Anda di halaman 1dari 28

KONSEP BIOLISTRIK

Anna Layla Salfarina


PENGANTAR BIOLISTRIK
• Atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur
yang mempertahankan karakteristik kimia dari unsur
tersebut.
• Ion merupakan atom atau sekumpulan atom yang
mengandung sejumlah proton dan elektron yang
berbeda bersifat positif atau negatif dan bermuatan
listrik.
• Muatan Listrik  sifat yang secara otomatis hadir
bersama partikel-partikel benda dimanapun partikel-
partikel tersebut berada. Satuan muatan listrik :
Coulomb (C).
• Muatan listrik pada benda dapat dipindahkan 
muatan listrik neto  perbedaan muatan listrik.
PENGANTAR BIOLISTRIK
• Potensial Listrik  energi potensial persatuan
muatan pada sebuah titik di dalam sebuah medan
listrik. Satuan potensial listrik : volt (V).
Potensial listrik  perbedaan muatan elektron 
elektron mengalir/bergerak dari titik dengan
konsentrasi tinggi menuju titik dengan konsentrasi
rendah.
• Arus Listrik  kecepatan aliran elektron per detik.
Satuan arus listrik : ampere (A).
• Hambatan Listrik  jika voltase sebesar satu volt
dapat menghantarkan arus sebesar satu ampere
melalui suatu hambatan  hamabatan sebesar 1
ohm.
PENGANTAR BIOLISTRIK

• Hubungan antara arus, beda potensial, dan hambatan 


Hukum Ohm
I = kuat arus (A)
V V= tegangan (V)
I
R R = hambatan (Ω)

• Hubungan antara beda potensial, arus dan waktu 


Hukum Joule menimbulkan efek panas
Q = energi panas (Joule)
Q  V I t V= tegangan (V)
I = kuat arus (A)
t = lamanya arus mengalir (s)
KELISTRIKAN DI DALAM TUBUH
SISTEM SARAF DAN NEURON
Sistem saraf dibagi dua :
a. sistem saraf pusat
Terdiri dari saraf afferent dan saraf
efferent
b. sistem saraf otonom : mengatur
organ dalam tubuh secara tidak
sadar.

Neuron  struktur dasar sis. Saraf


 menerima, menginterpretasikan
dan menghantarkan informasi (aliran
listrik).
Gambar 1. Skema sel saraf
SISTEM SARAF DAN NEUTRON
KONSENTRASI ION DI
DALAM DAN DI LUAR SEL

Gambar 2. Gambaran ion di dalam


dan di luar sel saraf.

Gambar 3. Model membran


permeabel ion KCl
KELISTRIKAN SEL SARAF

Gambar 4. Sel saraf dalam keadaan Gambar 5. Sel saraf saat mendapat
istirahat. rangsangan dari luar.
KELISTRIKAN SEL SARAF

Gambar 6. Sel saraf dalam keadaan Gambar 7. Sel saraf dalam keadaan
polarisasi. repolarisasi.
PERAMBATAN POTENSIAL AKSI

a. Mula-mula

b. Adanya rangsangan,
terjadi depolarisasi

c. Potensial aksi
merangsang daerah
sekitarnya.
Gambar 8. Skema perambatan
potensial aksi sel saraf
PERAMBATAN POTENSIAL AKSI

Gambar 9. Grafik refrakter


pada sel saraf

Gambar 10. Skema refrakter


pada sel saraf
KELISTRIKAN JANTUNG

Simpul SA  depolarisasi otot jantung atrium dan darah


dipompa ke ventrikel  repolarisasi otot atrium  simpul
AV  depolarisasi ventrikel kanan dan kiri  darah
dipompa ke arteri pulmonalis dan aorta  repolarisasi saraf
dan otot ventrikel  mulai dari simpul SA
KELISTRIKAN JANTUNG

Perbedaan sel otot jantung dengan sel otot bergaris :


a. Konduksi gel. depolarisasi sangat cepat
b. Periode refrakter yang panjang
c. Tidak memerlukan rangsangan dari luar
KELISTRIKAN JANTUNG

Distribusi potensial di dada Skema gelombang


saat ventrikel mengalami depolarisasi yang berjalan
depolarisasi. di sepanjang dinding
jantung.
KELISTRIKAN TUBUH
PENGUKURAN KELISTRIKAN OTOT
ELEKTROMIOGRAM (EMG)
 Pencatatan potensial otot selama pergerakan otot
a. Sel otot tunggal
PENGUKURAN KELISTRIKAN OTOT
b. Beberapa serat otot
PENGUKURAN KELISTRIKAN OTOT
ELEKTRONEUROGRAM (ENG) (a). Rangsangan rendah

(b). Rangsangan cukup tinggi


(c). Rangsangan tinggi
PENGUKURAN KELISTRIKAN MATA
ELEKTRORETINOGRAM (ERG)

Hasil ERG
PENGUKURAN KELISTRIKAN MATA

ELEKTROOKULOGRAM (EOG)

Hasil EOG
PENGUKURAN KELISTRIKAN OTAK
ELEKTROENCEPALOOGRAM (EEG)

Frekuensi isyarat gelombang listrik otak :


1. Delta (lambat) : 0,5 – 3,5 Hz
2. Teta (menengah) : 4 – 7 Hz
3. Alfa (normal) : 8 - 13 Hz
4. Beta (cepat) : > 13 Hz
PENGUKURAN KELISTRIKAN JANTUNG
ELEKTROCARDIOGRAM (ECG)
A. Lead Dasar
PENGUKURAN KELISTRIKAN JANTUNG

b. Lead prekordial (lead unipolar perikordial)


PENGUKURAN KELISTRIKAN JANTUNG

Grafik hasil pemeriksaan EKG

PR segment : Tidak ada


transmisi impuls di
simpul AV.

QRS : menunjukkan
depolarisasi ventrikel.
PENGUKURAN KELISTRIKAN JANTUNG

ST segment : Tidak ada


transmisi impuls karena
adanya periode refrakter di
sel mitokondria.

Gelombang T : repolarisasi
pada ventrikel.
PENGGUNAAN LISTRIK DAN MAGNET PADA
PERMUKAAN TUBUH
1. FREKUENSI ARUS LISTRIK
a. Listrik frekuensi rendah
- Frekuensi antara 20 – 500.000 Hz
- Memiliki efek merangsang saraf dan
otot sehinnga terjadi kontraksi otot
- Alat-alat menghasilkan frekuensi
rendah : simulator dengan rangkaian
multivibrator.
- Memperhatikan frekuensi,
pengulangan pemakian, dan bentuk
gelombang yang digunakan.
- Arus faradik digunakan dalam waktu
singkat dan merangsang persarafan
otot.
- Arus listrik interuptur (terputus-
putus) atau arus DC modifikasi
digunakan dalam jangka waktu lama, Gambar 1. Kiri : gambar arus faradik.
bertujuan merangsang otot yang Kanan : arus DC yang dimanipulasi [(1)
telah kehilangan persarafan rectangular, (2) trapezoidal, (3) triangular,
(4) saw-tooth, (5) depolarised]
PENGGUNAAN LISTRIK DAN MAGNET PADA PERMUKAAN TUBUH
b. Listrik frekuensi tinggi
- Frekuensi > 500.000 Hz
- Dihasilkan sirkuit osilator dengan
rangkaian kondensator dan inductor
- Bentuk gelombang osilasi yang
dihasilkan : sustain (terus menerus),
unsustain (tidak terus menerus),
demping (redam), dan undemping
(tidak meredam).
- Merangsang saraf motoris atau saraf
sensoris.
- Sifat : memanaskan  digunakan
sebagai metode diatermi dalam
kedokteran.

Gambar 2. Rangkaian osilator


PENGGUNAAN LISTRIK DAN MAGNET PADA PERMUKAAN TUBUH
• Short wave diathermy (diatermi
gelombang pendek)
Menggunakan dua metoda : metoda
capacitance (metode kondensor) dan
metoda inductance (metode induksi).
- Metoda capacitance (kondensor)
Prinsip : elektroda diletakkan pada
masing-masing sisi yang akan (A)
diobati dan dipisahkan dari kulit
dengan bahan isolator.
Saat kedua elektroda dialiri arus
listrik  timbul medan magnet
listrik diantara kedua elektroda.
Sampel yang ada di dalam medan
listrik  vibrasi, elektrolit
mengalami dipol dan timbul panas
(B)
Syarat : elektroda harus lebih besar
dari area yang diobati, jarak Gambar 3. (A) Garis gaya listrik cenderung akan
penempatan elektroda sama menyebar saat obyek yang diobati lebih besar
terhadap kulit dari elektroda, (B) ukran elektrida yang benar,
(C) Penempatan elektroda pada kulit dengan
jarak yang tidak seimbang, (D) penempatan
elektroda yang benar
PENGGUNAAN LISTRIK DAN MAGNET PADA PERMUKAAN TUBUH

- Metoda induksi (metode kabel)


Prinsip : kabel yang dililitkan akan
menimbulkan efek medan listrik
atau medan magnet pada saat yang
bersamaan.
Teknik pemasangan kabel : dililitkan
(heliks tunggal, double heliks atau
grid) pada daerah yang diobati (B)

(A)

(D) (C)

Gambar 4. (A) Proses terbentuknya medan lisitrik dan magnet, (B) kabel
dililitkan pada pasien, (C) Bentuk lilitan kabel model heliks, (D) Bentuk lilitan
kabel model grid dan double heliks

Anda mungkin juga menyukai