Anda di halaman 1dari 6

NAMA : AGUSTINA DEWI

KELAS : 6 A MANAJEMEN
STUDY : ETIKA DAN HUKUM BISNIS

1. Coba saudara tuliskan 4 tahap ayat pengharaman riba beserta artinya. Kemudian buat
kesimpulan tegas terhadap ayat diatas ?
Jawaban :

a. QS Ar-Rum: 39

Artinya :
"Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya)".
Kandungannya :
Makna dari QS Ar-Rum ayat 39 itu adalah menjelaskan tentang Harta yang kalian
berikan kepada orang-orang yang memakan riba dengan tujuan untuk menambah
harta mereka, tidak suci di sisi Allah dan tidak akan diberkahi. Sedekah yang
kalian berikan dengan tujuan untuk mengharapkan rida Allah, tanpa riya dan
mengharapkan upah, maka itulah orang-orang yang memiliki kebaikan yang
berlipat ganda.
b. QS An-Nisa Ayat 160-161

Artinya :
“Maka disebabkan kedhaliman orang Yahudi, maka kami haramkan atas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka. Dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Dan
Kami telah menjadikan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih." 
Kandungannya:
Ayat diatas menjelaskan menerangkan keburukan orang-orang Yahudi dan
perbuatan-perbuatannya yang tercela, maka pada ayat ini Allah SWT,
menerangkan akibat-akibatnya, yaitu di dunia diharamkan kepada mereka
makanan-makanan yang baik yang dahulunya dihalalkan dan di akhirat
disediakan bagi mereka siksa yang amat pedih. Dalam ayat ini Allah tidak
menjelaskan binatang-binatang yang diharamkan, sebab yang dimaksud ayat ini
hanya menerangkan siksa yang ditimpakan kepada mereka. Demikian pula
bentuk kedzaliman yang menjadi sebab memperoleh siksa, juga tidak
diungkapkan. Hanya supaya dipahami bahwa segala macam kedzaliman akan
menyebabkan seseorang mendapat siksa di akhirat.
c. QS Ali Imron Ayat 130

Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-
orang yang kafir." 
Kandungannya :
(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda) bacaannya ada yang memakai alif dan ada pula yang tidak, maksudnya
ialah memberikan tambahan pada harta yang diutang yang ditangguhkan
pembayarannya dari tempo yang telah ditetapkan (dan bertakwalah kamu kepada
Allah) dengan menghindarinya (supaya kamu beroleh keberuntungan) atau hasil
yang gemilang.

d. Al Baqarah Ayat 278-280

Artinya :

"Wahai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah apa yang tersisa


dari riba, jika kalian adalah orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak
meninggalkan, maka umumkanlah perang kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka
jika kalian bertaubat, maka bagi kalian adalah pokok harta kalian. Tidak berbuat
dhalim lagi terdhalimi. Dan jika terdapat orang yang kesulitan, maka tundalah
sampai datang kemudahan. Dan bila kalian bersedekah, maka itu baik bagi
kalian, bila kalian mengetahui."

Kandungannya:

Allah berfirman seraya memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk


bertakwa kepada-Nya sekaligus melarang mereka mengerjakan hal-hal yang
dapat mendekatkan kepada kemurkaan-Nya dan menjauhkan dari keridhaan-
Nya. Takutlah kalian kepada-Nya dan berhati-hatilah, karena Dia senantiasa
mengawasi segala sesuatu yang kalian perbuat. Dan jika orang yang berhutang
itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan. Dan
menyedekahkan sebagian atau semua utang itu lebih baik bagi kalian jika kalian
mengetahui. Ayat ini merupakan peringatan keras dan ancaman yang sangat
tegas bagi orang yang masih tetap mempraktekkan riba setelah adanya
peringatan tersebut.

Kesimpulan :

Pada tahap ini, Allah Ta’ala hanya menjelaskan bahwa cara


mengembangkan uang melalui transaksi riba sesungguhnya sama sekali tidak
dapat menambah harta di mata Allah Ta’ala. Bahkan tindakan ini secara makro
berakibat pada ketidakseimbang sistem perekonomian, yang berakibat pada
penurunan nilai mata uang melalui inflasi. Dan hal ini justru akan merugikan
manusia sendiri.

Membantah paradigma itu, Allah menggambarkannya dalam Surat Ar-Rum,


yang artinya: “Sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhaan
Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)” (QS. Ar-
Rum: 39).

Tahap kedua, pemberitahuan bahwa riba juga diharamkan untuk umat


terdahulu.
Allah Ta’ala menginformasikan, karena buruknya sistem ribawi, umat
terdahulu juga telah dilarang melakukannya. Bahkan mereka yang tetap
bersikeras memakan riba, Allah mengkategorikannya sebagai orang-orang kafir
dan mengancamnya dengan azab yang pedih. Ayat ini juga mengisyaratkan
kemungkinan akan diharamkannya riba bagi umat Islam, sebagaimana telah
diharamkan atas umat sebelumnya.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Karena kezaliman orang-orang


Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik yang (dahulu)
pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari
jalan Allah. Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka
telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka
azab yang pedih” (QS. An-Nisa : 160-161).

Tahap ketiga, gambaran bahwa riba akan membuahkan kezaliman yang berlipat


ganda.

Pada tahapan ketiga, Allah Ta’ala menerangkan bahwa riba mengakibat


kezaliman yang berlipat ganda. Di antara bentuknya: si pemberi pinjaman
(kreditur) membebani debitur dengan bunga sebagai kompensasi tenggang
waktu pembayaran utang. Bunga terus bertambah, sehingga debitur semakin
sengsara, karena terbebani utang yang semakin berlipat ganda.

Allah Ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya, yang artinya: “Hai


orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kalian mendapat
keberuntungan” (QS. Ali Imran :130).

Salah satu yang perlu digarisbawahi, sebagaimana dijelaskan antara lain


oleh As-Syaukani dalam Tafsirnya, bahwa ayat ini sama sekali tidak
menggambarkan bahwa riba yang dilarang adalah yang berlipat ganda.
Sedangkan yang tidak berlipat ganda tidak dilarang. Pemahaman seperti ini
keliru dan tidak dimaksudkan dalam ayat ini.

Tahap keempat, pengharaman segala macam dan bentuk riba.


Ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian periodisasi pengharaman
riba. Pada tahap ini, seluruh rangkaian aktivitas dan muamalah yang berkaitan
dengan riba, baik langsung maupun tidak langsung, berlipat ganda maupun
tidak berlipat ganda, besar maupun kecil, semuanya terlarang dan termasuk dosa
besar.

Allah Ta’ala menegaskan, yang artinya: “Hai orang-orang yang


beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) bila kamu orang yang beriman. Jika kamu tidak melaksanakannya,
maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Tetapi jika
kamu bertaubat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat
zalim (merugikan) dan tidak pula dizalimi (dirugikan)” (QS. Al-Baqarah : 278-
279).

Anda mungkin juga menyukai