3.1. Kesimpulan
Berdasarkan kisah yang telah kami baca yang berjudul “Jangan Buang Ibu, Nak.”
Menggambarkan sikap seorang anak yang tidak tahu terimakasih kepada ibunya,
kasih sayang yang telah diberikan oleh ibunya kepada ketiga anaknya tidak berbalas
baik,hal ini yang membuat ibu Restiana tidak mengerti mengapa semua kebaikan
yang ia lakukan tetapi anaknya malah membuangnya ke panti jompo. Novel yang
dikarang oleh Wahyu Derapriyangga yang berjumlah 209 halaman.
3.2. Saran
Dengan membaca novel ini semoga sang pembaca bisa menjadi seorang anak yang
berbakti kepada orang tua, dan bisa menghargai kerja keras seorang ibu untuk
menghidupi dan mencapai kesuksesan anaknya
Rp 42.000,-
Tambahkan ke keranjang
Kembali
SINOPSIS
Restina tidak mengerti, mengapa anak-anaknya tega mengantarkan ia ke tempat ini. Tempat
di mana Restiana tidak lagi menemukan kehangatan keluarga. Sunyi, dingin, dan tanpa
setitikpun gairah kehidupan. Ya, inilah PANTI JOMPO! Tempat di mana para anak menitipkan
orangtuanya karena enggan merawatnya. Tempat terbaik di mana para lansia tidak lagi
dapat mengganggu kesibukan dan kenahagiaan mereka, anak-anknya. Di tempatini Restiana
menghitung hari, menanti maut dating menjemput. Kini tidak hnya fisik Restiana yang
semakin rapuh akibat serangan stroke, melainkan hatinya juga hatinya telah hancur
menghadapi kenyataan bahwa ia telah “dibuang” oleh anak kandungnya sendiri. Anak yang
telah ia besarkan dengan darah dan air mata, tetapi membalasnya dengan perlakuan seperti
ini. Apa salah Restiana? Mengapa disaat ia telah tua dan rapuh, disaat ia butuh perhatian dan
kasih saying dari anak-anaknya, ia malah mendapat perlakuan seperti ini? Novel ini berkisah
tentang perjuangan seorang ibu yang tulus kepada anak-anaknya. Meskipun balasan dari
anak-anaknya sama sekali bertolak belakang atas apa yang telah ibunya berikan.
Identitas Buku
Resensi judul : Perjuangan Seorang Ibu
Judul buku : Jangan Buang Ibu Nak
Penulis : Wahyu Derapriyangga
Jenis buku : fiksi
Penerbit : Wahyu Qolbu
Cetakan I : Jakarta,2014
Tebal : 209 halaman
Bahasa Indonesia
1. Resensi Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
1) Identitas Buku
2) Sipnosis
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan
jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji
masa depan yang lebih baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan
kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku
membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku,
Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak
rambutku masih dikepang dua. Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah
menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke
bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut-
kan dari tangkai pohonnya.
3) Unsur intriksik
a. Tema : Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan
b. Gaya Bahasa:
a) Hiperbola : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang
segera ke Jakarta (Hal. 230)
b) Metafora : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun
menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
c) Personifikasi :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras,
ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d) Personifikasi :Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
e. Alur : Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran
f. Latar :
Tempat : Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
Waktu : Pagi, siang, sore dan malam
Suasana : Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g. Amanat :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah
meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan dan
menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h. Plot :
Perkenalan:
Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan
Dede, adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga
banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa
bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.
Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke
pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin.
Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
Antiklimaks:
Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada
akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan
tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di
Indonesia.
4) Unsur Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan
ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa
Tania.
Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit
yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh
Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang
menghalanginya.
Memegang janji ‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada
Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua
kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)
2. Resensi Novel Cinta Suci Zahrana
1) Identitas Buku
Tema adalah dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Nurgiyantoro
(2010:70). Tema dalam novel tersebut adalah cita-cita atau keinginan yang tulus akan dapat
tercapai apabila selalu berusaha, berdoa dan tawakal. Kegigihan seorang Tokoh Zahrana
dalam mengejar cita-cita hingga lalai dalam membina rumah tangga. Tema tersebut
tergambar dari perjuangan seorang wanita dalam memilih pasangan hidupnya sesuai dengan
idamannya, yakni yang tampan, saleh, cerdas, dan dapat dijadikan imam bagi rumah
tangganya demi kebahagiaan dalam menempuh hidup berumah tangga. Meskipun ditengah
perjuangannya, banyak kejadian-kejadian yang dapat membuat zahrana kecewa, namun
zahrana tetap sabar dalam menghadapinya.
b. Alur
Suatu alur cerita atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangka cerita di mana bagian-
bagian lain cerita itu disangkutkan, sehingga cerita itu kelihatan menjadi suatu bangunan
yang utuh. Alur terbagi dari tiga bagian, yaitu alur maju, alur mundur dan alur bolak balik.
Alur maju adalah alur yang urutan peristiwanya menceritakan dari awal hingga akhir. Alur
mundur adalah alur yang urutan peristiwanya menceritakan dari kini berbalik ke dulu. Alur
bolak balik adalah alur yang urutan peristiwa berbentuk bolak balik, cerita bergerak maju lalu
kadang mundur dan maju kembali, alur seperti ini juga sering disebut alur campuran.
(Hamidy, 2001: 26).
Berdasarkan analisis, alur yang digunakan pengarang adalah alur maju. Hal ini dapat
dilihat dari Zahrana yang merasakan kebahagiaan yang tidak sempurna terhadap prestasi
yang diraihnya. Disebabkan teringat oleh orang tuanya yang tidak merespon baik
penghargaan yang diraihnya, pada tujuannya adalah untuk membahagiakan orang
tuanya. “tetapi kenapa orangtuanya seperti tidak mengerti juga apa yang telah ia lakukan?
Saat ia menerima undangan dari Beijing dan ia beritahukan kepada mereka, mereka
menanggapinya biasa-biasa saja. Seperti tidak ada yang istimewa. Padahal itu adalah
undangan istimewa dan luar biasa” (2011:2) Selanjutnya, orang tuanya mendesak agar cepat
membina rumah tangga, namun ia masih juga belum menemukan pasangan yang tepat.
Kemudian datanglah sesosok pak Karman yang sangat buruk dimata Zahrana, lamaran itu
ditolak. Setelah itu, Zahrana ingin menikah dengan seorang pedagang kerupuk keliling, tetapi
nasib berkata lain, pedagang kerupuk itu meninggal dunia sehari sebelum resepsi pernikahan.
Akhirnya, Zahrana menemukan sosok Hasan, seorang mahasisiwa yang pernah menjadi
mahasiswanya tersebut dan menikah dengan Hasan. Barulah Zahrana melanjutkan studinya
S3 ke China bersama Hasan untuk S2.
c. Latar
“Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang
berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung”. (Stanton, 2007: 35).
Adapun dalam novel Cinta Suci Zahrana memiliki latar tempat di Semarang, UNDIP,
Yogyakarta, UGM, Bandung, ITB, China (Beijing), Pesantren, dan di Masjid.
d. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat yang secara segaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang terbagi tiga, yaitu: (1) sudut pandang
persona ketiga “Dia”, yang terdiri dari “dia” maha tahu dan “Dia” terbatas, “Dia” sebagai
pengamat. (2) sudut pandang persona pertama: “Aku”, terdirir dari “Aku” tokoh utama dan
“Aku” tokoh tambahan. (3) sudut pandang Campuran. (Nurgiyantoro, 2010:248-266)
Pengarang mengggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” maha tahu. Terlihat dalam
kutipan berikut ini.
“hari sudah gelap. Pak Munajat masih di mushalla. Seperti biasa orang tua itu akan tetap
berada di mushalla sampai isya. Bu Nuriyah membaca Al-Quran dengan mengeja terbata-
bata. Zahrana merasa lebih segar tubuhnya. Setelah istirahat, mandi dan sholat maghrib ia
kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil mendengarkan ibunya mengaji”. (2011:
154)
e. Gaya Bahasa
Gaya adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang
akan diungkapkan. (Nurgiyantoro, 2010: 227)
Berdasarkan analisis, pengarang menggunakan bahasa Indonesia dan beberapa bahasa jawa.
Seperti, “yang penting pesan ibu, tutukno sekolahmu. Sekolaho sak duwur-duwure yo
ndukben ora asor uripmu”. (2011:8).
f. Tokoh dan Penokohan
“Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita dan perwatakan menunjuk pada
penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita”
(Nurgiyantoro, 2010: 165).Berikut beberapa tokoh yang terdapat dalam novel tersebut:
1. Tokoh Zahrana yang selalu sabar dalam menanti jodoh yang shaleh, yang memiliki prestasi
belajar cukup baik hingga sampai ke China.
2. Tokoh kedua orang tua zahrana yang terus mendesak agar cepat menikah dan tak ingin
zahrana terus mengejar prestasinya yang terlalu sering diraihnya.
“Bu! Tanya anakmu ini, sampai kapan dia mau senang-senang cari gelar, cari penghargaan,
dipuji-pujikepinteranny. Sampai lupa umur dan jadi perawan tua. Sampai kapan begini
terus?” kata Pak Munajat lebih keras.(2011:115)
3. Tokoh Pak Karman adalah seorang dekan Fakultas Teknik yang memiliki sifat yang buruk,
yang sangat tidak terpuji. Sifat pak Karman yang tergambar jelas dari pesan singkat, saat
Zahrana menolak lamarannya.
“wajah sejik sahabatnya terbayang dipelupuk matanya. Ia sangat beruntung punya sahabat
sebaik Lina. Meneduhkan dikala gelisah, dekat dikala susah, mengobati dikala sakit dan
mesra dikala bahagia. Itulah sahabat sejati. Itulah Lina”. (2011:21)
g. Amanat
Pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam novel ini adalah seorang harus sabar,
tawakal, beusaha dan berdoa dalam menempuh cita-citanya serta selalulah memohon kepada
Allah SWT dalam memilih jodoh.
Unsur Ekstrinsik
a. Kepengarangan
b. Nilai moral
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca,
merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita.
(Nurgiyantoro, 2010: 320). Pengarang mengharapkan para pembaca agar mencontoh tokoh
Zahrana yang sanagt-sangat peduli dengan pendidikan. Seperti yang kita ketahui, kebanyakan
seorang wanita jarang sekali mengejar pendidikannya hingga Doktor, namun pengarang
menanpilkan tokoh Zahrana yang mampu mengubah pemikiran tersebut. Tokoh Zahrana juga
sangat berhat-hati dalam memilih jodoh, ia terus berusaha menemukan sosok yang mampu
memimpinnya kelak, seorang suami yang shaleh.
3. Resensi Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
1) Identitas Buku
b. Alur/Plot
Susunan alur atau plot dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
Pengarang mulai melukiskan keadaan
Cerita ini dimulai saat pengarang melaksanakan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji.
Ketika menginjakan kaki di tanah suci, aku menumpang di rumah seorang syekh yang pekerjaan
dan pencahariaannya dari memberi tumpangan bagi orang haji. Di tempat tumpangan itu si Aku
bertemu dengan seorang pemuda yang berusia kira-kira 23 tahun. Pemuda itu menurut syekh
berasal dari Sumatra. Dalam beberapa hari si Aku dapat berkenalan dengannya. Tetapi baru
saja dua bulan si Aku bergaul dengannya, pergaulan itu terusik oleh seorang jemaah dari
Padang. Nama Jemaah yang baru itu yaitu Saleh dan sahabat saya sebelumnya yaitu bernama
Hamid. Karena merasa penasaran dengan perubahan sifat itu, suatu malam si Aku
memberanikan diri menanyakan sebab perubahan sifat itu.
Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak
Fase ini merupakan fase yang menceritakan Hamid memiliki perasan yang lain terhadap
Zainab. Perasaan sayang yang dahulu dirasakan seorang kakak terhadap seorang adik, tetapi
kini perasaan itu berubah menjadi rasa sayang seorang seorang laki-laki remaja terhadap gadis
remaja.
Bermula saat Hamid dan Zainab tamat tamat sekolah. Seperti biasa karena Zainab anak
perempuan ia tidak melanjutkan sekolah, sementara Hamid karena anak laki-laki ia dapat
meneruskan sekolah. Itu pun karena bantuan dari Engku Haji Ja’far. Hamid melanjutkan cita-
citanya itu di Padang Panjang. Tetapi sejhak ia pindah ke Padang Panjang, ia merasa kesepian.
Ia merasa kehilangan teman yang selalu menemaninya Zainab.
Keadaan mulai memuncak
Pada fase ini diceritakan bahwa Hami2d mendapatkan musibah besar yang tak disangka-
sangkanya secara berturut-turut, yaitu meninggalnya Haji Jafar dan ibunya. Semenjak kepergian
Haji Ja’far itu, semuanya menjadi berubah. Hamid tak dapat leluasa menemui Zainab, karena
Zainab telah dipingit oleh mamaknya.
Peristiwa mencapai klimaks
Fase ini merupakan fase yang sangat dahsyat dalam perjalanan cerita. Sudah sedih
kehilangan dua orang yang sangat dicintai yaitu Haji Ja’far dan Ibunya, kini ia dihadapkan pada
satu perintah yang bertolak belakang dengan keinginanya. Mak Asiah meminta Hamid untuk
melunakan hati Zainab supaya Zainab mau dipertunangkan dengan seorang laki-laki kemenakan
almarhum haji Ja’far yang ada di Padang Hulu.
Pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa
Ketika di Mekah Hamid bertemu dengan Saleh, teman sekampungnya yang kebetulan akan
menunaikan ibadah Haji. Kehadiran Saleh memberikan informasi kepada Hamid tentang keadan
di kampungnya dan tentang Zainab. Tentu ini semua membuat bahagia Hamid. Saleh juga
memberi tahu bahwa Zainab mencintai Hamid, Saleh tau hal tersebut dari istrinya yaitu Rosna
yang kebetulan Rosna adalah teman sepermainannya Zainab. Dibuktikan lagi dengan surat yang
dikirim Zainab kepada Hamid.
Jadi, berdasarkan uraian di atas susunan alur/plot novel Di Bawah Lindungan Ka’bah Karaya
Haji Abdul Malik Karim Amrulla (HAMKA) dapat dikatakan sebagai plot sorot balik atau flasback.
c. Tokoh dan Perwatakan
1) Hamid sebagai tokoh utama karena Hamid digambarkan dalam cerita hampir menjelajahi
seluruh persoalan.
2) Zainab sebagai tokoh utama karena Zainab tokoh yang menjadi kejaran Hamid dan hampir
menjelajahi seluruh persoalan.
3) Ibu sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya hanya saat-saat tertentu dan tidak menjelajahi
seluruh persoalan dalam cerita.
4) Haji Ja’far sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh
persoalan.
5) Mak Asiah sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh
persoalan.
6) Saleh sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh
persoalan.
7) Rosna sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh
persoalan.
d. Penggambaran watak tokoh-tokoh
1) Tokoh Hamid
Tokoh Hamid mempunyai watak berubah/roud character. Pada bagian lain Hamid
digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tabah dan sabar serta tegar. Pada penggambaran
ini dinamika kepribadian Hamid yang dominan yaitu superego yang menguasai aspek atau tugas
kerja id dan ego…sehingga Hamid berperilaku baik dan taat kepada nilai dan norma, baik norma
hukum, sosial, dan agama. Hamid seorang anak muda yang baru berusia kira-kira 23 tahun,
badannya kurus lampai, rambutnya hitam berminyak, sifatnya pendiam, suka bermenung
seorang diri.
2) Zainab
Zainab mempunyai watak berubah/roud character. Tokoh Zainab ini digambarkan oleh
pengarang mengalami perubahan wataknya, setelah terjadi peristiwa, yaitu: Hamid pergi tanpa
memberi tahu dirinya. Zainab seorang gadis yang baik, walaupun ia anak orang kaya tetapi dia
mau berteman dengan orang miskin.
Zainab lahir dan tumbuh pada keluarga kaya dengan didikan orang tua yang memegang
agama, peramah, dan mencintai orang miskin. Sehingga wataknya tak jauh dari dari kedua
orang tuanya yaitu rendah diri. Zainab seorang gadis yang lemah. Zainab menjadi putus asa.
3) Tokoh Haji Ja’far
Tokoh Haji Ja’far mempunyai watak datar atau flat character. Dalam cerita ini, Haji Ja’far
intensitas keterlibatanya hanya digambarkan sedikit, itu pun memiliki watak tidak berubah. Haji
Ja’far mempunyai watak baik hati dan dermawan.
4) Mak Asiah
Mak Asiah mempunyai watak datar/flat character, karena intensitas keterlibatannya juga
sedikit. Sama halnya dengan dengan Haji Ja’far, Mak Asiah pun memiliki watak dermawan dan
rendah hati, serta memiliki rasa belas kasihan. Watak Mak Asiah, yaitu: penyayang. Mak Asiah
memiliki watak hatinya mudah tersentuh, ketika mendengar kesusahan orang lain.
5) Tokoh Ibu
Ibu digambarkan menjadi seorang tokoh yang mengalami perubahan watak. Pada bagian
lain ibu memiliki watak putus asa, tetapi dibagian lain lagi ibu memiliki watak tidak putus
harapan. Kadangkala ibu seorang pemarah, seorang yang penuh kasih sayang. Ibu bersifat
sabar. Ibu juga memiliki sifat penyayang, ia tidak menginginkan Hamid sedih, dan ia juga tidak
mengharapkan anaknya tak punya teman, sehingga disuruhya Hamid untuk bermain.
6) Tokoh Saleh
Tokoh Saleh mempunyai watak berubah/roud character. Pada sisi lain Saleh memiliki watak
susah memegang rahasia, tapi pada sisi lain lagi ia seorang yang setia kawan.
7) Tokoh Rosna
Tokoh Rosna mempunyai watak flat character atau watak datar. Dari awal sampai akhir
watak Rosna digambarkan tidak ada perubahan. Rosna memiliki watak setia dan teguh hati.
Rosna juga memiliki watak mudah tersentuh.
8) Tokoh Aku (Pengarang)
Tokoh aku memiliki watak datar. Tokoh aku memiliki watak lemah hati.Tokoh Aku memiliki
watak mudah dipercaya.
e. Latar atau Setting
1) Latar Tempat
a. Di Mekah b. Di Kota Padang
c. Di Rumah d. Di Halaman Rumah
e. Di Puncak Gunung Padang f. Di Padang Panjang
g. Pekuburan Ma’ala
2) Latar Waktu
a. Tahun 1927 b. Bulan Ramadan, Bulan Syawal
c. Bulan Zulhijjah d. Pagi
e. Hari Minggu f. Malam
g. Sore
3) Latar Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial keagamaan
b. Lingkungan sosial penghasilan rendah
4) Latar Suasana
a. Suasana sedih
b. Suasana Bahagia
f. Gaya
1. Gaya pengarang
Gaya pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita adalah dengan bentuk narasi dan
deskripsi. Pengarang mengungkapkan tema yang dipilihnya dengan bahasa yang halus, disertai
dengan bahasa-bahasa yang berhubungan dengan keagamaan. Dia memilih susunan peristiwa
agak berbelit-belit, karena dalam cerita ada sebuah cerita, sehingga membutuhkan ketelitian
bagi pembaca. Tokoh yang ditampilkan diungkapkan secara terang-terangan. Untuk setting
banyak perubahan, pada bagian awal latar tempat digambarkan di Mekah, pada penggambaran
selanjutnya dibeda tempat, sehingga susah dicerna oleh pembaca. Dia menyusun plot tanpa
dimulai dari awal, tetapi pada bagian amanat sangat jelas tergambar. Hal tersebut dapat dilihat
dari bukti di bawah ini.
a. Bahasa-bahasa yang digunakan berhubungan dengan keagamaan.
b. Karakter-karakter tokoh yang ditampilkan diungkapkan secara terang-terangan.
c. Setting tempat banyak perubahan.
2. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang banyak dituangkan pengarang dalam memperkuat cerita novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut.
a. Gaya bahasa asosiasi b. Gaya bahasa hiperbolisme
c. Gaya bahasa antithese d. Gaya bahasa personifikasi
e. Gaya bahasa repetisi f. Gaya bahasa klimaks
g. Gaya bahasa euphimisme h. Gaya bahasa metaphora
i. Gaya bahasa pleonasme
g. Amanat
1. Amanat umum
Amanat umum yang dapat diambil dari novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
a) Dalam menghadapi suatu masalah harus lebih bijak dan memahami perasaan orang lain,
serta harus bersabar dan dapat menerima kenyataan walau menyakitkan.
b) Perjalanan lurus dalam memupuk cinta dan mempertahankan cinta.
2. Amanat khusus
Amanat khusus yang tersebar dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
a) Kita harus memupuk dan mempertahankan cinta dengan jalan lurus, artinya harus dengan
jalan ridho Ilahi.
b) Jangan menumbuhkan perasaan jika akhirnya akan membawa duka.
c) Belajarlah dengan sungguh-sungguh.
4. Resensi Novel Rumah Tanpa Jendela
1) Identitas Buku
b. Watak
Tokoh Watak