Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN RESENSI BUKU "JANGAN

BUANG IBU, NAK.."


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Penelitan
Kita disini juga telah diajarkan untuk mengetahui bagaimana luasnya cakrawala
kehidupan yang pada kenyataannya sedang kita jalani. Sebenarnya hal ini bukanlah
hal yang langka atau jarang kita dengar. Tetapi, karena kesadaran serta tingkat
kepedulian yang rendah, membuat hal ini terlihat sepele. Hal itu adalah kurangnya
rasa belas kasih serta balas budi terhadap kedua orang tua, terutama ibu. Ya,
memang benar sosok kedua orang tua tidak pernah meminta balas budi si anak.
Namun si anak tentu akan salah, saat semua hasil jerih payah serta pengorbanan
kedua orang tuanya tidak dihargai. Orang tuamemang tidak pernah
mempermasalahkan hal tersebut. Akan tetapi, apa salah jika kita menyadari
seberapa besar pengorbanan mereka terhadap kita? Tidakkah ada rasa
ingin membalas kebaikan mereka di dalam benak seorang anak itu? Semua akan
terlihat jelas, diamana letak kesalahan seorang anak yang akan digambarkan
dalam kisah hidup keluarga Restiana.

1.2. Tentang Buku


Judul Buku : Jangan Buang Ibu, Nak...
Nama Pengarang : Wahyu Derapriyangga.
Nama Penerbit : Wahyu Qolbu.
Tahun Terbit : 2014.
Jumlah Halama : 209.
Harga Buku : Rp 38000,00.-
BAB II
LAPORAN ISI BUKU
2.1. Sinopsis
Restiana tidak mengerti mengapa anak-anaknya tega mengantarkan ia ketempat ini.
Tempat dimana Restiana tidak lagi menemukan kehangatan keluarga.
Sunyi,dingin,dan tanpa setitikpun gairah hidup. Ya, inilah PANTI JOMPO! Tempat
dimana para anak menitipkan orang tuanya karena enggan merawatnya. Tempat
dimana para anak yang sibuk sehingga memilih tempat terbaaik ini. Dimana para
lansia tidak dapat mengganggu kesibukannya dan kebahagiaan mereka. Di tempat
ini Restiana menghitung hari menanti maut datang menjemput. Kini tidak hanya
fisik Restiana yang semakin rapuh akibat serangan stroke. Melainkan hatinya juga
yang telah hancur karena menghadapi kenyataan bahwa ia telah dibuang oleh anak
kandungnya sendiri. Anak yang telah ia besarkan dengan darah dan air mata tetapi
balasannya dengan perlakuan mereka yang seperti ini. Apa salah Restiana? Mengapa
disaan ia telah tua dan rapuh ia butuh perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya
tetapi dia malah mendapatkan perlakuan seperti ini dibuang di panti jompo.
Restiana berfikir apa perjuangan dia selama ini kurang untuk membahagiakan
anaknya sehingga anaknya tega membuang Restiana ke panti jompo. Perjuangan
Restiana hanya ingin dibalas dengan cara pada saat ia tua ia ingin anaknya
mengurus ibunya yang telah renta,dan ia menginginkan ketika ia sudah meninggal
anaknya berada disampingnya,tetapi kenyataannya sampai Restiana
menghembuskan napas terakhirnya tidak ada seorang anak pun yang menjenguknya.
2.2. Unsur Intrinsik
Judul : Jangan Buang Ibu, Nak.
Tema :
Perjuangan seorang ibu untuk menghidupkan ketiga anaknya sendiri
Latar :
1. Jakarta
2. Monas
3. Rumah sakit
4. Bogor
5. Bengkulu
6. Yogyakarta
7. Aceh
8. Panti jompo
Pengarang : Wahyu Derapriyangga.
Amanat :
jangan menyia-nyiakan perjuangan orang tua yang sudah susah payah untuk
berjuang menghidupi dan berusaha membahagiakan anak-anaknya sampai titik
darah penghabisan. Jadilah anak yang tau balas budi kepada orang tua.
Tokoh :
Ibu Restiana, Suami Ibu Restiana, Sulung, Tengah, Bungsu, Wulan, Bu Sumi, Suami
Bu Sumi, Kedua Orang Tua Wulan, Euis, Suami Bungsu.
Alur :
Maju mundur.Alur maju karena pada cerita di awal novel menceritakan ketika ibu
Restiana telah di panti jompo. Alur mundur karena menceritakan tentang
perjuangan ibu Restiana menghidupkan anak-anaknya
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan kisah yang telah kami baca yang berjudul “Jangan Buang Ibu, Nak.”
Menggambarkan sikap seorang anak yang tidak tahu terimakasih kepada ibunya,
kasih sayang yang telah diberikan oleh ibunya kepada ketiga anaknya tidak berbalas
baik,hal ini yang membuat ibu Restiana tidak mengerti mengapa semua kebaikan
yang ia lakukan tetapi anaknya malah membuangnya ke panti jompo. Novel yang
dikarang oleh Wahyu Derapriyangga yang berjumlah 209 halaman.

3.2. Saran
Dengan membaca novel ini semoga sang pembaca bisa menjadi seorang anak yang
berbakti kepada orang tua, dan bisa menghargai kerja keras seorang ibu untuk
menghidupi dan mencapai kesuksesan anaknya

Jangan Buang Ibu, Nak


(0 customer rating)
Bagikan
Penulis : Wahyu Dera Priyangga
Penerbit : Wahyu Qolbu
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 9789797958565
Jumlah Halaman : 209 hlm Halaman
Sisa stock : 6 buku

Rp 42.000,-
Tambahkan ke keranjang

Kembali

SINOPSIS
Restina tidak mengerti, mengapa anak-anaknya tega mengantarkan ia ke tempat ini. Tempat
di mana Restiana tidak lagi menemukan kehangatan keluarga. Sunyi, dingin, dan tanpa
setitikpun gairah kehidupan. Ya, inilah PANTI JOMPO! Tempat di mana para anak menitipkan
orangtuanya karena enggan merawatnya. Tempat terbaik di mana para lansia tidak lagi
dapat mengganggu kesibukan dan kenahagiaan mereka, anak-anknya. Di tempatini Restiana
menghitung hari, menanti maut dating menjemput. Kini tidak hnya fisik Restiana yang
semakin rapuh akibat serangan stroke, melainkan hatinya juga hatinya telah hancur
menghadapi kenyataan bahwa ia telah “dibuang” oleh anak kandungnya sendiri. Anak yang
telah ia besarkan dengan darah dan air mata, tetapi membalasnya dengan perlakuan seperti
ini. Apa salah Restiana? Mengapa disaat ia telah tua dan rapuh, disaat ia butuh perhatian dan
kasih saying dari anak-anaknya, ia malah mendapat perlakuan seperti ini? Novel ini berkisah
tentang perjuangan seorang ibu yang tulus kepada anak-anaknya. Meskipun balasan dari
anak-anaknya sama sekali bertolak belakang atas apa yang telah ibunya berikan.

Identitas Buku
Resensi judul : Perjuangan Seorang Ibu
Judul buku : Jangan Buang Ibu Nak
Penulis : Wahyu Derapriyangga
Jenis buku : fiksi
Penerbit : Wahyu Qolbu
Cetakan I : Jakarta,2014
Tebal : 209 halaman

Perjuangan Seorang Ibu


1. Orientasi
Jangan buang ibu nak , adalah novel karya Wahyu Derapriyangga yang
menceritakan tentang perjuangan seorang ibu yang tinggal di Ibu kota.
Ia bernama Restiana,ia harus menghidupi ketiga orang anaknya yaitu
Sulung,Tengah dan Bungsu. Sulung dan Tengah adalah anak lelaki
sedangkan si Bungsu adalah perempuan. Restiana harus menghidupi
ketiga anaknya tersebut semenjak suaminya meninggal karena
kecelakaan. Untung saja ia tinggal di lingkungan masyarakat yang
cukup baik, salah satunya adalah bu Sumi. Bu Sumi adalah tetangga
sebelah rumahnya yang bersedia menjaga anak-anaknya ketika
Restiana sedang mencari nafkah.
2. Tafsiran(isi buku/sinopsis)
Pada awal kisah novel ini, sang penulis Wahyu Derapriyangga
menceritakan perjuangan seorang ibu yaitu Restiana untuk menghidupi
dan mendidik anak-anaknya setelah suaminya meninggal. Kenyataan
pahit yang ia alami itu bermula dari suaminya yang meninggal karena
kecelakaan, ketika menyebrangi jalan saat menjemput si Sulung di
sekolahnya. Ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan si
sulung yaitu putra pertamanya. Dari situlah Restiana mulai mencari
nafkah sendiri, Restiana harus menjadi seorang ibu sekaligus kepala
rumah tangga yang tak pernah ia bayangkan dan rasakan sebelumnya.
Setiap ia akan mencari nafkah ia menitipkan si Bungsu yang masih
digendong-gendong kepada bu Sumi. Perjuangan seorang ibu ini yaitu
Restiana ia jalani bersama ketiga anaknya selama puluhan tahun
lamanya. Ia harus menjalani pedihnya kehidupan yang ia jalani, namun
ia tak pernah patah semangat karena anak-anaknya selalu sayang
kepadanya dan memberikan semangat kepadanya. Puluhan tahun kini
telah berlalu. Kini anaknya sudah ada yang menikah yaitu si Tengah,
Tengah menggantungkan hidupnya di sebuah ladang. sampai akhirnya
si Bungsu pun menyusulnya, ia menikah dengan Junaedi ia seorang
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia(Abri). Ibunya pun Restiana
tinggal bersama si Bungsu di Yogyakarta. Ia dirawat oleh Bungsu dan
Junaedi menantunya. Sampai pada suatu ketika menantunya mendapat
tugas di Aceh. Si Bungsu pun memilih untuk ikut bersama
suaminya,akhirnya ibunya yang sedang sakit stroke ia titipkan di panti
jompo. Tangis sedih pun pecah saat mereka menitipkan ibunya di panti
jompo saat-saat terakhir mereka berjumpa. Si Bungsu menangis tak
tertahan, ibunya pun merasakan adanya tetesan air mata ditangannya
saat akan berpamitan. Hanya derai air mata yang membasahi pipi sang
ibu saat anaknya berpamitan. Ibunya hanya berfikir apakah ini
kehendakmu ?. Ibunya menanyakan keberadaan kak Tengah,berharap
ia masih mau mengurusnya. Tetapi Bungsu menolak karena alasan
jarak yang jauh. Padahal dimasa tuanya ia ingin diurus oleh anak-
anaknya, belum lagi ia melihat berita di TV bahwa anaknya si Sulung
yang berada di Jakarta ia tertangkap polisi karena narkotika. Padahal
Sulung pernah mengirim surat bahwa ia telah di wisuda dan bekerja di
Malaysia, tapi semua itu bohong Sulung telah berhenti kuliah sejak
tahun 1993. Sekarang Restiana tak punya siapa-siapa lagi ia hanya
tinggal di panti jompo dan dirawat oleh seorang wanita yang bukan
anaknya. Ia merawatnya dengan ikhlas, Restiana menyebutnya
malaikat. Restiana masih terus berfikir tentang anak-anaknya yang
melupakannya padahal perjuangannya begitu besar. Hingga akhirnya ia
jatuh sakit, dan ajal menjemputnya pada tanggal 10 september 2011 ia
meninggal tanpa ada anak-anaknya di sampingnya dan tanpa ada anak-
anaknya yang mengetahuinya. Padahal harapan Restiana ia ingin anak-
anaknya berada di sampingnya saat maut menjemputnya. Sebelum
Restiana meninggal ia memberikan secarik surat kepada malaikatnya
tentang persaannya terhadap anak-anaknya.
3. Evaluasi(kelebihan)
Kelebihan novel ini membuat para pembaca dapat mengintrospeksi diri
tentang kewajiban seorang anak memuliakan seorang ibu, dan pembaca
bisa lebih tahu teguhnya perasaan seorang ibu ketika anak-anaknya
tidak berpihak padanya. Novel ini juga di kemas dengan bahasa yang
mudah dimengerti sehingga para pembaca tidak sulit untuk
menafsirkannya.
4. Evaluasi(kekurangan)
Kekurangan novel ini adalah terdapat penulisan yang salah,Sehingga
harus diperbaiki kembali. Agar para pembaca tidak bingung mengartikan
bacaan tersebut.
5. Simpulan
Novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan agar semua tahu bahwa ibu adalah
satu-satunya orang yang tulus menyayangi kita tanpa pamrih,syarat,dan
menerima kita kapanpun,berkorban tanpa meminta imbalan, dan bahkan kita
tidak sadar dan tidak tahu bahwa seorang ibulah yang selalu mendoakan kita di
manapun kita berada. Hanya ibu yang tulus membahagiakan kita,ibu juga yang
selalu membawa surga kita. Ibu adalah malaikat tanpa sayap. Karena seorang
ibu selalu menginginkan anaknya sukses dan ketika ibu tiada hanya doa
anaknya yang soleh dan solehahlah yang akan selalu menyertainya. Jadi
janganlah kamu sekali-kali kurang ajar terhadap ibumu.

Bahasa Indonesia
1. Resensi Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
1) Identitas Buku

Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit : November 2011
Jumlah halaman : 256 halaman
Warna sampul : Hijau-coklat
Ukuran sampul :13.5 x 20 cm
Harga novel : Rp.45.000
Jumlah cetakan : 264
Kota terbit : Jl. Palmerah barat 29-37 Blok. 1 Jakarta
ISBN : 978-979-22-5780-9
No Produk : 40101100021

2) Sipnosis
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan
jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji
masa depan yang lebih baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan
kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku
membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku,
Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak
rambutku masih dikepang dua. Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah
menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke
bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut-
kan dari tangkai pohonnya.

3) Unsur intriksik
a. Tema : Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan
b. Gaya Bahasa:
a) Hiperbola : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang
segera ke Jakarta (Hal. 230)
b) Metafora : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun
menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
c) Personifikasi :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras,
ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d) Personifikasi :Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)

c. Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama


d. Tokoh dan Penokohan:
Tania:
 Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
 Ramah (Disukai banyak orang)
 Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
 Pantang menyerah (Menjalani
Dede:
 Suka iseng
 Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)
 Sifat polos yang kental
Ibu
 Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin berjualan kue, demi membiayai anak-
anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
 Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)
Danar :
 Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
 Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania, dan mengorbankan
perasaannya untuk Ratna)
 Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal)
 Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam hatinya
Ratna:
 Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka
buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
 Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan
Danar)
Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka
menikah)

e. Alur : Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran
f. Latar :
Tempat : Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
Waktu : Pagi, siang, sore dan malam
Suasana : Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g. Amanat :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah
meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan dan
menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h. Plot :
 Perkenalan:
Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan
Dede, adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga
banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa
bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.

 Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke
pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
 Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin.
Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
 Antiklimaks:
Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada
akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan
tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di
Indonesia.
4) Unsur Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan
ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa
Tania.

Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit
yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh
Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang
menghalanginya.
Memegang janji ‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada
Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua
kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)
2. Resensi Novel Cinta Suci Zahrana
1) Identitas Buku

Judul : Cinta Suci Zahrana


Nama pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Ikwah Publishing House
Terbit : Mei 2011
Cetakan : Pertama
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Jumlah halaman : 284 halaman
Warna sampul : Coklat
Ukuran sampul :15 x 25 cm
Harga novel : Rp.47.000
Kategori : Novel Dewasa
ISBN : 978-602-98221-6-8

2) Sinopsis Novel Cinta Suci Zahrana


Cinta Suci Zahrana menceritakan seorang tokoh yakni Zahrana yang memiliki
keinginan untuk berjuang dalam menuntut ilmu sampai ke jenjang S3 di luar negeri yakni di
Cina. Dengan kegigihannya dalam berjuang melupakan dia dalam membangun rumah tangga.
Namun, orangtua dan temannya menyadarkan dia untuk menikah sebelum melanjutkan studi
S3-nya. Ia pun tersadar dengan sendirinya dan mengubah pendiriannya untuk mengikuti
nasehat dari orangtua dan temannya. Ia mengubah untuk membangun rumah tangga sebelum
melanjutkan studinya. Namun, setelah ia menikah, ia tetap bertekad untuk melanjutkan
studinya di luar negeri seperti yang dicita-citakan.
Zahrana akhirnya memutuskan untuk memilih suami yang berakhlak mulia untuk
dijadikan imam bagi anak-anaknya. Dengan pilihannya tersebut, ia menolak beberapa
lamaran bahkan lamaran Pak Sukarman yang merupakan dekannya yang sangat ia hormati
pun ditolak karena akhlaknya yang kurang baik di mata Zahrana. Meskpun di umur yang
sudah tua yakni 34 tahun, ia tidak perduli, yang penting baginya adalah impiannya untuk
menikah dengan suami yang dapat dijadikan imam bagi rumah tangganya. Hal ini dilakukan
karena Zahrana ingin rumah tangganya bahagia dan memiliki anak-anak yang saleh.
Kekuatan niatnya akhirnya membuahkan hasil yang ia harapkan. Ia akhirnya menikah
dengan mahasiswanya Hasan. Hasan terkenal dengan watak yang seperti ia harapkan. Setelah
pernikahannya dengan Hasan akhirnya ia melanjutkan studinya di Cina dengan biaya
beasiswa yang dijanjikan salah seorang dosen yang ada di Universitas tempat Zahrana studi.
Akhirnya kebahagiaanlah yang dialami Zahrana. Kebahagiaan karena impiannya tercapai
yakni menikah dengan suami yang berakhlak mulia dan dapat melanjutkan perjuangannya
untuk menuntut ilmu di luar negeri dengan biaya beasiswa.
3) Analisis unsur Fiksi dalam novel Cinta Suci Zahrana
Unsur Intrinsik
a. Tema

Tema adalah dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Nurgiyantoro
(2010:70). Tema dalam novel tersebut adalah cita-cita atau keinginan yang tulus akan dapat
tercapai apabila selalu berusaha, berdoa dan tawakal. Kegigihan seorang Tokoh Zahrana
dalam mengejar cita-cita hingga lalai dalam membina rumah tangga. Tema tersebut
tergambar dari perjuangan seorang wanita dalam memilih pasangan hidupnya sesuai dengan
idamannya, yakni yang tampan, saleh, cerdas, dan dapat dijadikan imam bagi rumah
tangganya demi kebahagiaan dalam menempuh hidup berumah tangga. Meskipun ditengah
perjuangannya, banyak kejadian-kejadian yang dapat membuat zahrana kecewa, namun
zahrana tetap sabar dalam menghadapinya.

b. Alur
Suatu alur cerita atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangka cerita di mana bagian-
bagian lain cerita itu disangkutkan, sehingga cerita itu kelihatan menjadi suatu bangunan
yang utuh. Alur terbagi dari tiga bagian, yaitu alur maju, alur mundur dan alur bolak balik.
Alur maju adalah alur yang urutan peristiwanya menceritakan dari awal hingga akhir. Alur
mundur adalah alur yang urutan peristiwanya menceritakan dari kini berbalik ke dulu. Alur
bolak balik adalah alur yang urutan peristiwa berbentuk bolak balik, cerita bergerak maju lalu
kadang mundur dan maju kembali, alur seperti ini juga sering disebut alur campuran.
(Hamidy, 2001: 26).
Berdasarkan analisis, alur yang digunakan pengarang adalah alur maju. Hal ini dapat
dilihat dari Zahrana yang merasakan kebahagiaan yang tidak sempurna terhadap prestasi
yang diraihnya. Disebabkan teringat oleh orang tuanya yang tidak merespon baik
penghargaan yang diraihnya, pada tujuannya adalah untuk membahagiakan orang
tuanya. “tetapi kenapa orangtuanya seperti tidak mengerti juga apa yang telah ia lakukan?
Saat ia menerima undangan dari Beijing dan ia beritahukan kepada mereka, mereka
menanggapinya biasa-biasa saja. Seperti tidak ada yang istimewa. Padahal itu adalah
undangan istimewa dan luar biasa” (2011:2) Selanjutnya, orang tuanya mendesak agar cepat
membina rumah tangga, namun ia masih juga belum menemukan pasangan yang tepat.
Kemudian datanglah sesosok pak Karman yang sangat buruk dimata Zahrana, lamaran itu
ditolak. Setelah itu, Zahrana ingin menikah dengan seorang pedagang kerupuk keliling, tetapi
nasib berkata lain, pedagang kerupuk itu meninggal dunia sehari sebelum resepsi pernikahan.
Akhirnya, Zahrana menemukan sosok Hasan, seorang mahasisiwa yang pernah menjadi
mahasiswanya tersebut dan menikah dengan Hasan. Barulah Zahrana melanjutkan studinya
S3 ke China bersama Hasan untuk S2.
c. Latar
“Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang
berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung”. (Stanton, 2007: 35).
Adapun dalam novel Cinta Suci Zahrana memiliki latar tempat di Semarang, UNDIP,
Yogyakarta, UGM, Bandung, ITB, China (Beijing), Pesantren, dan di Masjid.
d. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat yang secara segaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang terbagi tiga, yaitu: (1) sudut pandang
persona ketiga “Dia”, yang terdiri dari “dia” maha tahu dan “Dia” terbatas, “Dia” sebagai
pengamat. (2) sudut pandang persona pertama: “Aku”, terdirir dari “Aku” tokoh utama dan
“Aku” tokoh tambahan. (3) sudut pandang Campuran. (Nurgiyantoro, 2010:248-266)

Pengarang mengggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” maha tahu. Terlihat dalam
kutipan berikut ini.
“hari sudah gelap. Pak Munajat masih di mushalla. Seperti biasa orang tua itu akan tetap
berada di mushalla sampai isya. Bu Nuriyah membaca Al-Quran dengan mengeja terbata-
bata. Zahrana merasa lebih segar tubuhnya. Setelah istirahat, mandi dan sholat maghrib ia
kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil mendengarkan ibunya mengaji”. (2011:
154)
e. Gaya Bahasa

Gaya adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang
akan diungkapkan. (Nurgiyantoro, 2010: 227)

Berdasarkan analisis, pengarang menggunakan bahasa Indonesia dan beberapa bahasa jawa.
Seperti, “yang penting pesan ibu, tutukno sekolahmu. Sekolaho sak duwur-duwure yo
ndukben ora asor uripmu”. (2011:8).
f. Tokoh dan Penokohan

“Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita dan perwatakan menunjuk pada
penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita”
(Nurgiyantoro, 2010: 165).Berikut beberapa tokoh yang terdapat dalam novel tersebut:
1. Tokoh Zahrana yang selalu sabar dalam menanti jodoh yang shaleh, yang memiliki prestasi
belajar cukup baik hingga sampai ke China.

2. Tokoh kedua orang tua zahrana yang terus mendesak agar cepat menikah dan tak ingin
zahrana terus mengejar prestasinya yang terlalu sering diraihnya.
“Bu! Tanya anakmu ini, sampai kapan dia mau senang-senang cari gelar, cari penghargaan,
dipuji-pujikepinteranny. Sampai lupa umur dan jadi perawan tua. Sampai kapan begini
terus?” kata Pak Munajat lebih keras.(2011:115)
3. Tokoh Pak Karman adalah seorang dekan Fakultas Teknik yang memiliki sifat yang buruk,
yang sangat tidak terpuji. Sifat pak Karman yang tergambar jelas dari pesan singkat, saat
Zahrana menolak lamarannya.

”Sedang apa perawan tua?”


”Ternyata jadi perawan itu indah”
”Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging Tuamu yang sudah busuk di
kerubung lalat”. (2011:223)
4. Tokoh Lina sebagai sahabat zahrana yang baik, yang selalu mendengarkan semua keluhan
zahrana.

“wajah sejik sahabatnya terbayang dipelupuk matanya. Ia sangat beruntung punya sahabat
sebaik Lina. Meneduhkan dikala gelisah, dekat dikala susah, mengobati dikala sakit dan
mesra dikala bahagia. Itulah sahabat sejati. Itulah Lina”. (2011:21)
g. Amanat

Pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam novel ini adalah seorang harus sabar,
tawakal, beusaha dan berdoa dalam menempuh cita-citanya serta selalulah memohon kepada
Allah SWT dalam memilih jodoh.
Unsur Ekstrinsik
a. Kepengarangan

HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY yang lahir di Semarang 30 September 1976.


Merupakan alumni dari Universitas Al Azhar. Banyak menulis karya yang membangun jiwa.
Novelnya yang terkenal salah satunya adalah Ayat-Ayat Cinta. Karyanya sarat akan pesan-
pesan islami, pesan-pesan yang mendidik untuk seluruh umat manusia. Kini selain menulis
dan berdakwah, beliau juga menjadi Liga Sastra Islami Dunia (The International League for
Islamic League) atau Rabithatul Adab Al Islam Al’Alamiyyah, cabang Indonesia, sebuah
wadah bagi sastrawan muslim terkemuka didunia islam yang berpusat di Riyadh, Saudi
Arabia.

Berikut adalah beberapa penghargaan yang diterimanya:


1. PENA AWARD 2005, Novel Terpuji Nasional, dari forum Lingkar Pena.
2. THE MOST FAVORITE BOOK 2005, versi majalah Muslimah.
3. REPUBLIKA AWARD, sebagai TOKOH PERUBAHAN INDONESIA 2007.
4. PENGHARGAAN SASTRA NUSANTARA 2008, sebagai sastrawan kreatif yang mampu
menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh PUSAT BAHASA dalam Sidang Majelis
Sastra Asia Tenggara (MASTERA).

b. Nilai moral
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca,
merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita.
(Nurgiyantoro, 2010: 320). Pengarang mengharapkan para pembaca agar mencontoh tokoh
Zahrana yang sanagt-sangat peduli dengan pendidikan. Seperti yang kita ketahui, kebanyakan
seorang wanita jarang sekali mengejar pendidikannya hingga Doktor, namun pengarang
menanpilkan tokoh Zahrana yang mampu mengubah pemikiran tersebut. Tokoh Zahrana juga
sangat berhat-hati dalam memilih jodoh, ia terus berusaha menemukan sosok yang mampu
memimpinnya kelak, seorang suami yang shaleh.
3. Resensi Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
1) Identitas Buku

Judul : Di Bawah Lindungan Ka’bah


Nama pengarang : Hamka
Penerbit : Bulan Bintang
Terbit : Oktober 2001
Jumlah halaman : 84 halaman
Warna sampul : Coklat-orange
Harga novel : 10.000
Jumlah cetakan : 26
Kota terbit : Jakarta
ISBN : 979-418-063-7
No Produk : 2001-014.26
2) Sinopsis Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
Hamid adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga miskin, sejak berusia empat tahun ia
telah menjadi yatim. Setelah itu ia diangkat anak oleh keluarga Haji Jafar yang kaya raya. Haji
Jafar sangat menyayangi Hamid sama seperti kepada anaknya, Zainab. Hamid juga
disekolahkan bersama-sama dengan Zainab di Sekolah rendah.
Hamid dan Zainab saling menyayangi.Kemanapun mereka selalu bersama-sama. Ketika
keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing tumbuh perasaan lain. Mereka
merasakan kasih sayang yang bukan hadir antara adik dan kakak.Perasan itu hanya mereka
pendam di dalam hati.Hamid tidak berani mengungkapkan isi hatinya, karena dia sadar bahwa
dirinya dengan Zainab memiliki perbedaan yang sangat jauh.Zainab anak orang kaya dan
terpandang, sementara dirinya anak orang miskin.
Jurang pemisah itu semakin lama semakin dirasakan Hamid.Berbagai peristiwa membuat
dirinya lemah.Peristiwa yang pertama Haji Jafar meninggal dunia, tidak lama kemudian disusul
oleh ibunya. Kini ia telah yatim piatu yang miskin. Semenjak kematian Haji Jafar, Hamid tidak
bebas lagi menemui Zainab karena Zainab dipingit oleh mamaknya.
Semakin bertambah sedih hatinya, ketika mamaknya, Asiah meminta dirinya untuk
memebujuk Zainab supaya mau menerima pemuda pilihan mamaknya.Dengan berat hati Hamid
menurutinya. Zainab sangat sedih, dalam hatinya ia menolak kenyataan itu. Karena tidak
sanggup menanggung beban hatinya, Hamid meninggalkan kampung halamannya tanpa
memberitahu kepada Zainab.Ia pergi ke Medan, setelaha di Medan ia mengirim surat kepada
Zainab dengan mencurahkan segala isi hatinya. Dari Medan ia melanjutkan perjalanan ke
Singapura, kemudian ke Tanah Suci Mekah.
Setelah ditinggalkan oleh Hamid, semangat hidup Zainab semakin berkurang.Ia merasa
tersiksa menahan kerinduan kepada Hamid. Begitupun dengan Hamid, ia selalu gelisah
menahan kerinduan kepada Zainab. Selama di Mekah Hamid bekeraja pada sebuah penginapan
milik seorang syekh, sambil memperdalam ilmu agama dengan tekun.
Setelah setahun Hamid berada di Mekah.Suatu ketika tibalah musim haji, di tempatnya
bekerja banyak jemaah haji yang menginap. Diantara jemaah haji itu ada seseorang yang ia
kenal yaitu Saleh teman sekampungnya. Betapa bahagia kedua bersahabat itu.Selain sebagai
teman sepermainannya dahulu, istri Saleh yaitu Rosna adalah teman dekatnya Zainab. Dari
Saleh ia dapat mengetahui tentang kampungnya dan tentang keadaan Zainab.
Dari Saleh juga, ia mengetahui kalu Zainab mencintainya juga. Sejak kepergian Hamid,
Zainab sakit-sakitan.Sebab itulah Zainab tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan
mamaknya.Sementara orang yang sangat dicintainya pergi entah ke mana.Dia selalu menanti
dengan penuh harap.Mendengar seperti itu perasaan Hamid bercampur baur, antara bahagia
dan sedih.Bahagia karena dia tau Zainab mencintainya, sedih karena Zainab menderita
fisik.Hamid merencanakan kembali pulang ke kampung halamannya.
Setelah pertemuan itu, Saleh langsung mengirim surat kepada Rosna menceritakan
pertemuannya dengan Saleh. Rosna langsung memberikan surat itu kepada Zainab. Betapa
bahagianya hati Zainab mendapat kabar itu, semangat hidupnya tumbuh lagi dan ia merasa
semakin rindu kepada Hamid. Ia pun langsung menulis surat untuk Hamid. Hamid menerimanya
dengan suka cita. Semakin bergeloralah semangatnya untuk menyelesaikan ibadah haji, agar ia
cepat-cepat dapat pulang ke kampung halamannya. Dalam keadaan sakitpun ia tetap wukup.
Kondisi tubuhnya semakin melemah, nafsu makannya menurun dan suhu badannya sangat
tinggi.
Karena keadaannya yang kurang stabil, Saleh tidak sanggup memberitahukan kabar tentang
Zainab.Namun Hamid mempunyai firasat, karena desakannya akhirnya Saleh memberitahukan
bahwa Zainab telah meninggal.Keesokan harinya Hamid tetap memaksakan diri untuk berangkat
ke Mina, namun dalam perjalanan dia lunglai.Karena melihat sahabatnya seperti itu, Saleh
mengupah orang baduy untuk memapah Hamid.Setelah acara di Mina, mereka kemudian
menuju Masjidil Haram.Setelah mengelilingi Ka’bah, Hamid minta diberhentikan di
Kiswah.Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti untuk selama-lamanya.
3) Analisis unsur Fiksi dalam novel Cinta Suci Zahrana
Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA) ini bertemakan tentang cinta terhalang kelas sosial. Ini dibuktikan dengan kutipan
berikut. Mustahil dia akan dapat menerima cinta saya, karena dia langit dan saya ini bumi,
bangsanya tinggi, dan saya hidup darinya tempat buat lekat hati Zainab. Jika kelak datang
waktunya orang tua bermenantu, mustahil pula saya akan termasuk dalam golongan orang yang
terpilih untuk menjadi menantu Engku Haji Ja’far. Karena tidak ada yang akan diharapkan dari
saya. Tetapi Tuan… kemustahilan itulah yang kerap kali memupuk cinta.
Kutipan di atas menggambarkan semua persoalan tentang novel.Dimana Hamid saat itu
menimbang diri dengan kenyataaan yang ada.Dia merasa tak sederajat dengan Zainab, hingga
berbelit-belit masalah dalam pikirannya. Disisi lain ia tak dapat membohongi hatinya sendiri
bahwa ia mencintai Zainab, tapi disisi lain ia juga sadar dengan keadaan dirinya yang tak punya
apa-apa.
Selain temanya “Cinta terhalang kelas sosial,” penulis menafsirkan tema yang lain yaitu
“Kasih tak sampai”. Ini dibuktikan dengan keduanya (Hamid dan Zainab) mengetahui perasaan
masing-masing, tetapi setelah kebahagiaan mengetahui perasaan masing-masing itu mereka
menderita menahan rindu. Zainab karena tak kuatnya menahan rindu kepada Hamid ia menjadi
sakit-sakitan, sampai ia meninggal dunia. Disusul pula dengan Hamid, Hamid meninggal ketika
sedang tawaf.Sebelum mereka bertemu dalam ikatan yang sah atau menikah keduanya telah
dipanggil oleh Allah SWT.
Kematian Hamid dibuktikan dengan kutipan berikut. Dibibirnya terbayang suatu senyuman
dan…sampailah waktunya. Lepas ia dari tanggapan dunia yang mahaberat ini., dengan
keizinana Tuhannya. Di bawah lindungan ka’bah! Sementara kematian Zainab dibuktikan dalam
surat Rosna kepada Saleh dengan kutipan berikut.Pada malam 9 Zulhijjah panasnya naik dari
biasa. Kira-kira pukul 2 tengah malam dipandangnya adinda tenang-tenang, kemudian pula
album yang terletak di meja tulisnya; adinda pun mengertilah apa yang dimaksudnya. Adinda
ambil album itu dan adinda buka.Demi dilihatnya gambar Hamid, jatuhlah dua tetes air mata
yang bulat dari mata yang telah cekung itu, diambilnya tangan adinda dan tangan ibunya,
dibawanya kedadanya. Maka dengan berangsur-angsur laksana lampu yang kehabisan minyak,
bercerailah badannya dengan sukmanya

b. Alur/Plot
Susunan alur atau plot dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
 Pengarang mulai melukiskan keadaan
Cerita ini dimulai saat pengarang melaksanakan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji.
Ketika menginjakan kaki di tanah suci, aku menumpang di rumah seorang syekh yang pekerjaan
dan pencahariaannya dari memberi tumpangan bagi orang haji. Di tempat tumpangan itu si Aku
bertemu dengan seorang pemuda yang berusia kira-kira 23 tahun. Pemuda itu menurut syekh
berasal dari Sumatra. Dalam beberapa hari si Aku dapat berkenalan dengannya. Tetapi baru
saja dua bulan si Aku bergaul dengannya, pergaulan itu terusik oleh seorang jemaah dari
Padang. Nama Jemaah yang baru itu yaitu Saleh dan sahabat saya sebelumnya yaitu bernama
Hamid. Karena merasa penasaran dengan perubahan sifat itu, suatu malam si Aku
memberanikan diri menanyakan sebab perubahan sifat itu.
 Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak
Fase ini merupakan fase yang menceritakan Hamid memiliki perasan yang lain terhadap
Zainab. Perasaan sayang yang dahulu dirasakan seorang kakak terhadap seorang adik, tetapi
kini perasaan itu berubah menjadi rasa sayang seorang seorang laki-laki remaja terhadap gadis
remaja.
Bermula saat Hamid dan Zainab tamat tamat sekolah. Seperti biasa karena Zainab anak
perempuan ia tidak melanjutkan sekolah, sementara Hamid karena anak laki-laki ia dapat
meneruskan sekolah. Itu pun karena bantuan dari Engku Haji Ja’far. Hamid melanjutkan cita-
citanya itu di Padang Panjang. Tetapi sejhak ia pindah ke Padang Panjang, ia merasa kesepian.
Ia merasa kehilangan teman yang selalu menemaninya Zainab.
 Keadaan mulai memuncak
Pada fase ini diceritakan bahwa Hami2d mendapatkan musibah besar yang tak disangka-
sangkanya secara berturut-turut, yaitu meninggalnya Haji Jafar dan ibunya. Semenjak kepergian
Haji Ja’far itu, semuanya menjadi berubah. Hamid tak dapat leluasa menemui Zainab, karena
Zainab telah dipingit oleh mamaknya.
 Peristiwa mencapai klimaks
Fase ini merupakan fase yang sangat dahsyat dalam perjalanan cerita. Sudah sedih
kehilangan dua orang yang sangat dicintai yaitu Haji Ja’far dan Ibunya, kini ia dihadapkan pada
satu perintah yang bertolak belakang dengan keinginanya. Mak Asiah meminta Hamid untuk
melunakan hati Zainab supaya Zainab mau dipertunangkan dengan seorang laki-laki kemenakan
almarhum haji Ja’far yang ada di Padang Hulu.
 Pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa
Ketika di Mekah Hamid bertemu dengan Saleh, teman sekampungnya yang kebetulan akan
menunaikan ibadah Haji. Kehadiran Saleh memberikan informasi kepada Hamid tentang keadan
di kampungnya dan tentang Zainab. Tentu ini semua membuat bahagia Hamid. Saleh juga
memberi tahu bahwa Zainab mencintai Hamid, Saleh tau hal tersebut dari istrinya yaitu Rosna
yang kebetulan Rosna adalah teman sepermainannya Zainab. Dibuktikan lagi dengan surat yang
dikirim Zainab kepada Hamid.
Jadi, berdasarkan uraian di atas susunan alur/plot novel Di Bawah Lindungan Ka’bah Karaya
Haji Abdul Malik Karim Amrulla (HAMKA) dapat dikatakan sebagai plot sorot balik atau flasback.
c. Tokoh dan Perwatakan
1) Hamid sebagai tokoh utama karena Hamid digambarkan dalam cerita hampir menjelajahi
seluruh persoalan.
2) Zainab sebagai tokoh utama karena Zainab tokoh yang menjadi kejaran Hamid dan hampir
menjelajahi seluruh persoalan.
3) Ibu sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya hanya saat-saat tertentu dan tidak menjelajahi
seluruh persoalan dalam cerita.
4) Haji Ja’far sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh
persoalan.
5) Mak Asiah sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh
persoalan.
6) Saleh sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh
persoalan.
7) Rosna sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh
persoalan.
d. Penggambaran watak tokoh-tokoh
1) Tokoh Hamid
Tokoh Hamid mempunyai watak berubah/roud character. Pada bagian lain Hamid
digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tabah dan sabar serta tegar. Pada penggambaran
ini dinamika kepribadian Hamid yang dominan yaitu superego yang menguasai aspek atau tugas
kerja id dan ego…sehingga Hamid berperilaku baik dan taat kepada nilai dan norma, baik norma
hukum, sosial, dan agama. Hamid seorang anak muda yang baru berusia kira-kira 23 tahun,
badannya kurus lampai, rambutnya hitam berminyak, sifatnya pendiam, suka bermenung
seorang diri.
2) Zainab
Zainab mempunyai watak berubah/roud character. Tokoh Zainab ini digambarkan oleh
pengarang mengalami perubahan wataknya, setelah terjadi peristiwa, yaitu: Hamid pergi tanpa
memberi tahu dirinya. Zainab seorang gadis yang baik, walaupun ia anak orang kaya tetapi dia
mau berteman dengan orang miskin.
Zainab lahir dan tumbuh pada keluarga kaya dengan didikan orang tua yang memegang
agama, peramah, dan mencintai orang miskin. Sehingga wataknya tak jauh dari dari kedua
orang tuanya yaitu rendah diri. Zainab seorang gadis yang lemah. Zainab menjadi putus asa.
3) Tokoh Haji Ja’far
Tokoh Haji Ja’far mempunyai watak datar atau flat character. Dalam cerita ini, Haji Ja’far
intensitas keterlibatanya hanya digambarkan sedikit, itu pun memiliki watak tidak berubah. Haji
Ja’far mempunyai watak baik hati dan dermawan.
4) Mak Asiah
Mak Asiah mempunyai watak datar/flat character, karena intensitas keterlibatannya juga
sedikit. Sama halnya dengan dengan Haji Ja’far, Mak Asiah pun memiliki watak dermawan dan
rendah hati, serta memiliki rasa belas kasihan. Watak Mak Asiah, yaitu: penyayang. Mak Asiah
memiliki watak hatinya mudah tersentuh, ketika mendengar kesusahan orang lain.
5) Tokoh Ibu
Ibu digambarkan menjadi seorang tokoh yang mengalami perubahan watak. Pada bagian
lain ibu memiliki watak putus asa, tetapi dibagian lain lagi ibu memiliki watak tidak putus
harapan. Kadangkala ibu seorang pemarah, seorang yang penuh kasih sayang. Ibu bersifat
sabar. Ibu juga memiliki sifat penyayang, ia tidak menginginkan Hamid sedih, dan ia juga tidak
mengharapkan anaknya tak punya teman, sehingga disuruhya Hamid untuk bermain.
6) Tokoh Saleh
Tokoh Saleh mempunyai watak berubah/roud character. Pada sisi lain Saleh memiliki watak
susah memegang rahasia, tapi pada sisi lain lagi ia seorang yang setia kawan.

7) Tokoh Rosna
Tokoh Rosna mempunyai watak flat character atau watak datar. Dari awal sampai akhir
watak Rosna digambarkan tidak ada perubahan. Rosna memiliki watak setia dan teguh hati.
Rosna juga memiliki watak mudah tersentuh.
8) Tokoh Aku (Pengarang)
Tokoh aku memiliki watak datar. Tokoh aku memiliki watak lemah hati.Tokoh Aku memiliki
watak mudah dipercaya.
e. Latar atau Setting
1) Latar Tempat
a. Di Mekah b. Di Kota Padang
c. Di Rumah d. Di Halaman Rumah
e. Di Puncak Gunung Padang f. Di Padang Panjang
g. Pekuburan Ma’ala
2) Latar Waktu
a. Tahun 1927 b. Bulan Ramadan, Bulan Syawal
c. Bulan Zulhijjah d. Pagi
e. Hari Minggu f. Malam
g. Sore
3) Latar Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial keagamaan
b. Lingkungan sosial penghasilan rendah
4) Latar Suasana
a. Suasana sedih
b. Suasana Bahagia
f. Gaya
1. Gaya pengarang
Gaya pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita adalah dengan bentuk narasi dan
deskripsi. Pengarang mengungkapkan tema yang dipilihnya dengan bahasa yang halus, disertai
dengan bahasa-bahasa yang berhubungan dengan keagamaan. Dia memilih susunan peristiwa
agak berbelit-belit, karena dalam cerita ada sebuah cerita, sehingga membutuhkan ketelitian
bagi pembaca. Tokoh yang ditampilkan diungkapkan secara terang-terangan. Untuk setting
banyak perubahan, pada bagian awal latar tempat digambarkan di Mekah, pada penggambaran
selanjutnya dibeda tempat, sehingga susah dicerna oleh pembaca. Dia menyusun plot tanpa
dimulai dari awal, tetapi pada bagian amanat sangat jelas tergambar. Hal tersebut dapat dilihat
dari bukti di bawah ini.
a. Bahasa-bahasa yang digunakan berhubungan dengan keagamaan.
b. Karakter-karakter tokoh yang ditampilkan diungkapkan secara terang-terangan.
c. Setting tempat banyak perubahan.
2. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang banyak dituangkan pengarang dalam memperkuat cerita novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut.
a. Gaya bahasa asosiasi b. Gaya bahasa hiperbolisme
c. Gaya bahasa antithese d. Gaya bahasa personifikasi
e. Gaya bahasa repetisi f. Gaya bahasa klimaks
g. Gaya bahasa euphimisme h. Gaya bahasa metaphora
i. Gaya bahasa pleonasme
g. Amanat
1. Amanat umum
Amanat umum yang dapat diambil dari novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
a) Dalam menghadapi suatu masalah harus lebih bijak dan memahami perasaan orang lain,
serta harus bersabar dan dapat menerima kenyataan walau menyakitkan.
b) Perjalanan lurus dalam memupuk cinta dan mempertahankan cinta.
2. Amanat khusus
Amanat khusus yang tersebar dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
a) Kita harus memupuk dan mempertahankan cinta dengan jalan lurus, artinya harus dengan
jalan ridho Ilahi.
b) Jangan menumbuhkan perasaan jika akhirnya akan membawa duka.
c) Belajarlah dengan sungguh-sungguh.
4. Resensi Novel Rumah Tanpa Jendela
1) Identitas Buku

Judul : Rumah Tanpa Jendela


Nama Pengarang : Asma Nadia
Penerbit : PT. Kompas Media Nusantara
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2011
Warna Sampul : Putih
Ukuran Sampul : 21 cm
Harga Novel : Rp 68.000
Jumlah Cetakan : Empat
Jenis Novel : Drama Populer

2) Sinopsis Rumah Tanpa Jendela


Rara adalah gadis kecil berusia 8 tahun, rara sangat ingin punya jendela di rumahnya
yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung
tinggal di Menteng Pulo, Jakarta.
Si Mbok adalah nenek Rara yang sakit-sakitan dan ayahnya bernama Raga yang berjualan
ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli
bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja. Rara juga punya Bude, yaitu Bude
Asih.
Bersama teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum pergi ngamen atau ngojek
payung jika hari sedang hujan, Rara menyempatkan untuk sekolah di tempat sederhana yang
khusus untuk anak jalanan. Bu Alya satu-satunya pengajar sukarelawan disekolah itu yang
membimbing dan membina anak-anak pemulung agar dapat mengenal huruf dan dapat
berhitung.
Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta, Aldo seorang anak lelaki berusia 11
tahun yang sedikit mengalami keterbelakangan mental, merindukan seorang teman di tengah
keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari pengusaha
sukses, Pak Syahril dan Nyonya Ratna . Kehadiran Nek Aisyah menjadi penghiburan untuk
Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya. Di antara keluarga yang dimiliki aldo hanya nek
aisyah yang sangat mengerti aldo. Kaka aldo sempat menolak memiliki adik seperti aldo,
hingga sang kakak malu memiliki adik yang mengalami keterbelakangan mental.
Suatu hari, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan
terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab. Sejak pertemuan itu aldo dan rara
menjadi sahabat dimana rara sebagai teman terdekat yang dimiliki aldo,karena jarang ada
yang berteman dengan aldo karena aldo memiliki kelainan. Kepada rara aldo menceritakan
segala apa yang dirasakan aldo mulai dari penghinaan,pengkucilan dan pengasingan yang
dirasakan aldo, rara adalah teman yang baik yang dimiliki aldo,rara selalu memberikan
semangat pada aldo untuk selalu percaya diri dan tidak bersedih. Rara membuat aldo yakin
bahwa apa yang dimiliki aldo sangat berarti dari pada yang dimilki oleh rara. Rara
menceritakan pada aldo keinginannya mempunyai rumah dengan jendela yang banyak dan di
kelilingi tanamanan. Namun, ayah rara yang berpenghasilan minim dan lingkungan rumah
yang tidak memungkinkan rara memiliki rumah indah sesuai impiannya. Rara mengajarkan
lewat impiannya bahwa kita harus berani bermimpi dan berharap walaupun di atas
kekurangan yang kita miliki. Hingga suatu hari Perkampungan kumuh tempat Rara tinggal
terjadi kebakaran, sementara di rumah Aldo semua panik karena karena Aldo meninggalkan
rumah, aldo pergi karena kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-terangan mengatakan
merasa malu memiliki adik seperti dirinya.
Saat itu aldo pergi dan memilih untuk pergi kerumah rara. Namun disana sedang terjadi
kebakaran dan aldo sulit menemukan rara. Saat itulah aldo pergi menuju sekolahnya. Disaat
itu aldo merasa bahwa dirinya tak berdaya dan sangat menyusahkan orang lain. Pada raralah
aldo menceritakan apa yang ia inginkan begitu pula sebaliknya. Saat itu aldo memberikan
kesempatan pada rara untuk tinggal dirumah aldo yang ketika itu rara ditinggalkan oleh
ayahnya selama-lamanya. Sebelum terjadi kebakaran ayah rara mempersiapkan sebuah
jendela untuk rara, namun tuhan berkata lain rara harus kehilangan ayahnya sekaligus
rumahnya.
 Tokoh-tokoh dalam cerita:
a. Rara gadis kecil berusia 8 tahun, sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding
tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di Menteng Pulo,
Jakarta.
b. Si Mbok, neneknya Rara - yang sakit-sakitan dan ayahnya.
c. Raga yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat
atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja.
d. Rara juga punya Bude, yaitu Bude Asih.
e. Bersama teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika
hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khusus untuk anak jalanan.
f. Bu Alya satu-satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak-anak
pemulung tersebut.
Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta.
g. Aldo anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit terbelakang, merindukan seorang teman di
tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari
pengusaha sukses.
h. Pak Syahri dan Nyonya Ratna adalah orangtua dari Aldo.
i. Kehadiran Nek Aisyah, Ibu Pak Syahri menjadi penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat
menyayanginya.

5. Resensi Novel Laskar Pelangi


1) Identitas Buku

Judul : Laskar Pelangi


Nama pengarang : Andrea hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Januari 2008
Cetakan : 17
Kota Terbit : Yogyakarta
Jumlah halaman : 534 halaman
Warna sampul : Merah-Hitam
Ukuran sampul : 20,5 cm
Harga Novel : Rp 56.000
Jenis Novel : Drama Populer
ISBN : 979-3062-79-7

2) Sinopsis Laskar Pelangi


Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni di SD Muhammadiyah. Saat itu menjadi saat
yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di SD Muhammadiyah.
Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani
tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan ditutup jika murid yang bersekolah tidak
genap menjadi 10. Mereka semua sangat cemas. SD Muhammadiyah adalah SD islam tertua
di Belitung, sehingga jika ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin
menyekolahkan anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi
materi ini berada.
Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan mental. Ia
menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta menyelmatkan berdirinya SD
Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat
duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A
Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus.
Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh
Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai
pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke
sekolah.
Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak yang
mengatasnamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Bu Mus yang meupakan guru terbaik
yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut untuk mereka. Karena bu Mus tahu
mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah maupun senang mereka lalui dalam kelas
yang menurut cerita pada malam harinya kelas tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di
SD Muhammadiyah itulah Ikal dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang
menarik.
Seperti saat kisah percintaan antara Ikal dan A Ling. Awalnya Ikal disuruholeh Bu Mus untuk
membeli kapur di tokoh milik keluarga A Ling. Ia jatuh cinta pada kuku A Ling yang indah. Ia
tidak pernah menjumpai kuku seindah itu. Kemudian ia tahu bahwa pemilik kuku yang indah
tersebut adalah A Ling, Ikal pun jatuh cinta padanya. Namun, pertemuan mereka harus di akhiri
lantaran A Ling pindah untuk menemani bibinya yang sendiri.
Kejadian tentang Mahar yang akhirnya mnemukan ide untuk perlombaan semacam karnaval.
Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam acara tersebut. Mereka para laskar pelangi
menari sperti orang kesetanan, hal tersebut dikarenakan kalung yang mereka kenakan dari buah
yang langkah dan hanya ada di Balitong, merupakan tanaman yang membuat seluruh badan
gatal. Alhasil mereka pun menari layaknya orang yang tengah kesurupan. Namun berkat semua
itu akhirnya SD Muhammadiyah dapat memenagkan perlombaan tersebut.
Namun, pada uatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya pindahan ari SD PN, ia
masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan Flo di SD Muhammadiyah tersebut
yang membawa pengaruh buruk bagi teman-temannya terutama Mahar, yang duduk satu
bangku dengan Flo. Sejak kedatangan anak tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek
sehingga membuat bu Mus marah dan kecewa.
Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis. Namun di balik
semua kecerian mereka, ada seorang murid yang benama Lintang yakni anggota laskar pelangi
yang perjuangannnya terhadap pendidikan perlu di acungi jempol. Ia rela menempuh jarak 80
km untuk pulang dan pergi dari rumahnya ke sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak
pernah mengeluh meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau
yang terdapat buaya di dalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas. Terbukti saat
ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah perlombaan cerdas cermat. Ikal dapat
menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan
terkenal, dengan jawabannya yang membuat ia memenangkan lomba cerdas cermat.
Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus diakhiri dengan perpisahan seorang
Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintangdan awan-kawan membuktikan bahwa bukan karena
fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat membuat seseorang sukses maupun pintar,
namun kemauan dan kerja keraslah yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari
kemudian, setelah perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka
kawan-kawan Lintang dan juga bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya, Lintang
tidak dapat melnjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal dunia. Tentu saja hal
tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi anggota laskar pelangi. Beberapa
tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka semua banyak mendapat
pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD Muhammadiyah. Tentang sebuah
persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan diajarkan oleh bu Muslimah, serta sebuah
mimpi yang harus mereka wujudkan. Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan
teman-teman lainnya menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung.

6. Resensi Novel Perahu Kertas


1) Identitas Buku

Judul : Perahu Kertas


Nama pengarang : Dewi Lestari/ Dee
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2012
Jumlah halaman : 444 halaman
Warna sampul : Biru-putih
Ukuran sampul : 20 cm
Harga Novel : Rp 62.000
Jumlah cetakan : 20 Cetakan
Kota Terbit : Yogyakarta
Jenis Novel : Drama Populer

2) Sinopsis Perahu Kertas


Novel Perahu Kertas dimulai dengan kisah seorang anak muda bernama Keenan. Ia
seorang remaja yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas-nya di Belanda,
tepatnya di Amsterdam. Keenan menetap di Negara tersebut selama hampir 6 tahun lamanya,
bersama sang nenek. Keenan terlahir dengan cita-cita menjadi pelukis. Namun, ia dipaksa
untuk kembali ke Indonesia oleh sang Ayah. Keluarganya tidak mendukung Keenan menjadi
seorang pelukis. Ia pada akhirnya memulai perkuliahan di salah satu Universitas di Bandung.
Ia mengalah dan memutuskan untuk belajar di Fakultas Ekonomi.
Tokoh sentral lainnya adalah wanita bertubuh mungil bernama Kugy. Ia digambarkan
dengan kepribadian yang riang dan ceria. Berbeda dengan Keenan yang cenderung dingin
dan kaku. Kugy juga merupakan sosok yang eksentrik pun nyentrik. Ia akan sangat mudah
dikenali jika ada di dalam kerumunan. Kugy menggilai dongeng dan kisah klasik. Sedari
kecil ia bercita-cita menjadi seorang penulis dongeng. Ia memiliki sejumlah koleksi buku
dongeng, ingin penjadi seorang perancang dongen pun juru dongeng. Namun di tengah
impiannya yang menggebu, kenyataan memaksanya sadar bahwa penulis dongen bukan
profesi yang banyak menghasilkan materi. Kugy dipaksa untuk menyimpan mimpinya demi
sebuah rasionalitas pun realisme. Meski demikian, tokoh Kugy ini tidak patah arang. Ia
mencintai dunia tulis-menulis. Hal ini yang membuat ia melanjutkan pendidikannya di
Fakultas Sastra di salah satu Universitas di Bandung. Tempat kuliah yang sama dengan tokoh
lainnya, Keenan.
Pertemuan antara kedua tokoh ini tak terlepas dari tokoh lain yakni Noni dan Eko. Noni
tokoh pendukung cerita yang merupakan sahabat dekat Kugy. Sementara itu, Eko adalah
sepupu Keenan. Pertemuan pertama Kugy dan Keenan adalah momen dimana Eko dan Noni
menjemput Keenan yang baru tiba di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, Kugy pun Keenan menjalin persahabatan bersama Eko dan
Noni. Diam-diam, mereka saling mengagumi. Kugy yang senang bercerita lewat dongeng
merasa takjub bertemu dengan Keenan, seseorang yang mampu bercerita lewat gambar.
Mereka diam-diam jatuh cinta dalam diam. Namun, kondisi menuntut mereka untuk terus
diam dan menebak. “Diam”-nya mereka terhadap perasaan masing-masing semakin menjadi
dikarenakan Kugy telah memiliki pacar bernama Ojos atau Joshua. Sementara itu, Keenan
yang belum memiliki pasangan, hendak dijodohkan dengan tokoh bernama Wanda. Wanda
sendiri adalah seorang Kurator. Hal ini yang membuat Eko juga Noni bersemangat
mendekatkannya dengan Keenan yang jago melukis.
Persahabatan Kugy, Keenan, Eko dan Noni berjalan apa adanya. Namun lambat laun
mereka renggang. Kugy sibuk dengan muridnya di sekolah darurat. Ia menjadi salah satu
guru relawan. Ia mengajar dengan cara mendongeng. Anak-anak yang semula usil pada
Kugy, berbalik suka berkat dongeng petualangan berjudul “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”.
Dongeng tersebut dituliskan Kugy dalam sebuah buku. Di waktu mendatang, buku
dongeng tersebut ia berikan pada Keenan.
Lain lagi dengan Keenan, ia juga sibuk dengan kehidupannya termasuk kedekatannya
dengan Wanda. Pada mulanya, hubungan mereka baik-baik saja. Namun, beberapa waktu
hubungan tersebut menjadi pelik dan menghentak Keenan. Ia menyadari bahwa apa yang ia
berusaha bangun, hancur dalam hitungan waktu semalam. Ia sedih, remuk dan kecewa.
Keenan pun memutuskan untuk meninggalkan Kota Bandung menuju Kota Bali. Di Pulau
Dewata tersebut, Keenan tinggal dengan Pak Wayan. Sahabat ibunya.
Sebelum pergi, Kugy memberi Keenan buku dongen “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”.
Keenan membawanya ke Bali. Di tempat Pak Wayan, perlahan Keenan membangun hidup
dan mimpinya kembali. Ia hidup bersama banyak seniman dan menjadikan naluri seninya
dalam melukis semakin terasah. Di Bali, Keenan mengagumi Luhde Laksmi, keponakan Pak
Wayan. Pada akhirnya, Setelah beberapa waktu, Keenan menjadi salah satu pelukis yang
karyanya diburu. Ia menciptakan serial lukisan yang digemari kolektor. Kisah tersebut adalah
dongeng yang sebelumnya Kugy berikan.
Sementara itu, selepas kuliah Kugy kembali ke Jakarta dan menjadi seorang Copywriter.
Ia kemudian menjalin hubungan dengan atasannya yang juga merupakan karib kakaknya. Ia
dan Remi menjalin hubungan meski diam-diam Kugy masih sering mengenang Keenan.
Sampai suatu waktu, Kugy kembali bertemu dengan Keenan yang terpaksa meninggalkan
Bali karena ayahnya terkena serangan stroke. Keenan harus melanjutkan perusahaan ayahnya.
Pertemuan Kugy dan Keenan di kondisi yang berbeda ini membuat mereka tak bisa lagi
menahan perasaan masing-masing. Konflik dimulai dari sini.
Secara umum, Dee mengemas cerita cinta ini dengan sederhana namun sarat makna.
Kisah ini tentang pencarian cinta yang dibiarkan mengalir hingga kebali bermuara seperti
perahu kertas. Melalui Kugy dan Keenan, Dee menyajikan cerita cinta yang biasa namun
dalam. Pemilihan kata serta alur taktis membuat kisah di dalam novel Perahu Kertas ini
menarik untuk dibaca. Meski temanya teramat ringan, namun signatur dee dalam derita ini
sama memikatnya dengan buku bertema berat milik dee lainnya.

7. Resensi Novel Layar Terkembang


1) Identitas Buku
Judul : Layar Terkembang
Nama pengarang : Sutan Takdir Alisabana
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 1999
Warna sampul : Coklat
Harga Novel : Rp 30.000
Kota Terbit : Yogyakarta
Jenis Novel : Roman
2) Sipnosis Layar Terkembang
Tuti dan Maria adalah kakak beradik, anak dari Raden Wiriatmadja mantan Wedana daerah
Banten. Sementara itu ibu mereka telah meninggal. Meskipun mereka adik-kakak, mereka
memiliki watak yang sangat berbeda. Tuti si sulung adalah seorang gadis yang pendiam, tegap,
kukuh pendiriannya, jarang sekali memuji, dan aktif dalam organisasi-organisasi wanita.
Sementara Maria adalah gadis yang periang, lincah, dan mudah kagum.
Diceritakan pada hari Minggu Tuti dan Maria pergi ke akuarium di pasar ikan. Di tempat
itu mereka bertemu dengan seorang pemuda yang tinggi badannya dan berkulit bersih,
berpakaian putih berdasi kupu-kupu, dan memakai kopiah beledu hitam. Mereka bertemu
ketika hendak mengambil sepeda dan meninggalkan pasar, pada saat itu pula mereka
berbincang-bincang dan berkenalan. Nama pemuda itu adalah Yusuf, dia adalah seorang
mahasiswa sekolah tinggi kedokteran. Sementara Maria adalah murid H.B.S Corpentier
Alting Stichting dan Tuti adalah seorang guru di sekolahH.I.S Arjuna di Petojo. Mereka
berbincang samapai di depan rumah Tuti dan Maria.
Yusuf adalah putra dari Demang Munaf di Matapura, Sumatra Selatan. Semenjak
pertemuan itu Yusuf selalu terbayang-bayang kedua gadis yang ia temui di akuarium.,
terutama Maria. Yusuf telah jatuh cinta kepada Maria sejak pertama kali bertemu, bahkan dia
berharap untuk bisa bertemu lagi dengannya. Tidak disangka oleh Yusuf, keesokan harinya
dia bertemu lagi di depan hotel Des Indes. Semenjak pertemuan keduanya itu, Yusuf mulai
sering menjemput Maria untuk berangkat sekolah serta dia juga sudah mulai berani
berkunjung ke rumah Maria. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja
itu tampak bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibukan oleh kegiatan-kegiatan nya dalam kongres Putri Sedar yang
diadakan di Jakarta, dia sempat berpidato yang isinya membicarakan tentang emansipasi
wanita. Tuti dikenal sebagai seorang pendekar yang pandai memilih kata, dapat membuat
setiap orang yang mendengarnya tertarik dan terhanyut.
Sesudah ujian doctoral pertama dan kedua berturut-turut selesai, Yusuf pulang ke rumah
orang tuanya di Martapura, Sumatra Selatan. Selama berlibur Yusuf dan Maria saling
mengirim surat, dalam surat tersebut Maria mengatakan kalau dia dan Tuti telah pindah ke
Bandung. Kegiatan surat menyurat tersebut membuat Yusuf semakin merindukan Maria.
Sehingga pada akhirnya Yusuf memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta dan ke Bandung
untuk mengunjungi Maria. Kedatangan Yusuf disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Setelah
itu Yusuf mengajak Maria berjalan-jalan ke air terjun Dago, tetapi Tuti tidak dapat
meninggalkan kesibukannya. Di tempat itu Yusuf menyatakan perasaan cintanya kepada
Maria.
“Maria, Maria, tahukah engkau saya cinta kepadamu?”
“Lama benar engkau menyuruh saya menanti katamu…”
Setelah kejadian itu, kelakuan Maria berubah. Percakapannya selalu tentang Yusuf saja,
ingatannya sering tidak menentu, dan sering melamun. Sehingga Rukamah sering
mengganggunya. Sementara hari-hari Maria penuh kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri
lebih banyak membaca buku. Sebenarnya pikiran Tuti terganggu oleh keinginannya untuk
merasakan kemesraan cinta. Melihat kemesraan Maria dan Yusuf, Tuti pun ingin
mengalaminya. Tetapi Tuti juga memiliki ke khawatiran terhadap hubungan Maria dan
Yusuf. Kemudian Tuti menasehati Maria agar jangan sampai diperbudak oleh cinta. Nasihat
tulus Tuti justru memicu pertengkaran diantara mereka dan memberikan pukulan keras
terhadap Tuti.
“Engkau rupanya tiada dapat diajak berbicara lagi,”kata Tuti amarah pula, mendengar
jawaban adiknya yang tidak mengindahkan nasihatnya, “Sejak engkau cinta kepada Yusuf,
rupanya otakmu sudah hilang sama sekali. Engkau tidak dapat menimbang buruk-baiknya
lagi. Sudahlah! Apa gunanya memberi nasihat orang serupa ini?”
“Biarlah saya katamu tidak berotak lagi. Saya cinta kepadanya, ia cinta kepada saya. Saya
percaya kepadanya dan saya hendak menyerahkan seluruh nasib saya ditangannya, biarlah
bagaimana dibuatnya. Demikian kata hati saya. Saya tidak meminta dan tidak perlu
nasihatmu. Cinta engkau barangkali cinta perdagangan, baik dan buruk ditimbang sampai
semiligram, tidak hendak rugi barang sedikit. Patutlah pertunanganmu dengan Hambali
dahulu putus!”
“Tutup mulutmu yang lancang itu, nanti saya remas.”
Dari kejadian itu, Tuti sama sekali tidak berbicara dengan Maria, juga dia merasa sendiri
dan sepi dalam kehidupannya. Ketika Maria mendadak terkena penyakit malaria dan TBC,
Tuti pun kembali memperhatikan Maria, Tuti menjaganya dengan sabar. Pada saat itu juga
adik Supomo datang atas perintah Supomo untuk meminta jawaban pernyataan cintanya
kepada Tuti. Sebenarnya Tuti sudah ingin memiliki seorang kekasih, tetapi Supomo
dipandangnya bukan pria idaman yang diinginkan Tuti. Maka dengan segera Tuti menulis
surat penolakan.
Sementara itu, keadaan Maria semakin hari makin bertambah parah. Kemudian ayahnya,
Tuti, dan Yusuf memutuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Dokter yang merawatnya
menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit khusus penderita penyakit TBC wanita di
Pacet, Sindanglaya Jawa Barat. Perawatan Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya.
Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan, yang terjadi adalah kondisi Maria
semakin lemah.
Pada suatu kesempatan, Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di
Sindanglaya, disitulah Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan.
Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam, ternyata juga
mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan.
Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa
kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau
dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan. Tetapi juga di
desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.
Semakin hari hubungan Yusuf dan tuti semakin akrab, sementara itu kondisi kesehatan Maria
justru semakin mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun sudah tidak dapat berbuat
lebih banyak lagi. Pada saat kritis Maria mengatakan sesuatu sebelum ia menginggal.
“Badan saya tidak kuat lagi, entah apa sebabnya. Tak lama lagi saya hidup di dunia ini.
Lain-lain rasanya… alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nanti, kalau saya tahu,
kalau kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya
dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela
selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang
lain.”Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Setelah beberapa lama kemudian, sesuai
dengan pesan terakhir Maria, Yusuf dan Tuti menikah dan bahagia selama-lamanya.
3) Unsur-unsur dalam cerita:
a. Tema Novel Layar Terkembang, sebagai berikut:
 Tema pertama: Dua saudara yang saling berbeda sifat
 Tema kedua: Seorang wanita yang meninggikan derajat kaumnya
 Tema ketiga: Ketidakpercayaan seorang wanita terhadap laki-laki
 Tema keempat: Cinta tidak harus saling memiliki
Alur (Plot)
- Tahap eksposisi (perkenalan), di dalam cerita ini diawali dengan tahap perkenalan tokoh-
tokohnya, perncerminan situasi tokoh-tokohnya, dan konflik awal dari cerita. Tuti (tokoh
utama): mempunyai usia 25 tahun, seorang guru di sekolah dasar dan pemimpin dari
organisasi eman sepasi wanita yang di beri nama Putri sedar. Ia mempunyai adik yang
bernama Maria yang mempunyai usia 22 tahun. Mereka adalah anak dari Raden wiriaatmaja
bekas wedana Banten dan kini mereka tinggal di Jakarta karena ayahnya telah pensiun dan
ibunda mereka telah meninggal dua tahun yang lalu karena terkena penyakit. Tuti yang
sangat berbeda wataknya dengan Maria adiknya membuat sekali-kali ayahnya bingung
dengan mereka terutama Tuti yang hingga kini menginjak usia 25 tak jua mendapatkan
pasangan hidup yang akan mendampinginya kelak. Maria yang amat periang anaknya biasa
berdebat dengan kakaknya itu tak pelak memunculkan konflik-
konflik serta perbedaan pendapat diantara mereka.
- Tahap konflikasi (pemunculan peristiwa), Tuti sebagai tokoh utama banyak mengalami
konflik-konflik baik itu antar tokoh lainnya terutama terhadap Maria adiknya, serta di dalam
jiwanya sendiri. Ia berjuang memertahankan kaumnya dari segala bentuk penindasan dan
ketidakadilan, untuk mewujudkan semua itu ia berkecimpung di dalam organisasi eman sipasi
wanita, sehingga ia tidak memperdulikan kepentingan pribadinya sendiri, inilah yang
memunculkan sedikit ego di dalam dirinya mengenai kehidupan yang di jalaninya itu adalah
hal yang terbaik bagi dirinya. Ayahnya yang agak heran dengan pendiriannya itu selalu di
pertanyakannya. Terutama pada saat ia memutuskan pernikahan dengan tunangannya hanya
karena masalah organisasinya sehingga membuat Hambali memutuskan hubungan mereka.
- Tahap resolusi (denouement), Tuti kini telah paham arti sebuah kehidupan, terlihat pada
saat ia memutuskan untuk meninggalkan kongres Putri sedar demi menjenguk adiknya yang
tengah di rawat di rumah sakit sindanglaya, di-sana ia tinggal di rumah sahabatnya Ratna dan
Saleh. Ratna yag dulunya hidup glamor di Jakarta, kini telah berubah setelah menikah dengan
Saleh, ia hidup sederhana dengan bertani di desa dan kesabaran Maria dalam menghadapi
penyakit yang di deritanya serta kebesaran hati Maria mengikhlaskan Tuti menikah dengan
Yusuf kekasihnya karena Maria harus meninggalkan dunia. Semua itu ia jadikan pelajaran
yang sangat berharga di
dalam hidupnya dan tidak akan lagi menyia-nyiakan amanah yang diberikan adiknya serta ke
sem-patan meraih kehidupan yang lebih baik lagi.
- Tahap klimaks (puncak), Tuti yang dulunya mempunyai pendirian kuat mengenai
kehidupan yang di jalaninya, kini berubah setelah melihat kehidupan orang-orang di
sekitarnya. Semua itu ia berhasil atau bisa di katakan sukses dalam merubah pendirian serta
pemikirannya. Namun ia harus kehilangan adik satu-satunya Maria karena sakit, di balik
kesedihan yang di alaminya tersimpan keinginan yang kuat untuk merubah semua
pemahamannya mengenai kehidupan yang
akan dijalaninya kelak. Kini ia memutuskan menerima Yusuf sebagai kekasih dan menjadi ist
rinya.

b. Penokohan (pelukisan tokoh)


Tokoh yang ada dalam novel Layar terkembang sangat berbeda-beda watak dan tingkah laku
mereka. Seperti masing-masing tokoh yang di jelaskan di bawah ini :
a. Tokoh
Tokoh Utama Tokoh Pendukung
Tuti Ratna
Maria Saleh
Yusuf Supomo
Raden Wiriatmadja Rukamah

b. Watak
Tokoh Watak

Tuti Independen, aktif dan lebih modern.


Maria Mudah kagum, lincah, periang.
Yusuf Rela berkorban, penuh berperasaan.
R. Wiriatmadja Teguh agama, baik hati, penyayang.
Supomo Romantis, saling membantu.
Ratna Saleh, pecinta alam, penyayang.
Saleh Setia, pecinta alam.
Rukamah Baik hati, suka bercanda.
c. Latar/ setting (fisik dan sosial):
Novel layar terkembang memiliki beberapa latar tempat seperti di Jakarta, yang merupakan
ibu kota Negara Indonesia. Kota ini di hiasi gedung-gedung tinggi, padat kendaraan, dan
memiliki penduduk yang cukup padat. R.Wiriaatmaja dan kedua anaknya tinggal di jalan
Cidenweeg,gang hauber. Kedua di sumatera, tepatnya di martapura tempat kelahiran Yusuf
yang kini tinggal di Jakarta, namun kedua orang tuanya masih tinggal di sana. Suasana alam
Martapura sangat nyaman, sebagian daerahnya masih alami yang di penuhi oleh pohon-pohon
dan pegunungan yang indah serta belum terusik oleh tangan manusia. Ketiga di
Sindanglaya,pacet tempat Maria di rawat karena terkena penyakit dan harus di rawat di sana.
Sindanglaya juga tempat kediaman Saleh dan Ratna yang kini hidup bersahaja dan bercocok
tanam guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cerita ini berlangsung selama dua tahun, karena
pada saat kisah di ceritakan Maria baru berusia 20 tahun hingga ia meninggal dunia karena
penyakit yang di deritanya ia berusia 22 tahun dan ceritanya telah usai.

d. Sudut pandang pengarang:


Pada novel layar terkemkang, pengarang berada di luar cerita atau pengarang menceritakan
cerita itu sebagai seorang peninjau. Ini di lihat pada saat pengarang menceritakan mulai dari
tahap pertama eksposisi yakni pengenalan tokoh-tokoh utama, kedua tahap komplikasi yakni
mulai adanya pemunculan peristiwa yang akan terjadi,ketiga tahap resolusi hingga tahap terakhir
yakini klimaks atau babak akhir yang menimbulkan kesan tertentu pada pembaca. Semua cerita
itu pengarang kisahkan dalam novel layar terkembang, yang artinya pengarang tidak ikut terlibat
dalam novel tersebut. Jadi,
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga.
e. Gaya bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan isi adalah bahasa Melayu.
f. Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah:
Secara tersirat maupun tersurat amanat yang disampaikan dalam novel adalah untuk menyele
saikan suatu masalah harus diselesaikan dengan musyawarah dan jangan me-
maksakan kehendak.
8. Resensi Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
1) Identitas Buku

Judul : Rembulan Tenggelam di Wajahmu


Nama pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : Maret 2009
Jumlah halaman : 427 halaman
Warna sampul : Merah
Ukuran sampul : 21,5 cm
Harga Novel : Rp 60.000
Kota Terbit : Jakarta
2) Sipnosis Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Novel ini menceritakan tentang kisah perjalanan hidup seseorang bernama Rehan Raujana
alias Rey. Rehan Raujana adalah nama pemberian dari ibu pantinya yang sudah meninggal
dunia. Rehan yang mempunyai lima pertanyaan besar dalam hidupnya yang tak bisa ia jawab.
Nah, sejak kecil Rehan tinggal di sebuah panti asuhan yang sangat dibencinya. Di panti itu
Rehan termasuk anak yang nakal, ia selalu berontak yang ia sebut sebagai “penjaga panti sok
suci”, ia menyebutnya demikian karena kepribadian penjaga pantinya itu memang sok suci.
Bagaimana tidak, penjaga pantinya selalu mendapatkan uang dari para dermawan yang
seharusnya untuk anak panti, tapi ia menyimpannya untuk tabungan umrohnya. Sudah begitu,
si penjaga panti itu juga bersikap kasar kepada semua anak panti. Tapi walaupun Rehan
termasuk anak nakal, tapi sebenarnya ia adalah anak yang baik. Selama di panti, Rehan
mempunyai pertanyaan besar “Apakah aku tidak memiliki kesempatan untuk memilih pada
saat aku dilahirkan?”. Ia suka memandang rembulan, yang seakan mengerti kesedihannya.
Suatu hari, sesuatu terjadi di panti yang menyebabkan Rehan kabur dari panti asuhan itu
dan menjadi anak jalanan. Sebelum kabur, ia sempat mencuri di kantor kepala panti dan
menemukan sepotong koran lusuh yang menjadi petunjuk penting masa lalunya. Sebagai
anak jalanan, ia mengubah namanya menjadi Rey. Rey menjadi preman yang setiap malam
tidur di emperan toko di sudut terminal. Uang hasil mencuri dari kantor kepala panti itu ia
gunakan untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Dan saat ia berjudi dan menang besar, hal itu
menjadikan ia mendapatkan masalah besar, ia ditikam oleh beberapa preman yang tidak
dikenal. Ia dilarikan ke rumah sakit di ibukota.
Di ibukota ia mendapatkan kehidupan yang baru. Setelah keluar dari rumah sakit,
ia ditampung disebuah rumah yang disebut Rumah Singgah. Di rumah itu ia bertemu dengan
anak-anak jalanan lainnya yang mempunyai mimpi-mimpi besar dalam hidupnya. Ia juga
berkesempatan untuk sekolah. Rey sebenarnya anak yang pandai, karena itu ia cepat lulus
sekolah khusus itu. Setiap malam ia sering naik atap rumah singgah untuk melihat bulan,
kebiasaannya melihat bulan belum hilang. Kehidupannya berangsur-angsur membaik, dan
ketika suatu saat teman-teman rumah singgah mendapatkan banyak masalah karena Rey, Rey
memutuskan untuk pergi dari rumah singgah itu. Ia kembali mempunyai pertanyaan baru
“Apakah hidup ini adil?” karena orang yang lemah selalu ditindas.
Semenjak Rey pergi dari Rumah Singgah, Rey mengamen di gerbong-gerbong kereta.
Setelah dirasa uangnya cukup untuk menyewa tempat tinggal, ia menyewa sebuah rumah
petak yang dekat dengan sungai pembuangan sampah, bau memang, tapi tidak masalah untuk
Rey. Di tempat tinggal barunya, terdapat sebuah tower air yang sering ia panjat untuk
menyendiri dan melihat rembulan. Walaupun kehidupannya baru, tapi ia tidak lupa dengan
jasa teman-temannya di Rumah Singgah. Ia sering mengunjungi Rumah Singgah walaupun
sembunyi-sembunyi, ia hanya ingin tahu bagaimana keadaan mereka.
Kehidupannya berubah drastis ketika ia ikut dalam pencurian berlian seribu karat yang
ditinggalkan rekan mencurinya di tower air. Rekan mencurinya tertangkap oleh polisi dan
sudahdihukum mati. Setelah hukuman mati itu, Rey kembali ke kampung halamannya. Dia
bertemu dengan seorang gadis bernama Fitri yang ditemuinya di gerbong makan, ia jatuh
cinta pada gadis itu.
Di kampung halamannya, ia bekerja sebagai buruh bangunan yang karena kecerdasannya
ia perlahan-lahan naik jabatan menjadi kepala mandor. Ia menjadi mandor yang baik, yang
membaur dengan buruh-buruh yang lain. Ia bertemu kembali dengan gadis yang ditemuinya
di gerbong kereta. Gadis yang penyayang anak-anak itu teryata juga memiliki perasaan yang
sama dengan Rey. Walaupun Rey sempat marah saat ia tahu bahwa gadis yang sangat
dicintainya itu adalah seorang wanita yang tidak baik. Pada akhirnya ia menerima keadaan
gadis itu karena sangat mencintainya. Kemudian ia menikah, keluarga yang bahagia, ia
membeli sebuah rumah kecil di dekat pantau. Istrinya hamil namun keguguran. Kesedihan
sempat ada, namun hari berganti dan istrinya hamil lagi. Namun takdir berkata lain, istrinya
keguguran lagi. Istrinya juga meninggal waktu itu. Bisa membayangkan betapa sakitnya hati
Rey? Karena itu, ia memiliki satu pertanyaan lagi “Mengapa Tuhan tega mengambil milikku
satu-satunya?”.
Kesedihannya membuatnya tak sanggup lagi tinggal di rumah yang penuh kenangan
dengan istri tercintanya. Rey menjual rumahnya dan pergi ke Ibukota. Ia pergi ke tower air
yang sering ia panjat untuk melihat bintang. Ia menemukan berlian yang ditinggalkan
rekannya di tower air dan menjadikannya modal untuk membangun sebuah bangunan untuk
istrinya yang menjadi awal karir barunya. Ia menjadi seorang pengusaha sukses. Menjadi
orang yang kaya. Namun diantara harta yang ia miliki, ia tetap merasa sendiri. Itulah
pertanyaannya selanjutnya. “Mengapa aku merasa hampa padahal aku telah memiliki
segalanya?”.
Hari berganti, Rey telah berhasih membuat beberapa bangunan. Namun tiba-tiba ia jatuh
sakit, sakit parah. Ia mengalami sakit komplikasi, kata dokter karena ia kurang olahraga.
Padahal ia selalu menjaga kesehatan, bahkan naik-turun tangga selama ia mengerjakan
proyek sudah lebih dari cukup jika dibilang olahraga. Rey harus keluar masuk rumah sakit
untuk itu. Dan muncullah pertanyaan terakhir “Mengapa takdir sakit mengungkungku, dan
didak langsung mati saja?” karena mungkin dia merasa lebih baik langsung mati saja
daripada harus menderita sakit itu.
Disaat ia sakit, Rey diberikan sebuah kesempatan. Kesempatan itu seperti memutar
kembali semua kisah hidupnya sejak ia kecil sampai ia jatuh sakit. Dalam kesempatan itu ia
didampingi oleh seseorang yang disebut dalam novel ini sebagai “orang berwajah-ramah”.
Kesempatan itu diberikan kepadanya hanya karena dia tanpa ia sadari memuji rembulan yang
selalu membuatnya merasa tenang, sehingga tanpa ia sadari ia memuji ciptaan Tuhan.
Kesempatan itu menjawab semua pertanyaan besar dalam hidupnya. Yang pada
dasarnya kehidupan adalah sebuah proses sebab akibat. Sesuatu yang kita kerjakan mungkin
adalah sebab bagi orang lain. Kehidupan ini saling berkesinambungan. Jangan melihat suatu
hal dari satu sisi saja, namun juga dari sisi yang lainnya. Jika kita ditinggalkan oleh
seseorang, jangan melihat dari sisi kita sendiri yang ditinggalkan, tapi juga dari sisi orang
yang meninggalkan kita. Mungkin orang yang meninggalkan kita akan mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Berfikir positif terhadap segala hal. Itu adalah pesan yang
disamaikan oleh Tere-Liye dalam novel ini. Sangat sederhana namun penuh makna. Pelajaran
moral: Gigih mencari apa yang kita yakini. Tidak sombong kepada alam, karena alam telah
ada sebelum kita, dan sesuatu yang kita butuhkan dapat kita cari di alam sekitar.
9. Resensi Novel Salah Asuhan
1) Identitas Buku

Judul : Salah Asuhan


Nama pengarang : Abdul Mu’is
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 2002
Jumlah halaman : 262 halaman
Ukuran Buku : 21 cm
Harga Novel : Rp. 20.000
Kota Terbit : Jakarta
3) Sipnosis Salah Asuhan
Hanafi dikirim ibunya ke Betawi untuk bersekolah di HBS (Hoogere Burger School).
Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, dia menginginkan anaknya menjadi orang
pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya. Masalah biaya,
dia berusaha keras untuk selalu memenuhinya walaupun harus meminta bantuan kepada
mamaknya, Sutan Batuah.
Selama di Betawi, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda, sehingga dia setiap hari
dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi setamat
HBS juga tidak terlepas dari lingkungan orang-orang Eropa. Hal ini karena dia bekerja di
kantor asisten residen di Sol

Judul : Jangan Buang Ibu, Nak


Pengarang : Wahyu Derapriyangga
Penerbit : Wahyu Qolbu
Terbit : Jakarta, 2014
Cetakan : I (pertama)
Ukuran : 12,7 x 19 cm
Tebal : x + 209 halaman
ISBN : 979 – 795 – 825 – 6
Harga : Rp. 38.000
Penulis Resensi : Syahbina Tama Harahap
Novel yang dikarang oleh Wahyu Derapriyangga merupakan novel ketiga penulis. Novel
ini berisi tentang kemuliaan dan bagaimana perjuanagn seorang ibu untuk anak – anaknya. Hal
ini terlihat ketika Sang ibu yang bernama Restiana harus kehilanagn suami untuk selama –
lamanya. Ia harus memperjuangkan hidup dan pendidikan ketiga anaknya yang masih kecil.
Walaupun sang ibu harus mencari nafkah untuk anak – anaknya, namun kasih sayang dan
perhatian sang ibu tidak pernah kurang apalagi lupa untuk anak – anaknya.
Disini juga dapat kita lihat betapa jauh dan berharganya pemikiran seorang ibu. Ketika
sang anak mulai menaruh hati pada lawan jenis dan ternyata orang tua dari gadis yang di ia
cintai tidak merespon positif, sang ibu pun tidak kehabisan akal. Ia membawa putra Sulungnya
untuk menemui orang tua dari gadis itu. Disisi lain sikap yang dilakukan sang ibu akan
mengubah pola pikir anaknya menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab atas masalah yang
didapatkan.
Kemenarikan dari novel ini saat tetangga bu Restiana yang selama ini membantu
kehidupannya telah meninggal dunia. Saat itu pula, anak bu Restiana yang sulung akan
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sehingga bu Restiana dan anak – anaknya harus
pergi ke Bogor dan memulai kehidupan baru.
Diakhir cerita, sang ibu menderita penyakit stroke selain disebabkan senjanya usia juga
karena mendengar anak pertamanya terjerat kasus narkotika. Karena anak bungsunya akan ikut
suami bertugas ke Aceh dan itu merupakan jarak yang amat jauh bagi bu Restiana, maka ia
dititipkan di panti jompo. Ironisnya sampai akhir hayatnya, tidak ada seorang anakpun yang
mengetahuinya.
Disinilah kita harus menghargai betapa berharga dan tulusnya kasih sayang dari sang
ibu. Sehari semalam 24 jam, seminggu 7 hari, sebulan 30 hari, setahun 12 bulan kerja kerasnya
tanpa pamrih. Novel ini cocok untuk orang tua yang akan mengajarkan penanaman moral
kepada anaknya agar selalu ingat dan menghargai orang tuanya.
Di dalamnya juga diterapkan bahasa yang mudah dicerna sehingga tidak
membingungkan pembaca dan pengaturan penulisan yang sedap dipandang mata membuat
pembaca tidak bosan.
Tak ada gading yang tak retak. Begitulah pepatah yang sering kita dengar. Tiada hasil
karya manusia yang sempurna. Kekurangan yang terdapat di dalam novel sangat sedikit sekali,
bahkan hampir tidak ada. Hanya saja ada sedikit alur cerita yang datang tiba - tiba, tetapi tdak
mengurangi kemenarikan untuk membaca novel ini..
terimakasih :)

Anda mungkin juga menyukai