Anda di halaman 1dari 34

PRAKATA

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kepada kehadirat Allah SWT atas

selesainya buku penuntun praktikum Analisis Obat Tradisional ini. Buku penuntun ini

merupakan petunjuk praktikun bagi mahasiswa/i program studi S1 Fakultas Farmasi Institut

Kesehatan DELIHUSADA Delitua Semester VI. Penuntun ini berisi cara-cara pengujian

menggunakan metode destilasi dan kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap simplisia, sediaan

obat tradisonal (jamu) dan bahan kimia obat (BKO). Kami menyadari bahwa buku penuntun

Analis Obat Tradisional ini masih jauh dari sempurna, saran/kritik yang konstruktif kami

nantikan dengan senang hati. Akhir kata semoga buku penuntun ini bermanfaat bagi yang

menggunakannya.

Medan, Februari 2022


Tim Penyusun

Tim Pembina Praktikum Obat tradisional


TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Sebelum melaksanakan praktikum, mahasiswa harus sudah mempersiapkan diri dan


mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan rencana praktikum.
2. Mahasiswa harus datang tepat waktu sesuai jadwal praktikum dan harus mengisi daftar
hadir Mahasiswa yang datang terlambat 15 menit harus lapor kepada DPP (dosen
pengampu Praktikum) sebelum mulai menjalankan praktikum .
3. Selama mengikuti praktikum, mahasiswa HARUS tertib dan memakai baju praktikum
yang bersih (bila mungkin dengan nama masing-masing di baju praktikumnya).
4. Praktikan HARUS mempunyai buku penuntun praktikum, perlenkapan yang dibutuhkan
saat praktikum berlangsung, buku responsi dan jurnal laporan hasil praktikum.
5. Praktikan yang berhalangan hadir dikarenakan sakit atau lain-lain harus membawa surat
dokter,orang tua/wali pada waktu praktikum berikutnya.
6. Mahasiswa yang 2(dua) kali berturut-turut tidak ikut praktikum atau tidak mengikuti
praktikum 3(tiga) kali tanpa alasan atau keterangan yang sah, tidak diperkenankan untuk
melanjutkan praktikumnya.
7. Setiap selesai praktikum, hasil harus dikumpulkan dan dilaporkan kepada DPP (Dosen
Pengampu Praktikum)/ Asisten yang bertugas untuk disahkan .
8. Tas dan peralatan yang tidak berkaitan dengan praktikum harus disimpan di dalam locker
dan dikunci. Barang dan alat yang tidak diperlukan tidak boleh ada di atas meja
praktikum.
9. Praktikan harus membuat laporan/ jurnal praktikum dan menyerahkannya pada waktu
praktikum berikutnya.
10. Sebelum meninggalkan laboratorium, diharuskan membersihkan peralatan yang
digunakan, mengembalikan pereaksi ke tempatnya semula dan diperhatikan peralatan
dalam keadaan siap untuk digunakan pada praktikum berikutnya .
11. Mahasiswa yang memecahkan atau menghilangkan alat praktikum harus segera
menggantinya paling lambat dalam waktu 1 minggu .
12. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur sewaktu praktikum
berjalan oleh DPP(Dosen Pengampu Praktikum) / Asisten
13. Dilarang makan dan minum di Laboratorium.

Medan, Februari 2022


Tim Penyusun

Tim Pembina Praktikum Obat Tradisional


SEDIAAN HERBAL

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Untuk menjaga kualitas obat tradisional , pemerintah
mengeluarkan berbagai peraturan. Salah satu diantaranya adalah Peraturan Kepala badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional. Persyaratan mutu bahan baku dan produk jadi diatur dalam peraturan ini. Salah
satu bahan obat tradisional berasal dari tanaman / herbal. Yang dimaksud sediaan herbal
adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara sederhana seperti infus, dekok yang
berasal dari simplisia. Sedangkan simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami
pengolahan atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni,
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Sejalan dengan kemajuan Iptek
kefarmasian, saat ini sediaan herbal yang ada di pasaran tidak hanya berupa simplisia atau
campuran simplisia, tetapi juga berupa hasil ekstraksi (disebut ekstrak) dan telah dilakukan
standarisasi. Bahan baku sediaan herbal wajib memenuhi persyaratan mutu sebagaimana
tercantum dalam: a. Materia Medika Indonesia; atau b.Farmakope Herbal Indonesia.

SIMPLISIA
Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak baik
sebagai bahan obat dan produk. Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan
tumbuhan liar mempunyai kandungan kimia yang belum tentu selalu ajeg (konstan) karena
adanya variable bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses
pasca panen dan preparasi akhir. Simplisia sebagai bahan kefarmasian harus memenuhi
parameter mutu umum suatu bahan (material) yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian
(bebas dari kontaminasi kimia dan biologi) serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan
dan transportasi). Simplisia diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk kefarmasian
lainnya yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutuaman-manfaat).
Simplisia yang akan digunakan untuk obat atau bahan baku obat harus memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Material
Medika Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dsb)
masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang
berlaku. EKSTRAK Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga mamenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstraksi adalah
kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat
larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat,karbohidrat,protein dan lain-lain.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.

PROSES PEMBUATAN EKSTRAK


1. Pembuatan serbuk simplisia Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan
serbuk simplisia kering (penyerbukan).
2. Cairan pelarut Cairan pelarut dipilih yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang
berkhasiat atau yang aktif.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada pemilihan cairan penyari :
a. selektifitasnya
b. kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut
c. ekonomis
d. ramah lingkungan
e. keamanannya.
3. Separasi dan pemurnian Tujuan tahap ini adalah menghilangkan/memisahkan senyawa
yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa aktifnya.
Proses-proses pada tahap 4 ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak
campur,sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.
4. Pemekatan / penguapan
5. Pengeringan ekstrak
6. Rendemen Adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal.
METODE EKSTRAKSI
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut Cara Dingin
1.1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.
1.2. Perkolasi
Perkolasi Adalah Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan
bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak).
Cara Panas
2.1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna.
2.2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
2.3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang
lebih tinggi dari suhu ruangan, umumnya 40-50 0C.
2.4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air , selama
waktu tertentu (15-20 menit).
2.5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (>= 30 menit) dan temperatur sampai
titik didih air.
A. Destilasi uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari
bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa
kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan
diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran.
Cara ekstraksi lain
Ekstraksi berkesinambungan
Superkritikal karbondioksida
Ekstraksi Ultrasonik
Ekstraksi energi listrik
PERCOBAAN I

1. Materi Percobaan : Penetapan kadar air terhadap simplisia atau sediaan obat
tradisional
2. Tujuan Percobaan : untuk mengetahui kandungan air yang terdapat di dalam
simplisia atau sediaan obat tradisional
3. Metode Percobaan : penetapan kadar air dilakukan secara destilasi (metode
Azeotropi)
4. Alat dan gambar (terlampir), alat terdiri dari :
a. Labu alas bulat
b. Alat penampung
c. Pendingin
d. Tabung penyambung
e. Tabung penerima (5 ml berskala 0,1 ml),Pemanas listrik (heating mantel)
yang suhunya dapat diatur
f. Klem, statif,gelas ukur,botol semprot,volume pipet.
1. Bahan-bahan : simplisian, sediaan obat tradisional, toluen, air suling
2. Prosedur percobaan :
 Bersihkan tabung penerima, pendingin dan labu
 Dilakukan penjenuhan toluen dengan cara destilasi yaitu 200 ml toluen
dimasukkan kedalam labu destilasi tambhkan 2 ml air suling dan destilasi
selama 2 jam. Biarkan dingin selama setengah jam, baca volume air dengan
ketelitian 0,01 ml (VI).
 Ditimbang seksama 5 g bahan, dimasukkan ke dalam labu destilasim
panaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih destilasi
dilakukan dengan kecepatan ± 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air
tersuling kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes per detik
 Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen,
lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima mendingin
hingga suhu kamar.
 Baca volume air setelah air dan toluen memisah sempurna (V2). Selisih
kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat di
dalam simplisia yang diperiksa.
 Cara perhitungan persen kadar air adalah sbb :
V 2−V 1
% kadar air = x 100 %
Berat sampel
Hasil persen kadar air yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan
literatur Material Medika Indonesia atau Literatur lain.
1. Hari/ tanggal Praktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :

Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan

( ) ( )

SOAL PENETAPAN KADAR AIR


=====================================================
Pilihlah salah satu jawaban yang benar pada soal dibawah ini:
1. Suatu sampel dianalisa kadar airnya dengan diketahui berat cawan kosong 34,5
gr, berat cawan dan bahan adalah 35,01 setelah dioven diketahui berat cawan
dan bahan adalah 35,00. Tentukan kadar air bahan tersebut….
a. 20 %
b. 30 %
c. 40 %
d. 50 %
e. 60 %
2. Pada penetuan kadar air dengan metode oven akan terjadi pengurangan bobot
sampel. Hal ini yang disebabkan karena ….
a. Peruraian bahan organic
b. Dekomposisi bahan non organic
c. Penguapan kandungan air
d. Berkurangnya kandungan vitamin
e. Terjadi kehilangan protein dan lemak

3. Penggunaan obat bahan alam berbasis tumbuhan merupakan pendekatan populer


untuk perawatan kesehatan. Pengobatan tradisional sangat beragam diantaranya
Ayurveda, Sidda, Unani, Tradisional Cina Medicine, Kampo, Herbal Medicine. Apa
dasar yang melandasi pengobatan Ayurveda?

a. Mengembalikan (restorasi) dan menjaga keseimbangan metabolisme tubuh pada


keadaan normal
b. Berupa tradisi dari mulut ke mulut
c. Filosofi dan sebagai suatu terapi holistik, dan konsep kesetimbangan dan harmosi
d. Aspek fisiologis dan religius
e. Mengembangkan hubungan antara diet , olah fisik dan kebahagiaan sebagai dasar
utama kesehatan

4. Berat basah 10 cm3 tanah asli yang diambil dari lapangan 18 gram. Berat tanah
setelah dikeringkan 16 gram. Jika berat jenis butiran tanah tersebut 2,71,
hitunglah: Kadar air

PERCOBAAN II
1. Materi Percobaan : penetapan kadar minyak atsiri
2. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui kandungan minyak atsiri yang terdapat di dalam
simplisia
3. Metode percobaan : penetapan kadar minyak atsiri dilakukan secara destilasi
menggunakan alat Stahl.
4. Alat-alat yang digunakan:
Alat stahl terdiri dari :
o Labu alas bulat 1000 ml
o Pendingin
o Buret kapasitas 0,5 ml berskala 0,01 ml
o Pemanas listrik (heating mantel), gelas ukur, mortir dan stumper, botol semprot,
beker gelas, vial (untuk menampung minyak atsiri)
5. Bahan-bahan : simplisia, air suling, xilena
6. Prosedur percobaan
 Prosedur penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan dua cara
 Cara pertama sebagai berikut :
 Bersihkan labu, buret dan pendingin dengan larutan asam pencuci, di bilas
dengan air dan keringkan
 Timbang seksama sejumlah simplisia yang telah digiling kasar atau dimemarkan,
dimasukkan ke dalam labu kemudian tambhakan air suling 300 ml.
 Pasang alat, isi buret dengan air suling hingga penuh, panaskan sehingga
penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi tertur.
 Setelah penyulingan selesai biarkan selama 15 menit catat volume minyak atsiri
pada uret
 Cara perhitungan kadar minyak atsiri sbb:

V 2−V 1
% kadar minyak atsiri = x 100 %
Berat sampel

Cara kedua sebagai berikut :


 Sama dengan cara pertama, tetapi sebelum buret diisi penuh dengan air
suling,terlebih dahulu diisi dengan 0,2 ml xilena yang di ukur seksama
(VI)
 Volume minyak atsiri (V2) di hitung dengan mengurangkan volume
xilena
 Cara perhitungan kadar minyak atsiri sbb :
V 2−V 1
 % kadar minyak atsiri = x 100 %
Berat sampel
Hasil persen kadar minyak atsiri yang diperoleh dibandingkan dengan
persyaratan pada literatur Material medika Indonesia, Farmakope
Indonesia atau literatur lain.
1. Hari/ tanggal Praktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :

Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan

( ) ( )
SOAL PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI
=================================================================
Jawablah Pertanyan Dibawah Ini Dengan Singkat Dan Tepat!

1. Seorang siswa ingin memisahkan komponen dalam minyak atsiri menggunkan


metodekromatografi lapis tipis. Diketahui bahwa komponen yang terkandung dalam
minyakatsiri sebagian besar terdiri dari senyawa non polar atau semi polar, serta
sebagian kecilsenyawa polar. Tentukan eluen atau fase gerak yang bisa digunakan
dalam pemisahantersebut. Jelaskan pula alasan pemilihan eluen tersebut!
Jawab :

2. Apa fungsi minyak atsiri dalam tanaman?


Jawab : -

3. Apa yang dimaksud dengan minyak atsiri?

Jawab :

3. Jelaskan pengaruh lamanya penyulingan terhadap kadar minyak atsiri?


Jawab
PERCOBAAN III

1. Materi Percobaan : Identifikasi kurkumin yang terdapat di dalam simplisia


Curcuma domestica Rhizome
2. Tujuan percobaan : untuk mengetahui salah satu komponen kimia yang terdapat di
dalam simplisia Curcumae Domesticae Rhizome
3. Metode percobaan : analisis kualitatif salah satu komponen kimia yang terdapat di
dalam simplisia Curcumae domesticae rhizoma secara Kromatografi lapis tipis
4. Alat-alat : erlemeyer, gelas ukur, beker glass, corong penyaring, cawan porselen,
bejana kromatografi, alat pendeteksi, tangas air
5. Bahan-bahan : simplisia Curcumae Domedticae Rhizome, air suling, kurkumin,
etanol,toluen, etil asetat, vanilin, asam sulfat, plat pralapis silika gel GF254
6. Prosedur percobaan :
- Sejumlah 0,1 g serbuk simplisia Curcumae Domesticae Rhizome
dimasukkan kedalam erlenmeyer tambahkan 5 ml metanol, kocok selama
5 menit diatas tangas air pada suhu 60 (larutan A)
- Sebagai pembanding : kurkumin 0,1 % dalam etanol (larutan B)
- Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah pada plat pralapis
- Sebagai fasa diam plat pralapis silika gel GF254 siap pakai
- Sebagai fasa gerak : toluen -etil asetat (9,3 :0,7)
- Sebagai pendeteksi pereaksi vamilin-asam sulfat
- Pengamatan : catat jumlah dan warna noda yang tampak
- Gambarkan kromatogram, hitung harga rf
- Bandingkan dengan literatur dan buat kesimpulan.
1. Hari/ tanggal Praktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :

Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan

( ) ( )
SOAL ANALISIS KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
=================================================================

Pilihlah jawaban yang paling tepat (one best answer) pada lembar jawaban!

1. Tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 gr simplisia yang memenuhi


syarat .Karena sifat konsenterasinya merupakanmonografidari:
a. Ekstrak kental
c. Ekstrak cair
e. Ekstrak campuran
b. Ekstrak kering
d. Ekstrak semi solid

2. Faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak, kecuali :

a. Identitas jenis (species), Periode panen ,Pengeringan


b. Lokasi tumbuhan asal, Umur tanaman,periode panen,Identitas spesies
c. Pengeringan ,penguapan,kandungan zat aktif
d. Penyarian, jenis pelarut , banyaknya pelarut
e. Metode ekstraksi, sifat pelarut
3. Pengujian terhadap Parameter non spesifik untuk menjamin mutu ekstrak pada setiap bets
produksi adalah :

a. Bobot jenis ,Kadar Air ,Kadar Abu,Susut pengeringan


b. Bobot jenis,Kadar air d. Bobot jenis, Kadar air, kadar abu
c. Kadar abu, kadar air, susut pengeringan
e.Kadar abu, kadar air

4. Pengeringan ekstrak sampai kental dalam pembuatan sediaan tablet serbuk dengan
penambahan bahan tambahan separti maltod ekstrin dengan perbandingan 4:1 Disebut apakah
hasil ektrak tersebut?

a. Mixed extract
b. Mixture of extract
c. Native extract
d. Non native extract
e. Adjusted extract
5. Serbuk simplisia akan di ektraksi dengan cara infundasi selama 15 menit. Karena ketidak
telitian selama praktikum terlewat sehingga ekstraksi dilakukan selama 30 menit. Pertanyaan
soal : Ekstraksi cara apa yang dilakukan ?

a. Refluks
b. Dekoktasi
c. Rebusan
d. Maserasi
e. Infus water

6. Salah satu kelompok praktikum fitokimia mendapatkan serbuk simplisia yang mengandung
gom, pati, dan minyak atsiri. Simplisia tersebut tidak tahan dengan pemansan lama. Senyawa
fitokimia lebih mudah larut dalam air. Pertanyaan soal : Cara ekstaksi manakah yang tepat
untuk kelompok tersebut?

a. Maserasi
b. Infundasi
c. Dekoktasi
d. Sokhletasi
e. Perkolasi

7. Seorang mahasiswa ingin melakukan pembuatan ekstrak tanaman obat. Data penelitian
tentang senyawa yang bertanggung jawab terhadap khasiatnya belum ditemukan. Golongan
zat berkhasiat pun belum diketahui. Pertanyaan soal : Menurut Farmakope Erope ekstrak
tersebut termasuk tipe?

a. Standardised extract
b.Quantified extract
c. Qualitified extract
d. Other extract
e.Mixed extract

8. Seorang mahasiswa membuat ekstrak kering Sambiloto dengan cara infundasi. Simlpisia
awal yang digunakan adalah 100 g dan ekstrak kering yang dihasilkan adalah 20g. Setelah
diuji susut pengeringan simplisia adalah 10%. Pertanyaan soal : Berapakah nilai rendemen
ekstrak tersebut?

a. 10%
b. 20%
c. 2%
d. 5%
e. 50%

9. Produk x adalah sediaan kapsul yang mengandung ekstrak Phyllanthus niruri sebanyak 50
mg yang digunakan untuk membantu meningkatkan sistem imun tubuh. Sediaan tersebut
telah dibuktikan baik keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan melewati uji praklinik
dan uji klinik, dan bahan baku serta priduksi jadinya telah distandardisasi. Pertanyaan soal :
Termasuk apakah produk x tersebut?

a. Jamu
b. Ekstrak
c. Obat tradisional
d. Obat Herbal Tradisional
e. Fitofarmaka

10. Faktor kimia eksternal yang mempengaruhi mutu ekstra adalah :

a. Metode ekstraksi. Pelarut Alatekstraksi ,


b. Metodeekstraksi, jenissenyawaaktif, komposisikualitatifsenyawaaktif
c. Metode ekstraksi, pelarut,alat ekstraksi, ukuran dan kekeringan bahan, kandungan logam
berat dan pestisida
d. Komposisikualidankuantitatifsenyawaaktif
e. Jenis ,komposisi kuali dan kuantitatif senyawa aktif, kadartotal rata –rata senyawaaktif
PERCOBAAN IV

1. Materi percobaan : identifikasi senyawa kuinin yang terdapat di dalam simplisia


Cinchonae cortex
2. Tujuan percobaan : untuk mengetahui salah satu komponen kimia yang terdapat di
dalam simplisia
3. Metode percobaan : analisis kualitatif senyawa kuinin yang terdapat di dalam
simplisia Cinchonae cortex secara kromatografi lapis tipis.
4. Alat- alat : erlemeyer, gelas ukur, beker gelas, corong penmyaring, cawan porselen,
bejan kromatografi, alat pendeteksi , tangas air
5. Baha-bahan : simplisia Chiconae cortex, amonia, kloroform, metanol, kuinina,
dietilamin, pereaksi Dragendorf, asam sulfat, plat pralapis silika gel GF254
6. Prosedur percobaan :
 Sejumlah 0,1 g serbuk simplisia dibasahi dengan larutan amonia 25 %
Selanjutnya diekstraksi dengan 5 ml kloroform selama 10 menit sambil
di kosok.
Saring, uapkan filtrat sampai kering tembahkan 1,0 ml netabol (larutan
A)
 Sebagai pembanding : kuinin 35 mg dilarutkan dalam 10 ml metanol
(larutan B)
 Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah pada plat pralapis silika gel
GF254
 Sebagai fasa diam plat pralapids silika gel siap di pakai
 Sebagai fase gerak :
1. Kloroform-dietilamin (9:1)
2. Metanol-amonia (10:1,5)
 Sebagai pendeteksi pereaksi Dragendorff
 Pengamatan : catat jumlah dan warna noda tampak
 Gambarkan kromatogram, hitung harga rf
 Bandingkan dengan literatur dan buat kesimpulan.
1. Hari/ tanggal Praktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NIM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :

Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan

( ) ( )
SOAL ANALISIS KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
=================================================================
PILIHLAH

A. Jika (1), (2), dan (3) yang betul

B. Jika (1) dan (3) betul

C. Jika (2) dan (4) betul

D. Jika (4) saja yang betul

E. Jika semuanya betul

1. Zat uji yang diidentifikasi dan baku pembanding dikatakan sama jika :

1. Terdapat kesesuaian dalam warna dan nilai Rf kromatogram


2. Harga Rf mendekati 1
3. Harga Rr mendekati 1
4. Bercak noda tampak jelas pada cahaya biasa
2. Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas berbeda dalam hal :

1. Cara deteksi noda


2. Penyiapan sampel
3. Cara penjenuhan bejana
4. Mekanisme pemisahan zat
3. Suatu zat didalam jamu diduga sama dengan baku atau standar jika :

1. Memiliki kesesuaian nilai Rf


2. Nilai Rr sama dengan satu
3. Warna dan bentuk noda KLT sama
4. Klaim khasiat jamu sama dengan baku standart

4. Tujuan penguapan ekstrak antara lain yaitu :

1. Untuk meningkatkan jumlah solut


2. Untuk meningkatkan khasiat ekstrak
3. Untuk mencapai bentuk sediaan tertentu
4. Untuk mendapatkan kembali pelarut
5. Penggering yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut, kecuali :

1. Dapat mencegah kerusakan zat aktif


2. Hasil produk yang dikeringkan mudah mengalir (free flowing)
3. Warna serbuk tidak terlalu gelap
4. Dapat mengeringkan semua jenis bahan

6. Kelemahan pengeringan ekstrak kental dengan drum dryer yaitu :

1. Ketebalan lapisan perlu diatur


2. Suhu di dalam tong harus dikontrol
3. Kecepatan berputar drum harus tepat
4. Hasil serbuk berupa serpihan

7. Berikut ini merupakan contoh pengering larutan atau suspensi yaitu :

1. Drum Dryer
2. Tangas air
3. Spray Dryer
4. Freeze Dryer

8. Berikut ini merupakan ekstraksi cara panas yaitu :

1. Refluksi
2. Digesti
3. Sokhletasi
4. Dekoktasi

9. Cara ekstraksi dekoktasi biasanya digunakan untuk simplisia yang :

1. Simplisia yang keras


2. Simplisia yang mengandung minyak atsiri yang mudah menguap
3. Untuk simplisia yang mengandung zat yang tahan pemanasan
4. Untuk simplisia yang banyak mengandung pati

10. Kecepatan ekstraksi dipengaruhi oleh hal berikut yaitu :

1. Derajat perbedaan konsentrasi


2. Tebal lapisan batas
3. Koofisien difusi
4. Proses filtrasi
PERCOBAAN V

1. Materi percobaan : identifikasi senyawa kuinin yang terdapat di dalam jamu


2. Tujuan percobaan : untuk mengetahui bahan kimia obat (BKO) yang terdapat di
dalam jamu
3. Metode percobaan : analisis kualitatif BKO yang terdapat di dalam jamu secara
kromatografi lapis tipis
4. Alat-alat : erlemeyer, gelas ukur, beker gelas,corong penyaring, corong pisah,
cawan porselen, bejan kromatografi, alat pendeteksi, tangas air.
5. Bahan- bahan : sampel jamu, natrium hisdroksida, amonia, kloroform, metanol,
etanol,pereaksi Dragendorff, plat pralapis silika gel GF254 , air suling.
6. Prosedur percobaan :
Ekstraksi kuinin di dalam jamu dengan cara :
Sejumlah satu dosis jamu di tambahkan 30 ml air suling, di kosok dan di
panaskan pasa suhu ± 60 0 C selama 15 menit, kemudian disaring.
Filtrat dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambah NaOH 0,1 N sampai pH 10.
Campuran tyersebut diekstraksi tiga kali, setiap kali menggunakan 10 ml
kloroform. Ekstrak kloroform di kumpulkan, diuapkan, sisa dilarutkan dalam
etanol. (larutan A).

Dengan cara yang sama diekstraksi campuran cuplikan jamu yang ditambah 300
mg kuinin (larutan B)
- Sebagai pembanding : kuinin 0,1 % dala etanol (larutan C)
- Larutan A,B dan C di totolkan secara terpisah pada plat pralapis silika
gel GF 254
- Sebagai fasa diam plat pralapis silika gel siap di pakai
- Sebagai fase gerak : metanol-amonia (10:1,5)
- Sebagai pendeteksi peraksi Dragendorff
- Pengamatan : catat jumlah san warna noda tampak
- Gambarkan kromatogram, hitung harga rf
- Bandingkan dengan literatur dan uat kesimpulan.
1. Hari/ tanggal Praaktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :

Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan

( ) ( )
SOAL ANALISIS BKO DALAM JAMU SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
=================================================================

1. Bagaimana cara mengaktifkan lempeng KLT- nya?


JAWAB:

2. Bagaimana cara menjenuhkan bejana kromatografi dan memastikan bejana


tersebut telah jenuh?
Jawab :

3. Bagaimana cara menotolkan larutan percobaan pada lempeng KLT?


Jawab :

4. Apa yang dimaksud dengan nilai Rf dan Rr?


Jawab :

5. Jelaskan perbedaan antara kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis!


Jawab :
PERCOBAAN VI

1. Materi percobaan : Identifikasi senyawa antalgin yang terdapat di dalam jamu


pegal linu
2. Tujuan percobaan : Untuk mengetahui BKO yang terdapat di dalam jamu
3. Metode percobaan : analisis kualitatif senyawa antalgin yang terdapat di dalam
jamu secara kromatografi lapis tipis
4. alat-alat : erlemeyer, gelas ukur, beker gelas,corong penyaring, corong pisah, cawan
porselen, bejan kromatografi, alat pendeteksi, tangas air.
5. bahan-bahan : sampel jamu, natrium hidroksida, kloroform, etanol, antalgin,toluen,
metanol, dietiamin, pereaksi Dragendorff, asam sulfat, plat pralapis silika gel GF254,
air suling.
6. prosedur percobaan :
ekstraksi antalgin di dalam cuplikan jamu dengan cara :
ke dalam erlemeyer 100 ml, masukkan sejumlah cuplikan jamu kemudian
tambahkan 20 ml air suling dan larutan NaOH 0,1 N sampai pH 10.
campuran dipanaskan diatas tangan air pada suhu 60 0C selama 15 menit
kemudian disaring.
filtrat dimasukkan ke dalam corong pisah, diasamkan dengan penambahan
larutan asam sulfat 0,1 N ekstraksi tiga kali, tiap kali menggunakan 10 ml
kloroform.
ekstrak kloroform dikumpulkan dan diuapkan sampai kering, residu dilarutkan
dalam 2 ml etanol (larutan A)
dengan cara yang sama diekstraksi campuran cuplikan jamu yang ditambahkan
300 mg antalgin (larutan B)
sebagai pembanding : antalgin 0,1% dalam etanol ( larutan C ).
larutan A,B dan C ditotolkan secara terpisah pada plat pralapis silika gel GF254
sebagai fasa diam plat pralapis silika gel siap pakai
sebagai fasa gerak : metanol-kloroform (7:3)
sebagai fase pendeteksi pereaksi Dragendorff
pengamatan : catat jumlah dan warna noda tampak
gambarkan kromatogram, hitung harga rf
bandingkan dengan literatur dan buat kesimpulan.
1. Hari/ tanggal Praktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :

Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan

( ) ( )
PERCOBAAN VII

1. Materi percobaan : identifikasi senyawa difenhidramin yang terdapat di dalam


jamu batuk
2. tujuan percobaan : untuk mengetahui BKO yang terdapat di dalam jamu
3. metode percobaan : analisis kualitatif senyawa difenhidramin yang terdapat di
dalam jamu secara kromatografi lapis tipis
4. alat-alat : erlemeyer, gelas ukur, beker gelas,corong penyaring, corong pisah,
cawan porselen, bejan kromatografi, alat pendeteksi, tangas air.
5. bahan- bahan : sampel jamu, natrium hidroksida, kloroform, n-butanol, metanol,
difenhidramin, pereaksi Dragendorff, asam sulfat, plat pralapis silika gel GF 254,
air suling
6. prosedur percobaan :
ekstraksi difenhidramin di dalam cuplikan jamu dengan cara :
ke dalam erlemeyer 100 ml, masukkan sejumlah cuplikan jamu kemudian
tambahkan 50 ml air suling dan larutan HCl sampai Ph 3-4.
Campuran dipanaskan diatas tangas air pada suhu 600C selama 15 menit
kemudian disaring.
filtrat tambahkan NaOH sampai pH 10, dimasukkan ke dalam corong pisah,
ekstraksi tiga kali, tiap kali menggunakan 10 ml kloroform.
ekstrak kloroform dikumpulkan dan di pekatkan sampai 2 ml (Larutan A)
dengan cara yang sama diekstraksi campuran cuplikan jamu yang ditambahkan
100 mg antalgin (larutan B)
sebagai pembanding : difenhidramin 0,1% dalam etanol (larutan C)
larutan A,B dan C ditotolkan secara terpisah pada plat pralapis silika gel Gf254
sebagai fasa diam plat pralapis silika gel siap pakai
sebagai fasa gerak : n-butanol-metanol (7:3)
sebagai pendeteksi pereaksi Dragendorff
pengamatan : catat jumlah dan warna noda tampak
gambarkan kromatogram, hitung harga rf
bandingkan dengan literatur dan buat kesimpulan.
1. Hari/ tanggal Praktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :

Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan

( ) ( )
PERCOBAAN VIII

1. materi percobaan : identifikasi komponen kimia yang terdapat di dalam Zingiberis


rhizoma
2. tujuan percobaan : untuk mengetahui komponen kimia pada simplisia Zingiberis
rhizoma
3. metode percobaan : analisis kualitatif komponen kimia pada simplisisa Zingiberis
rhizoma secara kromatografi lapis tipis.
4. alat-alat : erlemeyer, gelas ukur, beker gelas,corong penyaring, corong pisah, cawan
porselen, bejan kromatografi, alat pendeteksi, tangas air.
5. bahan : simplisia Zingiberis rhizoma, metanol, petroleum eter, etil asetat,
anisaldehid, asam sulfat
6. prosedur percobaan :
 ekstraksi 1 gram serbuk simplisia Zingiberis rhizoma dengan 10 ml
metanol selama 1 jam sambil sering-sering dikocok
 saring,uapkan filtrat, tambahkan 1 ml metanol kedalam residu, totolkan
larutan pada plat KLT
 sebagai fasa diam plat pralapis silika gel siap pakai
 sebagai fasa gerak campuran petroleum eter-etilasetat (85:15)
 sebagai pendeteksi pereaksi anisaldehid- asam sulfat
 pengamatan : catat jumlah dan warna noda tampak
 gambarkan kromatogram, hitung harga rf
 bandingkan dengan literatur dan buat kesimpulan
1. Hari/ tanggal Praktikum :
2. Kelompok :
3. Nama Praktikan :
4. NPM :
5. Judul Percobaan :
6. Data Percobaan :
7. Jurnal Pendukung :

Disetujui Medan,...................2018
Pengawas, praktikan

( ) ( )
SOAL ANALISIS KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
=================================================================

Jawab lah pertanyaan dibawah ini dengan singkat padat dan tepat

1. Jelaskan Pengaruh fase gerak terhadap nilai Rf ekstrak kunyit secara kromatografi
lapis tipis?
Jawab :

2. Bagaimana cara mengaktifkan lempeng KLT dan apa tujuan mengaktifkan lempeng
KLT tersebut?
Jawab :

3. Gambarkan ukuran lempeng KLT yang di perlukan jika ekstrak yang akan ditotolkan
berjumlah 4 buah?

Jawab:

PUSTAKA
Asean Countries, Standard of Asean Herbal Medicane, Vol. I dan II, Published by Asean
Countries, Jakarta, 1983,2004

Departemen Kesehatan RI., Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan Obat


Trasdisional,.Direktorat Jenderal POM, Depkes. R.I., Jakarta,1994.

Departemen Kesehatan R.I.,Material Medika Indonesia, Jilid VI, Direktorat Jenderal POM,
Depkes. R.I., Jakarta, 1995

Departemen Keshatan R.I., Metode Analisi, Direktorat Jenderal PPOM, Depkes R.I., Jakarta,
1983-1985

World Health Organization, Quality Control Methods for Medicaninal Plant Materials, World
health Organization Pharm, 92 (559), 1992.

Anda mungkin juga menyukai