Dosen Pengampu:
Dr. Eva Sundari, SE., MM, C.R.B.C
Oleh:
ALIFA ROJA AMALLIA
205210055
i
DAFTAR ISI
ii
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
pelayanan atau jasa, sehingga semua perusahaan jasa harus memperhatikan kualitas
pelayanan atau jasa yang mereka jual. Berbicara tentang konsep jasa, setiap
lembaga memiliki kelebihan dan kekurangan, baik dalam hal fasilitas, konsep,
bahkan pelayanan terhadap konsumen. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi
penilaian yang baik dari konsumen, juga membuat konsumen nyaman dan merasa
berbagai jenis profesi pelayanan kesehatan. Namun sebagai manusia pasti memiliki
yang diselenggarakan oleh manusia ini, tanpa disadari dapat berubah menjadi
yang selalu berupaya memenuhi harapan pasien. Untuk mencapai keadaan sehat
banyak faktor yang harus diperhatikan, salah satunya adalah sumber daya manusia
kesehatan. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) disini sangat erat kaitannya
dengan mutu produk organisasi itu sendiri, dimana jika faktor SDM tidak dikelola
1
2
upaya mewujudkan visi dan misinya. Oleh sebab itu, setiap organisasi yang ingin
kespesifikan dalam hal SDM, sarana prasarana dan peralatan. Pada dasarnya rumah
sakit merupakan kumpulan dari berbagai unit pelayanan. Kinerja yang dicapai oleh
suatu organisasi adalah prestasi para anggota yang ada dalam organisasi itu sendiri
mulai dari tingkat eksekutif sampai pada pegawai operasional. Kinerja rumah sakit
sangat ditentukan oleh kinerja unit yang terdiri dari kumpulan individu seperti salah
satunya yaitu kumpulan perawat. Perawat merupakan profesi yang memiliki posisi
dokter. Perawat merupakan ujung tombak baik tidaknya pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien, karena selama 24 jam perawat selalu berinteraksi dengan
pasien, sehingga kinerja perawat merupakan salah satu faktor utama untuk
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
yang diberikan kepadanya. Kinerja perawat merupakan salah satu faktor utama
tugas, dan tanggungjawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi
3
dan terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu. Oleh karena itu seorang
keperawatan.
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Sumber daya yang dibutuhan rumah sakit dalam
memberikan perawatan terhadap pasien antara lain adalah tenaga perawat. Perawat
merupakan sumber daya manusia yang menempati urutan teratas dari segi jumlah
di seluruh rumah sakit, khususnya perawat bangsal rawat inap, mereka lebih harus
Beberapa aspek yang menjadi ciri sikap dan perilaku manusia sebagai
perawat berkenaan dengan budaya organisasi antara lain dapat dilihat dari
kemangkiran dan keluhan pasien. Jika semua hal tersebut dapat dilaksanakan
organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan. Rumah sakit ini dinamai
Rumah Sakit Type-D dikarenakan masih diatas UPTD PUSKESMAS tapi belum
setarah dengan Rumah Sakit Umum Daerah itu sebabnya tidak dinamai Rumah
Sakit UMUM. Rumah Sakit Type-D Perawang merupakan Rumah Sakit Milik
Pemerintah Daerah yang yang diresmikan pada tanggal 11 Februari 2018 yang
ini terus berkembang dengan tuntutan kebutuhan Kecamatan Tualang. Sesuai surat
keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PNS, 1 orang TBK, 2 orang TKS Dan 2 orang PTT. Budaya dapat tercermin dari
kinerja para perawat pelaksana di Rumah Sakit Type-D. Perawat di rumah sakit
tersebut dituntut untuk bekerja sesuai dengan visi dan misi instansi keperawatan,
yang tercakup dalam motto penuntun perilaku pelayanan 5S yaitu senyum, salam,
sapa, santun dan sabar. Motto ini mencerminkan budaya dalam rumah sakit ini dan
pelayanan kepada para pasien, sehingga akan membentuk kinerja yang memuaskan.
Selain itu, nilai – nilai lain yang merupakan budaya dalam Rumah Sakit Type-D
Perawang adalah memberikan pelayanan yang tepat dan cepat dalam tindakan,
5
adil dan tidak memihak, memberikan pelayanan yang tulus dan ikhlas serta bekerja
kepuasan pasien, namun hal ini belum berjalan sepenuhnya. Hal ini tentu berkaitan
menerapkan budaya 5S yang sesuai dengan motto, visi dan misi rumah sakit dalam
bekerja dan beberapa aspek yang menjadi ciri sikap dan perilaku perawat sebagai
Hal ini tampak dari kinerja perawat yang masih ada beberapa masalah dalam
bekerja sehingga peran pasien tidak berjalan dengan baik, keluhan mengenai
perawat yang pulang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan,kurang cepat
sabar dalam melayani keluhan pasien, kurang senyum, kurangnya pelayanan yang
yang kurang baik disebabkan perilaku perawat saat berinteraksi dengan pasien.
Budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan
perilaku para anggota di dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, kinerja perawat
Heskett (Pinem, 2010) ada keterkaitan yang erat antara budaya organisasi dengan
kinerja. Budaya yang kuat akan menghasilkan kinerja organisasi dalam jangka
panjang. Budaya yang kuat akan membantu kinerja dalam menciptakan motivasi
dalam diri pekerja, menimbulkan rasa nyaman bekerja, kemudian timbul komitmen
kegagalan karena budaya organisasi itu sendiri yaitu bila kualitas kinerja tidak
benar-benar menjadi bagian penting dari organisasi. Selain itu, organisasi yang
perawat yang kurang memiliki motivasi dan komitmen, serta yang tidak terpuaskan
Type-D Perawang bagian rawat inap masih kurang baiknya budaya organisasi
dengan tugas dan tanggung jawab bersama, kurang saling memiliki komitmen
terhadap tugas yang diembannya, kurang menaati ketentuan jam kerja juga.
Sakit Type-D Perawang, maka sangat diperlukan adanya dukungan dan partisipasi
dari semua manusia yang ada dalam lingkup organisasi tersebut. Para pegawai
dalam organisasi atau rumah sakit. Persepsi perawat mengenai kenyataan terhadap
Tabel 1.1
Data Jumlah Tenaga Perawat Dan Jumlah Pasien Rawat Inap Dari Tahun
2018 s/d 2019 Pada Rumah Sakit Type-D Perawang
No Tahun Jumlah Jumlah Pasien Rata-Rata Jumlah Perawat
Perawat Rawat Inap Setiap Jam Dinas (Orang)
1. 2018 37 235 6
2. 2019 32 487 4
3. 2020 34 636 5
Sumber: Rumah Sakit Type-D Perawang
Dari tabel 1.1 di atas dapat kita lihat bahwa jumlah tenaga perawat dan
jumlah pasien tidak seimbang. Hal ini salah satu yang mempengaruhi mutu
perawat tidak sempat berdialog dengan bahasa yang baik. Dari segi pelayanan,
tenaga perawat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan secara teratur dan
tepat waktu juga harus didukung oleh sikap ramah tamah, sopan santun dan mau
Bagaimana kinerja pelayanan akan lebih bagus jika hal tersebut belum bisa
dilakukan dengan baik, hal ini akan mendatangkan keluhan-keluhan dari pasien
terinternalisasi secara intensif dan dipegang teguh oleh segenap anggota organisasi,
maka orang-orang akan merasan tenang dalam organisasi tersebut karena tabu apa
yang dikerjakan.
untuk bekerja lebih keras, sehingga akan meningkatkan kinerja dan penuh
kelompok dalam suatu organisasi yang merupakan hasil interaksi yang kompleks
dari sejumlah individu dalam organisasi. Berdasarkan latar belakang di atas juga,
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka masalah yang
ingin penulis bahas di dalam proposal ini adalah: “Apakah Kualitas Pelayanan
Perawang?”
9
pasien.
b. Bagi pihak rumah sakit, dapat digunakan sebagai masukan guna untuk
menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan
yang timbul dari dalam diri konsumen setalah membandingkan hasil kinerja suatu
10
11
tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus
perbaikan.
elemen/atribut tersebut.
12
senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kerja
atau hasil produk yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan.
produk dan harapan- harapannya. Sukar untuk mengukur tingkat kepuasan pasien,
terhadap suatu obyek bervariasi mulai dari tingkat sangat puas, puas, cukup puas,
kesehatan. Penilaian terhadap kondisi rumah sakit (kualitas baik atau buruk)
tingkat kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah hasil penilaian pasien berdasarkan
telah menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit; atau
dapat dinyatakan sebagai cara pasien rumah sakit mengevaluasi sampai seberapa
digunakan untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi
memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Menurut Dwiyanto (2002: 47)
efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang
melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan
responsivitas.
telah menjadi masalah mendasar yang dihadapi sebagian besar rumah sakit di
terkait dengan keterbatasan sumber daya dan lingkungan, tetapi juga bersumber dari
rumah sakit. Kualitas pelayanan rumah sakit (RS) dapat ditelaah dari tiga
serta pasien).
c. Outcome.
yang baik akan terpikirkan olehnya adalah perawat. Tenaga medik baik dokter
15
umum, spesialis, dokter gigi agar mempunyai pengabdian yang tinggi dalam
memberikan pelayanan kepada pasien disertai rasa kasih sayang, penuhn perhatian,
pengertian, memberikan rasa aman serta harus berusaha sekuat tenaga dalam
faktor antara lain: laju inflasi, perubahan pola penyakit, perubahan hubungan
kedokteran yang canggih. Tarif yang tinggi dapat mengurangi kepuasan pasien
Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang yang
Management) kualitas dipandang secara lebih luas, yaitu tidak hanya aspek hasil
Kualitas merupakan suatu usaha untuk menyajikan produk dan jasa untuk
memenuhi keinginan atau melebihi harapan konsumen (Bhuwana, 2013). Hal ini
jelas tampak dalam definisi yang dirumuskan oleh Goeth dan Davis yang dikutip
Tjiptono (2000: 51) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
16
kualitas bervariasi dari yang kontroversional hingga kepada yang lebih strategik.
(reliability); (3) mudah dalam penggunaan (ease of use); (4) estetika (esthetics), dan
sebagainya. Oleh karena itu, kualitas pada prinsipnya adalah untuk menjaga janji
kualitas hidup kerja harus merupakan suatu pola pikir (mindset), yang dapat
manajemen dan proses produksi barang atau jasa terus menerus tanpa hentinya
ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan
seperti ini
sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
“sebagai seberapa jauh perbedaaan antar kenyataan dan harapan pelanggan atas
adalah suatau tingkat keunggulan yang dirasakan seseorang terhadap suatu jasa
yang diharapkan dari perbandingan antar keinginan dan kinerja yang dirasakan
konsumen setelah melakukan jasa tersebut. Apabial jasa yang diterima atau
dirasakan (percieved service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa
dipersepsikan baik dan memuaskan. Hal ini bearti bahwa citra kualitas pelayanan
yang baik bukanlah berdasarkan pada sudut pandang atau persepsi pihak penyedia
jasa, melaikan berdasarkan pada sudut pandang atau persepsi pelanggan, persepsi
jasa.
dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan dapat dilihat dari lima
merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa.
Hal ini meliputi fasilitas fisik, contoh: perlengkapan dan peralatan yang
seseorang, kelompok atau lembaga yang memberi kepuasan bagi pelanggan atau
masyarakat dan pada gilirannya kepuasan itu akan menciptakan loyalitas pelanggan
19
itu sendiri menurut Levey dan Loomba (dalam Azwar, 1996: 35) Setiap upaya yang
pun masyarakat.
Kualitas pelayanan yang baik mutlak diberikan oleh suatu usaha jasa.
Konsumen yang jeli tentu akan memilih produk dan jasa yang merupakan kualitas
baik. Kualitas merupakan strategi bisnis dasar yang menyediakan barang dan jasa
untuk memuaskan secara nyata pelanggan internal dan eksternal dengan memenuhi
(2001: 61) bahwa pelayanan kesehatan yang baik harus memenuhi syarat-syarat,
tersedia dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat sumber daya, tepat standar
profesi/etika profesi, wajar dan aman, kualitas memuaskan bagi pasien yang
dilayani. Menurut Schulz R. Dkk (2003: 222), pelayanan medis yang baik adalah
A. Didasari oleh praktek medis yang rasional dan didasari oleh ilmu
kedokteran.
B. Mengutamakan pencegahan.
20
masyarakat.
pelanggan atau masyarakat, ada beberapa cara-cara untuk menilainya, antara lain
dengan sistem keluhan dan saran, survei kepuasan pelanggan, serta pengamatan
Kualitas pelayanan rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan
ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit
sebagai suatu sistem. Kualitas asuhan kesehatan adalah derajat dipenuhinya standar
profesi yang baik dalam pelayanan pasien dan terwujudnya hasil akhir seperti yang
kepuasan pasien walaupun puasnya pasien itu tidak selalu sama dengan pelayanan
sakit sangat tergantung pada individu dokter, dan diluar kewenangan direksi rumah
21
apabila pelayanan tersebut tersedia dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat tujuan,
tepat sumber dayanya, tepat standart profesi, wajar dan aman, memuaskan bagi
jika apa yang dirasakan melebihi dari apa yang diharapkan. Bila harapan tidak
sesuai dengan apa yang dirasakan maka akan menimbulkan gap. Menurut Zeithaml
dkk (1990) terdapat lima macam kesenjangan kualitas jasa yang memungkinkan
pelanggan.
kualitas jasa.
22
diberikan.
4) Gap antara jasa yang diberikan dengan jasa yang dikomunikasikan dengan
pelanggan.
5) Gap antara harapan pelanggan dan persepsi yang dibentuk dengan apa
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu
pada ketertarikan peneliti terhadap subjek dan objek penelitian ini. Kelima
Kualitas
Kepuasan Pasien
Pelayanan
(Y)
(X)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Keterangan Gambar
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kualitas Pelayanan (X) yang akan diuji
2.11 Hipotesis
kajian toritis yang telah dikemukakan berikut ini diajukan hipotesis yaitu : “Diduga
METODE PENELITIAN
Tabel 3.1
Operasional Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala
26
27
b) Jaminan legalitas
c) Jaminan kepastian akan
mendapatkan pelayanan
a) Mendahulukan
kepentingan pasien
b) Pelayanan petugas
medis dengan
komunikasi yang baik
c). Tidak diskriminatif
Pasien (Y) adalah a) Fasilitas fisik (alat bantu Ordinal
faktor kepuasan kesehatan dan obat-
pasien walaupun obatan)
puasnya pasien itu b) Waktu tunggu cepat
tidak selalu sama c) Pelayanan administrasi
dengan pelayanan d) Pelayanan petugas
berkualitas medis
(Sumarwanto,
1994)
Sumber : Data Olahan Peneliti
3.3.1 Populasi
1991:52). Populasi adalah individu atau sejumlah penduduk yang paling sedikit
keseluruhan subyek yang berada dalam daerah penelitian yang dimaksud, dimana
objek penelitian ini adalah pasien RSUD Type D Perawang khususnya pasien rawat
3.3.2 Sampel
28
Sampel yaitu sebagian dari populasi yang hendak diteliti dan dianggap bisa
besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif,
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Dimana,
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
dapat ditolelir atau diinginkan dalam penelitian ini. (dalam penelitian ini
Sampel yang diperoleh dengan rumus slovin adalah 99,31 yang dibulatkan
menjadi 99 sampel.
Data primer adalah data yang mengarah pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan faktor-faktor minat untuk
tujuan yang lebih jelas (Uma Sekara, 2011). Data primer yang ada dalam penelitian
29
ini merupakan hasil penyebaran kuesioner pada sampel yang telah ditentukan
berupa data mentah dengan skala Likert untuk mengetahui respon dari responden
Data sekuder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dimana data ini yang sifatnya mendukung keperluan data
primer seperti buku, literature dan bacaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
penelitian (Sugiono: 2008: 402). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
beberapa dokumen dan literature yang terkait dengan pengaruh kualitas pelayanan
terhadap kepuasan.
Adapun metode dalam usaha pengumpulan data dan informasi yang diperlukan
dan pegawai tentang berbagai informasi atau data sebagai masukan yang di
perlukan
yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literature atau sumber
30
berkaitan dengan objek yang diteliti dan bertujuan mengetahui teori yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti seperti jurnal yaitu data pendukung
Internet yaitu dengan cara mencari data-data yang berhubungan dengan topik
regresi linear sederhana, yaitu suatu metode statistik yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel bebas dan satu variabel terkait. Yang
mana variabel bebas tersebut terdiri dari budaya organisasi sedangkan yang menjadi
variabel terikat yaitu kinerja perawat. Pengaruh antara variabel bebas dengan
2010). Sesuai dengan jenis dan sifat penelitian ini, maka seluruh data yang akan
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi sosial, Skor jawaban
digunakan program SPSS (Statistical Package For Social Science). Sedangkan alat
31
uji yang digunakan untuk menguji persamaan regresi serta koefisien determinasi
dan standar errornya dan untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel bebas
Pengujian Data
1. Validitas
≤ 0,05 dan r-hitung > r tabel, sebaliknya suatu instrumen dikatakan tidak
valid apabila taraf probilitas kesalahan (sig) ≥0,05 dan r-hitung <r-tabel Uji
item dalam kuisioner dengan total skor yang ingin diukur yaitu
2. Reliabilitas
suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur
tersebut dan sebaliknya jika reliabilitas pengukur tersebut rendah maka alat
tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. Hasil reliabilitas dihitung
a. Jika koefisien Alpha (α) < 0,6 maka butir pernyataan dinyatakan tidak
reliabel.
b. Jika koefisien Alpha (α) > 0,6, maka butir pernyataan dinyatakan reliabel.
3. Koefisien Determinasi R²
baik pula hasil regresi tersebut, semakin mendekati 0 maka variabel secara
4. Uji t
a. Jika thitung > ttabel maka variabel bebas mempunyai pengaruh yang
b. Jika thitung < ttabel maka variabel bebas tidak mempunyai pengaruh
Kasmir. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik). Depok: PT
Rajagrafindo
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. dan Berry, L.L. (2008). Delivering Quality service
Balancing Custumer Perceptions and Exxpections, The free press, New
York: NY.
34
35
Schulz, R. dan A.C. Johnson. 2003. Management of Hospitals and Health Service:
Strategic Issues and Performance. Beard Books.
Singarimbun, M.; dan Effendi, S.(eds.). 1997. Metode Penelitian Survei. LP3ES:
Jakarta.
Yamit, Zulian. (2010). Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta. Ekonisia.
Zeithaml V.A., A. Parasuraman, and L.L. Berry (1990) “Delivery Quality Service
Balancing Costumer Perseptions and Expectation”. New York: The Free
Press P. 46