Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

ANALISIS PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA ANAK


PADA MASA KULIAH (17-23 TAHUN)

Dosen Pengampu : Ibu Auliaul Fitrah Samsuddin, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 2 (A/2021)

Fatma Wati 2105046007


Deajeng Azura Faradiba 2105046014
Reisa Evita Zahradia 2105046015
Nella Mauletania 2105046016
Ana Laela Putri Rohmaniyah 2105046021
Syavira Azhaar Syafa’atul Balqis 2105046026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Analisis
Perkembangan Pembelajaran Matematika Anak Pada Masa Kuliah (17-23
Tahun)" dari artikel yang berjudul “Students Views on Transition to
University: The Role of Mathematical Tasks” atau “Pandangan Mahasiswa
tentang Transisi ke Universitas: Peran dari Tugas Matematika” dengan tepat
waktu.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang perkembangan pembelajaran matematika peserta didik pada
masa kuliah dengan umur 17-23 tahun bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Auliaul Fitrah Samsuddin,
S.Pd., M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyelesaian makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena pengalaman dan pengetahuan kami yang
terbatas. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan
demi perbaikan makalah ini di masa mendatang.

Samarinda, 17 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA............................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
BAB II................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN................................................................................................... 4
A. Temuan serta Pembahasan dalam Artikel............................................4
B. Implikasi Hasil Penelitian dengan Pembelajaran Matematika...........7
C. Keterkaitan Temuan Artikel dengan Hasil Pengamatan.................... 8
BAB III................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................10
A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Kami menganalisis sebuah artikel yang berjudul “Students Views on


Transition to University: The Role of Mathematical Tasks” atau “Pandangan
Mahasiswa tentang Transisi ke Universitas: Peran dari Tugas Matematika”.
Artikel ini disusun oleh Ann O’Shea dan Sinead Breen yang diterbitkan
secara online melalui website Springer pada tanggal 27 Maret 2021. Penulis
sekaligus orang yang melakukan penelitian merupakan dosen di departemen
matematika di dua universitas Irlandia. Artikel ini menggunakan studi kasus
untuk mengeksplorasi pandangan dari mahasiswa tahun pertama terhadap
perbedaan antara matematika tingkat sekolah dan matematika tingkat
universitas, serta perubahan metode belajar yang mereka lakukan saat transisi
ke matematika di universitas.
Transisi dari matematika sekolah ke matematika universitas telah
menjadi suatu topik penelitian dalam bidang pendidikan matematika selama
bertahun-tahun, namun pada kenyataannya transisi ini masih terlihat
bermasalah bagi mahasiswa maupun instruktur. Dalam artikel ini, peneliti
mempertimbangkan aspek khusus untuk transisi sekunder-tersier (STT), yaitu
pandangan mahasiswa yang terdaftar pada tahun pertama universitas tentang
perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran matematika di sekolah dan di
universitas, khususnya dampak tugas matematika yang mereka temui di kedua
sisi STT. Sebelum penulis melakukan penelitian ini, terdapat penelitian
(Thomas dkk, 2015) yang dilakukan dengan metode survei internasional yang
dilakukan terhadap pendidik matematika sarjana untuk melakukan
penyelidikan pandangan mereka mengenai transisi sekunder-tersier ini.
Peneliti menemukan bahwa 91% responden merasa bahwa siswa mengalami
masalah dalam transisi dari sekolah ke universitas, dan menghubungkan
masalah ini dengan kurangnya persiapan mahasiswa, keterampilan aljabar
mahasiswa yang lemah, penekanan konsep dari pada prosedur di universitas,

1
ukuran kelas, dan masalah pribadi. Dalam mengatasi permasalahan ini
peneliti merekomendasikan kepada departemen matematika di universitas
untuk melakukan perubahan dan menyesuaikan silabus modul tahun pertama,
serta memperkenalkan kursus penghubung. Namun, kursus pada tahun
pertama berbeda dengan tahun-tahun berikutnya, karena kursus tahun pertama
ini memberikan jenis dan tingkat tugas yang berfokus pada keterampilan
tingkat yang lebih rendah. Sedangkan, pada tahun-tahun berikutnya
membutuhkan keterampilan kognitif tingkat yang lebih tinggi, sehingga hal
ini membuat mahasiswa mungkin mengalami kesulitan di STT dan akan
menghambat keterampilan mereka.
Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus dengan jenis,
yaitu instrumental dimana suatu kasus diekplorasi untuk mempelajari lebih
lanjut kasus tersebut secara umum. Kasus yang diekplorasi peneliti adalah
pengalaman STT siswa terhadap dua modul kalkulus dimana tugas-tugas
non-rutin digunakan. Penggunaan studi kasus ini memungkinkan peneliti
untuk mengeksplorasi kasus kompleks ini dari sudut pandang siswa.
Penelitian ini menyelidiki bagaimana mahasiswa yang terlibat dalam
penelitian melihat perbedaan antara matematika di tingkat sekolah dan
universitas, khususnya metode belajar mereka berubah selama masa transisi.
Terdapat tiga pertanyaan pemandu dari penilitian ini, yaitu :
1. Apa pandangan siswa dalam studi kasus tentang perbedaan antara
matematika di sekolah dan di universitas ?
2. Bagaimana pandangan siswa dalam studi kasus tentang perbedaan metode
pembelajaran matematika di sekolah dan di universitas ?
3. Apa pandangan siswa dalam studi kasus tentang tugas matematika di
sekolah dan di universitas ?
Pada penelitian kali ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk terlibat secara bermakna terhadap kesulitan matematika
yang mereka alami dan memberikan mereka ruang untuk mengatasi masalah
ini sendiri. Karena, transisi sekunder-tersier ini merupakan kesempatan untuk
pertumbuhan diri bagi mahasiswa tahun pertama. Peneliti membuat

2
tugas-tugas non-rutin yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan matematika dan pemahaman konseptual
mereka, serta memperjelas harapan mereka di universitas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Temuan serta Pembahasan dalam Artikel


Dalam artikel ini, peneliti merancang serangkaian tugas
non-prosedural yang tidak tercantum dalam modul sebagai upaya
pengembangan keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa diharuskan untuk
mampu menggunakan definisi, menghasilkan contoh, membuat dugaan,
menggeneralisasi, menganalisis penalaran, mengevaluasi pernyataan, dan
mengvisualisasikan jawaban. Peneliti fokus pada pengembangan pemahaman
konseptual dengan pemberian tiga jenis tugas yang jarang ditemui di sekolah
menengah, yaitu contoh tugas generalisasi, tugas menduga, dan
mengvisualisasikan tugas yang diikuti oleh 144 siswa dari dua universitas.
Di universitas Maynooth, terdapat lima mahasiswa berinisial F, G, H,
I, dan J dijadikan subjek wawancara. Tiga diantaranya diwawancarai secara
individu (F, I, J) dan sisanya diwawancarai bersama. Sedangkan, Dublin City
Universtiy diambil lima subjek wawancara (A, B, C, D, dan E) yang
diwawancarai secara individu. Wawancara ini bersifat semi-terstruktur
dengan duarasi 16 menit terkait materi dan perbedaan kebiasaan belajar di
sekolah dan universitas. Kedua penulis langsung mengkodekan transkip
wawancara secara independen menggunakan pendekatan induktif umum
dalam bentuk tabel. Peneliti melibatkan pengkategorian berdasarkan
pandangan siswa yang dilihat dari 3 perspektif, yaitu:
1. Perbedaan matematika sekolah dan matematika di universitas

4
2. Perbedaan metode belajar di sekolah dan di universitas

3. Perbedaan tugas di sekolah dan di universitas

Pada penekanan pemahaman di universitas, matematika tingkat


sekolah hanya berfokus pada penghafalam dan perhitungan tetapi kurang
dalam penjelasan dan koneksi, sementara matematika tingkat universitas
tampaknya lebih kepada tentang teori dan pemahaman. Misalnya, mahasiswa
A berkata :
“...it’s a fair bit different. Because it’s a lot more about the theory behind it,
whereas in school you were just told well you do this and you just do it. You
don’t ask why, you just do it”.
Pada pembelajaran mandiri, diperoleh fakta bahwa mahasiswa
terbiasa dibimbing langkah demi langkah melalui tugas-tugas di disekolah,
tetapi di universitas mereka harus berfikir secara mandiri. Seperti yang
dialami mahasiswa E :
“It’s just more, you have to think for yourself, like filling in formulas, things
like that. I think it is much harder than the Leaving Cert (…) It’s just more the
work you do yourself. Like in Leaving Cert you’re kind of shown the formula
and you fill into this…”

5
Para mahasiswa juga berbicara tentang perbedaan metode belajar
antara sekolah dan universitas dengan berfokus pada pengalaman
mengerjakan tugas; perbedaan utama yang mereka identifikasi adalah bahwa
pada tingkat sekolah mereka perlu mengetahui bagaimana menerapkan
metode, sedangkan di tingkat universitas mereka perlu memahami apa yang
mereka lakukan dan mengapa. Misalnya, mahasiswa A berkomentar bahwa
meskipun dia dapat menerapkan Aturan hasil bagi dan Aturan rantai di
sekolah, dia tidak dapat memperolehnya. Sementara dia telah melihat
beberapa bukti di sekolah, dia tidak benar-benar mengerti mengapa sesuatu
dilakukan dengan cara tertentu. Beberapa mahasiswa berbicara tentang
menghafal di tingkat sekolah (A, B, D). Mahasiswa A menguraikan hal ini
untuk menjelaskan bagaimana di sekolah dia menghafal bukti tanpa
penjelasan, tetapi di universitas dia menghafal definisi dan menggunakannya
sebagai titik awal pekerjaannya pada suatu masalah. Mahasiswa dari
universitas DCU sering menyebutkan pergi ke perpustakaan (B, C, D) untuk
mencari bantuan dari buku, sedangkan mahasiswa universitas Maynooth
menyebutkan mencari bantuan di Mathematics Support Center (F, G, H, I)
saat mengerjakan tugas.
Dalam artikel ini, penulis menemukan bahwa mahasiswa
berkonsentrasi pada tiga bidang, yaitu penekanan pada pemahaman di
universitas, kebutuhan untuk menjadi pelajar mandiri, dan belajar melalui
tugas. Narasumber juga berbicara tentang perlunya pemahaman yang lebih
relasional dan konseptual di universitas, serta lebih banyak fleksibilitas dalam
berpikir dan dalam mendekati masalah matematika. Sehingga mereka
ditekankan untuk memahami konsep-konsep yang mendasari daripada hanya
mengukit prosedur dalam mengerjakan tugas-tugas di universitas.
Studi kasus penulis menunjukkan dua peran penting tugas-tugas
non-prosedural asing dalam transisi dari sekolah ke universitas yaitu: Pertama,
kita telah melihat bahwa tugas dapat digunakan untuk menyampaikan
pandangan tertentu tentang matematika dan pemikiran matematika kepada
mahasiswa, daripada berfokus secara eksklusif pada kelancaran prosedural,

6
tugas dapat menyoroti berbagai aspek kecakapan matematika. Kedua, tugas
dapat membuat harapan baru menjadi jelas bagi mahasiswa melalui kebiasaan
berpikir matematis yang mereka gunakan atau mengundang siswa untuk
terlibat. Selain itu, peluang bagi siswa untuk mengembangkan kebiasaan
berpikir matematis ini melekat pada tugas itu sendiri.

B. Implikasi Hasil Penelitian dengan Pembelajaran Matematika


Jenjang universitas merupakan tingkat pendidikan tinggi formal
setelah pendidikan tingkat sekolah menengah atas (SMA). Peserta didik
tingkat pendidikan ini berusia 17-23 tahun. Peserta didik yang menempuh
pendidikan di universitas atau perguruan tinggi disebut mahasiswa.
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan
dalam berpikir, dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan cepat
dalam bertindak merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap
mahasiswa, yang merupakan prinsip saling melengkapi.
Pada masa transisi sekolah menengah ke universitas, mahasiswa
harus menekankan pada pemahaman di universitas yang mana pada saat di
sekolah dan universitas dapat mempelajari materi yang sama namun tingkat
yang lebih dalam di universitas. Hal itu membuat para mahasiswa berpikir
apakah pengetahuan mereka sebelumnya dapat digunakan pada tingkat
universitas ini. Contohnya saja pada materi kalkulus, mahasiswa menyadari
penekanan pada pembuktian dan penjelasan prinsip di universitas. Sedangkan,
di sekolah mereka melakukan banyak sekali pembelajaran matematika namun
itu hanya prosedural saja atau pemberian rumus tanpa dijelaskan cara
mendapatkannya. Sebagai mahasiswa harus bisa menjadi pembelajar mandiri.
Di universitas mahasiswa bekerja sendiri atau memotivasi diri sendiri, karena
pada dasarnya dalam dunia perkuliahan itu bergantung pada diri sendiri tanpa
adanya orang lain. Pembelajar mandiri merupakan salah satu elemen yang
sangat penting dalam masa transisi terutama pada pembelajaran matematika,
karena pada awalnya terbiasa dibimbing langkah demi langkah di sekolah,
tapi di universitas mereka harus berpikir sendiri. Contohnya dalam

7
pembelajaran matematika, mahasiswa harus mampu memahami konsep dan
membuktikan sendiri sebuah rumus matematika serta mengaplikasikan sendiri
rumus tersebut. Di universitas, mahasiswa tidak hanya belajar dengan dosen,
teman tetapi juga belajar dengan tugas. Terdapat perbedaan tugas antara di
sekolah dan di universitas, yaitu tugas di sekolah hanya perlu memahami
penerapan dari sebuah rumus, sedangkan tugas di universitas harus mampu
memahami sendiri apa yang mereka lakukan secara matematis. Pembelajaran
matematika tidak hanya tentang mengerjakan soal matematika itu sendiri,
tetapi juga memahami konsep dari matematika tersebut. Tugas yang diberikan
sebelumnya dalam artikel ini terdapat tugas rutin (mengevaluasi batas) dan
tugas non-rutin (tugas generalisasi atau membuat contoh). Pada dua tugas ini
terdapat perbedaan yaitu pada tugas mengevaluasi batas telah ada prosedur
yang dapat diikuti langkah-langkahnya untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Sedangkan, tugas generalisasi membutuhkan lebih pemikiran untuk
memahami dan mendapatkan jawaban atas tugas tersebut. Dengan demikian,
tugas tampaknya telah memungkinkan mahasiswa untuk terlibat secara
langsung dengan kesulitan matematika yang mereka alami, memberi mereka
ruang untuk mengatasi kesulitan matematika dan menemukan manfaat dari
kesulitan tersebut.

C. Keterkaitan Temuan Artikel dengan Hasil Pengamatan

Tugas non prosedural dalam artikel ini menjadi media yang


digunakan peneliti sebagai bentuk upaya pengembangan pemahaman
konseptual dan mengembangkan keterampilan matematika dalam masa
transisi dari sekolah ke universitas. Dengan adanya tugas non prosedural ini
membuat mahasiswa harus mendalami penekanan pemahaman konseptualnya
melalui belajar mandiri dan belajar dari tugas. Peneliti juga melakukan
wawancara untuk mengetahui pandangan mahasiswa tahun pertama tentang
pemahaman matematika dan perubahan metode belajar matematika yang
telah mereka lakukan semasa sekolah, serta perbedaan tugas-tugas
matematika yang diberikan di sekolah dan di universitas.

8
Tugas non prosedural yang diberikan berupa tugas-tugas yang jarang
mereka jumpai di sekolah. Oleh sebab itu, mahasiswa akan menggunakan
nalar dan pemahaman yang lebih rasional dan konseptual mereka untuk
memecahkan dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Hal ini tentunya
akan mengembangkan kemampuan dan keterampilan secara matematis.
Keterkaitan temuan artikel ini dengan hasil pengamatan dari makalah kami
sebelumnya yang membahas tentang perkembangan kognitif peserta didik
usía 17-23 tahun, dimana peserta didik akan berpikir secara abstrak,
matematis, dan menggunakan nalar untuk memecahkan suatu permasalahan
dengan cara yang berbeda- beda.
Pada artikel ini mahasiswa diharuskan untuk bisa mengetahui
darimana suatu formula didapatkan. Hal ini berkaitan dengan perkembangan
psikomotorik peserta didik dimana mereka memiliki rasa ingin tahu yang
ditandai dengan kemampuan dan kecepatan mereka dalam berpikir untuk
menemukan suatu formula matematika dengan belajar secara mandiri ataupun
tugas.
Pada perkembangan emosi dan sosial peserta didik usía 17-23 tahun
memiliki kemahiran dalam menyuarakan pendapatnya di depan umum serta
mampu menerima pendapat dari orang lain. Hal ini sesuai dengan pemaparan
pada artikel dimana mahasiswa menyuarakan pendapatanya mengenai
pandangan dan pemahaman matematika, perubahan metode belajar
matematika yang telah mereka lakukan semasa sekolah, serta perbedaan
tugas-tugas matematika yang diberikan di sekolah dan di universitas.
Terdepat perbedaan pendapat dari masing- masing mahasiswa mengenai hal
tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan metode belajar
matematika dari tingkat sekolah menengah atas ke Universitas serta
perubahan apa yang mereka alami pada masa transisi ke universitas. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa pada masa transisi diperlukan
penekanan pada pemahaman di universitas, kebutuhan untuk menjadi
pelajar mandiri, dan belajar melalui tugas. Jenis tugas yang diberikan
dalam penelitian ini adalah tugas non prosedural, dengan metodologi jenis
kasus instrumental
2. Mahasiswa harus mampu menjadi pembelajar mandiri dan mampu
memotivasi diri sendiri, sering berlatih soal dan mengerjakan tugas-tugas
non prosedural untuk menumbuhkan pemahaman di bidang matematika.

B. Saran
Pada matematika universitas mahasiswa dituntut untuk menguasai
materi yang sudah di dapatkan pada jenjang sebelum nya dan kembali
mengembangkan serta mampu membuktikan rumus-rumus. Sehingga
mahasiswa harus menjadi pembelajar mandiri, sering berlatih mengerjakan
soal dan berdiskusi dengan teman-teman.

10

Anda mungkin juga menyukai