang paling
rendah dan rata-rata anak lahir hidup meningkat seiring bertambahnya kelompok umur.
Hal ini menunjukkan bahwa risiko kematian pada bayi akan semakin besar seiring
dengan semakin muda nya umur ibu saat mengandung dan melahirkan.
2. Jumlah penduduk yang berhasil survive mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya umur ibu, yang berarti jumlah penduduk yang berhasil bertahan hingga
umur x semakin berkurang
3. Angka harapan hidup di daerah perkotaan di Jawa Tengah lebih tinggi daripada daerah
pedesaan Jawa Tengah. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi
dikarenakan fasilitas kesehatan di perkotaan jauh lebih baik dibanding yang ada di
pedesaan.
4.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baqi, Ahmad Iqbal. 2013. Estimasi Tingkat Kematian Bayi dan Harapan Hidup Bayi Provinsi
--------------Lampung Tahun 2005. E-Journal: Universitas Andalas
BPS. 2010. Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta
https://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=33&wilayah=Jawa-Tengah. Diakses pada 14
Januari 2020

19

Anda mungkin juga menyukai