Analisis Perubahan Politik Luar Negeri Sri Lanka Terhadap Tiongkok Pada Masa Pemerintahan Presiden Mahinda Rajapaksa
Analisis Perubahan Politik Luar Negeri Sri Lanka Terhadap Tiongkok Pada Masa Pemerintahan Presiden Mahinda Rajapaksa
ABSTRACT
The event of Mahinda Rajapaksa elected as a president affected Sri Lanka’s foreign
policy towards Tiongkok. Historically, Sri Lanka has a very strong foreign policy compass
oriented towards the Western countries in political, economic and military sectors. However,
during the presidency of Mahinda Rajapaksa in 2005 - 2015, Sri Lanka showed a shift in their
political orientation by building a closer relationship with Tiongkok in various sectors and
limiting their contact with the old Western allies. This research is written to find and describe
all of the factors that influenced the foreign political shift of Sri Lanka towards Tiongkok
during the presidential era of Mahinda Rajapaksa. The writer of this research uses Theory
Determinants of Foreign Policy by William D. Coplin.
Keywords: Determinants of Foreign Policy, Sri Lanka, Tiongkok, Mahinda Rajapaksa
1
melalui United State Agency for Lanka. Menurut Stockholm International
International Development (USAID). Peace Research Institute (SIPRI), selama
Keadaan yang demikian membuat Sri tahun 2005-2012 Sri Lanka menjadi pasar
Lanka sangat bergantung dengan Barat. senjata terbesar kedelapan di Tiongkok
(Surendra,2017).
Pada tahun 2005, Mahinda
Rajapaksa muncul sebagai pemenang Dengan melihat bentuk kerjasama
baru dalam pemilu Sri Lanka. Secara dalam berbagai bidang yang berusaha
bersamaan, momentum tersebut juga dijalin kedua negara menunjukkan bahwa
menandai terjadinya perubahan politik luar Sri Lanka secara pro-aktif melakukan
negeri Sri Lanka terhadap negara-negara penguatan hubungan luar negeri yang
di dunia. Pada masa pemerintahan signifikan dengan Tiongkok. Padahal
Mahinda Rajapaksa yang berlangsung sejak Sri Lanka meraih kemerdekaannya
selama dua periode yaitu dari tahun 2005- tahun 1948, peran Tiongkok di Sri Lanka
2015, Sri Lanka secara bertahap merubah sangat terbatas karena Sri Lanka
arah orientasi politik luar negerinya. bergantung dengan Barat. Oleh
Menurut sejarah, pelaksanaan politik luar karenanya, pelaksanaan politik luar negeri
negeri Sri Lanka sangat condong ke Barat Sri Lanka pada masa pemerintahan
dan pada era ini justru bergeser ke Timur Mahinda Rajapaksa telah menyiratkan
melalui peningkatan hubungan bilateral bahwa terjadi perubahan orientasi politik
dengan Tiongkok secara signifikan. luar negeri dari west oriented menjadi
Data Kementerian Keuangan dan lebih bersifat east oriented. Perubahan ini
Perencanaan Sri Lanka menunjukkan total menarik untuk diteliti lebih jauh karena
investasi Tiongkok di Sri Lanka selama tentunya didorong oleh sejumlah alasan.
2
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan orientasi politik
memaparkan kepada faktor-faktor yang luar negeri suatu negara. Selain itu,
mendorong perubahan orientasi politik tulisan ini juga membantu penulis untuk
luar negeri Sri Lanka terhadap Tiongkok melihat bahwa perubahan politik luar
pada masa pemerintahan Mahinda negeri suatu negara terjadi karena
Rajapaksa. didorong oleh beberapa faktor yang dapat
dikategorikan ke dalam faktor internal dan
2. KAJIAN PUSTAKA
eksternal.
Penelitian ini menggunakan dua
Literatur kedua yang digunakan
literatur yang berkaitan dengan fokus
dalam penelitian ini berjudul Sri Lanka in
penelitian. Literatur pertama berjudul
2009 from Civil War to Political
Perubahan Orientasi Politik Luar Negeri
Uncertainties yang ditulis oleh Jayadeva
Turki Terhadap Amerika Serikat Pada
Uyangoda (2010). Secara umum, tulisan
Masa Pemerintahan PM. Nicemettin
ini menjelaskan bahwa orientasi politik
Erbakan yang ditulis oleh Dewi Retno
luar negeri Sri Lanka di bawah
Wulandari (2003). Secara umum, tulisan
pemerintahan Mahinda Rajapaksa telah
ini menjelaskan bahwa Turki mengalami
mengalami transformasi yang dramatis
pergeseran politik luar negeri sejak
dan belum pernah terjadi sebelumnya,
Erbakan resmi dilantik menjadi Perdana
terutama sejak berakhirnya Perang Sipil
Menteri Turki.
pada tahun 2009
Di era pemerintahan PM. Erbakan,
Tulisan ini dapat membantu untuk
arah politik luar negeri Turki mengalami
menganalisa pola-pola yang digunakan
perubahan dari pro terhadap Amerika
oleh Presiden Mahinda Rajapaksa dalam
Serikat menjadi anti-Amerika Serikat, anti-
merubah sikap politik luar negerinya
Barat, dan justru mengedepakan Islamic
karena dilatarbelakangi kepentingan
Oriented dengan meningkatkan hubungan
ekonomi dan politik Sri Lanka. Sehingga
luar negeri bersama negara-negara Islam
nantinya, ini membantu penulis dalam
di Timur Tengah. Dalam mengidentifikasi
menjelaskan secara tepat mengenai
perubahan politik luar negeri tersebut,
faktor-faktor internal maupun eksternal
tulisan ini menggunakan Teori Determinan
yang mempengaruhi perubahan politik
Politik Luar Negeri.
luar negeri Sri Lanka terhadap Tiongkok
Secara keseluruhan, tulisan Dewi pada masa pemerintahan Mahinda
(2003) memiliki kesamaan karena Rajapaksa.
3
3. METODOLOGI PENELITIAN dan hubungan eksternalnya (Asanga
Wileka dan Harshan Kumarasingha,2016).
Penelitian ini merupakan
Pada tanggal 4 Februari 1948, Sri
penelitian deskriptif dengan pendekatan
Lanka berhasil memperoleh kemerdekaan
kualitatif dan menggunakan data skunder.
tanpa adanya gerakan nasionalis dan
Tingkat analisis penelitian ini adalah
diberikan status dominion. Dominion
tingkat negara, dimana Sri Lanka menjadi
merupakan status yang diberikan untuk
objek penelitian ini. Selain itu, penelitian
negara jajahan Inggris dan merdeka,
ini mengumpulkan data melalui analisis
namun tetap mengakui raja/ratu Inggris
data online dan analisis dokumen.
sebagai kepala negara.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuatnya hubungan Sri Lanka-Inggris
Dinamika Politik Luar Negeri juga tercermin dari tercapainya perjanjian
Sri Lanka-Tiongkok Sebelum Masa strategis British - Sri Lanka External Affair
4
Pada saat yang sama, kondisi Tiongkok tidak bertahan lama. Jatuhnya
tersebut telah mendorong negara-negara S.W.R.D Bandranaike dan Sirimavo
komunis seperti Tiongkok maupun Uni Bandaranaike sebagai Perdana Menteri,
Soviet juga skeptis dalam melihat Sri turut menjadi titik putusnya hubungan baik
Lanka dan dianggapnya sebagai boneka kedua negara. Perdana Menteri Dudley
Barat. Selain itu, muncul ketegangan dan Senanayake just berhasil melakukan
kritikan keras yang datang dari Tiongkok normalisasi hubungannya dengan Barat
karena menilai kebijakan pro-Inggris ini yang sempat mengalami pembekuan
telah menyebabkan Sri Lanka menerima diplomatik akibat keputusan Sirimavo
status yang kurang dari kemerdekaan dalam menasionalisasi perusahaan
sejati (George Lerski,1974). minyak milik Inggris dan Amerika Serikat
di Sri Lanka.
5
Disisi lain, Tiongkok juga menjadi diplomatik yang begitu hangat dengan
mitra dagang yang kurang penting bagi Sri Tiongkok. Sejak tahun 2005-2015, Sri
Lanka. Mitra dagang Sri Lanka tujuan Lanka tercatat telah melakukan kunjungan
ekspor dan impor utama Sri Lanka kenegaraannya ke Tiongkok sebanyak 29
ditempati oleh Inggris, India dan Amerika (dua puluh sembilan) kali, dan Mahinda
Serikat (Jayawardena,2010). Sejak tahun Rajapaksa secara resmi melakukannya
1971, Sri Lanka mendapat banyak selama 14 (empat belas) kali (Ravindra
keuntungan dalam menjalin perdagangan Deyshappriya,2016). Kondisi yang
dengan negara Barat melalui skema demikian tentu tidak bisa dilepaskan dari
(GSP+) sebab Sri Lanka dapat pemaknaan khusus bahwa Tiongkok
memperluas pangsa pasarnya tanpa memiliki posisi strategis dalam politik luar
mendapat bea masuk. Hal ini membuat Sri negeri yang dilaksanakan oleh Mahinda
Lanka sangat terkiat dengan Barat. Rajapaksa.
Politik Luar Negeri Sri Lanka Pada tahun 2007 menjadi “Tahun
Persahabatan Tiongkok-Sri Lanka” karena
terhadap Tiongkok Pada Masa
berhasil menjadi puncak bagi hubungan
Pemerintahan Mahinda Rajapaksa
yang lebih kuat melalui pencapaian
Terpilihnya Mahinda Rajapaksa berbagai kesepakatan dan dikemas dalam
sebagai Presiden Sri Lanka telah momen perayaan 50 tahun hubungan
membawa perubahan yang cukup diplomatik kedua negara (Nilanthi
signifikan bagi politik luar negeri Sri Samarayanake,2011). Sebagai hasil dari
Lanka. Secara konsisten, Mahinda kunjungan kedua negara ini, Sri Lanka-
Rajapaksa mengambil langkah-langkah Tiongkok berhasil meningkatkan
yang kongkrit dengan Tiongkok untuk kerjasama bilateralnya menjadi Kemitraan
mendorong hubungan kedua negara ke Strategis Komperhensif. Kerjasama ini
level yang lebih tinggi baik dalam bidang difokuskan pada bidang ekonomi
ekonomi, militer dan diplomatik. khususnya sektor perdagangan,
Peningkatan tersebutlah yang menjadi keuangan, infrastruktur, pariwisata, hingga
menjadi sinyal kuat bahwa telah terjadi solusi terhadap Perang Sipil yang terjadi.
pergeseran politik luar negeri Sri Lanka
Hal penting lainnya yang
terhadap Tiongkok.
menunjukkan kuatnya hubungan Sri
6
pengakuan Sri Lanka atas kebijakan “One Further Deepen Bilateral Economic and
China Policy”. Mahinda Rajapaksa dalam Trade Relations between China and Sri
kunjungannya ke Tiongkok pada tahun Lanka Government sebagai tanda bahwa
2014 telah menyatakan secara tegas akan dilakukannya kerjasama ekonomi
bahwa sikap pemerintah Sri Lanka tidak dan perdagangan bilateral secara lebih
akan pernah berubah dalam mendukung mendalam (Yanfang Li,2017).
serta mengakui Tiongkok sebagai satu-
Sejak saat itu, hubungan ekonomi
satunya pemerintahan yang sah
Sri Lanka-Tiongkok memasuki tahap
berdaulat, dan bukan Taiwan (Surendra
kerjasama yang saling menguntungkan.
Kumar, 2017). Selain itu, Mahinda
Salah satu indikator yang dapat
Rajapaksa juga sepakat untuk
membuktikannya adalah melalui volume
mempromosikan proyek 21st Century
perdagangan bilateral kedua negara yang
Maritime Silk Road atau Jalur Sutra
mengalami peningkatan secara tajam.
Maritim Tiongkok.
Kondisi tersebut dapat dilihat melalui
Perubahan Politik Luar Negeri Sri Gambar 3.1 yang memuat Grafik
Lanka terhadap Tiongkok pada Peningkatan Perdagangan Bilateral Sri
7
Meskipun sudah menunjukkan Lanka khususnya Western Countries,
kemajuan pesat, hubungan ekonomi yang dahulunya menunjukkan
kedua negara juga semakin diwarnai komitmennya secara finansial begitu kuat
dengan berbagai upaya Mahinda jutsru menjadi sangat lemah di Sri Lanka.
Rajapaksa dalam mendorong investasi Gambar 3.2 Grafik Peningkatan Aliran Dana Gambar 3.3
Asing Tiongkok di Sri Lanka Periode 2005-2013 dari Pema
Tiongkok pada berbagai proyek tahun 20
infrastuktur di Sri Lanka. Aliran dana asing
(foreign financing commitment) Tiongkok
di Sri Lanka baik berupa Penanaman
Modal Asing (PMA), pinjaman dan
bantuan luar negeri, maupun hibah terus
tumbuh secara pesat pada periode
pemerintahan Mahinda Rajapaksa.
Apabila ditinjau dari perspektif historis, Sumber: Ravindra Deyshappriya, (2016)
Sumbe
selama periode panjang yaitu sejak 1971-
2004, aliran dana asing Tiongkok di Sri Selain itu, perkembangan yang
Lanka kurang dari 200 juta USD, namun paling menonjol dalam hubungan Sri
mengingkat signifikan menjadi 5,6 Miliar Lanka-Tiongkok pada sektor ini juga
USD selama tahun 2005-2013. tercermin dari kemunculan Tiongkok
asing Tiongkok di Sri Lanka pada periode senjata terbesar ke Sri Lanka. Hal yang
yang memuat Grafik Komposisi Aliran pentingnya hubungan militer antara Sri
Dana Asing berdasarkan Mitra Utama Sri Lanka-Tiongkok dapat dilihat melalui
8
terbesar di Sri Lanka. Waktu peningkatan 1. Faktor Eksternal: Tekanan Barat
tersebut terjadi secara signifikan dalam terkait Isu Pelanggaran Hak
kurun waktu 2005-2008. Asasi Manusia
Perubahan Politik Luar Negeri Sri menelaah proses politik domestik dari
negara tersebut. Oleh karena itu,
Lanka terhadap Tiongkok Pada
determinan konteks internasional akan
Masa Pemerintahan Presiden
membawa pembahasan ini pada posisi Sri
Mahinda Rajapaksa
Lanka dan hubungannya dengan negara
lain dalam sistem internasional.
Dalam mengidentifikasi
perubahan politik luar negeri Sri Lanka, Kondisi demikian digambarkan
Politik Luar Negeri dari William D. Coplin memanfaatkan forum UNHRC untuk
“penyebab” perilaku politik luar negeri isu pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Suatu Negara dan 4) Peran Politik dalam penembakan tanpa pandang bulu,
9
berbagai film dokumenter (SM. Aliff,2015). sudah tercermin melalui posisinya sebagai
Tekanan Amerika Serikat terhadap Sri pemasok senjata terbesar yang digunakan
Lanka mendorong sebagian besar negara- untuk membantu militer Sri Lanka dalam
negara anggota UNHRC untuk melakukan mengalahkan LTTE. Tidak henti disana,
tekanan yang sama dalam mendukung dukungan diplomatik Tiongkok juga
agenda demokrasi dan misi kemanusiaan. diberikan di UNHRC untuk menentang
penerapan resolusi yang kritis terhadap
Mahinda Rajapaksa tentu sangat
pemerintah Sri Lanka.
terganggu oleh tekanan yang
didapatkannya dari blok Barat terkait 2. Faktor Presiden Mahinda
masalah kejahatan perang. Dalam hal ini, Rajapaksa Sebagai Pengambil
determinan konteks internasional Keputusan Di Sri Lanka
digambarkan dari tekanan yang terus-
menerus diberikan Barat terhadap Sri Pada determinan ini, penulis akan
hanya secara citra politik namun juga pengaruh individu dalam merumuskan dan
berdampak pada kondisi ekonomi negara. menjalankan politik luar negeri suatu
Tidak dapat dipungkiri bahwa mengadopsi pola pikir yang sama dengan
menghadapi situasi sulit seperti ini. ideologi yang sama ini karena Mahinda
sederhana bagi pemerintah Sri Lanka. Dengan latar belakang ini, Mahinda
Dukungan positif dan progresif tersebut Rajapaksa bahkan menjunjung tinggi nilai-
10
nilai nasionalis dari ideologi Sinhalase militer ke Sri Lanka. Disaat yang sama,
Buddhist Nationalist sebagai rujukan negara-negara Barat justru menentang
utama dalam kerangka kerja keras solusi militer yang diinginkan
pemerintahannya. Ideologi ini membuat Mahinda Rajapaksa atas dasar HAM.
Mahinda Rajapaksa teobsesi untuk Oleh karenanya, peralihan politik luar
melalukan solusi militer terhadap LTTE, negeri Sri Lanka disebabkan karena
karena negosiasi yang selama ini Mahinda Rajapaksa memiliki keyakinan
ditawarkan mengalami kebuntuan dan untuk dapat merealisasikan obsesinya
tidak menghasilkan solusi yang berarti. dengan melaksanakan politik luar negeri
dengan Tiongkok.
Nilai-nilai Sinhalase Buddhist
Nationalist juga merangsang persepsi 3. Faktor Krisis Ekonomi Sri Lanka
Mahinda Rajapaksa untuk membenarkan
Selanjutnya, William D. Coplin
cara-cara kekerasan dan penaklukan
menyebutkan faktor lain dalam determinan
terhadap minoritas Tamil, demi melindungi
politik luar negeri yaitu kondisi ekonomi
etnis Sinhala. Kondisi ini semakin
dan militer yang dihadapi suatu negara.
menjelaskan mengapa Mahinda
Hal tersebut tentu erat kaitannya dengan
Rajapaksa mengusung kebijakan yang
ketergantungan ekonomi suatu negara
secara drastis berbeda dari rezim-rezim
terhadap perdagangan ataupun bantuan
sebelumnya, terutama dalam mengatasi
dari negara lain. Apabila dikaitkan dengan
masalah perang yaitu dengan
penelitian ini maka menjadi penting untuk
mengangkat sentimen anti-negosiasi dan
melihat kondisi ekonomi Sri Lanka
bersikap kritis tentang ‘perdamaian
terutama pasca berakhirnya Perang Sipil
dengan cara damai’ (Syamika
tahun 2009. Sebab, hal ini tentu menjadi
Jayasundara,2011).
faktor pertimbangan bagi Sri Lanka dalam
Berkaitan dengal hal tersebut maka melaksanakan politik luar negerinya serta
pelaksanaan politik luar negeri yang Pro- menjalin hubungannya dengan negara
Tiongkok ini didasari oleh obsesi Mahinda lain.
Rajapaksa untuk membawa kemenangan
Pasca perang berakhir, pemerintah
bagi etnis Sinhala dengan menumpas
Sri Lanka mengalami kerugian besar
LTTE melalui militer. Tiongkok menjadi
dampak perang seperti kerusakan modal
negara yang hadir untuk mendukung
fisik dan manusia serta pengeluaran di
penuh solusi militer, bahkan menjadi
bidang militer (Harishmawan
penyedia dan pemasok utama peralatan
Heryadi,2014). Kondisi ini tentunya harus
11
disikapi dengan bijak oleh pemerintah Sri mendukung pengaturan ekonomi
Lanka, sebab kerusakan di bidang fisik preferensial dengan Sri Lanka (Laksiri
juga akan menjadi penghambat proses Jayasuriya,2013). Sebaliknya, Tiongkok
pembangunan secara maksimal. Selain justru hadir memberikan bantuan
kerusakan di bidang fisik, krisis ekonomi ekonomi, militer, dan diplomatik ke Sri
Sri Lanka juga disebabkan oleh kenaikan Lanka tanpa melibatkan konsekuensi
anggaran pertahanan militer. masalah Hak Asasi Manusia.
Kondisi ekonomi Sri Lanka juga 4. Faktor Partai Politik Sri Lanka
semakin diperparah dengan sanski Freedom Party (SLFP)
ekonomi terkait masalah HAM yang
Pada determinan terakhir, William D.
diberikan negara-negara Barat yaitu
Coplin menyebut bahwa politik dalam
seperti resiko kehilangan fasilitas GSP+
negeri suatu negara juga memiliki peran
dan ditutupnya akses pasar ke Uni Eropa
signifikan dalam penyusunan politik luar
dan Amerika Serikat. Selain itu, Sri Lanka
negeri. Keberadaan partai politik juga
juga terjebak dalam kontroversi politik
menjadi tolak ukur yang penting dalam
Barat yaitu ketika Amerika Serikat
sistem negara demokrasi seperti Sri
meminta IMF untuk menunda permintaan
Lanka. Sebab, konsekuensi yang
Sri Lanka meraih pinjaman darurat
ditanggung sebagai negara demokratis
dengan alasan kekhawatiran atas kondisi
adalah pemerintah tidak dapat
Hak Asasi Manusia selama fase akhir
merumuskan dan memutuskan politik luar
perang (Jayadeva Uyangoda,2010). Hal
negeri secara sepihak. Namun, tuntutan
ini tentu membuat keadaan ekonomi Sri
dan aspirasi yang berkembang di ranah
Lanka semakin buruk.
domestik juga menjadi sumber
Penjelasan diatas menjadi dasar pertimbangan yang penting. Oleh
analisis ini yaitu kondisi ekonomi Sri karenanya, politik luar negeri tidak hanya
Lanka telah mendorong Mahinda berkembang untuk menjawab dinamika
Rajapaksa untuk melakukan perubahan politik yang ada, namun juga dituntut
orientasi politik luar negerinya. Tiongkok untuk acceptable at home (Nidia
hadir sebagai pendonor dan investor yang Masithoh,2018).
saat itu sangat dibutuhkan oleh Sri Lanka.
Dengan mempertimbangan basis
Pergeseran ini terus berlanjut ketika
dukungannya di parlemen, Mahinda
kebijakan negara-negara Barat selalu
Rajapaksa semakin percaya diri bahwa
mengaitkan isu Hak Asasi Manusia untuk
solusi militer dapat terealisasikan. Koalisi
12
partai pendukung Mahinda Rajapaksa pelaksanaan politik luar negeri Pro-
yang disebut United People’s Freedom Tiongkok ini dirancang oleh Mahinda
Alliance (UPFA) yang didominasi oleh Rajapaksa untuk mencapai agenda
partai SLFP berhasil memenangkan 105 domestik.
kursi, hampir mencapai 50 persen suara
5. SIMPULAN
dibandingkan partai opsisi UNP hanya
memenangkan 38 persen suara (Alan Penelitian ini menemukan bahwa
Kronstadt dan Bruce Vaughn,2009). Ini terdapat empat faktor yang mendorong
tentunya menjadi keuntungan bagi perubahan politik luar negeri Sri Lanka
Mahinda Rajapaksa karena para terhadap Tiongkok. Penulis melakukan
pengkritik dari kalangan oposisi tidak analisis data dengan menggunakan
mampu berbuat banyak sebab koalisinya pendekatan Teori Determinan Politik Luar
mempunyai suara mayoritas dalam Negeri dari William D. Coplin.
parlemen.
Pertama, yaitu faktor konteks
Seiring dengan perkembangan intenasional digambarkan melalui sikap
visi presiden dan parlemen yang selaras, negara-negara Barat yang dipelopori
secara otomatis kebijakan solusi militer Amerika Serikat memanfaatkan forum
semakin memiliki kekuatan untuk UNHRC untuk melakukan tekanan berat
direalisasikan. Pada akhir tahun 2007, kepada pemerintahan Mahinda Rajapaksa
parlemen secara terbuka mendorong terkait isu pelanggaran Hak Asasi
Mahinda Rajapaksa untuk keluar dari Manusia. Selain itu, faktor kedua yang
Perjanjian Damai dan menyerukan untuk mendasari perubahan politik luar negeri ke
mempercepat proses militer bagi LTTE. Tiongkok dikarenakan Mahinda Rajapaksa
Elit domestik bahkan mendorong Mahinda menjadi pemimpin Sri Lanka yang
Rajapaksa menyerukan adanya hubungan menganut ideologi Sinhalase Buddhist
yang kongkrit dengan Tiongkok. Nationalist. Faktor ketiga, krisis ekonomi
Pergeseran aktor interasional di Sri Lanka Sri Lanka sebagai dampak perang. Faktor
ini disebabkan karena parlemen menyebut terakhir adalah posisi SLFP sangat
intervensi dan tekanan yang dilakukan mendominasi parlemen sehingga
negara-negara Barat seperti Amerika keberadaannya juga sangat
Serikat dan Eropa dalam konflik justru mempengaruhi perumusan politik luar
menjadi penghalang untuk segala jenis negeri Sri Lanka.
solusi politik Sri Lanka (Syamika
Jayasundara,2011). Oleh karenanya, 6. DAFTAR PUSTAKA
13
Buku Jayasundara, Syamika. (2011). Conflict, War
and Peace in Sri Lanka–Politics by
Coplin, William D. (1971). Introduction to other means?, dalam
International Politics: A http://repub.eur.nl/pub/34768/metis_
Theorietical Overview. Chicago: 177348.pdf. [Diakses pada Februari
Markham Publishing Company. 2021];
14
JURNAL_Fis.HI.58%2018%20Mas Welikala, Asanga dan Harsha
%20p.pdf. [Diakses pada Mei 2021]; Kumarasingham. (2016). Soulbury
Plus: Conceptual Foundations and
Meligonda, Nayani. (2013). Sri Lanka and Institutional Features of a
The Commonwealth: How It All Parliamentay-Constitutional State
Began, dalam dalam
https://www.researchgate.net/public http://constitutionalreforms.org/wpco
ation/311648865. [Diakses pada ntent/uploads/2016/06/Working-
November 2020]; Paper-4.pdf. [Diakses pada
Februari 2021];
Rajapakshe, R. S. (2015). Similarity Of
Interests Between Governments Wheeler, Thomas. (2012). China and
And Its Impact On Their Bilateral Conflict-affected States dalam
Relations: Case Study Of China-Sri https://assets.publishing.service.gov
Lanka Relations, .uk/media/57a08a88e5274a31e000
https://www.researchgate.net/profile 0658/FAB-Sri-Lanka.pdf. [Diakses
/Sampath-Rajapakshe- pada November 2020];
2/publication/290438295pdf.
[Diakses pada Maret 2021];
15
16