Anda di halaman 1dari 7

EKSPRESI SASTRA

ANALISIS CERPEN “SUKAB DAN SEPATU”


KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

Oleh
Nama : Tiara Lovita

NPM : A1A018068

Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu : Fina Hiasa, M.A.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021/ 2022
ANALISIS CERPEN SUKAB DAN SEPATU
KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
A. Sinopsis cerpen“Sukab dan Sepatu”

Upik meminta seorang tukang cerita untuk menceritakan sebuah kisah tentang kesetiaan.
Maka, tukang cerita pun menceritakan kisah tentang sepatu sebagai berikut: Seorang lelaki
bernama Sukab mempunyai sebuah sepatu yang telah dipakainya selama tujuh belas tahun.
Sekarang, kondisi sepatunya sudah sedemikian menyedihkan karena sepatu itu sudah usang.
Lana menyarankan Sukab untuk memperbaiki saja sepatu itu. Sementara Maya marah besar
karena Sukab masih saja mengenakan sepatu usang itu. Sukab pun meminta tukang sol untuk
memperbaiki sepatu usangnya. Tetapi, Maya datang ke kantor dan mengantarkan sepasang
sepatu yang baru. Sukab merasa lain saat mengenakan sepatu barunya. Saat pulang, Sukab
mampir ke tempat Muntu, menitipkan sepatu baru dan mengenakan sepatu lamanya kembali
pulang ke rumah. Pada malam harinya, Sukab pun menyadari bahwa ia adalah pribadi yang
tidak setia.

B. Analisis Cerpen “Sukab dan Sepatu”


1. Tema Cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Secara etimologis kata tema berasal dari istilah meaning, yang berhubungan arti, yaitu
sesuatu yang lugas, khusus, dan objektif. Lebih jauh Sudjiman memberikan pengertian
bahwa tema merupakan gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra
(1992:52).
Tema atau pokok persoalan cerpen Sukab dan Sepatu sesungguhnya terletak pada
persoalan yang sedang mempertanyakan tetang kesetiaan.
“ceritakanlah padaku tentang kesetiaan”, kata Upik kepada tukang cerita itu. Maka, tukang
cerita itu pun bercerita tentang sepatu ( hal 1).
Dengan demikian, jika kita buat kesimpulan atas fakta di atas maka tema cerpen ini
adalah “kesetiaan”.

2. Alur cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma


Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan
hubungan-hubungan konsolitas itu memiliki struktur. Strukturnya itu terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Didalam cerpen ini, struktur
plot itu dapat diuraikan seperti berikut.
a. Pada bagian awal cerita ini, sang tokoh utama mendapatkan suatu masalah yang
menjadi pergulatan batinnya, sekaligus sebagai awal dari permasalahan cerita.
sukab masih tercenung memandang sepatunya. Ia seperti memikirkan sesuatu. Lana
seolah bisa membaca pikirannya.
“dijahit apa, solnya diganti, lantas disemir lagi”.
Sukab mengelengkan kepala.
“kamu rupanya memang tidak pernah mencoba berpikir untuk membeli yang baru”(
hal 1).
Berdasarkan data ini tampak jelas bahwa yang kelihatan cerita mulai bergerak dan
tebuka adalah karena informasi ini belum tuntas bahkan menimbulkan pertanyaan,
mengapa si Sukab berpikir untuk membeli sepatu baru? bagaimana hal itu bisa terjadi?
Sehingga ketidakstabilan ini memunculkan suatu pengembangan suatu cerita
b. Bagian Tengah
Meskipun ketidakstabilan dalam cerita memunculkan suatu pengembangan cerita
tetapi bagian tengah tidak dimulai dari ketidakstabilan itu. Justru, bagian tengah
dimulai dengan jawaban atas pertanyaan yang muncul, seperti yang disebutkan dalam
bagian awal. Jawaban itu sedikitnya menggambarkan suatu konplik, bahwa kenapa si
Sukab ingin mengantikan sepatunya dan siapa yang mendukung dan tidak
mendukungnya. Data untuk ini seperti berikut:
“apa salahnya dengan membeli sepatu baru? Kita tidak hidup di zaman Orla, ketika
uang seribu bisa jadi satu rupiah. Sekarang ini sepatu lebih dari satu bukan
kemewahan. Kalau ada yang bagus dan kita kepingin, ya beli saja, tidak usah
menunggu sepatu yang lama sampai rusak hancur tanpa sisa. Lagi pula kita tidak
semiskin-miskin amat?” ( hal 1).
Data konflik ini kemudian diperkuat dengan pemunculan tokoh alur yang menyuruh
Sukab untuk memakai sepatu batu, dan meyurunya untuk membuang sepatu yang
lama. Datanya sebagai berikut.
“Lho, masih dipakai?”
Sukab tersenyum masam, mengajukan sepatunya.
“Masih enak dipakai,” katanya.
Dhuar! Maya membanting pintu.
“Kamu jangan pernah masuk rumah ini selama sepatu itu belum diganti,” teriak
Maya dari dalam,”sudah berapa kali aku minta sepatu jelek itu dibuang? Aku jijik
sana kamu. Pergi!”( hal 2).
Karena ingin menghargai sikap Maya yang menginginkan Sukab untuk memakai
sepatu baru, maka Sukap pun mengabulkannya, dan memakai sepatu baru yang diberi
oleh Maya kepadanya. Tetapi bukan berarti ia harus membuang sepatu lamanya, ia
menggunakan sepatu baru hanya ketika pergi kerumah Maya dan kantornya,
sebaliknya ia memakai sepatu lama ketika pulang kerumah dan bertemu Lana.
c. Bagian Akhir
Bagian terakhir cerita ini ternyata menarik. Menarik karena adanya pengetahuan yang
didapati dari ahkir cerita. Pengetahuan itu sendiri merupakan arti dari kesetiaan yang
merupakan pertanyaan Upik kepada Pencerita, yaitu. Data berikut menggambarkan hal
ini.
Dalam mimpinya, sukab berpikir tentang kesetiaan. Ya, kau sebetulnya orang yang
setia, pikirnya. Masalahnya, kepada siapakah aku harus setia? Apakah aku harus
tetap memakai sepatu Lama? Apakah aku harus tetap memakai sepatu Baru? Apakah
aku harus memakai Sepatu Lama Kiri dan Sepatu Baru Kanan? Tapi bagaimana nanti
kata orang? Lagipula apakah sepatu-sepatu mau dipasangkan begitu? Bagaimana
kalau tidak usah bersepatu saja? ( hal 4).
Sepanjang malam Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa selama
ini ia memang tidak bisa setia kepada siapa pun, ia hanya setia kepada hidup ( hal 4).
Penyelesaian yang penuh tanda tanya ini agaknya menyisakan pertanyaan, apakah
yang dimaksud dengan kesetiaan yang diceritakan oleh pencerita tersebut
Jika struktur alurnya seperti di atas maka alur cerpen ini dikelompokkan ke dalam alur
maju. Dikatakan demikian karena benar-benar bertumpu pada kisah sebelumnya dan pada
akhirnya terdapat jawaban, yang oleh tokoh Sukab kisah itu diceritakan.

3. Tokoh cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma


Dalam pembicaraan sebuah fiksi ada istilah tokoh. Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi
merupakan unsur yang sangat penting bahkan menentukan. Hal ini karena tidak mungkin
ada cerita tanpa kehadiran tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya gerak tokoh yang
akhirnya menbentuk alur cerita. Rangkaian alur cerita merupakan hubungan yang logis
yang terkait oleh waktu.
Tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita Para tokoh yang berperan dalam
cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” terdiri dari dua yaitu tokoh yang merupakan
manusia dan tokoh benda.
Meskipun sangat pendek, cerpen ini menggunakan empat pasang tokoh. Dua pasang
tokoh manusia dan dua pasang tokoh sepatu. Tokoh manusia merupakan dua pasang
suami istri: Lana dan Sukab serta Maya dan Sukab. Lalu, tokoh dua pasang sepatu: sepatu
lama dan sepatu baru.
Tokoh sentral dalam cerita ini adalah Sukab.saat akan berangkat kerja. Saat akan
berkerja, Sukab memikirkan bagaimana kalu sepatunya diganti. Tetapi lana berpendapat
lain. Sepatu lama itu masih bisa dipakai, meskipun telah digunakan selama tujuh belas
tahun. Lana meyakinkan dengan berbuat begitu, sukab dalah orang yang setia, namun
Sukab merasa ragu akan dirinya, apakah ia benar orang yang setia. Sementara disisi lain,
Maya yang tidak menyukai kalau Sukab memakai sepatu lamanya. Ia bahkan mengancam
Sukab untuk tidak boleh pergi kerumahnya kalau masih memakai sepat lama. Sehingga
Sukab mengambil keputusan untuk memakai sepatu lama diepan Lana, dan memakai
sepatu baru didepan Maya.

4. Latar cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma


Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan
yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar dalam
cerpen ini terbagi tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.
a. Latar Tempat
Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal,
sekolah, kampus, hutan, dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas
disebutkan oleh pengarangnya, seperti di dalam rumah, didepan rumah, tempat semir
sepatu, seberang jalan raya, di kantor, datanya sebagai berikut:
Ujar lana sambil berlalu “ sudah, berangkat sana. Kalau masih ada kamu aku tidak
dapat menyapu.”( hal 1)
Dalam perjalanan, Sukab berpikir tentang sepatu, dan keseriaan. ( hal 1).
“kamu jangan pernah masuk rumah ini selama sepatu itu belum diganti, “sudah
berapa kali aku minta sepatu jelek itu dibuang? Aku jijik sama kamu. Pergi!”( hal 2).
Sebelum masuk kantor, Sukab meninggalkan sepatunya ditukang sol sepatu
diseberang jalan. Ia berjalan sepanjang koridor sambil menenteng kaos kaki. Orang-
orang melihatnya berjalan tanpa sepatu. ( hal 2).
b. Latar waktu
Latar waktu dalam cerpen ini adalah seperti yang terdapat dalam data berikut:
Menjelang senja, seorang mengetuk pintu ruangannya.
“pak ada tamu.”( hal 2).
Malam pun lengkap. Semua orang tertidur. Itulah saat benda-benda mati berbicara. (
hal 3).
Rembulan masih terang. Lawa-lawa beterbangan.
Sepanjang malam Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa selama
ini ia memang tidak bisa setia kepada siapa pun ia hanya setia kepada hidup. ( hal 4)
Jadi latar waktu dalam cerpen di yaitu sore hari dan malam hari.
c. Latar Sosial
Dalam latar sosial cerpen ini digambarkan dalam data berikut.
“apa salahnya dengan membeli sepatu baru? Kita tidak hidup di zaman Orla, ketika
uang seribu bisa jad seratus rupiah. Sekarang sepatu lebih sari satu bukan
kemewahan, kalau ada yang bagus dan kita kepingin, ya beli saja, tidak usah
menunggu yang lama sampai rusak hancur tanpa sisa. Lagi pula kita kan tidak miskin-
miskin amat?” (hal 1).

5. Amanat cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma


Di dalam sebuah cerita, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa
oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluruh cerita. Gagasan yang
mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok
persoalan itu. Dengan kata lain solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu dimaksudkan
untuk memecahkan pokok persoalan, yang didalamnya akan terlibat pandangan hidup dan
cita-cita pengarang. Hal inilah yang dimaksudkan dengan amanat. Dengan demikian,
amanat merupakan keinginan pengarang untuk menyampaikan pesan atau nasihat kepada
pembacanya.
Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Sukab Dan Sepatu karya Seno Gumira
Ajidarma adalah jangan suka membuang barang yang lama yang masih layak pakai,
bersikap setia lah pada pilihan kita, setia kepada hidup. Data dari amanat yang
diampaikan sebagai berikut.
a. Jangan suka membuang barang yang sudah lama yang masih layak dipakai. Data pada
halaman 3
“Dunia kita pun sudah kuno Sukab, tapi manusia selalu berhasil memperbaharuinya
kan? Jangan suka membuang barang lama. Habis manis sampah dibuang. Tidak baik
begitu”
b. Bersikap setia lah pada pilihan kita.
Sepatu Lama Kiri bergeser mendekati Sepatu lama Kanan.
“Apakan kamu akan tetap setia padaku,” bisiknya.
Sepatu Lama Kanan menangguk-angguka.( hal. 3)
c. Setialah pada hidup kita sendiri
Sepanjang malam Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa
selama ini ia memang tidak bisa setia pada siapa pun ia hanya setia pada hidup.( hal.
4)

6. Gaya cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma


Gaya merupakan sarana bercerita. Dengan demikian gaya biasa disebut sebagai cara
pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang atau sebagai cara pemakaian
bahasa spesifik oleh seorang pengarang. Jadi, gaya merupakan kemahiran seorang
pengarang dalam memilih dan menggunakan kata, kelompok kata, atau kalimat dan
ungkapan atau bisa juga disebut majas kata dalam cerita.
Di dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan kata-kata yang atau kata-kata
denotasi. Selain itu penggunaan tokoh bukan manusia juga membuat cerita sepenuhnya
menampilkan realitas sastra berupa realitas imajiner yang dengan hidup diperankan dua
pasang sepatu, menjadikan tokoh bersifat antropomorfisme. Segi penggunaan tokoh
semacam ini sangat jarang digunakan dalam sastra Indonesia.

7. Sudut Pandang cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Sudut pandang adalah bagai mana cara pandang pengarang untuk mengambarkan tokoh
yang terdapat dalam cerita atau karya sastra. Sudut pandang yang ditampilkan pengaarang
dalan cerpen ini adalah sudut pandang nengan menggunakan orang kedua, yaitu dengan
menggunakan nama-nama tokoh sebagai pemeran utama dalam cerita, walaupun ceritanya
berupa penceritaan kisah terhadap seseorang yang ingin menggetahui apa arti kesetiaan,
tetapi ia tidak menggunakan tokoh aku, melaikan menggunakan peran orang kedua

Anda mungkin juga menyukai