Anda di halaman 1dari 8

KUMARA CENDEKIA Vol. 9 No.

3 September 2021

Jurnal Kumara Cendekia

https://jurnal.uns.ac.id/kumara

PROFIL KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING ANAK USIA 4-5


TAHUN
Frisca Oktaviany1, Ruli Hafidah1, Nurul Kusuma Dewi1
1
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Sebelas Maret
Email: friscaoktaviany87723@gmail.com, rulihafidah@staff.uns.ac.id,
kusuma.dewi@staff.uns.ac.id
ABSTRAK
Kemampuan problem solving merupakan kemampuan untuk mengekplorasi, menganalisis, dan melakukan tindakan
guna mencapai tujuan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran kemampuan problem solving anak usia
4-5 tahun di Gugus Melati Kecamatan Matesih. Pendekatan penelitan ini yaitu pendekatan kuantitatif deskriptif,
dengan metode penelitian survei. Sampel penelitian merupakan anak usia 4-5 tahun sebanyak 98 anak. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara awal yang didasarkan pada indikator
yaitu (1) mengamati benda disekitar; (2) menyebutkan benda disekitar beserta fungsinya; (3) menceritakan kembali
informasi yang didapat dari lingkungan sekitar; (4) memasangkan benda sesuai dengan bantuk, warna, dan ukuran;
(5) memberikan dugaan alasan terjadinya suatu peristiwa; (6) mengkreasikan benda menjadi suatu karya 2 dimensi
dengan ide anak sendiri. Hasil survei mendapati bahwa sebanyak 6 (6,12%) anak termasuk dalam kategori
perkembangan kurang yaitu anak dapat mengamati benda disekitar, menyebutkan nama benda, mampu untuk
memasangkan benda sesuai dengan bentuknya. Sebanyak 33 (33,67%) anak yang termasuk dalam kategori cukup,
yaitu anak mampu mengamati benda disekitar, menyebutkan dan mengetahui fungsi benda, mencoba memberi alasan
terhadap suatu peristiwa yang dialami, mampu memasangkan benda seuai dengan bentuk dan warna, serta anak
mampu untuk menggambar hasil kegiatan sesuai dengan ide anak. Sisanya sebanyak 60,21% anak yang termasuk
dalam kategori perkembangan kemampuan problem solving yang baik yaitu anak mampu mengamati benda
disekitar, mampu menyebutkan benda disekitar beserta fungsinya dengan baik, mampu menceritakan kembali
mengenai kegiatan yang telah dilakukan, mampu memasangkan benda sesuai dengan bantuk, warna, dan ukuran,
mampu memberikan alasan terjadinya suatu peristiwa, dan anak mampu menggambar dan mewarnai hasil karya
anak sendiri. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan problem solving anak usia 4-
5 tahun di Gugus Melati, Kecamatan Matesih memiliki capaian yang beragam.
Kata Kunci: Profil, kemampuan problem solving, anak usia 4-5 tahun
ABSTRACT
Problem solving ability is the ability to explore, analyze, and take action in order to achieve goals. The research
objective was to describe the problem solving abilities of children aged 4-5 years in the Melati Cluster, Matesih
District. This research approach is a descriptive quantitative approach, with survey research methods. The sample
of the study was 98 children aged 4-5 years. Data collection techniques in this study used questionnaires and initial
interviews which were based on indicators, namely (1) observing objects around; (2) mentioning the surrounding
objects and their functions; (3) retelling information obtained from the surrounding environment; (4) attaching
objects according to shape, color and size; (5) provide an alleged reason for the occurrence of an event; (6) creating
objects into 2-dimensional works with children's own ideas. The survey results found that as many as 6 (6.12%)
children were in the underdeveloped category, namely that children could observe objects around them, say names
of objects, be able to attach objects according to their shapes. A total of 33 (33.67%) children were included in the
sufficient category, namely children were able to observe objects around, mention and know the functions of objects,
try to give reasons for an event experienced, were able to pair objects according to shape and color, and children
were able to draw the results of activities according to the child's ideas. The remaining 60.21% of children are
included in the category of development of good problem solving abilities, namely children are able to observe
objects around them, are able to mention objects around and their functions properly, are able to retell about
activities that have been carried out, are able to attach objects according to shape, color. and size, are able to
provide reasons for an event to occur, and children are able to draw and color their own children's work. Based on
the description, it can be concluded that the problem solving abilities of children aged 4-5 years in Gugus Melati,
Matesih District have various achievements.
Keywords: Profile, problem solving ability, childhood 4-5 years

148
KUMARA CENDEKIA Vol. 9 No. 3 September 2021

PENDAHULUAN dalam melakukan suatu hal, pemikiran


NAEYC (National Assosiation dalam menghadapi hambatan guna
for the Education of Young Children) mencapai tujuan, menggunakan satu
mendefinisikan anak usia dini atau lebih stategi untuk menyelesaikan
merupakan anak dengan rentang usia 0- suatu masalah, menerapkan sumber
8 tahun yang sedang mengalami pengetahuan dan mengevaluasi hasil
pertumbuhan dan perkembangan dalam upaya menyelesaikan masalah.
(Suryana, 2016). Di Indonesia, anak Terdapat enam indikator yang
usia dini merupakan individu yang digunakan dalam penelitian ini, dan
berada pada rentang usia 0-6 tahun, telah diadaptasi dari pendapat ahli.
secara lebih tegas mengenai kriteria Berikut merupakan indikator yang
tersebut diatur dalam Peraturan Menteri digunakan dalam penelitian ini yaitu 1)
Pendidikan dan Kebudayaan Republik mengamati benda disekitar; 2)
Indonesia Nomer 18 Tahun 2018. menyebutkan benda disekitar anak
Terdapat 6 aspek perkembangan yang beserta dengan fungsinya; 3)
perlu dikembangkan pada anak usia menceritakan kembali informasi yang
dini, salah satunya yaitu aspek kognitif. didapat dari lingkungan sekitar; 4)
Kemampuan kognitif anak usia memasangkan benda sesuai dengan
dini terbagi atas 3 ranah, salah satunya bantuk, warna, dan ukuran; 5)
yaitu ranah kemampuan memecahkan memberikan dugaan alasan terjadinya
masalah atau kemampuan problem suatu peristiwa; 6) mengkreasikan
solving (Permendikbud No. 137 tahun benda menjadi suatu karya 2 dimensi.
2014). Kemampuan problem solving Fakta dilapangan berdasarkan
merupakan salah satu dari banyak hasil wawancara awal menyebutkan
keterampilan yang mulai berkembang bahwa beberapa anak masih belum
di tahun-tahun awal dan berlanjut dapat menduga alasan suatu peristiwa
sepanjang hidup serta memiliki yang dialami, memasangkan benda
kontribusi besar dalam pengembangan sesuai dengan warna, bentuk, dan
penentuan masa depan anak (Diamond, ukuran dan kemudian dalam hal
2017). menggunakan benda sesuai dengan
Kontribusi besar dalam fungsi benda tersebut masi ada anak
perkembangan penentuan masa depan yang belum dapat melakukannya.
anak tersebut dimulai pada masa anak Akibat dari hal tersebut maka, dalam
mengembangkan kemampuan problem proses berlangsungnya pembelajaran,
solving dengan bantuan stimulasi dari anak cenderung menunjukan sikap
lingkungan sekitar anak. Perkembangan berupa selalu meminta bantuan guru
kemampuan ini berkaitan erat dengan dalam menyelesaikan masalah atas
dengan proses berpikir pada anak, tugas sebelum mencoba
terutama pada kemampuan anak untuk mengerjakannya sendiri. Anak masih
mengingat, menemukan ide, cenderung bersikap pasif dalam
menemukan gagasan baru, dan anak pembelajaran dan masih mengandalkan
juga mampu untuk mencapai tujuan bantuan dari guru atau orang dewasa
yang diinginkan. disekitar anak.
DeLoache, Miller, & Primayana, K, H (2019)
Pierroutsakos (Fusaro & Smith, 2018) menjelaskan bahwa dampak yang
menyatakan bahwa sebenarnya timbul akibat tetidakmampuan anak
kemampuan problem solving ini untuk mengkaitkan informasi baru
merupakan pusat pemikiran, dalam dengan peristiwa yang dialami
kemampuan ini terdapat beberapa sebelumnya akan menyebabkan anak
komponen yang mencakup tujuan tergantung kepada orang dewasa

149
KUMARA CENDEKIA Vol. 9 No. 3 September 2021

disekitar anak. Umumnya kemampuan memberikan kesimpulan dalam akhir


problem solving merupakan bagian dari penemuan solusinya. Problem solving
proses berpikir yang berkelanjutan, pada anak usia dini melibatkan proses
sehingga dibutuhkan kemandirian dan berfikir mengenai pemecahan masalah
keaktifan dari anak untuk mendapatkan yang efektif dan didalamnya anak
pengalan dan informasi baru. harus melakukan evaluasi perbedaan
Keaktifan dan kemandirian informasi untuk menentukan bukti dari
diperlukan dalam perkembangan informasi yang dimiliki (Busch &
kemampuan problem solving pada Legare, 2019). Jika terdapat
anak, sehingga anak mampu kekurangan informasi maka anak akan
menemukan solusi atas masalah yang mencari lagi solusi akan masalah, lalu
ditemui dengan berperilaku aktif dalam proses terakhir anak akan memberikan
kegiatan eksplorasi. Keterlibatan anak alasan untuk solusi yang didapatkan.
secara lagsung dalam pembelajaran dan Berdasarkan pendapat ahli
dengan mengajak anak membahas diatas maka dapat disimpulkan bahwa
mengenai cara anak menyelesaikan kemampuan problem solving anak usia
masalah dan memandang suatu masalah dini merupakan kemampuan yang
merupakan hal yang penting (Beaty, dimiliki oleh anak untuk menggunakan
2013). pengalamannnya dalam merumuskan
Berdasarkan latar belakang hipotesis, mengumpulkan data, dan
masalah diatas, maka penulis perlu merumuskan kesimpulan tentang
mengkaji mengenai profil atau informasi yang diperoleh dalam proses
gambaran kemampuan problem solving berpikir yang berkelanjutan.
anak usia 4-5 tahun se-Gugus Melati Ketrampilan dalam perilaku problem
Kecamatan Matesih. solving ini perlu dikembangkan pada
anak usia dini karena dalam kehidupan
Kemampuan Problem Solving Anak sehari-hari anak akan dihadapkan pada
Usia 4-5 Tahun berbagai permasalahan yang
Kemampuan problem solving membutuhkan kemampuan pemecahan
atau biasa disebut sebagai kemampuan masalah. Kemampuan ini membangun
memecahkan masalah, adalah salah satu kemampuan berfikir logis, kritis, dan
dari ranah pengembangan kemampuan sistematis. Berguna bagi anak pada saat
kogntif anak usia dini. Diamond (2017) anak akan mengerjakan tugas–tugas
menjelaskan bahwa kemampuan ini yang diberikan oleh guru disekolah.
merupakan tugas perkembangan bagi
anak yang harus dikembangkan. METODE PENELITIAN
Kemampuan problem solving Penelitian ini merupakan jenis
mendorong peserta didik untuk penelitian survei dengan pendekatan
mencoba bertindak secara mandiri. kuantitatif deskriptif. Jumlah subjek
Kemampuan problem solving yang dilibatkan merupakan anak usia 4-
merupakan bagian dari proses masalah 5 tahun di Gugus Melati, Kecamatan
yang lebih luas yang mencakup temuan Matesih sejumlah 98 anak. Teknik
dan pembentukan masalah (Yaumi, pengumpulan data dilakukan dengan
2012). Proses temuan masalah ini menggunakan kuesioner dan
melibatkan panca indra yang dimiliki wawancara awal. Teknik uji validitas
oleh anak untuk menyenelsaikan menggunakan validitas konstruk
masalah melalui melihat, dengan uji reliabilitas menggunakan
mengobservasi, menanya, dan bantuan SPSS 16 for windows dengan
kemudian mengambil tindakan untuk rumus alpha cronbach’s.
menyelesaikan masalah, serta

150
KUMARA CENDEKIA Vol. 9 No. 3 September 2021

Teknik analisis data dilakukan Berdasarkan hasil kuesioner


pada setiap indikator menggunakan mengenai kemampuan problem solving
rumus persentase penilaian anak pada anak usia 4-5 tahun tersebut
menurut Purwanto (2013) yang menunjukan persentase yang baik, yaitu
kemudian dikategorikan dalam sebagian besar anak menunjukan
persentase kriteria penilaian anak. perilaku dalam indikator secara intensif
Arikunto (Handini, Sukesi, & Astuti K, atau perilaku tersebut selalu ditunjukan
2019) menyatakan bahwa persentase oleh anak. Berikut merupakan analisis
kriteria penilaian anak usia dini dapat temuan dilapangan mengenai
dikategorikan dalam 3 kriteria yaitu kemampuan problem solving dengan
kategori perkembangan kurang, cukup, teori.
dan baik. Indikator pertama berupa
mengamati benda disekitar anak dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN kode MB. Hasil yang diperoleh
Kemampuan problem solving berdasarkan kuesioner yaitu mendapati
anak usia 4-5 tahun se-gugus Melati, 77 (78,60%) anak termasuk dalam
Kecamatan Matesih termasuk dalam kategori baik yaitu anak menunjukan
capaian perkembangan yang berbeda- perilaku mengamati benda dengan
beda atau bervariasi. Terbukti intensif atau secara sering, sebanyak 19
berdasarkan dengan hasil kuesioner anak (19,60%) termasuk dalam kategori
yang telah didistribusikan pada masing- cukup yaitu anak sudah mulai
masing guru selaku pengamat dan yang mengamati benda disekitarnya namun,
mengetahui perilaku yang ditunjukan masih kurang, dan sisanya anak masih
oleh anak dalam keseharian anak pada belum menunjukan perilaku tersebut.
saat disekolah. Kemudian masih ada sebanyak 2 anak
Hasil perolehan kuesioner pada (2%) yang masih belum menunjukan
masing-masing indikator yang perilaku mampu mengamati benda
digunakan dalam penelitian ini yaitu disekitar anak.
tertera sebagaimana pada diagram 1 Kegiatan atau perilaku berupa
berikut. mengamati benda disekitar, biasanya
dilakukan oleh anak sebelum memulai
90.00% atau melakukan suatu kegiatan. Anak
80.00% secara garis besar termasuk dalam
78.60% kategori baik dimana anak-anak
70.00%
mendapati hasil persentase yang tinggi.
60.00% Perilaku mengamati dilakukan dengan
50.00% 57.10% 56.10% 58.10% tujuan untuk memperoleh informasi
54.10% 52.00%
40.00% dari guru. Perilaku mengamati ini akan
43.90% 42.90%
37.80%39.80% distimulasi oleh guru dengan mengajak
30.00% 33.70% anak untuk melakukan kegiatan seperti
20.00% melihat, memperhatikan, dan
19.60%
10.00% melakukan tanya jawab kepada anak.
2.00% 2.00% 5.10% 4.10% 5.10% 8.20%
0.00% Temuan ini sesuai dengan
MB SB CK PB BD KB pendapat Dini (2019) yang menyatakan
Kurang Cukup Baik bahwa kegiatan mengamati oleh anak
dapat dilakukan dengan perilaku berupa
melihat, memperhatikan, dan
Diagram 1 Perolehan Kuesioner pada merangsang anak untuk bertanya dalam
Masing-Masing Indikator pembelajaran untuk memberikan
stimulasi atau dorongan bagi anak agar

151
KUMARA CENDEKIA Vol. 9 No. 3 September 2021

muncul rasa ingin tahu dalam proses (57,10%) anak yang selalu menunjukan
menyelesaikan masalah. Ini merupakan perilaku berupa menceritakan informasi
langkah awal bagi guru untuk yang didapatkan anak dari lingkungan
mengembangkan kemampuan problem sekitar dengan baik. Kemudian terdapat
solving, karena timbulnya rasa ingin sebanyak 37 (37,80%) yang anak telah
tahu akan memberikan dorongan bagi menunjukan perilaku berupa
anak untuk mencaritahu mengenai menceritakan informasi yang
suatu fakta. didapatkan dari lingkungan namun
Indikator kedua yaitu dengan perkembangan yang cukup,
menyebutkan benda disekitar anak yaitu anak dapat bercerita namun
beserta dengan fungsinya dengan kode dengan dibantu oleh lingkungan sekitar
SB. Kenyataan dilapangan berdasarkan anak.
hasil kuesioner anak menunjukan Sisanya sebanyak 5 (5,10%) anak
bahwa sebanyak 53 anak (54,10%) anak yang masih belum atau kurang dalam
menunjukan perilaku tersebut dengan menunjukan perilaku tersebut. Setelah
intensitas yang sering dan baik, anak melakukan kegiatan maka anak
kemudian terdapat sebanyak 43 anak akan mendapatkan suatu informasi.
(43,90%) anak masih kurang atau Guna menumbuhkan kembali ingatan
jarang menunjukan perilaku dalam pada anak, maka guru akan
indikator ini, dan sisanya sebanyak 2 memberikan stimulus atau mengajak
anak (2%) yang belum bahkan kurang anak untuk menceritakan informasi
untuk menunjukan perilaku tersebut. yang didapatkannya setelah
Menyebutkan benda disekitar menyelesaikan suatu tugas atau
anak akan mengajarkan anak agar kegiatan.
mampu untuk mengidentifikasi alat dan Sejalan dengan pendapat Busch
bahan yang akan digunakan dalam & Legare (2019) yang menyatakan
suatu kegiatan. Misalnya pada waktu bahwa dalam menyelesaikan masalah
kegiatan di sekolah, guru memberikan atau problem solving merupakan suatu
penjelasan mengenai kegiatan yang proses, dimulai dengan anak melakukan
hendak dilakukan. Kemudian anak mengetahui mengenai informasi dan
diminta untuk memperhatikan alat dan diakhiri dengan menyampaikan hasil
bahan yang hendak digunakan. informasi yang didapatkan anak. Akhir
Identifikasi merupakan salah satu dalam proses problem solving harus
bentuk dalam perkembangan dilakukan oleh anak karena hal tersebut
kemampuan problem solving, merupakan salah satu capaian yang
sebagaimana pendapat Maria (Setiasih, harus dicapai oleh anak dalam
2017) yang berpendapat bahwa perkembangan kemampuan ini.
kemampuan problem solving Indikator keempat yaitu
merupakan kemampuan untuk memasangkan benda sesuai dengan
mengidentifikasi dengan bentuk, warna, dan ukuran dengan kode
mengumpulkan data dan informasi. PB. Intensitas perilaku yang ditunjukan
Sehingga, melalui identifikasi inilah, dengan indikator ini menunjukan
maka anak akan belajar untuk mengolah bahwa anak-anak sangat baik untuk
data yang telah dikumpulkan guna melakukan perilaku ini. Hal tersebut
menemukan solusi. sesuai dengan temuan dilapangan
Indikator ketiga, yaitu bahwa sebanyak 55 (56,10%) anak
menceritakan kembali informasi yang yang selalu menunjukan perilaku
didapat dari lingkungan sekitar anak mampu memasangkan benda sesuai
dengan kode CK. Hasil kuesioner dengan bentuk, warna, dan ukuran,
menunjukan bahwa sebanyak 56

152
KUMARA CENDEKIA Vol. 9 No. 3 September 2021

seperti halnya pada saat anak bermain Guru dalam kegiatan


puzzle. pembelajaran juga melakukan stimulasi
Sebanyak 39 (39,80%) anak yang untuk mengajak anak menganalisis
masih kurang dan jarang menunjukan yang telah terjadi pada suatu benda.
intensitas perilaku berupa mampu Kegiatan ini dapat dilakukan seperti
memasangkan benda sesuai dengan mengajak anak untuk melakukan
bentuk, warna, dan ukuran dengan eksperimen. Kegiatan seperti
capaian perkembangan yang cukup. eksperimen yang diberikan oleh guru
Sisanya sebanyak 4 (4,10%) anak yang akan mengajarkan anak untuk
belum mampu menunjukan perilaku melakukan dugaan terhadap terjadinya
tersebut Memasangkan benda sesuai suatu peristiwa.
dengan bentuk, warna dan ukuran dapat Temuan tersebut sejalan dengan
dilakukan oleh anak pada saat anak pendapat Suwatra (2019) yang
bermain puzzle. Permainan menyatakan bahwa aktivitas yang aktif,
menggunakan puzzle terlihat sederhana, merupakan peristiwa peserta didik
namun pada kenyataannya bagi anak- membina sendiri pengetahuannya.
anak permainan ini memiliki tantangan Mencari arti dari apa yang mereka
untuk menyelesaikannya dan pelajari dan merupakan proses
menunjukan hasil akhir dari puzzle. menyelesaikan konsep dan ide-ide baru
Sebagaimana pendapat Susanto (2011) dengan kerangka berfikir yang telah ada
yang menyatakan bahwa salah satu dan dimilikinya.
pengukuran dalam kemampuan Terakhir yaitu indikator
problem solving adalah pada saat anak mengkreasikan benda menjadi suatu
mampu mengelompokan benda dengan karya 2D dengan ide anak sendiri
persamaan bentuk, warna, dan ukuran. dengan kode KB. Hasil kuesioner
Proses berfikir pada anak akan lebih menunjukan bahwa sebanyak 57
berkembang ketika anak mendapatkan (57,10%) anak yang selalu menunjukan
tantangan untuk mengelompokan benda perilaku berupa berkreasi dengan ide
berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran. anak sendiri seperti menggambar atau
Proses berfikir yang didalamnya juga mewarnai dan memiliki capaian yang
mencakup proses problem solving ini baik, kemudian sebanyak 33 (33,70%)
akan mengajarkan anak untuk mencapai anak masih cukup dalam menunjukan
tujuan akhir berupa hasil dari rangkaian perilaku atau jarang menunjukan
puzzle yang telah disatukan. perilaku untuk menggambar secara
Kemudian pada indikator mandiri, dan sisanya terdapat 8 (8,20%)
memberikan dugaan alasan terjadinya anak yang belum menunjukan dapat
suatu peristiwa dengan kode BD, melakukan perilaku tersebut.
menunjukan bahwa terdapat sebanyak Kreatifitas anak termasuk dalam
51 (51%) anak yang selalu menunjukan hal cara berfikir dan mencari jalan
perilaku berupa mengutarakan dugan keluar menemukan suatu. Diamond
atas terjadinya suatu peristiwa yang (2017) menjelaskan bahwa melalui
dialami oleh anak dengan capaian hasil karya yang diciptakan oleh anak
perkembangan yang baik, sedangkan maka hal tersebut merupakan bagian
terdapat 42 (42,90%) anak yang mampu dari proses penyelesaian masalah yang
megutarakan perilaku tersebut namun, perlu diapresiasi oleh guru. Hasil karya
masih cukup dalam perkembangannya yang dibuat oleh anak merupakan
atau jarang menunjukan perilakunya, gambaran dari yang anak lihat, anak
dan sisanya sebanyak 5 (5,10%) anak rasakan dan juga anak pahami, dalam
yang belum mampu menunjukan proses problem solving yang dialami
perilaku tersebut. oleh anak maka anak akan

153
KUMARA CENDEKIA Vol. 9 No. 3 September 2021

menghasilkan karya yang berbeda-beda berbagai aspek. Jakarta :


sesuai dengan yang dipahami oleh anak. Kencana Prenada Media Group.
Selanjutnya guru selaku pembimbing
bagi anak patutnya memberikan Beaty, J. J. (2013). Opservasi
apresiasi kepada anak dengan hasil perkembangan anak usia dini
karya yang anak telah berhasil buat. edisi ketujuh. Jakarta:
Prenadamedia Group.
SIMPULAN
Busch, J. T., & Legare, C. H. (2019).
Penelitian ini telah dilaksanakan
Using data to solve problems :
dengan tujuan yaitu untuk mengetahui
children reason flexibly in
gambaran kondisi dari kemampuan
response to different kinds of
problem solving terkhusus pada anak
evidence. Journal of
usia 4-5 tahun. Hasil kuesioner yang
Experimental Child
telah disebarkan kepada guru
Psychology, 183(6), 172-188.
menunjukan grafik perbedaan pada
https://doi.org/10.1016/j.jecp.2
masing-masing indikator
019.01.007.
perkembangan problem solving pada
anak-anak. Kemudian, hasil kuesioner Diamond, L. L. (2017). Problem
yang telah dianalisis juga telah solving in the early years.
menunjukan bahwa terdapat variasi Intervention in School and
perkembangan kemampuan problem Clinic, 53(4), 220-22
solving pada anak-anak usia 4-5 tahun .https://doi.org/10.1177/105345
di Gugus Melati, Kecamatan Matesih. 1217712957
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah
dikemukakan sehingga, mendapati hasil Fusaro, M., & Smith, M. C. (2018).
bahwa sebanyak 6 (6,12%) anak yang Preschoolers' inquisitiveness
termasuk dalam karegori kurang, and science-relevant problem
kemudian sebanyak 33 (33,67%) anak solving. Early Childhood
yang termasuk dalam kategori cukup, Research Quarterly, 4(2), 119-
dan sisanya sebanyak 60 (60,21%) anak 127.
yang termasuk dalam kategori http://doi.org.10.1016/j.ecresq.
perkembangan yang baik. 2017.09.002
Oleh karena itu, berdasarkan
hasil analisis ini maka dapat diketahui Handini, S., Sukesi, & Astuti K, H.
bahwa stimulasi dan juga bimbingan (2019). Strategi pemberdayaan
yang diberikan baik itu dari orang tua masyarakat dalam upaya
maupun dari guru akan memiliki hasil pengembangan umkm wilayah
yang berbeda pada masing-masing anak pesisir. Surabaya: Scorpio
karena disesuaikan dengan pola pikir Media Pustaka.
yang dimiliki oleh anak. Semakin Peraturan Menteri Pendidikan dan
sering anak diberi stimulasi dalam hal Kebudayaan Republik
memecahkan masalah maka anak akan Indonesia Nomor 146. 2014.
semakin berkembang kemampuan Tentang standar nasional
untuk memecahkan masalahnya sendiri. pendidikan anak usia dini.
Jakarta: Kementerian
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan dan Kebudayaan
Ahmad, S. (2011). Perkembangan anak Republik Indonesia
usia dini : pengantar dalam Phumeechanya, N & Wannapiroon, P.
(2014). Design of problem-based

154
KUMARA CENDEKIA Vol. 9 No. 3 September 2021

with scaffolding learning Suryana, D. (2016). Pendidikan anak


activities in ubiquitous learning usia dini : stimulasi aspek
environment to develop problem- perkembangan anak. Jakarta:
solving skills. Social and Prenadamedia Group.
Behavioral Science, 116 (2),
4803-4808.https://doi.org. Suwatra, I. W., Magta, M., &
10.1016/j.sbspro.2014.01.1028 Christiani, C. L. (2019). Pengaruh
media busy book terhadap
Primayana, K, H. (2019). Menciptakan kemampuan problem solving.
pembelajaran berbasis Jurnal Mimbar Ilmu, 24 (2) 25-
pemecahan masalah dengan 27.
berorientasi pembentukan
karakter untuk mencapai tujuan Widoyoko, Putro. E. (2013). Teknik
higher order thingking skills penyusunan instrumen penelitian,
(hots) pada anak sekolah dasar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jurnal Agama dan Budaya, 3 (2)
Yaumi, M. (2012). Pembelajaran
85-92
berbasis multiple intelligences.
Retnaningrum, W. (2016). Peningkatan Jakarta: Dian Rakyat.
perkembangan kognitif anak usia
dini melalui media bermain
memancing. Jurnal Pendidikan
dan Pemberdayaan Masyarakat,
3 (2) 207-218.
Robbins, S. P & Judge, T. A. (2015).
Perilaku organisasi. terj. ratna
saraswati & febriella sirait.
Jakarta : Salemba Empat.
Setiasih. et.al. (2020). Developing
problem solving skill using
project based learning. Jurnal
Pendidikan Usia Dini, 12 (1), 29–
36
Sugiyono. (2012). Metode penelitian
kuantitatif, kualitatif, dan r&d.
Bandung. Alfabeta
Setyowati. D, N. (2018). Penerapan
permainan kreatif mencari harta
karun untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan
masalah pada anak kelompok b di
taman kanak-kanak. Jurnal
Pinus. 3 (2) 111-117
Sujiono, Y, N. (2014). Metode
pengembangan kognitif.
Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka

155

Anda mungkin juga menyukai