Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KENAIKAN HARGA DAN KUALITAS KEDELAI TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN KEDELAI DI MASA PANDEMI COVID-19 PADA PASAR


PAGI DESA GUNUNG BATU

Andri Yansah1, Nisa’ Ulul Mafra2 , Erfan Robyardi3

Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas PGRI Palembang

Email : umakubak2910@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kenaikan harga terhadap
keputusan pembelian, (2) pengaruh kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian, (3) pengaruh
kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemic
covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu. Pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh.
Data penelitian di peroleh membagikan kuisioner tentang kenaikan harga, kualitas kedelai dan
keputusan pembelian kepada 30 responden yang merupakan pedagang tahu-tempe. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda, uji
koefisien determinasi, uji koefisien korelasi dan uji hipotesis. Hasil dari penelitian ini yaitu pada
uji t didapat hasil bahwa variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai secara parsial ada
pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi Covid-19 pada
pasar pagi Desa Gunung Batu, uji F didapatkan hasil yaitu variabel kenaikan harga dan kualitas
kedelai secara simultan ada pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian kedelai di masa
pandemic covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu.

Kata kunci : Kenaikan Harga, kualitas Kedelai, Keputusan Pembelian

ABSTRACT

This study aims to determine (1) the effect of price increases on purchasing decisions, (2)
the effect of soybean quality on purchasing decisions, (3) the effect of price increases and
soybean quality on soybean purchasing decisions during the COVID-19 pandemic at the
morning market in Gunung Batu Village. . Sampling using saturated samples. Research data
obtained by distributing questionnaires about price increases, soybean quality and purchasing
decisions to 30 respondents who are tofu-tempe traders. Data analysis techniques used in this
study are multiple linear regression analysis, coefficient of determination test, correlation
coefficient test and hypothesis testing. The results of this study, namely the t test, the results
showed that the variable price increase and soybean quality partially had a significant influence
on soybean purchasing decisions during the Covid-19 pandemic at the morning market in
Gunung Batu Village, the F test obtained results, namely the variable price increase and
soybean quality. Simultaneously there was a significant influence on soybean purchasing
decisions during the Covid-19 pandemi at the Gunung Batu Village morning market.

Keywords: Price Increase, Soybean Quality, Purchase Decision


PENDAHULUAN

Seorang pemasar harus melihat atau mempertimbangkan hal-hal yang berpengaruh


terhadap keputusan pembelian dan membuat suatu ketetapan konsumen membuat keputusan
pembeliannya. Salah satu faktor dari keputusan pembelian yaitu harga. Menurut Ruhamak
(2016) sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang
ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu
produk atau jasa. Sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya disebut dengan harga.
Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang dibutuhkan
untuk menukarkan produk atau jasa yang dilakukan oleh pelanggan.

Menurut Riyono & Budiharjo (2016) pengambilan keputusan dalam menetapkan harga
produk yang tepat dapat mempengaruhi jumlah produk yang mampu dijual dipasaran. Semakin
tinggi harga maka semakin rendah permintaan terhadap suatu produk. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa harga merupakan salah satu pengaruh dari keputusan pembelian. Semakin
tinggi harga maka semakin rendah keputusan pembelian dan sebaliknya semakin rendah harga
semakin tinggi keputusan pembelian.

Selain harga, kualitas produk juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian. Menurut Afnina & Hastuti (2018) kualitas produk merupakan kualitas
yang meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, kualitas yang mencakup
produk, jasa, manusia, proses serta lingkunngan, kualitas merupakan kondisi yang selalu
berubah. Menurut Boediono dkk (2018) karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang dinyatakan atau diimplikasikan.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya kualitas produk berpengaruh terhadap
keputusan pembelian. Semakin tinggi kualitas suatu produk maka semakin tinggi pula keputusan
pembelian yang akan diambil oleh konsumen.

Kedelai merupakan sumber protein nabati bagi sebagian besar penduduk yang ada di
indonesia. Kedelai juga digunakan sebagai bahan baku utama dalam proses pembuatan tahu,
tempe, kecap dan lain sebagainya. Dilihat dari harganya yang murah serta bergizi tahu dan tempe
menjadi incaran hampir seluruh masyarakat indonesia mulai dari golongan perekonomiannya
rendah sampai perekonomian yang tinggi. Hal tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya
produksi makanan yang berbahan baku kedelai. Namun tingginya permintaan kedelai tidak dapat
diimbangi dengan meningkatnya produksi kedelai di dalam negeri Ningsih (2017).

Pada tahun 2020, total produksi dalam negeri hanya mencapai 57.235 ton. Jumlah
tersebut tentu tidak sesuai dengan kebutuhan konsumsi kedelai negeri yang mencapai 447.910
ton dengan defisit 390.677 ton yang harus dipenuhi dari impor Disperindag (2020). Badan pusat
statistik mencatat, dari bulan januari-oktober 2020 impor kedelai mengalami penurunan sebesar
10,31 persen dibanding periode yang sama ditahun 2019 Disperindag (2020).
Akhir-akhir ini Indonesia digencarkan dengan wabah penyakit yang dinamakan Virus
Corona (Covid-19) yang menyebabkan banyak sekali dampak negatif bagi kehidupan. Salah satu
dampak negatif dari Covid-19 yaitu kenaikan harga kedelai. Harga kedelai di pasaran akibat dari
Covid-19 ini meroket hingga 50% yakni mencapai kisaran harga kurang lebih Rp. 9.000/ Kg. Hal
ini dapat menyebabkan para produsen Tahu dan Tempe menjadi kesulitan dalam memproduksi
Tahu dan Tempe karena harga bahan baku pembuatanya sangat melonjak jauh dari biasanya.

Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu pedagang Tahu dan Tempe di Pasar Pagi
Desa Gunung Batu, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan, dapat
diambil informasi bahwa harga kedelai meroket yakni dengan harga Rp. 9.300/ Kg. Sehingga
menyebabkan beberapa pedagang di Pasar Pagi Gunung Batu mengambil keputusan untuk
mogok berjualan. Keputusan ini diambil dengan harapan agar harga kedelai berubah menjadi
normal seperti harga sebelumnya, namun yang terjadi melainkan harga kedelai diprediksikan
melonjak hingga harga Rp. 10.000/ Kg. Hal ini menyebabkan Tahu dan Tempe yang beredar di
pasaran semakin sedikit. Kenaikan harga kedelai ini sangat berpengaruh terhadap produksi Tahu
dan Tempe, meskipun harga kedelai mahal para pedagang di Pasar Pagi Desa Gunung Batu
tidakbisa menaikkan harga Tahu dan Tempe karena takut jika Tahu dan Tempe tidak laku
dipasaran.

Dari berbagai masalah tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Kenaikan Harga Dan Kualitas Kedelai Terhadap Keputusan Pembelian Kedelai Di
Masa Pandemi Covid-19 Pada Pasar Pagi Desa Gunung Batu “.

LANDASAN TEORI

Harga
Menurut Budianto (2015:257) harga merupakan jumlah semua nilai yang diberikan oleh
pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau
jasa. Bagi perusahaan, Harga bakal memberikan hasil dengan melahirkan pendapatan. Selain itu
harga juga dapat kita sebut sebagai jumlah yang akan dibayarkan oleh pembeli untuk suatu
barang atau jasa. Sedangkan bagi penjual, harga bisa diartikan sebagai nilai yang diminta untuk
barang yang ditawarkan kepada si konsumen.

Menurut Tjiptono (2015:289) harga adalah satuan uang atau bentuk lainya (termasuk
barang atau jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak memiliki atau penggunaan
barang atau jasa.

Dari beberapa pengertian harga menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa harga
merupakan patokan dari seorang konsumen untuk melakukan pembelian, harga bisa kita sebut
sebagai nilai dalam bentuk satuan uang yang dipakai sebagai alat tukar terhadap suatu barang.

Indikator Harga
Menurut Tjiptono (2015:298) indikator harga yaitu : Keterjangkauan suatu harga, Kesesuaian
harga dan kualitas produk, Daya saing suatu harga, Kesesuaian harga dan manfaat produk, Harga
mempengaruhi daya beli konsumen
Kualitas Produk
Menurut Sudaryono (2016:207) kualitas produk merupakan kehandalan suatu barang
untuk memberikan hasil yang sesuai bahkan melebihi dari yang diinginkan seorang pelanggan
sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Menurut Suharno & Sutarso (2011:140)
kualitas produk adalah senjata strategis yang menguntungkan untuk mengalahkan pesaing.
Semakin berkualitasnya produk yang terdapat dalam suatu produk maka semakin memancing
konsumen untuk melakukan pembelian. Jika dalam suatu produk terdapat kualitas yang sudah
terjamin nilai bobot nya, memiliki manfaat yang lebih maka konsumen tidak akan melirik produk
lain dan bakal tetap membeli yang sudah terjamin kualitasnya.

Menurut Tjiptono (2015:231) kualitas produk merupakan suatu kondisi aktifnya


hubungan antara produk, jasa, manusia, proses, maupun lingkungan yang melebihi keinginan.

Dari pengertian kualitas produk menurut para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa
kualitas produk adalah kelebihan dari suatu produk, jasa, maupun lingkungan dengan tujuan
memuaskan dan tetap mengutamakan kebutuhan atau keinginan konsumen.

Indikator Kualitas Produk

Menurut Tjiptono & Chandra (2016:215) indikator kualitas produk yaitu : Warna, Bentuk,
Ukuran, Tekstur, Aroma, Penampilan, Rasa, Temperatur, Tingkat Kematangan.

Keputusan Pembelian
Menurut Tjiptono (2015:55) keputusan pembelian merupakan proses dimana konsumen
mengenali masalahnya, mencari tau mengenai produk atau merek dan menilai seberapa baik
masing-masing opsi tersebut untuk menyelesaikan masalahnya. Menurut Budianto (2015:59)
keputusan pembelian adalah bagian dari perilaku konsumen yaitu ilmu tentang bagaimana
individu, kelompok, organisasi memilih, membeli, memakai, dan bagaimana barang, jasa, ide
atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.

Menurut Sudaryono (2016:100) keputusan pembelian ialah tahap penilaian, konsumen


membuat keutamaan antara merek-merek dalam pilihan dan juga dapat membentuk niat agar
membeli merek yang paling disukai. keputusan pembelian juga merupakan tahap dari proses
pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar- benar membeli produk, tahapan dalam
proses pengambilan keputusan pembelian antara lain pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, konsumsi pasca pembelian dan evaluasi.

Dari beberapa pengertian keputusan pembelian menurut para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa keputusan pembelian ialah perilaku dari konsumen yaitu dengan melakukan
penilaian terhadap produk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.

Indikator Keputusan Pembelian


Indikator dari keputusan pembelian Menurut Suharno & Sutarso (2011:95) : Kebutuhan yang
dirasakan, kegiatan sebelum Pembelian, perilaku waktu pemakaian, perilaku sesudah pembelian.
Kerangka Pemikiran

Berdasarkan Tujuan penelitian, teori harga, kualitas produk, keputusan pembelian dan
penelitian terdahulu diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :

KENAIKAN HARGA H1
(X1)

H3 KEPUTUSAN
PEMBELIAN
(Y)

KUALITAS KEDELAI H2
(X2)

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang disajikan pada gambar 2, diatas menjelaskan bahwa ada
hubungan antara variabel harga dengan keputusan pembelian. Jika terjadi perubahan harga dapat
dipastikan konsumen akan mempertimbangkan kembali untuk membeli produk. Kualitas produk
juga mempengaruhi konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. Jika suatu produk
mampu memenuhi kebutuhan konsumen maka konsumen memutuskan suatu produk.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disebut metode kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2018:7) metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
instrumen penelitian digunakan dalam proses pengumpulan data, sedangkan analisis data bersifat
statistik atau kuantitatif dengan tujuan agar dapat menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Populasi dan Sampel


Populasi yang menjadi narasumber dalam penelitian ini yaitu pedagang Tahu-Tempe di
Pasar Pagi Gunung Batu yang jumlahnya mencapai 30 orang. Dalam penelitian ini, penarikan
sampel menggunakan Sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.

Teknik Uji Coba Instrumen


a. Uji Validitas
Menurut Sujarweni (2020:165), digunakan untuk mengukur suatu masalah valid tidaknya
suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan sah apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

b. Uji Reliabilitas
Menurut Sujarweni (2020:168) uji reliabilitas merupakan alat pengukuran suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsistenatau stabil dari waktu ke
waktu.
Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas
Menurut Sujarweni (2020:225) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak.

b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Sujarweni (2020:226) uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Glejser yaitu menguji tingkat signifikan. Pengujian ini dilakukan untuk
merespon variabel X sebagai variabel independen dengan nilai absolute unstandardized residual
regresi sebagai variabel dependen.

c. Uji Multikolinearitas
Menurut Sujarweni (2020:226) uji ini bertujuan untuk mengetahui keadaan antara dua
variabel independen atau lebih pada model regresi bahwa terjadi hubungan linear yang sempurna
atau mendeteksi sempurna.

Teknik Analisis Data

a. Analisis Regresi Linier Berganda


Menurut Sugiyono (2018:192) menjelaskan bahwa analisis regresi linier berganda adalah
model analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas yaitu harga
dan kualitas produk terhadap variabel terikat yaitu keputusan pembelian. Berikut rumus
persamaan regresi yang digunakan :

Y = a + b1X1 + b2X2

b. Koefisien Determinasi (R2)


Menurut Sugiyono (2018:185) koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
besarnya persentase pengaruh pada variabel independen dalam model regresi terhadap variabel
dependennya. Besarnya nilai koefisien determinasi berupa persentase, yang menunjukkan
persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh model regresi. Nilai
koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai R-square.

c. Koefisien Korelasi (R)


Menurut Sugiyono (2018:184) koefisien korelasi merupakan suatu analisis untuk
mengetahui tingkat keeratan hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y) dan juga untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y).

Uji Hipotesis

a. Uji t (Parsial)
Untuk mengetahui pengaruh kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan
pembelian maka dilakukan Uji t atau test “t”. Dasar keputusan dalam pengujian ini antara lain;
jika angka probabilitas signifikansi > 0,05 maka H 0 diterima dan Ha ditolak, Jika angka
probabilitas signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Uji F (Simultan)
Fungsi uji F yaitu untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen yang
dimaksudkan dalam persamaan regresi secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel
dependen. Kriteri pengujiannya yaitu sebagai berikut : Jika Signifikan > 0,05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima, jika Signifikan < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Hasil Analisis Data


a. Uji Validitas Variabel Kenaikan Harga (X1)

Tabel 1.1
Uji Validitas Variabel Kenaikan Harga
Item Pearson Correlation Sig. Keterangan
1 0,000 < 0,50 Valid
2 0,001 < 0,50 Valid
3 0,000 < 0,50 Valid
4 0,001 < 0,50 Valid
5 0,005 < 0,50 Valid
6 0,004 < 0,50 Valid
7 0,000 < 0,50 Valid
8 0,002 < 0,50 Valid
9 0,152 < 0,50 Valid
10 0,005 < 0,50 Valid

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan semua butir pertanyaan/pernyataan dari item 1


sampai 10 pada variabel Kenaikan Harga menunjukkan nilai Pearson Correlation< Sig. 0,50,
berarti seluruh butir pertanyaan/pernyataan dapat dikatakan valid. Dari hal ini dapat di artikan
butir yang dijadikan indikator variabel kenaikan harga telah sah untuk di jadikan alat ukur dalam
penelitian ini.

b. Uji Validitas Variabel Kualitas Kedelai (X2)

Tabel 1.2
Uji Validitas Variabel Kualitas Kedelai
Item Pearson Correlation Sig. Keterangan
1 0,015 < 0,50 Valid
2 0,001 < 0,50 Valid
3 0,092 < 0,50 Valid
4 0,066 < 0,50 Valid
5 0,000 < 0,50 Valid
6 0,000 < 0,50 Valid
7 0,000 < 0,50 Valid
8 0,039 < 0,50 Valid
9 0,003 < 0,50 Valid
10 0,000 < 0,50 Valid
11 0,000 < 0,50 Valid
12 0,000 < 0,50 Valid
13 0,081 < 0,50 Valid
14 0,003 < 0,50 Valid
15 0,139 < 0,50 Valid
16 0,000 < 0,50 Valid
17 0,008 < 0,50 Valid
18 0,140 < 0,50 Valid
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan semua butir pertanyaan/pernyataan dari item 1
sampai 18 pada variabel kualitas kedelai menunjukkan nilai Pearson Correlation< Sig. 0,50,
berarti seluruh butir pertanyaan/pernyataan dapat dikatakan valid. Dari hal ini dapat di artikan
butir yang dijadikan indikator variabel kualitas kedelai telah sah untuk di jadikan alat ukur dalam
penelitian ini.

3. Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Tabel 1.3
Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian
Item Pearson Correlation Sig. Keterangan
1 0,000 < 0,50 Valid
2 0,000 < 0,50 Valid
3 0,000 < 0,50 Valid
4 0,001 < 0,50 Valid
5 0,294 < 0,50 Valid
6 0,000 < 0,50 Valid
7 0,000 < 0,50 Valid
8 0,002 < 0,50 Valid
9 0,330 < 0,50 Valid
10 0,020 < 0,50 Valid

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan semua butir pertanyaan/pernyataan dari item 1


sampai 10 pada variabel keputusan pembelian menunjukkan nilai Pearson Correlation< Sig.
0,50, berarti seluruh butir pertanyaan/pernyataan dapat dikatakan valid. Dari hal ini dapat di
artikan butir yang dijadikan indikator variabel keputusan pembelian telah sah untuk di jadikan
alat ukur dalam penelitian ini.

a. Uji Reliabilitas Variabel Kenaikan Harga (X1)

Tabel 1.4
Uji Reliabilitas Variabel Kenaikan Harga (X1)
Variabel Cronbach Alpha ≥ 0,60 (α) Keterangan

Kenaikan Harga (X1) 0.720 0,60 Reliabel

Berdasarkan tabel 4.4 uji reliabilitas di hitung dengan menggunakan rumus koefisien
Alpha Cronbach dengan Program SPSS Versi 23 yaitu dengan mambandingkan koefisien (α)
0,60, dengan ketentuan jika koefisien (α) Cronbach ≥ 0,60, maka nilai variabel kenaikan harga
0,775 ≥ 0,60 , dapat diartikan bahwa pertanyaan indikator dari variabel kenaikan harga adalah
reliabel dan layak digunakan pada penelitian selanjutnya.

b. Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Kedelai (X2)

Tabel 1.5
Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Kedelai (X2)
Variabel Cronbach Alpha ≥ 0,60 (α) Keterangan

Kualitas Kedelai (X2) 0,827 0,60 Reliabel


Berdasarkan tabel uji reliabilitas di hitung dengan menggunakan rumus koefisien Alpha
Cronbach dengan Program SPSS Versi 23 yaitu dengan mambandingkan koefisien (α) 0,60,
dengan ketentuan jika koefisien (α) Cronbach ≥ 0,60, maka nilai variabel kualitas kedelai 0,841
≥ 0,60 item-item tersebut dinyatakan reliabel, yang berarti bahwa pertanyaan/pernyataan
indikator dari variabel kualitas kedelai layak digunakan pada penelitian selanjutnya.

c. Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Tabel 1.6
Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Variabel Cronbach Alpha ≥ 0,60 (α) Keterangan

Keputusan Pembelian (Y) 0.688 0,60 Reliabel

Berdasarkan tabel uji reliabilitas di hitung dengan menggunakan rumus koefisien Alpha
Cronbach dengan Program SPSS Versi 23 yaitu dengan mambandingkan koefisien (α) 0,60,
dengan ketentuan jika koefisien (α) Cronbach ≥ 0,60, maka nilai variabel keputusan pembelian
0,700 ≥ 0,60 item-item tersebut dinyatakan reliabel, yang berarti bahwa pertanyaan/pernyataan
indikator dari variabel keputusan pembelian layak digunakan pada penelitian selanjutnya.

Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas

Tabel 1.7
Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std.
1.70580114
Deviation
Most Extreme Absolute .078
Differences Positive .073
Negative -.078
Test Statistic .078
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan Asiymp.sig (2-tailed) sebesar
0,200 yaitu lebih besar dari 0,05. Maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji
normalitas dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau
persyaratan normalitas dalam model regresi telah terpenuhi.
b. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 1.8
Uji heteroskedastisitas
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.044 1.521 2.000 .056
Kenaikan Harga -.110 .071 -.528 -1.540 .135
Kualitas Kedelai .035 .041 .291 .849 .403

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai signifikan kedua variabel kenaikan harga dan
kualitas kedelai lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

c. Uji Multikolinearitas

Tabel 1.9
Uji Multikolinearitas
Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.754 2.849
Kenaikan Harga -.752 .134 -.750 .282 3.543
Kualitas Kedelai .850 .077 1.475 .282 3.543

Dari tabel 4.12 di atas dapat diketahui nilai tolerance variabel yaitu variabel kenaikan
harga dan kualitas kedelai (X) adalah 0,282 berarti lebih dari 0,10 dan nilai VIF adalah 3,543
berarti kurang dari 10. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas.

d. Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 1.10
Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model
B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.754 2.849
Kenaikan Harga -.752 .134 -.750
Kualitas Kedelai .850 .077 1.475

Pada tabel diatas hasil menunjukkan rangkuman model regresi yang dibentuk
berdasarkan hasil regresi linear berganda untuk variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai (X)
terhadap keputusan pembelian (Y) diperoleh koefisien dengan nilai konstanta = 7.754 dan b1 =
-0,752 b2 = 0,850 sehingga diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2
Y = 7.754 + (-0,752) + 0,850
Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan, nilai a sebesar 7.754 merupakan
konstanta atau keadaan saat variabel keputusan pembelian belum dipengaruhi oleh variabel
lainnya yaitu variabel kenaikan harga (X1) dan kualitas kedelai (X2). Jika variabel independen
tidak ada maka variabel keputusan pembelian tidak mengalami perubahan. Nilai b 1 sebesar –
0,752 menunjukkan bahwa variabel kenaikan harga mempunyai pengaruh negatif terhadap
keputusan pembelian yang bearti bahwa setiap kenaikan 1 satuan variabel kenaikan harga maka
akan mempengaruhi keputusan pembelian sebesar -0,752, atau sebaliknya. Nilai b 2 sebesar 0,850
menunjukkan bahwa variabel kualitas kedelai mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan
pembelian bearti bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel kualitas kedelai maka akan
mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 0,850, atau sebaliknya.

e. Uji Koefisien Determinasi

Tabel 1.11
Uji Koefisien Determinasi
Model R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .864 .854 1.768

Pada tabel 4.14 diatas menjelaskan persamaan koefisien determinasi sebagai berikut : KD = R2 x
100%, KD = 0,864 x 100%, KD = 86,4 %
Hasil dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai KD adalah 86,4%. Artinya bahwa
besarnya pengaruh kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian (Y) adalah
sebesar 86,4%.

f. Uji Koefisien Korelasi

Tabel 1.12
Uji Koefisien Korelasi
Model R Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .930a .854 1.768

Pada table 4.15 di atas menunjukkan bahwa nilai korelasi variabel kenaikan harga dan
kualitas kedelai (X) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,930. Artinya hubungan yang
diberikan oleh variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai (X) terhadap keputusan pembelian
(Y) sangat kuat dan positif.

Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)

Tabel 1.13
Uji t (Parsial)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.754 2.849 2.722 .011

Kenaikan Harga -.752 .134 -.750 -5.614 .000

Kualitas Kedelai .850 .077 1.475 11.045 .000

Pada tabel 4.16 diatas menunjukkan hasil nilai signifikan sebagai berikut : Variabel
kenaikan harga (X1) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari
0,05 artinya Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga secara
parsial ada pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Variabel kualitas kedelai (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05
atau kurang dari 0,05 artinya Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas
kedelai secara parsial ada pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

b. Uji F (Simultan)

Tabel 1.14
Uji F (Simultan)
Sum of Mean
Model Df F Sig.
Squares Square
1 Regression 536.417 2 268.209 85.819 .000b
Residual 84.383 27 3.125

Total 620.800 29

Pada tabel 4.17 diatas hasil menunjukkan nilai signifikan antara variabel
bebas/independen (X) terhadap variabel terikat/dependen (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang
dari 0,05 artinya Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
(kenaikan harga dan kualitas kedelai) secara simultan ada pengaruh signifikan terhadap variabel
terikat (keputusan pembelian).

Pembahasan
Pengaruh Kenaikan Harga terhadap Keputusan Pembelian Kedelai di Masa Pandemi
Covid-19 pada Pasar Pagi Desa Gunung Batu
Hasil uji t menunjukkan nilai signifikan variabel kenaikan harga (X1) terhadap keputusan
pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05 artinya H o ditolak Ha diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga secara parsial ada pengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian.
Seorang konsumen mengidentifikasi harga terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian
dan harga pun selalu menjadi patokan utama bagi seorang konsumen dalam melakukan
pembelian atau tidak. Semakin terjangkaunya suatu harga maka keputusan pembelian kedelai di
pasar pagi Desa Gunung Batu akan meningkat, begitupun sebaliknya jika suatu harga mengalami
kenaikan maka keputusan pembelian kedelai di pasar pagi Desa Gunung Batu akan menurun.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikembangkan oleh Kurniawan (2020),
Joshua & Padmalia (2016), Kristian & Widayanti (2016) yang mendukung bahwa harga secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Pengaruh Kualitas Kedelai terhadap Keputusan Pembelian Kedelai di Masa Pandemi


Covid-19 pada Pasar Pagi Desa Gunung Batu
Hasil uji t menunjukkan variabel kualitas kedelai (X2) terhadap keputusan pembelian (Y)
sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05 artinya Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kualitas kedelai secara parsial ada pengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian.
Kualitas produk diciptakan dengan tetap memperhatikan tujuan yaitu memuaskan dan
mengutamakan kebutuhan atau keinginan konsumen. Begitupun dengan Kualitas kedelai,
kualitas kedelai merupakan tanggung jawab besar bagi seorang pedagang tahu tempe, untuk
menjaga keunggulan produknya. Semakin bagus kualitas kedelai maka produk yang
dihasilkanpun akan sangatlah baik dan berkualitas.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dikembangkan oleh Kamalita (2021) yang
mengatakan bahwa Kualitas Kedelai secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian.

Pengaruh Kenaikan Harga dan Kualitas Kedelai terhadap Keputusan Pembelian Kedelai
di Masa Pandemi Covid-19 pada Pasar Pagi Desa Gunung Batu
Hasil uji F menunjukkan nilai signifikan variabel Kenaikan Harga dan Kualitas Kedelai
(X) terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05
artinya Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (kenaikan
harga dan kualitas kedelai) secara simultan ada pengaruh signifikan terhadap variabel terikat
(keputusan pembelian).
Diketahui nilai koefisien korelasi (R) secara keseluruhan sebesar 0,930 atau 93,0% yang
bearti hubungan antara variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan
pembelian kedelai di masa pandemi covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu dapat
disimpulkan memiliki hubungan yang sangat kuat dan positif. Sedangkan koefisien determinasi
(R2) secara keseluruhan sebesar 0,864 dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh kenaikan harga
dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi covid-19 pada pasar
pagi Desa Gunung Batu adalah 86,4%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Igir,
Tampi & Taroreh (2018) yang mendukung bahwa kenaikan harga dan kualitas kedelai secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Kesimpulan
1. Variabel kenaikan harga (X1) secara parsial ada pengaruh signifikan terhadap variabel
keputusan pembelian (Y) kedelai di masa pandemi Covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung
Batu.
2. Variabel kualitas kedelai (X2) secara parsial ada pengaruh signifikan terhadap variabel
keputusan pembelian (Y) kedelai di masa pandemic Covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung
Batu
3. Variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai (X) secara simultan ada pengaruh signifikan
terhadap variabel keputusan pembelian (Y) di masa pandemi Covid-19 pada pasar pagi Desa
Gunung Batu.

Saran
1. Harga merupakan hal yang selalu menjadi perhatian utama bagi konsumen. Maka diharapkan
para penjual untuk selalu menetapkan harga sesuai kualitas yang diberikan, tujuannya agar
dapat meningkatkan keputusan pembelian masyarakat. Penjual kedelai juga hendaknya
memperhatikan dalam menentukan harga kedelai, agar harga tetap mudah dijangkau oleh
pedagang tahu-tempe.
2. Pedagang juga diharapkan memperhatikan kualitas kedelai dalam memproduksi tahu-tempe,
menciptakan produk baru dan mengikuti perkembangan zaman dengan tujuan untuk
memuaskan konsumen, karna dengan kualitas bahan yang baik maka produk yang dihasilkan
pun akan baik dan tetap memiliki cita rasa dan keunggulan tersendiri. Kesesuaian harga dan
selalu diperhatikannya kualitas kedelai tentu akan meningkatkan jumlah keputusan
pembelian.

DAFTAR PUSTAKA
Afnina, & Hastuti, Y. (2015). Pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan. Jurnal
Samudra Ekonomi Dan Bisnis, 9(1), 22-23.
Boediono, M., Christian, S., & Immanuel, D. M. (2018). Pengaruh kualitas produk dan kualitas
layanan terhadap keputusan pembelian konsumen sealantwax. Jurnal Manajemen dan
Start-Up Bisnis, 3(1), 92-93.
Habibah, U., & Sumiati. (2016). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan
pembelian produk kosmetik wardah di kota bangkalan madura. Jurnal Ekonomi & Bisnis,
1(1), 31.
Igir, F. G., Tampi, J. R., & Taroreh, H. (2018). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap
keputusan pembelian mobil daihatsu grand max pick up. Jurnal Administrasi Bisnis, 6(2),
88-93.
Riyono, & Budiharja. (2016). Pengaruh kualitas produk, harga, promosi dan brand image
terhadap keputusan pembelian produk aqua. Jurnal Stie Semarang, 8(2),101.
Ruhamak, M. (2016). Analisis faktor yang mempengaruhi konsume dalam pengambilan
keputusan pembelian produk air minum merk aqua. EkoNiKa, 1(1), 44.
Sugiyono. (2018).Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan
r&d.Bandung:ALFABETA.
Fatmaningrum, R. S., Susanto, & Fadhilah, M. (2020). Pengaruh kualitas produk dan citra merek
terhadap keputusan pembelian minuman frestea. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen,
Ekonomi, dan Akuntansi), 4(1), 176-177.
Joshua, D., & Padmalia, M. (2016). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan
pembelian konsumen. Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship, 5(1), 27.
Kristian, D., & Widayanti, R. (2016). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan
pembelian sepeda motor honda pada mahasiswa kampus 1 universitas kristen krida
wacana. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis,16(1), 45.
Sujarweni, V. W. (2020). Metodologi penelitian bisnis dan ekonomi. Solo: Pustaka Baru.
Ningsih, O. (2017). Dampak kenaikan harga kedelai terhadap industri tahu dan tempe di kota
pekanbaru. JOM Fekon, 4(1), 994-997.
Sudaryono. (2016). Manajemen pemasaran teori & implementasi. Yogyakarta:CV ANDI
OFFSET.
Suharno, & Sutarso, Y. (2011). Marketing in practice. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Budianto, A. (2015). Manajemen pemasaran. Yogyakarta: PENERBIT OMBAK.

Tjiptono, F. (2015). Strategi pemasaran. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

Tjiptono, F., & Chandra, G. (2016). Service, Quality, Satisfaction. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai