Anda di halaman 1dari 39

Chart Title

Indonesia 3.5 ha
Thailand 2 ha
Malaysia 1.5 ha
 Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007,
hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak
ditemukan pohon karet yaitu :

DKI-Jakarta,
Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Utara,
Gorontalo,
Sulawesi Tenggara,
Maluku dan
Maluku Utara
 Potensi lahan perkebunan karet yang luas
tidak diimbangi dengan produktivitas yang
tinggi.
 Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-
rata rendah dan mutu karet yang dihasilkan
juga kurang memuaskan.
 Bahkan di pasaran internasional karet
Indonesia terkenal sebagai karet yang
bermutu rendah.
 Sebaliknya Malaysia dan Thailand memiliki
produktivitas karet yang baik dengan mutu
yang terjaga, terutama karet produk Thailand
 Rendahnya produktivitas dan rendahnya mutu bahan olah
karet rakyat (bokar) serta sistem kelembagaan petani yang
masih lemah.
 Rendahnya produktivitas yang dicapai pada perkebunan
karet rakyat antara lain :
 Penggunaan bahan tanam yang masih rendah,
 Adaptasi teknologi perkaretan secara umum masih belum
optimal mulai dari pemeliharaan tanaman sampai pada
proses penyadapan.
 Sedangkan rendahnya mutu bokar dikerenakan penggunaan
bahan baku yang bukan anjuran dan juga penanganan lateks
secara panen tidak tepat.
 Perkembangan pasar karet alam dalam kurun waktu tiga
tahun terakhir relatif kondusif, yang ditunjukkan oleh
tingkat harga yang relatif tinggi.
 Pertengahan tahun 2002 harga karet mendekati US$
1.00/kg, dan sampai sekarang ini telah mencapai US$
1.90 kg
 Permintaan dari negara industri juga cukup tinggi seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea dan negara-negara
industri di Eropa
 Sumber: IRSG (Internasional Rubber Study Group) ; Parhusip 2008.
Sumber : Gapkindo (Gabungan Perusahan Karet Indonesia) ; Parhusip 2008
Jalur tata niaga tahap satu

Pedagang
Petani KUD
Pabrik Pengolah
Bokar
karet
Tempat pelelangan
Pabrik pengolah Kantor Pemasaran
PTPN
Bokar/Lateks Bersama

Pembelian langsung
Tempat
Swasta oleh perwakilan dari
pelelangan
luar negeri

Konsumen Eksportir Importir


dalam negeri

Konsumen luar
negeri
 Tingkat produktivitas lahan karet yang masih rendah (PR
0,8 ton/ha/tahun, PB 1 ton/ha/tahun
 Keterbatasan dalam pengadaan bibit yang berkualitas
dan sarana produksi
 Terbatasnya pengadaan modal kerja dari pihak terkait
baik perkebunan besar maupun perbankan.
 kemampuan industri dalam negeri menyerap produksi
karet alam masih rendah dan relatif stagnan
Sumber: PMG (Publisindo Marinitama Gemilang) ; Parhusip 2008
 Syarat tumbuh tanaman karet
 Klon-
Klon-klon karet rekomendasi
 Bahan tanam atau bibit
 Persiapan tanam dan penanaman
 Pemeliharaan tanaman
 Penyadapan atau panen
1. Iklim :
 Zona 150 LS dan 150 LU;
 curah hujan optimal antara 2.500 mm- 4.000
mm/tahun, hari hujan berkisar antara 100 sd. 150
HH/tahun;
 ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian >
600 m dari.
 Suhu optimal antara 25oC sampai 35oC.
2. Tanah:
 Sulum tanah sampai 100 cm,
 Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air,
 Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir, Tanah
bergambut tidak lebih dari 20 cm, Kandungan hara
NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro,
Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
Kemiringan tanah < 16% dan, Permukaan air tanah <
100 cm.
 Klon ialah tanaman yang diperoleh dari hasil
perbanyakan vegetatif atau atau aseksual dan atau
bukan tanaman yang dikembangkan dari biji.
 Untuk perkebunan besar dianjurkan menanam klon
AVROS, PBM 1, BPM 24, GT 1, LCB 1320, PR 255, PR
261, PR 300, RRIM 600, dan RRIM 721
 Sedangkan untuk perkebunan rakyat dianjurkan
menanam klon AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT,
PR 261, PR 300, dan PR 303. klon ini memiliki
produksi tinggi meskipun kurang mendapat
perawatan dengan baik
 Produksi Lateks Beberapa Klon Anjuran (***, ** dan * adalah rata-
rata produksi 15, 10, dan 5 tahun sadap)
 Hal yang paling penting dalam
penanaman karet adalah
bibit/bahan tanam, dalam hal
ini bahan tanam yang baik
adalah yang berasal dari
tanaman karet okulasi.
 Persiapan bahan tanam
dilakukan paling tidak 1,5
tahun sebelum penanaman.
 tiga komponen yang perlu
disiapkan, yaitu: batang bawah
(root stoct), entres/batang atas
(budwood), dan okulasi
(grafting) pada penyiapan
bahan tanam.
 AVROS 2037, LCB 1320, PR 300, GT 1, atau
PR 28

 AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM


109, GT 1, PB 217, PB 235, PB 260, PR 255,
PR 261, PR 300, PR 303, RRIC 100, RRIC
102, RRIC 110, RRIM 600, GGIM 712, TM 2,
TM 9, IRR 39, dan IRR 42
 Pembukaan lahan (land clearing)
 Persiapan lahan penanaman
 Pemberantasan alang-alang dan gulma
lainnya
 Pengolahan tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk
pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem
minimum tillage
 Pembuatan teras/petakan dan benteng/piket
 Pengajiran
Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan
antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476
lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah
Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan
berjarak 3 m
 Lahan bergelombang atau berbukit
(kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2,
5 m (=500 lubang/ha)
 Ukuran lubang 60
cm x 60 cm bagian
atas , dan 40 cm x
40 cm bagian dasar
dengan kedalaman
60 cm.
 Pada waktu
melubang, tanah
bagian atas (top
soil) diletakkan di
sebelah kiri dan
tanah bagian bawah
(sub soil) diletakkan
di sebelah kanan
 Penanaman tanaman penutup tanah
(LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah dilakukan
sebelum bibit karet mulai ditanam , tujuan untuk
menghindari erosi, memperbaiki struktur fisik dan
kimia tanah, mengurangi penguapan air, membatasi
pertumbuhan gulma.
Jenis LCC anjuran:
Pueraria javanica, Colopogonium mucunoides,
Centrosema pubescens
 Bibit karet di polybag yang
sudah berpayung dua
 Mata okulasi benar-benar
baik dan telah mulai
bertunas
 Akar tunggang tumbuh baik
dan mempunyai akar lateral
 Bebas dari penyakit jamur
akar
 Penanaman secara monokultur
 Penanaman secara tumpangsari
 Pengendalian gulma, hama dan penyakit
 Pemupukan
frekuensi pengendalian gulma dengan herbisida berdasarkan umur
tanaman
 Rekomendasi umum pemupukan tanaman belum
menghasilkan (TBM)

Umur Dosis pupuk g/pohon/tahun Frekuensi


tanaman Urea SP-36 KCL pemupukan
Pupuk dasar - 125 - -
1 250 150 100 2 kali/thn
2 250 250 200 2 kali/thn
3 250 250 200 2 kali/thn
4 300 250 250 2 kali/thn
5 300 250 250 2 kali/thn
 Rekomendasi umum pemupukan tanaman
menghasilkan (TM)

Umur Dosis pupuk g/pohon/tahun Frekuensi


tanaman Urea SP-36 KCL pemupukan
6 – 15 350 260 300 2 kali/thn
16 – 25 300 190 250 2 kali/thn
>25 sampai 200 - 150 2 kali/thn
2 tahun
sebelum
peremajaan
 Penyadapan
merupakan
suatu tindakan
membuka
pembulu lateks
agar lateks yang
terdapat dalam
kulit batang
tanaman karet
keluar.
 Tinggi bukaan sadap,
baik dengan sistem
sadapan ke bawah
(Down ward tapping
system, DTS) maupun
sistem sadap ke atas
(Upward tapping
system, UTS) adalah
130 cm diukur dari
permukaan tanah.
 Waktu bukaan sadap adalah
2 kali setahun yaitu,
permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa
intensifikasi sadapan (bulan
Oktober).
 Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling
lilit batang pada ketinggian 130 cm dari
permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm
dan biasanya dapat dicapai pada umur kurang
lebih 5 tahun apabila pemeliharaan dilakukan
dengan baik dan benar.
 MAL SADAP/PATRON
 PISAU SADAP
 TALANG LATEKS / SPOUT
 MANGKUK / CAWAN
 CINCIN MANGKUK
 TALI CINCIN
 METERAN
 PISAU MAL
 QUADRIT / SIGMAT
 Langkah-langkah yang harus
dibuat adalah penentuan tinggi
bukaan sadap, penentuan arah
sadap yang benar, dan penentuan
panjang irisan sadap.
 KETEBALAN IRISAN SADAP (1-2,5 MM)
 KEDALAMAN IRISAN SADAP (1-2,5
MM)
 WAKTU PENYADAPAN (PUKUL 4-8
PAGI)
 PEMULIHAN KULIT BIDANG SADAP
 LANGKAH2 PENGOLAHAN SHEET ANGIN
 Penerimaan dan penyaringan lateks
 Pengenceran
 Pembekuan
 Pemeraman
 Penggilingan
 Pencucian
 Penirisan
 pengeringan

Anda mungkin juga menyukai