Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBANGKRUTAN SRI LANKA


Disusun Guna Melengkapi Tugas Sejarah Asia Selatan

Dosen Pengampu:
Najuah, S.Pd, M. Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 8
alya putri dania 3233321004
Maharani Br Purba 3231121001
Fandi Saputra Ndruru 3231121034

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH REGULER B
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt atas berkat dan rahmat
Nya makalah dengan judul “Kebangkrutan Sri Lanka” dapat diselesaikan dan
dipenuhi sebagai tugas mata kuliah Sejarah Asia Selatan dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Najuah, S.Pd, M. Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Asia Selatan di jurusan Pendidikan
Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah Ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi karya yang lebih
baik dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat melengkapi tugas penulis
sebagai mahasiswa serta dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................5
2.1 Kondisi Sri Lanka Pra Kebangkrutan ................................................................ 5
2.2 Penyebab Krisis Ekonomi dan Kebangkrutan Sri Lanka ................................. 6
2.3 Dampak Krisis Ekonomi dan Kebrangkrutan Sri Lanka Terhadap Kehidupan
Masyarakat .............................................................................................................10
2.4 Solusi Jangka Panjang Untuk Mengatasi Krisis Ekonomi dan Kebangkrutan
Sri Lanka ................................................................................................................12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sri Lanka, negara yang dikenal sebagai "The Pearl of the Indian Ocean"
karena keindahan alamnya, telah berada dalam sorotan internasional selama
beberapa tahun terakhir karena krisis keuangan yang mendalam dan status
kebangkrutan yang semakin mendekat. Kondisi ekonomi yang semakin
memburuk di negara ini adalah hasil dari sejumlah faktor yang saling terkait,
termasuk sejarah konflik bersenjata, hutang yang meningkat, dan ketidakstabilan
politik.
Dalam konteks global yang semakin terhubung, masalah ekonomi dan
keuangan di suatu negara tidak hanya memengaruhi penduduk lokal, tetapi juga
dapat berdampak pada stabilitas ekonomi global. Oleh karena itu, penting untuk
memahami akar penyebab serta faktor-faktor yang telah membawa Sri Lanka ke
titik kebangkrutan, serta dampaknya pada masyarakat Sri Lanka dan dampaknya
secara lebih luas.
Latar belakang sejarah dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi
kebangkrutan Sri Lanka sangat penting untuk dianalisis. Konflik bersenjata yang
berlangsung selama hampir tiga dekade antara pemerintah dan kelompok
pemberontak Tamil, Perang Saudara Sri Lanka, telah meninggalkan bekas yang
dalam pada perekonomian dan masyarakat Sri Lanka. Selain itu, pertumbuhan
utang yang eksponensial, defisit neraca perdagangan yang berkelanjutan, serta
ketidakstabilan politik telah membantu memperburuk situasi keuangan negara ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Sri lanka Pra Kebangkrutan?
2. Apa penyebab krisis ekonomi dan kebangkrutan Sri Lanka?
3. Bagaimana dampak krisis ekonomi dan kebangkrutan Sri Lanka terhadap
kehidupan masyarakat?
4. Bagaimana solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis ekonomi dan
kebangkrutan Sri Lanka ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Kondisi Sri Lanka Pra Kebangkrutan

3
2. Untuk Mengetahui penyebab krisis ekonomi dan kebangkrutan Sri Lanka
3. Untuk mengetahui dampak krisis ekonomi dan kebangkrutan Sri Lanka
terhadap kehidupan masyarakat
4. Untuk mengetahui solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis ekonomi dan
kebangkrutan Sri Lanka

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Sri Lanka Pra Kebangkrutan

Image 1. Keadaan Sosial Sri Lanka


Sumber.https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.cnbcindonesia.c
om%2Fnews%2F20220714133703-4-355617%2Fsri-lanka-terperangkap-kebangkrutan-apa-
solusi-dari-pbb
Sebelum mengalami kebangkrutan, Sri Lanka telah menghadapi sejumlah
tantangan ekonomi dan politik yang meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Berikut adalah beberapa aspek penting dari keadaan Sri Lanka sebelum
menghadapi krisis ekonomi yang serius:
 Utang Luar Negeri yang mengalami peningkatan signifikan terutama kepada
kreditur asing seperti China. Utang-utang ini telah menjadi beban berat bagi
pemerintah, dan negara ini menghadapi kesulitan untuk membayar bunga dan
pokok utangnya.
 Pertumbuhan Ekonomi yang Lambat dikarenakan pertikaian politik,
kebijakan yang kurang efisien, dan ketidakpastian politik telah menghambat
investasi dan pertumbuhan ekonomi.
 Krisis Politik antara pemerintah dan oposisi, yang memperlambat reformasi
ekonomi yang sangat dibutuhkan. Ketidakstabilan politik ini juga
berkontribusi pada ketidakpastian yang merugikan iklim bisnis.
 Inflasi.
 Pandemi COVID-19

5
Sebelum kebangkrutan, Sri Lanka telah berusaha untuk mencari bantuan
internasional, merestrukturisasi utang, dan mengambil langkah-langkah kebijakan
ekonomi untuk mengatasi masalah ekonomi yang meningkat. Namun,
ketidakpastian dan tantangan yang ada telah menyebabkan negara ini berada
dalam situasi yang sangat sulit. Situasi Sri Lanka pada periode tersebut adalah
cerminan dari sejumlah masalah yang dapat mengarah pada kebangkrutan, dan
negara ini membutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah
tersebut dan memulihkan stabilitas ekonomi.

2.2 Penyebab Krisis Ekonomi dan Kebangkrutan Sri Lanka


Sri Lanka, sebuah pulau tropis yang kaya akan sejarah, budaya, dan
sumber daya alam, telah menjadi sorotan dunia dalam beberapa tahun terakhir
karena krisis ekonomi yang semakin memburuk dan ancaman kebangkrutan.
Berbagai faktor telah berkontribusi pada kondisi ini, dan pemahaman yang
mendalam tentang penyebabnya sangat penting untuk mencari solusi yang
memungkinkan negara ini untuk pulih. Dalam esai ini, kita akan mengidentifikasi
beberapa penyebab utama krisis ekonomi dan kebangkrutan Sri Lanka.
1. Utang Luar Negeri yang Tinggi
Salah satu penyebab utama krisis ekonomi di Sri Lanka adalah akumulasi
utang luar negeri yang sangat besar. Selama beberapa dekade terakhir, pemerintah
Sri Lanka secara aktif meminjam dana dari berbagai sumber, termasuk lembaga
internasional seperti IMF dan kreditur negara-negara seperti China. Anditiasari
dalam Aditriya (2020) memaparkan bahwa
“Sementara itu saat ini kondisi utang Sri Lanka sangat mengkhawatirkan,
Sri Lanka memiliki total utang luar negeri yang mecapai US $ 58,3 miliar dan
dapat diasumsikan 95,4% dari seluruh pendapatan negaranya akan dipergunakan
untuk membayar utang.”
Utang-utang ini, yang terkadang memiliki bunga tinggi, telah menjadi
beban yang sangat berat bagi anggaran negara. Menyusul penurunan pendapatan
pajak dan ekspor, Sri Lanka telah kesulitan untuk membayar bunga dan pokok
utangnya.
a. Penyebab Utang Luar Negeri yang Tinggi

6
Pemerintah Sri Lanka telah secara aktif meminjam dana dari
berbagai sumber, termasuk lembaga internasional seperti Dana Moneter
Internasional (IMF), serta kreditur negara-negara seperti China.
Peminjaman ini dilakukan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur,
pembangunan, dan untuk mengatasi kekurangan anggaran.
b. Komposisi Utang Luar Negeri
Sri Lanka telah menerima pinjaman dari lembaga-lembaga seperti
IMF. Utang ini biasanya memiliki persyaratan yang ketat dalam hal
reformasi ekonomi dan pengawasan pengeluaran.
c. Kreditur Negara
Beberapa negara, terutama China, telah memberikan pinjaman
besar untuk proyek-proyek infrastruktur di Sri Lanka. Utang ini sering kali
memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi daripada yang diberikan oleh
lembaga internasional.
d. Beban Utang yang Tinggi Bunga Tinggi
Beberapa dari utang tersebut mungkin memiliki tingkat bunga yang
tinggi, yang berarti pemerintah harus membayar bunga yang signifikan
setiap tahun.
e. Jumlah Utang Besar
Jumlah utang secara keseluruhan menjadi beban yang sangat berat
bagi anggaran negara, terutama jika pendapatan pajak tidak mencukupi
untuk menutupi pembayaran bunga dan pokok utang.
2. Ketergantungan pada Kreditur Tertentu
Ketergantungan yang besar pada China sebagai kreditur utama adalah
salah satu sumber ketidakstabilan ekonomi Sri Lanka. Infrastruktur besar-besaran
yang dibiayai oleh China, seperti pelabuhan Hambantota, telah menyebabkan
peningkatan utang kepada Beijing. Dalam proyek pembangunan pelabuhan
Hambantota Tiongkok bertindak sebagai kreditur/lender dan telah memberikan
pinjaman dana sebesar US$ 1,12 miliar untuk mendanai proyek tersebut (Awaly,
2023:3). Ini mengakibatkan hubungan hutang dan risiko yang tinggi, dengan
potensi pengaruh politik yang besar dari pemberi pinjaman. Berikut diuraikan:
1. Peningkatan Utang kepada China

7
Sri Lanka telah menerima pinjaman besar dari China untuk
mendukung proyek-proyek infrastruktur penting, termasuk pelabuhan
Hambantota dan jalan raya ekspres Southern Expressway. Peningkatan
utang ini telah menyebabkan beban utang yang lebih besar bagi
pemerintah Sri Lanka, dan pembayaran bunga dan pokok utang yang
signifikan.
2. Hubungan Hutang yang Kompleks
Ketergantungan ekonomi pada China telah menghasilkan
hubungan hutang yang kompleks. Persyaratan dan jadwal pembayaran
harus diperhatikan dengan cermat oleh pemerintah Sri Lanka.
Ketidakpatuhan dalam membayar utang dapat menyebabkan konsekuensi
serius, seperti pengaruh politik yang lebih besar dari China.
3. Risiko Politik yang Tinggi
Ketergantungan ekonomi yang besar pada China dapat membawa
pengaruh politik yang signifikan. China dapat menggunakan utang sebagai
alat untuk memengaruhi kebijakan Sri Lanka. Hal ini menghasilkan risiko
politik yang signifikan, termasuk peningkatan ketergantungan pada China
dalam hal strategi geopolitik dan politik dalam negeri.
4. Keamanan Nasional
Ketergantungan pada China dalam proyek infrastruktur kunci
seperti pelabuhan Hambantota dapat mengancam keamanan nasional Sri
Lanka.Potensi pengaruh politik dari pemberi pinjaman dalam masalah
keamanan nasional menjadi perhatian utama.
3. Ketidakpastian Politik
Ketidakpastian politik telah menjadi faktor utama yang memengaruhi
iklim investasi dan stabilitas ekonomi Sri Lanka. Perselisihan politik antara
pemerintah dan oposisi, pergantian kepemimpinan, serta perubahan kebijakan
yang cepat telah menciptakan ketidakpastian. Hal ini menghambat investasi
swasta dan reformasi ekonomi yang sangat dibutuhkan.
4. Ketidakseimbangan Neraca Perdagangan
Sri Lanka mengalami defisit perdagangan yang signifikan, dengan impor
yang melebihi ekspor. Menurut Algifari (2018)

8
“Berdasarkan data yang dirilis oleh World Bank, sejak tahun 2007 – 2017
secara konsisten SriLanka mengalami defisit Current account. Bahkan pada
tahun 2008 defisit tersebut mencapai 10% dari total GDP Sri Lanka. Hal tersebut
disebabkan oleh defisit neraca perdagangan.”
Ketidakseimbangan ini telah mengakibatkan penurunan cadangan devisa
negara, yang pada gilirannya mempengaruhi nilai tukar mata uang dan
kemampuan untuk membayar utang luar negeri.
5. Pandemi COVID-19
Seperti banyak negara lain di seluruh dunia, Sri Lanka juga terkena
dampak pandemi COVID-19. Pembatasan pergerakan dan penurunan pariwisata,
yang merupakan salah satu sumber pendapatan utama, telah merusak ekonomi
negara ini.
6. Inflasi dan Biaya Hidup Tinggi
Inflasi yang tinggi dan biaya hidup yang melambung telah membebani
warga negara dan mempengaruhi daya beli masyarakat. Ini juga telah
menciptakan ketidakstabilan sosial.
Krisis ekonomi dan kebangkrutan Sri Lanka adalah hasil dari kombinasi
faktor-faktor tersebut. Untuk mengatasi krisis ini, Sri Lanka harus mengambil
tindakan tegas, termasuk restrukturisasi utang, reformasi ekonomi, peningkatan
stabilitas politik, diversifikasi ekonomi, dan mencari dukungan internasional.
Pemahaman yang mendalam tentang penyebab krisis ini adalah langkah awal
yang penting dalam mencari solusi yang memungkinkan Sri Lanka untuk pulih
dan membangun masa depan yang lebih stabil dan makmur.
7. Perang Saudara Sri Lanka
Merupakan konflik bersenjata yang berlangsung selama hampir tiga
dekade antara pemerintah Sri Lanka dan kelompok pemberontak Tamil Tigers,
yang secara resmi dikenal sebagai Organisasi Pembebasan Tamil Eelam (LTTE).
Konflik ini dimulai pada tahun 1983 dan berakhir pada Mei 2009 ketika
pemerintah Sri Lanka berhasil mengalahkan LTTE dan membunuh pemimpin
mereka, Velupillai Prabhakaran.
Perang Saudara Sri Lanka sangat mempengaruhi keuangan dan ekonomi
negara ini, dan ada beberapa kaitannya dengan kebangkrutan Sri Lanka:

9
 Biaya Militer yang Tinggi: Konflik ini memakan biaya besar untuk
pemerintah Sri Lanka. Pemerintah harus menghabiskan sejumlah besar
anggaran untuk membiayai operasi militer, pembelian senjata, dan perawatan
tentara. Hal ini menyebabkan defisit anggaran yang meningkat, yang harus
dibiayai dengan utang, sehingga meningkatkan beban utang negara.
 Kerusakan Infrastruktur: Perang Saudara menyebabkan kerusakan besar
terhadap infrastruktur di berbagai wilayah di Sri Lanka, termasuk jalan,
jembatan, dan bangunan. Biaya pemulihan dan rekonstruksi pasca-perang
juga menambah beban fiskal negara.
 Gangguan Ekonomi: Konflik mengganggu sektor ekonomi Sri Lanka,
terutama sektor pariwisata dan pertanian di daerah yang terkena dampak
langsung. Investasi asing dan perdagangan internasional juga terhambat
akibat ketidakpastian politik dan keamanan.
 Penurunan Kepercayaan Investor: Perang Saudara menciptakan
ketidakpastian politik dan keamanan yang menghambat investasi asing dan
investasi domestik. Penurunan investasi dan kepercayaan investor berdampak
negatif pada pertumbuhan ekonomi.
 Pinjaman untuk Pembiayaan Perang: Sri Lanka harus mengambil utang untuk
membiayai perang dan mengatasi defisit anggaran yang meningkat.
Akibatnya, utang negara Sri Lanka meningkat secara signifikan selama
konflik berlangsung.
Selain dampak langsungnya pada ekonomi, Perang Saudara Sri Lanka juga
menciptakan ketidakstabilan politik dan sosial, yang dapat mengganggu reformasi
ekonomi yang diperlukan untuk mengatasi masalah keuangan. Dengan konflik
yang berkepanjangan dan beban utang yang meningkat, Sri Lanka terus
menghadapi tantangan dalam memulihkan keuangan dan membangun
ekonominya setelah berakhirnya perang. Dalam upaya mengatasi krisis keuangan
yang lebih baru, pemerintah Sri Lanka telah mencari bantuan finansial dari
lembaga-lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF).

2.3 Dampak Krisis Ekonomi dan Kebangkrutan Sri Lanka Terhadap


Kehidupan Masyarakat

10
Krisis ekonomi dan ancaman kebangkrutan yang dialami oleh Sri Lanka
telah berdampak sangat serius pada kehidupan masyarakat di negara tersebut.
Dalam esai ini, kita akan mengkaji dampak krisis ekonomi ini terhadap berbagai
aspek kehidupan masyarakat Sri Lanka.
 Peningkatan Biaya Hidup dan Inflasi Tinggi
Salah satu dampak langsung dari krisis ekonomi adalah peningkatan biaya
hidup dan inflasi yang tinggi. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok, seperti
makanan, perumahan, dan bahan bakar, telah memberikan tekanan ekonomi yang
besar pada rakyat Sri Lanka. Lapangan India Today dalam laman databoks.id
pada Minggu (3/422) harga beras di supermarket wilayah Kolombo mencapai 220
Rupee India atau sekitar Rp41,8 ribu per kg. Kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah terutama terkena dampak, karena daya beli mereka
menurun.
 Pengangguran dan Kemiskinan
Persentase angka pengangguran Sri Lanka 2023, dalam laman
ceicdata.com memaparkan bahwa “Tingkat Pengangguran Sri-Lanka dilaporkan
sebesar 5.20 % pada 2023-06. Rekor ini naik dibanding sebelumnya yaitu
4.70 % untuk 2023-03”. Krisis ekonomi telah menyebabkan pengurangan
lapangan kerja dan tingkat pengangguran yang meningkat. Banyak perusahaan,
terutama di sektor pariwisata, telah terpaksa menutup atau mengurangi jumlah
karyawan mereka. Hal ini berdampak pada pendapatan keluarga, dan beberapa
masyarakat mungkin terjerumus ke dalam kemiskinan.
 Keterbatasan Akses Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan dan terganggunya
kesejahteraan Psikologis
Penurunan pendapatan negara akibat krisis ekonomi dapat berdampak
pada sektor-sektor vital seperti layanan kesehatan dan pendidikan. Keterbatasan
anggaran dapat mengakibatkan pemotongan dalam pengeluaran untuk fasilitas
kesehatan dan pendidikan, yang pada gilirannya dapat merusak akses masyarakat
terhadap layanan tersebut. Krisis ekonomi juga berdampak pada kesejahteraan
psikologis masyarakat. Masyarakat yang terus-menerus berjuang untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka mungkin mengalami tekanan mental dan emosional yang

11
signifikan. Kecemasan, depresi, dan stres dapat meningkat dalam situasi ekonomi
yang tidak stabil.
Menurut Siriwardhana (2014:3)
“The Sri Lankan civil conflict has had an enormous impact on the mental
health of the country's population, especially in the areas of Northern and
Eastern provinces.”
 Gangguan Sosial dan Konflik
Ketidakpastian ekonomi dan peningkatan ketidakpuasan dapat
menyebabkan gangguan sosial dan konflik di masyarakat. Protes, demonstrasi,
dan ketegangan sosial dapat meningkat, terutama jika pemerintah mengambil
langkah-langkah penghematan yang kontroversial.
 Ketergantungan Pada Bantuan Sosial
Masyarakat mungkin semakin tergantung pada bantuan sosial dan bantuan
pemerintah dalam situasi ekonomi yang sulit. Ini dapat mengakibatkan beban
tambahan pada anggaran negara dan menyulitkan perencanaan jangka panjang.
Dalam situasi krisis ekonomi dan ancaman kebangkrutan, sangat penting
bagi pemerintah dan pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat. Ini termasuk upaya untuk
mengurangi inflasi, mendukung lapangan kerja, menjaga akses terhadap layanan
dasar, dan memberikan dukungan sosial kepada mereka yang terdampak. Selain
itu, perlu adanya reformasi ekonomi yang mendasar untuk memulihkan stabilitas
ekonomi dan memastikan kesejahteraan jangka panjang bagi masyarakat Sri
Lanka.

2.4 Solusi Jangka Panjang Mengatasi Krisis Ekonomi dan Kebengkrutan Sri
Lanka
A. Pemerintah
Sri Lanka, menghadapi krisis ekonomi dan ancaman kebangkrutan, telah
mencari berbagai solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ekonomi yang
kompleks ini. Pemerintah Sri Lanka telah meluncurkan berbagai inisiatif dan
program untuk memulihkan stabilitas ekonomi dan memberikan pertumbuhan

12
yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa solusi jangka panjang yang sudah
diimplementasikan atau direncanakan oleh pemerintah Sri Lanka:
 Restrukturisasi Utang:
Salah satu langkah utama yang telah diambil adalah restrukturisasi utang luar
negeri. Sri Lanka telah berupaya bernegosiasi dengan kreditur internasional,
terutama China, untuk mendapatkan perpanjangan jangka waktu pembayaran dan
suku bunga yang lebih rendah. Ini membantu mengurangi tekanan pembayaran
utang yang segera dan memberikan waktu bagi negara ini untuk memulihkan
kestabilan ekonomi.
Restrukturisasi adalah proses mengubah cara pembayaran utang yang telah
jatuh tempo. Berdasarkan Adistriya (2020:181) terdapat beberapa metode
restrukturisasi yang dapat digunakan, yaitu:
a. Pembelian Kembali Utang (Debt Buy Back)
Dalam metode ini, debitur membeli kembali sebagian atau seluruh utang
yang telah jatuh tempo dengan harga yang disepakati bersama.
b. Pemotongan Utang (Haircut)
Dalam metode ini, sebagian utang dibebaskan atau dipotong, mengurangi
jumlah total utang yang harus dibayarkan.
c. Penjadwalan Kembali Utang (Rescheduling)
Penjadwalan ulang pembayaran utang yang melibatkan perubahan tanggal
jatuh tempo atau syarat-syarat pembayaran.
d. Konversi Utang menjadi Ekuitas (Debt Conversion):
Utang diubah menjadi ekuitas atau saham dalam mata uang lokal, biasanya
digunakan untuk mendukung proyek atau program tertentu. Skema konversi utang
(debt conversion) mulai berkembang pada awal 1980-an, terutama di Amerika
Latin, saat kelompok lingkungan (environmentalist/conservationist)
mendukungnya. Argumen utama adalah bahwa upaya negara-negara tersebut
untuk mengumpulkan devisa guna membayar utang luar negeri telah merusak
lingkungan dan sumber daya alam, terutama bagi negara-negara yang sangat
mengandalkan ekspor produk primer. Terkait mekanisme pelaksanaannya, skema
konversi utang dibedakan menjadi dua tipe yakni Konversi Langsung (Direct
Conversion) dan Konversi Tidak Langsung (Indirect Conversion).

13
 Diversifikasi Ekonomi:
Diversifikasi ialah usaha memperluas macam barang yang akan dijual dan
merupakan sebuah strategi perusahaan untuk menaikan penetrasi pasar
(Hermawan, 2015:143). Pemerintah Sri Lanka telah mengenalkan berbagai
program untuk diversifikasi ekonomi. Upaya ini melibatkan pengembangan
sektor-sektor baru seperti teknologi informasi, pertanian, dan manufaktur.
Diversifikasi ekonomi akan membantu mengurangi ketergantungan pada sektor-
sektor tertentu dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Hanya saja hingga saat ini Sri Lanka mendominasi bergantung pada sektor tekstil.
 Reformasi Fiskal dan Pajak
Sri Lanka telah meluncurkan reformasi fiskal untuk meningkatkan
pengelolaan anggaran dan meningkatkan pendapatan pajak. Pajak yang lebih
efisien dan penagihan pajak yang lebih ketat dapat membantu negara ini
mendapatkan sumber pendapatan yang lebih besar.
 Memperbaiki Iklim Bisnis
Untuk menarik investasi asing dan swasta, pemerintah telah berupaya
memperbaiki iklim bisnis. Ini mencakup upaya untuk mengurangi birokrasi,
meningkatkan perlindungan hukum, dan memudahkan proses bisnis.
 Perbaikan Infrastruktur
Investasi dalam infrastruktur telah menjadi fokus penting. Ini mencakup
pembangunan dan perbaikan jalan, pelabuhan, bandara, dan proyek infrastruktur
lainnya. Infrastruktur yang baik dapat meningkatkan konektivitas dan mendukung
pertumbuhan ekonomi.
 Peningkatan Pendidikan dan Keterampilan
Investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan telah dianggap
penting untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja Sri Lanka. Program
pelatihan yang efektif dan pendidikan yang berkualitas dapat membantu
menciptakan tenaga kerja yang lebih kompeten.Di Sri Lanka, sistem pendidikan
terbagi menjadi lima tingkatan, yaitu pendidikan dasar, menengah pertama,
menengah ke atas, kolegial, dan tingkat tercipta. Pendidikan dasar berlangsung
selama 5-6 tahun, mulai dari kelas 1 hingga kelas Setelah menyelesaikan periode
ini, para siswa memiliki pilihan untuk mengikuti ujian kelulusan nasional (ujian

14
beasiswa). Setelah pendidikan dasar, ada tingkat menengah pertama yang
berlangsung selama 4 tahun, dari kelas 6 hingga kelas 9, diikuti oleh 2 tahun di
tingkat menengah ke atas sebagai persiapan untuk mendapatkan Sertifikat
Pendidikan Umum Tingkat Biasa. Selain itu, Sri Lanka juga memiliki sistem
teknologi yang fokus pada outsourcing proses bisnis, pengembangan perangkat
lunak, layanan TI, dan pendidikan TI.
 Kemitraan Internasional:
Pemerintah Sri Lanka telah mencari dukungan dari mitra internasional dan
lembaga-lembaga seperti IMF untuk mendapatkan bantuan finansial dan teknis.
Kemitraan ini dapat membantu dalam mengatasi masalah ekonomi yang kompleks.
 Pengurangan Pengeluaran Publik yang Tidak Efisien:
Reformasi sektor publik dan pengurangan pengeluaran yang tidak efisien
telah menjadi prioritas. Hal ini mencakup evaluasi program-program subsidi yang
mahal dan restrukturisasi lembaga-lembaga pemerintah untuk meningkatkan
efisiensi.
 Pengelolaan Sumber Daya Alam:
Sri Lanka telah mencoba untuk lebih efisien dalam pengelolaan sumber
daya alamnya, termasuk tambang mineral dan pengembangan sektor pertanian.
Pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dapat memberikan sumber
pendapatan yang stabil.
Solusi jangka panjang ini adalah upaya pemerintah Sri Lanka untuk
mengatasi krisis ekonomi dan membangun fondasi yang lebih kuat untuk
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, pencapaian tujuan ini akan
memerlukan waktu dan komitmen yang kuat, serta kerjasama dengan berbagai
pemangku kepentingan dalam negeri dan internasional.
B. Solusi/ Inovasi Baru
1. Promosi Ekspor
Memperkuat sektor ekspor adalah langkah penting untuk menghasilkan
pendapatan asing yang lebih besar. Dukungan kepada produsen lokal untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing produk ekspor, serta diversifikasi pasar
ekspor, harus menjadi prioritas.
2. Pendidikan dan Keterampilan

15
Investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan adalah investasi
jangka panjang yang penting. Memiliki tenaga kerja yang terampil dan berkualitas
akan mendukung pertumbuhan sektor-sektor yang lebih maju.
3. Konsensus Politik
Pemerintah harus mencari konsensus politik untuk merancang dan
melaksanakan rencana pemulihan ekonomi. Ini akan menciptakan stabilitas politik
yang diperlukan untuk menarik investasi dan mendukung reformasi ekonomi.
4. Transparansi dan Akuntabilitas
Memastikan transparansi dalam pengelolaan dana publik dan menegakkan
aturan hukum adalah kunci untuk menghindari korupsi dan pemborosan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sri Lanka sebelum mengalami krisis ekonomi dan ancaman kebangkrutan,
serta berbagai tantangan yang dihadapi oleh negara tersebut. Faktor-faktor seperti
utang luar negeri yang tinggi, ketidakstabilan politik, pengaruh Perang Saudara
Sri Lanka, dan dampak pandemi COVID-19 semuanya telah berkontribusi pada
situasi krisis tersebut. Dampak dari krisis ini sangat dirasakan oleh masyarakat Sri
Lanka melalui peningkatan biaya hidup, pengangguran, dan keterbatasan akses
terhadap layanan dasar.
Pemerintah Sri Lanka telah mengambil berbagai tindakan jangka panjang
untuk mengatasi masalah ini, termasuk restrukturisasi utang, diversifikasi
ekonomi, reformasi fiskal, dan upaya meningkatkan iklim bisnis. Solusi tambahan
seperti promosi ekspor, investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan,
pencarian konsensus politik, dan peningkatan transparansi dan akuntabilitas juga
dapat membantu mengatasi krisis tersebut. Semua upaya ini bertujuan untuk
memulihkan stabilitas ekonomi, meningkatkan pertumbuhan yang berkelanjutan,
dan memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat Sri Lanka.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditriya, Ayu. 2020. UPAYA PENYELESAIAN UTANG LUAR NEGERI
SRI LANKA TERHADAP CINA DALAM KERJASAMA PEMBANGUNAN
PELABUHAN HAMBANTOTA. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Vol. 8,
No. 1 , 2020.
2. Awaly, Athariq Dwi. 2023. PINJAMAN DANA DARI TIONGKOK KE SRI
LANKA UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN HAMBANTOTA DI SRI
LANKA. JOM FISIP Vol. 10 : Edisi I Juli – Desember 2023
3. Algifari, Teuku M.F. 2018. ANALISIS KETERGANTUNGAN SRI LANKA
PADA INVESTASI ASING REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK DALAM
MENDORONG KONSESI PELABUHAN HAMBANTOTA TAHUN 2007-
2017. Skripsi. Universitas Brawijaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik.
4. Hermawan, Lucius. 2015. DILEMA DIVERSIFIKASI PRODUK:
MENINGKATKAN PENDAPATAN ATAU MENIMBULKAN
KANIBALISME PRODUK?. Jurnal Studi Manajemen, Vol. 9, No. 2, Oktober
2015
5. https://www.ceicdata.com/id/indicator/sri-lanka/unemployment
rate#:~:text=Tingkat%20Pengangguran%20Sri%2DLanka%20dilaporkan,%2D06
%2C%20dengan%2072%20observasi.
6. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/05/krisis-ekonomi-harga-
beras-di-sri-lanka-rp41-ribu-per-kg
7. Siriwardhana, Chesmal dkk. 2014. Conflict, forced displacement and health in
Sri Lanka: a review of the research landscape. Konflik Kesehatan 8 , 22 (2014).

18

Anda mungkin juga menyukai