Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kepada kehadirat Allah SWT atas
selesainya buku penuntun praktikum Analisis Obat Tradisional ini. Buku penuntun ini
merupakan petunjuk praktikun bagi mahasiswa/i program studi S1 Fakultas Farmasi Institut
Kesehatan DELIHUSADA Delitua Semester VI. Penuntun ini berisi cara-cara pengujian
menggunakan metode destilasi dan kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap simplisia, sediaan
obat tradisonal (jamu) dan bahan kimia obat (BKO). Kami menyadari bahwa buku penuntun
Analis Obat Tradisional ini masih jauh dari sempurna, saran/kritik yang konstruktif kami
nantikan dengan senang hati. Akhir kata semoga buku penuntun ini bermanfaat bagi yang
menggunakannya.
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Untuk menjaga kualitas obat tradisional , pemerintah
mengeluarkan berbagai peraturan. Salah satu diantaranya adalah Peraturan Kepala badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional. Persyaratan mutu bahan baku dan produk jadi diatur dalam peraturan ini. Salah
satu bahan obat tradisional berasal dari tanaman / herbal. Yang dimaksud sediaan herbal
adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara sederhana seperti infus, dekok yang
berasal dari simplisia. Sedangkan simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami
pengolahan atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni,
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Sejalan dengan kemajuan Iptek
kefarmasian, saat ini sediaan herbal yang ada di pasaran tidak hanya berupa simplisia atau
campuran simplisia, tetapi juga berupa hasil ekstraksi (disebut ekstrak) dan telah dilakukan
standarisasi. Bahan baku sediaan herbal wajib memenuhi persyaratan mutu sebagaimana
tercantum dalam: a. Materia Medika Indonesia; atau b.Farmakope Herbal Indonesia.
SIMPLISIA
Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak baik
sebagai bahan obat dan produk. Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan
tumbuhan liar mempunyai kandungan kimia yang belum tentu selalu ajeg (konstan) karena
adanya variable bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses
pasca panen dan preparasi akhir. Simplisia sebagai bahan kefarmasian harus memenuhi
parameter mutu umum suatu bahan (material) yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian
(bebas dari kontaminasi kimia dan biologi) serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan
dan transportasi). Simplisia diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk kefarmasian
lainnya yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutuaman-manfaat).
Simplisia yang akan digunakan untuk obat atau bahan baku obat harus memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Material
Medika Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dsb)
masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang
berlaku. EKSTRAK Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga mamenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstraksi adalah
kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat
larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat,karbohidrat,protein dan lain-lain.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.
1. Materi Percobaan : Penetapan kadar air terhadap simplisia atau sediaan obat
tradisional
2. Tujuan Percobaan : untuk mengetahui kandungan air yang terdapat di dalam
simplisia atau sediaan obat tradisional
3. Metode Percobaan : penetapan kadar air dilakukan secara destilasi (metode
Azeotropi)
4. Alat dan gambar (terlampir), alat terdiri dari :
a. Labu alas bulat
b. Alat penampung
c. Pendingin
d. Tabung penyambung
e. Tabung penerima (5 ml berskala 0,1 ml),Pemanas listrik (heating mantel)
yang suhunya dapat diatur
f. Klem, statif,gelas ukur,botol semprot,volume pipet.
1. Bahan-bahan : simplisian, sediaan obat tradisional, toluen, air suling
2. Prosedur percobaan :
Bersihkan tabung penerima, pendingin dan labu
Dilakukan penjenuhan toluen dengan cara destilasi yaitu 200 ml toluen
dimasukkan kedalam labu destilasi tambhkan 2 ml air suling dan destilasi
selama 2 jam. Biarkan dingin selama setengah jam, baca volume air dengan
ketelitian 0,01 ml (VI).
Ditimbang seksama 5 g bahan, dimasukkan ke dalam labu destilasim
panaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih destilasi
dilakukan dengan kecepatan ± 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air
tersuling kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes per detik
Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen,
lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima mendingin
hingga suhu kamar.
Baca volume air setelah air dan toluen memisah sempurna (V2). Selisih
kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat di
dalam simplisia yang diperiksa.
Cara perhitungan persen kadar air adalah sbb :
V 2−V 1
% kadar air = x 100 %
Berat sampel
Hasil persen kadar air yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan
literatur Material Medika Indonesia atau Literatur lain.
1. Hari/ tanggal Praktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :
Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan
( ) ( )
4. Berat basah 10 cm3 tanah asli yang diambil dari lapangan 18 gram. Berat tanah
setelah dikeringkan 16 gram. Jika berat jenis butiran tanah tersebut 2,71,
hitunglah: Kadar air
PERCOBAAN II
1. Materi Percobaan : penetapan kadar minyak atsiri
2. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui kandungan minyak atsiri yang terdapat di dalam
simplisia
3. Metode percobaan : penetapan kadar minyak atsiri dilakukan secara destilasi
menggunakan alat Stahl.
4. Alat-alat yang digunakan:
Alat stahl terdiri dari :
o Labu alas bulat 1000 ml
o Pendingin
o Buret kapasitas 0,5 ml berskala 0,01 ml
o Pemanas listrik (heating mantel), gelas ukur, mortir dan stumper, botol semprot,
beker gelas, vial (untuk menampung minyak atsiri)
5. Bahan-bahan : simplisia, air suling, xilena
6. Prosedur percobaan
Prosedur penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan dua cara
Cara pertama sebagai berikut :
Bersihkan labu, buret dan pendingin dengan larutan asam pencuci, di bilas
dengan air dan keringkan
Timbang seksama sejumlah simplisia yang telah digiling kasar atau dimemarkan,
dimasukkan ke dalam labu kemudian tambhakan air suling 300 ml.
Pasang alat, isi buret dengan air suling hingga penuh, panaskan sehingga
penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi tertur.
Setelah penyulingan selesai biarkan selama 15 menit catat volume minyak atsiri
pada uret
Cara perhitungan kadar minyak atsiri sbb:
V 2−V 1
% kadar minyak atsiri = x 100 %
Berat sampel
Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan
( ) ( )
SOAL PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI
=================================================================
Jawablah Pertanyan Dibawah Ini Dengan Singkat Dan Tepat!
Jawab :
Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan
( ) ( )
SOAL ANALISIS KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
=================================================================
Pilihlah jawaban yang paling tepat (one best answer) pada lembar jawaban!
4. Pengeringan ekstrak sampai kental dalam pembuatan sediaan tablet serbuk dengan
penambahan bahan tambahan separti maltod ekstrin dengan perbandingan 4:1 Disebut apakah
hasil ektrak tersebut?
a. Mixed extract
b. Mixture of extract
c. Native extract
d. Non native extract
e. Adjusted extract
5. Serbuk simplisia akan di ektraksi dengan cara infundasi selama 15 menit. Karena ketidak
telitian selama praktikum terlewat sehingga ekstraksi dilakukan selama 30 menit. Pertanyaan
soal : Ekstraksi cara apa yang dilakukan ?
a. Refluks
b. Dekoktasi
c. Rebusan
d. Maserasi
e. Infus water
6. Salah satu kelompok praktikum fitokimia mendapatkan serbuk simplisia yang mengandung
gom, pati, dan minyak atsiri. Simplisia tersebut tidak tahan dengan pemansan lama. Senyawa
fitokimia lebih mudah larut dalam air. Pertanyaan soal : Cara ekstaksi manakah yang tepat
untuk kelompok tersebut?
a. Maserasi
b. Infundasi
c. Dekoktasi
d. Sokhletasi
e. Perkolasi
7. Seorang mahasiswa ingin melakukan pembuatan ekstrak tanaman obat. Data penelitian
tentang senyawa yang bertanggung jawab terhadap khasiatnya belum ditemukan. Golongan
zat berkhasiat pun belum diketahui. Pertanyaan soal : Menurut Farmakope Erope ekstrak
tersebut termasuk tipe?
a. Standardised extract
b.Quantified extract
c. Qualitified extract
d. Other extract
e.Mixed extract
8. Seorang mahasiswa membuat ekstrak kering Sambiloto dengan cara infundasi. Simlpisia
awal yang digunakan adalah 100 g dan ekstrak kering yang dihasilkan adalah 20g. Setelah
diuji susut pengeringan simplisia adalah 10%. Pertanyaan soal : Berapakah nilai rendemen
ekstrak tersebut?
a. 10%
b. 20%
c. 2%
d. 5%
e. 50%
9. Produk x adalah sediaan kapsul yang mengandung ekstrak Phyllanthus niruri sebanyak 50
mg yang digunakan untuk membantu meningkatkan sistem imun tubuh. Sediaan tersebut
telah dibuktikan baik keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan melewati uji praklinik
dan uji klinik, dan bahan baku serta priduksi jadinya telah distandardisasi. Pertanyaan soal :
Termasuk apakah produk x tersebut?
a. Jamu
b. Ekstrak
c. Obat tradisional
d. Obat Herbal Tradisional
e. Fitofarmaka
Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan
( ) ( )
SOAL ANALISIS KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
=================================================================
PILIHLAH
1. Zat uji yang diidentifikasi dan baku pembanding dikatakan sama jika :
1. Drum Dryer
2. Tangas air
3. Spray Dryer
4. Freeze Dryer
1. Refluksi
2. Digesti
3. Sokhletasi
4. Dekoktasi
Dengan cara yang sama diekstraksi campuran cuplikan jamu yang ditambah 300
mg kuinin (larutan B)
- Sebagai pembanding : kuinin 0,1 % dala etanol (larutan C)
- Larutan A,B dan C di totolkan secara terpisah pada plat pralapis silika
gel GF 254
- Sebagai fasa diam plat pralapis silika gel siap di pakai
- Sebagai fase gerak : metanol-amonia (10:1,5)
- Sebagai pendeteksi peraksi Dragendorff
- Pengamatan : catat jumlah san warna noda tampak
- Gambarkan kromatogram, hitung harga rf
- Bandingkan dengan literatur dan uat kesimpulan.
1. Hari/ tanggal Praaktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :
Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan
( ) ( )
SOAL ANALISIS BKO DALAM JAMU SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
=================================================================
Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan
( ) ( )
PERCOBAAN VII
Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan
( ) ( )
PERCOBAAN VIII
Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan
( ) ( )
SOAL ANALISIS KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
=================================================================
Jawab lah pertanyaan dibawah ini dengan singkat padat dan tepat
1. Jelaskan Pengaruh fase gerak terhadap nilai Rf ekstrak kunyit secara kromatografi
lapis tipis?
Jawab :
2. Bagaimana cara mengaktifkan lempeng KLT dan apa tujuan mengaktifkan lempeng
KLT tersebut?
Jawab :
3. Gambarkan ukuran lempeng KLT yang di perlukan jika ekstrak yang akan ditotolkan
berjumlah 4 buah?
Jawab:
PUSTAKA
Asean Countries, Standard of Asean Herbal Medicane, Vol. I dan II, Published by Asean
Countries, Jakarta, 1983,2004
Departemen Kesehatan R.I.,Material Medika Indonesia, Jilid VI, Direktorat Jenderal POM,
Depkes. R.I., Jakarta, 1995
Departemen Keshatan R.I., Metode Analisi, Direktorat Jenderal PPOM, Depkes R.I., Jakarta,
1983-1985
World Health Organization, Quality Control Methods for Medicaninal Plant Materials, World
health Organization Pharm, 92 (559), 1992.