Analisis Pelaksanaan Manajemen Mutu Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan
Analisis Pelaksanaan Manajemen Mutu Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan
GELADIKARYA
Oleh :
AMERINA SYAFHARINI, ST
087007074
KONSENTRASI PEMASARAN TEKNOLOGI
NIM : 087007074
Disetujui,
Komisi Pembimbing :
MEDAN”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
Amerina Syafharini, ST
Manajemen mutu bagi suatu Rumah Sakit (RS) kini sangat penting
dikarenakan persaingan antar RS yang sudah semakin ketat sehingga menuntut
mutu pelayanan yang harus terus menerus diperbaiki dan disempurnakan oleh
manajemen khususnya pada instalasi rawat inap. Untuk menciptakan pelayanan
yang berkualitas di sebuah RS, Departemen Kesehatan (Depkes) serta forum
independen Indonesian Health Quality Network (IHQN) menetapkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebagai syarat pelayanan yang harus dipenuhi oleh
sebuah RS dan sebagai indikator tingkat penilaian mutu pelayanan RS, Depkes
menggunakan 5 indikator utama agar RS tersebut dikatakan berkualitas, yakni
angka hunian pasien rawat inap (Bed Occupancy Rate=BOR), lama rata-rata
perawatan pasien di RS (Average Length of Stay=AVLOS), frekuensi penggunaan
tempat tidur rata-rata/tahun oleh berbagai pasien (Bed Turn Over=BTO), rata-rata
lama sebuah tempat tidur berada dalam keadaan kosong (Turn Over
Interval=TOI),
Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati Medan adalah sebuah RS tipe C
milik swasta yang memiliki kapasitas 100 unit tempat tidur (TT). Dari kelima
indikator yang utama penilaian mutu pelayanan, nilai BTO dari RSI Malahayati 2
tahun terakhir berada di luar batas standar (50 kali/tahun) yakni 52,5 (tahun 2009)
dan 52,6 (tahun 2010). Tingginya nilai BTO memberikan dampak positif terhadap
pendapatan operasional namun juga memiliki dampak negatif yakni menggangu
kualitas pelayanan dari RS itu sendiri. Oleh karena itu dilakukan evaluasi daripada
pelayanan yang diberikan dengan membandingkannya dengan SPM yang telah
ditetapkan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen mutu pelayanan
di instalasi rawat inap RSI Malahayati sejauh ini.
Dari hasil evaluasi, terlihat bahwa RSI Malahayati masih belum memenuhi
SPM Depkes dan IHQN untuk masing-masing kategori pelayanan medis, rekam
medik dan peralatan medis. Indikator yang belum terpenuhi untuk sub sistem
pelayanan medis antara lain jam visite dokter, evaluasi mutu, pelatihan, infeksi
pasca operasi, infeksi nosokomial, pasien jatuh/medication error, kematian pasien
> 48 jam, tidak adanya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB dan pre operative
death rate. Sedangkan untuk sub sistem rekam medik antara lain kelengkapan
pengisian rekam medik dan informed consent, kecukupan tenaga rekam medik,
master data yang terkomputerisasi, fasilitas rekam medik dan evaluasi mutu. Dan
untuk sub sistem peralatan medis antara lain kecepatan waktu dalam menanggapi
kerusakan alat, ketepatan waktu pemeliharaan alat, ketepatan waktu dalam
kalibrasi.
Dari hasil analisis terlihat bahwa masih banyak kekurangan manajemen
dalam melaksanakan manajemen mutu pelayanan sehingga menyebabkan belum
terpenuhinya beberapa indikator diatas. Oleh karena itu, manajemen kini harus
melakukan perubahan dengan cara melakukan perubahan konsep manajemen yang
meliputi strategi, budaya RS dan kepedulian terhadap pelanggan serta melakukan
perbaikan berupa menghancurkan hambatan internal, memotivasi dan
meningkatkan kemampuan karyawan, melakukan riset pasar, membangun
hubungan jangka panjang dengan pasien dan pemasok, teknologi untuk
memperbaiki pelayanan kepada pelanggan
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
Malahayati Medan yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan dengan judul
pelayanan medis, rekam medik dan peralatan medis serta literatur yang berkaitan
masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sebagai pedoman dalam penulisan
lainnya. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita
semua.
HALAMAN
BAB I PENDAHULUAN
2.2.3. Penyediaan Sarana Medik, Non Medik, dan Obat obatan ........ 12
(IHQN) ..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
TABEL HALAMAN
Kesehatan ............................................................................................ 37
6.1. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSI Malahayati Tahun 2009 ........... 51
6.2. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSI Malahayati Tahun 2010 ........... 51
6.7. Angka Kejadian Pulang Paksa RSI Malahayati Tahun 2008-2011 .... 66
GAMBAR HALAMAN
6.3. Grafik Angka Infeksi Pasca Operasi Periode Januari-Juni 2011 .....60
Manajemen mutu bagi suatu Rumah Sakit (RS) kini sangat penting
dikarenakan persaingan antar RS yang sudah semakin ketat sehingga menuntut
mutu pelayanan yang harus terus menerus diperbaiki dan disempurnakan oleh
manajemen khususnya pada instalasi rawat inap. Untuk menciptakan pelayanan
yang berkualitas di sebuah RS, Departemen Kesehatan (Depkes) serta forum
independen Indonesian Health Quality Network (IHQN) menetapkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebagai syarat pelayanan yang harus dipenuhi oleh
sebuah RS dan sebagai indikator tingkat penilaian mutu pelayanan RS, Depkes
menggunakan 5 indikator utama agar RS tersebut dikatakan berkualitas, yakni
angka hunian pasien rawat inap (Bed Occupancy Rate=BOR), lama rata-rata
perawatan pasien di RS (Average Length of Stay=AVLOS), frekuensi penggunaan
tempat tidur rata-rata/tahun oleh berbagai pasien (Bed Turn Over=BTO), rata-rata
lama sebuah tempat tidur berada dalam keadaan kosong (Turn Over
Interval=TOI),
Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati Medan adalah sebuah RS tipe C
milik swasta yang memiliki kapasitas 100 unit tempat tidur (TT). Dari kelima
indikator yang utama penilaian mutu pelayanan, nilai BTO dari RSI Malahayati 2
tahun terakhir berada di luar batas standar (50 kali/tahun) yakni 52,5 (tahun 2009)
dan 52,6 (tahun 2010). Tingginya nilai BTO memberikan dampak positif terhadap
pendapatan operasional namun juga memiliki dampak negatif yakni menggangu
kualitas pelayanan dari RS itu sendiri. Oleh karena itu dilakukan evaluasi daripada
pelayanan yang diberikan dengan membandingkannya dengan SPM yang telah
ditetapkan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen mutu pelayanan
di instalasi rawat inap RSI Malahayati sejauh ini.
Dari hasil evaluasi, terlihat bahwa RSI Malahayati masih belum memenuhi
SPM Depkes dan IHQN untuk masing-masing kategori pelayanan medis, rekam
medik dan peralatan medis. Indikator yang belum terpenuhi untuk sub sistem
pelayanan medis antara lain jam visite dokter, evaluasi mutu, pelatihan, infeksi
pasca operasi, infeksi nosokomial, pasien jatuh/medication error, kematian pasien
> 48 jam, tidak adanya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB dan pre operative
death rate. Sedangkan untuk sub sistem rekam medik antara lain kelengkapan
pengisian rekam medik dan informed consent, kecukupan tenaga rekam medik,
master data yang terkomputerisasi, fasilitas rekam medik dan evaluasi mutu. Dan
untuk sub sistem peralatan medis antara lain kecepatan waktu dalam menanggapi
kerusakan alat, ketepatan waktu pemeliharaan alat, ketepatan waktu dalam
kalibrasi.
Dari hasil analisis terlihat bahwa masih banyak kekurangan manajemen
dalam melaksanakan manajemen mutu pelayanan sehingga menyebabkan belum
terpenuhinya beberapa indikator diatas. Oleh karena itu, manajemen kini harus
melakukan perubahan dengan cara melakukan perubahan konsep manajemen yang
meliputi strategi, budaya RS dan kepedulian terhadap pelanggan serta melakukan
perbaikan berupa menghancurkan hambatan internal, memotivasi dan
meningkatkan kemampuan karyawan, melakukan riset pasar, membangun
hubungan jangka panjang dengan pasien dan pemasok, teknologi untuk
memperbaiki pelayanan kepada pelanggan
PENDAHULUAN
rumah sakit tidak lagi hanya bisa dipandang hanya sebagai institusi sosial, tetapi
sudah menjadi institusi yang bersifat sosio ekonomis. Terlebih lagi dengan adanya
era globalisasi dan persaingan bebas, telah menciptakan tantangan rumah sakit
yang semakin besar, yakni kompetisi yang semakin ketat dan pelanggan yang
sakit pada dua pilihan yaitu masuk ke dalam arena kompetisi dengan melakukan
penyempurnaan dan perbaikan mutu oleh manajemen atau keluar dari kompetisi
tidak menjamin baiknya mutu pelayanan. Untuk menjamin mutu pelayanan yang
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, agar wajib akreditasi yang bertujuan untuk
dana investasi yang tidak sedikit. Selain dana investasi, upaya peningkatan mutu
jasa layanan rumah sakit juga harus dibarengi dengan profesionalisme dalam
pengelolaannya.
menilai hasil dan saran perbaikan yang harus selalu mengacu kepada standar yang
telah ditetapkan sebelumnya sebagai alat menuju terjaminnya mutu. Standar dasar
yang wajib diikuti oleh setiap rumah sakit di Indonesia adalah Standar Pelayanan
Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati Medan adalah sebuah rumah sakit
tipe C milik swasta yang menyediakan beberapa pelayanan medis dan penunjang,
berlokasi di Jalan Diponegoro No.2-4 Medan dengan kapasitas 100 unit tempat
tidur (TT). Saat ini RSIM sedang berupaya menjadi rumah sakit berakreditasi
sesuai dengan himbauan Depkes RI yang bekerja sama dengan Komite Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) agar semua rumah sakit daerah terakreditasi minimal 5
bagian rawat inap, Depkes menggunakan 5 parameter yakni angka hunian pasien
rawat inap (Bed Occupancy Rate = BOR), lama rata-rata perawatan pasien di
tidur rata-rata/tahun oleh berbagai pasien (Bed Turn Over = BTO), maupun rata-
rata lama sebuah tempat tidur berada dalam keadaan kosong (Turn Over Interval
= TOI), nilai yang diperoleh oleh RSI Malahayati dapat terlihat pada tabel berikut.
Batas Ideal
Indikator 2006 2007 2008 2009 2010
(Depkes 2005)
BOR (%) 43.68 63.94 55.61 68.725 76.58 60-85 %
AVLOS (hari) 4.5 4.83 4.475 4.53 5.125 6-9 hari
TOI (Hari) 7.5 2.71 3.575 2.167 1.55 1-3 hari
BTO (kali/tahun) 27.6 48.4 43.8 52.5 52.6 40-50 kali/tahun
Sumber:Medical Record Rumah Sakit Islam Malahayati Medan
Dari data diatas nilai pada indikator BOR sudah menunjukkan peningkatan
yang baik, begitu juga dengan TOI meskipun secara rata-rata TOI masih berada
diluar standar yang ditetapkan. Untuk indikator AVLOS terlihat masih berada
dibawah batas standar yang ditetapkan. Sedangkan indikator BTO memiliki trend
yang semakin meningkat keluar dari batas standar. Peningkatan nilai BTO
juga dapat memberikan dampak negatif antara lain dapat menurunkan kinerja
RSI Malahayati perlu melakukan perbaikan secara kontinu dari hal sekecil apapun
dan tanggung jawab manajemen yang didasari atas partisipasi dari keseluruhan
sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang atau
yang berlaku bukan hanya „slogan‟ serta memberikan manfaat pada anggota
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi daripada mutu
SPM yang telah ditetapkan oleh Depkes dan IHQN untuk mengetahui sejauh
adalah :
Minimal (SPM) Depkes dan IHQN pada rawat inap RSI Malahayati Medan
pasien.
2. Instalasi rawat inap didefinisikan sebagai unit pelayanan non struktural yang
3. Pelayanan rawat inap yang dievaluasi adalah pelayanan medis dan pelayanan
4. Standar pelayanan yang digunakan sebagai acuan adalah standar yang telah
KERANGKA TEORITIS
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan
misi menjalankan tata kelola rumah sakit yang baik (Good Hospital Governance)
dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance). Tata kelola klinis
yang baik (Good Clinical Governance) adalah penerapan fungsi manajemen klinis
yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
kabupaten), rumah sakit BUMN (ABRI), dan rumah sakit yang modalnya
a. Rumah Sakit Umum yaitu rumah sakit yang melayani semua bentuk
1
A.A.Gde Muninjaya : Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, hlm 24
2
A.A.Gde Muninjaya: Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Edisi
Kedua.2004, hlm 221
Sakit):
a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
subspesialistik luas.
b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
dan melindungi pasien maka rumah sakit perlu mempunyai peraturan internal
rumah sakit yang biasa disebut hospital by laws. Peraturan tersebut meliputi
manajemen. Bentuk peraturan internal rumah sakit (HBL) yang merupakan materi
muatan pengaturan dapat meliputi antara lain: Tata tertib rawat inap pasien,
identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit, informed
komete medik, panitia etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter
sakit (HBL) antara rumah sakit satu dengan yang lainnya tidak harus sama materi
kepemilikannya, situasi dan kondisi yang ada pada rumah sakit tersebut. Namun
Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat
di rumah sakit yng merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori
pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau
3
Sutopo Patria Jati : Beberapa Konsep Dasar tentang Manajemen Rumah Sakit, 2009
inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
tambah.
menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang
a. Ketepatan diagnosis
pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolok ukur
penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi
keperawatan.
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang
dari tipe rumah sakit. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yang mutlak
diperlukan, bagian farmasi bertanggung jawab. atas pengawasan dan kualitas obat.
pengobatan dan hasil akhir dari setiap perawatan4. Para profesional rekam medik
harus memastikan bahwa semua yang diisi relevan dengan fakta yang ada dan
bukan rekayasa.
Tujuan utama dari rekam medik adalah untuk memberikan informasi yang
akuran mengenai sejarah kesehatan pasien, dimulai dari masa lalu hingga saat ini,
pengobatan yang telah diberikan dan kejadian-kejadian pada pasien selama masa
perawatan. Rekam medik berisi banyak informasi yang berguna untuk banyak
pihak. Para pengguna rekam medik dibagi menjadi 2 jenis yakni personal dan
impersonal.
b. Impersonal yaitu rekam medik digunakan untuk studi penelitian atau uji klinis.
tersendiri untuk masing-masing pihak. Adapun nilai rekam medik bagi pihak
tersebut adalah :
kasus tertentu.
4
A.V.Srinivasan, Managing a Modern Hospital 2nd Edition, SAGE Publication, Ltd, 2008,India,
hlm.203
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Selain itu juga
diberikan oleh Badan Layanan Umum. Dengan disusunnya SPM diharapkan dapat
SPM ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam
medis dan penunjang klinis meliputi rekam medis dan kegiatan pemeliharaan
sarana. Dengan pelayanan rekam medis dan pemeliharaan sarana yang baik,
pasien di rawat inap akan merasa puas dan nyaman dalam proses
penyembuhannya. Adapun SPM untuk jenis layanan rawat inap, rekam medis dan
rumah sakit yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
2. AVLOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
4. BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
5. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
6. GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.
yang dibuat berdasarkan standar yang telah dibuat oleh Huffman, yakni :
mutu dunia kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan. IHQN memiliki visi
Layanan Indikator
Rawat Inap Visite dokter spesialis
Kejadian infeksi pasca operasi
Kejadian infeksi nosokomial
Tidak ada pasien jatuh yang berakibat cacat/meninggal
Kejadian pulang paksa/atas permintaan sendiri
Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS
Kesesuaian pelayanan dengan SOP
Angka pasien dekubitus
Angka kejadian infeksi jarum infus
Medication error dan tindak lanjutnya
Pre-operative death rate
Kelengkapan dokumen keperawatan
Evaluasi mutu
Rekam Medik (RM) Adanya tenaga RM sebagai penyelenggara dan pengolah data
Adanya master data pasien
Adanya rekam medis ibu dan bayi yang terpisah
Adanya RM yang terpisah antara aktif dan non aktif
Adanya backup data pasien dalam server
Adanya penyelenggara RM elektronik (RME)
Adanya standar barcode dan labelling
Adanya sistem data capture RME
Penyelenggaraan audit kualitatif dan kuantitatif
Adanya standar penyimpanan dan pemusnahan RM
Ketersediaan buku pedoman penyelenggaraan RM
Ketersediaan, kecukupan dan kualifikasi tenaga RM
Kecukupan fasilitas dan peralatan RM
Kelengkapan dan ketepatan pengisian RM
Pengembangan (pelatihan dan pendidikan) staf RM
Penyampaian laporan secara berkala
Kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi
Waktu penyediaan dokumen RM pelayanan rawat inap
Evaluasi mutu
Pemeliharaan Sarana Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
Ketepatan waktu pemeliharaan alat
Peralatan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan
Sumber : www.ihqn.or.id
1. Mutu adalah “Fitness for Use”, atau kesesuaian dengan tujuan atau
manfaatnya (J.M.Juran).
faktor yang fundamental yang dikenal dengan 9M, yakni men, money, materials,
memberikan layanan yang akurat dan konsisten dengan yang telah dijanjikan.
5
Imbalo.S.Pohan : Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Jakarta, hlm 12
6
Iskandar Indranata : Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian Kualitas, Jakarta, hlm 35
7
Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, : Total Quality Management, Yogyakart, hlm 27
8
Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra : Service,Quality & Satisfaction,Yogyakarta, hlm 133
itu tidak semudah yang dibayangkan. Dapat saja terjadi kesenjangan antara
costumer perceived quality pada empat industri jasa, teridentifikasikan lima gap
Pada kenyataannya pihak menajemen tidak selalu dapat memahami apa yang
Dalam hal ini manajemen mampu memahami apa yang diinginkan pelanggan,
tetapi mereka tidak menyusun standar kinerja tertentu yang jelas. Hal ini
dapat terjadi karena tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen
permintaan.
Ada beberapa penyebab gap ini, misalnya karyawan kurang terlatih, beban
kerja melampaui batas, tidak dapat memenuhi standar kinerja, dan tidak mau
Sering kali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan yang
dibuat oleh organisasi. Resiko yang dihadapi organisasi adalah apabila janji
Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja organisasi dengan cara
yang berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
Words of Mouth
Personal Needs Past Experience
Communication
Costumer
Expected Service
GAP 5
Preceived Service
GAP 4
GAP 3
Translation of perceptions
into service quality
spesification
GAP 2
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasaan rata-rata dan penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi9. Menurut Kemenkes RI, mutu pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang
berbeda bagi setiap komponen, perbedan tersebut dapat terlihat sebagai berikut 11 :
c. Perspektif Penyandang Dana, adalah suatu layanan yang efisien dan efektif.
jika mampu menyusun prioritas dan dapat menyediakan apa yang menjadi
untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan13. Indikator yang secara
seperti ukuran tenaga pelaksana, sarana serta dana yang tersedia di dalam
organisasi kesehatan.
12
Imbalo.S.Pohan, Ibid, hlm 212
13
Imbalo.S.Pohan, Ibid, hlm 232
14
Azrul Azwar, Op.cit, hlm 50
keluaran (output/outcome).
minimal. Tetapi jika yang diukur adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka
Indikator
Lingkungan
fungsi manajemen dari kebijakan, tugas dan tanggung jawab yang dituangkan
15
Dody Firmanda, Op.cit, hlm 4
standar kualitas yang relevan terhadap objek dan menentukan bagaimana cara
16
Kenneth.H.Rose, Project Quality Management (Why,What and How), J.Ross Publishing,USA
2005 p.41
- Bagi rumah sakit, QA yang baik membuat rumah sakit mampu untuk
- Bagi praktisi medis, dengan adanya QA para praktisi medis dituntut untuk
pengawasan mutu adalah suatu sistem yang terdiri atas pengujian, analisis, dan
tindakan yang harus diambil yang berguna untuk mengendalikan mutu suatu
ekspektasi pelanggan.
Tools of quality adalah alat bantu yang bermanfaat untuk memetakan lingkup
pengambilan keputusan yang tepat sesuai sasaran dan strategi organisasi. 7 Tools
of Quality dan 7 New Tools of Quality merupakan kumpulan alat-alat yang dipakai
The New Seven Tools dibuat untuk memperbaiki kekurangan yang ada
pada Seven Tools versi sebelumnya. Perbedaan keduanya adalah jika 7 tools lebih
Grafik, Scatter Diagram, Pareto Diagram, Fish Bone Diagram dan Control Chart.
Matrix Data Analysis, Arrow Diagram dan PDPC (Process Decision Program
Chart).
Evolusi teori kualitas dan praktek telah menciptakan sejumlah alat yang
terbagi ke dalam lima kategori yang juga menggunakan beberapa kombinasi tools
2. Memahami data, empat alat yang membantu untuk memahami data, adalah :
3. Memahami proses
Memahami data sangat penting namun hal tersebut hanya langkah awal dari
proyek manajemen kualitas. Data merupakan suara dari proses. Ketika proses
17
Kenneth.H.Rose , Ibid, hlm 92
18
Iskandar Indranata, Ibid, hlm 208
b. Run Chart, sebuah grafik yang digunakan untuk mengamati kinerja proses
4. Analisis proses
aspek interaksi sistem proses dan hubungan sebab-akibat. Alat bantu untuk
a. Cause and Effect Diagram, diagram sebab akibat adalah diagram yang
hubungan antara penyebab dan akibat dari suatu masalah. Untuk setiap
akibat dan alat kualitas lainnya, dengan mengaitkan digraf. Diagram ini
elemen kontribusi dari suatu sistem. Tujuan dari diagram pilar ini adalah
5. Pemecahan masalah
tindakan. Empat alat bantu kualitas dalam memecahkan masalah antara lain :
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan arah dan jenis aktifitas yang akan
Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada
Kai=change Zen=for the better sehingga memiliki arti perubahan kearah yang
lebih baik. Kaizen melibatkan pemodal, karyawan dan manajer semua lini dalam
terhadap konsep perbaikan; hubungan proses dan hasil, siklus Plan – Do – Check
Tindak lanjut; mengutamakan kualitas; berbicara dengan data yang akurat dan
pentingnya posisi konsumen. Kunci Sukses penerapan Kaizen ada pada penerapan
berorientasi pada proses dan hasil, berpikir secara sistematis pada seluruh proses
dan tidak menyalahkan, tetapi terus belajar dari kesalahan yang terjadi. Dampak
positif dari penerapan metode perbaikan dengan konsep Kaizen antara lain :
4. Setiap orang konsentrasi pada masalah yang lebih penting dan mendesak
untuk diselesaikan.
operasional yang ada, dan menjaga standar tersebut melalui pelatihan serta
19
Patricia Wellington, Kaizen Strategies for Customer Care, 1998
telah ada, baik yang tertulis maupun yang tidak, yang dibebankan oleh
manajemen.
semua sektor industri, langsung menuju permasalahan, fokus pada major issue,
karyawan. Selain itu, dengan kaizen maka tujuan utama bisnis proses dapat
diarahkan. Kaizen hanya bisa dijalankan dalam 3 prinsip yakni (1) concern pada
proses dan hasil (tidak pada hasil saja), (2) Berpikir sistematis dan global, serta
(3) tidak menuduh atau menyalahkan, karena tuduhan hanya dapat menyebabkan
waste. Agar filosofi kaizen ini dapat berjalan dengan baik sebaiknya diterapkan
pada seluruh level organisasi, mulai dari manajemen puncak hingga karyawan
terendah.
KERANGKA KONSEPTUAL
hasil gabungan dari beberapa komponen (input) yang bekerja sama melalui
dan prosesnya.
rumah sakit tentunya diatur berdasarkan standar yang sudah ditetapkan oleh pihak
pelayanan yang baik, maka dapat dilakukan dengan mempelajari dokumentasi dan
indikator standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan forum
pelayanan.
Dari hasil pengukuran nantinya akan diperoleh beberapa item dari standar
yang belum terpenuhi dan kemudian dilakukan analisis. Pada bagian analisis
Pelayanan Rawat
Inap
Evaluasi Pelayanan
Berdasarkan Standar
- Tools of Quality
Analisis Permasalahan
METODOLOGI PENELITIAN
yang tepat (Whitney:1960). Metode riset ini dapat digunakan dengan lebih banyak
segi dan lebih luas dari metode yang lain, memberikan informasi yang mutakhir
dan bermanfaat serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.
suatu sifat yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Maka dari itu, pada penelitian ini metode
deskriptif digunakan untuk mengetahui apa masalah yang terjadi pada manajemen
jaminan mutu rumah sakit sehingga masih terjadi ketidakpuasan pasien terhadap
Minggu Ke-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pengajuan Judul Geladikarya
2. Penyusunan Kolokium Geladikarya
3. Kolokium Geladikarya
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penulisan Geladikarya
7. Seminar Perusahaan
8. Sidang Geladikarya
Jenis data yang dibutuhkan untuk penelitian ini terdiri dari data primer dan
1. Data primer, yaitu data yang berasal dari hasil pengamatan dan wawancara
2. Data sekunder adalah data yang sudah jadi atau dipublikasikan untuk umum
Bagian Rekam Medik, Kepala Bagian Rawat Inap dan Kepala Bagian
3. Metode Dokumentasi, sumber data dari metode ini merupakan data yang telah
Departemen Kesehatan
No Variabel Indikator
Pemberi Pelayanan
Dokter penanggung jawab pasien
Ketersediaan Pelayanan Dasar
Jam visite dokter spesialis
Kejadian infeksi pasca operasi
Kejadian infeksi pasca nasokomial
Kualitas Layanan Tidak ada pasien jatuh yang berakibat cacat/meninggal
1
Rawat Inap Kematian pasien > 48 jam
Kejadian pulang paksa/atas permintaan sendiri (PAPS)
Kepuasan Pelanggan
Rawat Inap pasien TBC
a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan
mikroskopis TB
b. Terlaksana kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS
Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai
pelayanan
Kualitas Layanan
2 Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan
Rekam Medik
informasi yang jelas
Waktu penyediaan dokumen rekam medik
Kualitas Pelayanan Kecepatan waktu menanggapi kerusakan
3 pemeliharaan sarana rumah Ketepatan waktu pemeliharaan alat
sakit Peralatan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan
Variabel Indikator
Visite dokter spesialis
Kejadian infeksi pasca operasi
Kejadian infeksi nasokomial
Tidak ada pasien jatuh yang berakibat cacat/meninggal
Kejadian pulang paksa/atas permintaan sendiri
Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
Kualitas Layanan Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS
Rawat Inap Kesesuaian pelayanan dengan SOP
Angka pasien dekubitus
Angka kejadian infeksi jarum infus
Medication error dan tindak lanjutnya
Pre-operative death rate
Kelengkapan dokumen keperawatan
Evaluasi mutu
Adanya tenaga RM sebagai penyelenggara dan pengolah data
Adanya master data pasien
Adanya rekam medis ibu dan bayi yang terpisah
Adanya RM yang terpisah antara aktif dan non aktif
Adanya backup data pasien dalam server
Adanya penyelenggara RM elektronik (RME)
Adanya standar barcode dan labelling
Adanya sistem data capture RME
Penyelenggaraan audit kualitatif dan kuantitatif
Kualitas Layanan
Adanya standar penyimpanan dan pemusnahan RM
Rekam Medik (RM)
Ketersediaan buku pedoman penyelenggaraan RM
Ketersediaan, kecukupan dan kualifikasi tenaga RM
Kecukupan fasilitas dan peralatan RM
Kelengkapan dan ketepatan pengisian RM
Pengembangan (pelatihan dan pendidikan) staf RM
Penyampaian laporan secara berkala
Kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi
Waktu penyediaan dokumen RM pelayanan rawat inap
Evaluasi mutu
Kualitas Pelayanan Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
pemeliharaan sarana Ketepatan waktu pemeliharaan alat
rumah sakit Peralatan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan
perbandingan antara nilai-nilai standar yang telah ditetapkan dengan nilai dan data
standar tersebut belum terpenuhi. Pada proses perbandingan dan analisis ini
tindakan. Dalam analisis ini, nantinya juga digunakan alat bantu Minitab untuk
pengolahan dan analisis data secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Collecting
Mengumpulkan data indikator
Comparing
Membandingkan indikator dengan standar
pelayanan minimal Depkes RI dan IHQN
Separating
Memisahkan standar-standar
yang belum terpenuhi
Analyzing
Solving
Tindak Perbaikan Peningkatan
Manajemen Mutu Layanan
bersama dengan Dewan Pimpinan Pusat Aceh Sepakat Sumatera Utara yang
terletak di Jl. P.Dipenogoro No. 4 Medan. Pada saat itu, bangunan ini hanya
digunakan sebagai tempat pertemuan yang sifatnya tidak rutin sehingga timbul
Nama Malahayati terpilih menjadi nama rumah sakit ini dengan arti
sebagai Mal al hayati, “kekayaaan dari hidup” yaitu kekayaan hidup kita paling
Setelah 6 bulan melakukan persiapan dan dirasa sudah cukup, maka tepat
pada tanggal 10 Mei 1973 dibentuklah Yayasan Rumah Sakit Malahayati dengan
Pengelolaan oleh sebuah yayasan bukan sebuah PT., CV., atau Firma atau badan
usaha lain adalah sebuah pemikiran bahwa Rumah Sakit Malahayati Medan
nantinya tetap sebagai usaha nonprofit. Dengan pengertian jika nanti ada
Malahayati. Hanya berselang beberapa bulan dari peletakan batu pertama, pada
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kotamadya Medan. Pada tanggal 14 Januari 1975,
Gubernur Sumatera Utara H. Marah Halim Harahap meresmikan rumah sakit ini
yang diberi nama Rumah Sakit Islam Malahayati dengan dipimpin oleh Dokter
Mei 1976 fasilitas kamar bedah dan laboratorium diresmikan pemakaiannya oleh
Walikota Medan H. Saleh Arifin, menyusul pula pembangunan paviliun yang juga
Jenis pelayanan medis yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit Malahayati
Medan adalah Medical Check Up, Dokter Umum, Dokter Gigi dan Dokter
Medan yakni UGD 24 Jam, Rawat Jalan, Rawat Inap, Kamar Bedah, Kamar
Setiap organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan secara efektif dan
sesuai dan mudah dimengerti oleh semua pihak yang terlibat dalamnya. Struktur
dapat dikenali dengan karakteristik pembagian tugas dan tanggung jawab kerja
adanya hubungan horizontal antara kepala bagian, dimana kepala bagian yang satu
tidak berhak memerintah kepala bagian yang lainnya tetapi dalam melakukan
Wakil Direktur
Laporan Radiologi
Hukum Farmasi
Perpustakaan Gizi
Pemasaran &
Fisioterapi
Publikasi
Laboratorium
Perawatan
keterangan kepada anggota direksi dan komisaris min.1 kali dalam 3 bulan
kepada semua yang berwenang minimal satu kali dalam satu bulan
2. Wakil Direktur, adalah staf dalam organisasi rumah sakit yang bertugas
serta bertanggung jawab atas kelancaran fungsi pelayanan rumah sakit dalam
medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis. Adapun uraian tugas
kelancaran tugas.
kepada Direktur.
4. Bagian Pelayanan, adalah satu unit kerja yang merupakan unsur staf pimpinan
semua pegawai
operasional pelaksanaan kerja Kepala Bagian Umum dibantu oleh Bagian Tata
umum.
akuntansi adalah:
dari bagian keuangan dan pembukuan serta sarana penunjang rumah sakit
d. Mengawasi bawahannya
oleh :
7. Bagian Instalasi, Kepala Bagian Istalasi adalah seorang staf pelaksana didalam
dibantu oleh : Sub Bagian Rawat jalan, Sub Bagian Rawat Inap, Sub Bagian
Gawat Darurat, Sub Bagian Bedah Sentral, Sub Bagian Perawatan Intensif,
Sub Bagian Radiologi, Sub Bagian Farmasi, Sub Bagian Gizi, Sub Bagian
masyarakat
“Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang unggul dan bernuansa Islami”.
Sedangkan misi dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah : “Perbaikan
memberlakukan pasien sesuai dengan harkat dan martabat manusia secara Islami
sehingga hak–hak dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi”. Motto dari Rumah
kompleks dan terdiri dari berbagai pelayanan yang berkaitan. Sehingga, proses
sebagai suatu sistem yang merupakan interaksi dari beberapa sub-sistem yang
memiliki fungsi dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yaitu memberikan
yakni sub-sistem pelayanan medis, rekam medik, peralatan medis, farmasi dan
pelayanan non medis. Namun, untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka
pada penelitian ini, pembahasan hanya difokuskan kepada 3 sub-sistem yaitu sub-
tingkat mutu. Indikator tersebut adalah angka hunian pasien rawat inap (Bed
tidur/tahun (Bed Turn Over = BTO), maupun rata-rata lama sebuah tempat tidur
berada dalam keadaan kosong (Turn Over Interval = TOI). Adapun nilai untuk
1. Nilai BOR masih berada dibatas ideal meskipun pada bulan Oktober 2010
3. Nilai BTO memiliki tren yang bergerak tidak konsisten melewati batas ideal.
Tingginya nilai BTO lebih dari batas atas ideal dapat menimbulkan
tingginya angka infeksi yang diperoleh dari rumah sakit yang dapat
terakhir mengenai kepuasan pasien yang dilakukan oleh pihak eksternal, para
pasien masih merasakan ketidakpuasan pelayanan untuk beberapa item, serta juga
memiliki beberapa keluhan yang disampaikan langsung kepada pihak rumah sakit.
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa saat ini Rumah Sakit Islam
pelayanan mereka. Meskipun tidak terlihat secara nyata, namun perbaikan secara
yang terbaik.
Departemen Kesehatan dan standar yang dibuat oleh pihak independen, IHQN.
yang terdiri dari beberapa sub-sistem, dimana tiap sub-sistem terdiri dari
input,proses dan output. Mutu output yang baik bergantung kepada input dan
proses yang terjadi dalam suatu sistem serta pengaruh dari lingkungan. Dalam
output untuk mengkaji sistem dari aspek proses, lingkungan dan input-nya.
6.2.1. Input
Input untuk sub-sistem pelayanan medis terdiri dari tenaga pelaksana dan
sarana yang disediakan rumah sakit untuk melayani masyarakat. Dari segi tenaga
pelaksana, rumah sakit menyediakan tenaga medis yang terdiri dari dokter umum,
dokter spesialis dan perawat. Jumlah tenaga medis yang tersedia dalam periode 5
peningkatan yang baik untuk tenaga medis perawat dan dokter umum.
pasien. Sedangkan penurunan terjadi untuk jumlah dokter spesialis, akibat adanya
perkembangan rumah sakit juga menjadi salah satu penyebab turunnya jumlah
dokter spesialis karena seluruh rumah sakit saling memperebutkan jasa mereka.
telah ditentukan oleh Depkes RI dan IHQN untuk rumah sakit dengan kelas C,
perawat dan dokter umum. Jumlah dokter umum berdasarkan standar Depkes
adalah 9 orang, sedangkan untuk dokter spesialis dibagi kedalam kelompok medik
masing spesialisasi) dan spesialis gigi dan mulut (min.1) serta jumlah perawat
tidur tersedia yakni 2:3. Berikut dapat dilihat rekapitulasi kebutuhan jumlah
jawab untuk rawat inap adalah seorang dokter yang mengkoordinasikan kegiatan
Dari segi jumlah kamar, RSI Malahayati saat ini terdiri dari 100 tempat
tidur (TT) yang dibagi kedalam 6 kelas yakni 3 kelas VIP (Suite Room, VIP
Utama dan VIP Andalusia), Kelas 1 Plus, Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3.
Sedangkan dari segi sarana pelayanan medis, RSI Malahayati memiliki berbagai
pelayanan medis yang cukup lengkap untuk kategori pelayanan kelas C, bahkan
telah lebih dari yang diwajibkan oleh Depkes. Pelayanan medik yang diberikan
rumah sakit antara lain pelayanan spesialisasi penyakit dalam, kebidanan dan
kandungan, kulit dan kelamin, bedah umum, bedah plastik, bedah ortopedi, bedah
digestik, urologi, anak, onkologi, bedah thoraks, bedah syaraf, neurologi, jiwa,
paru, THT, patologi klinik, radiologi, mata, gigi, bedah mulut dan anastesi.
kelas C RSI Malahayati juga telah memberikan pelayanan yang melebihi standar
Depkes yang meliputi ICU, hemodialisa, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen, dan
rekam medik. Bahkan RSI Malahayati sudah dapat memberikan pelayanan berupa
6.2.2. Lingkungan
medis yang baik dan terpercaya, rumah sakit telah menetapkan Standard
terhadap pasien. Setiap tindakan yang dilakukan oleh karyawan baik medis
maupun tidak medis harus melakukannya sesuai dengan SOP yang telah
medis untuk menjamin kualitas dari SDM yang dimiliki. Namun untuk
Sedangkan dari sisi organisasi dan manajemen, pihak rumah sakit telah
membentuk komite yang dibagi ke dalam 3 jenis yakni Komite Medik, Komite
Mutu dan Komite KPRS. Pembagian ini baru saja dilakukan pada tahun 2010,
dimana sebelumnya hanya terdapat satu komite yakni komite medis. Masing-
Oktober)
ataupun belum sempurna dilakukan. Begitu juga dengan kegiatan evaluasi mutu
pengajian. Kegiatan pengajian dilakukan secara rutin setiap bulannya dan setiap
hari pada saat bulan puasa. Sedangkan untuk pelatihan umum, ketrampilan dan
keahlian tidak dilakukan pada saat bulan puasa. Untuk pelatihan umum,
untuk seluruh karyawan rumah sakit yang disesuaikan dengan tema pelatihan.
6.2.3. Proses
Pelayanan rawat inap dimulai sejak pasien datang untuk dirawat oleh
pihak rumah sakit. Pasien terdiri dari pasien baru atau pasien lama yang datang
dapat dari berbagai sumber seperti dari alasan sendiri, dari praktek dokter, dokter
pelayanan yang akan diberikan sesuai dengan keluhan yang dialami dan
kebutuhan dari pasien tersebut. Pasien yang membutuhkan tindakan medis yang
lain yang memiliki kelas diatas dan lebih lengkap. Secara sederhana, alur proses
dalam pelaksanaan pelayanan medis di rawat inap terlihat pada Gambar 6.2.
- Datang sendiri
- Dokter Praktek Tidak
- Dokter Perusahaan
Pernah dirawat/
- Rujukan puskesmas
berobat
- Rujukan RS Lain
Ya No.Rekam Medik
Rawat Inap
Follow up
Perawatan
Rujuk ke RS Lain
Pulang
dan IHQN telah menentukan beberapa indikator sebagai acuan dari tingkat mutu
pelayanan di rawat inap suatu rumah sakit. Indikator tersebut disebut dengan
indikator proses yang merupakan ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses
pelayanan.
merupakan data dari bulan Januari-Juni 2011. Hal ini dikarenakan manajemen
1. Jam visite dokter, Jam visite dijadikan indikator dengan tujuan agar
pelayanan. Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiap hari
kerja sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi
Malahayati, jam visite dokter spesialis tidak bisa ditentukan untuk rentang
waktu seperti peraturan. Hal ini dikarenakan, para dokter bukan merupakan
tenaga kerja tetap sehingga mereka dapat bekerja rumah sakit ataupun instansi
bergantung kepada jadwal dari dokte tersebut, rumah sakit tidak dapat
operasi yang bersih sesuai standar. Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi
pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah
sakit yang ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan
(tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam. Standar
pendataan angka infeksi pasca operasi secara rutin baru dilakukan sejak awal
tahun 2011. Sehingga data penelitian hanya meliputi bulan Januari-Juni 2011.
Juni 2011
8.00%
1
Individual V alue
6.00%
4.00%
_
2.00% X=2.17%
U B=1.50%
0.00% LB=0.00%
January F ebruary M arch A pril M ay June
BUL A N
U C L=4.57%
4.00%
M oving Range
3.00%
2.00%
__
M R=1.40%
1.00%
0.00% LC L=0.00%
Gambar 6.3. Grafik Angka Infeksi Pasca Operasi Periode Januari-Juni 2011
Dari tabel dan peta kontrol diatas, terlihat bahwa persentase angka infeksi
pasca operasi berada diatas batas yang telah ditentukan, namun cenderung
sakit sudah semakin baik dalam upaya pencegahan infeksi pasca operasi.
yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit.
infeksi nosokomial yang sering terjadi antara lain dekubitus, infeksi jarum
infeksi saluran kemih, dll. Standar toleransi yang ditentukan oleh Depkes
secara rutin baru dilakukan sejak awal tahun 2011. Sehingga data
Tabel. 6.5. Angka Infeksi Nosokomial RSI Malahayati Periode Januari-Juni 2011
6.00%
5.00%
4.00%
Individual Value
3.00%
_
2.00% X=2,02%
UB=1,50%
1.00%
0.00% LB=0,00%
infeksi masih cenderung tidak stabil. Hal ini terlihat dari angka yang berada
dibawah batas pada bulan Februari, April dan Mei, namun mengalami
selama dirawat baik jatuh dari tempat tidur, di kamar mandi, dsb, yang
bulan Juni 2011 di unit kerja rawat inap penyakit dalam. Insiden pasien
(KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC). KTD meliputi kejadian seperti
seperti salah suntik, salah dosis obat, alergi transfusi darah, post operasi, dll.
insiden seperti ini tidak ada lagi terjadi di rumah sakit. Namun pada
kejadian tidak diharapkan (KTD) dan jumlah yang juga tidak konstan pada
kategori insiden nyaris cedera (KNC). Dengan hasil evaluasi ini, maka pihak
manajemen perlu mengkaji ulang mengapa angka insiden tidak dapat ditekan
hingga tidak ada terjadi insiden 100 % seperti yang telah ditetapkan Depkes.
gambaran pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit yang aman dan efektif.
Kematian pasien > 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah periode 48
jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit. Data yang diperoleh dan
terdokumentasi dengan baik oleh pihak rekam medik dari Januari tahun 2008
Ket :
Nilai Net Death Rate dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
bulan Januari 2008 hingga Oktober 2011 masih berada diatas atau diluar batas
angka ini masih berada diatas angka standar Depkes yakni 24 0 00 . Hal ini
tingkat NDR.
diputuskan boleh pulang oleh dokter. Data yang diperoleh dan digunakan
terdokumentasi dengan baik oleh pihak rekam medik dari Januari 2008 hingga
November 2011. Adapun data yang terkumpul dapat dilihat pada grafik dan
Ket :
Jumlah PAPS
% PAPS = x 100 0 0
Jumlah pasien yang dirawat
berada dalam batas toleransi yang diberikan oleh Depkes. Rata-rata angka
kejadian pulang paksa untuk 4 tahun adalah sekitar 1,9%. Sehingga tidak perlu
7. Kepuasan pasien rawat inap, kepuasan menjadi salah satu indikator dalam
rawat inap suatu rumah sakit. Survey kepuasan pelanggan dilakukan oleh
pihak internal dengan membagikan berupa angket yang diisi oleh pasien dan
kepuasan pelanggan secara eksternal (pihak luar) juga sering dilakukan oleh
para peneliti. Hasil survey kepuasan secara eksternal yang terbaru dilakukan
tingkat pelayanan dan kepentingan daripada para pasien instalasi rawat inap
dengan menggunakan teknik survey kepada 73 orang yang terbagi secara acak
berkaitan dengan pelayanan. Adapun hasil penilaian pasien dapat dilihat pada
Tingkat Tingkat
No Variabel Kebutuhan GAP
Pelayanan Kepentingan
1 Penampilan / keadaan gedung rumah sakit 2,082 2,37 -0,288
2 Keadaan dan fasilitas umum 3,15 2,11 1,04
3 Penampilan dokter dan perawat 2,466 2,274 0,192
4 Keadaan ruang rawat inap pasien 2,082 2,178 -0,096
5 Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan 2,465 3,151 -0,686
peralatan
6 Pemberian informasi yang jelas dan tidak 1,767 3,041 -1,274
berbelit-belit
7 Jadwal pelayanan yang tepat waktu 2,273 3,26 -0,987
8 Ketepatan pelayanan yang diberikan 1,767 2,397 -0,63
9 Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit 2,465 3,493 -1,028
10 Kesigapan perawat dalam melayani 2,753 1,945 0,808
keluhan dan masalah
11 Kecepatan dalam memberikan pelayanan 3,041 2,178 0,863
12 Penanganan keluhan pasien 2,589 3,712 -1,123
13 Kemampuan dokter ataupun perawat 3,151 3,123 0,028
melayani keluhan pasien
14 Keamanan pemberian tindakan 2,767 2,849 -0,082
Dari hasil diatas, dapat terlihat bahwa masih terdapat gap untuk 12 variabel,
perbedaannya (< - 0,5), variabel ini berkaitan dengan bagian peralatan, rekam
medik dan pelayanan rawat inap. Adapun ke-7 variabel tersebut adalah :
8. Pasien rawat Inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS menjadi
pelayanan minimal yang dilakukan RSI Malahayati untuk sub sistem pelayanan
6.3.1. Input
Input untuk sub-sistem rekam medik terdiri dari tenaga pelaksana dan
sarana yang disediakan rumah sakit untuk melayani masyarakat. Dari segi tenaga
pelaksana, jumlah karyawan rumah sakit yang tergabung ke dalam bagian rekam
medik hanya 3 orang. Jumlah ini konstan untuk beberapa tahun terakhir. Jumlah
yang sangat sedikit ini tentunya tidak mencukupi untuk menanggung beban
pekerjaan yang sangat banyak. Jumlah pasien yang terus meningkat membuat
maupun eksternal. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari kinerja
rekam medik secara manual, yakni dengan mengisi kertas dokumen berbentuk
formulir. Berkas ini nantinya disimpan dan dinomori dalam sebuah map untuk
6.3.2. Lingkungan
dianut oleh rumah sakit. Dalam hal kebijakan dalam memberikan pelayanan
berdasarkan SOP yang berlaku. Formulir rekam medik telah didesain secara baku
untuk digunakan kepada setiap pasien. Manajemen juga memiliki aturan dalam
proses perekrutan dan pelatihan untuk menjamin kualitas dari SDM yang dimiliki.
6.3.3. Proses
Darurat (UGD) hingga pasien diizinkan atau meminta sendiri untuk pulang.
dengan tersusun rapi. Penyimpanan dilakukan untuk jangka waktu 10 tahun sejak
Tempat Penerimaan
Pasien Rawat Inap
Poliklinik
Ya - Berobat jalan
- Rawatan ulang
- Pendidikan
Dirujuk - Penelitian
Copy lembaran
- Keperluan lain
resume keluar dikirim Unit Rawat Inap
ke RS rujukan
terpenuhi atau tidaknya standar proses. Data yang diperoleh untuk pengukuran
indikator proses kebanyakan merupakan data dari bulan Januari-Juni 2011. Hal ini
angka-angka tersebut pada awal tahun 2011. Sebelumnya, pihak manajemen tidak
Dokumen rekam medik adalah dokumen untuk pasien baru ataupun lama yang
dari waktu mulai pasien diputuskan untuk rawat inap oleh dokter sampai
Dalam hal ini, pelayanan memenuhi standar Depkes yang menentukan bahwa
Rekam medik yang lengkap adalah rekam medik yang telah diisi lengkap yang
tindak lanjut dan resume. Depkes menetapkan angka standar untuk indikator
ini adalah 100% yang artinya seluruh rekam medik terisi dengan lengkap.
data dari bulan Oktober 2010 hingga Juni 2011 yang dikelompokkan secara
Periode Persentase
Oktober-Desember 2010 63 %
Januari-Maret 2011 13,31 &
April-Juni 2011 14,16 %
Rata-Rata 30,16 %
medik yang sering terjadi adalah alamat untuk data pasien sedangkan untuk
klinis dan riwayat penyakit. Hal ini tentunya sangat jauh dari standar yang
ditetapkan Depkes dan merupakan kejadian yang sangat tidak diharapkan dari
Dari pengukuran input, lingkungan dan proses diatas, baik untuk standar
pelayanan minimal yang dilakukan RSI Malahayati untuk sub sistem rekam medik
terhadap pengadaan dan perawatan peralatan medis yang tersedia di rumah sakit.
6.4.1. Input
peralatan medis tersebut, rumah sakit bekerja sama dengan beberapa dealer
6.4.2. Lingkungan
terhadap pembelian dan perawatan peralatan. Dalam hal ini, rumah sakit memiliki
dapat dilihat dari frekuensi kedatangan pasien yang memiliki diagnosa penyakit
atau membutuhkan alat yang sama. Rumah sakit juga memiliki kebijakan dalam
bekerja sama dengan dealer peralatan untuk menyediakan layanan purna jual
6.4.3. Proses
Peralatan medis terdiri dari peralatan yang dibeli oleh rumah sakit dan
anggaran pembelian dari kas rumah sakit. Sedangkan untuk beberapa alat
menempatkan alatnya di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu yang kemudian
digantikan dengan alat yang baru jika masa waktu tersebut habis atau alat tersebut
mengalami kerusakan.
IHQN telah menentukan beberapa indikator sebagai acuan dari tingkat mutu
ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses. Adapun untuk bagian peralatan
Kecepatan waktu yang dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan dimulai dari
ditanggapi oleh petugas untuk perbaikan. Dalam hal ini, rumah sakit bekerja
eksternal yakni para dealer peralatan. Untuk peralatan yang di tempatkan oleh
pihak rumah sakit, tidak ada jadwal tertentu untuk melakukan perawatan.
waktu yang tidak terjadwal dengan baik. Pada tahun 2011, tercatat dari 58
jumlah alat yang perlu dilakukan kalibrasi, tercatat hanya 23 alat yang
Dari pengukuran input, lingkungan dan proses diatas, baik untuk standar
pelayanan minimal yang dilakukan RSI Malahayati untuk sub sistem peralatan
kejadian tidak diharapkan (KTD) dan jumlah yang juga tidak konstan pada
8. Rata-rata angka kematian dalam 4 tahun terakhir adalah 29,4 0 00 , angka ini
insiden, angka kematian atau angka infeksi pada pasien rawat inap. Masing-
keterkaitannya secara lebih jelas, maka dapat dilihat pada Gambar 6.10. Pillar
diagram merupakan tools untuk menganalisis berbagai aspek yang terkait yang
PENYEBAB AKIBAT/HASIL
lebih detail untuk mengetahui mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi. Analisis
pengukuran dan lingkungan. Analisis untuk ke-empat hal diatas adalah sebagai
berikut.
Kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia, namun
kematian juga merupakan salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan yang
merupakan alasan yang sangat umum, namun beberapa kasus lain tidak dapat
pada Gambar 6.11. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa penyebab dari
b. Management, dalam hal ini pihak manajemen juga dapat dilibatkan dalam
setiap bagian yang ada di rumah sakit. Manajemen tidak bertindak tegas
c. Method & Procedure, metode dan prosedur yang dimaksud disini adalah
adekuat artinya tindakan untuk mencegah dinilai tidak diambil dengan cara
yang memadai dan tidak juga tepat pada waktu, karena dokter tidak
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC). KTD
infus, pemasangan O2, tidak mengetahui pemasangan skin test, dll. Sedangkan
KNC merupakan kejadian seperti salah suntik, salah dosis obat, alergi
error). Kesalahan ini dapat terjadi karena keteledoran dari para karyawan
fluktuasi yang tidak stabil. Bahkan pada hasil record yang terakhir yakni Juni
2011, angka infeksi mencapai 5,87 % dengan infeksi yang sering terjadi
karena adanya kontribusi/ peran dari dari semua factor, seperti: tenaga medis,
a. People, yang termasuk dalam kategori ini antara lain pasien dan tenaga
yang menjadi sumber infeksi dari para tenaga medis seperti kurangnya
hal ini juga dipengaruhi oleh buruknya komunikasi antara tenaga medis
yang dipakai dan udara yang bersih, mengalir dan dengan kelembaban tertentu
Dalam hal tertentu udara perlu disaring (filtrasi). Bahan yang harus dibuang
Selain itu serta penempatan pasien yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan
keuntungan finansial.
People Equipment
Kurangnya pengetahuan tentang septik dan aseptik Produk darah yang tidak di-screening
Environment
oleh :
rumah sakit karena pada dasarnya sebagian besar pelayanan yang dilakukan
rumah sakit mengacu pada informasi atau sumber informasi sekaligus sarana
sehingga bisa dikatakan bahwa kalau rekam medis tidak lengkap, maka dapat
Dari hasil evaluasi SPM untuk sub-sistem rekam medik yang telah dibahas
pada sub-bab sebelumnya, dapat terlihat bahwa masih terdapat beberapa kendala
yakni :
consent
5. Tidak adanya kegiatan evaluasi mutu terhadap kinerja rekam medik secara
berkala
tidak lagi harus terjadi di rumah sakit saat ini. Standar Depkes menentukan bahwa
tidak ada lagi kesalahan atau ketidaklengkapan pengisian untuk rekam medik dan
dapat berjalan dengan baik tanpa ada kesalahan penyampaian informasi. Dengan
aliran informasi yang baik, maka pengambilan keputusan akan lebih cepat untuk
ditindaklanjuti.
oleh :
1. People, yang termasuk dalam kategori ini adalah para perawat dan dokter.
Terkadang para perawat belum memahami isi dari rekam medik yang wajib
dilakukan oleh para dokter. Para dokter merasa tidak memiliki cukup waktu
mereka kurang memahami tata cara pengisian rekam medik yang ada. Selain
perawat dan dokter, bagian rekam medik juga mengalami kekurangan staff
berkas rekam medik sehingga tidak mampu untuk memantau seluruh berkas
dokumentasi rekam medik juga menjadi salah satu penyebab masih banyaknya
dinilai sudah sangat tidak efektif. Tenaga medis mungkin merasa bingung atau
repot untuk menuliskan status pasien secara manual. Oleh karena itu saat ini
3. Management, dalam hal ini pihak manajemen juga menjadi salah satu
seharusnya bertindak tegas dalam pembinaan perawat dan dokter serta dalam
yang cukup tinggi dapat dilihat pada gambar Cause-Effect Diagram berikut ini.
People Equipment
Management
pelayanan medis. Peralatan yang yang tidak dalam kondisi baik akan sangat
pihak eksternal dengan melakukan perjanjian kerja sama terlebih dahulu pada saat
untuk beberapa alat lainnya yang diadakan dengan membeli, rumah sakit tidak
terulangnya suatu masalah dengan penyebab yang sama. Tindakan korektif yang
Untuk mewujudkan Kaizen yang membudaya dalam diri perusahaan bukan hal
yang mudah dan memerlukan kontribusi dari semua elemen dalam perusahaan
tersebut mulai dari manajemen puncak hingga karyawan tingkat paling bawah.
Semangat dari Kaizen yaitu ”Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan
hari esok harus lebih baik dari hari ini” harus mampu ditularkan ke berbagai
elemen dalam perusahaan. Selain itu semangat tiada hari tanpa perbaikan pun
patut ditanamkan pada setiap karyawan sehingga lambat laun budaya itu menjadi
visi dan misinya yang tertulis untuk jangka waktu pendek ataupun panjang.
Namun visi, misi dan strategi organisasi ini tidak dapat berjalan dengan baik jika
setiap divisi/deparetemen tidak memiliki visi misi dan strategi sendiri untuk
menunjang tercapainya visi misi organisasi. Visi dan misi divisi penting
dirumuskan karena pencapaian visi organisasi dimulai dari setiap divisi yang
saling menopang satu sama lain. Perumusan visi dan misi tiap-tiap divisi nantinya
mengacu kepada visi dan misi organisasi secara keseluruhan. Dengan adanya visi
dan misi ini, maka tiap divisi akan memiliki target mutu dan arahan yang lebih
merupakan divisi yang paling penting dalam organisasi, karena strategi bisnis
strategi ini beroperasi secara berdampingan, sehingga jika ada perubahan atau
perkembangan dalam satu strategi maka dicerminkan dalam strategi yang lain.
Untuk mengawasi penerapan visi, misi dan strategi tersebut, maka sangat
diperlukan audit secara internal maupun ekternal. Audit tidak dilakukan hanya
jika rumah sakit akan mengikuti suatu program sertifikasi. Namun audit mutu
harus dilakukan secara rutin dan berkala karena mutu menuntut perubahan secara
terus menerus. Untuk melaksanakan audit, pihak rumah sakit dapat membentuk
tim audit internal dan bekerja sama dengan pihak ketiga seperti konsultan sebagai
Dengan dilakukannya audit dari dua belah pihak maka nantinya akan
terlihat hasil-hasil pencapaian rumah sakit selama periode tertentu. Selain untuk
mengetahui hasil pencapaian, audit juga berfungsi untuk memberikan umpan balik
kebijakan mutu.
- Memilih ketua dan anggota tim yang memiliki keahlian dalam melakukan
kemantapan sistem mutu rumah sakit. Pada rumah sakit yang baru membentuk
sistem mutu seperti RSI Malahayati, frekuensi audit harus dibuat lebih sering.
pelaksanaan.
Budaya organisasi adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang
melakukan sesuatu hal. Mengubah budaya rumah sakit merupakan hal yang sulit
dilakukan namun perlu dan baik untuk diterapkan demi perbaikan mutu
atau menyempurnakan standar yang ada. Dalam hal ini rumah sakit harus
membenahi peran dan fungsi dari manajemen untuk lebih fokus kepada
terhadap perubahan.
karena dengan konsentrasi kepada proses, maka hasil yang baik dan
dari Plan, yang dilakukan oleh pihak manajemen, yaitu kaizen yang
lanjut dari tahap check (evaluasi). Setelah melakukan proses evaluasi, diambil
langkah positif untuk usaha selanjutnya. Tindakan ini mengacu pada tindakan
Namun kualitas yang dimaksud tidak hanya kepada hasil namun juga proses
terjadi yang kemudian di laporkan. Dengan memberikan data yang benar maka
hasil analisis yang di dapat akan memberikan informasi yang baik untuk
pelanggan terdiri dari 2 jenis yakni internal (tenaga medis dan non medis) dan
terjadi pada RSI Malahayati, namun faktor ini sering tidak dianggap namun kerap
terulang. Human error yang terjadi di RSI Malahayati pada umumnya merupakan
(medis dan non medis). Pelatihan dapat dibuat dengan tema pelatihan khusus,
umum, agama dan motivasi. Pelatihan juga sesekali dapat diisi dengan games
non medis dengan cara meningkatkan persyaratan yang ada menjadi lebih
tinggi sehingga karyawan yang lulus merupakan hasil jaringan yang terbaik.
serta memahami seluk beluk organisasi rumah sakit. Selama menjalani, calon
karyawan mengikuti tes uji kemampuan atas apa yang telah didapatnya dalam
proses OJT. Dari hasil tersebut, manajemen memberikan hasil yang tegas
evaluasi mutu berkala, kurang efektifnya pelatihan dan kurang ketatnya sanksi
yang diberikan. Untuk mengatasi masalah ini, maka tindakan yang sebaiknya
dilakukan adalah :
- Membuat training menjadi hal yang wajib dan menarik untuk diikuti
a) Adopsi teknologi
Pada saat ini, perkembangan teknologi informasi sudah semakin pesat dan
beragam. Saat ini, sistem informasi manajemen sudah dapat dikatakan merupakan
Manfaat fungsional : setiap unit akan bekerja sesuai dengan fungsi, tanggung
penerapan sistem teknologi informasi menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan.
dapat log on dari berbagai komputer. Melalui jaringan nirkabel, dokter dapat
dilakukan oleh rumah sakit untuk menjamin pelayanan yang diberikan rumah
sakit kepada pasien. Penjaminan mutu pelayanan dapat dilakukan dengan cara
antara lain :
penilaian dan kegagalan dimana ratio masing-masing adalah 60% : 25% :15%
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
manual, membuat beban kerja pada bagian ini sudah sangat overloaded. Apalagi
sumber daya manusia pada bagian tersebut sehingga beban pekerjaan tidak
menumpuk hanya kepada 3 orang. Struktur organisasi divisi RM yang baik untuk
tingkatan rumah sakit modern sebaiknya adalah seperti gambar dibawah ini.
efektivitas dan efisiensi bisa dicapai hanya bila prosedur dasar yang manual sudah
mengalir menjadi lebih jelas dan terstruktur sehingga diharapkan tidak lagi terjadi
penerapan manajemen mutu yang belum maksimal dalam beberapa hal seperti,
pasien
- Tenaga medis yang kurang kompeten, sembrono dan tidak cepat tanggap
- Kesalahan anamnese
- Kesalahan diagnosis
- Tempat pembuangan
perbaikan ialah dengan menyadari kebutuhan akan hal tersebut yang dimulai dari
aspek yakni produk/jasanya, cara kerja karyawan, cara kerja peralatan dan cara
dokter, antar perawat, antara dokter dengan perawat dan antara manajemen
menjadi salah satu penyebab dari tingginya kematian, kecelakaan maupun angka
dalam melakukan pekerjaan, sehingga para karyawan sulit berkerja sama dengan
Begitu juga dengan sosialisasi program penjaminan mutu, adanya gap dan
harusnya, sehingga tidak ada pengawasan dan konsep penjaminan mutu akan
menjadi sesuatu yang sia-sia. Untuk mengatasi hambatan seperti ini maka perlu
Pelanggan internal adalah karyawan/staff dalam satu bagian atau antar bagian
yang memiliki kaitan pekerjaan yang sama yang dalam kasus ini adalah
yang baik terhadap pelanggan internal maka pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan eksternal juga tidak memberikan hasil yang baik. Setiap karyawan
beberapa orang tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melayani
b. Pemetaan Komunikasi
tindakan. Hal ini sering terjadi di berbagai jenis organisasi, tidak hanya di
rumah sakit. Kesalahan seperti ini biasanya terjadi karena adanya sifat angkuh
dan tidak adanya rasa peduli pada individu yang berkaitan yang menganggap
rekan kerjanya lebih rendah dibandingkan dirinya. Perasaan berbeda ini dapat
suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Sanksi yang dibuat haruslah
kesalahan dan tidak patuh terhadap peraturan dan program yang telah
diberlakukan. Sanksi tidak hanya tertulis namun juga harus diterapkan secara
adil dan merata kepada seluruh karyawan baik dari level dasar hingga level
program rumah sakit dalam peningkatan mutu dapat terlaksana dengan baik.
- Komunikasi
diperkenalkan kepada misi, budaya, strategi, proses, produk, orang dan sistem
berulang kali hingga melekat dan menjadi sifat dari para karyawan. Tujuan
adanya komunikasi dua arah yang baik maka setiap anggota organisasi dapat
menjadi kendala. Hal ini dapat terlihat dari masalah yang sudah dikemukakan
diatas serta juga terlihat bahwa setiap karyawan belum dapat memberikan
gap antar posisi organisasi sehingga masing-masing dari mereka tidak mau
menerima saran dan tanggapan dari orang lain atau bawahannya yang
- Pelatihan
Pelatihan terdiri dari 2 jenis yakni pelatihan khusus yakni pelatihan yang
Namun perlu juga adanya pelatihan umum yang diberlakukan untuk semua
karyawan baik dari level terendah hingga tertinggi pada waktu yang sama
pelatihan seperti ini maka setiap orang akan lebih memahami tanggung jawab
dan orientasi perusahaan sehingga setiap orang dapat bekerja sama dengan
arah yang sama dengan mengetahui alasan dan tujuan dari pekerjaan dan
sama pentingnya dalam menciptakan kinerja yang lebih baik, dimana jumlah
perusahaan. Dari data hasil riset, pihak rumah sakit telah melakukan beberapa
jenis pelatihan yang rutin di tiap bulannya dengan topik yang berbeda-beda
disiplin dari para peserta. Animo karyawan RSI Malahayati juga sangatlah
kurang sehingga banyak peserta yang tidak hadir pada saat pelatihan dengan
sanksi khusus kepada peserta yang tidak hadir serta tempat pelatihan yang
- Motivasi
Motivasi adalah kemauan kerja seorang karyawan atau pegawai yang timbul
hanya berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya saja tanpa memiliki motivasi
untuk tampil diatas rata-rata atau memberikan yang terbaik. Bahkan pada saat
menjadi lebih besar dan tentunya sangat membahayakan jiwa pasien. Oleh
motivasi kepada karyawan. Hingga saat ini, di RSI Malahayati pelatihan untuk
- Wewenang
bagi mereka untuk membuat keputusan dan bertindak untuk masalah di tempat
karyawan dapat sigap dan cepat tanggap dalam memberikan pelayanan kepada
diatas yaitu diberlakukannya sanksi yang tegas dan adil kepada seluruh karyawan
agar mereka memenuhi tanggung jawabnya dengan baik dan benar sesuai dengan
akan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan saat ini. Riset pasar perlu dilakukan
secara berkala, karena kepuasan, kebutuhan dan keadaan pasar akan selalu
jasa bahkan rumah sakit juga perlu melakukan riset pasar karena indikator
sehingga perlu diketahui apa yang diinginkan dan sejauh mana penilaian pasar
terhadap layanan yang sudah ada. Namun, dalam pelaksanaannya, banyak terjadi
kesalahan dalam melakukan riset pasar baik itu kesalahan fundamental, minor
hingga moderat. Manajemen harus mampu dan memahami betul tata cara
melakukan riset pasar. Baik dari segi tujuan, populasi, pengambilan sampel,
terjadi kesalahan maka kesimpulan yang didapat tidak akan representatif dengan
pengukuran dalam hal kepuasan pasien yang dilakukan secara internal dan
apabila penilaian dilakukan oleh pihak eksternal, karena tidak ada intervensi dan
butir pertanyaan lebih fokus terhadap pengukuran pelayanan. Hingga saat ini,
pengukuran secara eksternal hanya dilakukan apabila ada pihak luar yang
memohon izin untuk melakukan penelitian, dengan kata lain tidak berkala.
diawali dengan melakukan komunikasi yang baik antara karyawan (medis dan non
medis) dengan pasien dan para dealer. Komunikasi merupakan jembatan dalam
- Pasien
pasien akan merasa diperhatikan dan nyaman berada di rumah sakit selama
pelayanan kesehatan. Pasien yang loyal akan cenderung terikat dan akan tetap
medis masih mengalami kendala. Hal ini terlihat dari opini pasien yang
- Pemasok
Pemasok yang dimaksud dalam industri ini adalah, dealer alat medis, obat dan
peralatan non medis lainnya. Terlebih lagi di RSI Malahayati peralatan medis
yang tersedia rata-rata sangat bergantung dengan kesediaan dari para dealer,
hubungan dengan pemasok harus dijalin dengan baik agar peralatan yang
tersedia terjamin dan penyediaan alat baru dapat diperoleh dengan mudah.
lingkungan rumah sakit yang nyaman dan aman bagi pasien. Perkembangan
EDI adalah satu bentuk “e-commerce” yang secara formal diperkenalkan kepada
Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) yang merupakan suatu tatanan yang berkaitan
kegiatan rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit ini meliputi sistem informasi
dari luar organisasi , seperti adanya keluhan pelanggan, laporan yang tidak tepat
cepat, mudah dan sistematis. Adanya pendokumentasian yang benar, legal dan
peralatan medis dengan teknologi terbaru, fasilitas dengan teknologi yang canggih
dan nyaman.
sempurna. Setiap divisi kerja masih menggunakan kertas kerja sebagai media
hanya berupa sistem untuk menyimpan database pasien (rekam medik). Namun
sistem itu juga belum dipergunakan sebagaimana harusnya. Selain sistem tersebut
masih berupa sistem dengan konsep DOS, para karyawan juga belum memiliki
7.1. Kesimpulan
instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati, maka dapat
Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Depkes RI dan standar yang
2. Beberapa indikator yang belum dapat dipenuhi oleh Rumah Sakit Islam
a. Sub sistem pelayanan medis : jam visite dokter, evaluasi mutu, pelatihan,
kematian pasien > 48 jam, tidak adanya kegiatan pencatatan dan pelaporan
kalibrasi.
antara lain :
karyawan
pelayanan sekitar 2,5-4,5% dari pendapatan operasional yang terdiri dari biaya
Advanced Quality System, D1-9000. Advanced Quality System Tools. USA, 1998.
Ammerman, Max. The Root Cause Analysis Handbook. New York, USA :
Productivity Press, 1998.
Azwar, Azrul. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta, 1993.
Hoyle, David. Quality Management Essentials. Oxford, England : Elsevier
Limited,2007.
Indranata, Iskandar. Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian Kualitas. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia, 2008
__________. Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal. Bandung :
Penerbit Alfabeta, 2006.
Kelly, Diane.L. Applying Quality Management in Healthcare. Washington, USA :
AUPHA Press, 2006.
Koentjoro, T. Regulasi Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2007
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI. Pedoman Akreditasi
Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta, 2008
Muninjaya, A.A.Gde. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC Edisi kedua, 2004
__________. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2011
Peters, George. Medical Error and Patient Safety (Human Factors in Medicine).
USA : CRC Press, 2008.
Pohan, Imbalo.S. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006
Ransom.S, Joshi.M, Nash.D. The Healthcare Quality Book, Vision, Strategy and
Tools. Washington, USA : AUPHA Press, 2005
Rose, Kenneth.H. Project Quality Management (Why, What and How). USA :
J.Ross Publishing, 2005.
Rustiyanto, Ery. Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan.
Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2010.