Anda di halaman 1dari 12

Format Bahan Ajar

Bab … Depresi
I. Pendahuluan
A. Deskripsi singkat, manfaat dan relevan
Buku ajar ini disusun untuk membantu mahasiswa lebih memahami konsep materi
dan sebagai bahan pendamping dalam pembelajaran Farmakoterapi Saluran Kemih,
Sistem saraf dan kejiwaan. Buku ajar ini disusun berdasarkan beberapa Pustaka dan
dirangkum agar bisa membantu mahasiswa mengerti dan menerapkan konsep.
B. Rumusan capaian pembelajaran mata kuliah
1. Mampu menyebutkan dan menjabarkan anatomi dan fisiologi ginjal, saluran
kemih, dan sistem saraf (PP1)
2. Mampu menjelaskan patofisiologi gangguan pada ginjal, saluran kemih, dan
sistem saraf dan mampu mengklasifikasikan golongan obat pada ginjal, saluran
kemih, dan sistem saraf (PP1, KU3)
3. Mampu mengimplementasikan pemilihan obat-obat yang digunakan dalam
ginjal, saluran kemih, dan sistem saraf dan menerapkannya menjadi usulan terapi
yang sesuai dan tepat sesuai kondisi pasien (PP1, KU3, KKj1)
4. Mampu mengorganisasikan ilmu yang dimiliki dalam memberikan konseling,
informasi obat dan edukasi terkait gangguan ginjal, saluran kemih, dan sistem
saraf (mencakup pola pengobatan, evaluasi terapi dan perubahan gaya hidup)
(S9, KKj1, KT1)
C. Urutan bahasan dan kaitan materi
Pembahasan dimulai dengan belajar tentang anatomi dan fisiologi ginjal, saluran
kemih, dan sistem saraf, menjelaskan patofisiologi gangguan pada ginjal, saluran
kemih, dan sistem saraf, mengklasifikasikan obat-obatan yang bekerja pada ginjal,
saluran kemih, dan sistem saraf dan pemilihan terapi yang sesuai untuk gangguan
pada ginjal, saluran kemih, dan sistem saraf. Lalu Mahasiswa akan belajar bagaimana
cara mengimplementasikan dan mengorganisasikan informasi obat yang dimiliki
kepada masyarakat dengan pemberian konseling, informasi obat dan edukasi tentang
gangguan ginjal, saluran kemih, dan sistem saraf. Berikut urutan materi :
1. Anatomi, fisiologi ginjal dan saluran kemih
2. Gangguan ginjal kronis dan farmakoterapinya, Obat-obat nefrotoksik
3. KIE gagal ginjal
4. Anatomi dan fisiologi sistem saraf
5. Manajemen Nyeri
6. Epilepsi dan farmakoterapinya
7. KIE epilepsy
8. Gangguan depresi dan ansietas dan farmakoterapinya
9. KIE Depresi dan ansietas
10. Gangguan tidur dan farmakoterapinya
11. KIE Gangguan tidur
12. Gangguan sakit kepala, migrain, vertigo dan farmakoterapinya
13. KIE sakit kepala, migrain, vertigo
14. Terapi herbal untuk gangguan saluran kemih dan gangguan saraf dan kejiwaan
D. Petunjuk belajar
1. Pahami tujuan pembelajaran dan CPL dari bahan ajar agar dapat mengukur
ketercapaian pembelajarannya
2. Pahami kontrak belajar dengan baik
3. Pelajari materi kegiatan belajar dengan seksama sesuai dengan selera, situasi dan
kondisi yang dikehendaki
4. Selama mempelajari isi bahan ajar ini, diperkenankan menggunakan referensi
lain atau minta keterangan dari teman sejawat atau dosen pengajar
5. Setelah selesai mempelajari satu bab, dapat mengerjakan contoh Latihan soal di
bagian akhir dan samakan jawaban dengan kunci jawaban. Ulangi pengerjaan
hingga mendapatkan hasil semua benar.
6. Setelah menyelesaikan semua aktifitas pembelajaran dan dirasa telah menguasai
materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, disarankan menemui dosen
pembimbing untuk tindak lanjut

II. Penyajian
Gangguan depresi adalah gangguan suasana hati/mood yang ditandai dengan adanya
perasaan sedih, hilang minat, perasaan bersalah atau tidak berharga yang umumnya
disertai dengan gangguan somatik atau kognitif yang mengganggu kualitas hidup
penderitanya, seperti gangguan tidur atau nafsu makan, sulit konsentrasi, atau perasaan
lelah berkepanjangan.

Gangguan depresi terdiri dari banyak kategori, yaitu gangguan depresi mayor/major
depressive disorder (MDD), gangguan depresi persisten (distimia), disregulasi alam
perasaan disruptif/disruptive mood dysregulation disorder (DMDD), gangguan disforik
premenstrual, gangguan depresi akibat obat, gangguan depresi karena kondisi medis,
gangguan depresi spesifik lainnya (depresi minor), dan gangguan depresi tidak spesifik.
Gangguan-gangguan tersebut secara umum memiliki gejala yang sama, namun berbeda
durasi, waktu, atau etiologinya.

Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat
dikelompokkan sebagai depresi. Gejala-gejala depresi ini bisa kita lihat dari tiga segi,
yaitu dari segi fisik, psikis, dan sosial.
a. Gejala Fisik
1) Gangguan pola tidur
2) Menurunnya tingkat aktifitas
3) Menurunnya efisiensi kerja
4) Menurunnya produktivitas kerja
5) Mudah merasa letih dan sakit
b. Gejala Psikis
1) Kehilangan rasa percaya diri
2) Sensitif
3) Merasa diri tidak berguna
4) Perasaan bersalah
5) Perasaan terbebani
c. Gejala Sosial
Lingkungan akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut pada umumnya
negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit).
Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan
kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah
lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada diantara kelompok dan
merasa tida nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu
untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan
sekalipun ada kesempatan. Seseorang dengan mood yang terdepresi (yaitu depresi)
merasakan hilangnya energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Tanda dan gejala lain dari gangguan mood adalah perubahan tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu makan,
aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu
menyebabkan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan

Gangguan depresi disebabkan karena faktor biopsikososial dan interaksi


neurotransmiter yang mempengaruhi patofisiologi secara kompleks. Neurotransmiter
yang paling berperan pada depresi adalah neurotransmiter monoaminergik, yaitu
serotonin (5-HT), norepinefrin (NE), dan dopamin (DA). Neurotransmiter lain yang
dinilai berperan adalah glutamat (GLUT), asam aminobutirik gamma/gamma-
aminobutyric acid (GABA) dan faktor neurotropik otak/brain-derived neurotrophic
factor (BDNF).
1. Defisiensi Monoamin
Penyebab turunnya neurotransmiter ini masih belum diketahui secara pasti. Hipotesis
yang ada memperkirakan adanya reaksi kompleks lain yang mempengaruhi kaskade
intraseluler monoamin. Proses ini diatur oleh sistem serotonergik dan noradrenergik
yang memproduksi serotonin 1A (5-HT1A), serotonin 1B (5-HT1B), dan norepinefrin.

Serotonin dan norepinefrin disintesis dari triptofan dan tirosin, kemudian disimpan di
dalam vesikel neuron presinaps. Neurotransmiter monoamin ini akan dikeluarkan ke
celah sinaps, untuk kemudian bekerja pada neuron presinaps dan post-sinaps, sehingga
dapat mengatur regulsi emosi. Fungsi regulasi emosi ini diatur oleh kesimbangan antara
availabilitas dan aktivitas reseptor neutrotransmiter. Reseptor 5-HT1B terletak pada
presinaps dan mengatur keluarnya serotonin dengan inhibisi/feedback inhibition,
sedangkan reseptor 5-HT1A terletak pada neuron presinaps dan post-sinaps untuk
mengatur fungsi serotonin. Pada gangguan depresi, availabilitas serotonin di celah
sinaps menurun. Hal ini disebabkan karena sensitifitas reseptor yang menurun, sehingga
tidak terjadi inhibisi pengambilan kembali/reuptake serotonin. Reseptor NE terletak
pada presinaps dan berfungsi mengatur keluarnya norepinefrin dengan inhibisi. Pada
pasien depresi, sensitifitas reseptor NE meningkat, sehingga kemampuan untuk
mengeluarkan norepinefrin menurun. Peranan sistem serotonegik ini belum sepenuhnya
dimengerti dan masih diteliti.

Peranan neurotransmiter lainnya pada depresi masih belum diketahui secara pasti.
Diperkirakan terdapat gangguan pada protein G pada neuron post-sinaps, turunnya
akumulasi AMP siklik (c-AMP), penurunanan protein pengikat elemen respon AMP
siklik/cylic AMP response element-binding (CREB), defisiensi dopamin, dan defisiensi
GABA.

2. Aksis Hipotalamus-Pituitari-Adrenal

Aktifitas aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) ditemukan meningkat pada pasien


dengan depresi, hal ini disebabkan karena produksi berlebih hormon pelepas
kortikotropin/corticotropin releasing hormone (CRH). Pada saat mengalami stress,
korteks serebri dan amigdala menerima sinyal dan diteruskan ke hipotalamus.
Hipotalamus mengeluarkan CRH dan pituitari mengeluarkan kortikotropin.
Kortikotropin kemudian menstimulasi korteks adrenal dan mengeluarkan hormon
kortisol. Hirperkortisolemia berkepanjangan menyebabkan supresi neurogenesis dan
atrofi hipokampus.

3. Perubahan Struktur Otak

Otak merupakan bagian terpenting dalam pengaturan perilaku dan emosi. Pada depresi
terjadi perubahan struktur otak yang masih belum diketahui penyebabnya. Studi meta-
analisis menunjukkan adanya peningkatan ukuran ventrikel lateral, peningkatan volume
cairan serebropsinal, dan penurunan volume ganglia basalis, talamus, hipokamus, lobus
frontal, dan korteks orbitofrontal pada depresi. Depresi juga dapat terjadi bila terdapat
gangguan pada jalur frontostriatal di korteks prefontral dorsolateral, korteks
orbitofrontal, kingulata anterior, kingulata dorsal, hipokampus, amigdala, dan sirkuit
limbik.

Kriteria dan klasifikasi gangguan depresi yang disarankan adalah


berdasarkan American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5)

1. Gangguan depresi mayor/major depressive disorder (MDD)

Diagnosis MDD dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria berikut ini:

• Memenuhi 5 atau lebih gejala berikut dengan durasi minimal 2 minggu dan terjadi
perubahan fungsi/aktivitas sehari-hari. Salah satu gejala harus mencakup: alam
perasaan depresif atau kehilangan minat/anhedonia

⎯ Alam perasaan depresif hampir sepanjang hari, hampir setiap hari yang
dirasakan sendiri atau berdasarkan observasi orang lain

⎯ Kehilangan minat pada seluruh atau hampir seluruh aktifitas hampir sepanjang
hari, hampir setiap hari

⎯ Penurunan berat badan signifikan tanpa diet atau kenaikan berat badan atau
perningkatan/penurunan napsu makan hampir setiap hari

⎯ Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

⎯ Agitasi atau retardasi psikomotor

⎯ Perasaan tidak berharga atau bersalah hampir setiap hari

⎯ Pikiran ingin mati atau pikiran bunuh diri berulang atau percobaan bunuh diri
atau rencana untuk bunuh diri

• Gejala menyebabkan gangguan aktivitas sosial, okupasional, dan fungsi sehari-hari


• Episode tidak disebabkan karena penggunaan obat-obatan ataupun kondisi medis
tertentu
• Gejala tidak disebabkan karena gangguan skizoafektif, skizofrenia, skizofreniform,
gangguan delusi, dan skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya.
• Tidak pernah mengalami episode manik atau hipomania

2. Gangguan depresi persisten (distimia)

Distimia merupakan bentuk MDD kronis. Diagnosis distimia dapat ditegakkan apabila
memenuhi kriteria berikut ini:
• Alam perasaan depresif hampir sepanjang hari, hampir setiap hari yang dirasakan
sendiri atau berdasarkan observasi orang lain selama paling tidak 2 tahun
• Muncul 2 atau lebih gejala berikut pada tiap episode:
o Anoreksia/penurunan napsu makan atau hiperfagia
o Insomnia atau hypersomnia
o Lemas
o Percaya diri rendah
o Sulit konsentrasi dan mengambil keputusan
o Perasaan putus asa
• Tidak pernah tidak memenuhi kriteria pada poin 1 dan 2 selama lebih dari 2 bulan
berturut-turut dalam 2 tahun.
• Memenuhi kriteria MDD selama 2 tahun berturut-turut
• Tidak pernah mengalami episode manik atau hipomania dan tidak memenuhi
kriteria gangguan siklotimia
• Keluhan yang dialami tidak disebabkan karena gangguan skizoafektif persisten,
skizofrenia, gangguan delusi, atau skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.
• Gejala tidak disebabkan karena penggunaan obat-obatan atau kondisi medis tertentu.
• Gejala menyebabkan gangguan aktivitas sosial, okupasional, dan fungsi sehari-hari

3. Disregulasi alam perasaan disruptif/disruptive mood dysregulation


disorder (DMDD)
Kriteria disregulasi alam perasaan disruptif adalah :
• Ledakan emosi berat secara verbal dan/atau perilaku yang hilang timbul tidak sesuai
intensitas dan durasinya dengan situasi atau provokasi penyebabnya
• Ledakan emosi yang tidak konsisten dengan tahapan perkembangan
• Ledakan emosi yang muncul paling tidak tiga kali dalam seminggu
• Alam perasaan mudah tersinggung atau cenderung marah diantara ledakan emosi,
hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, yang dapat diobservasi oleh orang lain.
• Kriteria pada poin 1-4 muncul selama 12 bulan atau lebih, dengan durasi tanpa
gejala-gejala tersebut tidak lebih dari 3 bulan berturut-turut.
• Kriteria pada poin 1 dan 4 timbul dalam 2 atau 3 tempat (misalnya di rumah, sekolah,
dalam pertemanan, dsb) dengan derajat berat pada salah satu kesempatan.
• Gejala pada poin 1 hingga 5 muncul pertama kali sebelum usia 10 tahun.
• Diagnosis pertama tidak dibuat sebelum usia 6 tahun atau setelah 18 tahun
• Belum pernah ada periode waktu lebih dari 1 hari dimana kriteria manik atau
hipomanik terpenuhi
• Gejala tidak muncul karena secara eksklusif pada episode MDD dan tidak
disebabkan karena gangguan mental lainnya.
• Gejala tidak disebabkan karena penggunaan obat-obatan atau kondisi medis atau
gangguan neurologis tertentu.

4. Gangguan disforik premenstrual


Terdapat paling tidak 5 gejala pada 1 minggu sebelum menstruasi dalam mayoritas
siklus haid, gejala mulai membaik dalam waktu beberapa hari setelah menstruasi, dan
gejala berkurang atau menghilang dalam 1 minggu setelah menstruasi selesai.

1 atau lebih gejala berikut ini harus muncul:


• Afek labil / mood swing
• Iritabilitas atau kemarahan atau konflik interpersonal meningkat
• Alam perasaan depresif, perasaan putus asa, pikiran depresiatif terhadap diri sendiri
• Anxietas, tegang, dan/atau perasaan tertekan atau terpojok

1 atau lebih gejala berikut harus muncul untuk mencapai 5 gejala ketika dikombinasikan
dengan kriteria pada poin 2 :
• Berkurang minat terhadap aktivitas yang biasa dilakukan
• Sulit konsentrasi subjektif
• Letargi, mudah lelah, hiperfagia, atau ‘ngidam’
• Hipersomnia atau insomnia
• Perasaan tidak dapat mengontrol keadaan
• Gejala fisik seperti nyeri payudara, bengkak payudara, arthralgia, myalgia,
peningkatan berat badan, kembung

Gejala timbul berhubungan dengan stress atau keterlibatan terhadap pekerjaan, sekolah,
aktivitas sosial, atau hubungan interpersonal.
Gangguan bukan disebabkan karena eksaserbasi gejala dari gangguan mental lain
seperti MDD, gangguan panik, distimia, atau gangguan kepribadian
Kriteria pada poin 1 harus dikonfirmasi dengan penilaian harian selama paling tidak 2
siklus haid.
Gejala tidak disebabkan karena penggunaan obat-obatan atau kondisi medis tertentu.

5. Gangguan depresi akibat obat


Kriteria diagnosis gangguan depresi akibat obat adalah:
• Gangguan alam perasaan persisten dan sangat jelas yang ditandai dengan alam
perasaan depresif atau hilang minat terhadap semua atau hampir semua aktivitas
• Baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan penunjang, terdapat bukti:
o Gejala pada poin 1 muncul pada saat atau setelah intoksikasi
atau withdrawal atau setelah konsumsi obat/zat tertentu
o Zat atau obat yang terlibat memiliki kemampuan untuk menimbulkan gejala
pada poin 1.
• Gangguan yang muncul tidak disebabkan karena gangguan depresi lain secara
mandiri atau tanpa dipicu obat/zat tertentu. Tanda gangguan depresi yang muncul
secara mandiri:
o Gejala timbul mendahului atau sebelum penggunaan zat/obat tertentu;
o Gejala muncul secara persisten selama periode waktu tertentu setelah
intoksikasi atau withdrawal; atau
o Terdapat bukti lain yang menunjukkan adanya gangguan depresi yang tidak
disebabkan karena obat/zat tertentu
• Gangguan muncul tidak eksklusif pada saat delirium
• Gejala menyebabkan gangguan pada aktivitas sosial, okupasional, atau bidang
penting lainnya.

6. Gangguan depresi karena kondisi medis


Kriteria diagnosis gangguan depresi karena kondisi medis adalah:
• Alam perasaan depresif persisten dan sangat jelas atau hilang minat terhadap semua
atau hampir semua aktivitas
• Terdapat bukti adanya kondisi medis dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau
pemeriksaan penunjang yang secara patofisiologinya dapat menyebabkan depresi
• Gangguan tidak disebabkan karena gangguan mental lain
• Gangguan muncul tidak eksklusif pada saat delirium
• Gangguan menyebabkan gangguan yang signifikan pada aktivitas sosial,
okupasional, dan bidang penting lainnya.

7. Gangguan depresi spesifik lainnya (depresi minor)


Diagnosis ini dapat ditegakkan apabila terdapat gangguan depresif yang mengganggu
aktivitas sosial, pekerjaan, atau hidup penting lainnya secara signifikan, tetapi tidak
memenuhi kriteria pada klasifikasi gangguan depresif lainnya. Subtipe kriteria ini antara
lain adalah:
• Depresi rekuren singkat/recurrent brief depression: alam perasaan depresif dan
paling tidak 4 dari gejala depresi selama 2-13 hari paling tidak 1 kali dalam1 bulan
(tidak terkait dengan siklus haid) selama 12 bulan berturut-turut pada individu yang
belum pernah memenuhi kriteria gangguan depresif atau bipolar lain, tidak
memenuhi kriteria gangguan psikotik aktif atau residual
• Depresi durasi pendek/short-duration depressive episode: afek depresif dan paling
tidak 4 dari 8 gejala MDD selama 4 hingga 14 hari pada individu yang belum pernah
memenuhi kriteria gangguan depresif atau bipolar lain, tidak memenuhi kriteria
gangguan psikotik aktif atau residual, dan tidak memenuhi kriteria depresi rekuren
singkat.
• Episode depresi insufisien/depressive episode with insufficient symptoms: afek
depresif dan paling tidak 1 dari 8 gejala MDD selama paling tidak 2 minggu pada
pasien yang belum pernah didiagnosis atau memenuhi kriteria gangguan depresif
lain atau gangguan bipolar, tidak memenuhi kriteria gangguan psikotik aktif atau
residual, dan tidak memenuhi kriteria ansietas minor.

8. Gangguan depresi tidak spesifik lainnya


Subtipe depresi ini dibuat untuk penyakit depresi yang tidak memenuhi kriteria
diagnosis subtipe lainnya

Skema gangguan depresi


Penatalaksanaan gangguan depresi dilakukan dengan terapi farmakologi
menggunakan anti depresan dan psikoterapi. Tujuan terapi adalah untuk mencapai
remisi gejala klinis. Terapi gangguan depresi harus dilakukan dengan kerjasama yang
baik antara dokter, pasien, dan keluarga. Rujukan ke spesialis kesehatan jiwa perlu
dilakukan apabila:
• Pasien mengalami depresi dengan komorbiditas lain
• Depresi yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain
• Depresi dengan ciri psikotik
• Depresi berat
• Depresi dengan katatonia
• Depresi yang tidak respon dengan terapi lini utama

Farmakoterapi
Obat utama yang diberikan pada pasien dengan gangguan depresi adalah obat-obat
anti depresan. Obat-obat anti-depresan umumnya diberikan selama 6-12 minggu,
dimulai dari dosis awal yang direkomendasikan. Faktor terpenting dalam memilih
antidepresan adalah efektifitas dan toleransi pasien terhadap obat tersebut.
Antidepresan yang sering digunakan adalah:
1. Penghambat selektif serotonin/selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
SSRI adalah antidepresan generasi kedua. Obat ini merupakan obat pilihan utama
untuk gangguan depresi karena efek samping minimal dan rendahnya resiko untuk
overdosis. SSRI yang sering kali digunakan adalah Fluoksetin, Sertralin,
Paroksetin, Fluvoksamin, Citalopram, Esitalopram
2. Penghambat serotonin dan norpeinefrin/serotonin norepinephrine reuptake
inhibitor (SNRI)
SNRI merupakan antidepresan generasi kedua dan umumnya digunakan pada pasien
yang tidak menunjukkan respon terapi atau tidak dapat mentoleransi SSRI. SNRI
yang umum digunakan adalah: Duloksetin, Venlafaksin, Desvenlafaksin,
Milnasipran
3. Antidepresan trisiklik/tricyclic antidepressants (TCA)
Merupakan antidepresan generasi satu. TCA umumnya digunakan pada pasien
dengan depresi yang lebih berat atau yang tidak menunjukkan respon dengan terapi
SSRI. Meskipun lebih efektif dibandingkan dengan anti depresan generasi kedua,
TCA tidak rutin digunakan sebagai terapi lini utama karena banyaknya efek samping
yang disebabkan karena aktifitas antikolinergik, seperti mulut kering, visus menurun,
konstipasi, retensi urin, takikardia, delirium, halusinasi, overdosis, kejang,
teratogenik, dan lainnya. Obat TCA yang paling umum digunakan adalah:
Amitriptilin, Imipramin, Nortriptilin
4. Penghambat oksidase monoamin/monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
MAOI merupakan obat antidepresan generasi pertama dan sudah sangat jarang
digunakan karena dapat memicu aktivitas simpatis, hipertensi, dan reaksi dengan
banyak bahan makanan. MAOI sebaiknya dihindari pemberiannya pada depresi dan
tidak digunakan untuk pengobatan lini pertama. Pemberian MAOI sebaiknya
dibawah pengawasan spesialis.
5. Anti-depresan lainnya
Anti-depresan golongan lain merupakan obat yang lebih baru. Beberapa contoh obat
golongan ini adalah: Bupoprion, Mitrazapin, Nefazodon
Selain anti depresan, obat-obat seperti anti-psikotik, anti-ansietas, atau mood
stabilizer dapat diberikan apabila diperlukan.
Tabel 1. Rekomendasi Dosis Awal Anti-Depresan

Nama Obat Golongan Dosis Awal

Sertraline 50 mg/hari

Fluoksetin 12.5 – 25 mg/hari

Sitalopram 10 – 20 mg/hari
SSRI
Esitalopram 10 mg/hari

Paroksetin 10 – 20 mg/hari

Fluvoksamin 50 mg/hari

Venlafaksin 37.5 mg/hari

Desvenlafaksin SNRI 50 mg/hari

Duloksetin 30 mg/hari
Bupoprion 75 – 150 mg/hari
Lainnya
Trazodone 50 mg/hari

Amitriptilin 25 – 50 mg/hari

Clomipramine 25 mg/hari

Imipramine 25 – 50 mg/hari

Desipramin TCA 25 – 50 mg/hari

Doksepin 25 – 50 mg/hari

Nortriptilin 25 mg/hari

Protriptilin 10 mg/hari

Tes Formatif
1. Seorang laki-laki berusia 25 tahun diantar ibunya ke rumah sakit dengan keluhan
perubahan emosi yang drastis. Diagnosis dokter adalah gangguan bipolar. Obat
apakah yang sesuai diberikan untuk pasien?
A. Rituksimab
B. Kromolin
C. Litium
D. Latanaprost
E. Lidokain
2. Seorang perempuan berusia 30 tahun diantar ibunya ke rumah sakit dengan
keluhan sering gelisah, sangat takut, dan detak jantung sering meningkat.
Diagnosis dokter adalah serangan panik (panic attack). Dokter memberikan
terapi untuk menghambat ambilan kembali serotonin dan norepinefrin. Obat
apakah yang tepat?
A. Streptomisin
B. Ribavirin
C. Clopidogrel
D. Abciximab
E. Venlafaksin
3. Seorang wanita mengalami PTSD atau gangguan kecemasan post trauma. Oleh
dokter pasien diberikan obat pilihan yang dapat menghambat enzim monoamine
oksidase. Apakah obat yang dimaksud?
A. Buspirone
B. Phenelzine
C. Sertraline
D. Clonazepam
E. Gabapentin
4. Seorang perempuan berusia 27 tahun diantar ibunya ke rumah sakit dengan
keluhan sakit kepala, sering merasa sedih, dan ingin bunuh diri. Diagnosis dokter
ialah depresif berat dengan gejala psikotik. Obat apakah yang sesuai diberikan
untuk pasien?
A. Sertralin
B. Desmopresin
C. Azatioprin
D. Amineptin
E. Esitalopram oksalat
5. Seorang perempuan berusia 28 tahun dibawa ke rumah sakit oleh ibunya karena
sering menyendiri, bermimpi buruk perihal pelecehan yang dialaminya.
Diagnosis dokter ialah post traumatic stress disorder. Obat apakah yang dapat
diberikan pada pasien?
A. Loratadin
B. Paroksetin
C. Sitagliptin
D. Atorvastatin
E. Ondansetron

III. Penutup
Daftar Pustaka
1. Agam G, Belmaker R. Major Depressive Disorder Mechanism of Disease. N Engl J
Med 2008;358:55–68
2. American Psychiatric Association. Depressive disorders. Dalam: Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders. Washington DC: American Psychiatric
Publishing; 2013. h. 155-88
3. American Psychiatric Association. DSM-5 Update: Supplement to diagnostic and
statistical manual of mental disorders. Psychiatr News. 2016;51.
4. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar.
Departemen Kesehatan RI. 2006
5. Halverson J, Bienenfeld D. Depression. Medscape. 2017. Diakses dari:
https://emedicine.medscape.com/article/286759
6. Halverson J, Bienenfeld D. Depression. Medscape. 2017. Diakses dari:
https://emedicine.medscape.com/article/286759
7. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/ Clinical
Psychiatry, 11th ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2015.
8. Katzung: Basic and Clinical Pharmacology, 13th ed. McGraw-Hill’s. 2015
9. Krishnan R, Roy-Byrne P, Solomon D. Unipolar depression in adults: Epidemiology,
pathogenesis, and neurobiology. UpToDate. 2016. Diakses dari:
https://www.uptodate.com/contents/unipolar-depression-in-adults-epidemiology-
pathogenesis-and-neurobiology
10. Lyness J, Roy-Byrne P, Solomon D. Unipolar depression in adults: Assessment and
diagnosis. UpToDate. 2016. Diakses dari:
https://www.uptodate.com/contents/unipolar-depression-in-adults-assessment-and-
diagnosis
11. Lyness J, Roy-Byrne P, Solomon D. Unipolar depression in adults: clinical features.
UpToDate. 2017. Diakses dari: http://www.uptodate.com/contents/unipolar-
depression-in-adults-clinical-features

Kunci Jawaban
1. C
2. E
3. B
4. A
5. B

Anda mungkin juga menyukai