Anda di halaman 1dari 31

EKSPLORASI BATUBARA

1 Membangun model
geologi batubara
Stev. Nalendra
s.nalendra@unsri.ac.id
0811 71 21410

Program Studi Teknik Geologi


Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Konsep Eksplorasi
Perumusan Sasaran,
Membangun Model
Geologi dan Faktor2
yang mengendalikan

Strategi Eksplorasi

Model Eksplorasi
Petunjuk Geologi

Teknologi Eksplorasi
Pemilihan Metode

Organisasi Eksplorasi
SDM, Kontrak,
Scheduling, Kontrol

Budgeting
Penganggaran tiap
tahap
MODEL GEOLOGI

Model geologi perlu dibangun, karena berguna


untuk:
1. Berpikir dan analisis
2. Berkomunikasi
3. Memperkirakan atau prediksi
4. Pengendalian atau kontrol
5. Berlatih atau stimulasi
MODEL GEOLOGI adalah konsep
keadaan geologi yang ideal dari suatu
endapan batubara.

Model dari target eksplorasi harus:


1.  Diformulasikan dahulu wujud dari endapan
batubaranya.
2.  Ditentukan keadaan geologi yang memung-
kinkan terdapatnya endapan batubara.
3.  Ditentukan letaknya di dalam kerangka
geologi.
Untuk membangun model geologi ideal,
maka coal explorationist dituntut:

•  Pemahaman mengenai proses-proses geologi.


•  Kemampuan pengamatan dan perekaman data
geologi.
•  Kemampuan analitik/penalaran menghubung-
kan antara keadaan geologi dan proses-proses
geologi yang bekerja di daerah tersebut.
•  Kemampuan sintesa serta penalaran imagina-
tif untuk dapat melakukan prakiraan adanya
endapan batubara.
Model geologi sangat membantu
coal explorationist untuk:

•  Memusatkan perhatian pada sifat kritis geologi


di daerah sasaran.
•  Menentukan tahapan eksplorasi yang memimal
kan risiko.
•  Menentukan pemilihan metode yang tepat-
guna.
•  Melaksanakan eksplorasi dengan biaya dan
waktu seminimal mungkin, tetapi mendapat-
kan hasil yang optimal.
MODEL GEOLOGI REGIONAL

Lingkungan geologi dimana kemungkinan besar


endapan batubara tersebut berada.

Lingkungan geologi dimana proses-proses geologi yang


membentuk endapan batubara berlangsung serta faktor-
faktor pengendalinya yang menyebabkan endapan batu-
bara terbentuk di tempat itu dan pada waktu tertentu.
MODEL
GEOLOGI

MODEL
EKSPLORASI

Peters, 1978
Unsur-unsur model geologi regional
untuk endapan batubara mencakup:

•  Lapisan pembawa batubara dan atau asosiasi


batuan yang berhubungan erat dengan endapan
batubara yang dimaksud.
•  Proses-proses geologi yang membentuk
endapan batubara.
•  Waktu pembentukan endapan batubara, relatif
terhadap lingkungan geologi (batuan pengapit),
syngenetic atau postgenetic.
MODEL GEOLOGI RINCI

Bentuk dan dimensi endapan batubara serta


hubungannya dng keadaan geologi sekelilingnya
MODEL OBYEK GEOLOGI
DETIL MENCAKUP:

1.  Bentuk tubuh atau


dimensi endapan batubara
2. Posisi endapan batubara terhadap
stratigrafi dan lingkungan pengendapan
3. Kedudukan endapan batubara
terhadap struktur geologi.
4. Sifat geologi serta maseral dari tubuh
endapan batubara
5. Sifat fisika dan kimia
endapan batubara.
Diskusi

Mengapa model geologi dapat berbeda-beda


pd endapan batubara di dalam satu cekungan?

Bahkan dapat berbeda-beda pada formasi


pembawa batubara yang sama?

Berbeda-beda pada lapisan batubara yang


sama?
MODEL EMPIRIS
(empirical model - analogi geologi)

Model geologi tentang keterdapatan obyek geolo-


gi yang telah diketahui, tanpa ada penafsiran.
Model empiris mencakup sifat-sifat yang bervari-
asi dari suatu obyek geologi dan diakui sangat
penting, tetapi hubungan antara sifat-sifat terse
but tidak diketahui pasti.
Misal keterdapatan fosfat di batugamping, endap-
an marmer di batugamping, dan zeolit dalam
lingkungan batuan tufa yang terintrusi.
MODEL DESKRIPTIF
(descriptive model)

•  Menekankan pd pemerian lingkungan geologi


(menggambarkan lingkungan dimana obyek geologi
tersebut ditemukan) dan identifikasi karakteristik
obyek geologi.

•  Model deskriptif ini lebih menggambarkan obyek


geologi secara obyektif, dibandingkan model genetik
yang lebih filosofis dan kurang obyektif.

•  Kombinasi model deskriptif dan genetik sangat


disarankan.
Model deskriptif berbasis kandungan sulfur dan
karakteristik cleat pada lapisan batubara yang
terlipat dan tersesarkan
STRUKTUR ANTIKLIN DAN STRUKTUR
PARAMETER SINKLIN ASIMETRI SESAR

Sayap landai Sayap curam Zona sesar


Karakteristik geologi batubara
Cekungan
Cekungan Kutai dan Cekungan Pasir
batubara
F. Balikpapan dan F. Warukin (Miosen Tengah-Miosen
Formasi
Akhir). F. Balikpapan diendapkan pada lingkungan
pembawa
delta plain dan F. Warukin yang diendapkan pada
batubara
lingkungan delta.
Struktur geologi Antiklinorium Samarinda (Antiklin Palaran dan sesar)
regional serta daerah lipatan (Sinklin Busui dan sesar)
Satuan batupasir Formasi Balikpapan yang diendapkan
Lapisan
pada lingkungan upper delta plain dan satuan batupasir
pembawa
Formasi Warukin yang diendapkan pada lingkungan
batubara
transitional lower delta plain.
Antiklin Palaran asimetri dan Sinklin Busui asimetri
Struktur geologi
yang terdiri atas sayap landai (bukan zona sesar), sayap
lokal
curam, dan zona sesar.
ANTIKLIN DAN SINKLIN ASIMETRI SESAR
PARAMETER
Sayap landai Sayap curam Zona sesar
Karakteristik cleat
Jenis cleat Face cleat Face cleat Face cleat
Panjang cleat - > 400 cm -
23-131 cm 40-152 cm 38-90 cm
Tinggi cleat
10-38 cm 18-64 cm 18-51 cm
Lebar bukaan kurang dari 0,1cm, setempat 0,1-0,2 cm
Bukaan cleat
Rapat Agak rapat Renggang
Pengamatan luasan Pengamatan luasan
-
Jarak antar Permukaan: 1-10 cm Permukaan: 1-5 cm
bidang cleat Pengamatan vertikal: Pengamatan vertikal: Pengamatan vertikal:
1-12 cm; 1-10 cm 1-10 cm; 1-5 cm 1-3 cm
Seragam Bervariasi Bervariasi
Jarak dominan
Permukaan: 2-3 cm Permukaan: 1-2 cm -
antar bidang
Vertikal: 1,5-2 cm
cleat Vertikal: 1-3 cm Vertikal: 1 cm
dan 2-3 cm
Frekuensi 18-21 (rerata 18,75) 17-25 (rerata 19,5) 22-27 (rerata 23,6)
cleat 20-21 (rerata 20,17) 20-24 (rerata 21) 22-25 (rerata 24,33)
Kedudukan N270-340oE /55-90o N110-180oE /59-90o N317-322oE//81-85o
cleat N60-130oE/64-88o N230-360oE/74-90 o N60-65oE/85-87o
Kedudukan N290-300oE N120-130oE N320oE
cleat dominan N90-100oE N280-290oE N64oE

Pengisi cleat Soil, blp, oksida besi Soil, batulempung, oksida besi, pirit
STRUKTUR ANTIKLIN DAN SINKLIN STRUKTUR
ASIMETRI SESAR
PARAMETER
Sayap landai Sayap curam Zona sesar
Karakteristik micro-cleat SEM
Jarak bukaan 1-10 mikron, 2-15 mikron, 5-15 mikron,
cleat 90-95% terbuka 85-95% terbuka 90% terbuka
Panjang cleat 30-400 mikron 40-750 mikron 600-900 mikron
Dijumpai mengisi Dijumpai
Mineral pirit Tidak dijumpai bidang micro- mengisi bidang
cleat micro-cleat
Kandungan sufur
Kandungan
0,44-0,61% 0,97-3,60% 2,26-3,43%
sulfur total
Kandungan
0,08-0,10% 0,11-0,44% 0,40-0,64%
sulfur piritik
Mineral pirit Teramati mengisi Teramati
pada bidang bidang cleat, mengisi bidang
Tidak teramati
cleat/bidang tetapi jarang dan cleat dan sesar,
sesar setempat tersebar
MODEL GENETIK (genetic model)

•  Model yang menunjukkan analisis kemungki-


nan obyek geologi yang terjadi pada suatu dae-
rah, terdiri dari komponen genetik utama dan
komponen berinteraksi (model konseptual).

•  Model genetik adalah model deskriptif yang


telah berkembang secara lebih akurat mengenai
genesa dan sifat-sifatnya. Model genetik juga
merupakan pengembangan langsung dari
model empiris.
GEOLOGI, CLEAT, PIRIT
ST SP
0.0 0.5 1.0 0.0 0.5 1.0

Kedalaman (m)
3

SASARAN: lapisan batubara MODEL EKSPLORASI BATUBARA DI


berkandungan sulfur rendah SAYAP LANDAI BERBASIS KANDUNGAN SULFUR

KARAKTERISTIK GEOLOGI, CLEAT, DAN PIRIT


1. Cekungan, formasi, dan satuan batuan pembawa batubara: Cekungan Kutai (F. Balikpapan:
batupasir), Cekungan Pasir (F. Warukin: batupasir), Cekungan Asam-asam (F. Tanjung:
batulempung).
2. Struktur geologi: Antiklinorium Samarinda dan daerah lipatan, kemiringan di Antiklin
Palaran 9–25o, di Sinklin Busui 9–14o, dan di Antiklin Satui.
3. Karakteristik cleat: tinggi 10-131 cm, frekuensi 18-25 (19-20), pengisi: soil, lempung, oksida
besi. Micro-cleat: bukaan 1-10 mikron, panjang 300-400 mikron.
4. Kandungan sulfur: sulfur piritik 0,08-0,10% dan sulfur total 0,44-0,61%. Pirit tidak dijumpai
27atau tidak teramati secara megaskopis.
GEOLOGI, CLEAT, PIRIT
ST SP
0 1 2 0 0.2 0.4
0

Kedalaman (m)
3

4
5

6
7

SASARAN: lapisan batubara MODEL EKSPLORASI BATUBARA DI


berkandungan sulfur menengah SAYAP CURAM BERBASIS KANDUNGAN SULFUR

KARAKTERISTIK GEOLOGI, CLEAT, DAN PIRIT


1. Cekungan, formasi, dan satuan batuan pembawa batubara: Cekungan Kutai (F. Balikpapan:
batupasir), Cekungan Pasir (F. Warukin: batupasir), dan Cekungan Asam-asam (F. Tanjung:
(batulempung)
2. Struktur geologi: Antiklinorium Samarinda dan daerah lipatan, kemiringan di Antiklin
Palaran 15- 47o, di Sinklin Busui 61-75o, dan di Antiklin Satui 61-68o
3. Karakteristik cleat: panjang >4 m, tinggi 40-152 cm, frekuensi 17-25 (20-23), pengisi: soil, lempung,
oksida besi, pirit. Micro-cleat: bukaan 2-15 mikron, panjang 40-750 mikron
4.
28Kandungan sulfur: sulfur piritik 0,11-0,44% dan sulfur total 0,97-3,60%. Pirit tidak dijumpai
mengisi bidang cleat atau sangat jarang/terbatas
GEOLOGI, CLEAT, PIRIT
ST SP
0.0 2.0 4.0 0.0 0.5 1.0
0

Kedalaman (m)
3

SASARAN: lapisan batubara MODEL EKSPLORASI BATUBARA DI


berkandungan sulfur tinggi ZONA SESAR BERBASIS KANDUNGAN SULFUR

KARAKTERISTIK GEOLOGI BATUBARA


1. Cekungan, formasi, dan satuan batuan pembawa batubara: Cekungan Kutai (F. Balikpapan:
batupasir), Cekungan Pasir (F. Warukin: batupasir), dan Cekungan Asam-asam (F. Tanjung:
batulempung)
2. Struktur geologi: Antiklinorium Samarinda dan daerah lipatan, bidang sesar normal di
Antiklin Palaran N154oE/67o, di Sinklin Busui N147oE/74o, dan di Antiklin Satui.
3. Karakteristik cleat: tinggi 18-90 cm, rapat, frekuensi 21-28 (23-25), fragmental, pengisi: soil,
lempung, oksida besi, pirit. Micro-cleat: bukaan 5-15 mikron, panjang 600-900 mikron
4. Kandungan sulfur: sulfur piritik 0,40-0,64% dan sulfur total 2,26-3,43%. Pirit: mengisi cleat/
29micro-cleat dan sesar
MODEL KONSEPTUAL
(conceptual model)

•  Istilah pengembangan dari model genetik


(James W. Babcock, 1984).

•  Model konseptual merupakan model geologi


yang menjelaskan beberapa fenomena geologi
berdasarkan hasil pengamatan.
Selamat menyongsong
fajar menyingsing

PUSTAKA TERPILIH
Cox, D.P. dan Singer, D.A. (1987) : Mineral Deposits
Model, US Geological Survey, Bulletin 169, 379.
Kuncoro dkk. (2008) : Menentukan Model Eksplorasi
Batubara Berbasis Kandungan Sulfur - Kasus Daerah
Palaran dan Busui, Kalimantan Timur, Jurnal JTM ITB,
XV-1, 197-212.
Koesoemadinata R.P., Perencanaan Eksplorasi, 1996,
ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai