Anda di halaman 1dari 5

HASIL RESENSI NOVEL

“SABTU BERSAMA BAPAK”

NAMA : ARIEL NURHALIQ PULUMODUYO


KELAS : XI IPA 3

SMA NEGERI 1 TELAGA


KAB. GORONTALO. POV. GORONTALO
T. A. 2021/2022
• Judul buku : Sabtu Besama Bapak

• Penulis : Adhitya Mulya

• Penerbit : Gagas Media

• Tahun terbit : 2016

• Kota terbit : Jakarta

• Cetakan ke- : 25

• Tebal buku : 278 halaman; 13 x 19 cm

Ringkasan
Ada seorang bapak bernama Gunawan Garnida, seorang Bapak dari keluarga
sederhana yang harus pergi untuk selama-lamanya meninggalkan seorang istri
bernama Itje dan dua anaknya, Satya serta Cakra. Gunawan Garnida meninggalkan
“warisan” yang kelak akan menjadi bekal penting bagi istri kedua anaknya ketika
telah tiada.
Sebelumnya, sewaktu masih hidup dan mengetahui bahwa umurnya tak panjang lagi
karena penyakit kanker yang diderita, Gunawan Garnida mulai melakukan langkah-
langkah yang luar biasa. Hal yang kelak akan sangat berguna bagi istri dan kedua
anaknya. Sewaktu kedua anaknya, Satya serta Cakra masih kecil, Gunawan Garnida
selalu merekam banyak video-video yang berisi pesan-pesan hidup yang bijak dan
bermanfaat.
Gunawan Garnida paham betul, kelak, rekaman tersebut akan sangat membantu
kedua anaknya meskipun sosok Bapak telah tiada di antara mereka. Maka semenjak
Bapaknya meninggal, Satya dan Cakra selalu menonton video-video peninggalan
Bapak. Hal itu mereka lakukan setiap hari Sabtu, hingga menjadi rutinitas yang terus
mereka lakukan setiap minggunya.

Keberadaan rekaman video tersebut mulai dirasakan pengaruhnya oleh Cakra dan
Satya. Satu ketika Cakra merasakan kerinduan yang sangat pada Bapaknya. Ia
memutar video tersebut terus-menerus. Merasakan kenangan saat-saat bersama
Bapak hingga berkali-kali hingga tanpa terasa ia telah melihat rekaman tersebut
sampai pagi menjelang. Melihat rekaman tersebut, ia merasa seakan Bapak masih ada,
ia hadir di hadapannya dan berbicara banyak hal padanya. Cakra menitikkan air
mata, merasakan betapa berharganya remakan-rekaman tersebut bagi dirinya.

Selain soal rekaman video dari Bapak tersebut dan bagaimana itu menjadi bekal
berharga bagi Bu Itje beserta kedua anaknya dalam menjalani hidup, cerita dalam
novel ini juga berlanjut dengan kehidupan Satya dan Cakra yang semakin tumbuh
dewasa.

Ada kisah tentang Cakra yang belum juga mendapatkan pasangan. Padahal dari segi
usia dan pekerjaan sudah mencukupi. Namun pada akhirnya Cakra berhasil
menemukan pujaan hatinya. Kemudian Satya yang mulai memiliki istri dan anak.
Bagaimana ia mengarungi kehidupan baru bersama keluarga kecilnya. Bagaimana
pesan-pesan dari Bapak yang kerap ia lihat bisa memengaruhi dan memberikan bekal
bagi Satya dalam membangun keluarga barunya. Hingga suatu saat terjadi konflik
keluarga di tengah-tengah keluarga kecil Satya. Istri Satya menganggap Satya terlalu
berlebihan mengikuti aturan dari bapak nya. Dan istri Satya merasa kalau Satya lebih
baik tidak terlalu mengikuti jejak bapak nya karena dia hidup sebagai Satya bukan
sebagai bapak. Namun pada akhirnya Satya sadar bahwa nasihat bapaknya hanyalah
sebagai pengingat saja bukan sebagai keharusan.
Kelebihan
Novel ini penuh dengan amanat yang dapat kita petik, pelajari dan terapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya, novel ini membahas tentang parenting
yang baik, sosok seorang bapak yang baik, arti kekeluargaan yang sesungguhnya,
novel ini juga mengajarkan kita arti dari kesabaran, ketulusan, dan kasih sayang.

Novel ini juga memiliki alur menarik dan tata bahasa yang mudah dipahami karena
menggunakan bahasa sehari–hari. Ukuran buku dan jenis kertas yang terasa ringan
membuat pembaca nyaman. Desain sampul dan tata letak buku juga menarik
membuat pembaca semakin betah membaca novel ini berlama–lama.

Kekurangan
Ukuran font yang digunakan sedikit kecil, sehingga agak sulit untuk dibaca dan
membuat mata pembaca lebih cepat lelah.

Anda mungkin juga menyukai