Anda di halaman 1dari 15

Bahan Uji Kompetensi Keahlian Klaster 2

Pengoperasian, Perawatan dan Perbaikan Peralatan Kelistrikan

1. Panel Box

Panel listrik adalah sebuah alat atau perangkat yang fungsinya adalah membagi, menyalurkan dan
kemudian mendistribusikan energi listrik dari sumbernya.
Sedangkan panel kontrol listrik merupakan tempat terpasangnya alat-alat listrik. Contohnya seperti
MCB, Thermal, Relay, Pilot Lamp, PLC, Kontaktor, dan lain sebagainya.
Supaya bisa digunakan, panel-panel ini harus dirangkai sedemikian rupaya agar dapat mengalirkan
arus listrik.

Fungsi Panel Kontrol Listrik


Panel listrik memiliki berbagai fungsi dan kegunaan yaitu sebagai berikut :
a. Menempatkan komponen listrik sebagai pendukung dari mesin-mesin listrik agar bisa
beroperasi sebagaimana mestinya sesuai prinsip kerja kelistrikan.
b. Mengamankan komponen listrik supaya terlindungi dari hal-hal apapun yang bisa
mempengaruhinya.
c. Menata rangkaian atau komponen listrik agar terlihat aman dan rapi.

Jenis-jenis Panel Kontrol Listrik


Ada berbagai macam panel listrik yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Menurut Penggunaannya
Menurut penggunaannya panel listrik terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1) Main Distribution Panel
Main Distribution Panel atau MDP merupakan panel listrik yang berfungsi untuk membagi
dan menerima suplai listrik dari LVMDP lalu mensuplai ke panel listrik selanjutnya. LVMDP
adalah induk kendali listrik yang biasanya ada di bangunan, perkantoran, pergudangan,
apartement, hotel, pabrik, atau rumah pribadi.
2) Sub Distribution Panel
Sub Distribution Panel atau SDP merupakan salah satu jenis panel listrik yang
memanfaatkan Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) untuk mengaliri listrik yang berasal
dari panel LVMDP. Moulded Case Circuit Breaker sendiri merupakan salah satu komponen
sistem elektrikal yang fungsinya adalah mengamankan dan memutuskan arus saat terjadi
arus pendek (korsleting) atau kelebihan beban (overload) yang bisa menyebabkan
kerusakan pada motor listrik dan kebakaran akibat percikan bunga api.
3) Panel Synchronizing
Panel Synchronizing juga memiliki sebutan lain yaitu panel synchron genset. Kegunaan
panel ini adalah menggabungkan dua atau lebih sumber listrik untuk memperoleh kapasitas
listrik yang lebih besar. Panel synchronizing bisa dioperasikan secara manual atau otomatis.
Terdiri atas dua atau lebih genset dengan kapasitas yang berbeda-beda dan menerima
beban secara bersamaan.

4) Panel LVSDP dan LVMDP


LVSDP atau Low Voltage Sub Distribution Panel adalah panel yang berfungsi untuk
mendistribusikan daya ke berbagai alat elektronika lainnya. Sedangkan LVSDP atau Low
Voltage Main Distribution Panel fungsinya adalah memeriksa daya dari transformator lalu
mendistribusikannya ke panel LVSDP.

5) Panel Level Control


Panel ini memiliki sebutan lain yaitu Water Level Control (WLC) yang pengoperasiannya
memanfaatkan energi listrik sebagai motor listrik untuk memompa air. Hal ini dikarenakan
panel satu ini banyak digunakan pada industri pompa air dan industri rumah tangga lainnya.
Fungsi utama panel level control yaitu mengontrol supaya tangki penampungan sesuai
dengan kapasitas air. Guna menentukan batas air, pada panel level control tersedia
pelampung dan Anda tidak takut lagi bak jadi kepenuhan air.

6) Panel KWH
KWH atau Kilo Watt Hour adalah suatu alat untuk mengukur total penggunaan energi listrik
di tempat tertentu, seperti rumah kita sendiri misalnya. Sedangkan panel KWH adalah
beberapa KWH yang dikumpulkan dalam satu tempat.
Jelas alat seperti ini tidak mungkin ada di rumah pribadi, melainkan ada di tempat-tempat
yang membutuhkan daya listrik besar seperti perusahaan. Masing-masing KWH ini
menghitung dan mengukur daya masing-masing.

7) Panel Capacitor Bank


Panel kontrol listrik yang satu ini dihubungkan atau wiring secara paralel atau seri antara
power bank 1 dengan power bank lainya untuk mengejar kVAR. Jika menggunakan panel
ini, ada banyaak keuntungan yang bisa Anda dapatkan.
Salah satunya adalah dapat menurunkan ampere dengan beban motor, menghilangkan
daya induktif pada motor, sekaligus bisa menghemat pemakaian listrik.

8) Panel Genset AMF ATS


Sesuai dengan namanya, panel kelistrikan yang satu ini ada pada sebuah genset. Singkatan
dari AMF adalah Automatic Main Failure sedangkan ATS adalah Automatic Transfer Switch.
Fungsi AMF yaitu menghidupkan genset secara otomatis jika terjadi pemadaman listrik dari
PLN. Sedangkan fungsi ATS adalah menutup aliran listrik dari PLN dan membuka suplai
listrik secara otomatis.

9) Panel Change Over Switch


Panel Change Over Switch atau Panel COS berfungsi untuk menyambung dan memutus
aliran listrik langsung dari sumbernya. Panel listrik yang satu ini bisa dioperasikan secara
manual atau otomatis.

b. Menurut Bahannya
Berdasarkan jenis bahan yang digunakan, panel listrik terbagi menjadi :
1) Panel Box Besi
Panel box besi sesuai dengan namanya berbahan dasar besi plat atau baja tuang yang
dibentuk dengan cara dipress.

2) Panel Box Plastic


Panel satu ini terbuat dari bahan plastik terutama yang berjenis HDPE. Hal ini dikarenakan
plastik jenis ini memiliki sifat yang kuat, keras, dan tahan terhadap suhu tinggi sekalipun.

c. Berdasarkan Tipenya
Berdasarkan tipenya, panel listrik terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1) Wall Mounting
Wall mounting adalah adalah panel yang biasanya diterapkan pada lighting, gas, dan lift
dengan ukuran kecil yaitu 700 x 500 x 200 mm, 800 x 600 x 200 mm dan 700 x 800 x 200
mm.
2) Free Standing
Ukuran panel yang satu ini lebih panjang, lebih lebar, dan lebih tinggi dari ukuran panel pada
umumnya yaitu 2200 x 1600 x 600 mm.
3) Switch Gear
Sering disebut panel tegangan menengah. Panel ini mendistribusikan energi listrik ke panel-
panel yang lebih kecil kapasitasnya melalui trafo tegangan yang dipakai mulai dari 3,3 KV,
6,6 KV, 20 KV dan 24 KV.

2. Lampu Indikator

Pilot lamp merupakan suatu lampu indikasi (indikator lamp) yang berfungsi sebagai tanda adanya
arus listrik yang mengalir pada panel listrik tersebut. Pilot lamp akan menyala bila terdapat arus
listrik yang masuk pada panel listrik tersebut.
Pilot lamp ini di koneksikan lansung pada incoming aliran listrik pertama masuk pada panel
dengan media pengaman yaitu fuse untuk mencegah adanya konsletin listrik.
Indikator Phase R, S, T pada panel distribusi
✓ R menggunakan lampu led warna Merah
✓ S menggunakan lampu led warna Kuning
✓ T menggunakan lampu led warna Hijau
Indikator pada tombol kontrol
✓ Run / jalan menggunakan warna Hijau.
✓ Stop / berhenti menggunakan warna Merah.
✓ Alarm / Fault menggunakan warna kuning.
3. Push Button

Fungsi push button digunakan untuk mengontrol kondisi ON atau OFF dari suatu rangkaian listrik
khususnya pada bagian pengontrolan. Prinsip kerja push button sendiri yaitu kerja sesaat
maksudnya ketika tombol ditekan sesaat maka dari tombol akan kembali pada posisi semula.
Berdasarkan fungsinya tombol tekan terbagi menjadi 3 bagian kontak, yaitu :

Kontak NC
Tombol tekan jenis ini merupakan jenis kontak tertutup umumnya dipakai untuk memutuskan arus
listrik dengan cara menekan knopnya sehingga kontaknya menjadi terbuka (kontak terpisah). tetapi
jika knop dilepas maka akan kembali pada posisi semula. Tombol ini dipakai untuk tombol stop.

Kontak NO
Tombol ini biasanya dipakai untuk menghubungkan arus pada suatu rangkaian kontrol atau sebagai
tombol start. Tombol NO akan berguna untuk mengalirkan arus jika pada bagian knopnya ditekan
sehingga kontaknya saling terhubung. Tetapi sebaliknya jika aliran listrik akan terputus jika knopnya
dilepas. Hal ini disebabkan karena tombol tekan mempunyai pegas yang dimaksukan untuk kembali
ke posisi semula jika tombol dilepaskan.

Kontak NO dan NC
Kontak pada tombol ini adalah gabungan antara kontak NO dan kontak NC, yang bekerja secara
bersama sama pada satu poros. Jika tombol di tekan maka kontak NO yang semula terbuka dan
kontak NC yang semula tertutup akan berbalik arah secara bersamaan.

Kontak NO akan menjadi terhubung dan kontak NC akan menjadi terbuka. Apabila knop pada
tombol di lepaskan maka akan kembali ke posisi semula. Tombol campuran jenis ini biasanya
dipakai untuk rangkaian sistem interlock untuk dua fungsi kontrol yang berbeda.

4. Emergency Stop
Emergency switch atau juga dikenal dengan emergency stop merupakan sutau alat kelistrikan yang
berfungsi sebagai alat safety untuk mematikan mesin atau sistem kontrol dalam kondisi darurat
atau perbaikan.
Secara umum tombol emergency stop berfungsi untuk mematikan sistem / mesin pada kondisi
darurat atau kondisi maintenance. Untuk lebih lengkapnya berikut ini merupakan fungsi emergency
switch pada sistem kontrol.
a. Mematikan Mesin Sebelum Melakukan Maintenance
Setiap mesin atau sistem kontrol tidak setiap saat berjalan dengan baik. Ada kalanya pada
beberapa bagian mesin tertentu telah mengalami kerusakan atau membutuhkan perawatan.
Oleh karena itu ketika mesin sedang beroperasi (running) dan operator mendeteksi adanya
bagian mesin yang mengalami kerusakan maka tombol emergency stop digunakan untuk
mematikan sistem.
Hal tersebut dilakukan agar semua operasi mesin berhenti sehingga teknisi bisa melakukan
pengecekan dan perbaikan / perawatan dengan aman.
b. Mematikan Mesin Secara Langsung / Tiba-Tiba
Sesuai dengan fungsi utamanya bahwa emergency stop bertujuan untuk mematikan seluruh
sistem secara langsung dan dapat dilakukan dengan tiba-tiba.

5. MCB

MCB atau kepanjangan dari Miniatur Circuit Breaker merupakan komponen dalam instalasi listrik
rumah tinggal yang memiliki peran sangat penting. Komponen ini berfungsi sebagai sistem proteksi
dalam instalasi listrik bila terjadi beban lebih dan hubungan singkat arus listrik (short circuit atau
korsleting).
Seperti halnya pada Thermostat Load Relay, MCB memiliki Bimetalic; elemen jika terkena panas
akan memuai secara langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan dengan adanya arus
mengalir, alat Bimetalic ini dibuat dan direncanakan sesuai dengan ukuran standar (arus nominal
MCB), di mana dalam waktu yang sangat singkat dapat bekerja shingga rangkaian beban
terlindungi.
Sementara itu, MCB juga dilengkapi dengan magnet triping yang bekerja secara cepat pada beban
lebih atau arus hubung singkat yang besar, juga dioperasikan secara manual dengan menekan
tombol.
Jenis-Jenis MCB
a. MCB Tipe B
MCB Tipe B merupakan tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 3 sampai 5 kali
dari arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe B ini pada
umumnya digunakan pada instalasi listrik di perumahan ataupun di industri ringan.
b. MCB Tipe C
MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 5 sampai 10 kali dari
arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe C ini biasanya
digunakan pada Industri yang memerlukan arus yang lebih tinggi seperti pada lampu
penerangan gedung dan motor-motor kecil.
c. MCB Tipe D
Sementara MCB Tipe D adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar dari 10
hingga 25 kali dari arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe D
ini biasanya digunakan pada peralatan listrik yang menghasilkan lonjakan arus tinggi seperti
Mesin Sinar X (X-Ray), Mesin Las, Motor-motor Besar dan Mesin-mesin produksi lainnya.
Arus Nominal MCB yang umum adalah 6A, 10A, 13A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, 63A, 80A,
100A dan 125A.

Menentukan besaran MCB sebagai pengaman


Secara umum jika dengan beban motor induksi dapat juga menggunakan 6 X arus nominal.

6. PLC

PLC merupakan singkatan dari Programmable Logic Controller, dimana perangkat komputer ini
dapat diprogram sesuai kebutuhan proses industri spesifik yang diinginkan berdasarkan logic
(perhitungan aritmatik dalam suatu perintah), yang bertujuan untuk mengontrol dan mengatur
proses yang diinginkan sehingga menghasilkan output yang diinginkan pula.
PLC bekerja dengan cara menerima dan meproses informasi dari sensor yang terhubung atau
perangkat input. Dengan memproses data yang terkumpul, PLC selanjutnya menghasilkan output
berdasarkan parameter yang diprogram sebelumnya. Bergantung pada input dan output, sebuah
PLC dapat memonitor dan merekam data run-time seperti produktivitas mesin atau suhu operasi.
Selain itu, perangkat PLC dapat mengontrol aktivitas industri secara otomatis, seperti mengaktifkan
alarm jika mesin mengalami kendala produksi, hingga pemberhentian otomatis alur produksi
apabila kuota produksi sudah terpenuhi berdasarkan program yang dibuat. PLC sendiri dirancang
untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequential dalam suatu sistem kontrol. Alat ini dapat
dioperasikan, dikendalikan ,dan dimonitoring menggunakan software yang sesuai dengan jenis
PLC yang digunakan.

7. Relay/ Magnetik Kontaktor


Kontaktor magnet atau sakelar magnet adalah sakelar yang bekerja berdasarkan kemagnetan,
artinya saklar ini dapat bekerja apabila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik
dan pelepas kontakkontak.

Sebuah kontaktor harus mampu mengalirkan dan memutuskan arus listrik dalam keadaan normal.
Arus listrik yang mengalir secara normal adalah arus listrik yang mengalir selama pemutusan tidak
terjadi. Kumparan magnet kontaktor (coil) dapat dirancang untuk arus searah (DC) atau arus bolak-
balik (AC). Kontaktor AC pada inti magnetnya dipasang cincin hubung singkat untuk menjaga arus
kemagnetan tetap stabil, sehingga kontaktor tersebut bekerja normal. Sedangkan pada kumparan
magnet DC tidak dipasang cincin hubung singkat. Bila kontaktor DC digunakan pada tegangan
bolak-balik (AC) maka kemagnetannya akan timbul dan hilang setiap saat mengikuti bentuk
gelombang tegangan bolak-balik (AC).

Bila kontaktor yang rancang untuk tegangan bolak-balik (AC) digunakan pada tegangan searah
(DC), maka pada kumparan tersebut tidak akan menimbulkan induksi sehingga kumparan menjadi
panas. Sebaliknya bila kontaktor untuk untuk tegangan searah (DC) yang tidak mempunyai cincin
hubung singkat dihubungkan dengan tegangan bolak-balik (AC) maka kontaktor tersebut akan
bergetar yang disebabkan oleh kemagnetan pada kumparan magnet yang timbul dan hilang setiap
detik 100 kali.
Biasanya pada kontaktor terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal terbuka (normaly open/
NO) dan kontak normal tertutup (normaly close/NC). Kontak NO berarti saat kontaktor belum
bekerja kedudukannya membuka dan bila kontaktor bekerja kedudukan
kontaknyammenutup/menghubung. Jadi fungsi kontak NO dan NC berlawan.
Fungsi kontak-kontak tersebut terdiri dari kontak utama dan kontak bantu. Kontak utama terdiri dari
kontak NO dan kontak bantu terdiri dari kontak NO dan NC. Kontruksi dari kontak utama berbeda
dengan kontak bantu, dimana kontak utama mempunyai luas permukaan yang luas dan tebal.
Sedangkan kontak bantu luas permukaannya kecil dan tipis.
Kontak utama digunakan untuk mengalirkan arus pada rangkaian utama,yaitu arus yang diperlukan
untuk peralatan listrik misalnya : motor listrik, pesawat pemenas dan sebagainya. Sedangkan
kontak bantu digunakan untuk mengalirkan arus pada rangkaian pengendali (kontrol) yang
diperlukan untuk kumparan magnet, alat bantu rangkaian, lampu indikator, dan sebagainya.
Katagori penggunakan kontaktor magnet sebagai berikut :
Kelas atau katagori kontaktor
8. Thermal Overload Relay

Thermal overload relay merupakan sebuah komponen pengaman pada kontaktor utama atau
pelindung ketika terjadi arus berlebih yang bisa mengakibatkan kerusakan pada suatu rangkaian
motor listrik.
Jika suatu arus mengalir dalam sebuah panel listrik sangat besar, maka TOR ini akan memberikan
sinyal berupa perubahan posisi kontak NC-NO yang kemudian akan diteruskan pada rangkaian listrik
untuk memutus arus pada beban motr listrik.
Sistem kerja dari overload relay ialah menggunakan bimetal, yakni dua buah metal atau logam yang
mempunyai koefesien muai yang sangat berbeda dan dipasangkan menjadi satu.
Jika terjadi panas, logam-logam tersebut akan mengalami lengkungan. Sehingga pemuaian logam
tersebut bisa dimanfaatkan untuk memutuskan sebuah arus listrik yang dialirkan ke sebuah motor jika
terlalu panas.
Thermal overload relay akan dihubungkan terlebih dahulu ke kontaktor pada kontak utama sebelum
ke motor listrik (beban). Namun selain kelebihan arus, yang bisa mengakibatkan alat ini bekerja adalah
sebagai berikut:
a. Adanya sebuah hubung singkat atau konsleting arus listrik.
b. Motor listrik terjadi berhenti mendadak sebab arus start terlalu bebas.
c. Salah satu fasa dari 3 fase motor listrik terbuka dengan sendirinya.
d. Terjadinya beban mekanik yang terlalu besar, contohnya bearing pada salah satu motor macet
atau bermasalah.

a. Terminal yang menunjukan kontaktro biasanya langsung dikoneksikan ke terminal kontaktor,


3 fasa R, S dan T.
b. Test Trip untuk menguji fungsi dari overload.
c. Tombol reset berguna untuk mengembalikkan TOR ke kondisi normal suplay motor listrik dapat
bekerja.
d. Tombol stop berguna untuk menghentikan kerja dari motor listrik atau menguji Auxilary NC
dan NO.
e. Aluxiary NC, ketika kondisi normal akan terkoneksi, dihubungkan ke rangkaian kontrol.
f. Selector untuk memilih fungsi TOR apakah pada mode H (manual) atau A (automatic).
g. Settingan kapasitas arus yang dapat diterima TOR, dalam satuan Ampere.
h. Auxilary No, ketika kondisi normal akan terputus, dihubungkan ke rangkaian kontrol atau
sebagai indikator terjadinya overload.
i. Terminal input TOR, 3 fasa R, S dan T.

Menentukan setting arus/ampere overload (TOR)


Setting TOR (0.8 sd 1,25) X Arus Nominal Motor Listrik

9. Valve
Katup Arah 3/2 (3/2 way valve)

Katup arah 3/2 memiliki 3 saluran udara dan 2 perubahan posisi kerja. Pada posisi kerja awal katup
3/2, udara bertekanan dari beban (silinder) dibuang dari saluran 2 ke saluran 3 sedangkan udara
bertekanan dari energy supply (kompresor) stand by pada saluran 1. Jika katup 3/2 diberi sinyal
kontrol (solenoid) dari sisi kiri maka posisi kerja akan berubah ke kotak sebelah kiri dan udara
bertekanan dari energy supply akan mengalir dari 1 ke 2.

Katup Arah 5/2 (5/2 way valve)

Katup arah 5/2 memiliki 5 lubang aliran udara dan 2 perubahan posisi kerja. Pada posisi kerja awal
katup 5/2, udara bertekanan dari energy supply akan mengalir dari saluran 1 ke saluran 2,
sedangkan udara bertekanan dari beban (silinder) akan dibuang dari 4 ke 5. Jika katup 5/2 diberi
sinyal kontrol dari sebelah kiri dan udara bertekanan dari energy supply akan mengalir dari saluran
1 ke saluran 4, sedangkan udara bertekanan dari beban (silinder) akan dibuang dari saluran 2 ke
saluran 3.
10. Motor Listrik

Cara Baca Nameplate Motor Listrik


Contoh terdapat name plate sebagai berikut, maka cara mengartikannya adalah :
1. Output motor

Berdasarkan kode jenis motor tersebut. sedangkan cara baca pada output motor 3 phase ini
tentang kekuatan atau horse power sama dengan 3 hp x 745 = 2,2 kw ( kekuatan 3 hp), memiliki
4 kutub (4P) dan beroprasi pada tegangan 3 phase ( 3PH)

2. Amper, KW dan ins. Cl B

Pada gambar diatas adalah penunjukan cara membaca name plate motor listrik pada daya, arus
dan tipe isolasi ketahanan dari suatu gulungan motor 3 phase. Nanti Saya coba jelaskan satu
persatu agar teman-teman bisa memahami. gambar diatas penunjukan angka 2,2 kw berarti motor
elektric ini memiliki daya 2200 watt atau dianotasikan dengan motor listrik ini memakan daya
sebesar 2200 watt masimal. Sedangkan untuk cara baca motor 3 phase pada gambar diatas angka
8,7 / 5.0 A (arus besaran yang digunakan untuk motor type seperti gambar diatas) kita melihat pada
rangkaian sambungan apa yang digunakan start atau delta, maka untuk delta arus yang di gunakan
8,7 Amper maksimal, (terbaca dialat ukur harus kurang dari 8,7 Amper ) karna ini adalah batasan
maksimal yang diperbolehkan untuk menjaga umur oprasional motor listrik 3 phase.
Catatan :
8,7 A (arus max, jika lebih maka motor listrik akan terbakar) begitupun 5.0 A.
8,7 A adalah untuk connection Delta
5.0 A untuk conection Star.
Insulation class B jika kita melihat pada gambar insulation clas B maka kita masuk pada cara
membaca pada name plate gulungan motor listrik induksi 3 phase, jenis kawat yang digunakan
ketahanan gulungan pada suhu dan tempratur. Untuk insulation kelas B pada motor listrik yang
memiliki ketahanan gulungan tempratur maksimal pada titik 130 derajat celcius, jadi pilihlah motor
berdasarkan insulation yang baik untuk penempatan oprasional motor listrik yang pas.

3. 280/380V, 1716 r/min, S1

Jika kita melihat gambar diatas maka kita masuk pada cara membaca name plate motor induksi
pada tegangan, speed (r/min) dan S1 = dutty cycles motor berdasarkan standart IEC (international
electrotechnical commision)
220/380V untuk cara baca name plate motor induksi 3 phasa / motor listrik pada tegangan yang
dimana toleransi naik turun tegangan yang perbolehkah sekitar 10 persen.
220 V supply tegangan pada hubungan delta, 380 V suplly tegangan pada hubungan bintang.
1716 r/min untuk cara baca name plate motor listrik maksudnya nilai speed atau putaran per menit
dari suatu motor 3 phase.
S1 maksud dari s1 adalah cara baca simbol dutty rating motor continus dutty yang dimaksudkan
motor akan tahan beroprasi secara terus menerus syaratnya motor dengan beban/waktu tetap,
simbol duty cycles terdiri dari S1 sampai S8.

4. Hz, NO serial number, IP44

50 Hz (frekuesi) pada name plate motor 3 phase ini sebagai cara membaca pada name plate motor
listrik, yang dimana frekuensi nilai besaranya 50 hertz (HZ), next Berikutnya lagi ke serial Number.
Yang dimana serial number name plate motor 3 phase ini menunjukan pada NO keluaran dari
pabrikanya.
IP44 pada name plate motor listrik penunjukan ini dimaksudkan motor listrik ini bekerja
berdasarkan (ingrees protection) pada tingkat keamanan
Perlindungan dari berbagai ganguan.
5. Name plate pemasangan power motor listrik 3 phase star / delta

Jika Name Plate motor tertulis Delta/ Bintang, 220 V / 380 artinya pada jaringan listrik 3 fasa 380 V
motor listrik 3 fasa hanya bisa beroperasi hubungan bintang saja. Karena saat hubungam delta
kumparan motor hanya beroperasi pada tegangan 220 V sementara tegangan line ke line atau
tegangan tiga fasa nya adalah 380 V.
Jika ingin mengoperasikan motor star delta maka harus menggunakan nampe plate motor dengan
tegangan kerja 380 V/ 660 V.

Trouble Shooting
1. Indikator Lampu RST Mati
✓ Periksa wiring jalur 3 fasa
✓ Periksa tegangan masuk dan keluar MCB 3 fasa
✓ Periksa tegangan sumber panel

2. Indikator lmapu RST menyala tetapi PLC mati


✓ Periksa tegangan masuk dan keluar MCB pengendali/ 1 fasa
✓ Periksa koneksi jalur emergency stop
✓ Periksa terminasi emergency stop
✓ Periksa tegangan masuk pada PLC L1 dan L2

3. Kontaktor tidak bekerja


✓ Periksa ladder diagram apakah sudah benar?
✓ Periksa koneksi terminal output PLC sampai dengan A1 Kontaktor
✓ Periksa koneksi sumber netral ke A2 kontaktor

4. Sensor tidak bekerja


✓ Periksa posisi sensor terhadap benda kerja
✓ Periksa tegangan masuk pada sensor
✓ Periksa tegangan output sensor
✓ Periksa koneksi sensor pada terminal input PLC
✓ Periksa perubahan ladder terhadap kinerja sensor (monitoring system)

5. Valve tidak bekerja


✓ Periksa tegangan masuk pada valve saat mendapat sinyal output PLC
✓ Periksa udara masuk dan keluar pada valve saat mendapat sinyal output PLC
✓ Periksa koneksi terminal output PLC ke Valve

6. Motor tidak bekerja


✓ Periksa koneksi ouput TOR ke terminal Motor
✓ Periksa terminasi jalur input tegangan 3 fasa
✓ Periksa tegangan masuk pada terminal motor
✓ Periksa kontak 95-96 TOR

Anda mungkin juga menyukai