Handout 2 Penanganan Biomass
Handout 2 Penanganan Biomass
DL
PENANGANAN BIOMASS
Logo
DURASI : 4 JP
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................... iv
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Jarak maksimal untuk masing –masing alat transportasi biomass .......................... 3
Gambar 2 Weighbridge (jembatan timbang) .............................................................................. 6
Gambar 3 Fuel receiving station ................................................................................................ 6
Gambar 4 Backhoe sedang mengatur tumpukan woodchip ..................................................... 7
Gambar 5 Wheel loader ............................................................................................................. 7
Gambar 6 Crane system ............................................................................................................ 8
Gambar 7 Sliding bar conveyor used for the discharge of bunker ............................................ 8
Gambar 8 Chain through conveyor ............................................................................................ 9
Gambar 9 open storage ........................................................................................................... 10
Gambar 10 Penyimpanan tertutup ........................................................................................... 10
Gambar 11 Biomass silo, dengan sistem transport modern: penumatis ................................ 11
Gambar 12 Perubahan suhu penyimpanan terhadap lama penyimpanan ............................. 11
Gambar 13 Perubahan suhu penyimpanan terhadap lama penyimpanan ............................. 12
Gambar 14 Proses chipping wood chip hasil proses chipping ................................................ 13
Gambar 15 Proses chipping langsung ditempat ...................................................................... 13
Gambar 16 Bale biomass ......................................................................................................... 13
Gambar 17 wood pellet ............................................................................................................ 14
Gambar 18 Wood briquette ...................................................................................................... 14
Gambar 19 proses drying dengan memanfaatkan flue gas .................................................... 15
Gambar 20 single stage band dryer ......................................................................................... 16
Gambar 21 Multi stage band dryer........................................................................................... 16
Gambar 22 Salah satu peralatan dryer .................................................................................... 17
Gambar 23 Rotary cascade dryer ............................................................................................ 17
Gambar 24 Screw conveyor ..................................................................................................... 18
Gambar 25 Pneumatic conveyor .............................................................................................. 19
Gambar 26 Sistem Handling paling sederhana ....................................................................... 21
Gambar 27 Sistem Handling tipe kedua .................................................................................. 21
Gambar 28 Sistem Handling tipe ketiga .................................................................................. 21
Gambar 29 Sistem Handling tipe keempat .............................................................................. 21
Gambar 30 Sistem Handling untuk skala menengah .............................................................. 22
Gambar 31 Contoh Sistem Handling woodchip pada PLTBM Burlington, Vermont 54,5 MW 22
Gambar 32 Contoh Sistem Handling wood waste pada PLTBM Hurt, Virginia 80 MW .......... 22
Gambar 33 Contoh proses sistem handling biomass .............................................................. 23
iv
Gambar 34 Reception Hopper ................................................................................................. 23
Gambar 35 Classification System – Scalper Screen ............................................................... 24
Gambar 36 Bucket elevator dan belt conveyor........................................................................ 24
Gambar 37 Conveyor ............................................................................................................... 24
v
DAFTAR TABEL
vi
PENANGANAN BIOMASS
Adalah suatu proses untuk membawa biomass, dari sumber menuju lokasi pembangkit listrik dan
kemudian melakukan proses tertentu sebelum kemudian disuplai ke ruang bakar atau reactor mesin.
Dalam pelaksanaannya, penanganan biomass dapat meliputi beberapa aktivitas yang saling terkait,
yang dilakukan beberapa pelaku yang berbeda, seperti pihak pemanen biomass, pihak transportasi,
dan pihak asuransi.
Proses biomass handling yang terjadi dalam suatu pembangkit tidak selalu harus terdiri dari berbagai
tahapan yg disebut diatas. Hal ini karena tergantung dari jenis dan kualitas biomass yang dibeli, standar
spesifikasi mesin konversi thermal, ketersediaan biaya serta standar lingkungan
Setelah mengetahui jumlah dan kualitas biomass yang akan dibeli, tahap selanjutnya adalah
penanganan dan transportasi biomass feedstock, yang mulai dari lokasi sumber biomass sampai
dengan lokasi penyimpanan bahan bakar di pembangkit listrik.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan jenis transportasi bahan bakar biomass.
Jenis alat angkut
Jarak
Jalan yang dilewati
Apakah transportasi hanya satu arah atau bolak balik
Dibawah ini tentang penjelasan berbagai opsi media transportasi untuk membawa biomass dari lokasi
pembelian.
1
z
2.1.2. Jarak transportasi
Jarak maksimal yang ekonomis dari transportasi biomass dapat berbeda-beda untuk tiap media
transportasi. Dari grafik yag diolah oleh Tillman dibawah ini dapat diketahui bahwa untuk transportasi
kayu (wood) degan menggunakan truk, jarak maksimal ekonomis sekitar 50 mill (75 km). Sedangkan
jika kayu diangkut dengan menggunakan kereta api, maka jarak maksimal ekonomis sekitar 150 mill
(225 km) dan terakhir media transportasi yang dapat menempuh jarak ekonomis terjauh adalah kapal
tongkang (barge). Sedangkan di Indonesia, berdasarkan pengalaman, 100 km adalah jarak maksimal
ekonomis lewat darat
2
z
Gambar 1 Jarak maksimal untuk masing –masing alat transportasi biomass
3
z
Tabel 1 Biaya transportasi untuk berbagai jenis biomass
Harga Transportir angkutan batubara dengan trucking rata – rata 25 % s/d 30 % dari harga pokok
batubara di Mulut tambang Muara Bungo - Jambi dengan rincian sebagai berikut :
1.1 Jarak antara stock file Mulut Tambang Muara bungo ke stock file PT ADP Bagan Siapiapi
– Riau = 580 km.
1.2 Untuk Transportir Perhitungan sewa truck adalah Pulang-Pergi dengan demikian jarak
tempuh truck = 580 x 2 (PP) = 1.160 km.
1.3 Pemakaian Bahan Bakar Solar (BBM) Truck TRONTON kapasitas tonase 30 Ton dengan
kecepatan antara 25 s/d 30 km/jam adalah: 2 s/d 2,5 liter/km.
4
z
1.4 Diambil Pemakaian Bahan Bakar solar 2liter/Km dengan demikan pemakaian bahan bakar
antara Mulut Tambang Muara Bungo sampai ke Stock File PT ADP sebanyak 580 Liter.
1.5 Harga Bahan Bakar Solar khusus pengankutan barang Tambang Perkebunan dan lain lain
(Permen ESDM) harus memakai BBM Solar Non Subsidi dengan Harga = Rp 11.000 / Liter.
1.6 Dengan Demikian Biaya Pemakaian Bahan Bakar Solar 1 Trip (Pulang Pergi sebesar Rp
580 ltr x Rp 11.000 = Rp 6.380.000 (Enam juta tiga ratus depan puluh ribu rupiah) / 1 Trip
pulang pergi dalam 30 ton.
1.7 Kalau 30 ton batubara equivalent dengan 30.000 kg batubara maka ongkos batu bara /kg =
Rp 212,66 / kg.
2. Sewa Trucking
2.1. Untuk sewa Truck Tronton merk Fuso tahun 2012 kapasitas 30 ton = Rp 600 000 /hari dari
(jam 6ºº pagi ke jam 18ºº Sore).
2.2 Jarak tempuh 1160 km dengan kecepatan 30 km/jam maka lamanya waktu ditempuh selama
38, 66 jam (PP) ditambah istrahat, isi BBM dan makan minum = 43 jam.
2.3 Dengan demikian Sewa Truck selama 43 jam sebesar Rp 3.750.000 /Trip (PP) untuk Tronton
kapasitas tonase 30 ton.
3. Total Harga
Total Harga Pengangkutan (transportir) dari stock file Muarabungo ke stock file PT ADP Bagan
Siapiapi adalah Harga bahan bakar + harga Sewa Truck = Rp 212,66/kg + Rp 125/kg = Rp
337,66/kg.
5
z
Gambar 2 Weighbridge (jembatan timbang)
Karakter bahan bakar seperti ukuran dan bentuk partikel biomass. Terkadang traktor backhoe
perlu naik ke atas tumpukan biomass untuk mengatur tumpukan, sehingga perlu dipastikan
agar tumpukan biomass tersebut tidak mudah longsor
6
z
Gambar 4 Backhoe sedang mengatur tumpukan woodchip
Jarak yang harus ditempuh dalam pendistribusian. Alat berat seperti traktor lebih mudah
digunakan untuk pendistribusian jika area pembangkit cukup luas.
Tinggi tumpukan biomass
Emisi debu dan suara
Kapasitas transport
Biaya investasi
Beberapa jenis alat transportasi dan distribusi biomass didalam lingkungan pembangkit diantaranya:
Wheel loader
Traktor jenis ini dapat menangani semua jenis biomass dalam bentuk tumpukan padat. Seperti
woodchip, sisa gergaji kayu, dan limbah kayu.
Crane system
Digunakan untuk pendistribusian woodchip , pellet atau biomass bale, dari lokasi penyimpanan
menuju ruang bakar. Penggunaan crane tidak direkomendasikan jika komposisi campuran
biomass tinggi.
7
z
Gambar 6 Crane system
Conveyor
Dapat digunakan untuk woodchip, kulit kayu dan serbuk gergaji. Alat jenis ini dapat digunakan
untuk mendistribusikan biomass dalam kondisi mendatar atau miring menuju ketinggian tertentu.
Kelebihan lainnya adalah tingkat fleksibelitas yang tinggi untuk berbagai ukuran biomass.
Kelemahan dari sistem conveyor adalah kebutuhan energi untuk operasional yang tinggi,
kapasitas distribusi yang rendah dan rantai yang dapat mengalamiaus.
8
z
Gambar 8 Chain through conveyor
Adalah metode penyimpanan dengan menumpuk biomass dilapangan terbuka. Idealnya lantai
penyimpanan terbuka terbuat dari semen, sehingga tidak tercampur dengan tanah. Kondisi lain yang
perlu diperhatikan agar tidak terjadi genangan air. Perlu diperhatikan ketinggian maksimal tumpukan
biomass, agar tidak terjadi longsor ketika ada aktivitas pemindahan. Selain biaya yang murah, metode
ini digunakan jika persyaratan kandungan air yang diperlukan oleh mesin cukup longgar, minimal 30%.
9
z
Gambar 9 open storage
b. Penyimpanan tertutup
Penyimpanan tertutup, baik dalam bentuk bangunan gedung, ataupun hanya tertutup atap, diperlukan
jika pembangkit listrik berada di lokasi dengan curah hujan tinggi, atau pada mesin pembangkit
membutuhkan biomass dengan standar kandungan air lebih rendah. Pada penyimpanan tertutup yang
terdapat sirkulasi udara, yang dapat membantu menurunkan kadar air biomass.
c. Penyimpanan silo
Bangunan silo terutama digunakan untuk menyimpan lignocellulosic biomas. Dikarenakan biaya
investasi yang tinggi dibandingkan jenis penyimpanan lain, maka hanya diterapkan dengan
pertimbangan diantaranya:
Penyimpanan Biomass pellet atau pada daerah yang kelembaban udara lebih tinggi dari biomass
Lahan yang tersedia terbatas
Sistem feeding otomatis digunakan
Standar lingkungan yang tinggi yang tidak menghendaki debu dari tumpukan biomass
10
z
Gambar 11 Biomass silo, dengan sistem transport modern: penumatis
Untuk biomass dengan kadar air di atas 30%, ada kemungkinan terjadi proses degradasi biologi dan
kimia. Pada gambar 12 dibawah terlihat bahwa dengan berjalannya waktu dan meningkatnya suhu
penyimpanan, dapat mengakibatkan terjadinya penyalaan pada biomass. Proses degradasi biologi
dapat mengakibatkan berkurangnya material organik, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
menurunnya output energi panas biomass. Tiap biomass memiliki karakter degrasi biologi dan kimia
yang berbeda-beda.
11
z
Gambar 13 Perubahan suhu penyimpanan terhadap lama penyimpanan
2.5 Pre-treatment
Dalam hal kriteria fisik biomass yang diterima belum sesuai dengan persyaratan mesin, maka
diperlukan proses pre-treatment.
Proses ini perlu dilakukan dikarenakan berbagai batasan pada teknologi konversi untuk mencapai
efisiensi yang diinginkan. Pada prinsipnya proses ini terdiri dari pemotongan biomass sampai ukuran
tertentu, pengurangan kadar air, pemadatan agar efisiensi pada proses konversi terjaga.
Penjelasan berikut adalah proses biomass pre-treatment yang paling sering digunakan.
a. Sizing
Penyiapan biomass untuk keperluan mesin konversi energi membutuhkan proses pengurangan
dimensi volume, untuk menjadi lebih kecil. Hal ini dikarenakan tiap-tiap teknologi memerlukan ukuran
bahan baku tersendiri, yang disesuaikan dengan kebutuhan residence time (waktu yang dibutuhkan
bahan bakar untuk menyelesaikan satu proses reaksi kimia yang terjadi dengan sempurna), agar
tercapai performa konversi energiyang optimal. Terdapat beberapa pilihan teknologi untuk melakukan
pemotongan biomass, diantaranya:
Grinding: untuk menghasilkan potongan biomass sebesar 0-80 mm, membutuhkan energi
25 kWh/ton input
Chipping: untuk menghasilkan potongan biomass sebesar 5-50 mm, membutuhkan energi
15 kWh/ton input
Chunking: untuk menghasilkan potongan biomass sebesar 5-25 mm
12
z
Gambar 14 Proses chipping wood chip hasil proses chipping
b. Bale
Adalah proses untuk memadatkan biomass, yang memiliki partikel tersebar, seperti rumput gajah,
jerami, ampas tebu. Tujuan utama proses bale adalah untuk menigkatkan densitas. Biomass yang
sudah dipanen kemudian dikumpulkaakn oleh peralatan bale untuk kemudian dipadatkan sehingga
berbentuk silinder atau kotak.
13
z
c. Pelletizing
Pelletizing merupakan proses pemadatan biomass sehingga memiliki diameter 6-8 mm, agar diperoleh
sifat fisik baru dengan densitas berat dan energi yang lebih tinggi dan kadar air yang lebih rendah.
Untuk melakukan pelletizing, dibutuhkan beberapa syarat tertentu, diantaranya: kandungan air 12-17%.
Jika biomass terlalu kering, maka karakter permukaan pellet akan seperti arang, yang dapat
menyebabkan penyalaan dini. Sedangkan apabila terlalu basah, maka akan menyebabkan kesulitan
menghasilkan ukuran pellet yang diinginkan. Energi yang dibutuhkan untuk melakukan proses pellet
sebesar 80-130 kWh/ton.
d. Briquetting
Adalah proses pemadatan biomass yang meliputi tahapan: pencampuran biomass dengan bahan
perekat, pemanasan, dan pressing. Untuk proses ini membutuhkan energi sebesar 15-80 kWh/ton.
Berbeda dengan peeltizing, briquetting dapat dicampur dengan batu bara.
e. Drying
Drying adalah proses pengeringan kandungan air yang terdapat didalam biomass dengan cara
dipanaskan sampai suhu tertentu agar air tersebut menguap. Proses ini termasuk reaksi endothermis,
yaitu membutuhkan panas. Panas yang digunakan dapat berasal dari proses konversi thermal ataupun
sinar matahari untuk jenis open air drying.
14
z
Drying sangat diperlukan untuk mengurangi kadar air biomass. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
teknologi konversi energi untuk menangani air dalam reaksi kimia. Dengan tambahan proses drying,
maka akan meningkatkan kemampuan mesin biomass. Untuk teknologi combustion, dapat
mengkonversi biomass dengan moisture content sampai dengan 65%, sedangkan gasifikasi dan
pyrolysis masing-masing, dapat mengeringkan biomass sampai moisture content tinggal 10%.
Beberapa jenis biomass memiliki kadar air yang tinggi, seperti misalnya residu biomass gula dan
karbohidrat dan tandan buah kosong kelapa sawit yang dapat mencapai 55%, sedangkan kandungan
air pada kayu yang berasal dari pohon baru ditebang, mencapai 40%. Sehingga, drying perlu dilakukan
terhadap biomass jenis tersebut agar proses konversi energi dapat berjalan optimal. Manfaat lain yang
diperoleh dengan berkurangnya kadar air adalah:
Cara drying yang paling praktis adalah membiarkan udara untuk mengambil kandungan air pada
biomass.
Jenis drying system yang tersedia beraneka ragam. Jika dilihat dari kemampuan mengurangi kadar air,
maka drying terdiri dari:
Open air drying: dijemur dilapangan, memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber panas.
Combined heat power: memanfaatkan flue gas atau gas sisa proses pembakaran sebagai
sumber panas. Cara ini merupakan yang paling efisien dan relative cepat.
15
z
Band/belt dryer
Band dryer beroperasi dengan cara mengalirkan medium panas pengering ke chamber biomass yang
dibawa oleh belt, yang menggunakan material permeable. Belt ini bergerak horizontal disepanjang
ruang chamber. Medium pengering yang digunakan umumnya gas sisa pembakaran atau udara atau
campuran keduanya. Pada aplikasi untuk efisiensi tinggi, pengeringan dilakukan pada beberapa
tahapan zona pengering. Masing-masing zona memiliki fan untuk mengalirkan medium pengering.
Tingkat pengeringan teknologi band, selain factor medium pengering, juga ditentukan oleh teknik
feeding bimass ke inlet dan penyebaran tumpukan biomass pada band.
Keunggulan band dryer adalah suhu output dan residence time sebelum mencapai burner, dapat
dikendalikan. Residence time dikendalikan dengan mengatur kecepatan band dan suhu diatur dengan
mengendalikan flow medium pengering. Suhu pengeringan dibatasi maksimal 350 C, karena jika diatas
suhu tersebut maka akan merusak system lubrikasi penggerak dryer. Dengan ketinggian material yang
hanya berkisar 2-15 cm, maka keseragaman suhu biomass dapat dengan mudah tercapai.
Tabel 2 menunjukkan informasi performance dari band dryer untuk kapasitas PLTBm 2 MW.
16
z
Salah satu vendor mesin biomass yang menerapkan band dryer adalah Metso seperti pada gambar 22
berikut.
Rotary Dryer
Teknologi dryer ini sudah banyak digunakan di industry, dikarenakan harga yang lebih ekonomis,
terutama jika menggunakan udara atau flue gas sebagai medium pengering, dan dapat bertahan
terhadap guncangan tingkat menengah. Selain itu juga, desain dan cara kerja yang sederhana
sehingga dianggap memiliki resiko operasional rendah.
17
z
Tabel 4 Konsumsi energy dan biaya untuk proses pretreatment
Screw conveyor dapat membawa biomass seperti woodchip dan pellet, tanpa menimbulkan debu.
Peralatan ini cocok digunakan untuk jarak dekat dan untuk biomass ukuran kecil yaitu kurang dari 50
mm. Screw conveyor membutuhkan energi pengoperasian yang tinggi dan mudah rusak jika ada
logam yang terbawa bersamanya.
Pneumatic conveyor
Memiliki keuntungan: lebih fleksible dibandingkan conveyor mekanik, membutuhkan ruang lebih kecil,
tertutup dari kontak dengan udara terbuka, sehingga kualitas lebih terjaga, maintenance lebih murah.
Kekurangan: membutuhkan tenaga listrik lebih besar, tidakn dapat digunakan untuk partikel ukuran
besar, dan cenderung lengket jika kandungan air tinggi.
18
z
Gambar 25 Pneumatic conveyor
Tabel 5 memberikan informasi tentang kesesuaian teknologi feeding biomass ke dalam furnace,
terhadap bentuk dan ukuran biomass dan jenis teknologi pembakaran yang digunakan.
19
z
Tabel 6 Kelebihan dan kekurangan system conveyor
20
z
Tabel 10 Pemilihan feeder berdasarkan tipe bahan bakar
21
z
Gambar 30 Sistem Handling untuk skala menengah
Gambar 31 Contoh Sistem Handling woodchip pada PLTBM Burlington, Vermont 54,5 MW
Gambar 32 Contoh Sistem Handling wood waste pada PLTBM Hurt, Virginia 80 MW
Gambar 33 merupakan contoh lain dari proses biomass , mulai dari receiving, preparation sampai ke
penyimpanan sementara sebelum di kirim ke furnace boiler.
22
z
Gambar 33 Contoh proses sistem handling biomass
Biomass yang dikirim dengan truk, kemudian di screening agar hanya ukuran yang sesuai dengan
yang dipersyaratkan saja yang diproses lanjut. Kemudian,di bawa dengan conveyor menuju bucket
elevator.
23
z
Gambar 35 Classification System – Scalper Screen
Setelah tiba di bucket elevator, selanjutnya di naikkan ke atas untuk memasuki silo.
Biomass yang akan dikirim ke boiler, kemudian keluar melalui bagian bawah sili, ditansfer
menggunakan conveyor menuju sistem boiler.
Gambar 37 Conveyor
24
z