Anda di halaman 1dari 133

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU PELAYANAN

DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM


MALAHAYATI MEDAN

GELADIKARYA

Oleh :
AMERINA SYAFHARINI, ST
087007074
KONSENTRASI PEMASARAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Gladikarya : ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU

PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

Nama Mahasiswa : Amerina Syafharini, ST

NIM : 087007074

Program Studi : Magister Manajemen

Konsentrasi : Pemasaran - Teknologi

Disetujui,

Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE


Ketua

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya saya yang berjudul :

“ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU PELAYANAN DI

INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI

MEDAN”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan

oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan

secara jelas dan benar.

Medan, Maret 2012

Yang Membuat Pernyataan,

Amerina Syafharini, ST

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN EKSEKUTIF

Manajemen mutu bagi suatu Rumah Sakit (RS) kini sangat penting
dikarenakan persaingan antar RS yang sudah semakin ketat sehingga menuntut
mutu pelayanan yang harus terus menerus diperbaiki dan disempurnakan oleh
manajemen khususnya pada instalasi rawat inap. Untuk menciptakan pelayanan
yang berkualitas di sebuah RS, Departemen Kesehatan (Depkes) serta forum
independen Indonesian Health Quality Network (IHQN) menetapkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebagai syarat pelayanan yang harus dipenuhi oleh
sebuah RS dan sebagai indikator tingkat penilaian mutu pelayanan RS, Depkes
menggunakan 5 indikator utama agar RS tersebut dikatakan berkualitas, yakni
angka hunian pasien rawat inap (Bed Occupancy Rate=BOR), lama rata-rata
perawatan pasien di RS (Average Length of Stay=AVLOS), frekuensi penggunaan
tempat tidur rata-rata/tahun oleh berbagai pasien (Bed Turn Over=BTO), rata-rata
lama sebuah tempat tidur berada dalam keadaan kosong (Turn Over
Interval=TOI),
Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati Medan adalah sebuah RS tipe C
milik swasta yang memiliki kapasitas 100 unit tempat tidur (TT). Dari kelima
indikator yang utama penilaian mutu pelayanan, nilai BTO dari RSI Malahayati 2
tahun terakhir berada di luar batas standar (50 kali/tahun) yakni 52,5 (tahun 2009)
dan 52,6 (tahun 2010). Tingginya nilai BTO memberikan dampak positif terhadap
pendapatan operasional namun juga memiliki dampak negatif yakni menggangu
kualitas pelayanan dari RS itu sendiri. Oleh karena itu dilakukan evaluasi daripada
pelayanan yang diberikan dengan membandingkannya dengan SPM yang telah
ditetapkan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen mutu pelayanan
di instalasi rawat inap RSI Malahayati sejauh ini.
Dari hasil evaluasi, terlihat bahwa RSI Malahayati masih belum memenuhi
SPM Depkes dan IHQN untuk masing-masing kategori pelayanan medis, rekam
medik dan peralatan medis. Indikator yang belum terpenuhi untuk sub sistem
pelayanan medis antara lain jam visite dokter, evaluasi mutu, pelatihan, infeksi
pasca operasi, infeksi nosokomial, pasien jatuh/medication error, kematian pasien
> 48 jam, tidak adanya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB dan pre operative
death rate. Sedangkan untuk sub sistem rekam medik antara lain kelengkapan
pengisian rekam medik dan informed consent, kecukupan tenaga rekam medik,
master data yang terkomputerisasi, fasilitas rekam medik dan evaluasi mutu. Dan
untuk sub sistem peralatan medis antara lain kecepatan waktu dalam menanggapi
kerusakan alat, ketepatan waktu pemeliharaan alat, ketepatan waktu dalam
kalibrasi.
Dari hasil analisis terlihat bahwa masih banyak kekurangan manajemen
dalam melaksanakan manajemen mutu pelayanan sehingga menyebabkan belum
terpenuhinya beberapa indikator diatas. Oleh karena itu, manajemen kini harus
melakukan perubahan dengan cara melakukan perubahan konsep manajemen yang
meliputi strategi, budaya RS dan kepedulian terhadap pelanggan serta melakukan
perbaikan berupa menghancurkan hambatan internal, memotivasi dan
meningkatkan kemampuan karyawan, melakukan riset pasar, membangun
hubungan jangka panjang dengan pasien dan pemasok, teknologi untuk
memperbaiki pelayanan kepada pelanggan

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

Geladikarya ini dengan baik dan lancar.

Penelitian untuk Geladikarya ini dilakukan di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan dengan judul

penelitian adalah “Analisis Pelaksanaan Manajemen Mutu Pelayanan Di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan”

Tulisan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap

perusahaan khususnya pada pelayanan instalasi rawat inap yang meliputi,

pelayanan medis, rekam medik dan peralatan medis serta literatur yang berkaitan

dengan judul penelitian di atas.

Dalam menyelesaikan Geladikarya ini penulis menyadari bahwa tulisan ini

masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari pembaca sebagai pedoman dalam penulisan

lainnya. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita

semua.

Universitas Sumatera Utara, Penulis,

Medan, Maret 2012

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

PERNYATAAN .................................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iv

RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 4

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 5

BAB II KERANGKA TEORITIS

2.1. Rumah Sakit

2.1.1. Definisi dan Fungsi Rumah Sakit ................................................ 7

Universitas Sumatera Utara


2.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit............................................................... 8

2.1.3. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Law) ..................... 9

2.2. Instalasi Rawat Inap ............................................................................. 10

2.2.1. Kualitas Pelayanan Rawat Inap .................................................. 11

2.2.2. Pelayanan Tenaga Medis dan Paramedis ................................... 11

2.2.3. Penyediaan Sarana Medik, Non Medik, dan Obat obatan ........ 12

2.3. Rekam Medik ...................................................................................... 13

2.4. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap

2.4.1. Standar Pelayanan Minimal Departemen Kesehatan RI ........... 14

2.4.2. Standar Pelayanan Indonesian Health Quality Network

(IHQN) ..................................................................................... 16

2.5. Mutu ................................................................................................... 18

2.6. Mutu Pelayanan Kesehatan ................................................................ 21

2.7. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan ................................................ 22

2.8. Manajemen Mutu

2.8.1. Manajemen Mutu Layanan Kesehatan ...................................... 23

2.8.2. Alat Manajemen Mutu (Quality Management Tools) ............... 26

2.8.3. Strategi Kaizen .......................................................................... 30

2.8.4. Kaizen dan Manajemen ............................................................. 31

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................ 33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Metodologi Penelitian ........................................................................ 35

Universitas Sumatera Utara


4.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian ..................................................................... 35

4.2.2. Jadwal Penelitian..................................................................... 35

4.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 36

4.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 36

4.5. Variabel dan Indikator yang Digunakan ........................................... 37

4.6. Metode Analisis Data ........................................................................ 38

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ................................ 40

5.2. Fasilitas atau Pelayanan Kesehatan ................................................... 41

5.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Malahayati Medan ....................... 42

5.4. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab .................................................. 43

5.5. Visi, Misi dan Motto ......................................................................... 49

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Sistem Pelayanan Instalasi Rawat Inap ............................................ 50

6.2. Sub-sistem Pelayanan Medis............................................................ 53

6.2.1. Input ...................................................................................... 53

6.2.2. Lingkungan ........................................................................... 55

6.2.3. Proses .................................................................................... 57

6.3. Sub-sistem Rekam Medik

6.3.1. Input ..................................................................................... 72

6.3.2. Lingkungan .......................................................................... 72

Universitas Sumatera Utara


6.3.3. Proses ................................................................................... 73

6.4. Sub-sistem Peralatan Medis ........................................................... 76

6.4.1. Input ..................................................................................... 77

6.4.2. Lingkungan .......................................................................... 77

6.4.3. Proses ................................................................................... 77

6.5. Analisis Masalah ................................................................................

6.5.1. Sub-sistem Pelayanan Medis .............................................. 79

6.5.2. Sub-sistem Rekam Medik ................................................... 88

6.5.3. Sub-sistem Peralatan Medis ................................................ 91

6.6. Tindakan Perbaikan ...................................................................... 92

6.6.1. Perbaikan Konsep Manajemen ........................................... 92

6.6.2. Mengatasi Akar Masalah.................................................. 103

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan .................................................................................. 118

7.2. Saran ............................................................................................. 119

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Indikator Pelayanan ............................................................................... 1

2.1. Standar Pelayanan Minimal Menurut Departemen Kesehatan ........... 15

2.2. Indikator Rawat Inap Menurut Departemen Kesehatan ...................... 16

2.3. Indikator Riset Fasilitas IHQN............................................................ 17

4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 36

4.2. Variabel dan Indikator Penelitian Berdasarkan Standar Departemen

Kesehatan ............................................................................................ 37

4.3. Variabel dan Indikator Penelitian Berdasarkan Standar IHQN .......... 38

6.1. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSI Malahayati Tahun 2009 ........... 51

6.2. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSI Malahayati Tahun 2010 ........... 51

6.3. Evaluasi Jumlah Tenaga Medis Berdasarkan Standar ........................ 54

6.4. Angka Infeksi Pasca Operasi RSI Malahayati Januari-Juni 2011....... 60

6.5. Angka Infeksi Nosokomial RSI Malahayati Januari-Juni 2011 .......... 61

6.6. Net Death Rate RSI Malahayati Tahun 2008-2011 ............................ 64

6.7. Angka Kejadian Pulang Paksa RSI Malahayati Tahun 2008-2011 .... 66

6.8. Rekapitulasi Tingkat Pelayanan dan Kepentingan .............................. 68

6.9. Rekapitulasi Standar Pelayanan Minimal untuk Pelayanan Medis ..... 71

6.10. Persentase Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik ..................... 75

6.11. Rekapitulasi Standar Pelayanan Minimal untuk Rekam Medik ......... 76

6.12. Rekapitulasi Standar Pelayanan Minimal untuk Peralatan Medis ...... 79

6.13. Jumlah Data Medis yang Tidak Lengkap ........................................... 89

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Model Kualitas Jasa ..........................................................................20

2.2. Kedudukan dan Peranan Indikator ....................................................23

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian .......................................................34

4.1. Blok Diagram Analisis Data .............................................................39

5.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ............43

6.1. Grafik Perubahan Jumlah Tenaga Medis Periode 2006-2011..........53

6.2. Alur Pasien Rawat Inap ....................................................................58

6.3. Grafik Angka Infeksi Pasca Operasi Periode Januari-Juni 2011 .....60

6.4. Grafik Infeksi Nosokomial Periode Januari-Juni 2011 ....................61

6.5. Grafik Insiden Keselamatan Pasien Periode Januari-Juni 2011.......62

6.6. Grafik Net Death Rate Periode 2008-2011 ......................................63

6.7. Grafik Kejadian Pulang Paksa Periode 2008-2011 ..........................65

6.8. Grafik Gap Pelayanan dan Kepentingan ..........................................69

6.9. Alur Rekam Medik Pasien Rawat Inap ............................................73

6.10. Pillar Diagram Sub-Sistem Pelayanan Medis .................................81

6.11. Cause-effect Diagram Tingginya Angka Kematian .........................84

6.12. Cause-effect Diagram Tingginya Angka Infeksi Nosokomial.........87

6.13. Cause-effect Diagram Tingginya Angka Ketidaklengkapan

Pengisian Rekam Medik ..................................................................91

6.14. Struktur Organisasi Rekam Medik di Rumah Sakit Modern ...........102

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN EKSEKUTIF

Manajemen mutu bagi suatu Rumah Sakit (RS) kini sangat penting
dikarenakan persaingan antar RS yang sudah semakin ketat sehingga menuntut
mutu pelayanan yang harus terus menerus diperbaiki dan disempurnakan oleh
manajemen khususnya pada instalasi rawat inap. Untuk menciptakan pelayanan
yang berkualitas di sebuah RS, Departemen Kesehatan (Depkes) serta forum
independen Indonesian Health Quality Network (IHQN) menetapkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebagai syarat pelayanan yang harus dipenuhi oleh
sebuah RS dan sebagai indikator tingkat penilaian mutu pelayanan RS, Depkes
menggunakan 5 indikator utama agar RS tersebut dikatakan berkualitas, yakni
angka hunian pasien rawat inap (Bed Occupancy Rate=BOR), lama rata-rata
perawatan pasien di RS (Average Length of Stay=AVLOS), frekuensi penggunaan
tempat tidur rata-rata/tahun oleh berbagai pasien (Bed Turn Over=BTO), rata-rata
lama sebuah tempat tidur berada dalam keadaan kosong (Turn Over
Interval=TOI),
Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati Medan adalah sebuah RS tipe C
milik swasta yang memiliki kapasitas 100 unit tempat tidur (TT). Dari kelima
indikator yang utama penilaian mutu pelayanan, nilai BTO dari RSI Malahayati 2
tahun terakhir berada di luar batas standar (50 kali/tahun) yakni 52,5 (tahun 2009)
dan 52,6 (tahun 2010). Tingginya nilai BTO memberikan dampak positif terhadap
pendapatan operasional namun juga memiliki dampak negatif yakni menggangu
kualitas pelayanan dari RS itu sendiri. Oleh karena itu dilakukan evaluasi daripada
pelayanan yang diberikan dengan membandingkannya dengan SPM yang telah
ditetapkan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen mutu pelayanan
di instalasi rawat inap RSI Malahayati sejauh ini.
Dari hasil evaluasi, terlihat bahwa RSI Malahayati masih belum memenuhi
SPM Depkes dan IHQN untuk masing-masing kategori pelayanan medis, rekam
medik dan peralatan medis. Indikator yang belum terpenuhi untuk sub sistem
pelayanan medis antara lain jam visite dokter, evaluasi mutu, pelatihan, infeksi
pasca operasi, infeksi nosokomial, pasien jatuh/medication error, kematian pasien
> 48 jam, tidak adanya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB dan pre operative
death rate. Sedangkan untuk sub sistem rekam medik antara lain kelengkapan
pengisian rekam medik dan informed consent, kecukupan tenaga rekam medik,
master data yang terkomputerisasi, fasilitas rekam medik dan evaluasi mutu. Dan
untuk sub sistem peralatan medis antara lain kecepatan waktu dalam menanggapi
kerusakan alat, ketepatan waktu pemeliharaan alat, ketepatan waktu dalam
kalibrasi.
Dari hasil analisis terlihat bahwa masih banyak kekurangan manajemen
dalam melaksanakan manajemen mutu pelayanan sehingga menyebabkan belum
terpenuhinya beberapa indikator diatas. Oleh karena itu, manajemen kini harus
melakukan perubahan dengan cara melakukan perubahan konsep manajemen yang
meliputi strategi, budaya RS dan kepedulian terhadap pelanggan serta melakukan
perbaikan berupa menghancurkan hambatan internal, memotivasi dan
meningkatkan kemampuan karyawan, melakukan riset pasar, membangun
hubungan jangka panjang dengan pasien dan pemasok, teknologi untuk
memperbaiki pelayanan kepada pelanggan

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesadaran akan kesehatan dan meningkatnya kehidupan sosial ekonomis

masyarakat mendorong pertumbuhan dan persaingan di industri rumah sakit. Kini

rumah sakit tidak lagi hanya bisa dipandang hanya sebagai institusi sosial, tetapi

sudah menjadi institusi yang bersifat sosio ekonomis. Terlebih lagi dengan adanya

era globalisasi dan persaingan bebas, telah menciptakan tantangan rumah sakit

yang semakin besar, yakni kompetisi yang semakin ketat dan pelanggan yang

semakin selektif dan berpengetahuan. Tantangan seperti ini menghadapkan rumah

sakit pada dua pilihan yaitu masuk ke dalam arena kompetisi dengan melakukan

penyempurnaan dan perbaikan mutu oleh manajemen atau keluar dari kompetisi

tanpa melakukan perubahan dan perbaikan.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, pertumbuhan rumah sakit di

Indonesia menunjukkan jumlah yang cukup tinggi. Namun, pertumbuhan tersebut

tidak menjamin baiknya mutu pelayanan. Untuk menjamin mutu pelayanan yang

diberikan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) telah

menetapkan berbagai aturan dan bahkan saat ini telah mengeluarkan UU No 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, agar wajib akreditasi yang bertujuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan.

Mutu pelayanan sebuah rumah sakit merupakan cerminan dari semua

sistem yang berjalan di dalamnya. Untuk menciptakan, menjaga dan

meningkatkan mutu pelayanan, perhatian tidak hanya terfokus pada salah

Universitas Sumatera Utara


satu/beberapa unit saja melainkan berjalan di semua tingkatan dan membutuhkan

dana investasi yang tidak sedikit. Selain dana investasi, upaya peningkatan mutu

jasa layanan rumah sakit juga harus dibarengi dengan profesionalisme dalam

pengelolaannya.

Program menciptakan, menjaga dan memperbaiki mutu tidak dapat

dipisahkan dengan keberadaan standar, karena kegiatan pokok program tersebut

adalah menetapkan masalah, penyebab masalah, cara penyelesaian masalah,

menilai hasil dan saran perbaikan yang harus selalu mengacu kepada standar yang

telah ditetapkan sebelumnya sebagai alat menuju terjaminnya mutu. Standar dasar

yang wajib diikuti oleh setiap rumah sakit di Indonesia adalah Standar Pelayanan

Minimal (SPM). Selain Depkes, forum independen Indonesian Health Quality

Network (IHQN) juga membuat standar pelayanan sebagai penunjang

terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan efisien.

Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati Medan adalah sebuah rumah sakit

tipe C milik swasta yang menyediakan beberapa pelayanan medis dan penunjang,

berlokasi di Jalan Diponegoro No.2-4 Medan dengan kapasitas 100 unit tempat

tidur (TT). Saat ini RSIM sedang berupaya menjadi rumah sakit berakreditasi

sesuai dengan himbauan Depkes RI yang bekerja sama dengan Komite Akreditasi

Rumah Sakit (KARS) agar semua rumah sakit daerah terakreditasi minimal 5

pelayanan, yaitu: Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik, Pelayanan

Administrasi, Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Rekam Medik. Untuk

memperoleh akreditasi tersebut, tentunya RSIM harus terus menjaga dan

meningkatkan mutu yang menjadi tanggung jawab manajemen dan karyawan.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui mutu pelayanan dari suatu rumah sakit khususnya

bagian rawat inap, Depkes menggunakan 5 parameter yakni angka hunian pasien

rawat inap (Bed Occupancy Rate = BOR), lama rata-rata perawatan pasien di

rumah sakit (Average Length of Stay = AVLOS), frekuensi penggunaan tempat

tidur rata-rata/tahun oleh berbagai pasien (Bed Turn Over = BTO), maupun rata-

rata lama sebuah tempat tidur berada dalam keadaan kosong (Turn Over Interval

= TOI), nilai yang diperoleh oleh RSI Malahayati dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1. Indikator Pelayanan

Batas Ideal
Indikator 2006 2007 2008 2009 2010
(Depkes 2005)
BOR (%) 43.68 63.94 55.61 68.725 76.58 60-85 %
AVLOS (hari) 4.5 4.83 4.475 4.53 5.125 6-9 hari
TOI (Hari) 7.5 2.71 3.575 2.167 1.55 1-3 hari
BTO (kali/tahun) 27.6 48.4 43.8 52.5 52.6 40-50 kali/tahun
Sumber:Medical Record Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Dari data diatas nilai pada indikator BOR sudah menunjukkan peningkatan

yang baik, begitu juga dengan TOI meskipun secara rata-rata TOI masih berada

diluar standar yang ditetapkan. Untuk indikator AVLOS terlihat masih berada

dibawah batas standar yang ditetapkan. Sedangkan indikator BTO memiliki trend

yang semakin meningkat keluar dari batas standar. Peningkatan nilai BTO

tersebut dapat memberikan dampak positif bagi pendapatan operasional namun

juga dapat memberikan dampak negatif antara lain dapat menurunkan kinerja

mutu medis dan menimbulkan ketidakpuasan.

Meskipun peningkatan nilai BTO dilihat belum terlalu signifikan, namun

RSI Malahayati perlu melakukan perbaikan secara kontinu dari hal sekecil apapun

untuk memberikan dan menjaga mutu pelayanan yang diberikannya. Dalam

Universitas Sumatera Utara


melakukan pencegahan dan perbaikan mutu medis sangat diperlukan komitmen

dan tanggung jawab manajemen yang didasari atas partisipasi dari keseluruhan

sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang atau

berkelanjutan melalui kepuasan pelanggan (internal, eksternal) dan sesuai standar

yang berlaku bukan hanya „slogan‟ serta memberikan manfaat pada anggota

organisasi dan masyarakat.

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi daripada mutu

pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dengan membandingkannya terhadap

SPM yang telah ditetapkan oleh Depkes dan IHQN untuk mengetahui sejauh

mana pencapaian rumah sakit terhadap standar tersebut dan menganalisis

bagaimana pelaksanaan manajemen mutu pelayanan di instalasi rawat inap RSI

Malahayati. Pengkajian masalah, pencegahan dan peningkatan mutu ini nantinya

dilakukan dengan menggunakan tools of quality dan pendekatan Kaizen dimana

melibatkan manajemen untuk melakukan perbaikan terus menerus terhadap

proses, produk dan pelayanan.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah :

1. Bagaimanakah kinerja mutu pelayanan RSI Malahayati berdasarkan standar

pelayanan dari Depkes dan IHQN ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen mutu rumah sakit dalam memenuhi

standar pelayanan Depkes dan IHQN ?

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan permasalahan diatas maka akan dilakukan penelitian dengan

rancangan judul, “Analisis Pelaksanaan Manajemen Mutu Pelayanan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kinerja mutu berdasarkan evaluasi indikator Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Depkes dan IHQN pada rawat inap RSI Malahayati Medan

2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak terpenuhinya indikator

SPM dan menganalisis pelaksanaan manajemen mutu saat ini.

3. Memberikan solusi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan

pasien.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Secara teoritis hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan

teori, khususnya tentang manajemen mutu pelayanan

2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran yang

lebih riil, khususnya tentang pelaksanaan manajemen mutu di RSI

Malahayati, yang dapat dijadikan bahan pertimbangan manajemen dalam

upaya peningkatan mutu pelayanan.

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Batasan dan ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Manajemen mutu didefinisikan sebagai aspek dari seluruh fungsi manajemen

yang menjamin dan melaksanakan kebijakan mutu berdasarkan ketentuan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

2. Instalasi rawat inap didefinisikan sebagai unit pelayanan non struktural yang

menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap.

3. Pelayanan rawat inap yang dievaluasi adalah pelayanan medis dan pelayanan

penunjang klinis yang meliputi peralatan medis dan rekam medik.

4. Standar pelayanan yang digunakan sebagai acuan adalah standar yang telah

ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan IHQN

(Indonesian Health Quality Network).

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Rumah Sakit

2.1.1. Definisi dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No.44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit didefinisikan sebagai institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat.

Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan

misi menjalankan tata kelola rumah sakit yang baik (Good Hospital Governance)

dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance). Tata kelola klinis

yang baik (Good Clinical Governance) adalah penerapan fungsi manajemen klinis

yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis

bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil

pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit.

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan. Menurut UU No. 44 tahun 2009, fungsi rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

Universitas Sumatera Utara


c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.

Sebagai bagian dari sistem pelayanan publik, pelayanan kesehatan di suatu

daerah harus memenuhi kriteria Availability, Appropriateness, Continuity-

Sustainability, Acceptability, Affordable, Efficient dan Quality 1.

2.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992,

rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi2 :

1. Berdasarkan kepemilikan, yakni rumah sakit pemerintah (pusat, provinsi, dan

kabupaten), rumah sakit BUMN (ABRI), dan rumah sakit yang modalnya

dimiliki swasta (BUMS) ataupun luar negri (PMA).

2. Berdasarkan Jenis Pelayanan, yakni :

a. Rumah Sakit Umum yaitu rumah sakit yang melayani semua bentuk

pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuannya yang bersifat dasar,

spesialistik, dan subspesialistik.

b. Rumah Sakit Khusus yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan berdasarkan jenis pelayanan tertentu.

1
A.A.Gde Muninjaya : Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, hlm 24
2
A.A.Gde Muninjaya: Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Edisi
Kedua.2004, hlm 221

Universitas Sumatera Utara


3. Berdasarkan Kelas, rumah sakit dibedakan menjadi (Kepmenkes No. 51

Menkes/SK/11/1979 dan Permenkes No.340 tentang Klasifikasi Rumah

Sakit):

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik minimal sebelas spesialistik

dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2.1.3. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Law)

Dalam rangka melindungi penyelenggaraan rumah sakit, tenaga kesehatan

dan melindungi pasien maka rumah sakit perlu mempunyai peraturan internal

rumah sakit yang biasa disebut hospital by laws. Peraturan tersebut meliputi

aturan-aturan berkaitan dengan pelayanan kesehatan, ketenagaan, administrasi dan

manajemen. Bentuk peraturan internal rumah sakit (HBL) yang merupakan materi

muatan pengaturan dapat meliputi antara lain: Tata tertib rawat inap pasien,

identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit, informed

consent, rekam medik, visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran,

komete medik, panitia etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter

Universitas Sumatera Utara


terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja, jaminan keselamatan dan

kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan.

Bentuk dari Hospital by laws dapat merupakan Peraturan Rumah Sakit,

Standar Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan,

Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Peraturan internal rumah

sakit (HBL) antara rumah sakit satu dengan yang lainnya tidak harus sama materi

muatannya, hal tersebut tergantung pada: sejarahnya, pendiriannya,

kepemilikannya, situasi dan kondisi yang ada pada rumah sakit tersebut. Namun

demikian peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan

peraturan diatasnya seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan

Pemerintah dan Undang-undang. Dalam bidang kesehatan pengaturan tersebut

harus selaras dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

dan peraturan pelaksanaannya.

2.2. Instalasi Rawat Inap

Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non struktural yang

menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap.

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat

di rumah sakit yng merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori

pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau

observasi ketat karena penyakitnya3.

3
Sutopo Patria Jati : Beberapa Konsep Dasar tentang Manajemen Rumah Sakit, 2009

Universitas Sumatera Utara


2.2.1. Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat

inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:

b) Penampilan keprofesian menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku

c) Efisiensi dan efektifitas, menyangkut pemanfaatan sumber daya

d) Keselamatan Pasien, menyangkut keselamatan dan keamanan pasien

e) Kepuasan Pasien, menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial terhadap

lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan,

keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Adji Muslihuddin (1996), Mutu asuhan pelayanan rawat inap

dikatakan baik apabila:

a) Memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit.

b) Menyediakan pelayanan yang profesional.

Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut:

a) Petugas harus mampu melayani dengan cepat

b) Penanganan pertama dari perawat dan dokter profesional harus mampu

membuat kepercayaan pada pasien.

c) Ruangan yang bersih dan nyaman,

d) Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional memberikan nilai

tambah.

2.2.2. Pelayanan Tenaga Medis dan Paramedis

Tenaga medis merupakan unsur yang berpengaruh besar dalam

menentukan kualitas pelayanan yang diberikan. Fungsi utamanya adalah

Universitas Sumatera Utara


memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya,

menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang

berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan kepada pasien dan rumah sakit.

Donabedian (1980), mengatakan bahwa perilaku dokter dalam aspek teknis

manajemen, manajemen lingkungan sosial, manajemen psikologi manajemen

kontinuitas, koordinasi kesehatan dan penyakit harus mencakup beberapa hal :

a. Ketepatan diagnosis

b. Ketepatan dan kecukupan terapi

c. Catatan dan dokumen pasien yang lengkap

d. Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggota keluarga.

Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari

pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolok ukur

keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor

penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi

di rumah sakit yang cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu,

karena selain jumlahnya yang dominan juga pelayanannya menggunakan

pendekatan metode pemecahan masalah secara ilmiah melalui proses

keperawatan.

2.2.3. Penyediaan Sarana Medik, Non Medik, dan Obat obatan

Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penunjang

untuk melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan sebagainya tergantung

dari tipe rumah sakit. Dalam rumah sakit, obat merupakan sarana yang mutlak

diperlukan, bagian farmasi bertanggung jawab. atas pengawasan dan kualitas obat.

Universitas Sumatera Utara


Persediaan obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan tanggal

kadaluarsanya, dan sebagainya.

2.3. Rekam Medik

Rekam medik adalah kompilasi dari fakta-fakta yang relevan berkaitan

dengan riwayat kesehatan pasien dari dulu hingga sekarang, diagnosis,

pengobatan dan hasil akhir dari setiap perawatan4. Para profesional rekam medik

harus memastikan bahwa semua yang diisi relevan dengan fakta yang ada dan

bukan rekayasa.

Tujuan utama dari rekam medik adalah untuk memberikan informasi yang

akuran mengenai sejarah kesehatan pasien, dimulai dari masa lalu hingga saat ini,

pengobatan yang telah diberikan dan kejadian-kejadian pada pasien selama masa

perawatan. Rekam medik berisi banyak informasi yang berguna untuk banyak

pihak. Para pengguna rekam medik dibagi menjadi 2 jenis yakni personal dan

impersonal.

a. Personal yaitu rekam medik digunakan untuk penggunaan pribadi pasien

b. Impersonal yaitu rekam medik digunakan untuk studi penelitian atau uji klinis.

Informasi yang terkandung di dalam rekam medik memberikan kegunaan

tersendiri untuk masing-masing pihak. Adapun nilai rekam medik bagi pihak

tersebut adalah :

a. Bagi pasien, menyediakan bukti asuhan keperawatan, merupakan data untuk

pengobatan selanjutnya dan memberikan perlindungan hukum dalam kasus-

kasus tertentu.

4
A.V.Srinivasan, Managing a Modern Hospital 2nd Edition, SAGE Publication, Ltd, 2008,India,
hlm.203

Universitas Sumatera Utara


b. Bagi fasilitas layanan kesehatan, memiliki data untuk pekerja tenaga medis,

bukti untuk tagihan pembayaran, mengevaluasi sumber daya, mengevaluasi

mutu pelayanan, dan membantu dalam membuat perencanaan dan pemasaran.

c. Bagi pemberi pelayanan, menyediakan informasi untuk membantu seluruh

tenaga medis, membantu dokter dalam menyediakan data perawatan dan

sebagai data untuk penelitian.

2.4. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap

2.4.1. Standar Pelayanan Minimal Departemen Kesehatan RI

Standar pelayanan minimal (Kepmenkes 129 Tahun 2008) adalah

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Selain itu juga

merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang

diberikan oleh Badan Layanan Umum. Dengan disusunnya SPM diharapkan dapat

membantu pelaksanaan penerapan Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit.

SPM ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam

melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan.

Pelaksanaan pelayanan di instalasi rawat inap berkaitan dengan pelayanan

medis dan penunjang klinis meliputi rekam medis dan kegiatan pemeliharaan

sarana. Dengan pelayanan rekam medis dan pemeliharaan sarana yang baik,

pasien di rawat inap akan merasa puas dan nyaman dalam proses

penyembuhannya. Adapun SPM untuk jenis layanan rawat inap, rekam medis dan

pemeliharaan sarana berdasarkan ketentuan Depkes adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal Menurut Departemen Kesehatan

No Jenis Layanan Indikator Standar


a. Dokter Spesialis
Pemberi Pelayanan
b.Perawat min.pendidikan D3
Dokter penanggung jawab pasien 100 %
Anak, Penyakit Dalam,
Ketersediaan Pelayanan Dasar
Kebidanan, Bedah
Jam visite dokter spesialis 08.00-14.00 setiap hari kerja
Kejadian infeksi pasca operasi ≤1,5 %
Kejadian infeksi pasca nasokomial ≤1,5 %
Tidak ada pasien jatuh yang berakibat 100 %
1 Rawat Inap cacat/meninggal
Kematian pasien > 48 jam ≤ 0.24%
Kejadian pulang paksa/atas permintaan ≤5%
sendiri (PAPS)
Kepuasan Pelanggan ≥ 90 %
Rawat Inap pasien TBC
a. Penegakan diagnosis TB melalui
a. ≥ 60 %
pemeriksaan mikroskopis TB
b. ≥ 60 %
b. Terlaksana kegiatan pencatatan dan
pelaporan TB di RS
Kelengkapan pengisian rekam medik 24
100 %
jam setelah selesai pelayanan
Kelengkapan informed concent setelah
2 Rekam Medik 100 %
mendapatkan informasi yang jelas
Waktu penyediaan dokumen rekam medik
≤ 15 menit
pelayanan rawat inap
Pelayanan Kecepatan waktu menanggapi kerusakan ≤ 80 %
pemeliharaan Ketepatan waktu pemeliharaan alat 100 %
3
sarana rumah Peralatan terkalibrasi tepat waktu sesuai
100 %
sakit dengan ketentuan
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/ Tentang Standar Pelayanan Minimal Tahun 2008

Selain menentukan SPM, Depkes juga menentukan indikator pelayanan

rumah sakit yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan

efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator tersebut terbagi untuk masing-masing

unit. Indikator untuk unit rawat inap antara lain :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada

satuan waktu tertentu.

2. AVLOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.

Universitas Sumatera Utara


3. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak

ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.

4. BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu

periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

5. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk

tiap-tiap 1000 penderita keluar.

6. GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000

penderita keluar.

Dari masing-masing indikator Depkes menentukan nilai standar ideal yang

yang dibuat berdasarkan standar yang telah dibuat oleh Huffman, yakni :

Tabel. 2.2. Indikator Rawat Inap Menurut Departemen Kesehatan

Standar Ideal Standar Ideal


Indikator
(Huffman) Menurut Depkes
BOR (Bed Occupancy Ratio) > 75-85 % 60-85%
BTO (Bed Turn Over) 30 kali 40-50 kali
LOS (Length of Stay) 3-12 hari 6-9 hari
TOI (Turn Over Interval) 1-3 hari 1-3 hari
NDR (Net Death Rate) ≤ 25 ‰ ≤ 25 ‰
GDR (Gross Death Rate) ≤ 45 ‰ ≤ 45 ‰
Sumber : Statistik Rumah Sakit, Ery Rustiyanto, Graha Ilmu, 2010

2.4.2. Standar Pelayanan Indonesian Health Quality Network (IHQN)

Indonesian Health Quality Network (IHQN) diresmikan pada tanggal 30

Juni 2005. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu

semakin berkembang sehingga berbagai inisiatif dan upaya dilakukan oleh

praktisi, peneliti, pengambil kebijakan, pendidik dan konsultan untuk menunjang

mutu dunia kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan. IHQN memiliki visi

“menjadi jejaring utama dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan di

Universitas Sumatera Utara


Indonesia melalui kerjasama ditingkat nasional dan internasional”. Dan misi

“menyediakan jaringan kerja sama dalam mewujudkan mutu pelayanan kesehatan

yang aman dan efisien”. Dalam menjalankan kegiatannya sebagai pembuat

kebijakan guna mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan

efisien, IHQN membuat beberapa indikator dan variabel seperti berikut.

Tabel 2.3. Indikator Riset Fasilitas IHQN

Layanan Indikator
Rawat Inap Visite dokter spesialis
Kejadian infeksi pasca operasi
Kejadian infeksi nosokomial
Tidak ada pasien jatuh yang berakibat cacat/meninggal
Kejadian pulang paksa/atas permintaan sendiri
Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS
Kesesuaian pelayanan dengan SOP
Angka pasien dekubitus
Angka kejadian infeksi jarum infus
Medication error dan tindak lanjutnya
Pre-operative death rate
Kelengkapan dokumen keperawatan
Evaluasi mutu
Rekam Medik (RM) Adanya tenaga RM sebagai penyelenggara dan pengolah data
Adanya master data pasien
Adanya rekam medis ibu dan bayi yang terpisah
Adanya RM yang terpisah antara aktif dan non aktif
Adanya backup data pasien dalam server
Adanya penyelenggara RM elektronik (RME)
Adanya standar barcode dan labelling
Adanya sistem data capture RME
Penyelenggaraan audit kualitatif dan kuantitatif
Adanya standar penyimpanan dan pemusnahan RM
Ketersediaan buku pedoman penyelenggaraan RM
Ketersediaan, kecukupan dan kualifikasi tenaga RM
Kecukupan fasilitas dan peralatan RM
Kelengkapan dan ketepatan pengisian RM
Pengembangan (pelatihan dan pendidikan) staf RM
Penyampaian laporan secara berkala
Kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi
Waktu penyediaan dokumen RM pelayanan rawat inap
Evaluasi mutu
Pemeliharaan Sarana Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
Ketepatan waktu pemeliharaan alat
Peralatan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan
Sumber : www.ihqn.or.id

Universitas Sumatera Utara


2.5. Mutu

Mutu adalah keseluruhan karakteristik barang/jasa yang menunjukkan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan yang

dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat5. Menurut beberapa pakar, definisi

terhadap mutu adalah sebagai berikut 6 :

1. Mutu adalah “Fitness for Use”, atau kesesuaian dengan tujuan atau

manfaatnya (J.M.Juran).

2. Mutu adalah kesesuaian terhadap kebutuhan yang meliputi availability,

delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness (Philip B. Crosby).

3. Mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan

mendatang (Deming, 1982)

Dalam pelaksanaan konsep mutu, mutu dipengaruhi oleh beberapa faktor-

faktor yang fundamental yang dikenal dengan 9M, yakni men, money, materials,

machines and menchanization, modern information methods, markets,

management, motivation dan Mounting Product Requirement.

Berdasarkan penelitian Zeithaml, Berry dan Parasuraman dimensi mutu

secara umum yang diterapkan pada perusahaan jasa dikelompokkan menjadi 7 8 :

1. Realibility (keandalan) yakni berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

memberikan layanan yang akurat dan konsisten dengan yang telah dijanjikan.

2. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kesediaan dan kemampuan karyawan

untuk membantu pelanggan, merespon permintaan, dan menyediakan

pelayanan yang cepat dan tepat.

5
Imbalo.S.Pohan : Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Jakarta, hlm 12
6
Iskandar Indranata : Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian Kualitas, Jakarta, hlm 35
7
Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, : Total Quality Management, Yogyakart, hlm 27
8
Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra : Service,Quality & Satisfaction,Yogyakarta, hlm 133

Universitas Sumatera Utara


3. Assurance (jaminan) mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan karyawan

dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan,

kesopanan dan sifat dapat dipercaya.

4. Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual

kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan

memahami kebutuhan dan masalah pelanggan.

5. Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,

karyawan dan alat-alat komunikasi.

Dimensi-dimensi mutu pelayanan harus diramu dengan baik, meskipun hal

itu tidak semudah yang dibayangkan. Dapat saja terjadi kesenjangan antara

organisasi dan pelanggan, karena perbedaan persepsi mereka tentang wujud

pelayanan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman et.al mengenai

costumer perceived quality pada empat industri jasa, teridentifikasikan lima gap

yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa seperti yang terlihat pada

Gambar 2.1, yaitu :

1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

Pada kenyataannya pihak menajemen tidak selalu dapat memahami apa yang

menjadi keinginan pelanggannya secara tepat. Akibatnya tidak tahu

bagaimana mendesain jasa tersebut.

2. Gap antara persepsi manajemen dan penjabaran jasa.

Dalam hal ini manajemen mampu memahami apa yang diinginkan pelanggan,

tetapi mereka tidak menyusun standar kinerja tertentu yang jelas. Hal ini

dapat terjadi karena tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen

Universitas Sumatera Utara


terhadap kualitas jasa, kekurangan sumber daya, dan karena adanya kelebihan

permintaan.

3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

Ada beberapa penyebab gap ini, misalnya karyawan kurang terlatih, beban

kerja melampaui batas, tidak dapat memenuhi standar kinerja, dan tidak mau

memenuhi standar kinerja yang ditetapkan.

4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.

Sering kali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan yang

dibuat oleh organisasi. Resiko yang dihadapi organisasi adalah apabila janji

yang diberikan ternyata tidak dapat dipenuhi.

5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan.

Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja organisasi dengan cara

yang berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut.

Words of Mouth
Personal Needs Past Experience
Communication

Costumer

Expected Service

GAP 5

Preceived Service

GAP 1 Service Delivery (including External Communication to


pre and post contact) Consumers

GAP 4
GAP 3

Translation of perceptions
into service quality
spesification

GAP 2

Provider Management perceptions of


consumer expeditions

Gambar 2.1. Model Kualitas Jasa

Universitas Sumatera Utara


2.6. Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat

kepuasaan rata-rata dan penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik

profesi9. Menurut Kemenkes RI, mutu pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang

menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat

menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk


10
tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan .

Adapun faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan adalah

kelayakan, kesiapan, kesinambungan, efektivitas, kemanjuran, efisiensi,

penghormatan dan perhatian, keamanan dan ketepatan waktu.

Pandangan terhadap mutu layanan kesehatan memiliki perspektif yang

berbeda bagi setiap komponen, perbedan tersebut dapat terlihat sebagai berikut 11 :

a. Perspektif Pasien, adalah layanan yang dapat memenuhi kebutuhan yang

dibutuhkan dan diselenggarakan dengan sopan, tepat waktu dan tanggap.

b. Perspektif Pemberi Layanan Kesehatan (provider), adalah ketersediaan

peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi dalam setiap melakukan layanan

kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir dan bagaimana

keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan itu.

c. Perspektif Penyandang Dana, adalah suatu layanan yang efisien dan efektif.

d. Perspektif Pemilik Sarana Layanan Kesehatan, adalah layanan yang

menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan

pemeliharaan dengan tarif pelayanan masih terjangkau.


9
Azrul Azwar : Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, hlm 30
10
A.A.Gde Muninjaya : Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, hlm 19
11
Imbalo.S.Pohan., Op.cit, hlm 13

Universitas Sumatera Utara


e. Perspektif Administrator Layanan Kesehatan, adalah layanan yang bermutu

jika mampu menyusun prioritas dan dapat menyediakan apa yang menjadi

kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat.

2.7. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan

Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan

suatu proses tertentu12. Indikator layanan kesehatan adalah suatu ukuran

penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan Indikator dibuat

untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan13. Indikator yang secara

umum dapat dibedakan atas 2 jenis, yakni14 :

1. Indikator persyaratan minimal, menunjukkan pada ukuran terpenuhi atau

tidaknya standar masukan, lingkungan atau proses.

Indikator ini dapat dibagi lagi menjadi 3, yaitu :

a. Indikator Masukan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan

seperti ukuran tenaga pelaksana, sarana serta dana yang tersedia di dalam

suatu organisasi kesehatan.

b. Indikator Lingkungan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar lingkungan

seperti ukuran kebijakan, organisasi serta manajemen yang dianut oleh

organisasi kesehatan.

c. Indikator Proses, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses.

2. Indikator Penampilan Minimal, menunjuk pada ukuran terpenuhi atau

tidaknya standar penampilan minimal pelayanan kesehatan yang

12
Imbalo.S.Pohan, Ibid, hlm 212
13
Imbalo.S.Pohan, Ibid, hlm 232
14
Azrul Azwar, Op.cit, hlm 50

Universitas Sumatera Utara


diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini disebut dengan indikator

keluaran (output/outcome).

Masing-masing indikator memiliki fungsi pengukuran yang berbeda, jika

yang ingin diukur adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan

kesehatan (penyebab) maka yang dipergunakan adalah indikator persyaratan

minimal. Tetapi jika yang diukur adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka

yang dipergunakan adalah indikator keluaran (penampilan). Secara sederhana

kedudukan dan peranan kedua indikator digambarkan dalam bagan berikut.

Indikator
Lingkungan

Indikator Indikator Indikator


Masukan Proses Keluaran

Penyebab Masalah Masalah Mutu


Mutu Pelayanan Pelayanan
Kesehatan Kesehatan

Gambar 2.2. Kedudukan dan Peranan Indikator

2.8. Manajemen Mutu

2.8.1. Manajemen Mutu Layanan Kesehatan

Manajemen Mutu (Quality Management) adalah seluruh aktivitas kegiatan

fungsi manajemen dari kebijakan, tugas dan tanggung jawab yang dituangkan

dalam bentuk perencanaan mutu (quality planning), jaminan mutu (quality

assurance), kendali mutu (quality control), dan peningkatan mutu (quality

improvement) dalam satu sistem mutu1516.

15
Dody Firmanda, Op.cit, hlm 4

Universitas Sumatera Utara


a. Perencanaan Mutu (Quality Planning)

Perencanaan mutu (quality planning) dilakukan dengan mengidentifikasi

standar kualitas yang relevan terhadap objek dan menentukan bagaimana cara

memuaskan konsumen. Standar dilihat sebagai target eksplisit yang harus

dipenuhi atau definisi kuantitatif yang menyatakan persyaratan. Standar

berhubungan dekat dengan spesifikasi. Standar mengarahkan bagaimana

proses dapat terselesaikan sedangkan spesifikasi merupakan target dari

kinerja. Metrik merupakan pengukuran untuk menentukan tingkat kesesuaian

dengan spesifikasi. Standar mengarahkan objek ke dalam implementasi untuk

mencapai kesuksesan proses. Banyak standarisasi yang biasa digunakan

seperti ISO, Malcolm Baldridge Award, Keputusan Menteri Kesehatan,

Indonesian Health Quality Network (IHQN) dan lain sebagainya.

b. Jaminan Mutu (Quality Assurance)

Jaminan kualitas (Quality Assurance) adalah suatu kegiatan sistematis untuk

memastikan bahwa proyek akan mempekerjakan semua proses

dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Mengembangkan

kegiatan jaminan kualitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pilih standar yang relevan atau spesifikasi.

2) Menggunakan definisi operasional, menentukan kegiatan yang akan

diteliti, mengumpulkan data dan membandingkan hasil pada rencana.

3) Mengembangkan dan menerapkan metrik

4) Menentukan dan menyediakan sumber daya.

5) Menetapkan tanggung jawab untuk suatu entitas tertentu.

16
Kenneth.H.Rose, Project Quality Management (Why,What and How), J.Ross Publishing,USA
2005 p.41

Universitas Sumatera Utara


6) Merakit kegiatan menjadi rencana jaminan kualitas.

Adanya jaminan Mutu (Quality Assurance), memberikan manfaat terhadap

pihak-pihak yang terlibat (Heriandi, 2007), yakni :

- Bagi rumah sakit, QA yang baik membuat rumah sakit mampu untuk

bersaing dan tetap eksis di lingkungan bisnisnya.

- Bagi pelanggan, QA dapat dijadikan sebagai faktor untuk memilih RS

yang bermutu dan baik.

- Bagi praktisi medis, dengan adanya QA para praktisi medis dituntut untuk

semakin teliti, telaten, dan hati–hati dalam menjaga mutu pelayanannya.

- Bagi pemerintah sendiri, adanya QA dapat menjadikan standar dalam

memutuskan salah benarnya suatu kasus yang terjadi di Rumah sakit

c. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian kualitas ialah keseluruhan cara yang digunakan untuk

menetapkan dan mencapai standar mutu atau dapat dikatakan bahwa

pengawasan mutu adalah suatu sistem yang terdiri atas pengujian, analisis, dan

tindakan yang harus diambil yang berguna untuk mengendalikan mutu suatu

produk sehinggga mencapai standar yang diinginkan (Kaoru Ishikawa:1985).

d. Peningkatan Mutu (Quality Improvement)

Peningkatan mutu adalah suatu metodologi yang berawal dari pengumpulan

dan analisis data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan

pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem

industri, untuk meningkatkan kualitas produk, guna memenuhi kebutuhan dan

ekspektasi pelanggan.

Universitas Sumatera Utara


2.8.2. Alat Manajemen Mutu (Quality Management Tools)

Mutu merupakan tanggung jawab dari setiap anggota organisasi yang

terlibat dalam suatu proses pelayanan. Dalam penerapannya, diperlukan

manajerial yang baik dalam perencanaan, jaminan, pengendalian dan perbaikan.

Tools of quality adalah alat bantu yang bermanfaat untuk memetakan lingkup

persoalan, menyusun data dalam diagram-diagram agar lebih mudah untuk

dipahami, menelusuri berbagai kemungkinan penyebab persoalan dan

memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan.

Selanjutnya analisa yang dihasilkan dapat membantu organisasi dalam

pengambilan keputusan yang tepat sesuai sasaran dan strategi organisasi. 7 Tools

of Quality dan 7 New Tools of Quality merupakan kumpulan alat-alat yang dipakai

dalam manajemen kualitas yang biasanya digunakan bagi yang menerapkan

metodologi 7 Steps of Quality Improvement.

The New Seven Tools dibuat untuk memperbaiki kekurangan yang ada

pada Seven Tools versi sebelumnya. Perbedaan keduanya adalah jika 7 tools lebih

ke eksplorasi kuantitatif (statistik) sedangkan 7 new tools lebih ke eksplorasi

kualitatif. Eksplorasi kuantitatif oleh 7 tools mencakup: Check Sheet, Histogram,

Grafik, Scatter Diagram, Pareto Diagram, Fish Bone Diagram dan Control Chart.

Sedangkan ekslorasi kualitatif oleh 7 Alat Manajemen (7 New Tools):

Interrelationship Diagram, Affinity Diagram, Tree Diagram, Matrix Diagram,

Matrix Data Analysis, Arrow Diagram dan PDPC (Process Decision Program

Chart).

Evolusi teori kualitas dan praktek telah menciptakan sejumlah alat yang

dapat diterapkan untuk mengelola kualitas. Alat-alat tersebut dapat dipadukan

Universitas Sumatera Utara


untuk mengangkat permasalahan dan memberikan solusi dari permasalahan yang

ada pada manajemen mutu. Untuk memahami pelaksanaan manajemen mutu

maka diperlukan pemahaman terhadap data dan proses. Langkah-langkah analisis

terbagi ke dalam lima kategori yang juga menggunakan beberapa kombinasi tools

dari 7 tools dan 7 new tools, yakni 1718:

1. Pengumpulan data, data dapat dikumpulkan melalui Check Sheet.

2. Memahami data, empat alat yang membantu untuk memahami data, adalah :

a. Grafik, tujuannya untuk mengatur, meringkas, dan menampilkan data,

biasanya dari waktu ke waktu.

b. Histogram, merupakan salah satu alat bantu statistik untuk menyajikan

data dalam jumlah besar sehingga dapat dianalisa distribusinya

c. Grafik Pareto, pareto dibuat untuk menemukan atau mengetahui masalah

atau penyebab utama dalam penyelesaian masalah dan porsi masalah

utama tersebut terhadap keseluruhan masalah.

d. Diagram pencar (Scatter Diagram), digunakan untuk melihat hubungan

antara sepasang, sekolompok data atau dua variabel untuk mengetahui

jenis korelasinya dan juga tingkat hubungannya.

3. Memahami proses

Memahami data sangat penting namun hal tersebut hanya langkah awal dari

proyek manajemen kualitas. Data merupakan suara dari proses. Ketika proses

berjalan maka hasil akan terekspresikan melalui data. Untuk memahami

manajemen mutu, data tidaklah cukup sehingga perlu dilakukan pemahaman

proses. Tiga alat bantu untuk memahami proses antara lain :

17
Kenneth.H.Rose , Ibid, hlm 92
18
Iskandar Indranata, Ibid, hlm 208

Universitas Sumatera Utara


a. Flow Chart, mengidentifikasi urutan peristiwa dalam suatu proses.

b. Run Chart, sebuah grafik yang digunakan untuk mengamati kinerja proses

dari waktu ke waktu.

c. Control Chart, adalah alat untuk memantau, mengendalikan, dan

meningkatkan proses dari waktu ke waktu. Peta kendali digunakan untuk

memperlihatkan variasi di dalam kualitas keluaran

4. Analisis proses

Setelah mencapai pemahaman tentang data dan proses, maka tahapan

kemudian adalah menganalisis proses dan memecahkan masalah. Pemahaman

proses tertentu bukan merupakan dasar yang cukup untuk mengambil

tindakan. Tindakan tanpa analisis terbatas pada preseden, percobaan intuisi,

dan kesalahan, atau menebak. Analisis diperlukan untuk menentukan aspek-

aspek interaksi sistem proses dan hubungan sebab-akibat. Alat bantu untuk

menganalisis proses ini antara lain :

a. Cause and Effect Diagram, diagram sebab akibat adalah diagram yang

disusun dari garis-garis dan simbol yang dirancang untuk menunjukkan

hubungan antara penyebab dan akibat dari suatu masalah. Untuk setiap

akibat, bisa terdiri dari banyak penyebab.

Universitas Sumatera Utara


b. Pillar Diagram, diagram pilar adalah kombinasi dari diagram sebab dan

akibat dan alat kualitas lainnya, dengan mengaitkan digraf. Diagram ini

menunjukkan hubungan antara himpunan penyebab dan hasil. Sebuah

digraf keterkaitan digunakan untuk menentukan hubungan di antara semua

elemen kontribusi dari suatu sistem. Tujuan dari diagram pilar ini adalah

untuk mengidentifikasi akar penyebab yang terkait dengan beberapa hasil.

5. Pemecahan masalah

Mengumpulkan, pemahaman dan menganalisis data, serta menganalisis proses

merupakan tahapan yang penting sebagai langkah persiapan untuk mengambil

tindakan. Empat alat bantu kualitas dalam memecahkan masalah antara lain :

a. Force Field Analysis, merupakan suatu diagram yang menunjukkan

analisis terhadap perhitungan kekuatan-kekuatan (positif) dan kelemahan-

kelemahan (negatif) yang dijumpai untuk mencapai sasaran perbaikan

proses terus menerus (continuous improvement).

b. Klasifikasi Masalah Kualitas.

c. Brainstorming, merupaka aktivitas yang efektif dan efisien untuk

mengeluarkan ide-ide baru untuk pemecahan masalah.

Universitas Sumatera Utara


d. Affinity Diagram, diagram gabungan yang sering menggunakan hasil

brainstorming untuk mengorganisasikan informasi sehingga mudah

dipahami untuk mengadakan perbaikan proses.

e. Nominal Group Technique and Multivoting, nominal Group Technique

adalah sebuah cara untuk menentukan prioritas masalah yang diinginkan.

6. Membuat rencana penanggulangan masalah

Tujuan dari langkah ini adalah memberikan arah dan jenis aktifitas yang akan

dilaksanakan dalam rangka penanggulangan masalah dengan cara menetapkan

rencana tindakan, menetapkan proses pelaksanaan penanggulangan,

menentukan personil, fasilitas, waktu dan tempat.

2.8.3. Strategi Kaizen

Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada

pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus atau berkesinambungan,

Kai=change Zen=for the better sehingga memiliki arti perubahan kearah yang

lebih baik. Kaizen melibatkan pemodal, karyawan dan manajer semua lini dalam

perusahaan untuk pengembangan perusahaan ke arah yang lebih baik. Kaizen

berarti berhadapan dengan penyebab permasalahan dan pencegahannya.

Strategi kaizen meliputi pandangan terhadap fungsi tugas; pandangan

terhadap konsep perbaikan; hubungan proses dan hasil, siklus Plan – Do – Check

- Act (PDCA) = Rencanakan – Kerjakan – Periksa – Tindak lanjut dan siklus

Standardize – Do – Check - Act (SDCA) = Standarisasi – Kerjakan – Periksa –

Tindak lanjut; mengutamakan kualitas; berbicara dengan data yang akurat dan

pentingnya posisi konsumen. Kunci Sukses penerapan Kaizen ada pada penerapan

Universitas Sumatera Utara


prinsip-prinsipnya. Dalam hal pemenuhan kepuasan pelanggan, Menurut

Wellington kaizen memiliki beberapa prinsip yaitu fokus pada pelanggan,

melakukan perbaikan terus-menerus, mengakui masalah secara terbuka,

mendorong keterbukaan, menciptakan tim kerja, mengelola proyek melalui tim

lintas fungsional, mengembangkan proses hubungan yang tepat, mengembangkan

disiplin pribadi, memberikan informasi kepada setiap karyawan, membuat setiap

karyawan menjadi mampu19.

Kaizen merupakan aktivitas harian yang pada prinsipnya memiliki dasar

berorientasi pada proses dan hasil, berpikir secara sistematis pada seluruh proses

dan tidak menyalahkan, tetapi terus belajar dari kesalahan yang terjadi. Dampak

positif dari penerapan metode perbaikan dengan konsep Kaizen antara lain :

1. Setiap orang akan mampu menemukan masalah dengan cepat.

2. Setiap orang akan perhatian dan menekankan pada tahap perencanaan.

3. Mendukung cara berfikir yang berorientasi proses.

4. Setiap orang konsentrasi pada masalah yang lebih penting dan mendesak

untuk diselesaikan.

5. Setiap orang akan berpartisipasi dalam membangun sistem yang baru.

2.8.4. Kaizen dan Manajemen

Manajemen dalam konteks kaizen, mempunyai dua fungsi utama yaitu

pemeliharaan dan penyempurnaan atau perbaikan. Pemeliharaan didefinisikan

dengan kegiatan untuk memelihara teknologi, sistem manajerial, standar

operasional yang ada, dan menjaga standar tersebut melalui pelatihan serta

19
Patricia Wellington, Kaizen Strategies for Customer Care, 1998

Universitas Sumatera Utara


disiplin. Dalam fungsi pemeliharaan, manajemen mengerjakan semua tugasnya

sehingga semua orang dapat memenuhi prosedur pengoperasian standar.

Sedangkan perbaikan diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan

meningkatkan atau menyempurnakan standar yang ada.

Manajemen harus menetapkan kebijakan, peraturan, petunjuk dan

prosedur untuk semua kegiatan, kemudian mengawasinya agar semua orang

menerapkannya. Dalam setiap bisnis, karyawan bekerja menurut standar yang

telah ada, baik yang tertulis maupun yang tidak, yang dibebankan oleh

manajemen.

Kaizen secara umum sangat sederhana, cepat dan mudah diterapkan di

semua sektor industri, langsung menuju permasalahan, fokus pada major issue,

teamworking, dan melewati semua batasan birokrasi dari manager hingga

karyawan. Selain itu, dengan kaizen maka tujuan utama bisnis proses dapat

diarahkan. Kaizen hanya bisa dijalankan dalam 3 prinsip yakni (1) concern pada

proses dan hasil (tidak pada hasil saja), (2) Berpikir sistematis dan global, serta

(3) tidak menuduh atau menyalahkan, karena tuduhan hanya dapat menyebabkan

waste. Agar filosofi kaizen ini dapat berjalan dengan baik sebaiknya diterapkan

pada seluruh level organisasi, mulai dari manajemen puncak hingga karyawan

terendah.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual merupakan gambaran mengenai konsep dari

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dasar pemikiran penelitian

dilakukan berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya yang kemudian membentuk kerangka konseptual yang dapat dilihat

pada Gambar 3.1.

Baik tidaknya mutu pelayanan yang diterima seorang pasien merupakan

hasil gabungan dari beberapa komponen (input) yang bekerja sama melalui

berbagai proses untuk menghasilkan pelayanan (output). Perencanaan,

perancangan, pelaksanaan dan pengendalian dari input dan proses tersebut

merupakan tanggung jawab dari manajemen. Sehingga baik tidaknya mutu

pelayanan bergantung kepada baik tidaknya manajemen dalam mengelola input

dan prosesnya.

Kebijakan manajemen dalam mengelola dan menjaga mutu pelayanan

rumah sakit tentunya diatur berdasarkan standar yang sudah ditetapkan oleh pihak

yang lebih berwenang yakni Departemen Kesehatan. Sebagai acuan dasar

pelayanan, Depkes mengeluarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), sehingga

dalam menjalankan pelayanannya, Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati harus

tunduk dan memenuhi SPM tersebut.

Untuk mengetahui sejauh mana komitmen rumah sakit dalam memberikan

pelayanan yang baik, maka dapat dilakukan dengan mempelajari dokumentasi dan

mengamati penerapan manajemen mutu oleh pihak manajemen RSI Malahayati

Universitas Sumatera Utara


Medan. Hasil pengamatan dan dokumentasi kemudian dibandingkan dengan

indikator standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan forum

independen Indonesian Health Quality Network (IHQN) sebagai pelengkap.

Perbandingan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pihak rumah sakit

berkomitmen dalam memberikan pelayanan yang bermutu berdasarkan standar

yang ditetapkan dengan tujuan agar pasien mendapatkan kepuasan dalam

pelayanan.

Dari hasil pengukuran nantinya akan diperoleh beberapa item dari standar

yang belum terpenuhi dan kemudian dilakukan analisis. Pada bagian analisis

tersebut dilakukan pengkajian sebab-akibat terjadinya permasalahan yang

kemudian diberikan solusi pemecahan dan pencegahan masalah.

Rumah Sakit Islam


Malahayati Medan

Pelayanan Rawat
Inap

Standar Pelayanan Minimal


Departemen Kesehatan Standar IHQN

Evaluasi Pelayanan
Berdasarkan Standar
- Tools of Quality

Analisis Permasalahan

Pemecahan dan Pencegahan


- Konsep Kaizen
Timbulnya Masalah dengan

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi

yang tepat (Whitney:1960). Metode riset ini dapat digunakan dengan lebih banyak

segi dan lebih luas dari metode yang lain, memberikan informasi yang mutakhir

dan bermanfaat serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.

Menurut Travers (1978), metodologi ini bertujuan untuk menggambarkan

suatu sifat yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa

sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Maka dari itu, pada penelitian ini metode

deskriptif digunakan untuk mengetahui apa masalah yang terjadi pada manajemen

jaminan mutu rumah sakit sehingga masih terjadi ketidakpuasan pasien terhadap

pelayanan yang diberikan.

4.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Malahayati yang beralamat

di Jl. Diponegoro No.2-4 Medan.

4.2.2. Jadwal Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilakukan selama 8 (delapan) minggu efektif

dengan jadwal pelaksanaan seperti pada Tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Minggu Ke-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pengajuan Judul Geladikarya
2. Penyusunan Kolokium Geladikarya
3. Kolokium Geladikarya
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penulisan Geladikarya
7. Seminar Perusahaan
8. Sidang Geladikarya

4.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan untuk penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder yang pembagiannya adalah sebagai berikut :

1. Data primer, yaitu data yang berasal dari hasil pengamatan dan wawancara

langsung dengan pihak yang perusahaan untuk memperoleh data dan

informasi yang diperlukan dalam pengolahan data. Pengambilan data primer

ini dilakukan dengan metode in-depth interview dengan pihak manajemen.

2. Data sekunder adalah data yang sudah jadi atau dipublikasikan untuk umum

oleh instansi atau lembaga yang mengumpulkan, mengolah dan menyajikan.

Pengambilan data sekunder ini diperoleh dari administrasi dan dokumentasi

unit layanan RSIM.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Metode Wawancara, sumber datanya yakni Kepala Komite Mutu, Kepala

Bagian Rekam Medik, Kepala Bagian Rawat Inap dan Kepala Bagian

Peralatan serta karyawan.

Universitas Sumatera Utara


2. Metode Observasi, sumber data dari metode ini merupakan data yang

langsung diamati yang dapat digunakan sebagai analisa.

3. Metode Dokumentasi, sumber data dari metode ini merupakan data yang telah

didokumentasikan oleh perusahaan.

4.5. Variabel dan Indikator yang Digunakan

Standar yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini adalah

standar berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) dan

dari forum IHQN.

Tabel. 4.2. Variabel dan Indikator Penelitian Berdasarkan Standar

Departemen Kesehatan

No Variabel Indikator
Pemberi Pelayanan
Dokter penanggung jawab pasien
Ketersediaan Pelayanan Dasar
Jam visite dokter spesialis
Kejadian infeksi pasca operasi
Kejadian infeksi pasca nasokomial
Kualitas Layanan Tidak ada pasien jatuh yang berakibat cacat/meninggal
1
Rawat Inap Kematian pasien > 48 jam
Kejadian pulang paksa/atas permintaan sendiri (PAPS)
Kepuasan Pelanggan
Rawat Inap pasien TBC
a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan
mikroskopis TB
b. Terlaksana kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS
Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai
pelayanan
Kualitas Layanan
2 Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan
Rekam Medik
informasi yang jelas
Waktu penyediaan dokumen rekam medik
Kualitas Pelayanan Kecepatan waktu menanggapi kerusakan
3 pemeliharaan sarana rumah Ketepatan waktu pemeliharaan alat
sakit Peralatan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 4.3. Variabel dan Indikator Penelitian Berdasarkan Standar IHQN

Variabel Indikator
Visite dokter spesialis
Kejadian infeksi pasca operasi
Kejadian infeksi nasokomial
Tidak ada pasien jatuh yang berakibat cacat/meninggal
Kejadian pulang paksa/atas permintaan sendiri
Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
Kualitas Layanan Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS
Rawat Inap Kesesuaian pelayanan dengan SOP
Angka pasien dekubitus
Angka kejadian infeksi jarum infus
Medication error dan tindak lanjutnya
Pre-operative death rate
Kelengkapan dokumen keperawatan
Evaluasi mutu
Adanya tenaga RM sebagai penyelenggara dan pengolah data
Adanya master data pasien
Adanya rekam medis ibu dan bayi yang terpisah
Adanya RM yang terpisah antara aktif dan non aktif
Adanya backup data pasien dalam server
Adanya penyelenggara RM elektronik (RME)
Adanya standar barcode dan labelling
Adanya sistem data capture RME
Penyelenggaraan audit kualitatif dan kuantitatif
Kualitas Layanan
Adanya standar penyimpanan dan pemusnahan RM
Rekam Medik (RM)
Ketersediaan buku pedoman penyelenggaraan RM
Ketersediaan, kecukupan dan kualifikasi tenaga RM
Kecukupan fasilitas dan peralatan RM
Kelengkapan dan ketepatan pengisian RM
Pengembangan (pelatihan dan pendidikan) staf RM
Penyampaian laporan secara berkala
Kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi
Waktu penyediaan dokumen RM pelayanan rawat inap
Evaluasi mutu
Kualitas Pelayanan Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
pemeliharaan sarana Ketepatan waktu pemeliharaan alat
rumah sakit Peralatan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan

4.6. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan melihat hasil

perbandingan antara nilai-nilai standar yang telah ditetapkan dengan nilai dan data

Universitas Sumatera Utara


yang diperoleh di Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati. Dari hasil perbandingan

tersebut, akan diperoleh indikator-indikator yang belum memenuhi standar yang

kemudian dijadikan permasalahan. Indikator yang belum memenuhi standar

tersebut kemudian dianalisis untuk hubungan sebab-akibat yang menyebabkan

standar tersebut belum terpenuhi. Pada proses perbandingan dan analisis ini

nantinya akan menggunakan tools of quality.

Setelah diketahui beberapa penyebab yang memungkinkan terjadinya

permasalahan, maka dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan kaizen

untuk memperoleh gambaran dalam melakukan perbaikan dan memberikan usulan

tindakan. Dalam analisis ini, nantinya juga digunakan alat bantu Minitab untuk

mempermudah peneliti dalam menggunakan tools of quality. Adapun tahapan

pengolahan dan analisis data secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Collecting
Mengumpulkan data indikator

Comparing
Membandingkan indikator dengan standar
pelayanan minimal Depkes RI dan IHQN

Separating
Memisahkan standar-standar
yang belum terpenuhi

Analyzing

Menganalisis penyebab belum terpenuhinya beberapa standar

Solving
Tindak Perbaikan Peningkatan
Manajemen Mutu Layanan

Gambar 4.1. Blok Diagram Analisis Data

Universitas Sumatera Utara


BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Ide pembentukan Rumah Sakit Islam Malahayati dimulai pada tahun

1970-an dimana terdapat sebuah bangunan milik Yayasan Kerukunan Aceh

bersama dengan Dewan Pimpinan Pusat Aceh Sepakat Sumatera Utara yang

terletak di Jl. P.Dipenogoro No. 4 Medan. Pada saat itu, bangunan ini hanya

digunakan sebagai tempat pertemuan yang sifatnya tidak rutin sehingga timbul

pemikiran untuk memanfaatkannya dengan mendirikan komplek rumah sakit.

Nama Malahayati terpilih menjadi nama rumah sakit ini dengan arti

sebagai Mal al hayati, “kekayaaan dari hidup” yaitu kekayaan hidup kita paling

berharga yaitu kesehatan. Sedangkan Laksamana Malahayati diartikan sebagai

Srikandi, yang memimpin Armada Aceh dalam pertempuran melawan Portugis

pada abad ke-16.

Setelah 6 bulan melakukan persiapan dan dirasa sudah cukup, maka tepat

pada tanggal 10 Mei 1973 dibentuklah Yayasan Rumah Sakit Malahayati dengan

Akte Notaris : Kusmulyanto dengan Akte : No. 42 tanggal 10 Mei 1973.

Pengelolaan oleh sebuah yayasan bukan sebuah PT., CV., atau Firma atau badan

usaha lain adalah sebuah pemikiran bahwa Rumah Sakit Malahayati Medan

nantinya tetap sebagai usaha nonprofit. Dengan pengertian jika nanti ada

keuntungan yang dihasilkan, maka keuntungan tersebut akan digunakan untuk

perluasan dan peningkatan kegiatan-kegiatan rumah sakit itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


Pada tanggal 14 April 1974 dilakukan peletakan batu pertama

pembangunan kamar bedah sebagai tanda dimulainya pembangunan Rumah Sakit

Malahayati. Hanya berselang beberapa bulan dari peletakan batu pertama, pada

tanggal 13 Agustus 1974 Yayasan mulai membuka poliklinik yang diresmikan

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kotamadya Medan. Pada tanggal 14 Januari 1975,

Gubernur Sumatera Utara H. Marah Halim Harahap meresmikan rumah sakit ini

yang diberi nama Rumah Sakit Islam Malahayati dengan dipimpin oleh Dokter

Djafar Siddik yang masih dilengkapi dengan peralatan sederhana.

Setahun kemudian Rumah Sakit Malahayati sudah dapat menunjukkan

eksistensinya di masyarakat dan dapat berdiri sendiri serta melengkapi peralatan

kedokteran sendiri dan meneruskan pembangunan fasilitas rumah sakit. Tanggal 9

Mei 1976 fasilitas kamar bedah dan laboratorium diresmikan pemakaiannya oleh

Walikota Medan H. Saleh Arifin, menyusul pula pembangunan paviliun yang juga

mendapat bantuan daari para donatur dan masyarakat. Diresmikan kemudian

pemakaiannya oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Suwardjono

Soerjaningrat pada tanggal 5 November 1980, sampai sekarang Rumah Sakit

Islam Malahayati masih menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat dengan

fasilitas yang cukup lengkap untuk menunjang kebutuhan masyarakat.

5.2. Fasilitas atau Pelayanan Kesehatan

Jenis pelayanan medis yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit Malahayati

Medan adalah Medical Check Up, Dokter Umum, Dokter Gigi dan Dokter

Spesialis / Sub-Spesialis seperti Anak, Bedah, Kebidanan & Kandungan, Penyakit

Universitas Sumatera Utara


Dalam, Syaraf, THT, Mata, Kulit & Kelamin, Jantung, Bedah Tulang, Jiwa,

Urologi dan Bedah Syaraf.

Jenis pelayanan penunjang yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit

Malahayati Medan adalah Laboratorium Patologi Klinik, X-Ray, USG, EKG,

Fisioterapi, Konsultasi Gizi, Farmasi dan Hemodialisa.

Fasilitas yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan yakni UGD 24 Jam, Rawat Jalan, Rawat Inap, Kamar Bedah, Kamar

Bersalin dan ICU (Intensive Care Unit)

5.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Malahayati Medan

Setiap organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien memerlukan struktur organisasi. Karena itu, struktur organisasi haruslah

sesuai dan mudah dimengerti oleh semua pihak yang terlibat dalamnya. Struktur

organisasi di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah struktur organisasi

yang berbentuk fungsional. Struktur organisasi yang berbentuk fungsional ini

dapat dikenali dengan karakteristik pembagian tugas dan tanggung jawab kerja

berdasarkan fungsi masing-masing bagian. Tipe fungsional juga ditandai dengan

adanya hubungan horizontal antara kepala bagian, dimana kepala bagian yang satu

tidak berhak memerintah kepala bagian yang lainnya tetapi dalam melakukan

pekerjaannya saling terhubung. artinya bahwa pekerjaan yang satu akan

mempengaruhi pekerjaan yang lain.

Universitas Sumatera Utara


Direktur

Wakil Direktur

Komite Komite Komite Bidang Bidang Bidang Keuangan


Instalasi
Medik Mutu KPRS Pelayanan Adm.Umum & Akuntansi

Perawatan Tata Usaha Rawat Jalan Pembukuan Keuangan

Personalia Rawat Inap


Penunjang
Medis Rumah
UGD
Tangga

Perlengkapan Bedah Sentral

Rekam Medik ICU

Laporan Radiologi

Hukum Farmasi

Perpustakaan Gizi

Pemasaran &
Fisioterapi
Publikasi

Laboratorium

Perawatan

Gambar 5.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

5.4. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

1. Direktur, adalah seorang penanggung jawab pengelola rumah sakit. Di dalam

melaksanakan tugasnya direktur bertanggung jawab kepada dewan penyantun.

Adapun uraian tugas direktur adalah :

a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan

b. Melaksanakan fungsi-fungsi manejemen rumah sakit secara terpadu,

efisien, efektif dan kreatif

c. Mengelola rumah sakit dalam rangka mencapai tujuan.

Universitas Sumatera Utara


d. Menyusun kebijakan pelaksanaan kegiatan.

e. Membina pelaksanaan kegiatan di rumah sakit .

f. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Menyusun rencana kerja dan rencana anggaran tahunan

h. Mengusulkan rencana pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit.

i. Bersama direksi merumuskan strategi dan rencana induk pengembangan.

j. Melaporkan kegiatan penyelenggaraan meliputi laporan pelayanan,

keterangan kepada anggota direksi dan komisaris min.1 kali dalam 3 bulan

k. Menyampaikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba

kepada semua yang berwenang minimal satu kali dalam satu bulan

l. Memelihara hubungan baik dengan pemerintah, organisasi

perumahsakitan, organisasi profesi dan masyarakat.

2. Wakil Direktur, adalah staf dalam organisasi rumah sakit yang bertugas

membantu direktur untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan pengawasan

serta bertanggung jawab atas kelancaran fungsi pelayanan rumah sakit dalam

melaksanakan tugasnya wakil direktur bertanggung jawab langsung kepada

direktur rumah sakit. Adapun uraian tugas wakil direktur adalah:

a. Membantu direktur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya

b. Mewakili direktur jika berhalangan

c. Melaksanakan tugas dan pekerjaan lainnya yang ditentukan direktur

d. Merencanakan kebutuhan dan penyediaan kebutuhan fasilitas pelayanan

e. Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan pengarahan dari direktur

Universitas Sumatera Utara


3. Komite Medik, adalah sekelompok tenaga medik yang diangkat serta

diberhentikan oleh direktur untuk masa jabatan 3 tahun lamanya. Komite

medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis

(clinical governance) agar staf medis dirumah sakit terjaga

profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi

medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis. Adapun uraian tugas

dari komite medik secara umum adalah :

a. Menyelenggarakan layanan medis umum dan spesialis dengan mutu yang

tinggi, tertib dan berdisiplin di semua instalasi pelayanan medis.

b. Menyiapkan data yang berhubungan dengan tugas pokoknya, untuk

disampaikan ke direktur serta kepala-kepala bagian yang terkait.

c. Memberikan saran baik diminta ataupun tidak diminta, untuk kelancaran

tugas dan pengembangan pelayanan medis

d. Mengajukan kebutuhan pelayanan medis kepada Direktur dan Kepala-

Kepala Bagian yang terkait

e. Mengadakan koordinasi dengan tenaga keperawatan guna menunjang

kelancaran tugas.

f. Membuat petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis pada masing-masing

bagian terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Membuat Laporan berkala yang berhubungan dengan tugas pokoknya

kepada Direktur.

4. Bagian Pelayanan, adalah satu unit kerja yang merupakan unsur staf pimpinan

rumah sakit berperan membantu Wakil Direktur untuk memperlancar kegiatan

Universitas Sumatera Utara


pelayanan medis, penunjang medis dan non medis serta pelayanan rujukan

rumah sakit. Uraian Tugas Kepala Bagian Pelayanan :

a. Menyiapkan dan memberikan data serta informasi Kepada Wakil Direktur

b. Memberikan saran baik diminta ataupun tidak kepada Wakil Direktur

c. Megadakan koordinasi dengan unit kerja yang ada di lingkungannya,

d. Mengajukan kebutuhan pegawai, peralatan dan anggaran biaya untuk

menunjang kegiatan pelaksanaan

e. Menyelenggarakan pembinaan pegawai di unit kerja yang berada dalam

koordinasinya agar dicapai efesiensi, efektivitas yang optimal.

f. Mengupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai yang berguna

untuk meningkatkan semangat kerja pegawai.

g. Mengadakan koordinasi dengan unit kerja untuk membuat uraian tugas

semua pegawai

h. Melaksanakan usulan kenaikan pangkat/golongan/jabatan/mutasi/

pendidikan dan hukuman bagi pegawai sesuai dengan peraturan

i. Menyimpan daftar barang inventaris

j. Mengadakan pengawasan terhadap lingkungan kerja yang berada dalam

koordinasinya agar dilaksanakan sesuai dengan program kerja.

5. Bagian Umum, dalam melaksanakan tugasnya Kepala bagian Umum

bertindak atas nama Wakil Direktur. Di samping itu dalam pelaksanaan

operasional pelaksanaan kerja Kepala Bagian Umum dibantu oleh Bagian Tata

Usaha, Bagian Kepegawaian, Bagian Rumah Tangga, Bagian Perlengkapan,

Bagian Rekan Medik, Bagian Laporan, Bagian Hukum, Bagian Perpustakaan,

Bagian pemasaran dan Publikasi. Uraian tugas Kepala Bagian Umum :

Universitas Sumatera Utara


a. Menyiapkan dan memberikan data dan informasi pada Direktur mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas pokok bagian kesektariat.

b. Memberikan saran atau masukan kepada Wakil Direktur baik diminta

ataupun tidak yang berhubungan dengan tugas.

c. Membantu Wakil Direktur dalam menyusun program kerja yang,

mengadakan kerjasama dan koordinasi dengan unti terkait

d. Melaksanakan administrasi ketatausahaan, hukum, perpustakaan, publikasi

kerumah tanggaan, pemasaran sosial dan perlengkapan

e. Melaksanakan pembinaan pegawai, termasuk kesejahteraan pegawai di

lingkungan bagian umum,

f. Menyiapkan uraian tugas dari semua pegawai di lingkungan bagian umum.

g. Membuat penilaian pekerjaan terhadap pegawai di lingkungan bagian

umum.

h. Mempertimbangkan dan mengusulkan kenaikan pangkat/golongan/

jabatan/mutasi, pendidikan dan pemberian sanksi serta hukuman

i. Menyusun dan menyiapkan evaluasi dan laporan berkala dan tahunan

pelaksanaan semua kegiatan dari bagian umum.

6. Bagian Keuangan dan Akuntansi, fungsi kepala bagian keuangan dan

akuntansi adalah:

a. Menggerakkan, mengkoordinasi, mengevaluasi proses pengolahan tugas

dari bagian keuangan dan pembukuan serta sarana penunjang rumah sakit

b. Bertanggung jawab kepada atasan dan menyampaikan laporan berkala

c. Melakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait

d. Mengawasi bawahannya

Universitas Sumatera Utara


Dalam melaksanakan tugasnya, kepala bagian administrasi dan umum dibantu

oleh :

a. Pembukuan, bertanggungjawab atas pencatatan seluruh transaksi yang

bersifat keuangan yang terjadi pada unit-unit usaha. Dalam pelaksanaan

tugasnya sehari-hari kepala bagian pembukuan dibantu oleh :

i. Kepala bagian hutang dan piutang, bertanggung jawab atas pencatatan

hutang dan piutang ke dalam buku tambahan dan secara periodik

menyusun laporan hutang dalam bentuk analisa umur piutang

ii. Bagian anggaran pajak, membantu kepala bagian keuangan dalam

menyusun anggaran pajak

b. Bagian Keuangan, yang bertanggung jawab atas pekerjaan administrasi

masuk dan keluarnya uang, penagihan dan perencanaan keuangan.

Dan selanjutnya melaporkan pekerjaan-pekerjaan di atas secara periodik

kepada kepala bagian keuangan dan akuntansi.

7. Bagian Instalasi, Kepala Bagian Istalasi adalah seorang staf pelaksana didalam

organisasi rumah sakit, dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Bagian Instalasi

berada di bawah dan beranggung jawab kepada Wakil Direktur. Kemudian

dalam pelaksanaan tugasnya kepala Bagian Instalasi selalu bertindak atas

nama Direktur. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bagian Instalasi

dibantu oleh : Sub Bagian Rawat jalan, Sub Bagian Rawat Inap, Sub Bagian

Gawat Darurat, Sub Bagian Bedah Sentral, Sub Bagian Perawatan Intensif,

Sub Bagian Radiologi, Sub Bagian Farmasi, Sub Bagian Gizi, Sub Bagian

Fisiotherapi, Sub Bagian Laboraturium, dan Sub Bagian Pemeliharaan. Uraian

tugas Kepala Bagian Instalasi :

Universitas Sumatera Utara


a. Menyiapkan dan memberikan data informasi mengenai segala sesuatu

yang berhubungan dengan kebutuhan instalasi rumah sakit

b. Memberikan saran atau pendapat yang berhubungan dengan tugas baik

diminta ataupun tidak kepada Wakil Direktur.

c. Mengajukan kebutuhan instalasi seperti peralatan kerja, anggaran biaya

untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dan pengembangan

d. Melaksanakan prosedur tetap (PROTAP) pelayanan medik bagi

masyarakat

e. Melaksanakan Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, kepada masyarakat.

f. Mengadakan evaluasi terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan

sub bagian instalasi

g. Menyusun dan menyiapkan evaluasi, laporan berkala dan laporan tahunan

pelaksanaan semua kegiatan dari bagian instalasi.

5.5. Visi, Misi, dan Motto

Adapun visi dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah :

“Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang unggul dan bernuansa Islami”.

Sedangkan misi dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah : “Perbaikan

mutu asuhan keperawatan yang berkesinambungan dengan memberikan

pendidikan dan bimbingan kepada seluruh jajaran keperawatan sehingga

memberlakukan pasien sesuai dengan harkat dan martabat manusia secara Islami

sehingga hak–hak dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi”. Motto dari Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan adalah :

I : Iman, K : Kualitas, H : harapan, L : Lugas, A : Akrab, S : Sejahtera

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Sistem Pelayanan Instalasi Rawat Inap

Pelayanan di instalasi rawat inap merupakan pembahasan yang sangat

kompleks dan terdiri dari berbagai pelayanan yang berkaitan. Sehingga, proses

pembahasan pelayanan instalasi di rawat inap dapat dilakukan dengan pendekatan

sebagai suatu sistem yang merupakan interaksi dari beberapa sub-sistem yang

memiliki fungsi dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yaitu memberikan

pelayanan yang terbaik kepada pasien.

Sistem pelayanan di instalasi rawat inap terdiri dari beberapa sub-sistem

yakni sub-sistem pelayanan medis, rekam medik, peralatan medis, farmasi dan

pelayanan non medis. Namun, untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka

pada penelitian ini, pembahasan hanya difokuskan kepada 3 sub-sistem yaitu sub-

sistem pelayanan medis, rekam medik dan peralatan medis.

Sebagai gambaran awal untuk mengetahui sistem pelayanan instalasi rawat

inap, Departemen Kesehatan (Depkes) telah menetapkan beberapa indikator

tingkat mutu. Indikator tersebut adalah angka hunian pasien rawat inap (Bed

Occupancy Rate = BOR), rata-rata lama perawatan pasien di rumah sakit

(Average Length of Stay = AVLOS), rata-rata frekuensi penggunaan tempat

tidur/tahun (Bed Turn Over = BTO), maupun rata-rata lama sebuah tempat tidur

berada dalam keadaan kosong (Turn Over Interval = TOI). Adapun nilai untuk

masing-masing indikator untuk periode 2009-2010 Rumah Sakit Islam Malahayati

(RSIM) adalah seperti pada tabel berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel.6.1. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSI Malahayati Tahun 2009

Tahun 2009 Batas


Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ideal
BOR (%) 68,3 64 63,1 62,3 56,1 62,6 67,9 83,6 72,2 71,4 78,2 75,0 60-85
LOS (hari) 4,2 4,7 4,8 4,5 4,1 4,4 4,3 4,5 5 4,4 4,6 4,9 6-9
TOI (hari) 2,3 2,5 3 2,8 3,2 2,6 2,2 0,9 1,7 1,8 1,4 1,6 1-3
BTO (kali) 4,4 3,8 3,6 4 4,1 4,1 4,6 5,4 4,7 4,6 4,5 4,7 3-4
Sumber:Medical Record Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Tabel.6.2. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSI Malahayati Tahun 2010

Tahun 2010 Batas


Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ideal
BOR (%) 75,3 70,5 68,0 75,3 80,3 80,6 77,4 78,9 70,9 88,6 73,5 78,7 60-85
LOS (hari) 4,8 4,7 4,8 4,9 4,9 5,3 5,1 4,9 5,2 5,4 5,6 5,9 6-9
TOI (hari) 1,6 2 2,2 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 2,1 0,6 2 1,6 1-3
BTO (kali) 4,6 4 4,3 4,5 4,5 4,4 4,6 4,9 4 5 3,8 4 3-4
Sumber:Medical Record Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Dari tabel diatas, terlihat bahwa :

1. Nilai BOR masih berada dibatas ideal meskipun pada bulan Oktober 2010

sedikit mengalami peningkatan diluar batas atas ideal.

2. Nilai LOS dan TOI masih berada di dalam batas ideal

3. Nilai BTO memiliki tren yang bergerak tidak konsisten melewati batas ideal.

Tingginya nilai BTO lebih dari batas atas ideal dapat menimbulkan

tingginya angka infeksi yang diperoleh dari rumah sakit yang dapat

mengakibatkan menurunnya kepuasan pasien dan kualitas pelayanan. Hasil survey

terakhir mengenai kepuasan pasien yang dilakukan oleh pihak eksternal, para

pasien masih merasakan ketidakpuasan pelayanan untuk beberapa item, serta juga

memiliki beberapa keluhan yang disampaikan langsung kepada pihak rumah sakit.

Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa saat ini Rumah Sakit Islam

Malahayati (RSIM) memiliki permasalahan yang dapat mempengaruhi mutu

pelayanan mereka. Meskipun tidak terlihat secara nyata, namun perbaikan secara

Universitas Sumatera Utara


kontinu sangat dibutuhkan dari hal sekecil apapun untuk memberikan pelayanan

yang terbaik.

Untuk mengetahui sejauh mana pelayanan yang diberikan oleh RSIM

maka dilakukan pengukuran pelayanan dengan membandingkannya dengan

standar pelayanan yang berlaku. Pembanding yang digunakan untuk mengevaluasi

pelayanan adalah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan dan standar yang dibuat oleh pihak independen, IHQN.

Pelayanan rumah sakit di instalasi rawat inap merupakan suatu sistem

yang terdiri dari beberapa sub-sistem, dimana tiap sub-sistem terdiri dari

input,proses dan output. Mutu output yang baik bergantung kepada input dan

proses yang terjadi dalam suatu sistem serta pengaruh dari lingkungan. Dalam

pengkajian masalah mutu dapat dibedakan dalam dua pembahasan yakni

pengkajian faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan

(penyebab) dan pengukuran mutu pelayanan kesehatan (akibat).

Dalam hal ini, pengkajian akan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab). Pengkajian dilakukan

dengan menganalisis secara sistem tarik yakni menganalis berdasarkan nilai

output untuk mengkaji sistem dari aspek proses, lingkungan dan input-nya.

Variabel pengukuran yang dilakukan untuk masing-masing adalah :

1. Input, yakni ukuran tenaga pelaksana dan sarana

2. Lingkungan, yakni ukuran kebijakan, pelatihan, organisasi serta manajemen

3. Proses, yakni dengan mengukur terpenuhi atau tidaknya standar proses

Universitas Sumatera Utara


6.2. Sub-Sistem Pelayanan Medis

Sub sistem pelayanan medis merupakan sub-sistem yang berkaitan dengan

pelayanan yang berupa tindakan medis seperti, jadwal pelayanan, proses

pemeriksaan, kecepatan dan ketepatan tindakan pelayanan. Pembahasan sub-

sistem dibagi kedalam input, lingkungan dan proses.

6.2.1. Input

Input untuk sub-sistem pelayanan medis terdiri dari tenaga pelaksana dan

sarana yang disediakan rumah sakit untuk melayani masyarakat. Dari segi tenaga

pelaksana, rumah sakit menyediakan tenaga medis yang terdiri dari dokter umum,

dokter spesialis dan perawat. Jumlah tenaga medis yang tersedia dalam periode 5

tahun terakhir di RSI Malahayati dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 6.1. Grafik Perubahan Jumlah Tenaga Medis Periode 2006-2010

Dalam 5 tahun terakhir, jumlah tenaga medis RSI Malahayati mengalami

peningkatan yang baik untuk tenaga medis perawat dan dokter umum.

Peningkatan jumlah perawat merupakan peningkatan yang paling tinggi, seiring

Universitas Sumatera Utara


dengan meningkatnya jumlah tempat tidur yang disediakan rumah sakit untuk

pasien. Sedangkan penurunan terjadi untuk jumlah dokter spesialis, akibat adanya

peraturan pemerintah yang membatasi dokter hanya diperbolehkan bekerja di 3

rumah sakit (termasuk praktek pribadi). Disamping itu tingginya tingkat

perkembangan rumah sakit juga menjadi salah satu penyebab turunnya jumlah

dokter spesialis karena seluruh rumah sakit saling memperebutkan jasa mereka.

Jika dibandingkan dengan standar jumlah beberapa tenaga medis yang

telah ditentukan oleh Depkes RI dan IHQN untuk rumah sakit dengan kelas C,

standard jumlah tenaga medis berdasarkan masing-masing pelayanan sudah

mencukupi, meskipun keterkecukupan baru terpenuhi di tahun 2010 untuk jumlah

perawat dan dokter umum. Jumlah dokter umum berdasarkan standar Depkes

adalah 9 orang, sedangkan untuk dokter spesialis dibagi kedalam kelompok medik

dasar (min.2 untuk masing-masing spesialisasi), penunjang (min.1 untuk masing-

masing spesialisasi) dan spesialis gigi dan mulut (min.1) serta jumlah perawat

minimal dihitung dengan membandingkan jumlah perawat dengan jumlah tempat

tidur tersedia yakni 2:3. Berikut dapat dilihat rekapitulasi kebutuhan jumlah

tenaga medis berdasarkan standar Depkes yang berlaku

Tabel.6.3. Evaluasi Jumlah Tenaga Medis Berdasarkan Standar

Tenaga Medis 2006 2007 2008 2009 2010 Standar


Dokter Umum 6 6 6 7 11 9 Dokter
Min.2 Spesialis Dasar, 1 Spesialis
Dokter Spesialis 100 100 105 83 83
penunjang dan 1 Dokter Gigi
Perawat 30 40 60 100 127
Jumlah Perawat : TT = 2:3
- Tempat Tidur (TT) 68 68 70 77 100

Universitas Sumatera Utara


Untuk setiap pelayanannya, manajemen rumah sakit menempatkan satu

kepala pelayanan sebagai penanggung jawab pelayanan untuk menjamin

kesinambungan pelayanan. Termasuk untuk pelayanan rawat inap. Penanggung

jawab untuk rawat inap adalah seorang dokter yang mengkoordinasikan kegiatan

pelayanan rawat inap sesuai kebutuhan pasien.

Dari segi jumlah kamar, RSI Malahayati saat ini terdiri dari 100 tempat

tidur (TT) yang dibagi kedalam 6 kelas yakni 3 kelas VIP (Suite Room, VIP

Utama dan VIP Andalusia), Kelas 1 Plus, Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3.

Sedangkan dari segi sarana pelayanan medis, RSI Malahayati memiliki berbagai

pelayanan medis yang cukup lengkap untuk kategori pelayanan kelas C, bahkan

telah lebih dari yang diwajibkan oleh Depkes. Pelayanan medik yang diberikan

rumah sakit antara lain pelayanan spesialisasi penyakit dalam, kebidanan dan

kandungan, kulit dan kelamin, bedah umum, bedah plastik, bedah ortopedi, bedah

digestik, urologi, anak, onkologi, bedah thoraks, bedah syaraf, neurologi, jiwa,

paru, THT, patologi klinik, radiologi, mata, gigi, bedah mulut dan anastesi.

Sedangkan untuk sarana pelayanan penunjang medis, sebagai rumah sakit

kelas C RSI Malahayati juga telah memberikan pelayanan yang melebihi standar

Depkes yang meliputi ICU, hemodialisa, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen, dan

rekam medik. Bahkan RSI Malahayati sudah dapat memberikan pelayanan berupa

laboratorium patologi klinik, X-Ray, USG, EKG, dan fisioterapi.

6.2.2. Lingkungan

Indikator lingkungan meliputi ukuran terpenuhi atau tidaknya standar

lingkungan seperti ukuran kebijakan, pelatihan, organisasi serta manajemen yang

Universitas Sumatera Utara


dianut oleh rumah sakit. Dalam hal kebijakan dalam memberikan pelayanan

medis yang baik dan terpercaya, rumah sakit telah menetapkan Standard

Operating Procedure (SOP) untuk setiap kegiatan pelayanan pemeriksaan medis

terhadap pasien. Setiap tindakan yang dilakukan oleh karyawan baik medis

maupun tidak medis harus melakukannya sesuai dengan SOP yang telah

ditentukan. Manajemen juga memiliki aturan dalam proses perekrutan tenaga

medis untuk menjamin kualitas dari SDM yang dimiliki. Namun untuk

penempatan, manajemen belum ada mengeluarkan aturan secara baku yang

mengatur proses penempatan tenaga medis khususnya untuk perawat dan

karyawan administrasi. Hingga saat ini penempatan karyawan belum dilakukan

berdasarkan kompetensi dari pribadi para karyawan.

Sedangkan dari sisi organisasi dan manajemen, pihak rumah sakit telah

membentuk komite yang dibagi ke dalam 3 jenis yakni Komite Medik, Komite

Mutu dan Komite KPRS. Pembagian ini baru saja dilakukan pada tahun 2010,

dimana sebelumnya hanya terdapat satu komite yakni komite medis. Masing-

masing komite telah menetapkan beberapa program dalam upaya meningkatkan

pelayanan. Komite mutu dalam meningkatkan pelayanan telah membuat program

yang dirancang untuk dilaksanakan tiap tahunnya seperti :

1. Pemantauan Indikator Klinis, dilaksanakan selama satu tahun Januari s/d

Desember berdasarkan sensus harian dan laporan bulanan.

2. Audit medis, Dilaksanakan 3 kali dalam setahun (April, Juli, Oktober)

3. Pendidikan dan pelatihan kelompok staf medis fungsional, dilaksanakan

selama satu tahun pada periode-periode sesuai jadwal pelatihan

Universitas Sumatera Utara


4. Survey kepuasan pelanggan, Dilaksanakan 3 kali dalam setahun (April, Juli,

Oktober)

Namun dalam pelaksanaannya, beberapa program tersebut belum berjalan

ataupun belum sempurna dilakukan. Begitu juga dengan kegiatan evaluasi mutu

yang dilakukan untuk tiap bagian. Sedangkan kegiatan pelatihan dilakukan

perencanaan dan diselenggarakan oleh rumah sakit setiap bulannya.

Kegiatan pelatihan meliputi pelatihan umum,ketrampilan, keahlian dan

pengajian. Kegiatan pengajian dilakukan secara rutin setiap bulannya dan setiap

hari pada saat bulan puasa. Sedangkan untuk pelatihan umum, ketrampilan dan

keahlian tidak dilakukan pada saat bulan puasa. Untuk pelatihan umum,

penyelenggaraan dilakukan setiap bulannya dengan topik yang berbeda-beda serta

diharapkan bermanfaat. Sedangkan pelatihan ketrampilan dan keahlian tidak

secara rutin terdaftar dalam pelaksanaan pelatihan bulanan. Pelatihan ditujukan

untuk seluruh karyawan rumah sakit yang disesuaikan dengan tema pelatihan.

Namun, dalam pelaksanaannya animo karyawan terhadap pelatihan masih terlihat

kurang antusias dan disiplin.

6.2.3. Proses

Pelayanan rawat inap dimulai sejak pasien datang untuk dirawat oleh

pihak rumah sakit. Pasien terdiri dari pasien baru atau pasien lama yang datang

dapat dari berbagai sumber seperti dari alasan sendiri, dari praktek dokter, dokter

perusahaan, rujukan puskesmas atau rujukan rumah sakit lainnya. Proses

pelayanan yang akan diberikan sesuai dengan keluhan yang dialami dan

kebutuhan dari pasien tersebut. Pasien yang membutuhkan tindakan medis yang

Universitas Sumatera Utara


diluar kemampuan penyediaan pihak rumah sakit dapat dirujuk ke rumah sakit

lain yang memiliki kelas diatas dan lebih lengkap. Secara sederhana, alur proses

dalam pelaksanaan pelayanan medis di rawat inap terlihat pada Gambar 6.2.

Pasien Datang Tempat Penerimaan


Pasien (Pendaftaran)

- Datang sendiri
- Dokter Praktek Tidak
- Dokter Perusahaan
Pernah dirawat/
- Rujukan puskesmas
berobat
- Rujukan RS Lain
Ya No.Rekam Medik

Rawat Inap
Follow up
Perawatan

Rujuk ke RS Lain

Pulang

Gambar 6.2. Alur Pasien Rawat Inap

Dalam pengukuran proses pelayanan medis di suatu rumah sakit, Depkes

dan IHQN telah menentukan beberapa indikator sebagai acuan dari tingkat mutu

pelayanan di rawat inap suatu rumah sakit. Indikator tersebut disebut dengan

indikator proses yang merupakan ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses

pelayanan.

Data yang diperoleh untuk pengukuran indikator proses kebanyakan

merupakan data dari bulan Januari-Juni 2011. Hal ini dikarenakan manajemen

baru secara rutin dan konsisten mendokumentasikan angka-angka tersebut pada

awal tahun 2011. Sebelumnya, pihak manajemen tidak melakukan pendataan

Universitas Sumatera Utara


angka tersebut secara berkala. Adapun indikator-indikator proses berdasarkan

aturan Depkes dan IHQN adalah sebagai berikut :

1. Jam visite dokter, Jam visite dijadikan indikator dengan tujuan agar

tergambarnya kepedulian tenaga medis terhadap ketepatan waktu pemberian

pelayanan. Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiap hari

kerja sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi

tanggung jawabnya. Berdasarkan ketentuan Depkes, visite dilakukan antara

jam 08.00 sampai dengan 14.00. Namun, pada kenyataannya di RSI

Malahayati, jam visite dokter spesialis tidak bisa ditentukan untuk rentang

waktu seperti peraturan. Hal ini dikarenakan, para dokter bukan merupakan

tenaga kerja tetap sehingga mereka dapat bekerja rumah sakit ataupun instansi

lain. Kesibukan para dokter ditempat lain mengakibatkan jam visite

bergantung kepada jadwal dari dokte tersebut, rumah sakit tidak dapat

menetapkan jam tertentu kepada mereka.

2. Kejadian infeksi pasca operasi, infeksi pasca operasi dijadikan indikator

dengan tujuan agar tergambarnya pelaksanaan operasi dan perawatan pasca

operasi yang bersih sesuai standar. Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi

pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah

sakit yang ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan

(tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam. Standar

toleransi yang ditentukan oleh Depkes adalah ≤ 1,5 %. Di RSI Malahayati,

pendataan angka infeksi pasca operasi secara rutin baru dilakukan sejak awal

tahun 2011. Sehingga data penelitian hanya meliputi bulan Januari-Juni 2011.

Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 6.4. Angka Infeksi Pasca Operasi RSI Malahayati Periode Januari-

Juni 2011

BULAN Num Denum % Standar Depkes


Januari 7 103 6.8% ≤ 1,5 %.
Februari 3 86 3.5% ≤ 1,5 %.
Maret 2 114 1.75% ≤ 1,5 %.
April 1 99 1% ≤ 1,5 %.
Mei - - - ≤ 1,5 %.
Juni - - - ≤ 1,5 %.
Per 6 Bulan 13 402 3% ≤ 1,5 %.

8.00%
1
Individual V alue

6.00%

4.00%

_
2.00% X=2.17%
U B=1.50%

0.00% LB=0.00%
January F ebruary M arch A pril M ay June
BUL A N

U C L=4.57%
4.00%
M oving Range

3.00%

2.00%
__
M R=1.40%
1.00%

0.00% LC L=0.00%

January F ebruary M arch A pril M ay June


BUL A N

Gambar 6.3. Grafik Angka Infeksi Pasca Operasi Periode Januari-Juni 2011

Dari tabel dan peta kontrol diatas, terlihat bahwa persentase angka infeksi

pasca operasi berada diatas batas yang telah ditentukan, namun cenderung

mengalami penurunan hingga mencapai 1 %. Ini menandakan kinerja rumah

sakit sudah semakin baik dalam upaya pencegahan infeksi pasca operasi.

Universitas Sumatera Utara


3. Angka kejadian infeksi nosokomial, infeksi nosokomial adalah infeksi

yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit.

Infeksi nosokomial termasuk masalah penting di seluruh dunia. Beberapa

infeksi nosokomial yang sering terjadi antara lain dekubitus, infeksi jarum

suntik (phlebitis), infeksi karena transfusi (sepsis), pnemonia nosokomial,

infeksi saluran kemih, dll. Standar toleransi yang ditentukan oleh Depkes

adalah ≤ 1,5 %. Di RSI Malahayati, pendataan angka infeksi pasca operasi

secara rutin baru dilakukan sejak awal tahun 2011. Sehingga data

penelitian hanya meliputi bulan Januari-Juni 2011. Data penyakit yang

terdata juga hanya infeksi decubitus, jarum infus dan transfusi.

Tabel. 6.5. Angka Infeksi Nosokomial RSI Malahayati Periode Januari-Juni 2011

Infeksi Januari Februari Maret April Mei Juni Standar Depkes


Decubitus 0,3% 0,0% 0,7% 0,3% 0,0% 0,0%
Jarum infus 1,2% 0,3% 1,8% 1,5% 1,2% 0,0%
Transfusi 6,1% 2,6% 2,7% 0,0% 0,0% 17,6%
Rata-Rata 2,53% 0,97% 1,73% 0,60% 0,40% 5,87% ≤ 1,5 %.

6.00%

5.00%

4.00%
Individual Value

3.00%

_
2.00% X=2,02%
UB=1,50%
1.00%

0.00% LB=0,00%

January February March April May June


Bulan

Gambar 6.4. Grafik Infeksi Nosokomial Periode Januari-Juni 2011

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel dan peta kontrol diatas, terlihat bahwa angka infeksi nosokomial

masih tidak terkontrol dengan baik. Trend memperlihatkan bahwa angka

infeksi masih cenderung tidak stabil. Hal ini terlihat dari angka yang berada

dibawah batas pada bulan Februari, April dan Mei, namun mengalami

peningkatan diatas batas pada bulan Januari, Maret dan Juni.

4. Tidak adanya kejadian yang berakibat kecacatan/kematian atau medication

error, pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keamanan

pelayanan keperawatan. Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh

selama dirawat baik jatuh dari tempat tidur, di kamar mandi, dsb, yang

berakibat kecacatan/kematian. Selama periode Januari-Juni 2011, jumlah

pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian tercatat 1 orang yakni pada

bulan Juni 2011 di unit kerja rawat inap penyakit dalam. Insiden pasien

lainnya yang terjadi masih berada di kategori Kejadian Tidak Diharapkan

(KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC). KTD meliputi kejadian seperti

kesalahan prosedur, pemberian dan pergantian infus, pemasangan O2,

kesalahan pemasangan skin test, dll. Sedangkan KNC merupakan kejadian

seperti salah suntik, salah dosis obat, alergi transfusi darah, post operasi, dll.

Gambar 6.5. Grafik Insiden Keselamatan Pasien Periode Januari-Juni 2011

Universitas Sumatera Utara


Dari histogram diatas, terlihat bahwa masih banyak terdapat insiden

keselamatan pasien di rumah sakit baik yang menyebabkan cedera ataupun

insiden yang tidak diharapkan. Berdasarkan aturan Depkes, seharusnya

insiden seperti ini tidak ada lagi terjadi di rumah sakit. Namun pada

kenyataannya, insiden ini masih terjadi bahkan jumlahnya dalam periode

Januari-Juni 2011, cenderung mengalami peningkatan untuk kategori insiden

kejadian tidak diharapkan (KTD) dan jumlah yang juga tidak konstan pada

kategori insiden nyaris cedera (KNC). Dengan hasil evaluasi ini, maka pihak

manajemen perlu mengkaji ulang mengapa angka insiden tidak dapat ditekan

hingga tidak ada terjadi insiden 100 % seperti yang telah ditetapkan Depkes.

5. Kematian pasien > 48 jam, indikator ini digunakan untuk mengetahui

gambaran pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit yang aman dan efektif.

Kematian pasien > 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah periode 48

jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit. Data yang diperoleh dan

digunakan untuk pengukuran indikator adalah data yang terkumpul dan

terdokumentasi dengan baik oleh pihak rekam medik dari Januari tahun 2008

hingga November 2011.

Gambar 6.6. Grafik Net Death Rate Periode 2008-2011

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 6.6. Net Death Rate RSI Malahayati Tahun 2008-2011

Pasien Meninggal > 48 jam Jumlah Keluar Hidup+Mati NDR Standar


Bulan
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 Depkes
January 15 8 12 13 265 294 364 432 56,60 27,21 32,97 30,09 24
February 10 8 16 17 242 267 327 377 41,32 29,96 48,93 45,09 24
March 10 10 13 13 201 270 350 383 49,75 37,04 37,14 33,94 24
April 5 9 11 9 205 294 369 376 24,39 30,61 29,81 23,94 24
May 8 17 11 11 253 307 364 360 31,62 55,37 30,22 30,56 24
June 7 12 14 20 266 304 357 370 26,32 39,47 39,22 54,05 24
July 8 5 14 10 248 334 375 408 32,26 14,97 37,33 24,51 24
August 16 16 13 19 237 344 399 390 67,51 46,51 32,58 48,72 24
September 10 9 17 12 235 301 325 375 42,55 29,90 52,31 32,00 24
October 9 9 17 16 235 361 408 424 38,30 24,93 41,67 37,74 24
November 11 11 11 - 267 349 389 - 41,20 31,52 28,28 - 24
December 8 11 16 - 270 362 409 - 29,63 30,39 39,12 - 24
Rata-Rata 40,12 33,16 37,46 36,06 24

Ket :

Nilai Net Death Rate dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah pasien mati 48 jam


NDR = x 1000 0 00
Jumlah meninggal

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel dan grafik terlihat bahwa hampir keseluruhan nilai NDR sejak

bulan Januari 2008 hingga Oktober 2011 masih berada diatas atau diluar batas

toleransi. Rata-rata angka kematian dalam 4 tahun terakhir adalah 29,4 0 00 ,

angka ini masih berada diatas angka standar Depkes yakni 24 0 00 . Hal ini

tentunya menunjukkan adanya permasalahan dalam pencegahan menurunnya

tingkat NDR.

6. Kejadian pulang paksa, indikator ini digunakan untuk menggambarkan

penilaian pasien terhadap efektivitas pelayanan rumah sakit. Pulang paksa

adalah pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien sebelum

diputuskan boleh pulang oleh dokter. Data yang diperoleh dan digunakan

untuk pengukuran indikator ini adalah data yang terkumpul dan

terdokumentasi dengan baik oleh pihak rekam medik dari Januari 2008 hingga

November 2011. Adapun data yang terkumpul dapat dilihat pada grafik dan

tabel berikut ini.

Gambar 6.7. Grafik Kejadian Pulang Paksa 2008-2011

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.7. Angka Kejadian Pulang Paksa RSI Malahayati Tahun 2008-2011

PAPS Pasien yang Dirawat % PAPS Standar


Bulan
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 Depkes
Jan 3 5 11 9 277 308 363 442 1,1% 1,6% 3,0% 2,0% ≤5%
Feb 3 8 8 4 219 260 323 375 1,4% 3,1% 2,5% 1,1% ≤5%
Mar 3 1 4 11 212 275 365 385 1,4% 0,4% 1,1% 2,9% ≤5%
Apr 4 3 4 13 200 298 368 371 2,0% 1,0% 1,1% 3,5% ≤5%
May 2 5 7 7 249 301 365 360 0,8% 1,7% 1,9% 1,9% ≤5%
Jun 8 8 4 6 273 313 356 370 2,9% 2,6% 1,1% 1,6% ≤5%
Jul 1 7 7 15 251 345 382 392 0,4% 2,0% 1,8% 3,8% ≤5%
Aug 1 13 10 9 228 335 388 360 0,4% 3,9% 2,6% 2,5% ≤5%
Sep 4 3 13 5 222 301 339 435 1,8% 1,0% 3,8% 1,1% ≤5%
Oct 5 9 8 5 257 359 409 433 1,9% 2,5% 2,0% 1,2% ≤5%
Nov 5 4 7 - 267 361 394 423 1,9% 1,1% 1,8% - ≤5%
Dec 3 6 6 - 264 368 396 - 1,1% 1,6% 1,5% - ≤5%
Rata-rata 1,4% 1,9% 2,0% 2,2% 1,9%

Ket :

Nilai % PAPS dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah PAPS
% PAPS = x 100 0 0
Jumlah pasien yang dirawat

Universitas Sumatera Utara


Dari histogram dan tabel, terlihat bahwa angka kejadian pulang paksa masih

berada dalam batas toleransi yang diberikan oleh Depkes. Rata-rata angka

kejadian pulang paksa untuk 4 tahun adalah sekitar 1,9%. Sehingga tidak perlu

dilakukan pembahasan lebih lanjut.

7. Kepuasan pasien rawat inap, kepuasan menjadi salah satu indikator dalam

pengukuran mutu pelayanan di berbagai bidang termasuk untuk pelayanan di

rawat inap suatu rumah sakit. Survey kepuasan pelanggan dilakukan oleh

pihak internal dengan membagikan berupa angket yang diisi oleh pasien dan

dikembalikan ke petugas rumah sakit. Selain survey secara internal, survey

kepuasan pelanggan secara eksternal (pihak luar) juga sering dilakukan oleh

para peneliti. Hasil survey kepuasan secara eksternal yang terbaru dilakukan

(Maret 2011) oleh Viva.S.Damanik dengan judul “Analisis Kebutuhan

Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Rawat Inap Menggunakan

Metode SERVQUAL dan QFD di RSI Malahayati Medan. Secara umum

tingkat kepuasan telah mencapai 93 %, namun dari hasil tersebut terlihat

masih terdapat beberapa gap. Pada penelitian tersebut, peneliti mengkaji

tingkat pelayanan dan kepentingan daripada para pasien instalasi rawat inap

dengan menggunakan teknik survey kepada 73 orang yang terbagi secara acak

di tiap kelas. Mereka memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan

(ekspektasi) dan penilaian terhadap tingkat pelayanan (persepsi) yang mereka

terima dari para karyawan di rumah sakit berdasarkan variabel-variabel yang

telah ditentukan sebelumnya. Variabel yang dinilai sebanyak 18 variabel yang

berkaitan dengan pelayanan. Adapun hasil penilaian pasien dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 6.8. Rekapitulasi Tingkat Pelayanan dan Kepentingan

Tingkat Tingkat
No Variabel Kebutuhan GAP
Pelayanan Kepentingan
1 Penampilan / keadaan gedung rumah sakit 2,082 2,37 -0,288
2 Keadaan dan fasilitas umum 3,15 2,11 1,04
3 Penampilan dokter dan perawat 2,466 2,274 0,192
4 Keadaan ruang rawat inap pasien 2,082 2,178 -0,096
5 Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan 2,465 3,151 -0,686
peralatan
6 Pemberian informasi yang jelas dan tidak 1,767 3,041 -1,274
berbelit-belit
7 Jadwal pelayanan yang tepat waktu 2,273 3,26 -0,987
8 Ketepatan pelayanan yang diberikan 1,767 2,397 -0,63
9 Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit 2,465 3,493 -1,028
10 Kesigapan perawat dalam melayani 2,753 1,945 0,808
keluhan dan masalah
11 Kecepatan dalam memberikan pelayanan 3,041 2,178 0,863
12 Penanganan keluhan pasien 2,589 3,712 -1,123
13 Kemampuan dokter ataupun perawat 3,151 3,123 0,028
melayani keluhan pasien
14 Keamanan pemberian tindakan 2,767 2,849 -0,082

15 Perhatian dan kesopanan dalam 2,464 2,973 -0,509


memberikan pelayanan
16 Keramahan dan sikap para perawat 2,753 2,397 0,356

17 Kemudahan dalam menghubungi pihak 2,315 3,055 -0,74


rumah sakit
18 Kemampuan dokter ataupun perawat 1,822 2,096 -0,274
dalam berkomunikasi dengan pasien
19 Kemudahan pelanggan dalam meminta 3,151 2,397 0,754
bantuan kepada dokter ataupun perawat
TOTAL 47,32 51,00 -3,68
Koefisien 2,49 2,68 -0,07
Tingkat Kepuasan (%) 93
Sumber : Analisis Kebutuhan Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Rawat
Inap Menggunakan Metode SERVQUAL dan QFD di RSI Malahayati Medan oleh
Viva.S.Damanik

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.8. Grafik Gap Pelayanan dan Kepentingan

Dari hasil diatas, dapat terlihat bahwa masih terdapat gap untuk 12 variabel,

dimana dari 12 tersebut terdapat 7 variabel paling menonjol tingkat

perbedaannya (< - 0,5), variabel ini berkaitan dengan bagian peralatan, rekam

medik dan pelayanan rawat inap. Adapun ke-7 variabel tersebut adalah :

a) Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan yang dipakai

b) Pemberian informasi yang jelas dan tidak berbelit-belit

c) Jadwal pelayanan yang tepat waktu setiap harinya

d) Ketepatan pelayanan yang diberikan pada pasien

e) Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit

f) Penanganan keluhan pasien

g) Kemudahan dalam menghubungi pihak rumah sakit.

Sedangkan berdasarkan hasil survey internal tahun 2011, keluhan pasien

meliputi beberapa hal antara lain :

a) Perawat tidak begitu mempedulikan pasien

b) Perawat kurang terampil dan kurang ramah

Universitas Sumatera Utara


c) Kamar mandi kurang bersih dan kurangnya persediaan air

d) Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan pasien

Dalam upaya perbaikan secara kontinu, tentunya item-item tersebut

membutuhkan perbaikan lebih lanjut untuk peningkatan mutu dan kepuasan.

8. Pasien rawat Inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS menjadi

indikator dalam pengukuran standar pelayanan minimal yang sesuai aturan

Depkes. Pengukuran indikator ini bertujuan untuk mengetahui apakah

terselenggara pelayanan rawat Inap bagi pasein tuberkulosis dengan strategi

DOTS. Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah

pelayanan tuberculosis dengan 5 strategi penanggulangan tuberculosis

nasional. Penegakan diagnosis dan follow up pengobatan pasien tuberculosis

harus melalui pemeriksaan mikroskopis tuberculosis, pengobatan harus

menggunakan paduan obat anti tuberculosis yang sesuai dengan standar

penanggulangan tuberculosis nasional, dan semua pasien yang tuberculosis

yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan penanggulangan nasional.

Di RSI Malahayati, penanganan kasus pasien dengan indikasi TBC telah

sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Depkes.

9. Pre-operative death rate adalah indikator yang menghitung jumlah pasien

yang meninggal sebelum dilakukannya tindakan operasi. Indikator ini

merupakan indikator yang ditetapkan oleh IHQN. Namun di RSI Malahayati,

jumlah Pre-operative death rate tidak dilakukan perhitungan/ dokumentasi.

Dari pengukuran input, lingkungan dan proses diatas, pemenuhan standar

pelayanan minimal yang dilakukan RSI Malahayati untuk sub sistem pelayanan

medis dapat dilihat pada Tabel 6.9.

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 6.9. Rekapitulasi Standar Pelayanan Minimal untuk Pelayanan Medis

Indikator Standar RSI Malahayati Ket


Dokter umum 9 Dokter 11 Dokter Terpenuhi
Min.2 Spesialis Dasar, 1
Dokter Spesialis Spesialis penunjang dan 1 83 Terpenuhi
Dokter Gigi
Jumlah Perawat : TT = 2:3 127 : 100 Terpenuhi
Perawat
min.pendidikan D3 Terpenuhi
Dokter penanggung jawab 100 % Ada Terpenuhi
Anak, Penyakit Dalam, Lebih dari 4 jenis
Ketersediaan Pelayanan Dasar Terpenuhi
Kebidanan, Bedah spesialis
08.00-14.00 Tdk
Jam visite dokter spesialis Tidak sesuai jadwal
tiap hari kerja Terpenuhi
Ada untuk setiap
SOP pelayanan Ada untuk setiap pelayanan Terpenuhi
pelayanan
Kesesuaian pelayanan dengan
Sesuai Sesuai Terpenuhi
SOP
Kelengkapan dokumen asuhan
Lengkap Lengkap Terpenuhi
keperawatan
Ada tetapi tidak Tidak
Evaluasi mutu Ada dan rutin
rutin Terpenuhi
Terlaksana dengan peserta Terlaksana tetapi Tidak
Pelatihan
lengkap peserta tidak lengkap Terpenuhi
Tidak
Kejadian infeksi pasca operasi ≤1,5 % Rata-rata 3%
Terpenuhi
Tidak
Kejadian infeksi nosokomial ≤1,5 % Rata-rata 2,02%
Terpenuhi
Pasien jatuh/ medication error
Tidak
yang berakibat cacat atau 0 5,4 insiden / bulan
Terpenuhi
meninggal
Tidak
Kematian pasien > 48 jam ≤ 25 0 00 29,4 0 00
Terpenuhi
Kejadian pulang paksa/atas
≤5% 1,9 % Terpenuhi
permintaan sendiri (PAPS)
Kepuasan Pelanggan ≥ 90 % 93% Terpenuhi
Penegakan diagnosis TB
≥ 60 %
melalui pemeriksaan 100 % Terpenuhi
mikroskopis TB
Terlaksana kegiatan Tidak
≥ 60 % Tidak terlaksana
pencatatan dan pelaporan TB Terpenuhi
Tidak
Pre Operative Death Rate Terhitung Tidak dihitung
Terpenuhi

Universitas Sumatera Utara


6.3. Sub-Sistem Rekam Medik

6.3.1. Input

Input untuk sub-sistem rekam medik terdiri dari tenaga pelaksana dan

sarana yang disediakan rumah sakit untuk melayani masyarakat. Dari segi tenaga

pelaksana, jumlah karyawan rumah sakit yang tergabung ke dalam bagian rekam

medik hanya 3 orang. Jumlah ini konstan untuk beberapa tahun terakhir. Jumlah

yang sangat sedikit ini tentunya tidak mencukupi untuk menanggung beban

pekerjaan yang sangat banyak. Jumlah pasien yang terus meningkat membuat

beban kerja dan dokumen rekam medik menjadi lebih banyak.

Dalam mengelola sumber daya manusianya, bagian rekam medik memiliki

agenda pelatihan untuk setiap karyawannya. Pelatihan tersebut bersifat internal

maupun eksternal. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari kinerja

rekam medik rumah sakit. Namun dalam pelaksanaannya, jadwal pelatihan

tersebut belum berjalan sesuai dengan yang diagendakan.

Sedangkan dari segi sarana, RSI Malahayati masih menggunakan sistem

rekam medik secara manual, yakni dengan mengisi kertas dokumen berbentuk

formulir. Berkas ini nantinya disimpan dan dinomori dalam sebuah map untuk

setiap pasien. Penyimpanan berkas dilakukan di suatu ruangan dengan jangka

waktu penyimpanan 10 tahun sebelum dimusnahkan.

6.3.2. Lingkungan

Indikator lingkungan meliputi ukuran terpenuhi atau tidaknya standar

lingkungan seperti ukuran kebijakan, pelatihan, organisasi serta manajemen yang

dianut oleh rumah sakit. Dalam hal kebijakan dalam memberikan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


rekam medik, rumah sakit telah menetapkan Standard Operating Procedure

(SOP) untuk penulisan rekam medik pasien. Pengisian formulir dilakukan

berdasarkan SOP yang berlaku. Formulir rekam medik telah didesain secara baku

untuk digunakan kepada setiap pasien. Manajemen juga memiliki aturan dalam

proses perekrutan dan pelatihan untuk menjamin kualitas dari SDM yang dimiliki.

Namun untuk penempatan, manajemen belum ada mengeluarkan aturan secara

baku yang mengatur proses penempatan karyawan sesuai dengan kompetensinya.

6.3.3. Proses

Penulisan rekam medik dilakukan sejak pasien berada di Unit Gawat

Darurat (UGD) hingga pasien diizinkan atau meminta sendiri untuk pulang.

Rekam medik setiap pasien diberi nomor registrasi untuk mempermudah

pengambilan dokumen sewaktu-waktu. Dokumen disimpan dalam suatu tempat

dengan tersusun rapi. Penyimpanan dilakukan untuk jangka waktu 10 tahun sejak

pasien masuk rumah sakit.

Tempat Penerimaan
Pasien Rawat Inap

Poliklinik

Tidak Sudah ada nomor


No.Rekam
Medik rekam medik

Ya - Berobat jalan
- Rawatan ulang
- Pendidikan
Dirujuk - Penelitian
Copy lembaran
- Keperluan lain
resume keluar dikirim Unit Rawat Inap
ke RS rujukan

Kantor Rekam Medik Penyimpanan

Dilengkapi Periksa Kelengkapan Pencatatan

Gambar 6.9. Alur Rekam Medik Pasien Rawat Inap

Universitas Sumatera Utara


Dalam pengukuran mutu proses di rekam medik, Depkes dan IHQN telah

menentukan beberapa indikator sebagai acuan dari tingkat mutu pelayanan.

Indikator tersebut disebut dengan indikator proses yang merupakan ukuran

terpenuhi atau tidaknya standar proses. Data yang diperoleh untuk pengukuran

indikator proses kebanyakan merupakan data dari bulan Januari-Juni 2011. Hal ini

dikarenakan manajemen baru secara rutin dan konsisten mendokumentasikan

angka-angka tersebut pada awal tahun 2011. Sebelumnya, pihak manajemen tidak

melakukan pendataan angka tersebut secara berkala. Adapun indikator-indikator

proses berdasarkan aturan Depkes dan IHQN adalah sebagai berikut :

1. Waktu penyediaan dokumen rekam medik

Dokumen rekam medik adalah dokumen untuk pasien baru ataupun lama yang

digunakan pada pelayanan rawat inap. Waktu penyediaan dokumen dihitung

dari waktu mulai pasien diputuskan untuk rawat inap oleh dokter sampai

rekam medik tersedia di ruangan pasien. Dari hasil pengamatan, rata-rata

waktu yang dibutuhkan untuk menyediakan dokumen adalah 10-15 menit.

Dalam hal ini, pelayanan memenuhi standar Depkes yang menentukan bahwa

waktu penyediaan dokumen tidak boleh lebih dari 15 menit.

2. Kelengkapan pengisian rekam medik

Rekam medik yang lengkap adalah rekam medik yang telah diisi lengkap yang

meliputi identitas pasien, anamnesis, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan,

tindak lanjut dan resume. Depkes menetapkan angka standar untuk indikator

ini adalah 100% yang artinya seluruh rekam medik terisi dengan lengkap.

Data yang terkumpul untuk ketidaklengkapan pengisian rekam medik adalah

data dari bulan Oktober 2010 hingga Juni 2011 yang dikelompokkan secara

Universitas Sumatera Utara


triwulan. Adapun jumlah ketidaklengkapan pengisian untuk rekam medik pada

periode tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel.6.10. Persentase Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik

Periode Persentase
Oktober-Desember 2010 63 %
Januari-Maret 2011 13,31 &
April-Juni 2011 14,16 %
Rata-Rata 30,16 %

Dari jumlah yang tertulis di tabel diatas, ketidaklengkapan penulisan rekam

medik yang sering terjadi adalah alamat untuk data pasien sedangkan untuk

data medis seperti asuhan keperawatan, anamnesa, resume medis, diagnosis

klinis dan riwayat penyakit. Hal ini tentunya sangat jauh dari standar yang

ditetapkan Depkes dan merupakan kejadian yang sangat tidak diharapkan dari

sebuah rumah sakit.

3. Kelengkapan informed consent.

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien/keluarga atas

dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap

pasien. Dalam hal ini, juga belum terjadi kelengkapan dokumen.

Dari pengukuran input, lingkungan dan proses diatas, baik untuk standar

yang berdasarkan aturan Depkes maupun IHQN maka pemenuhan standar

pelayanan minimal yang dilakukan RSI Malahayati untuk sub sistem rekam medik

dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel.6.11. Rekapitulasi Standar Pelayanan Minimal untuk Rekam Medik

Indikator Standar RSI Malahayati Ket


Waktu penyediaan dokumen rekam
≤ 15 menit 10-15 menit Terpenuhi
medik
Tidak
Kelengkapan pengisian rekam medik Ketidaklengkapan 0 % Tidak lengkap
terpenuhi
30,16 % per Tidak
Kelengkapan informed consent Ketidaklengkapan 0 %
triwulan terpenuhi
Tidak
Kecukupan tenaga RM Ada Tidak
terpenuhi
Tidak
Master data pasien Ada Tidak
terpenuhi
RM ibu dan bayi terpisah Ada Ada Terpenuhi
RM yang terpisah antara aktif dan non
Ada Ada Terpenuhi
aktif
Tidak
Backup data pasien dalam server Ada Tidak
terpenuhi
Tidak Tidak
Penyelenggara rm elektronik Ada
terpenuhi
Tidak Tidak
Adanya standar barcode dan labelling Ada
terpenuhi
Tidak
Sistem data capture RME Ada Tidak
terpenuhi
Penyelenggaraan audit kualitatif dan
Ada Ada Terpenuhi
kuantitatif
Standar penyimpanan dan pemusnahan Ada Ada Terpenuhi
Ketersediaan buku pedoman
Ada Ada Terpenuhi
penyelenggaraan RM
Tidak
Kecukupan fasilitas dan peralatan RM Ada Tidak
terpenuhi
Pengembangan staf RM Ada Ada Terpenuhi
Penyampaian laporan berkala Ada Ada Terpenuhi
Tidak
Evaluasi mutu Ada Tidak
terpenuhi

6.4. Sub-Sistem Peralatan Medis

Bagian peralatan medis merupakan bagian yang bertanggung jawab

terhadap pengadaan dan perawatan peralatan medis yang tersedia di rumah sakit.

Peralatan medis medis merupakan faktor penunjang pelayanan rawat inap.

Universitas Sumatera Utara


Kelengkapan dan keterawatan peralatan menjadikan pelayanan medis menjadi

lebih dipercaya oleh pasien.

6.4.1. Input

Peralatan medis yang terdapat di RSI Malahayati cukup banyak untuk

berbagai fungsi pemeriksaan. Dalam penyediaan, pemasangan dan perawatan

peralatan medis tersebut, rumah sakit bekerja sama dengan beberapa dealer

peralatan kedokteran. Mereka melakukan pemasangan, pelatihan dan perawatan

sebagai layanan purna jual.

6.4.2. Lingkungan

Indikator lingkungan untuk sub sistem peralatan medis meliputi kebijakan

terhadap pembelian dan perawatan peralatan. Dalam hal ini, rumah sakit memiliki

kebijakan pembelian dengan membeli berdasarkan kebutuhan rumah sakit yang

dapat dilihat dari frekuensi kedatangan pasien yang memiliki diagnosa penyakit

atau membutuhkan alat yang sama. Rumah sakit juga memiliki kebijakan dalam

bekerja sama dengan dealer peralatan untuk menyediakan layanan purna jual

dalam hal memberikan pemasangan, pelatihan kepada user dan perawatan

terhadap alat yang dibeli.

6.4.3. Proses

Peralatan medis terdiri dari peralatan yang dibeli oleh rumah sakit dan

peralatan yang ditempatkan oleh dealer dengan perjanjian khusus. Dalam

melakukan pembelian peralatan diawali dengan menganalisis kebutuhan akan alat

Universitas Sumatera Utara


yang direncanakan untuk dibeli. Setelah dianalisis, kemudian pihak peralatan

mengajukan permohonan kepada Direktur untuk menyetujui dan mengeluarkan

anggaran pembelian dari kas rumah sakit. Sedangkan untuk beberapa alat

penyediaannya dilakukan dengan sistem menempatkan, yakni dimana dealer

menempatkan alatnya di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu yang kemudian

digantikan dengan alat yang baru jika masa waktu tersebut habis atau alat tersebut

mengalami kerusakan.

Dalam pengukuran mutu proses di bidang peralatan medis, Depkes dan

IHQN telah menentukan beberapa indikator sebagai acuan dari tingkat mutu

peralatan. Indikator tersebut disebut dengan indikator proses yang merupakan

ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses. Adapun untuk bagian peralatan

medis indikatornya antara lain :

1. Kecepatan waktu dalam menanggapi kerusakan alat

Kecepatan waktu yang dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan dimulai dari

laporan alat rusak diterima sampai dengan petugas pemeriksaan menanggapi.

Standar Depkes menentukan bahwa dalam 15 menit kerusakan sudah harus

ditanggapi oleh petugas untuk perbaikan. Dalam hal ini, rumah sakit bekerja

sama dengan para dealer peralatan untuk menanggulangi kerusakan yang

terjadi. Rumah sakit tidak memiliki teknisi khusus melainkan langsung

melaporkan kerusakan kepada dealer peralatan untuk ditanggapi. Rata-rata

jumlah alat yang rusak per bulannya mencapai 3 buah.

2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat

Dalam hal perawatan/pemeliharaan, peralatan medis juga dirawat oleh pihak

eksternal yakni para dealer peralatan. Untuk peralatan yang di tempatkan oleh

Universitas Sumatera Utara


dealer, perawatan dilakukan secara berkala. Namun peralatan yang dibeli oleh

pihak rumah sakit, tidak ada jadwal tertentu untuk melakukan perawatan.

Pihak rumah sakit melakukan pemeriksaan peralatan hanya apabila peralatan

telah mengalami kerusakan.

3. Ketepatan waktu dalam Kalibrasi

Pengkalibrasian peralatan juga dilakukan oleh pihak eksternal dengan jangka

waktu yang tidak terjadwal dengan baik. Pada tahun 2011, tercatat dari 58

jumlah alat yang perlu dilakukan kalibrasi, tercatat hanya 23 alat yang

dilakukan proses kalibrasi.

Dari pengukuran input, lingkungan dan proses diatas, baik untuk standar

yang berdasarkan aturan Depkes maupun IHQN maka pemenuhan standar

pelayanan minimal yang dilakukan RSI Malahayati untuk sub sistem peralatan

dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut ini.

Tabel.6.12. Rekapitulasi Standar Pelayanan Minimal untuk Peralatan Medis

Indikator Nilai Standar RSI Malahayati Ket


Kecepatan waktu dalam menanggapi Tergantung ketersediaan Tidak
80 %
kerusakan alat teknisi dari dealer Terpenuhi
Tidak
Ketepatan waktu pemeliharaan alat 100 % Tidak ada jadwal tetap
Terpenuhi
Tidak
Ketepatan waktu dalam Kalibrasi 100 % Tidak berkala
Terpenuhi

6.5. Analisis Masalah

6.5.1. Sub-Sistem Pelayanan Medis

Dari masing-masing sub sistem yang dibahas pada sub-bab sebelumnya,

terlihat bahwa di masing-masing sub-sistem memiliki permasalahan yang

Universitas Sumatera Utara


berbeda-beda. Untuk sub-sistem pelayanan medis, masalah yang terhimpun dari

hasil evaluasi standar pelayanan minimal (SPM) adalah sebagai berikut :

1. Belum adanya ketentuan penempatan tenaga medis (perawat dan administrasi)

2. Belum berjalannya beberapa program komite mutu

3. Belum berjalannya kegiatan evaluasi mutu secara berkala

4. Masih kurangnya partisipasi karyawan dalam mengikuti pelatihan

5. Jam visite dokter yang tidak terjadwal

6. Rata-rata angka infeksi nosokomial yang masih berada diatas ≤ 1,5 %.

7. Angka insiden cenderung mengalami peningkatan untuk kategori insiden

kejadian tidak diharapkan (KTD) dan jumlah yang juga tidak konstan pada

kategori insiden nyaris cedera (KNC).

8. Rata-rata angka kematian dalam 4 tahun terakhir adalah 29,4 0 00 , angka ini

masih berada diatas angka standar Depkes yakni 24 0 00 .

9. Belum adanya dokumentasi lengkap untuk pelaporan TB

10. Tidak adanya dokumentasi untuk nilai Pre-operative death

Kesepuluh hal diatas memiliki hubungan sebab-akibat untuk menimbulkan

permasalahan. Contohnya seperti dengan tidak adanya ketentuan dan penempatan

tenaga medis berdasarkan kompetensi dapat menyebabkan meningkatnya angka

insiden, angka kematian atau angka infeksi pada pasien rawat inap. Masing-

masing standarisasi saling mempengaruhi satu sama lainnya. Untuk melihat

keterkaitannya secara lebih jelas, maka dapat dilihat pada Gambar 6.10. Pillar

diagram merupakan tools untuk menganalisis berbagai aspek yang terkait yang

dapat menimbulkan permasalahan tersebut. Caranya adalah dengan mendaftarkan

penyebab-penyebab di digraf sebelah kiri yang kemudian dihubungkan dengan

Universitas Sumatera Utara


hasil/permasalahan yang terdaftar pada digraf sebelah kanan. Hal ini dilakukan

untuk mengidentifikasi akar penyebab yang terkait dengan beberapa hasil.

PENYEBAB AKIBAT/HASIL

Tidak adanya Penempatan


Karyawan berdasarkan Kompetensi Rata-Rata Angka Kematian Masih
Tinggi
Dokumentasi belum Lengkap
Tingginya Angka Insiden Kecelakaan
Tidak ada Kegiatan Evaluasi Mutu
Angka Infeksi Nosokomial diatas
≤ 1,5 %.
Partisipasi Karyawan Rendah dalam
Mengikuti Pelatihan
Program Komite Mutu Tidak Berjalan
Jam Visite Dokter Tidak Terjadwal

Gambar 6.10. Pillar Diagram Sub-Sistem Pelayanan Medis

Akibat/hasil yang terlihat di digraf sebelah kanan tersebut dapat dianalisis

lebih detail untuk mengetahui mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi. Analisis

dilakukan dengan menggunakan cause-effect diagram (fishbone diagram) yang

menganalisis lebih mendalam mengapa suatu permasalahan terjadi dengan melihat

dari berbagai aspek yaitu personil/orang, mesin/alat, metode, material,

pengukuran dan lingkungan. Analisis untuk ke-empat hal diatas adalah sebagai

berikut.

1. Rata-rata angka kematian masih tinggi

Kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia, namun

kematian juga merupakan salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan yang

penting. Tingginya angka kematian bukanlah merupakan masalah yang tidak

dapat diatasi. Komplikasi penyakit yang diderita oleh pasien mungkin

merupakan alasan yang sangat umum, namun beberapa kasus lain tidak dapat

Universitas Sumatera Utara


dijelaskan penyebab kematian dan menjadi cerminan dari kualitas pelayanan.

Adapun beberapa penyebab secara umum yang dapat menunjang tingginya

tingkat kematian pasien secara keseluruhan adalah seperti yang tergambar

pada Gambar 6.11. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa penyebab dari

tingginya angka kematian dapat disebabkan oleh beberapa hal yakni :

a. People, orang yang dimaksud adalah perawat, dokter dan pasien.

Kematian dapat disebabkan kesalahan dari ketiga pihak tersebut.

Ketidakmahiran, kurangnya ketanggapan dan ketersediaan, kesalahan

pemasangan alat, kesalahan komunikasi oleh dokter atau perawat

merupakan kesalahan yang dapat mengancam jiwa dari pasiennya. Selain

kesalahan dari pihak karyawan rumah sakit, kesalahan juga dapat

disebabkan oleh pasien atau keluarga dari pasien tersebut. Ketidakpatuhan

pasien/keluarganya terhadap aturan yang diberikan rumah sakit ataupun

dokter/perawat dan minimnya komunikasi antara dokter dan pasien dapat

membahayakan kondisi dari pasien tersebut.

b. Management, dalam hal ini pihak manajemen juga dapat dilibatkan dalam

tingginya angka kematian pasien. Hal ini dikarenakan pihak manajemen

bertanggung jawab dalam memberikan pelatihan kepada seluruh

karyawannya agar memiliki kompetensi,kesigapan dan kualitas dalam

bekerja. Kurangnya minat karyawan dan kurang tegasnya sanksi terhadap

karyawan yang melakukan kesalahan merupakan salah satu penyebab dari

ketidakefektifan pelatihan yang diselenggarakan. Masih banyak karyawan

yang tidak menghadiri pelatihan dengan memberikan alasan-alasan

tertentu. Disamping pelatihan yang terkesan tidak efektif, manajemen juga

Universitas Sumatera Utara


terlibat dalam tidak berjalannya evaluasi mutu yang telah dibuat ntuk

setiap bagian yang ada di rumah sakit. Manajemen tidak bertindak tegas

kepada sub-bagian yang tidak melakukan evaluasi mutu secara berkala.

Evaluasi mutu penting untuk dilakukan dan dilaporkan untuk mengetahui

sejauh mana pelayanan yang diberikan oleh suatu sub-bagian sehingga

dapat mengetahui kekurangan yang masih ada untuk dilakukan perbaikan.

c. Method & Procedure, metode dan prosedur yang dimaksud disini adalah

kesalahan dokter atau perawat dalam melaksanakan prosedur pencegahan

dan keterlambatan dalam mendiagnosa penyakit. Pencegahan yang tidak

adekuat artinya tindakan untuk mencegah dinilai tidak diambil dengan cara

yang memadai dan tidak juga tepat pada waktu, karena dokter tidak

memperbaharui instruksi pada hari perawatan berikutnya. Hal ini dapat

terjadi akibat kurangnya komunikasi antara dokter dan perawat.

Sedangkan keterlambatan diagnosis disebabkan lambatnya dokter dalam

mengambil keputusan. Selain pencegahan dan diagnosis, kesalahan

metode/prosedur dapat terjadi apabila pihak rumah sakit terlambat dalam

memutuskan untuk merujuk pasien ke rumah sakit lain untuk penanganan

penyakitnya lebih lanjut. Kurangnya fasilitas perawatan mengharuskan

rumah sakit untuk merujuk pasien ke rumah sakit lain.

d. Measurement, yang termasuk ke dalam pengukuran disini adalah

kesalahan anamnese dan diagnosa oleh dokter. Kesalahan terhadap kedua

hal ini berakibat sangat fatal dalam menangani pasien. Kesalahan

anamnese dan diagnosa dapat terjadi akibat kesalahan interpretasi antara

dokter dan pasien dalam memberikan informasi mengenai penyakit pasien.

Universitas Sumatera Utara


e. Equipment, yang termasuk dalam kategori ini adalah peralatan medis yang

tidak siap pakai saat dibutuhkan, peralatan yang sedang mengalami

kerusakan, kurangnya peralatan medis, kesalahan penggunaan peralatan

dan kurangnya persediaan obat-obatan. Penyebab untuk kategori ini sangat

berkaitan dengan pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis.

Ketidakdisiplinan dalam melakukan pemerliharaan dan perawatan dapat

membahayakan hasil diagnosa dan perawatan pasien.

People Management Method & Procedure


Kesalahan Komunikasi antara tenaga medis
Pelatihan tidak efektif Pencegahan Tidak Adekuat
Tenaga medis tidak berkompeten
Dokter Tidak Berada di Tempat Kurang tegasnya sanksi Diagnosis Terlambat
Kondisi/Ketidaktaatan Pasien
Tidak adanya evaluasi mutu Terlambat merujuk pasien
Perawat Tidak Cepat Tanggap
Angka Kematian Tinggi
Peralatan rusak
Kesalahan Anamnese Kurangnya Alat Periksa
Tidak tersedianya obat-obatan
Kesalahan Diagnosis Kesalahan Pemasangan Alat
Peralatan tdk siap pakai saat dibutuhkan
Measurement Equipment

Gambar 6.11. Cause-Effect Diagram Tingginya Angka Kematian

2. Tingginya angka insiden kecelakaan.

Tingginya angka insiden kecelakaan yang terjadi meliputi insiden kategori

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC). KTD

meliputi kejadian seperti kesalahan prosedur, pemberian infus, pergantian

infus, pemasangan O2, tidak mengetahui pemasangan skin test, dll. Sedangkan

KNC merupakan kejadian seperti salah suntik, salah dosis obat, alergi

transfusi darah, post operasi, dll. Kesalahan-kesalahan ini umumnya

Universitas Sumatera Utara


merupakan kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan manusia (human

error). Kesalahan ini dapat terjadi karena keteledoran dari para karyawan

khususnya perawat dalam memberikan pelayanan yang intensif sepanjang

harinya. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan mereka dalam melakukan

pekerjaan sangat mempengaruhi hasil kerja mereka dalam melayani pasien

yang dapat berakibat buruk bagi pasiennya.

3. Angka infeksi nosokomial masih berada diatas ≤ 1,5 %.

Angka infeksi nosokomial yang terjadi di RSI Malahayati masih mengalami

fluktuasi yang tidak stabil. Bahkan pada hasil record yang terakhir yakni Juni

2011, angka infeksi mencapai 5,87 % dengan infeksi yang sering terjadi

adalah akibat transfusi (17,6%). Tingginya angka infeksi nosokomial terjadi

karena adanya kontribusi/ peran dari dari semua factor, seperti: tenaga medis,

pasien, peralatan dan lingkungan dalam pelayanan kesehatan yang

mengakibatkan munculnya infeksi nosokomial. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 6.12.

a. People, yang termasuk dalam kategori ini antara lain pasien dan tenaga

medis rumah sakit. Dokter dan personil paramedis merupakan sumber

infeksi yang penting dalam terjadinya infeksi nosokomial; perlu

diperhatikan kesehatan dan kebersihannya, pengetahuan tentang septik dan

aseptik, dan ketrampilan dalam menerapkan teknik perawatan. Salah satu

yang menjadi sumber infeksi dari para tenaga medis seperti kurangnya

perhatian tenaga medis terhadap prinsip bersih atau steril selama

melakukan tindakan. Masih terdapat perawat atau dokter yang enggan

untuk melakukan cuci tangan dengan berbagai alasan diantaranya

Universitas Sumatera Utara


mengaku keterbatasan waktu yang digunakan untuk melakukan cuci

tangan, kondisi pasien, dan perawat menyatakan mencuci tangan

merupakan hal yang dirasanya kurang praktis untuk dilakukan. Kondisi

seperti ini tentu saja berdampakmunculnya masalah seperti terjadinya

kasus-kasus infeksi. Sedangkan infeksi yang berasal dari pasiennya terjadi

akibat rendahnya tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan,

dimana hal ini sehubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien. Dan

hal ini juga dipengaruhi oleh buruknya komunikasi antara tenaga medis

dan pasien, dimana seharusnya tenaga medis selalu menyampaikan

informasi yang lengkap dan mudah dipahami mengenai prosedur

pengobatan dan akibatnya jika prosedur tersebut tidak dilaksanakan.

b. Peralatan, Adanya keteledoran dalam penggunaan, membersihkan dan

mensterilkan, produk darah yang belum di-screening dan cara menyimpan

dan mempertahankan kesterilannya.

c. Lingkungan, Kurangnya perhatian terhadap kebersihan lingkungan seperti air

yang dipakai dan udara yang bersih, mengalir dan dengan kelembaban tertentu

Dalam hal tertentu udara perlu disaring (filtrasi). Bahan yang harus dibuang

(disposal) diusahakan tidak menjadi sumber infeksi, misalnya dengan

memakai kantong plastik yang dapat segera ditutup, tempat-tempat sampah

yang tertutup, dan kadang-kadang perlu fumigasi atau pemusnahan bahan.

Selain itu serta penempatan pasien yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan

peningkatan infeksi nosokomial. Pasien seharusnya ditempatkan sesuai

dengan penyakitnya. Rumah sakit tidak boleh menempatkan pasien dengan

sembarang, dan tetap menjaga frekuensi penggunaan tempat tidur rata-

Universitas Sumatera Utara


rata/tahun (Bed Turn Over-BTO) pada batasnya tidak hanya untuk mengejar

keuntungan finansial.

People Equipment
Kurangnya pengetahuan tentang septik dan aseptik Produk darah yang tidak di-screening

Ketrampilan menerapkan teknik perawatan Keteledoran dalam penggunaan alat

Kebersihan tenaga medis Alat/Fasilitas yang tidak bersih/steril

Angka Infeksi Nosokomial Tinggi


Air tidak bersih
Udara kotor
Tempat Pembuangan
Penempatan pasien tidak sesuai

Environment

Gambar 6.12. Cause-Effect Diagram Tingginya Angka Infeksi Nosokomial

4. Program Komite Mutu tidak berjalan dengan baik

Tidak berjalannya program komite mutu dalam meningkatkan kualitas

pelayanan, merupakan kesalahan manusia (human error) yang disebabkan

oleh :

a. Kurangnya sosialisasi program yang mengakibatkan kurang pahamnya

para karyawan akan program yang akan diimplementasikan dan manfaat

dari program tersebut.

b. Tidak tegasnya sanksi yang diberikan manajemen terhadap karyawan yang

tidak melakukan program tersebut.

Universitas Sumatera Utara


6.5.2. Sub-Sistem Rekam Medik

Perlunya rekam medis dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan di

rumah sakit karena pada dasarnya sebagian besar pelayanan yang dilakukan

rumah sakit mengacu pada informasi atau sumber informasi sekaligus sarana

komunikasi yang dibutuhkan baik oleh pasien, maupun pemberi pelayanan

kesehatan dan pihak-pihak terkait lainnya.

Pentingnya kelengkapan rekam medis juga ditunjukan dengan

dijadikannya sebagai salah satu indikator kualitas pelayanan (Depkes, 1998;50),

sehingga bisa dikatakan bahwa kalau rekam medis tidak lengkap, maka dapat

mempengaruhi dokter atau perawat dalam memberikan rencana pengobatan

karena kurang lengkapnya informasi yang diperlukan

Dari hasil evaluasi SPM untuk sub-sistem rekam medik yang telah dibahas

pada sub-bab sebelumnya, dapat terlihat bahwa masih terdapat beberapa kendala

yakni :

1. Masih tingginya ketidaklengkapan pengisian rekam medik dan informed

consent

2. Jumlah tenaga rekam medik yang masih sangat kurang

3. Tidak adanya penyimpanan rekam medik dalam sistem

4. Fasilitas rekam medik yang masih sangat minim

5. Tidak adanya kegiatan evaluasi mutu terhadap kinerja rekam medik secara

berkala

Tingginya ketidaklengkapan penulisan rekam medik, merupakan hal yang

tidak lagi harus terjadi di rumah sakit saat ini. Standar Depkes menentukan bahwa

tidak ada lagi kesalahan atau ketidaklengkapan pengisian untuk rekam medik dan

Universitas Sumatera Utara


informed consent atau 100% lengkap. Di era teknologi informasi ini segala

sesuatu berupa database seharusnya sudah dalam bentuk komputerisasi yang

terhubung ke semua bagian organisasi. Sehingga aliran informasi antar bagian

dapat berjalan dengan baik tanpa ada kesalahan penyampaian informasi. Dengan

aliran informasi yang baik, maka pengambilan keputusan akan lebih cepat untuk

ditindaklanjuti.

Berdasarkan hasil pendataan, jumlah ketidaklengkapan yang banyak

terjadi untuk data medis adalah sebagai berikut.

Tabel 6.13. Jumlah Data Medis yang Tidak Lengkap

Ketidaklengkapan Januari Februari Maret April Mei Juni Total


Anamnese 45 34 36 40 34 37 226
Riwayat Penyakit 10 11 8 5 7 3 44
Diagnosa klinis 32 29 26 30 23 27 167
Asuhan Keperawatan 75 60 56 60 64 59 374
Resume Medis 36 24 30 15 19 6 130

Dari tabel diatas, dapat terlihat bahwa ketidaklengkapan data medis

sangatlah tinggi terutama untuk data medis asuhan keperawatan, anamnese,

diagnosa klinis dan resume medis. Ketidaklengkapan pengisian ini disebabkan

oleh :

1. People, yang termasuk dalam kategori ini adalah para perawat dan dokter.

Terkadang para perawat belum memahami isi dari rekam medik yang wajib

diisi untuk setiap pasiennya. Kebanyakan perawat menuliskan kegiatannya

sehari-harinya dalam kolom asuhan keperawatan. Sedangkan

ketidaklengkapan pengisian anamnese, diagnosa klinis dan resume medis tidak

dilakukan oleh para dokter. Para dokter merasa tidak memiliki cukup waktu

Universitas Sumatera Utara


untuk menuliskannya ke dalam rekam medik sehingga terburu-buru atau

mereka kurang memahami tata cara pengisian rekam medik yang ada. Selain

perawat dan dokter, bagian rekam medik juga mengalami kekurangan staff

untuk melakukan pengumpulan, pendataan, pengendalian dan penyimpanan

berkas rekam medik sehingga tidak mampu untuk memantau seluruh berkas

dan kesalahan yang terjadi dalam pengisian rekam medik.

2. Peralatan/Fasilitas, tidak lengkapnya peralatan/fasilitas untuk mendukung

dokumentasi rekam medik juga menjadi salah satu penyebab masih banyaknya

terdapat ketidaklengkapan pengisian. Penyimpanan rekam medik manual

dinilai sudah sangat tidak efektif. Tenaga medis mungkin merasa bingung atau

repot untuk menuliskan status pasien secara manual. Oleh karena itu saat ini

sangat dibutuhkan sistem rekam medik yang berbasis komputer yang

diprogram dengan baik sehingga mudah dimengerti dan dipahami, user

friendly dan saling terhubung.

3. Management, dalam hal ini pihak manajemen juga menjadi salah satu

penyebab terjadinya ketidaklengkapan pengisian rekam medik. Manajemen

seharusnya bertindak tegas dalam pembinaan perawat dan dokter serta dalam

memberikan sanksi kepada tenaga medis apabila mereka melakukan

kesalahan. Pembinaan dan pemberian sanksi merupakan langkah yang sangat

baik diterapkan untuk meningkatkan kualitas dari pelayanan. Selain dengan

kurangnya pembinaan dan pemberian sanksi, manajemen juga dinilai kurang

memperhatikan program evaluasi mutu pelayanan yang harusnya dilakukan

secara berkala dengan tindakan yang tegas dalam usaha perbaikannya.

Universitas Sumatera Utara


Sebagai gambarannya, faktor-faktor penyebab terjadinya angka ketidaklengkapan

yang cukup tinggi dapat dilihat pada gambar Cause-Effect Diagram berikut ini.

People Equipment

Tenaga Medis kurang memahami Sistem RM masih manual


pengisian RM

Dokter yang terlalu sibuk dan terburu-buru


Fasilitas kurang lengkap
Kurangnya staff RM
Tingginya Angka Ketidaklengkapan
Pengisian RM
Kurangnya pembinaan/pelatihan kepada
tenaga medis dalam pengisian RM
Kurang tegasnya sanksi yang diberikan
kepada tenaga medis
Tidak berjalannya program evaluasi mutu secara berkala

Management

Gambar 6.13. Cause-Effect Diagram Tingginya Angka Ketidaklengkapan

Pengisian Rekam Medik

6.5.3. Sub-Sistem Peralatan Medis

Peralatan medis merupakan bagian yang sangat berkaitan dengan sub-sistem

pelayanan medis. Peralatan yang yang tidak dalam kondisi baik akan sangat

mempengaruhi diagnosa dan perawatan pasien. Dari hasil evaluasi berdasarkan

SPM, kendala yang terjadi antara lain :

1. Kecepatan waktu dalam menanggapi kerusakan alat

2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat

3. Ketepatan waktu dalam Kalibrasi

Di RSI Malahayati, kerusakan, pemeliharaan dan kalibrasi dilakukan oleh

pihak eksternal dengan melakukan perjanjian kerja sama terlebih dahulu pada saat

pembelian barang/alat. Beberapa alat, seperti peralatan laboratorium, konsep kerja

Universitas Sumatera Utara


sama dilakukan dengan sistem menempatkan barang, sehingga tanggung jawab

dealer secara penuh dalam pemeliharaan,kalibrasi dan perbaikan alat. Namun

untuk beberapa alat lainnya yang diadakan dengan membeli, rumah sakit tidak

memiliki jadwal yang tetap dalam melakukan pemeliharaan ataupun kalibrasi

dikarenakan terbatasnya anggaran yang diberikan. Bahkan terkadang baru

dilakukan pemeliharaan jika alat tersebut sudah mengalami kerusakan.

6.6. Tindakan Perbaikan

Tindakan perbaikan adalah tanggapan yang dilakukan oleh pihak

manajemen dalam menanggapi akar permasalahan yang ada untuk mencegah

terulangnya suatu masalah dengan penyebab yang sama. Tindakan korektif yang

akan dilakukan merupakan tindakan yang mengacu kepada pendekatan kaizen.

Untuk mewujudkan Kaizen yang membudaya dalam diri perusahaan bukan hal

yang mudah dan memerlukan kontribusi dari semua elemen dalam perusahaan

tersebut mulai dari manajemen puncak hingga karyawan tingkat paling bawah.

6.6.1. Perbaikan Konsep Manajemen

Semangat dari Kaizen yaitu ”Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan

hari esok harus lebih baik dari hari ini” harus mampu ditularkan ke berbagai

elemen dalam perusahaan. Selain itu semangat tiada hari tanpa perbaikan pun

patut ditanamkan pada setiap karyawan sehingga lambat laun budaya itu menjadi

seperti kebiasaan. Konsep manajemen yang dibutuhkan untuk melakukan

pencegahan dan penyempurnaan/perbaikan berdasarkan pendekatan kaizen yakni :

Universitas Sumatera Utara


1. Strategi

a) Merumuskan visi, misi dan sasaran mutu untuk masing-masing divisi

Strategi merupakan uraian bagaimana sebuah perusahaan akan mencapai

visi dan misinya yang tertulis untuk jangka waktu pendek ataupun panjang.

Namun visi, misi dan strategi organisasi ini tidak dapat berjalan dengan baik jika

setiap divisi/deparetemen tidak memiliki visi misi dan strategi sendiri untuk

menunjang tercapainya visi misi organisasi. Visi dan misi divisi penting

dirumuskan karena pencapaian visi organisasi dimulai dari setiap divisi yang

saling menopang satu sama lain. Perumusan visi dan misi tiap-tiap divisi nantinya

mengacu kepada visi dan misi organisasi secara keseluruhan. Dengan adanya visi

dan misi ini, maka tiap divisi akan memiliki target mutu dan arahan yang lebih

spesifik serta lebih memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap

organisasi/perusahaan. Sehingga pemeliharaan dan peningkatan kualitas dapat

dilakukan secara kontinu.

b) Menggabungkan strategi bisnis dan strategi SDM

Banyak organisasi tidak begitu menganggap penting divisi personalia

dibandingkan dengan divisi lain. Namun, dalam kaizen, divisi personalia

merupakan divisi yang paling penting dalam organisasi, karena strategi bisnis

hanya bisa diwujudkan jika manusia yang bertanggung jawab mewujudkannya

memiliki komitmen serta terlatih untuk mengerjakannya dengan baik. Dengan

meningkatnya standarisasi jasa, manusia merupakan hal yang membedakan rumah

sakit yang satu dengan yang lainnya dalam persaingan.

Membentuk manusia yang bertanggung jawab tentunya diperlukan

strategi SDM yang mengarah kepada pengembangan dan pemberdayaan sumber

Universitas Sumatera Utara


daya manusia. Strategi SDM merupakan blue print yang digunakan direktur

operasional untuk mengubah visi pengembangan menjadi realitas praktis. Kedua

strategi ini beroperasi secara berdampingan, sehingga jika ada perubahan atau

perkembangan dalam satu strategi maka dicerminkan dalam strategi yang lain.

c) Membentuk Tim Audit

Untuk mengawasi penerapan visi, misi dan strategi tersebut, maka sangat

diperlukan audit secara internal maupun ekternal. Audit tidak dilakukan hanya

jika rumah sakit akan mengikuti suatu program sertifikasi. Namun audit mutu

harus dilakukan secara rutin dan berkala karena mutu menuntut perubahan secara

terus menerus. Untuk melaksanakan audit, pihak rumah sakit dapat membentuk

tim audit internal dan bekerja sama dengan pihak ketiga seperti konsultan sebagai

pihak yang akan melakukan audit eksternal.

Dengan dilakukannya audit dari dua belah pihak maka nantinya akan

terlihat hasil-hasil pencapaian rumah sakit selama periode tertentu. Selain untuk

mengetahui hasil pencapaian, audit juga berfungsi untuk memberikan umpan balik

tentang kinerja organisasi, memberikan sense of urgency, menemukan peluang

perbaikan, mengetahui keefektifan sistem dan mendeteksi penyimpangan terhadap

kebijakan mutu.

Untuk membentuk tim auditor mutu internal, tahap-tahap yang harus

dilakukan antara lain :

- Memilih ketua dan anggota tim yang memiliki keahlian dalam melakukan

audit dan telah mengikuti pelatihan audit internal di lembaga sertifikasi.

Universitas Sumatera Utara


- Menyusun jadwal audit mutu, frekuensi pelaksanaan audit tergantung pada

kemantapan sistem mutu rumah sakit. Pada rumah sakit yang baru membentuk

sistem mutu seperti RSI Malahayati, frekuensi audit harus dibuat lebih sering.

- Membuat daftar periksa dan dokumen kerja

- Pemberitahuan kepada auditee yang dilakukan minimal seminggu sebelum

pelaksanaan.

2. Mengubah Budaya Rumah Sakit

a) Adopsi Budaya Kaizen

Budaya organisasi adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang

merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan

melakukan sesuatu hal. Mengubah budaya rumah sakit merupakan hal yang sulit

dilakukan namun perlu dan baik untuk diterapkan demi perbaikan mutu

pelayanan. Perubahan dilakukan dengan menganut kepada konsep Kaizen yakni :

- Manajemen, manajemen dalam konteks kaizen, mempunyai dua fungsi utama

yaitu pemeliharaan dan penyempurnaan. Pemeliharaan didefinisikan dengan

kegiatan untuk memelihara teknologi, sistem manajerial, standar operasional,

dan menjaga standar tersebut melalui pelatihan serta disiplin. Sedangkan

perbaikan diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan

atau menyempurnakan standar yang ada. Dalam hal ini rumah sakit harus

membenahi peran dan fungsi dari manajemen untuk lebih fokus kepada

pemeliharaan dan penyempurnaan mutu, karena mutu pelayanan rentan

terhadap perubahan.

- Process v Result (Proses v Hasil), menggeser pandangan manajemen rumah

sakit yang berorientasi dengan hasil dengan lebih memperhatikan proses.

Universitas Sumatera Utara


Karena dalam budaya kaizen, proses merupakan hal yang sangat penting

karena dengan konsentrasi kepada proses, maka hasil yang baik dan

diekspektasikan akan datang dengan sendirinya.

- Menerapkan siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA), siklus PDCA berawal

dari Plan, yang dilakukan oleh pihak manajemen, yaitu kaizen yang

berorientasi pada manajemen. Selanjutnya adalah tahap Do, tahap ini

merupakan tahap inti pelaksanaan perbaikan terus-menerus (kaizen). Pada

tahap Check (pemeriksaan), dilakukan evaluasi kinerja. Act merupakan tindak

lanjut dari tahap check (evaluasi). Setelah melakukan proses evaluasi, diambil

langkah positif untuk usaha selanjutnya. Tindakan ini mengacu pada tindakan

penyempurnaan, yaitu menetapkan standar baru sebagai acuan untuk

menghindari terjadinya pengulangan kesalahan di masa mendatang.

- Mengutamakan kualitas, kualitas merupakan prioritas dalam sistem kaizen.

Namun kualitas yang dimaksud tidak hanya kepada hasil namun juga proses

dan standard yang meliputi seluruh bagian dari rumah sakit.

- Pendataan, senantiasa melakukan pendataan untuk setiap kegiatan yang

dilakukan merupakan hal yang sangat penting untuk memecahkan suatu

permasalahan. Data yang dimaksud adalah data lapangan yang benar-benar

terjadi yang kemudian di laporkan. Dengan memberikan data yang benar maka

hasil analisis yang di dapat akan memberikan informasi yang baik untuk

perubahan ke arah yang lebih bagus dari sebelumnya.

- Pelanggan, mengubah pandangan terhadap definisi dari pelanggan, dimana

pelanggan terdiri dari 2 jenis yakni internal (tenaga medis dan non medis) dan

eksternal (pasien). Di dalam budaya Kaizen kedua pelanggan tersebut sama

Universitas Sumatera Utara


pentingnya. Melayani pelanggan internal dengan baik akan memberikan

pengaruh yang juga baik kepada pelayanan terhadap pelanggan eksternal.

- Manajemen visual, manajemen visual merupakan konsep kaizen terhadap

keadaan lingkungan kerja. Konsep ini menjamin keteraturan dan kedisiplinan

karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Dalam konsep ini biasanya dikenal

dengan 5S (sort, set in order, shine, standardize, dan sustain) atau 5M

(manpower, machines, methods, materials dan measurements). Dengan

menerapkan 2 metode tersebut di dalam budaya rumah sakit maka dapat

menjamin produktivitas, moral tim, keamanan dan keuntungan.

b) Mengatasi Human Error

Faktor manusia merupakan salah satu penyebab dari permasalahan yang

terjadi pada RSI Malahayati, namun faktor ini sering tidak dianggap namun kerap

terulang. Human error yang terjadi di RSI Malahayati pada umumnya merupakan

kesalahan komunikasi, kurangnya pengetahuan, kemampuan dan kesigapan dari

pada karyawan. Human error seperti ini dapat diatasi dengan :

- Membuat jadwal pelatihan yang berkala dan melibatkan seluruh karyawan

(medis dan non medis). Pelatihan dapat dibuat dengan tema pelatihan khusus,

umum, agama dan motivasi. Pelatihan juga sesekali dapat diisi dengan games

session untuk menambah kekompakkan dan menghapus gap antar karyawan.

- Melakukan sosialisasi tanggap teknologi kepada seluruh karyawan sehingga

segala pekerjaan dapat dibantu dengan komputerisasi.

- Membuat kegiatan family gathering untuk menambah kekompakan karyawan

dan menghancurkan hambatan internal yang ada diantara mereka.

Universitas Sumatera Utara


- Memperketat proses penyaringan karyawan baik untuk tenaga medis maupun

non medis dengan cara meningkatkan persyaratan yang ada menjadi lebih

tinggi sehingga karyawan yang lulus merupakan hasil jaringan yang terbaik.

- Merekrut karyawan baru sesuai dengan kebutuhan

- Memberlakukan on job training (OJT) kepada karyawan baru dengan kurun

waktu minimal 1 tahun dimana ia mempelajari tugas dan tanggung jawabnya

serta memahami seluk beluk organisasi rumah sakit. Selama menjalani, calon

karyawan mengikuti tes uji kemampuan atas apa yang telah didapatnya dalam

proses OJT. Dari hasil tersebut, manajemen memberikan hasil yang tegas

kepada calon karyawan mengenai diterima atau tidaknya mereka.

- Mendistribusikan karyawan dengan penempatan yang berdasarkan kompetensi

dan background pendidikan.

- Melakukan bimbingan dari karyawan senior ke karyawan baru.

- Merekrut tenaga teknis yang mampu memperbaiki peralatan medis

- Melakukan assessment secara vertikal maupun horizontal kepada karyawan

untuk memantau kinerja mereka.

- Menyediakan ruangan santai (mis.coffee room) yang difasilitasi dengan wifi,

perpustakaan, snack, sebagai ruangan untuk dokter beristirahat dan diskusi.

c) Mengatasi management error

Kesalahan manajemen juga menjadi salah satu penyebab dari timbulnya

masalah di RSI Malahayati. Kesalahan tersebut terlihat dari tidak berjalannya

evaluasi mutu berkala, kurang efektifnya pelatihan dan kurang ketatnya sanksi

yang diberikan. Untuk mengatasi masalah ini, maka tindakan yang sebaiknya

dilakukan adalah :

Universitas Sumatera Utara


- Melakukan sosialisasi kepada seluruh bagian/divisi/departemen mengenai

program pengendalian mutu yang dilakukan manajemen rumah sakit serta

menjelaskan maksud dan tujuan dari program tersebut.

- Membuat training menjadi hal yang wajib dan menarik untuk diikuti

karyawan. Ini juga dapat dilakukan dengan membangun ruangan khusus

pelatihan, memberikan lucky draw, games, memberlakukan sanksi, dll.

- Memberlakukan sanksi ketat kepada karyawan untuk memacu produktivitas

dan mengurangi kesalahan dalam memberikan pelayanan dan tindakan.

- Melakukan inspeksi mendadak ke setiap bagian untuk melihat kegiatan

pelaksanaan evaluasi mutu

- Melakukan audit internal yang terjadwal ke setiap bagian

- Senantiasa melakukan detail review terhadap laporan evaluasi mutu yang

terkumpul untuk membuat kebijakan baru dalam upaya meningkatkan mutu.

- Mengutamakan fokus terhadap proses dibandingkan hasil, lebih

mengutamakan kepuasan dan kenyamanan pasien dibandingkan keuntungan.

- Menghargai karyawan yang bemutu dan memberikan masukan kepada

manajemen dengan memberikan penghargaan baik materi maupun non materi.

3. Pendekatan Kepedulian Pada Pelanggan

a) Adopsi teknologi

Pada saat ini, perkembangan teknologi informasi sudah semakin pesat dan

beragam. Saat ini, sistem informasi manajemen sudah dapat dikatakan merupakan

kebutuhan mutlak operasional rumah sakit. Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit Terintegrasi (SIMRST) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan

mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara


jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk mendukung

kinerja dan memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.

Penggunaan sistem informasi manajemen memberikan manfaat yang

sangat baik untuk pengembangan rumah sakit ke depannya, antara lain :

 Manfaat fungsional : setiap unit akan bekerja sesuai dengan fungsi, tanggung

jawab dan wewenangnya, mendukung kerjasama dan keterkaitan antar bagian

 Manfaat operasional : cepat, akurat, integrasi, peningkatan pelayanan,

peningkatan efisiensi dan memudahkan pelaporan.

 Manfaat manajerial : Memudahkan pengambilan keputusan, akurasi dan

kecepatan identifikasi masalah, kemudahan penyusunan strategi

 Manfaat organisasi : mengubah budaya kerja, transparansi, adanya koordinasi

antar unit, pemahaman sistem dan dapat mengurangi biaya administrasi.

Untuk menyelesaikan problema yang dialami oleh RSI Malahayati maka

penerapan sistem teknologi informasi menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan.

Penerapan tersebut dapat dilakukan dengan cara :

- Melakukan kerja sama dengan perusahaan IT sebagai penyedia sarana

- Meng-upgrade sistem dari DOS ke sistem rekam medik open source.

- Menerapkan SIMRS yang terhubung ke seluruh bagian dan menyinkronkan

seluruh kegiatan bagian dengan sistem komputerisasi.

- Membuat website rumah sakit sebagai sarana promosi, mendekatkan diri

dengan pelanggan dan sarana penyampaian keluhan secara on-line.

- Teknologi penyimpan data portable dengan menggunakan smart card yang

diberikan kepada pasien untuk memudahkan pasien, dokter dan asuransi.

Universitas Sumatera Utara


- Mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan pengguna

dapat log on dari berbagai komputer. Melalui jaringan nirkabel, dokter dapat

selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggu

mobilitasnya. Hal ini baik diterapkan untuk mencegah keterlambatan respon

dari dokter akibat dari kesibukannya.

b) Menegakkan jaminan mutu layanan

Penegakkan dan penjaminan mutu layanan merupakan hal terpenting yang

dilakukan oleh rumah sakit untuk menjamin pelayanan yang diberikan rumah

sakit kepada pasien. Penjaminan mutu pelayanan dapat dilakukan dengan cara

antara lain :

- Memperoleh sertifikasi dari penjamin standar mutu nasional/internasional.

- Menegakkan standar-standar pelayanan yang telah ditentukan oleh Depkes.

- Tanggap terhadap keluhan pelanggan baik internal maupun eksternal

- Melakukan penjadwalan pemeliharaan dan kalibrasi untuk setiap peralatan

medis secara berkala tanpa menunggu rusak terlebih dahulu.

- Mengalokasikan dana untuk program pemeliharaan dan peningkatan mutu

pelayanan dengan besaran sekitar 2,5-4,5% dari pendapatan operasional

organisasi dimana biaya mutu tersebut terdiri dari biaya pencegahan,

penilaian dan kegagalan dimana ratio masing-masing adalah 60% : 25% :15%

- Membentuk tim koordinator mutu untuk setiap bagian sebagai controller.

- Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sebagai salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit/infeksi.

Universitas Sumatera Utara


c) Perubahan sistem rekam medik

Sistem rekam medik di RSI Malahayati masih sangat minimal. Dengan

jumlah karyawan hanya 3 orang serta fasilitas penyimpanan masih dengan

manual, membuat beban kerja pada bagian ini sudah sangat overloaded. Apalagi

ditambah dengan pertumbuhan jumlah pasien datang yang terus meningkat.

Divisi rekam medik (RM) di RSI Malahayati perlu melakukan perbaikan

untuk meningkatkan mutu pelayanannya, dari sisi struktur organisasi, divisi RM

sudah seharusya untuk merekrut beberapa karyawan baru untuk menambah

sumber daya manusia pada bagian tersebut sehingga beban pekerjaan tidak

menumpuk hanya kepada 3 orang. Struktur organisasi divisi RM yang baik untuk

tingkatan rumah sakit modern sebaiknya adalah seperti gambar dibawah ini.

Gambar 6.14. Struktur Organisasi Rekam Medik di Rumah Sakit Modern

Disamping merubah struktur organisasi untuk divisi RM, penggunaan

sistem komputerisasi juga harus diterapkan untuk mengembangkan pelayanan

informasi medis yang otomatis sehingga meningkatkan manfaat penggunaan

informasi untuk pelayanan pasien, statistik, penelitian dan pendidikan. Namun

efektivitas dan efisiensi bisa dicapai hanya bila prosedur dasar yang manual sudah

benar-benar siap serta berjalan dengan baik. Komputerisasi tidak akan

Universitas Sumatera Utara


memberikan penyelesaian masalah jika manualnya belum dibuat dan belum

dilaksanakan dengan baik.

Hal yang harus dipersiapkan untuk menerapkan sistem komputerisasi data

rekam medik adalah :

- Dukungan hardware dan software sudah benar-benar siap

- Operator telah terlatih dalam menggunakan komputer

- Tersedia infrastruktur dan furniture yang sesuai dan ergonomis

- Menyiapkan sistem pengamanan untuk menghindari penyalahgunaan

Dengan diterapkannya sistem rekam medik yang terkomputerisasi, maka

kesalahan pengisian yang masih cukup tinggi di RSI Malahayati dapat

terhindari,kesalahan anamnese, diagnosa dapat dihindari serta informasi yang

mengalir menjadi lebih jelas dan terstruktur sehingga diharapkan tidak lagi terjadi

kesalahan penyampaian informasi yang dapat mengakibatkan insiden kecelakaan,

infeksi ataupun kematian pasien.

6.6.2. Mengatasi Akar Masalah

Berdasarkan hasil analisis permasalahan yang telah dibahas pada sub-bab

6.5, belum terpenuhinya beberapa standar pelayanan minimal disebabkan oleh

penerapan manajemen mutu yang belum maksimal dalam beberapa hal seperti,

pemberdayaan sumber daya manusia, pemberian pelayanan, penegakkan

kebijakan/peraturan, penggunaan teknologi serta lingkungan.

a. Pemberdayaan sumber daya manusia (tenaga medis dan non medis),

kendalanya antara lain :

Universitas Sumatera Utara


- Kesalahan komunikasi antar tenaga medis atau antara tenaga medis dengan

pasien

- Tenaga medis yang kurang kompeten, sembrono dan tidak cepat tanggap

- Ketidakberadaan dokter di tempat

- Pasien yang tidak patuh kepada aturan rumah sakit/dokter

- Kurangnya pengetahuan dan kemampuan perawat mengenai pelayanan

perawatan, tindakan serta rekam medik

- Jumlah tenaga rekam medik yang sangat kurang

- Belum ada karyawan yang memahami perawatan dan perbaikan peralatan

b. Pemberian pelayanan, kendalanya antara lain :

- Pencegahan tidak adekuat

- Diagnosis yang terlambat

- Keterlambatan merujuk pasien

- Kesalahan anamnese

- Kesalahan diagnosis

- Kesalahan pemasangan/penggunaan alat

c. Penegakan kebijakan/peraturan, masalah yang ada antara lain :

- Pelaksanaan pelatihan yang tidak efektif

- Kurangnya penegakan sanksi terhadap karyawan yang melakukan

kesalahan atau tidak mematuhi peraturan

- Tidak berjalannya program evaluasi mutu di setiap bagian

- Kurangnya sosialisasi program penjaminan mutu kepada karyawan

d. Penggunaan peralatan/teknologi, masalah yang ada antara lain :

- Peralatan yang tidak siap pakai

Universitas Sumatera Utara


- Kurangnya peralatan

- Tidak tersedianya obat-obatan

- Alat/fasilitas tidak higienis

- Tidak adanya sistem komputerisasi yang terintegrasi

e. Lingkungan, kendala yang ada antara lain :

- Air tidak bersih

- Udara yang kotor

- Tempat pembuangan

- Penempatan pasien yang tidak sesuai

Untuk memenuhi standar pelayanan minimal, tentunya kelima hal diatas

perlu dilakukan penyempurnaan dan perbaikan. Titik awal penyempurnaan dan

perbaikan ialah dengan menyadari kebutuhan akan hal tersebut yang dimulai dari

kesadaran akan adanya masalah. Penyempurnaan dalam konteks umum lebih

cenderung mengarah ke penyempurnaan dalam peralatan, tidak termasuk dari segi

manusianya. Namun dalam prinsip Kaizen, penyempurnaan melihat ke berbagai

aspek yakni produk/jasanya, cara kerja karyawan, cara kerja peralatan dan cara

sistem dan prosedur dilaksanakan.

Untuk mengatasi akar permasalahan dan melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dengan menggunakan pendekatan kaizen, maka kelima akar

permasalahan diatas dapat dirangkum dengan melakukan perbaikan antara lain :

1. Menghancurkan Hambatan Internal

Menghancurkan hambatan internal dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan kesalahan komunikasi dan pemahaman akan informasi antar antar

dokter, antar perawat, antara dokter dengan perawat dan antara manajemen

Universitas Sumatera Utara


dengan karyawan. Sulitnya membangun komunikasi, aliran informasi yang salah

menjadi salah satu penyebab dari tingginya kematian, kecelakaan maupun angka

nosokomial. Terbentuknya gap diantara karyawan/staff menimbulkan hambatan

dalam melakukan pekerjaan, sehingga para karyawan sulit berkerja sama dengan

baik untuk memberikan pelayanan yang benar dan memuaskan pasien.

Begitu juga dengan sosialisasi program penjaminan mutu, adanya gap dan

sifat ketidakpedulian satu sama lain dari karyawan sangat mengganggu

berjalannya program tersebut. Evaluasi kegiatan mutu tidak berjalan sebagaimana

harusnya, sehingga tidak ada pengawasan dan konsep penjaminan mutu akan

menjadi sesuatu yang sia-sia. Untuk mengatasi hambatan seperti ini maka perlu

dilakukan beberapa hal yaitu :

a. Mengetahui siapa pelanggan internal

Pelanggan internal adalah karyawan/staff dalam satu bagian atau antar bagian

yang memiliki kaitan pekerjaan yang sama yang dalam kasus ini adalah

perawat dan dokter. Pelayanan terhadap pelanggan internal adalah sama

pentingnya dengan melayani pelanggan eksternal (pasien). Tanpa pelayanan

yang baik terhadap pelanggan internal maka pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan eksternal juga tidak memberikan hasil yang baik. Setiap karyawan

harus mengetahui siapa pelanggan internalnya sehingga prosedur pekerjaan

dapat terlaksana. Di rumah sakit, dokter, perawat, administrasi rekam medis

saling berkaitan dalam melakukan pekerjaan. Aliran informasi mengalir dari

beberapa orang tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melayani

pelanggan internal dengan baik antara lain :

- Merubah cara pandang dengan menghargai rekan kerja.

Universitas Sumatera Utara


- Memandang interupsi bukan sebagai gangguan namun sebagai kesempatan

untuk melayani pelanggan internal agar dapat menyelesaikan pekerjaan

dengan baik. Dengan mendengarkan interupsi, maka kesalahan dalam

penyampaian informasi dan berkomunikasi akan tercapai sehingga pada

saat pengambilan keputusan dan bertindak tidak ada lagi kesalahpahaman.

b. Pemetaan Komunikasi

Pemetaan komunikasi adalah peta yang menggambarkan hubungan antar

orang untuk memperjelas siapa pelanggan internal seseorang. Pemetaan ini

dilakukan untuk mengetahui alur informasi sebagai proses mempermudah

komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam

mengambil keputusan. Kesalahan intonasi, cara penyampaian, dapat

menimbulkan perbedaan persepsi dalam memahami pekerjaan dan mengambil

tindakan. Hal ini sering terjadi di berbagai jenis organisasi, tidak hanya di

rumah sakit. Kesalahan seperti ini biasanya terjadi karena adanya sifat angkuh

dan tidak adanya rasa peduli pada individu yang berkaitan yang menganggap

rekan kerjanya lebih rendah dibandingkan dirinya. Perasaan berbeda ini dapat

dihindari dengan menanamkan rasa peduli, kesetaraan dan kebersamaan dalam

bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dikerjakan.

c. Hak dan tanggung jawab rekan

Lingkungan pekerjaan terdiri dari beberapa orang yang saling berinteraksi

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Masing-masing individu yang terlibat

di dalamnya saling berjuang keras untuk memberikan hasil sebaik mungkin.

Namun dalam pelaksanaannya, masing-masing individu juga harus

menghormati rekan kerja lainnya, tanpa membeda-bedakan kedudukan. Agar

Universitas Sumatera Utara


dapat menghargai keberadaan (posisi) dan fungsi rekan kerja lainnya, maka

terlebih dahulu masing-masing individu harus mengetahui hak dan tanggung

jawab rekan di lingkungan pekerjaan. Adapun hak pelanggan internal adalah :

- Sopan dan dihormati

- Memperoleh informasi yang berhubungan erat dengan tugasnya

- Memiliki kebebasan untuk bertanya dan berpendapat

- Memperoleh dukungan dalam melaksanakan pekerjaannya

Sedangkan tanggung jawabnya adalah :

- Bersedia dan cepat tanggap

- Memberikan informasi dan sumber daya yang diminta

- Menyadari kebutuhan orang lain terhadap pekerjaannya

- Ikut serta dalam pengambilan keputusan

d. Menegakkan sanksi yang tegas kepada para karyawan

Sanksi merupakan hal yang sangat penting untuk menegakkan disiplin di

suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Sanksi yang dibuat haruslah

tegas dan benar yang ditujukan kepada orang-orang yang melakukan

kesalahan dan tidak patuh terhadap peraturan dan program yang telah

diberlakukan. Sanksi tidak hanya tertulis namun juga harus diterapkan secara

adil dan merata kepada seluruh karyawan baik dari level dasar hingga level

puncak. Dengan pemberian sanksi ini, sosialisasi dan pelaksanaan program-

program rumah sakit dalam peningkatan mutu dapat terlaksana dengan baik.

2. Memotivasi Dan Meningkatkan Kemampuan Karyawan

Aspek kaizen lainnya untuk kepedulian terhadap pelanggan dalam

mengatasi permasalahan karyawan adalah dengan meningkatkan kemampuan

Universitas Sumatera Utara


karyawan baik itu perawat, administrasi maupun dokter. Aspek ini menjawab

permasalahan RSI Malahayati yang menyangkut :

- Kemampuan karyawan seperti kurang tanggap, tidak kompeten, kurangnya

pengetahuan dan kemampuan dalam hal pelayanan, perawatan, tindakan serta

rekam medik serta kurangnya karyawan yang mampu melakukan perawatan

dan perbaikan peralatan medis.

- Kesalahan-kesalahan prosedur seperti pencegahan yang tidak adekuat,

diagnosis terlambat dan telatnya merujuk pasien.

- Kesalahan measurement seperti kesalahan anamnese dan kesalahan diagnosis.

Meningkatkan kemampuan karyawan terkesan mudah, namun dalam

prinsipnya peningkatan kemampuan karyawan terdiri dari persamaan yang saling

berkaitan satu sama lain. Persamaan tersebut adalah komunikasi, pelatihan,

motivasi dan wewenang.

- Komunikasi

Komunikasi dilakukan sejak seorang karyawan mulai bekerja dimana mereka

diperkenalkan kepada misi, budaya, strategi, proses, produk, orang dan sistem

pendukung. Pengenalan berlangsung dalam waktu tertentu, namun

berdasarkan prinsip Kaizen, pengenalan yang efektif adalah minimal waktu 1

tahun dimana dalam masa tersebut faktor-faktor diatas dikomunikasikan

berulang kali hingga melekat dan menjadi sifat dari para karyawan. Tujuan

komunikasi di dalam perusahaan kaizen bertujuan untuk memberi informasi,

memperkuat pemahaman, menimbulkan keterbukaan, mendorong keterlibatan,

memotivasi, meningkatkan kemampuan, memperkuat identitas pribadi dengan

tim kerja dan mempertahankan fokus pada kepuasan pelanggan. Komunikasi

Universitas Sumatera Utara


yang dilakukan harus merupakan komunikasi vertikal dan horizontal. Dengan

adanya komunikasi dua arah yang baik maka setiap anggota organisasi dapat

memberikan masukan yang mengarah ke perkembangan organisasi ataupun

perkembangan individu. Di RSI Malahayati sendiri, komunikasi masih

menjadi kendala. Hal ini dapat terlihat dari masalah yang sudah dikemukakan

diatas serta juga terlihat bahwa setiap karyawan belum dapat memberikan

kontribusi secara langsung kepada pihak manajemen puncak dalam upaya

pengembangan dan perbaikan, ini dikarenakan masih adanya hambatan dan

gap antar posisi organisasi sehingga masing-masing dari mereka tidak mau

menerima saran dan tanggapan dari orang lain atau bawahannya yang

mungkin saja memiliki saran yang baik buat perkembangan.

- Pelatihan

Pelatihan terdiri dari 2 jenis yakni pelatihan khusus yakni pelatihan yang

diberikan untuk meningkatkan ketrampilan dan pelatihan umum yang

ditujukan untuk peduli terhadap pelanggan (pasien). Pelatihan khusus

diberikan untuk peningkatan ketrampilan bagi kelompok-kelompok tertentu.

Namun perlu juga adanya pelatihan umum yang diberlakukan untuk semua

karyawan baik dari level terendah hingga tertinggi pada waktu yang sama

sebagai tindakan peduli terhadap pelanggan (pasien). Pelatihan tersebut

merupakan pelatihan untuk mensosialisasikan misi, kebijakan, strategi,

objektif dan praktek dari pelayanan kepada pelanggan. Dengan adanya

pelatihan seperti ini maka setiap orang akan lebih memahami tanggung jawab

dan orientasi perusahaan sehingga setiap orang dapat bekerja sama dengan

arah yang sama dengan mengetahui alasan dan tujuan dari pekerjaan dan

Universitas Sumatera Utara


perusahaan (rumah sakit). Pelatihan harus dilakukan berulang kali dengan

tingkat berbanding langsung dengan bauran frekuensi dari keteraturan,

intensitas, mutu, dan tanggung jawab mereka dengan pelanggan

(internal/eksternal) serta kebutuhan tugas mereka. Pelatihan khusus dan umum

sama pentingnya dalam menciptakan kinerja yang lebih baik, dimana jumlah

pelaksanaan keduanya semakin meningkat seiring waktu berdirinya

perusahaan. Dari data hasil riset, pihak rumah sakit telah melakukan beberapa

jenis pelatihan yang rutin di tiap bulannya dengan topik yang berbeda-beda

baik untuk kekhususan, topik umum serta sosialisasi perusahaan. Namun

dalam pelaksanaan pelatihan dirasakan kurang efektif dan tidak adanya

disiplin dari para peserta. Animo karyawan RSI Malahayati juga sangatlah

kurang sehingga banyak peserta yang tidak hadir pada saat pelatihan dengan

berbagai alasan. Disamping itu, RSI Malahayati juga belum mempunyai

sanksi khusus kepada peserta yang tidak hadir serta tempat pelatihan yang

nyaman dan tidak terganggu oleh pasien.

- Motivasi

Motivasi adalah kemauan kerja seorang karyawan atau pegawai yang timbul

karena adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang bersangkutan

sebagai hasil integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi, pengaruh

lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan sosial dimana kekuatannya

tergantung pada proses pengintegrasian tersebut. Motivasi sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan kinerja karyawan. Banyak karyawan saat ini bekerja

hanya berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya saja tanpa memiliki motivasi

untuk tampil diatas rata-rata atau memberikan yang terbaik. Bahkan pada saat

Universitas Sumatera Utara


tertentu beberapa karyawan mengalami fase kejenuhan sehingga

mengakibatkan menurunnya kinerjanya sehari-hari. Penurunan kinerja ini

tentunya akan mengakibatkan pelayanan yang tidak maksimal kepada

pelanggan (internal/eksternal). Dengan pelayanan yang tidak maksimal

tersebut maka kemungkinan terjadinya kesalahan ataupun lama bertindak

menjadi lebih besar dan tentunya sangat membahayakan jiwa pasien. Oleh

karena itu perlu adanya pelatihan yang mengkhususkan untuk memberikan

motivasi kepada karyawan. Hingga saat ini, di RSI Malahayati pelatihan untuk

motivasi masih kurang diselenggarakan. Namun, RSI Malahayati secara rutin

melakukan pengajian sebagai media untuk silaturahmi serta memberikan

arahan-arahan berdasarkan nilai-nilai agama.

- Wewenang

Pemberian wewenang kepada karyawan bukan berarti memberikan kendali

rumah sakit secara keseluruhan kepada mereka, tetapi memberikan wewenang

bagi mereka untuk membuat keputusan dan bertindak untuk masalah di tempat

yang menyangkut pekerjaan mereka. Artinya setiap karyawan diberikan

kebebasan fungsional dengan tetap memiliki batasan-batasan tertentu dimana

pada batas-batas tersebut mereka mempraktekkan pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki. Dengan adanya pemberian wewenang maka para

karyawan dapat sigap dan cepat tanggap dalam memberikan pelayanan kepada

pasien. Meskipun segala tindakan tetap dipertanggungjawabkan ke atasan.

Sebagai tambahan, perlu adanya pemacu karyawan untuk melakukan 4 hal

diatas yaitu diberlakukannya sanksi yang tegas dan adil kepada seluruh karyawan

agar mereka memenuhi tanggung jawabnya dengan baik dan benar sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


aturan dan ketentuan yang ada. Pemberian sanksi sangat diperlukan untuk

menciptakan kedisiplinan, menimbulkan motivasi dan meningkatkan kemampuan

dari masing-masing individu.

3. Melakukan Riset Pasar

Riset pasar dilakukan untuk mengetahui pandangan dan permintaan pasar

akan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan saat ini. Riset pasar perlu dilakukan

secara berkala, karena kepuasan, kebutuhan dan keadaan pasar akan selalu

berubah seiring dengan perkembangan lingkungan. Riset yang baik akan

memberikan peringatan kepada perusahaan untuk mempersiapkan diri dan

merencanakan perubahan serta mencegah terjadinya „miopia pasar’.

Riset pasar tidak hanya dilakukan oleh perusahaan manufaktur, bidang

jasa bahkan rumah sakit juga perlu melakukan riset pasar karena indikator

kesuksesan perusahaan adalah sejauh mana pelayanannya terhadap konsumen,

sehingga perlu diketahui apa yang diinginkan dan sejauh mana penilaian pasar

terhadap layanan yang sudah ada. Namun, dalam pelaksanaannya, banyak terjadi

kesalahan dalam melakukan riset pasar baik itu kesalahan fundamental, minor

hingga moderat. Manajemen harus mampu dan memahami betul tata cara

melakukan riset pasar. Baik dari segi tujuan, populasi, pengambilan sampel,

pembuatan kuisioner, pembagian kuisioner dan analisis hasilnya. Karena jika

terjadi kesalahan maka kesimpulan yang didapat tidak akan representatif dengan

keadaan sebenarnya sehingga tidak memberikan masukan yang berguna bagi

perkembangan dan perbaikan rumah sakit.

Dari hasil pengamatan yang diperoleh, pihak RS telah menjalani

pengukuran dalam hal kepuasan pasien yang dilakukan secara internal dan

Universitas Sumatera Utara


berkala. Tetapi biasanya, pengukuran kepuasan memberikan hasil yang lebih riil

apabila penilaian dilakukan oleh pihak eksternal, karena tidak ada intervensi dan

butir pertanyaan lebih fokus terhadap pengukuran pelayanan. Hingga saat ini,

pengukuran secara eksternal hanya dilakukan apabila ada pihak luar yang

memohon izin untuk melakukan penelitian, dengan kata lain tidak berkala.

4. Membangun Hubungan Jangka Panjang Dengan Pasien Dan Pemasok

Menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan pemasok

merupakan kunci kesuksesan dalam menjalankan suatu usaha. Menjalin hubungan

diawali dengan melakukan komunikasi yang baik antara karyawan (medis dan non

medis) dengan pasien dan para dealer. Komunikasi merupakan jembatan dalam

menjalin suatu hubungan.

- Pasien

Membangun hubungan baik dengan pasien dapat menghindari dari

permasalahan kesalahan anamnese, diagnosis dan tindakan. Komunikasi yang

terbuka antara tenaga medis dengan pasien akan memberikan kenyamanan

kepada pasien dalam mengutarakan keluhan penyakit, memberikan

pemahaman yang baik mengenai penyakitnya serta menghindari dari

kesalahan dalam pemeriksaan dan tindakan. Sering sekali kesalahan tindakan

yang berakibat fatal ataupun tidak dikarenakan kesalahan komunikasi. Selain

dengan komunikasi, hubungan pasien dan karyawan dapat dilakukan dengan

memberikan perhatian dalam pelayanan dan penyediaan fasilitas sehingga

pasien akan merasa diperhatikan dan nyaman berada di rumah sakit selama

perawatan. Perhatian merupakan hal yang dapat menimbulkan perasaan yang

menyenangkan terhadap sesuatu. Dengan adanya komunikasi dan perhatian

Universitas Sumatera Utara


maka diharapkan akan timbul loyalitas dari pasien dalam menggunakan jasa

pelayanan kesehatan. Pasien yang loyal akan cenderung terikat dan akan tetap

menggunakan jasa layanan kesehatan pada rumah sakit tersebut meskipun

banyak pilihan alternatif lainnya. Loyalitas terhadap layanan kesehatan ke

rumah sakit mencerminkan komitmen psikologis pengguna/pasien.

Berdasarkan hasil survey yang pernah dilakukan, komunikasi pasien-tenaga

medis masih mengalami kendala. Hal ini terlihat dari opini pasien yang

mengatakan bahwa pemberian informasi masih jauh dari yang mereka

harapkan, mereka merasakan masih adanya informasi dan prosedur yang

kurang jelas dan berbelit-belit dalam penyampaian serta kurangnya

kemampuan tenaga medis dalam berkomunikasi juga terjadi di lapangan.

- Pemasok

Dalam hal bisnis, hubungan dengan pemasok sejajar pentingnya dengan

hubungan dengan pelanggan. Begitu juga di industri RS, menjaga hubungan

dengan pemasok sama pentingnya dengan menjaga hubungan dengan pasien.

Pemasok yang dimaksud dalam industri ini adalah, dealer alat medis, obat dan

peralatan non medis lainnya. Terlebih lagi di RSI Malahayati peralatan medis

yang tersedia rata-rata sangat bergantung dengan kesediaan dari para dealer,

dimulai dari pengadaan, maintenance, kalibrasi hingga perbaikan. RSI

Malahayati tidak memiliki ahli maintenace peralatan medis, sehingga

hubungan dengan pemasok harus dijalin dengan baik agar peralatan yang

tersedia terjamin dan penyediaan alat baru dapat diperoleh dengan mudah.

Universitas Sumatera Utara


5. Teknologi Untuk Memperbaiki Pelayanan Kepada Pelanggan

Aspek ini diharapkan dapat menghapuskan kendala mengenai kondisi,

penggunaan dan jumlah peralatan medis, penyimpanan data serta menciptakan

lingkungan rumah sakit yang nyaman dan aman bagi pasien. Perkembangan

teknologi melahirkan semangat perubahan yang luar biasa. Komputer, sistem

informasi dan SDM menjadi satu kesatuan yang utuh.

Electronic Data Interchange (EDI) adalah metode untuk saling bertukar

data, informasi atau transaksi secara elektronik melalui jaringan komputer.

EDI adalah satu bentuk “e-commerce” yang secara formal diperkenalkan kepada

seluruh masyarakat secara luas dengan menggunakan media komputer.

Pada saat ini, banyak rumah sakit menggunakan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) yang merupakan suatu tatanan yang berkaitan

dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan

penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk

kegiatan rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit ini meliputi sistem informasi

klinik, sistem informasi administrasi dan sistem informasi manajemen. Peran

SIMRS yang utama adalah dalam mendukung pengendalian mutu pelayanan

medis, penilaian produktivitas, analisis pemanfaatan, penjadwalan perawatan dan

kalibrasi, perkiraan kebutuhan, perencanaan dan evaluasi program,

menyederhanakan pelayanan, penilaian klinis dan serta pendidikan.

Tiga hal yang mendorong dimulainya pengembangan suatu sistem

informasi, yaitu permasalahan yang timbul di sistem lama, semakin

berkembangnya Teknologi Informasi (IT), adanya instruksi dari pimpinan ataupun

dari luar organisasi , seperti adanya keluhan pelanggan, laporan yang tidak tepat

Universitas Sumatera Utara


waktu, dan lain-lain. Perkembangan teknologi di bidang kesehatan telah

melahirkan pemikiran bahwa dokumentasi dapat dilakukan dengan benar, lebih

cepat, mudah dan sistematis. Adanya pendokumentasian yang benar, legal dan

sistematis tersebut, maka setiap tindakan yang dilakukan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum dan dapat digunakan sebagai data acuan

untuk pengembangan selanjutnya. Disamping teknologi dalam sistem

informasi, teknologi lain yang diperlukan dalam memperbaiki pelayanan adalah

peralatan medis dengan teknologi terbaru, fasilitas dengan teknologi yang canggih

serta pemeliharaan lingkungan dan penyediaan fasilitas dengan memanfaatkan

peralatan yang canggih untuk menciptakan lingkungan yang sehat,bersih, aman

dan nyaman.

Di RSI Malahayati, sistem informasi manajemen belum diterapkan secara

sempurna. Setiap divisi kerja masih menggunakan kertas kerja sebagai media

penyampai informasi ke divisi lainnya. Sistem komputerisasi yang telah dibuat

hanya berupa sistem untuk menyimpan database pasien (rekam medik). Namun

sistem itu juga belum dipergunakan sebagaimana harusnya. Selain sistem tersebut

masih berupa sistem dengan konsep DOS, para karyawan juga belum memiliki

kemampuan dalam menggunakannya. Sehingga disini terlihat bahwa sosialisasi

penggunaan teknologi informasi masih sangat kurang. Para karyawan belum

tanggap terhadap manfaat dan penggunaan dari perkembangan dunia teknologi

informasi yang dapat membantu mereka dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain

itu karyawan juga belum memiliki kemampuan dalam memelihara dan

memperbaiki peralatan medis yang ada di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan manajemen mutu pelayanan di

instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati, maka dapat

disimpulkan antara lain :

1. Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati belum memenuhi keseluruhan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Depkes RI dan standar yang

dikeluarkan IHQN dalam memberikan pelayanan rawat inap yang meliputi

pelayanan medis, rekam medik dan peralatan medis.

2. Beberapa indikator yang belum dapat dipenuhi oleh Rumah Sakit Islam

Malahayati antara lain :

a. Sub sistem pelayanan medis : jam visite dokter, evaluasi mutu, pelatihan,

infeksi pasca operasi, infeksi nosokomial, pasien jatuh/medication error,

kematian pasien > 48 jam, tidak adanya kegiatan pencatatan dan pelaporan

TB dan pre operative death rate.

b. Sub sistem rekam medik : kelengkapan pengisian rekam medik dan

informed consent, kecukupan tenaga rekam medik, master data yang

terkomputerisasi, fasilitas rekam medik dan evaluasi mutu.

c. Sub sistem peralatan medis : kecepatan waktu dalam menanggapi

kerusakan alat, ketepatan waktu pemeliharaan alat, ketepatan waktu dalam

kalibrasi.

Universitas Sumatera Utara


7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan

antara lain :

1. Menciptakan kondisi sadar mutu dengan cara :

a. Melakukan sosialisasi standar pelayanan kepada seluruh lapisan karyawan

b. Memperbaiki proses perekrutan, penempatan, pelatihan dan pembinaan

karyawan

c. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh kegiatan dan kejadian

d. Fokus, komitmen dan bertindak tegas terhadap penyimpangan untuk

melakukan perbaikan dan peningkatan mutu.

2. Melakukan pengukuran kinerja tidak hanya dari perspektif keuangan

melainkan juga perspektif keseluruhan sistem seperti pelayanan, SDM,

teknologi dengan menggunakan auditor internal dan eksternal.

3. Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk menerapkan sistem

komputerisasi yang terintegrasi di seluruh bagian.

4. Mengalokasikan dana untuk program pemeliharaan dan peningkatan mutu

pelayanan sekitar 2,5-4,5% dari pendapatan operasional yang terdiri dari biaya

pencegahan, penilaian dan kegagalan dengan ratio 60% : 25% :15%

5. Disamping memenuhi standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan

pemerintah, rumah sakit hendaknya juga berupaya untuk menerapkan sistem

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta memperoleh sertifikasi mutu

lainnya baik sertifikasi nasional maupun internasional untuk menjamin dan

meningkatkan kualitas pelayanan di era persaingan yang semakin ketat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Advanced Quality System, D1-9000. Advanced Quality System Tools. USA, 1998.
Ammerman, Max. The Root Cause Analysis Handbook. New York, USA :
Productivity Press, 1998.
Azwar, Azrul. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta, 1993.
Hoyle, David. Quality Management Essentials. Oxford, England : Elsevier
Limited,2007.
Indranata, Iskandar. Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian Kualitas. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia, 2008
__________. Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal. Bandung :
Penerbit Alfabeta, 2006.
Kelly, Diane.L. Applying Quality Management in Healthcare. Washington, USA :
AUPHA Press, 2006.
Koentjoro, T. Regulasi Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2007
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI. Pedoman Akreditasi
Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta, 2008
Muninjaya, A.A.Gde. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC Edisi kedua, 2004
__________. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2011
Peters, George. Medical Error and Patient Safety (Human Factors in Medicine).
USA : CRC Press, 2008.
Pohan, Imbalo.S. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006
Ransom.S, Joshi.M, Nash.D. The Healthcare Quality Book, Vision, Strategy and
Tools. Washington, USA : AUPHA Press, 2005
Rose, Kenneth.H. Project Quality Management (Why, What and How). USA :
J.Ross Publishing, 2005.
Rustiyanto, Ery. Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan.
Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2010.

Universitas Sumatera Utara


Sabarguna, Bob. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta : Sagung
Seto, 2008.
Sindoro, Alexander (alih bahasa). Strategi Kaizen untuk Kepedulian pada
Pelanggan. Batam : Interaksara, 1998.
Srinivasan,A.V. Managing a Modern Hospital, 2nd Edition. India : SAGE
Publications, Ltd. 2008
ST University. Tools for Quality Improvement. France : 2003.
Tjiptono, Fandy. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Penerbit
Andi, 2005.
________.; Diana.A. Total Quality Management. Yogyakarta : Penerbit Andi,
2003
_________; Chandra, G. Service,Quality & Satisfaction. Yogyakarta : Penerbit
Andi, 2005
Damanik,Viva.S. Analisis Kebutuhan Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan
Jasa Rawat Inap Menggunakan Metode SERVQUAL dan QFD di RSI
Malahayati Medan. Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera
Utara. Medan, 2011
Varkey, Prathibha. Medical Quality Management Theory And Practice. USA :
Jones and Bartlett Publishers. 2010
Widjokongko, Martin (alih bahasa). Kaizen Strategies for Winning Through
People. Batam : Interaksara, 1998.
Firmanda, Dody. Makalah : Penerapan Sistem Manajemen Mutu di Rumah Sakit.
Jakarta, 2010
Cahyadi, A. Artikel : Antara Kepuasan Pasien Dan Kualitas Pelayanan Rumah
Sakit Di Indonesia. Sulawesi Barat, 2010.
Jati, Sutopo.Patria. Beberapa Konsep Dasar tentang Manajemen Rumah Sakit,
2009
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
340/Menkes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai