Anda di halaman 1dari 10

Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies

pada anak usia pra sekolah

HUBUNGAN KEBIASAAN BURUK (BAD HABITS) DENGAN


KEJADIAN KARIES PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

Sindi Anggela*, Nur Adiba Hanum

Jurusan Keperawatan Gigi, Poltekkes Kemenkes Palembang


*E-mail: sindi.anggela.sa@gmail.com

Diterima : 25 Maret 2020 Direvisi : 26 April 2020 Disetujui : 11 Mei 2020

Abstrak
Kebiasaan buruk adalah tindakan berulang-ulang yang dilakukan secara otomatis. Perilaku berulang ini umum
dilakukan pada masa kanak-kanak yang biasanya dimulai dan berhenti secara spontan. Diketahuinya hubungan
kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies pada anak usia pra sekolah melalui hasil-hasil penelitian.
Desain penelitian menggunakan Studi literatur, dengan menganalisis dan menyimpulkan berdasarkan dari
penelitian yang sudah ada. Dari hasil yang dihimpun peneliti data yang diperoleh adalah bad habit cukup banyak
dijumpai pada anak pra sekolah. Dari 5 penelitian tersebut dengan jumlah sampel 4806 anak, sebanyak 1227
anak ( 25,5%), yang paling banyak dimiliki oleh anak pra sekolah adalah kebiasaan menggigit kuku/bibir/benda
lain. Penyebab dari bad habit banyak faktor antara lain stres yang berlebihan, sekedar meniru sehingga menjadi
kebiasaan, bosan, lelah, frustasi, tidak senang, tidak aman, atau ketika tertidur lelap, dapat juga terjadi pada anak
dengan masalah perkembangan, kesulitan emosional, atau gangguan fisik.harapan orang tua yang tinggi sehingga
berakibat pada kecemasan yang akhirnya melampiaskan pada kebiasan buruk tersebut.Dampak yang
muncul/terjadi akibat dari bad habit adalah adalah maloklusi , gangguan berbicara, perubahan postur wajah,
nyeri rahang, gigi abrasi, gigi atrisi, karies gigi, perubahan postur wajah dan gangguan terhadap interaksisosial
mereka terhadap orang lain. Semua bad habits memiliki hubungan yang mendukung untuk terjadinya karies,
apabila kebiasaan tersebut tidak dicegah dan dihentikan.
Kata kunci: Kebiasaan buruk; dampak, penyebab; karies

Abstract
Bad habits are repetitive actions that are performed automatically. This repetitive behavior is common in
childhood which usually starts and stops spontaneously. Research results are known for the relationship
between bad habits and the incidence of caries in pre-school children. The research design uses literature
studies, by analyzing and concluding based on existing research. From the results collected by researchers, the
data obtained is that bad habits are quite common in pre-school children. Of the 5 studies with a sample size of
4806 children, as many as 1227 children (25.5%), most pre-school children had the habit of biting nails / lips /
other objects. The causes of bad habits are many factors, including excessive stress, simply imitating it so that it
becomes a habit, boredom, tiredness, frustration, displeasure, insecurity, or when falling asleep, can also occur
in children with developmental problems, emotional difficulties, or physical disorders Parents' expectations are
high so that it results in anxiety which eventually wreaks out of these bad habits. The effects that arise / occur as
a result of bad habits are malocclusion, speech disorders, changes in facial posture, jaw pain, abrasion teeth,
attractive teeth, dental caries, changes in facial posture and disruption to their social interactions with others.
All bad habits have a supportive relationship to the occurrence of caries, if the habit is not prevented and
stopped.
Keywords: Bad habits; Impact, Causes; Caries

Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020 43
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

PENDAHULUAN perawatan sampai karies lanjut, maka akan


mengakibatkan fungsi pengunyahan dan
Menurut laporan Nasional Riset
tanggalnya gigi secara dini sehingga
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, indeks
menyebabkan erupsi gigi permanen tidak
DMF-T Indonesia sebesar 7,1% dengan
normal (Supariani dkk, 2013). Dalam
nilai masing-masing D-T=4,5%; M-
perkembangan dan pertumbuhannya,
T=2,5%; F-T=0,1%. Sedangkan, data di
banyak anak memiliki kebiasaan tertentu
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018,
dalam berperilaku. Kebiasaan merupakan
angka indeks DMF-T sebesar 66% dengan
suatu pola perilaku yang diulangi dan pada
nilai masing-masing D-T= 45,1%; M-T=
umumnya merupakan suatu tahap
17,9%; F-T=3,0%. Rata-rata indeks def-t
perkembangan yang normal. Kebiasaan
gigi sulung menurut karakteristik Riskesdas
yang terjadi di dalam rongga mulut (oral
2018 di Indonesia sebesar 6,2 dan rata-rata
habits) diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
indeks def-t gigi sulungWHO sebesar 8,1
oral habit fisiologis dan non-fisiologis. Oral
(Riskesdas, 2018).
Banyak anak memiliki kebiasaan habit fisiologis adalah kebiasaan normal
manusia seperti bernapas lewat hidung,
tertentu dalam berperilaku, khususnya
mengunyah, berbicara, dan menelan
dalam rongga mulut (oral habits). Oral
(Rusdiana, 2018).
habits diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
Latar belakang penulis memilih
oral habit fisiologis dan non-fisiologis
kebiasaan buruk pada anak sebagai
(Rusdiana, E. 2018). Menurut Motta &
permasalahan karena mengingat cukup
Almeida (2012), bad oral habit dapat
banyak akibat yang ditimbulkannya pada
memengaruhi pertumbuhan kraniofasial.
kondisi gigi dan mulut, sehingga kebiasaan
Contohnya adalah menghisap jempol
buruk harus dihindari atau dicegah. Untuk
(thumb sucking), pemberian susu botol
mencegah akibat tersebut memerlukan
(bottle feeding), menjulurkan lidah (tongue
pemahaman bagi setiap orang tua
placing pressure on teeth), menggigit kuku
akaninformasi tentang kebiasaan buruk
(nail bitting), bernapas lewat mulut (mouth
anak.
breathing), bruksisme (bruxism), dan
menggigit bibir (lip sucking). Kebiasaan
buruk (bad habbits) pada rongga mulut METODE
misalnya mengedot, menghisap jari/bibir, Metode dalam penelitian studi
serta menyikat gigi dengan gerakan yang literature dengan menggunakan sumber
salah dapat menyebabkan karies gigi literatur yang berbentuk buku, artikel
(Senjaya, 2012). Kebiasaan buruk lain yang ilmiah, khususnya yang terpublikasi yang
dapat menyebabkan karies dini adalah merupakan hasil penelitian atau karya
asupan yang buruk, antara lain: jus, ilmiah sebelumnya. Data atau hasil
minuman campuran, soft drink, gelatin, air penelitian atau artikel tersebut selanjutnya
gula atau cairan pemanis lainnya. Susu dan digunakan sebagai data untuk
formula juga dapat memperbesar kerusakan menggambarkan suatu masalah/topik
gigi (Fajriani dkk., 2011). penelitian (Mediarti, dkk. 2020).
Gigi sulung pada anak prasekolah,
jika mengalami karies dan tidak dilakukan

44 Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi kebiasaan buruk
Jenis kebiasaan Dhull K.S, OmerM.I , Iyamu I, Miotto M, Hedge A.M
Jumlah
buruk dkk (2018) dkk (2015) dkk (2012) dkk (2016) (2009)
Menghisap ibu jari 64 56 88 18 10 236
Menggigit bibir/kuku/ 67 34 71 0 334 506
benda lain
Menghisap botol susu 0 12 12 68 0 92
Mendorong lidah 0 13 46 0 177 236
Bernafas melalui mulut 55 33 0 0 0 88
Bruksisme 64 0 0 0 5 69
Tidak ada 250 341 814 64 2110 3579
Jumlah 500 489 1031 150 2636 4.806

Tabel 1 menunjukkan frekuensi buruk yang paling banyak adalah


kebiasaan buruk pada 5 penelitian menggigit bibir/kuku/benda lain
dihasilkan sebagai berikut: - Bila dilihat dari keseluruhan ke 5
- Hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian tersebut frekuensi kebiasaan
Dhull, dkk (2018) dari 500 anak yang terjadi pada anak-anak pra sekolah
sebanyak 250 anak (50%) memiliki sangat tinggi, yakni dari 4806 anak
kebiasaan buruk dan kebiasaan buruk sebanyak 1227 (25,5%) anak mengalami
yang paling banyak adalah kebiasaan kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk
menggigit bibir/kuku/ benda lain terbanyak berturut turut dari yang
- Hasil penelitian yang dilakukan oleh terbanyak adalah menggigit bibir/kuku/
Omer, dkk (2015), dari 489 anak, benda lain, menghisap ibu jari dan
sebanyak 30,2% memiliki kebiasaan mendorong lidah, menghisap botol susu,
buruk dan kebiasaan buruk yang paling bernafas melalui mulut dan yang
banyak adalah kebiasaan buruk terendah kebiasaan bruksisme.
menghisap ibu jari
- Hasil penelitian yang dilakukan oleh Menurut penelitian Hedge (2009)
Iyamu, dkk (2012), dari 1031 anak, 21% anak–anak memiliki kebiasaan oral yang
memiliki kebiasaan buruk dan kebiasaan lazim dan kebiasaan yang paling banyak
buruk yang paling banyak adalah dimiliki adalah kebiasaan menggigit
menghisap ibu jari bibir/kuku/benda lain. Hedge (2009) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa masalah
- Hasil penelitian yang dilakukan Miotto,
perilaku pada anak sekolah umumnya
dkk (2016), dari 150 anak, 57,3%
disebabkan oleh stress yang berlebihan,
memiliki kebiasaan buruk dan kebiasaan
daya saing, harapan orang tua yang tinggi
buruk yang paling banyak adalah
dan akibatnya adalah kecemasan, dengan
menghisap botol susu
melampiaskan pada kebiasan buruk
- Hasil penelitian yang dilakukan dari tersebut.
Hedge (2009), dari 2636 anak, 20%
memiliki kebiasaan buruk dan kebiasaan

Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020 45
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

Tabel 2. Distribusi dampak kebiasaan buruk berdasarkan jenisnya


Dampak kebiasaan buruk
Jenis kebiasaan
buruk OmerM.I , dkk Carminatti M, Goncalves L.P, Joelijanto R Hedge A.M
(2015) dkk (2016) dkk (2010) (2012) (2009)
Menghisap ibu Maloklusi Gangguan Atrisi 1. Maloklusi 1. Maloklusi
jari psikologis 2. Kelainan 2. Proklinasi
posisi gigi gigi
3. Wajah hiper
divergensi
Menggigit Maloklusi - Abrasi Abrasi 1. Usang di
bibir/kuku/ benda tepi incisal
lain. 2. Maloklusi
3. Komplikasi
orthodontik
gigitan
terbuka
Menghisap botol Maloklusi Karies Karies - -
susu
Mendorong lidah Maloklusi - - Maloklusi 1. Maloklusi
2. Proklinasi
gigi dengan
diastema
sentral
Bernafas melalui Maloklusi 1. Tidur - 1. Maloklusi -
mulut mendengkur 2. Protusif
2. Karies 3. Mengubah
3. Fisik postur
4. Masalah kepala dan
interaksi wajah
sosial
Bruksisme - - Atrisi 1. Atrisi 1. Atrisi
2. Fraktur 2. Gangguan
3. Karies sendi
temporo
mandibular

1. Kebiasaan menghisap ibu jari gigi dan hubungan rahang, dapat


Berdasarkan hasil dari 5 mempengaruhi pertumbuhan normal
penelitian yang dihimpun, bahwa dari rahang, mengganggu pertumbuhan
dampak dari kebiasaan menghisap ibu kranial, fisiologi oklusi sampai interaksi
jari adalah maloklusi, atrisi, kelainan sosial.
posisi gigi, gangguan psikologis, 2. Kebiasaan menggigit bibir/kuku/ benda
mengubah postur wajah. Menurut lain
Joelijanto R (2012) terjadinya maloklusi Berdasarkan hasil dari 5
karena akibat tekanan oleh pipi dan penelitian yang dihimpun, bahwa
bibir ke posterior rahang atas sehingga dampak dari kebiasaan menggigit bibir/
membuat maksila menjadi berbentuk V kuku/benda lain adalah maloklusi,
sehingga tampak protrusi. Begitu juga gigitan terbuka, usang di tepi incisal,
menurut hasil yang didapat berdasarkan
dan abrasi, apabila gigi sudah
penelitian Elianora (2014) akibat yang mengalami keausan dan lama kelamaan
ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap lapisan gigi akan menipis dan
ibu jari adalah terjadinya anomali letak

46 Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

menyebabkan karies. Menurut Reddy, bernafas melalui mulut, dan aktivitas


dkk.(2013) akibat yang terjadi dari nail otot mentalis hiperaktif, pembisuan,
biting adalah gigi atrisi, resorpsi akar, gigitan terbuka, dan proklinasi gigi seri
fraktur gigi anterior trauma gingiva, atas.
penyebaran infeksi dermatologis ke 5. Kebiasaan bernafas melalui mulut
dalam rongga mulut dan maloklusi. Dampak dari kebiasaan bernafas
Menurut Al-atabi (2014), kebiasaan melalui mulut adalah maloklusi, protusi,
menggigit dan menghisap bibir sering terlihat dari fisik postur kepala dan
terlihat pada pasien dengan overjet yang wajah, sehingga terjadi masalah
berlebihan dan sering dikaitkan dengan interaksi sosial pada sebagian orang
bibir yang cincang, kering atau yang mengalami, tidur mendengkur dan
meradang atau otot-otot perioral. kelamaan akan menyebabkan karies
3. Kebiasaan menghisap botol susu akibat dehidrasi saliva. Menurut
Berdasarkan hasil dari 5 penelitian Faroza (2017) menjelaskan
penelitian yang dihimpun bahwa bahwa kebiasaan bernafas melalui
dampak dari kebiasaan menghisap mulut dapat menyebabkan maloklusi
botol susu adalah rampan karies dan dan pertumbuhan abnormal pada
apabila durasi menggunakannya terlalu struktur wajah akibat terjadi aktivitas
lama dan sering, akan menyebabkan yang tidak normal pada musculus
maloklusi. Dijelaskan pada penelitian orbicularis oris, musculus genioglossus,
(Yulita, 2011) menggunakan botol dot musculus mylohyoid, dan musculus
dengan durasi, frekuensi dan intensitas masseter. Wajah seorang anak yang
yang berlebih dapat menyebabkan gigi memiliki kebiasaan mouth breathing,
depan menjadi maju (protrusif). Adapun ditunjukkan dengan mulut yang terbuka,
menurut penelitian Fajriani, dkk.(2011) gigi depan maju atau berjejal, palatum
Kebiasaan penggunaan botol untuk dalam, mata terlihat cekung, wajah
minum susu pada malam hari terlihat panjang/long-face, lubang
merupakan hal yang paling sering hidung kecil.
terjadi sebagai penyebab karies dini 6. Bruksisme
pada anak. Dari hasil penelitian yang
4. Kebiasaan mendorong lidah dihimpun, dampak dari kebiasaan
Dampak dari kebiasaan bruksism adalah atrisi, karies, fraktur
mendorong lidah adalah maloklusi dan dan gangguan sendi temporo-
proklinasi gigi dengan diastema, hal mandibular. Akibat bruxism menurut
tersebut akan mempermudah sisa Putri, dkk. (2018) dapat berupa
makanan tersangkut, dan dehidrasi Gangguan bentuk gigi, karena bruxism
akibat gigitan terbuka dapat menyebabkan mahkota gigi menjadi
menyebabkan karies. Menurut pendek dan hilang nilai estetikanya, gigi
penelitian Dixit, dkk (2013) dorongan menjadi sensitif, email menipis akibat
lidah tampaknya mempengaruhi aktivitas grinding sehingga dentin
beberapa karakteristik jaringan lunak menjadi terbuka, fraktur, sakit pada otot
dan gigi yang menyebabkan pengunyahan, dan gangguan sendi TMJ.
ketidakmampuan bibir, kebiasaan

Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020 47
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

Tabel 3. Distribusi penyebab kebiasaan buruk berdasarkan jenisnya


Penyebab kebiasaan buruk
Jenis kebiasaan
Joelijanto R Pramita D.M, Miotto M, dkk Negra J, dkk
buruk Jajo S (2015)
(2012) dkk (2019) (2016) (2013)
Menghisap ibu jari 1. Kelaparan - - 1. Sudah -
2. Penggantar diperoleh sejak
tidur lahir
3. Faktor 2. Sebagai
kelelahan penghibur
4. Refleks
Menggigit - 1. Stres - - -
bibir/kuku/ benda 2. Turun temurun
lain. 3. Faktor
lingkungan
4. Faktor
fisikologis
Menghisap botol - - 1. Sosial konomi 1. Sudah -
susu rata-rata diperoleh sejak
mampu lahir
2. Pengetahuan 2. Diperpanjang 3
orang tua tahun lebih
kurang 3. Sebagai
pengantar tidur
4. penenang bayi
yang gelisah
Mendorong lidah - Penggunaan - - -
botol susu yang
tidak benar
Bernafas melalui 1. Kelenjar Gangguan - - -
mulut gondok rongga hidung
membesar
2. Amandel
3. Konkha
hidung
4. Kelainan
bentuk hidung
dan wajah
5. Oleh benda
asing
Bruksisme - 1. Tanpa sadar - - 1. Faktor
2. Stress neurotisisme
3. Kemarahan tinggi
4. Rasa sakit 2. anak yang
melakukan
pekerjaan
rumah tangga
yang
dipaksakan
oleh orang tua

1. Kebiasaan menghisap ibu jari frustasi, tidak senang, tidak aman, atau
Dari hasil 5 Penelitian yang ketika tertidur lelap. Menurut Jajo S
peneliti himpun, bahwa kebiasaan (2015) Teori penyebab kebiasaan
menghisap ibu jari disebabkan oleh menghisap ibu jari teori psikoanalitik
kelaparan, faktor kelelahan, karena tentang perkembangan psikoseksual
reflek, sebagai penghibur, pengantar dan teori belajar, menunjukkan bahwa
tidur,dan biasanya sudah diperoleh kelanjutan dari kebiasaan itu
sejak lahir. Menurut (Rao, 2012), anak menifestasi dari gangguan psikologis
akan melakukan perilaku kebiasaan ini yang mendasarinya dan itu mekanisme
saat mereka merasa stres, bosan , lelah, untuk manajemen stres.

48 Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

2. Kebiasaan menggigit bibir/kuku/benda 4. Kebiasaan mendorong lidah


lain Dari hasil 5 penelitian yang
Dari hasil 5 Penelitian yang peneliti himpun, bahwa penyebab
peneliti himpun, bahwa penyebab dari darikebiasaan mendorong lidah pada
kebiasaan menggigit bibir/kuku/ benda anak bisa disebabkan oleh penggunaan
lain adalah karena stres, faktor botol susu yang tidak benar. Menurut
lingkungan, turun temurun dan faktor Tarvade (2015), berikut ini adalah
fisikologis. Sementara ini sudah beberapa faktor predisposisi itudapat
dilakukan penelitian oleh Ghanizadeh menyebabkan kebiasaan mendorong
(2013) menjelaskan etiologi secara lidah:
umum nail bitting adalah masalah a. Pemberian susu botol yang tidak
perilaku, kecemasan pada anak-anak tepat
dan disebabkan oleh munculnya rasa b. Mengisap jempol dalam waktu lama
bosan. Tanda-tanda klinis Nail bitting c. Infeksi tonsil dan saluran
biasanya terlihat adanya kerusakan pada pernapasan atas yang
kuku yang digigit, pembengkakan pada berkepanjangan
gingiva dan terkikisnya bagian incisal d. Durasi lama bisa dari kelembutan
gigi anterior. gusi atau gigi
Menurut Joelijanto (2012) 5. Kebiasaan bernafas melalui mulut
penyebab seseorang memiliki kebiasaan
Dari hasil 5 Penelitian yang
mengisap bibir diduga karena faktor peneliti himpun, bahwa penyebab dari
lingkungan dan faktor psikologis.
kebiasaan bernafas melalui mulut
Beberapa peneliti melaporkan bahwa biasanya disebabkan oleh adanya
ada manifestasi di rongga mulut karena gangguan pada rongga hidung, kelenjar
kebiasaan mengisap bibir yang overjet gondok yang membesar, adanya
yang cukup besar, hubungan molar amandel dan kelainan bentuk hidung
kedua, serta adanya open-bite anterior dan wajah atau terhalang benda asing
dan crossbite posterior. Mengisap sehingga sering bernapas melalui mulut.
sering kali merupakan aktivitas Menurut Putri dkk. (2018) Kebiasaan
kompensasi yang berasal dari overjet
bernapas melalui mulut dipicu oleh
berlebihan dan kesulitan menutup bibir
adanya gangguan pada jalan napas atau
pada saat menelan. hidung dan pembesaran tonsil di
3. Kebiasaan menghisap botol susu belakang hidung. Pada beberapa orang,
Dari hasil 5 Penelitian yang kebiasaan ini disertai lemahnya tonus
peneliti himpun, bahwa penyebab dari bibir atas. Bernapas melalui mulut dapat
kebiasaan menghisap susu botol karena diamati pada orang-orang yang juga
sudah diperoleh sejak lahir hingga 3 melakukan kebiasaan tongue trusthing
tahun lebih, sebagai pengantar tidur (mendorong gigi-gigi dengan lidah)
penenang bayi saat gelisah, dan sosial sehingga menyebabkan terjadinya
ekonomi mampu serta kurangnya gigitan terbuka di anterior.
pengetahuan tentang dampak 6. Bruksisme
menghisap botol susu terlalu sering. Dari hasil 5 Penelitian yang
Menurut Yulita (2011), Kebiasaan peneliti himpun, bahwa penyebab
pemberian susu botol merupakan bruksism biasanya karena faktor
kebiasaan yang sering dilakukan oleh neurotisme tinggi,anak yang melakukan
orang tua untuk menenangkan dia di
pekerjaan rumah tangga yang
waktu istirahat dan tidur pada malam dipaksakan oleh orang tua, rasa stress,
hari. kemarahan, rasa sakit, dan sering terjadi

Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020 49
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

saat tidur tanpa disadari. Menurut bawah bergerak kearah sebaliknya lalu
Tarvade (2015) kebiasaan oral adalah cairan manis akan berkumpul pada
pola kontraksi otot yang dipelajari dan permukaan giginya, produksi saliva
memiliki sifat yang sangat kompleks berkurang, akhirnya terbentuk
mereka terkait dengan kemarahan, demineralisasi. Meminum susu dengan
kelaparan, tidur, erupsi gigi dan rasa menggunakan botol dan ASI ketika tidur
takut. sangat tidak baik, cairannya akan
menggenangi rongga mulut (gigi) untuk
Distribusi hubungan kebiasaan buruk beberapa waktu (jam). Genangan susu pada
(bad habits) dengan kejadian karies rongga mulut saat tidur ditemukan
berdasarkan dampak yang ada terjadinya fermentasi yang berasal dari gula
larutan tersebut dan akan membantu
Berdasarkan hasil dari beberapa
terjadinya karies. Lamanya waktu yang
penelitian diatas sebagian basar dampak
dibutuhkan karies untuk berkembang
dari kebiasaan buruk oral adalah terjadinya
maloklusi pada gigi. Kejadian maloklusi menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan (Wijayanti, 2011).
rata-rata ada pada semua kebiasan buruk
Adapun kebiasaan yang berdampak
seperti menghisap ibu jari, menggigit
atrisi, abrasi, fraktur yang dapat
bibir/kuku,benda lain,menggunakan botol
menyebabkan karies seperti akibat dari
susu, mendorong lidah,bernapas melalui
menggigit kuku dan bruksism. Menurut
mulut, kecuali bruksisme. Keadaan gigi
Joelijanto (2012), apa bila kebiasaan
yang maloklusi gigitan terbuka akan lebih
tersebut sering dilakukan semakin lama gigi
sering sering bernapas melalui mulut,
tergesek permukaan email akan habis dan
dampak tersebut tentunya berhubungan
menimbulkan rasa sakit, dapat
dengan kejadian karies.
menyebabkan kerusakan jaringan
Penyebab karies gigi yang tidak
periodontal.
langsung adalah permukaan dan bentuk gigi
tersebut. Bentuk gigi yang berjejal dan
memiliki jarak, fissur yang dalam KESIMPULAN
akanmengakibatkan sisa-sisa makanan Dari hasil-hasil penulis yang didapat
mudah melekat dan bertahan, sehingga dan dihimpun oleh peneliti dapat
produksi asam oleh bakteri akan disimpulkan bahwa:
berlangsung dengan cepat dan akan 1. Bad habit cukup banyak dijumpai pada
menimbulkan karies gigi (Tarigan, 2015). anak pra sekolah. Hal ini ditunjukkan
Menurut penelitian Carminatti M dari 5 penelitian tersebut dengan jumlah
(2016) yang menghitung streptococcus sampel 4806 anak, sebanyak 1227 anak
mutans bakteri utama terkait dengan karies (25,5%)
gigi, dianalisis aliran saliva pada kebiasaan 2. Jenis bad habit yang dijumpai pada
bernapas melalui mulut menunjukkan anak prasekolah adalah kebiasaan
mekanisme kompensasi oleh kekeringan menggigit bibir/kuku/benda lain,
saliva dan imunoglobulin liurnya kurang. kebiasaan menghisap ibu jari, kebiasaan
Jika aliran saliva berkurang atau menghisap botol susu, kebiasaan
menghilang, maka karies mungkin akan mendorong lidah, kebiasaan bernafas
tidak terkendali (Kidd, 2013). melalui mulut, dan bruksisme.
Menurut Yulita (2011), Ancaman
3. Bad habit yang paling banyak dimiliki
bagi anak yang sering meminum susu
oleh anak pra sekolah adalah kebiasaan
menggunakan dot pada malam hari adalah
menggigit kuku/bibir/benda lain, dan
terkena rampan karies, karena ketika anak
kebiasaan yang paling sering muncul
menghisap dot, secara refleks rahang atas
akan maju ke depan sementara rahang

50 Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

dari penelitian ini adalah menghisap ibu Malocclusion in Sammawa City Students
jari. Aged (6-18) Years Old.
4. Penyebab dari bad habit banyak faktor Carminatti, M. dkk. 2016. Impact of dental
antara lain stress yang berlebihan, caries, malocclusion and oral habits on the
sekedar meniru sehingga menjadi oral health-related quality of life of
preschool children. Audiol Commun Res;
kebiasaan, bosan, lelah, frustasi, tidak
22(18), 1–8.
senang, tidak aman, atau ketika tertidur
Dhull, K.S, dkk. 2018. Prevalence of
lelap, dapat juga terjadi pada anak deleterious oral habits among 3- to 5-
dengan masalah perkembangan, yearold preschool children in
kesulitan emosional, atau gangguan Bhubaneswar, Odisha, India. International
fisik, harapan orang tua yang tinggi Journal of Clinical Pediatric
sehingga berakibat pada kecemasan Dentistry;11(3):210–13.
yang akhirnya melampiaskan pada Elianora, D. 2014. Pemeriksaan lengkap
kebiasan buruk tersebut kebiasaan buruk mengisap ibu jari (thumb
5. Dampak yang muncul/ terjadi akibat sucking). Jurnal B-Dent: 1(2):102–11.
dari bad habit adalah adalah maloklusi , Fajriani & Handayani, H. 2011.
gangguan berbicara, perubahan postur Penatalaksanaan early childhood caries
wajah, nyeri rahang, gigi abrasi, gigi Management of early childhood caries.
atrisi, karies gigi, perubahan postur Jurnal Dentofasial;10(3):179–83.
wajah dan gangguan terhadap Faroza, N.A., Kusuma, F., Wibowo, D. 2017.
interaksisosial mereka terhadap orang Hubungan antara kebiasaan buruk
bernafas melaui mulut dan tingkat
lain.
keparahan maloklusi di SMPN 4
6. Semua bad habits memiliki hubungan Banjarbaru dan SMAN 4 Banjarbaru.
yang mendukung untuk terjadinya Dentino Jurnal Kedokteran Gigi; 11(1):
karies, apabila kebiasaan tersebut tidak 39–43.
dicegah dan dihentikan. Ghanizadeh, A., Bazrafhsan, A. 2013. Habit
reversal versus object manipulation
SARAN training for treating nail bitting: a
randomzed controlle clinical trial Iran J
Bad habit merugikan kesehatan gigi Psychiatry; 8(2), 61–7.
dan mulut yang mengalaminya.Walaupun Goncalves, L.P, dkk. 2010. The relationship
banyak faktor penyebab bad habit, namun between bruxism, occlusal factors and
faktor yang utama pada anak pra sekolah oral habits. Dental Press J.
adalah peran orang tua. Oleh karena itu Ortho;.15(2):97–104.
untuk menghindari dampak bad habit maka Hedge, M. & Xavier, M. 2009. Childhood
orang tua seharusnya memperhatikan habits: ignorance is not bliss—a
perilaku dan kebiasaan yang dilakukan prevalence study. International Journal of
anaknya dan memperbanyak pengetahuan Clinical Pediatric Dentistry; 2(1):26–9.
tentang dampak akibat dari kebiasaan buruk Iyamu, I. & Isiekwe, M.C. 2012. Prevalence
terutama kesehatan gigi dan mulut, serta and factors associated with anterior open
mengawasi dan memberi perhatian dan bite in 2 to 5 year old children in Benin
melakukan edukasi pada anak untuk tidak city, Nigeria. African Health
melakukan kebiasaan buruk oral. Science;12(4): 446–51.
Jajo, S., dkk. 2015. Oral habits in school going
children of Pune: A prevalence study.
Journal of International Oral
Health;7(10):96–101.
DAFTAR PUSTAKA
Joelijanto, R. 2012. Maloklusi yang terjadi
Al-atabi, H.S. 2014. Prevalence of bad oral akibat kebiasaan buruk pada anak.
habits and relationship with prevalence of IDJ;1(2): 86–92.

Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020 51
Anggela & Hanum: Hubungan kebiasaan buruk (bad habits) dengan kejadian karies
pada anak usia pra sekolah

Kidd, E. & Bechal, S.J. 2013. Dasar-dasar Supariani, N., Artawa, I. & Wirata, I. 2013.
Karies, penyakit dan penanggulangannya. Hubungan karbohidrat pada susu yang
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. dikonsumsi dengan kejadian karies gigi
Miotto, M. dkk. 2016. Early weaning as a risk botol pada anak play group. Jurnal
factor for deleterious oral habits in 3-5 Kesehatan Gigi; 1(1): 27–31.
year old children. Brazilian Research in Tarvade S.M, dkk. 2015. Tongue thrusting
Pediatric Dentistry and Integrated habit: Areview. International Journal of
Clinic;16(1): 393–402. Contemporary Dental and Medical
Motta, J.L. & Almeida, T. 2012. Gender as risk Reviews. Article ID 151214, 5 Pages
factor for mouth breathing and other Tarigan, R. 2015. Karies Gigi. Jakarta: Penerbit
harmful oral habits in preschoolers.Brazil Buku Kedokteran EGC.
Journal of Oral Sciences; 11(3): 377–380. Wijayanti, D.M. 2011. Hubungan pemberian
Negra J, dkk.2013. Relationship between tasks susu botol menjelang tidur dengan
performed, personality traits, and sleep kejadian karies pada balita (2-4 tahun) di
bruxism in brazilian school children - a PAUD Melati Kelurahan Kandangan
population-based cross-sectional study. Kecamatan Bonowo Surabaya. Jurnal
BMC Public Halth;8(11): 37–45. Kesehatan AIPTINAKES JATIM; 1(1), 12–
Omer, M.I & Abuaffan,A.H. 2015. Prevalence 21.
of oral habits and its effect in primary Yulita, I. 2011. Air susu ibu dan karies gigi
dentition among sudanese preschool sulung. Jurnal Health Quality; 4(1):1–76.
children in Khartoum City. Indian Journal
of Dental Education; 8(2): 57–62.
Putri, M.H., Herijulianti, E. & Nurjannah, N.
2018. Ilmu Pencegahan penyakit jaringan
keras dan jaringan pendukung gigi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pramita D.M, dkk. 2015.Prevalensi bottle
feeding caries dan faktor risiko ada anak
usia 3 samai 5 tahun diwilayah kerja
Puskesmas Mengwi III Badung. Bali
Dental Journal; 3(1):34–40
Rao, A. 2012. Principles and practice of
pedodontics. India: Jaypee Brother
Medical Publisher (P) Ltd.
Reddy, S., Sannjai, K., Kumaraswamy, J.,
Papaiah, L. & Jeevan, M.B. 2013. Oral
carriage of enterobacteriaceae among
school children with chronic nail-biting
habit. Journal of Oral and Maxillofacial
Pathology: 17 (2): 163–68.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018
Rusdiana, E., Goenharto, S. & Asdika, R.G.
2018. Variasi fixed tongue crib untuk
mengatasi kebiasaan menjulurkan lidah.
Journal of Vocational Health Studies;1(2),
126–33.
Senjaya, A.A. 2012. Kebiasaan buruk yang
dapat merubah bentuk wajah. Jurnal Skala
Husada; 9(1): 22–7.

52 Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM) Vol. 2 ● No. 1 ● Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai