Anda di halaman 1dari 74

I.

PENDAHULUAN
A. Umum

Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan didasarkan atas Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
Besarnya NJOP atas tanah dan bangunan sebagai objek pajak, ditentukan berdasarkan luas
objek pajak serta nilai jual objek pajak per meter persegi. Besarnya nilai jual objek pajak per
meter persegi tanah ditentukan berdasarkan letak atau lokasinya. Sedangkan untuk
menentukan nilai jual per meter persegi bangunan dihitung berdasarkan komponen utama,
komponen material serta fasilitas bangunan.

Untuk memudahkan pelaksanaan pengenaan PBB dan memberikan pelayanan prima kepada
wajib pajak berkaitan dengan hak dan kewajiban PBB, maka diperlukan suatu basis data objek
dan subjek PBB. Tanah dan atau bangunan sebagai objek PBB mempunyai sifat yang immobile
artinya bersifat tetap atau tidak dapat berpindah ataupun dipindahkan. Hal ini memungkinkan
bahwa pembentukan basis data PBB dapat dilakukan berbasiskan pada bumi/tanah. Basis data
PBB terdiri dari basis data grafis (peta) dan basis data alfa numerik. Basis data grafis dapat
dipakai untuk menentukan luas serta lokasi relatif bidang objek pajak. Dan basis data alfa
numerik berisikan data identitas subjek/wajib dan objek pajak, material dan fasilitas bangunan,
serta data pendukung lainnya.

Subjek pajak, dalam rangka pembentukan basis data, wajib mendaftarkan objek pajaknya.
Namun kondisi masyarakat sebagai subjek pajak PBB belum memungkinkan untuk
mendaftarkan sendiri objek pajaknya, sehingga dibutuhkan peran aktif kantor pelayanan pajak.

Pembentukan basis data grafis dapat dilakukan dengan pemetaan atas seluruh wilayah kerja
kantor pelayanan pajak. Pemetaan wilayah kerja dilakukan dalam satuan wilayah administrasi
pemerintahan dengan satuan terkecil adalah wilayah administrasi desa/kelurahan yang disebut
sebagai peta desa/kelurahan. Peta sebagai hasil kegiatan pemetaan dilengkapi dengan batas-
batas administrasi pemerintahan. Peta desa/kelurahan dibagi menjadi beberapa blok yang
dilekapi dengan batas-batas blok. Selanjutnya untuk dapat menentukan posisi relatif serta luas
tiap-tiap objek, masing-masing bidang objek pajak pada tiap-tiap blok dilakukan pengukuran
dan penggambaran peta blok. Setiap bidang objek pajak diberikan identitas yang disebut
Nomor Objek Pajak (NOP).

Pembentukan basis data alfa numerik dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang
diperlukan dan menuangkannya kedalam formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
dan Lampiran SPOP (LSPOP). SPOP dan LSPOP diisi dan ditandatangani oleh subjek pajak
atau kuasanya dan diserahkan kepada petugas pada saat dilakukan pendaftaran atau
pendataan objek pajak. Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan bersamaan dengan
pengukuran bidang objek pajak.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 1


Untuk mendapatkan basis data yang up to date perlu dilakukan pemeliharaan atau
pemutakhiran data secara berkesinambungan. Pemeliharaan basis data dapat dilakukan secara
pasif yaitu berdasarkan laporan dari subjek pajak maupun secara aktif yaitu dengan melakukan
verifikasi ke lapangan.

Pendataan dan pemetaan objek pajak dilakukan dalam rangka pembentukan basis data PBB,
sehingga tercipta suatu basis data yang akurat dan up to date. Pembentukan basis data PBB
adalah seluruh rangkaian kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi dan
menatausahakan data objek dan subjek PBB. Kegiatan Pendataan dan pemetaan meliputi
kegiatan pemetaan, pengukuran bidang objek pajak, pemberian identitas objek pajak,
pendaftaran objek pajak, pendataan objek dan subjek pajak, pemutahiran data objek dan subjek
pajak.

Modul pendataan dan pemetaan ini membahas tentang pemetaan wilayah, pengukuran bidang
objek pajak, pemberian identitas objek pajak, tata cara pendaftaran dan pendataan objek dan
subjek pajak, serta pemutakhiran data objek dan subjek pajak. Disamping itu juga akan
dijelaskan pihak yang terlibat dalam setiap kegiatan tersebut, sarana yang dipakai, serta hasil
akhir yang diharapkan.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mengikuti pembelajaran dalam modul pendataan dan pemetaan ini, diharapkan
peserta didik dapat mengerti, memahami, menjelaskan kembali serta yang terpenting adalah
dapat melaksanakan pembentukan dan pemeliharaan basis data PBB sesuai dengan aturan
dan tata cara yang telah ditentukan.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 2


II. KEGIATAN BELAJAR

1. PEMETAAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami jenis peta PBB, tata cara, sarana, dan proses pemetaan serta mampu
melaksanakan pemetaan dan penggambaran peta.

A. Definisi

Pemetaan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk menghasilkan peta. Sedangkan
peta adalah suatu representasi (miniatur) dari unsur-unsur fisik (alamiah dan buatan) dari
sebagian atau keseluruhan permukaan bumi di atas media bidang datar dengan skala dan
sistem proyeksi tertentu.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peta memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Merupakan reprensentasi atau gambaran unsur-unsur fisik dari sebagian atau
keseluruhan permukaan bumi.
 Digambar diatas bidang datar dengan proyeksi tertentu artinya pengukuran permukaan
bumi yang sebenarnya melengkung dengan suatu prosedur matematis tertentu sehingga
memungkinkan digambar pada bidang datar.
 Mempunyai skala (perbandingan antara jarak dipeta dengan jarak sebenarnya
dipermukaan bumi) tertentu.
Suatu peta idealnya harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut :
 Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
 Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan
besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi.
 Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
 Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
Pemetaan PBB adalah kegiatan untuk pembuatan peta PBB yang dipakai dalam rangka
pengelolaan PBB.

Peta PBB dibuat sesuai dengan kebutuhan PBB, dalam arti hanya memuat detil-detil, simbol,
atribut dan ketentuan lainnya yang bermanfaat untuk kepentingan administrasi PBB.

Detil-detil yang digambarkan dalam pemetaan PBB adalah :

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 3


 Batas wilayah terdiri dari batas-batas administrasi. Dalam peta desa/kelurahan detil batas
berupa batas desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan/atau batas provinsi.
 Batas blok, sebagai zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak, dapat
berupa batas alam dan/atau batas buatan manusia yang bersifat permanen seperti jalan,
selokan, sungai, rel kereta, dan sebagainya.
 Unsur-unsur perairan yang perlu digambarkan dalam peta desa/kelurahan dan kerangka
peta blok misalnya adalah sungai, waduk, danau, dan lain-lain.
 Unsur jalan berupa jalan tol, jalan raya, jalan kereta api/rel, jalan lingkungan, jalan
setapak, dan lain-lain.
 Batas bidang tanah dan bangunan objek pajak.
 Simbol atau landmark.

B. Cara Pemetaan

Secara umum pemetaan dapat dilaksanakan dengan 3 (tiga) cara yaitu pengukuran teristris,
pengukuran ekstra teristris, dan pemetaan dengan memanfaatkan peta rupa bumi
BAKOSURTANAL. Untuk kepentingan pemetaan PBB, terutama untuk menghasilkan peta blok
analog (hardcopy), paling sering digunakan cara pengukuran teristris, yang dilkakukan dengan
alat ukur roll meter (meteran). Sedangkan pengukuran ekstra teristris dan pemanfaatan peta
rupa bumi Bakosurtanal sering dipergunakan untuk menghasilkan peta desa/kelurahan dan
peta wilayah digital (softcopy). Dalam modul ini akan lebih banyak menyampaikan cara
pengukuran teristris dengan hasil peta analog (hardcopy).

1) Pengukuran Teristris
Salah satu cara yang digunakan dalam pembentukan peta PBB adalah melalui pengukuran
teristris. Pengukuran teristris adalah penentuan posisi titik-titik di permukaan bumi dengan
pengukuran jarak, sudut, atau kombinasi keduanya dengan alat yang berpangkal di tanah.
Pengukuran terestris terdiri dari penentuan posisi horisontal dan penentuan posisi vertikal.
a. Penentuan Posisi Horisontal
Posisi horisontal disini merupakan posisi dua dimensi dari suatu objek di permukaan bumi yang
diproyeksikan pada bidang datar. Metode atau teknik yang dapat digunakan adalah :
i. Pengukuran Poligon, yaitu penentuan posisi horizontal beberapa titik dengan cara
menghubungkan satu sama lainnya dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian poligon. Metode pengukuran poligon sebagai berikut:
 Pengukuran Poligon Tertutup.
Pengukuran diawali dan diakhiri pada satu titik dasar teknik yang sama yang telah
diketahui koordinatnya (membentuk loop). Selain itu, teknik ini mensyaratkan
tersedianya dua titik dasar teknik sebagai titik ikat.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 4


Gambar 1.1. Pengukuran Poligon Tertutup

 Pengukuran Poligon Terbuka Terikat Sempurna.


Pengukuran diikatkan pada dua titik yang saling terlihat diawal jaringan dan dua titik
yang saling terlihat di akhir jaringan.

Gambar 1. 2. Pengukuran Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 5


 Pengukuran Poligon Terbuka Terikat Tidak Sempurna.
Pengukuran diikatkan pada masing-masing satu titik diawal dan diakhir jaringan.
Gambar 1.3. Pengukuran Poligon Terbuka Terikat Tidak Sempurna

ii. Pengukuran Triangulasi.


Metode triangulasi adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal beberapa titik dengan
cara menghubungkan satu sama lainnya dengan pengukuran sudut sehingga membentuk
rangkaian segitiga atau jaring segitiga.

Gambar 1.4. Pengukuran Triangulasi

iii. Pengukuran Trilaterasi.


Metode triangulasi adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal beberapa titik dengan
cara menghubungkan satu sama lainnya dengan pengukuran jarak sehingga membentuk
rangkaian segitiga atau jaring segitiga.

Gambar 1.5. Pengukuran Trilaterasi

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 6


iv. Pengukuran Triangulaterasi.
Konsep pengukuran ini identik dengan pengukuran secara triangulasi dan trilaterasi dengan
cara pembentukan jaringan segitiga. Metode triangulaterasi adalah salah satu cara
penentuan posisi horizontal beberapa titik dengan cara menghubungkan satu sama lainnya
dengan pengukuran jarak dan sudut sehingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring
segitiga.

Gambar 1.6. Pengukuran Triangulaterasi

Dari berbagai metode pengukuran di atas, metode yang paling populer dan banyak digunakan
adalah metode pengukuran poligon.

b. Penentuan Posisi Vertikal


i. Differential Leveling
Penentuan posisi vertikal dengan metode differential leveling dilakukan dengan alat sipat
datar.
Gambar 1.7. Differential Leveling

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 7


ii. Trigonometric Leveling
Alat yang digunakan untuk penentuan posisi vertikal dengan metode trigonometric leveling
adalah theodolit.

Gambar 1.8. Trigonometric Leveling

2) Pengukuran Ekstra Teristris

Pada metode ekstra terestris adalah penentuan posisi dengan alat yang tidak berpangkal di
tanah melainkan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik
maupun satelit).
Penentuan posisi dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap benda atau objek di angkasa
seperti bintang, bulan, quasar dan satelit buatan manusia. Ataupun dilakukan dengan foto
udara dan citra satelit. Beberapa contoh penentuan posisi ekstra terestris adalah sebagai
berikut :
 Astronomi geodesi
 Transit Dopler
 Global Positioning Sistem (GPS)
 Citra Satelit

3) Pemetaan dengan Memanfaatkan Peta Rupa Bumi BAKOSURTANAL

Peta rupabumi adalah peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota,
jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung pada bidang datar
dengan skala dan proyeksi tertentu. Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan
Peta Rupabumi Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional disingkat

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 8


BAKOSURTANAL. Peta rupabumi memiliki sistem proyeksi Universal Tranverse Mercator
(UTM) dengan ellipsoid referensi WGS’84 sehingga dapat langsung dimanfaatkan sebagai
bahan dalam pembentukan peta PBB.

Ada beberapa skala peta rupabumi yang dimiliki Bakosurtanal yaitu skala 1:10.000, 1:25.000,
1:50.000, dan 1:250.000. Dalam pembentukan peta desa/kelurahan untuk kepentingan PBB
peta yang dapat dimanfaatkan adalah dengan skala 1:10.000 dan 1:25.000.
Peta rupabumi Bakosurtanal terdiri dari tujuh layer utama yaitu :
 Layer Hidrologi (termasuk garis pantai)
 Layer Jaringan Jalan
 Layer Toponimi
 Layer Batas Administrasi (sampai dengan batas kelurahan)
 Layer Gedung dan Bangunan (pemukiman)
 Layer Vegetasi
 Layer Kontur

C. Spesifikasi Peta PBB

Peta PBB dibuat dalam format Digital (Softcopy) dan Analog (Hardcopy). Dalam modul ini
hanya menjelaskan mengenai peta analog (hard copy) sedangkan untuk peta digital (soft copy)
akan lebih banyak diulas dalam modul Sistem Informasi Geografis (SIG) PBB.

Spesifikasi peta analog PBB adalah sebagai berikut :

1) Layout (cetakan) peta dan ukuran kertas :


Peta desa/kelurahan digambar diatas kerta berukuran 110 cm x 80 cm, dengan muka peta
berukuran 85 cm x 70 cm dan digambarkan diatas kertas berukuran 1189 mm x 841 mm.
Peta ZNT memiliki layout yang sama dengan peta desa/kelurahan yaitu menggunakan kertas
dengan ukuran A0
Peta blok,digambar diatas kerta berukuran 55 x 62,5 cm dan ukuran dalam 50 x 50 cm dan
menggunakan ukuran kertas A1.
Keterangan muka peta PBB terdiri dari :
a) Judul peta;
b) Grid dan informasi koordinat peta;
c) Keterangan pembuat peta;
d) Indeks dan keterangan peta;
e) Arah utara dan skala peta;
f) Legenda peta;
g) Keterangan lokasi peta.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 9


Kecuali judul peta serta informasi grid dan koordinat peta, keterangan tepi peta diletakkan di
bagian bawah lembar peta dengan komposisi sebagaimana gambar berikut :

Gambar 1.9.
Ukuran Lembar dan Keterangan Tepi Peta
2,5 CM 2,5 CM KOORDINAT X 70 CM 2,5 CM 2,5 CM

2,5 CM
x1 x2 PETA DESA/KELURAHAN ............................................ x8 2,5 CM
y10

10 CM

10 CM
10 CM 1 CM

1 CM
10 CM 10 CM

KOORDINAT Y
10 CM

85 CM

10 CM

10 CM

10 CM 5 CM 5 CM
y1
1,5 CM

INDEKS ARAH
KETERANGAN DAN LEGENDA KETERANGAN
UTARA DAN 13,5 CM
PEMBUAT PETA KETERANGAN PETA LOKASI PETA
SKALA
PETA PETA

2,5 CM
2,5 CM

2,5 CM 2,5 CM 15 CM 15 CM 10 CM 15 CM 15 CM 2,5 CM 2,5 CM

 Judul Peta ditulis lengkap di bagian atas tengah lembar peta dengan huruf besar (kapital),
Contoh : PETA DESA GEDANGREJO, PETA KELURAHAN GONDOKUSUMAN.
 Grid dan Informasi Koordinat Peta. Grid peta digambarkan dengan tanda silang (+)
dengan jarak antar grid sebesar 10 cm pada muka peta, kecuali besarnya jarak antara

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 10


grid terbawah dengan garis bawah muka peta sebesar 5 cm. Panjang/tinggi masing-
masing grid adalah 1 cm. Informasi koordinat X grid dituliskan di bagian atas dan bawah
muka peta, di atas/bawah kolom grid yang bersangkutan. Informasi koordinat Y grid
dituliskan di samping muka peta, di samping kanan/kiri baris grid yang bersangkutan.
 Keterangan Pembuat Peta, memuat berbagai keterangan mengenai tahun pengukuran,
tahun pembuatan, petugas penggambar dan pemeriksa peta, serta petugas yang
mengesahkan peta tersebut. Susunan keterangan-keterangan tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 1.10.Keterangan Pembuat Peta

TAHUN DIUKUR 20........................................................... 1,5 CM

20........................................................... 1,5 CM
TAHUN DIGAMBAR

DIGAMBAR 3,5 CM

...........................................................
NIP. ..........................................

DIPERIKSA 3,5 CM
...........................................................
NIP. ..........................................

a.n. KEPALA KP PBB/KPP Pratama


......................................................................
DISETUJUI 3,5 CM

...........................................................
NIP. ..........................................

5,5 CM 9,5 CM

 Indeks dan Keterangan Peta, memuat berbagai keterangan mengenai :


o Posisi relatif desa/kelurahan yang dipetakan dalam suatu lingkup kecamatan. Posisi
relatif ini digambarkan dalam panel peta indeks daerah yang dipetakan. Daerah yang
dipetakan dibedakan dengan memberikan bingkai persegi panjang identik dengan
muka peta yang diisi dengan arsiran warna merah atau memberikan blok warna yang
berbeda pada daerah yang dipetakan;
o Sistem proyeksi peta atau sistem koordinat yang digunakan.
o Posisi daerah atau desa/kelurahan yang dipetakan menurut sistem proyeksi yang
digunakan;
o Sumber dan skala peta, serta tahun pembuatan peta sumber.

Peletakkan dan penulisan Indeks dan Keterangan Peta ditunjukkan pada gambar berikut :

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 11


Gambar 1.11. Indeks dan Keterangan Peta

PETA INDEKS/PETUNJUK LOKASI 2 CM


DAERAH YANG DIPETAKAN

KEL. A

KEL. D
KEL. B

KEL. E 7,5 CM

Panel KEL. C
Panel
Keteran KEL. F
Arah

DAERAH YANG DIPETAKAN 0,5 CM

1 CM 1,5 CM 8,5 CM

Sistem proyeksi : UTM WGS 84


Zone : 49 S
Sumber peta : Peta topografi AD skala 1 : 5.000 tahun 2000

 Arah Utara dan Skala Peta, arah utara adalah arah vertikal tegak lurus ke atas peta dan
dilambangkan dengan simbol tertentu. Skala peta dinyatakan dalam dua cara penulisan
yaitu berupa skala angka dan skala batang. Simbol arah utara, penulisan contoh skala
angka dan batang dapat sebagaimana gambar berikut :
Gambar 1.12. Arah Utara dan Skala

S K A L A 1 : 5.00 0

0 1 2 4 6 CM

0 50 1 00 2 00 3 00 M

 Keterangan lokasi peta, memuat berbagai informasi lokasi/nama desa/kelurahan yang


dipetakan serta keterangan lainnya sebagaimana gambar berikut :
Gambar 1.13. Keterangan Lokasi

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 12


D E P A R T E M E N K E U A N G A N R .I.
D IR E K T O R A T J E N D E R A L P A J A K 4 ,5 C M

K P P B B . ....... ...... ......... ...... ....... ....


D A N A R A
R A KC
G A A
N A

1 ,5 C M
K A B /K O T A

KECAMATAN 1 ,5 C M

D E S A /K E L 1 ,5 C M

K O D E W IL A Y A H 1 ,5 C M

NOM O R LEM BAR 1 ,5 C M

1 ,5 C M
JU M LA H LE M B A R

5 ,5 C M 9 ,5 C M

2) Legenda peta
Legenda peta, merupakan keterangan dari simbol-simbol yang digunakan atau mungkin
digunakan untuk menggambarkan karakteristik (feature) alam atau buatan manusia di dalam
peta yang dibuat. Dengan memperhatikan keterbatasan ruang yang tersedia, legenda dapat
ditulis dalam dua kolom.

Simbol adalah tanda-tanda menurut perjanjian yang digunakan untuk menyatakan obyek-obyek
tertentu. Simbol digunakan untuk menggambarkan obyek-obyek yang terlalu kecil jika
digambarkan dengan menggunakan peta, atau untuk menyampaikan informasi mengenai detil
obyek-obyek tertentu. Selain dengan penggambaran simbol, penyampaian informasi di atas
juga dapat dikombinasikan dengan pewarnaan obyek atau simbol itu sendiri.
 Batas Administrasi

SIMBOL KETERANGAN PENGGAMBARAN


+-+-+-+-+ Batas Propinsi Garis positif – garis – positif
warna hitam
++++++++ Batas Kota/Kabupaten Garis positif warna hitam
Batas Kecamatan Garis putus-putus warna hitam
Batas Desa/Kelurahan Garis penuh warna hijau
Batas Blok Garis-titik-garis warna biru

 Unsur Perairan

SIMBOL KETERANGAN PENGGAMBARAN


Sungai Garis penuh sejajar warna biru,
dengan penunjuk arah aliran di
Saluran Irigasi
antaranya
Kanal

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 13


Danau/Rawa/Empang/ Simbol area warna biru
Jembatan/Bendungan Simbol warna merah

 Titik-Titik Dasar Teknik

SIMBOL KETERANGAN PENGGAMBARAN


 Orde 0 Simbol warna hitam
 Orde 1 Simbol warna hitam
 Orde 2 Simbol warna hitam
 Orde 3 Simbol warna hitam
 Orde 4 Simbol warna hitam
 Orde Perapatan Simbol warna hitam
 Titik Ikat Lokal Simbol warna hitam

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 14


 Jalan

SIMBOL KETERANGAN PENGGAMBARAN


Jalan Tol
Dua garis penuh sejajar warna
Jalan Raya merah
Jalan Lingkungan
Rel KA/Lori Simbol rel KA warna hitam putih
 Bangunan Khusus

SIMBOL KETERANGAN PENGGAMBARAN


 Kantor Pemerintah Simbol warna hitam
 Masjid Simbol warna hitam
 Gereja Simbol warna hitam
 Pura/Kelenteng/Candi Simbol warna hitam
 Sekolah Simbol warna hitam
 Kuburan Simbol warna hitam
 Jalur listrik teg. tinggi Simbol warna hitam
 Bandara Simbol warna hitam
 Stasiun Simbol warna hitam
 Terminal Simbol warna hitam
 RS/Puskesmas Simbol warna hitam
 Pelabuhan Simbol warna hitam
 Lapangan OR/Stadion Simbol warna hitam

D. Jenis Peta PBB

Peta yang dibuat dan digunakan dalam administrasi PBB ada berbagai jenis, yaitu :

i. Peta Desa/Kelurahan yaitu peta yang menggambarkan wilayah suatu


desa/kelurahan beserta letak dan bentuk masing-masing blok dilengkapi dengan
nomor blok, luas setiap blok, simbol, dan atribut lainnya. Peta desa/kelurahan
dibuat atau dicetak dengan skala 1 : 5.000 untuk wilayah pedesaan atau skala
1 : 2.500 untuk wilayah perkotaan. Kegunaan peta desa/kelurahan adalah untuk
mengetahui letak relatif suatu blok dalam suatu desa/kelurahan dan sebagai
bahan dalam penyusunan rencana pendataan, penilaian, atau kegiatan
adminstrasi PBB lainnya. Gambar 1.14 berikut adalah contoh tampilan atau
cetakan peta desa/kelurahan.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 15


Gambar : 1.14. Peta Desa/Kelurahan

ii. Peta Blok yaitu peta yang menggambarkan sekelompok objek pajak (tanah dan
atau bangunan) beserta Nomor Objek Pajak masing-masing. Peta ini dibuat
dengan skala 1 : 1.000 atau 1 : 2.500 untuk sektor pedesaan dan skala 1 : 1.000
atau skala yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan untuk daerah perkotaan.
Kegunaan peta blok adalah untuk mengetahui letak relatif suatu objek pajak dalam
suatu blok di suatu desa/kelurahan. Gambar 1.15 berikut adalah contoh tampilan
atau cetakan peta blok.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 16


Gambar 1.15. Peta Blok

iii. Peta Zona Nilai Tanah (ZNT) yaitu peta yang memuat himpunan kelompok bidang
tanah atau areal tanah yang mempunyai nilai indikasi rata-rata yang sama dalam
suatu blok (peta ZNT blok) atau desa/kelurahan (peta ZNT desa/kelurahan). Peta
ini dibuat dengan skala yang sama dengan peta desa/kelurahan. Peta ZNT dibuat
untuk dapat membedakan ZNT yang satu dengan yang lainnya dengan melihat

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 17


pada warna atau kode zonanya. Gambar 1.16. berikut adalah contoh tampilan
atau cetakan peta ZNT.

Gambar 1.16. Peta ZNT

E. Penyimpanan Peta PBB

Peta garis PBB diperoleh dari hasil penggambaran manual di atas drafting film atau HVS dan
dari hasil pencetakan peta digital peta-peta SIG pada lembaran kertas HVS. Oleh karena
media kertas yang berbeda tersebut, maka perlakuan penyimpanannya pun agak sedikit
berbeda namun dengan tetap memperhatikan prinsip utama dalam penyimpanan peta
berikut ini :

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 18


1. Peta disimpan di dalam tempat/lemari peta yang khusus untuk menyimpan peta;
2. Tempat penyimpanan peta harus merupakan tempat yang bersih dan kering, tidak
terkena sinar matahari secara langsung, dan tidak lembab/basah;
3. Peta tidak boleh disimpan dalam kondisi dilipat atau digulung,
4. Peta-peta yang disimpan tersebut dibuatkan BUKU PENJAGAAN untuk mengetahui jenis
dan jumlah lembar peta yang ada.
Berikut adalah contoh penyimpanan peta menggunakan lemari khusus penyimpanan
peta.

Gambar 1.17.
Lemari Penyimpanan Peta

2. PENGUKURAN BIDANG OBJEK PAJAK


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami tata cara, sarana, dan proses pengukuran bidang objek pajak serta
mampu melaksanakan pengukuran dan penggambaran peta blok.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 19


A. Definisi
Pengukuran bidang objek pajak adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengenaan PBB
dengan cara mengukur setiap bidang objek pajak yang terdiri dari tanah dan atau bangunan,
serta menuangkannya dalam bentuk peta blok.
Sedangkan yang dimaksud dengan bidang objek pajak adalah tanah dan atau bangunan yang
dibatasi oleh sisi-sisi atau batas-batas tanah dan atau bangunan atau batas alam dan atau
batas buatan lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh subjek pajak.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan pengukuran bidang objek pajak antara lain adalah untuk :
 Mengetahui luas masing-masing bidang objek pajak
 Mengetahui letak relatif tiap-tiap bidang objek pajak
 Membuat peta blok
 Mempermudah melakukan pengawasan kewajiban perpajakan wajib pajak
 Membantu petugas dalam penyampaian SPPT

C. Pelaksanaan Pengukuran Bidang Objek Pajak


Pengukuran bidang objek pajak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
 Pengukuran dengan pita ukur
 Pengukuran dengan pesawat ukur

Dalam modul ini hanya akan dibahas pengukuran dengan pita ukur mengingat rata-rata bidang
objek pajak untuk sektor perkotaan dan pedesaan tidaklah terlalu luas serta mempunyai bentuk
yang beraturan.
Ketentuan umum yang berlaku untuk pengukuran bidang objek pajak adalah sebagai berikut :
 Sebelum pelaksanaan pengukuran bidang objek pajak harus disiapkan kerangka blok
dengan batas-batas tiap-tiap blok yang diproleh dari peta desa/kelurahan
 Skala peta blok untuk wilayah perkotaan adalah 1 : 1000 atau 1:500, sedangkan untuk
wilayah pedesaan adalah 1:1000 atau 1:2500
 Dalam rangka pembentukan basis data, pengukuran bidang objek pajak harus
dilaksanakan secara keseluruhan dalam satuan desa/kelurahan termasuk objek pajak
yang tidak dikenakan PBB seperti tempat ibadah, kuburan, kantor pemerintah dll.
 Dalam rangka pemutakhiran data, pengukuran bidang objek pajak dilakukan hanya untuk
objek pajak yang mengalami perubahan
 Pengukuran bidang objek pajak dilakukan blok demi blok dengan hasil berupa peta blok
dan masing-masing bidang objek pajak diberikan NOP, sesuai tatacara pemberian NOP.
Bila diperlukan setiap bidang objek pajak dapat ditempelkan stiker yang menunjukkan
NOP masing-masing bidang objek pajak tersebut.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 20


 Pengukuran bidang objek pajak dilaksanakan dengan cara mengukur tiap-tiap sisi bidang
objek pajak, menggambarkanya, dan mencatat ukuran tiap-tiap sisi pada peta kerja
 Penentuan sisi bidang objek pajak ditentukan berdasarkan penunjukan oleh subjek pajak
atau kuasanya
 Pada saat dilaksanakan pengukuran hendaknya dilakukan penyampaian SPOP dan
LSPOP
 Ukuran yang dipakai untuk perhitungan luas bidang objek pajak adalah sesuai jarak pada
bidang datar (jarak proyeksi)
 Dalam hal subjek pajak memiliki data yang menunjukkan luas bidang objek pajak seperti
sertifikat, IMB atau bukti yang sah lainnya, maka data luas tersebut dapat digunakan
untuk pengisian SPOP dan LSPOP
 Koreksi luas yang diperkenankan antara luas baku blok dengan jumlah luas seluruh
bidang objek pajak hasil pengukuran adalah kurang lebih 2%
 Standar prestasi petugas rata-rata per hari dalam pelaksanaan pengukuran bidang objek
pajak untuk wilayah perkotaan adalah 20 bidang, sedangkan untuk perdesaan adalah 15
bidang

D. Tahapan Pelaksanaan Pengukuran Bidang Objek Pajak


i. Persiapan
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengukuran bidang objek pajak,
antara lain :
 Peta desa/ kelurahan dan peta ZNT
 Kerangka blok sebagai peta kerja dengan skala yang telah ditentukan
 Formulir SPOP dan LSPOP
 Alat ukur (pita ukur/meteran atau disto meter dan kompas)
 Alat tulis (pensil, penggaris, busur derajat, penghapus dll)
 Kertas peta (kalkir) dll
ii. Penyusunan Rencana Kerja dan Pembentukan Tim
(a) Penelitian Pendahuluan
Kegiatan ini diperlukan untuk mengumpulkan data dan informasi awal berkaitan dengan
wilayah desa/kelurahan yang akan dilakukan pengukuran. Data yang dikumpulkan
mencakup sekurang-kurangnya : luas wilayah, perkiraan luas yang dapat dikenakan PBB,
jumlah bangunan, jumlah penduduk, harga pasar tanah tertinggi dan terendah, harga
bahan material bangunan yang berlaku, standar upah tukang bangunan, data-data
pengenaan PBB sebelumnya dll.
(b) Penyusunan Rencana Kerja
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian pendahuluan dipakai sebagai
dasar untuk penyusunan rencana kerja. Rencana kerja yang disusun paling tidak
mencakup hal-hal sebagai berikut :

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 21


 Sasaran dan volume kegiatan
 Standar prestasi petugas
 Jadwal pelaksanaan
 Organisasi dan tim pelaksana
 Biaya yang dibutuhkan
 Hasil akhir

(c) Pembentukan Tim Pelaksana Pengukuran


Satu tim untuk melaksanakan kegitan pengukuran bidang objek pajak paling tidak terdiri
dari :
 1 (satu) orang petugas teknis
 1 (satu) orang pembantu petugas untuk menarik pita ukur/meteran
 1 (satu) orang pendamping, diutamakan dari pihak desa/kelurahan
 Petugas penggambar peta (jumlahnya sesuai kebutuhan)
iii. Koordinasi dan Penyuluhan
Untuk kelancaran pelaksanaan pengukuran bidang objek pajak diperlukan koordinasi
dengan pihak terkait seperti BPN atau kantor pertanahan daerah, dinas pekerjaan umum,
desa/kelurahan dll.
Penyuluhan dilakukan terhadap masyarakat atau perwakilan masyarakat di
desa/kelurahan yang akan dilakukan pengukuran sehingga mereka mengetahui rencana
kegiatan tersebut, manfaat yang akan diterima, dan mempersiapkan data-data pendukung
yang diperlukan serta batas sisi bidang objek pajaknya.
iv. Pekerjaan Lapangan
 Sebelum pelaksanaan pengkuran bidang objek pajak petugas harus melakukan
pencocokan batas blok yang tergambar pada peta kerja dengan keadaan dilapangan.
Selain batas blok juga harus dilakukan pencocokan batas wilayah administrasi
pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi). Untuk
menentukan batas administrasi pemerintahan hendaknya selalu diketahui oleh masing-
masing kepala wilayah yang berbatasan. Apabila ada perbedaan langsung dilakukan
penyesuaian
 Berdasarkan kerangka peta blok/peta kerja pengkuran dimulai dari bidang objek pajak
yang terletak di barat daya (pojok antara utara dan barat) yang pada peta kerja terletak
di pojok kiri atas
 Pengkuran selanjutnya dilakukan terhadap bidang yang berada disebelah timur dan
seterusnya secara spiral sehingga selesai satu blok
 Pengukuran dilaksanakan pada setiap sisi bidang objek pajak. Panjang setiap sisi
tersebut langsung digambar pada peta kerja dan mencantumkan panjang tiap-tiap sisi
sesuai hasil ukuran
 Penggambaran pada peta kerja dilakukan dengan garis penuh untuk setiap sisi bidang
tanah dan dengan garis putus-putus untuk setiap sisi bidang bangunan

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 22


 Setiap bidang objek pajak diberikan NOP dan NOP yang sama diberikan pada SPOP
dan LSPOP serta bila diperlukan diberikan stiker yang menyatakan NOP objek
tersebut
 Agar tidak terjadi kesalahan pada saat pekerjaan kantor, pada lembar peta kerja perlu
diberikan catatan yang menyatakan nomor urut, NOP, serta nama subjek pajaknya
 Perhitungan luas tiap-tiap bidang objek pajak sebaiknya langsung dilakukan setelah
selesai pengukuran bidang objek pajak
 Untuk membentuk basis data, kegiatan pengukuran bidang objek pajak harus selalu
diikuti dengan pendaftaran objek dan subjek pajak dengan mengisi SPOP dan LSPOP
 Petugas dapat membantu subjek pajak untuk mengisi data-data pada formulir SPOP
dan LSPOP
 Hasil pekerjaan lapangan secara periodik dilaporkan untuk dilajutkan dengan
pekerjaan kantor
v. Pekerjaan Kantor
Atas laporan hasil pekerjaan lapangan dilanjutkan dengan pekerjaan kantor yang meliputi :
 Pengadministrasian SPOP dan LSPOP
 Penggambaran dan pengadministrasian peta blok
Dalam modul ini hanya akan dijelaskan menyangkut penggambaran peta blok.
Penggambaran peta blok dilakukan dengan menyalin konsep peta blok/peta kerja hasil
pengukuran lapangan diatas kertas peta (drafting film/kalkir) sesui dengan skala yang telah
ditentukan.
Ketentuan umum penggambaran peta blok sebagai berikut :
 Setiap bidang tanah dan bangunan digambarkan pada peta blok dengan tidak
mencantumkan ukuran sisi bidang tanah dan bangunan
 Batas bidang tanah digambar dengan garis penuh dengan ukuran 0,2mm
 Batas bidang bangunan digambar dengan garis putus-putus dengan ukuran 0,1mm
 Nomor Objek Pajak (NOP) ditulis dengan huruf arab sesuai dengan penomoran
dilapangan (misalnya 1, 2, 3 dst) dengan ukuran 0,2mm. NOP dituliskan dengan tegak
ditengah kotak tiap-tiap bidang objek pajak
 Untuk bangunan yang mempunyai jumlah lantai lebih dari satu, penulisan jumlah lantai
dilakukan dengan angka romawi ukuran 0,1mm pada kotak bangunan sesuai jumlah
lantainya (misal II, III dst)
 Setiap lembar peta blok sebelah kanan bawah diberikan panel pengenal yang
berisikan nama dan kode : propinsi, kota/kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan,
nomor blok, dan jumlah lembar. Sebelah kiri bawah dicantumkan tahun pendataan,
petugas penggambar, pemeriksa, dan persetujuan yang berwenang
 Lembar peta blok di gambar diatas kertas drafting film dengan ukuran 55 x 62,5 cm
dan ukuran dalam 50 x 50 cm.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 23


 Setiap peta blok digambar dalam satu lembar, namun kalau tidak cukup dapat
dilanjutkan pada lembar kedua dst, dengan mencantumkan jumlah lembar dan lembar
ke- pada panel pengenal

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 24


3. IDENTITAS OBJEK PAJAK
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami tata cara, sarana, dan proses pemberian identitas objek pajak serta
mampu melaksanakan pembentukan dan pemutakhiran data PBB.

A. Definisi
Dalam sistem administrasi PBB, setiap bidang tanah sebagai objek pajak diberikan satu
identitas yang disebut Nomor Objek Pajak (NOP). NOP adalah nomor identitas objek PBB yang
diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada saat pendaftaran dan atau pendataan objek dan
subjek PBB yang digunakan dalam administrasi perpajakan dan sebagai sarana wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Sebagai identitas objek pajak, NOP mempunyai sifat :
 Unik, artinya setiap bidang tanah sebagai objek pajak diberikan satu NOP yang berbeda
dengan NOP bidang tanah yang lainnya
 Tetap, artinya NOP yang diberikan pada setiap bidang objek pajak tidak berubah dalam
jangka waktu yang lama
 Standar, artinya secara nasional hanya ada satu sistem pemberian NOP
Struktur NOP terdiri dari 18 (delapan belas) digit, sebagai mana gambar dibawah, dan dapat
dijelaskan sebagai berikut :

 Digit ke-1 dan ke-2 merupakan kode propinsi


 Digit ke-3 dan ke-4 merupakan kode kabupaten/kota
 Digit ke-5 sampai dengan digit ke-7 merupakan kode kecamatan
 Digit ke-8 sampai dengan digit ke-10 merupakan kode desa/kelurahan
 Digit ke-11 sampai dengan digit ke-13 merupakan kode nomor urut blok
 Digit ke-14 sampai dengan digit ke-17 merupakan kode nomor urut objek pajak
 Digit ke-18 merupakan kode tanda khusus

Gambar 3.1 : Struktur NOP

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 25


B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pemberian NOP adalah:
 Untuk menciptakan identitas yang standar dan tetap bagi semua objek PBB secara
nasional
 Untuk tertib administrasi pengelolaan PBB dan menyederhanakan pembukuan pengenaan
PBB
 Untuk membentuk file induk (master file) yang terdiri atas beberapa file yang saling
berkaitan melaui NOP
 NOP selain sebagai identitas objek pajak juga identik dengan nomor SPPT, STTS, DHKP,
dan dokumen penagihan PBB lainnya

C. Manfaat Pemberian NOP


 Mempermudah mengetahui lokasi/letak objek pajak
 Mempermudah pemantauan pelaksanaan pendaftaran dan pendataan objek dan subjek
pajak
 Sebagai sarana integrasi data atributik dengan data spasial (grafis/peta) PBB
 Mengurangi kemungkinan ketetapan ganda
 Memudahkan penyampaian SPPT sehingga dapat diterima wajib pajak tepat waktu
 Memudahkan pemantauan tunggakan PBB

D. Tata Cara Pemberian NOP


NOP meliputi kode wilayah provinsi, kode wilayah kabupaten/kota, kode wilayah kecamatan,
kode wilayah kelurahan/desa, kode blok, kode objek pajak dan kode tanda khusus.
NOP diberikan berdasarkan pada letak objek pajak.
1) Kode Wilayah Provinsi
Dari 18 digit kode NOP, kode untuk provinsi disediakan dua digit yaitu digit ke-1 dan ke-2,
sebagai berikut:
o digit ke-1 menunjukkan kode pulau/kepulauan; dan
o digit ke-2 menunjukkan nomor urut provinsi di satu pulau/kepulauan.

i. Kode Pulau/kepulauan
Pulau/kepulauan di Indonesia dibagi menjadi enam pulau/kepulauan dan masing-masing
diberikan satu kode pulau/kepulauan. Mengingat perkembangan wilayah provinsi di Pulau
Sumatera dan Pulau Jawa diperkirakan lebih cepat dari pulau/kepulauan lain, maka kedua
pulau tersebut diberikan kode pulau cadangan. Pembagian kode pulau/kepulauan
ditunjukkan pada tabel 3.1 dan gambar 3.2.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 26


Tabel 3.1 : kode pulau/kepulauan

No. Nama Pulau Kode Keterangan

1 Sumatera 1

2 kode pulau cadangan

2 Jawa 3

4 kode pulau cadangan


Bali dan
3 5
Nusa Tenggara
4 Kalimantan 6

5 Sulawesi 7

6 Maluku dan Papua 8

Gambar 3.2.
Kode Pulau/Kepulauan

1 6
7
8
3
5

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 27


Provinsi diberikan nomor urut dari 1 sampai dengan 9 pada tiap pulau/kepulauan dengan
mengikuti ketentuan arah sebagai berikut:
 Pulau Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dimulai dari arah barat ke
timur.
 Pulau Sumatera dimulai dari arah barat laut ke tenggara.
 Pulau Sulawesi dimulai dari arah utara ke selatan

Gambar 3.3.
Kode Provinsi di Pulau Jawa

Pulau Jawa, sebagaimana gambar 3.3, terdiri dari enam provinsi dengan kode pulau adalah 3
dan untuk masing-masing provinsi memiliki nomor urut sebagai berikut:
 Daerah Khusus Ibukota Jakarta : 1
 Jawa Barat : 2
 Jawa Tengah : 3
 Daerah Istimewa Yogyakarta : 4
 Jawa Timur : 5
 Banten : 6

Sehingga kode provinsi untuk masing-masing provinsi di Pulau Jawa adalah sebagai berikut:

 Daerah Khusus Ibukota Jakarta : 31


 Jawa Barat : 32
 Jawa Tengah : 33
 Daerah Istimewa Yogyakarta : 34
 Jawa Timur : 35
 Banten : 36

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 28


2) Kode Wilayah Kabupaten/Kota
Dari 18 digit NOP, kode kabupaten/kota disediakan dua digit yaitu digit ke-3 dan ke-4.
Pemberian kode dibedakan antara kode kabupaten dan kode kota sebagai berikut:
 kode kabupaten menggunakan nomor urut 01 sampai dengan 69; dan
 kode kota menggunakan nomor urut 71 sampai dengan 89.
Kode wilayah kabupaten/kota meliputi kode provinsi dan kode kabupaten/kota.

Gambar 3.4.
Kode Kabupaten/Kota

PULAU JAWA

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan kode provinsi 34 terdiri dari lima
kabupaten/kota, sebagaimana gambar 3.4, diberikan kode sebagai berikut:
 Kabupaten Kulon Progo : 01
 Kabupaten Bantul : 02
 Kabupaten Gunung Kidul : 03
 Kabupaten Sleman : 04
 Kota Yogyakarta : 71
Sehingga kode wilayah kabupaten/kota untuk masing-masing kabupaten/kota di Provinsi
DIY adalah sebagai berikut:
 Kabupaten Kulon Progo : 34.01
 Kabupaten Bantul : 34.02
 Kabupaten Gunung Kidul : 34.03
 Kabupaten Sleman : 34.04
 Kota Yogyakarta : 34.71

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 29


3) Kode Wilayah Kecamatan
Dari 18 digit NOP, kode kecamatan disediakan tiga digit yaitu digit ke-5 sampai dengan
digit ke-7. Kode wilayah kecamatan meliputi kode wilayah kabupaten/kota dan kode
kecamatan.

Gambar 3.5.
Kode Kecamatan di Kabupaten Sleman

Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kode wilayah


kabupaten 34.04 terdiri dari 17 kecamatan, sebagaimana gambar 3.5. Kode kecamatan
dan kode wilayah kecamatan untuk masing-masing kecamatan ditunjukkan pada tabel
3.2.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 30


Tabel 3.2.
Kode Kecamatan dan Kode Wilayah Kecamatan
di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

No Nama Kecamatan Kode Kecamatan Kode Wilayah Kecamatan


1 Moyudan 010 34.04.010
2 Minggir 020 34.04.020
3 Seyegan 030 34.04.030
4 Godean 040 34.04.040
5 Gamping 050 34.04.050
6 Mlati 060 34.04.060
7 Depok 070 34.04.070
8 Berbah 080 34.04.080
9 Prambanan 090 34.04.090
10 Kalasan 100 34.04.100
11 Ngemplak 110 34.04.110
12 Ngaglik 120 34.04.120
13 Sleman 130 34.04.130
14 Tempel 140 34.04.140
15 Turi 150 34.04.150
16 Pakem 160 34.04.160
17 Cangkringan 170 34.04.170

4) Kode Wilayah Kelurahan/Desa


Dari 18 digit NOP, kode kelurahan/desa disediakan tiga digit yaitu digit ke-8 sampai
dengan digit ke-10. Pemberian kode kelurahan/desa dilakukan secara berurutan mulai
dari kode 001 dan seterusnya sesuai jumlah kelurahan/desa dalam satu kecamatan.
Kode wilayah kelurahan/desa meliputi kode wilayah kecamatan dan kode kelurahan/desa.
Contoh:
Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
kode wilayah kecamatan 34.04.010 terdiri dari empat desa, sebagaimana gambar 3.6,
diberikan kode sebagai berikut:
 Desa Sumberahayu : 001
 Desa Sumbersari : 002
 Desa Sumberagung : 003
 Desa Sumberarum : 004

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 31


Gambar 3.6.
Kode Desa di Kecamatan Moyudan

KABUPATEN SLEMAN

Sehingga kode wilayah desa untuk masing-masing desa adalah sebagai berikut:

 Desa Sumberahayu : 34.04.010.001


 Desa Sumbersari : 34.04.010.002
 Desa Sumberagung : 34.04.010.003
 Desa Sumberarum : 34.04.010.004

5) Kode Blok
Dari 18 digit NOP, kode nomor urut blok disediakan tiga digit yaitu digit ke-11 sampai
dengan digit ke-13. Pemberian kode nomor urut blok dilakukan secara berurutan mulai
dari kode 001 dan seterusnya sesuai jumlah blok dalam satu kelurahan/desa. Kode
nomor urut blok diberikan secara spiral dimulai dari kiri atas ke arah kanan kemudian
kembali ke kiri dan seterusnya, sebagaimana gambar 3.7. Kode blok meliputi kode
wilayah kelurahan/desa dan kode nomor urut blok.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 32


Gambar 3.7.
Kode Nomor Urut Blok

6) Kode Objek Pajak


Dari 18 digit NOP, kode nomor urut objek pajak disediakan empat digit yaitu digit ke-14
sampai dengan digit ke-17. Pemberian kode nomor urut objek pajak dilakukan secara
berurutan mulai dari kode 0001 dan seterusnya sesuai dengan jumlah objek pajak dalam
satu blok. Kode nomor urut objek pajak diberikan secara spiral dimulai dari kiri atas ke
arah kanan kemudian kembali ke kiri dan seterusnya, sebagaimana gambar 3.8.
Kode objek pajak meliputi kode blok dan kode nomor urut objek pajak.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 33


Gambar 3.8.
Kode Nomor Urut Objek Pajak

7) Kode Tanda Khusus


Digit ke-18 merupakan kode tanda khusus yang digunakan untuk membedakan objek
pajak berdasarkan sektor, yaitu:
a) angka 1, merupakan kode tanda khusus objek pajak sektor perkebunan;
b) angka 2, merupakan kode tanda khusus objek pajak sektor perhutanan;
c) angka 3, merupakan kode tanda khusus objek pajak sektor pertambangan;
d) objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan diberikan kode tanda khusus mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
 angka 7, merupakan kode tanda khusus objek pajak yang terletak di
kelurahan/desa yang belum dilakukan pembentukan basis data SISMIOP;
 angka 8, merupakan kode tanda khusus objek pajak bersama yang terletak di
kelurahan/desa yang belum dilakukan pembentukan basis data SISMIOP;
 angka 9, merupakan kode tanda khusus objek pajak bersama yang terletak
di kelurahan/desa yang sudah dilakukan pembentukan basis data SISMIOP;

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 34


 angka 0, merupakan kode tanda khusus objek pajak yang terletak di
kelurahan/desa yang sudah dilakukan pembentukan basis data SISMIOP

E. Pemberian NOP untuk Objek Pajak Bersama


Ciri khusus pada pemberian NOP terletak pada pemberian kode tanda khusus, yaitu
pada digit ke-18 struktrur NOP. NOP pada objek pajak bersama terdiri dari:
 NOP bersama yang diberikan atas bagian bidang objek pajak yang dimiliki,
dimanfaatkan dan atau dikuasai secara bersama oleh subjek pajak secara
keseluruhan, diberikan kode tanda khusus digit ke-18 struktur NOP dengan angka 8
atau 9;
 NOP untuk masing-masing bidang objek pajak yang merupakan anggota dari objek
pajak bersama yang dimiliki, dimanfaatkan dan atau dikuasai oleh masing-masing
subjek pajak, diberikan kode tanda khusus digit ke-18 struktur NOP dengan angka 0
atau 7.
Contoh:
Gambar 3.9 : apartemen A terdiri atas enam unit, sehingga pada apartemen A
diberikan 7 NOP yaitu :
 Untuk objek pajak bersama apartemen A, diberikan NOP bersama dengan kode
tanda khusus (digit ke-18) angka 9, sebagai contoh penulisan NOP :
3x.7x.010.001.001.0199.9.
 Untuk enam unit apartemen A diberikan masing-masing NOP dengan kode tanda
khusus (digit ke-18) angka 0 yaitu, misalnya :

Unit A = 3x.7x.010.001.001.0310.0
Unit B = 3x.7x.010.001.001.0311.0
Unit C = 3x.7x.010.001.001.0312.0
Unit D = 3x.7x.010.001.001.0313.0
Unit E = 3x.7x.010.001.001.0314.0
Unit F = 3x.7x.010.001.001.0315.0

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 35


Gambar 3.9.
Objek Pajak Bersama

3x.7x.010.001.001.0199.9

F. Pemberian NOP dalam Hal Terjadi Mutasi Subjek Pajak


Mutasi subjek pajak adalah beralihnya subjek pajak atas suatu objek pajak kepada satu
atau lebih subjek pajak lainnya. Pemberian NOP atas terjadinya mutasi subjek pajak
diatur sebagai berikut:

a) Mutasi Seluruh Objek Pajak kepada Satu Subjek Pajak

NOP untuk objek pajak apabila terjadi mutasi seluruh objek pajak kepada satu subjek
pajak adalah tetap atau tidak berubah.
Contoh :
Objek pajak NOP xx.xx.010.001.001.0010.0 dengan subjek pajak A. subjek pajak
atas seluruh objek pajak tersebut dimutasikan kepada subjek pajak B, maka NOP
untuk objek pajak tersebut tetap xx.xx.010.001.001.0010.0
b) Mutasi Seluruh Objek Pajak kepada Beberapa Subjek Pajak

Pemberian NOP apabila terjadi mutasi seluruh objek pajak kepada beberapa subjek
pajak mengikuti ketentuan sebagai berikut:

 NOP asal diberikan untuk satu objek pajak;

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 36


 NOP untuk bidang objek pajak yang dimutasikan kepada subjek pajak lainnya
diberikan NOP baru dengan menggunakan kode nomor urut objek pajak setelah
kode nomor urut objek pajak terakhir dalam blok letak objek pajak.
Contoh:
Satu bidang objek pajak yang terletak di blok 006 dengan nomor urut bidang 0041
atas nama subjek pajak A sebagaimana pada gambar 3.10. Bidang objek pajak
nomor urut 0041 tersebut dimutasikan seluruhnya kepada subjek pajak masing-
masing B, C, dan D. Nomor urut objek pajak terakhir pada blok 006 adalah 0250.

Gambar 3.10.
Sebelum Mutasi

Pemberian NOP atas mutasi tersebut mengikuti ketentuan sebagai berikut:


 NOP asal dengan nomor urut objek pajak 0041 diberikan untuk satu objek pajak,
misalnya diberikan kepada subjek pajak B;
 NOP atas subjek pajak C dan D diberikan dengan nomor urut bidang objek pajak
masing-masing 0251 dan 0252 (sebagaimana gambar 3.11)

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 37


Gambar 3.11.
Sesudah Mutasi

c) Mutasi Sebagian Objek Pajak kepada Satu atau Beberapa Subjek Pajak

Pemberian NOP apabila terjadi mutasi sebagian objek pajak kepada satu atau beberapa
subjek pajak mengikuti ketentuan sebagai berikut:

 Bagian bidang objek pajak yang tidak dimutasikan menggunakan NOP asal.
 Bidang objek pajak yang dimutasikan diberikan NOP dengan kode nomor urut objek
pajak setelah kode nomor urut objek pajak terakhir dalam blok letak objek pajak.
 Dalam hal satu bidang objek pajak yang dimutasikan kepada subjek pajak lainnya
(misalnya subjek pajak A), berbatasan dengan bidang objek pajak lainnya yang telah
memiliki NOP atas nama subjek pajak yang sama (subjek pajak A) dan dijadikan
satu, NOP atas objek pajak tersebut mengikuti NOP bidang objek pajak atas nama
subjek pajak A.
 Dalam hal satu bidang objek pajak yang dimutasikan kepada subjek pajak lainnya
(misalnya subjek pajak A), berbatasan dengan bidang objek pajak lainnya yang telah
memiliki NOP atas nama subjek pajak yang sama (subjek pajak A) dan tidak
digabung, diberikan NOP mengikuti ketentuan pada huruf b.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 38


Contoh:
Objek pajak dengan nomor urut 0097 dengan subjek pajak A sebagaimana pada gambar
3.12. Sebagian objek pajak pajak tersebut dimutasikan kepada B dan C. Nomor urut objek
pajak terakhir pada blok tersebut adalah 0250.

Gambar 3.12.
Sebelum Mutasi

Pemberian NOP atas mutasi tersebut mengikuti ketentuan sebagai berikut:


 Bagian bidang objek pajak yang tidak dimutasikan menggunakan NOP asal yaitu
dengan nomor urut bidang 0097;
 Bagian bidang objek pajak yang dimutasikan masing-masing kepada subjek pajak B dan
C diberikan NOP dengan nomor urut bidang 0251 dan 0252 (sebagaimana gambar
3.13)

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 39


Gambar 3.13.
Sesudah Mutasi

Apabila subjek pajak B telah memiliki objek pajak dengan nomor urut bidang 0096 yang
terletak bersebelahan dengan objek pajak yang baru dimutasikan ke subjek pajak B, dan
terhadap kedua objek pajak tersebut :

 Digabung, maka NOP atas bidang tanah yang dimutasikan kepada subjek pajak B
menggunakan NOP dengan nomor urut bidang 0096 ( sebagaimana gambar 3.14)

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 40


Gambar 3.14.
Sesudah Mutasi dan Dijadikan Satu

 Tidak digabung, maka NOP atas bidang tanah yang dimutasikan kepada subjek pajak B
diberikan NOP dengan nomor urut bidang baru yaitu 0251 ( sebagaimana gambar
3.15)

Gambar 3.15.
Sesudah Mutasi dan Tidak Dijadikan Satu

Subjek Pajak B

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 41


G. Penghapusan NOP
NOP adalah nomor identitas yang melekat pada objek pajak, oleh karena itu
penghapusan NOP dapat dilakukan apabila objek pajak mengalami kondisi karena hal-hal
sebagai berikut:
 Faktor alam, antara lain, erosi, luapan lumpur.
 Penggabungan dua atau lebih objek pajak yang terletak berbatasan dengan subjek
pajak yang sama.
 Perubahan sektor pengenaan PBB.
 Kesalahan pemberian NOP pada objek pajak, sehingga menyebabkan satu objek pajak
diberikan dua NOP (double NOP).
NOP yang sudah dihapus tidak dapat diberikan lagi untuk objek pajak lainnya.
a) Penghapusan NOP karena Faktor Alam

Penghapusan NOP dilakukan terhadap objek pajak karena terjadinya bencana akibat
faktor alam yang menyebabkan kondisi objek pajak di lapangan sudah tidak dapat
diidentifikasi batas-batasnya.
Contoh :
Gambar 3.16 menunjukan bidang objek pajak nomor urut 0063 dan 0064 masih ada dan
gambar 3.17 menunjukkan terhapusnya bidang objek pajak nomor urut 0063 dan 0064
karena erosi sungai.

Gambar 3.16.
Sebelum Erosi Sungai

NOP bidang objek pajak dengan nomor urut 0063 dan 0064 harus dihapus dari basis
data.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 42


Gambar 3.17.
Sesudah Erosi Sungai

b) Penghapusan NOP karena Penggabungan Dua atau Lebih Objek Pajak

Penghapusan NOP terjadi karena adanya penggabungan dua atau lebih objek pajak
dengan subjek pajak sama yang letaknya berbatasan.
Contoh:
Bidang objek pajak dengan nomor urut 0030 yang letaknya bersebelahan dan
digabungkan dengan objek pajak dengan nomor urut 0029.
NOP atas objek pajak nomor urut 0030 dihapuskan dan NOP atas penggabungan objek
pajak tersebut diberikan dengan nomor urut 0029 (sebagaimana gambar 3.18).

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 43


Gambar 3.18.
Sebelum Penggabungan

Sesudah Penggabungan

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 44


4. PENDAFTARAN OBJEK PAJAK

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mengerti dan


memahami tata cara, sarana, dan proses pendaftaran objek pajak serta mampu
melaksanakan pembentukan basis data melalui pendaftaran objek pajak.

A. Definisi

Pendaftaran objek pajak adalah kegiatan yang dilakukan oleh subjek pajak untuk mendaftarkan
sendiri objek pajaknya dengan cara mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP) dan Lampiran SPOP.

B. Siapa Yang Mendaftarkan Objek Pajak

Setiap subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya. Pendaftaran objek pajak dilakukan
oleh subjek pajak atau kuasa yang ditunjuk dengan surat kuasa khusus. Subjek pajak PBB
meliputi :

 Orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/ atau
 Orang atau badan yang memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau
 Orang atau badan yang memiliki, menguasai bangunan, dan/atau
 Orang atau badan yang memperoleh manfaat atas bangunan.

C. Dimana Dilakukan Pendaftaran Objek Pajak


Pendaftaran objek pajak dapat dilakukan di kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan
pajak yang meliputi letak objek pajak atau tempat lain yang ditunjuk seperti kantor dinas
pendapatan daerah, kantor kecamatan, kantor desa/kelurahan, atau tempat lain yang dianggap
memungkinkan.

D. Sarana Pendaftaran Objek Pajak


Dalam mendaftarkan objek pajaknya subjek pajak harus mengisi dan menandatangani formulir
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran SPOP. Formulir SPOP dan LSPOP
dapat diperoleh di tempat pendaftaran atau melalui petugas yang ditunjuk. SPOP dan LSPOP
harus diisi secara :

 Jelas, artinya penulisan data-data yang diminta dalam SPOP dan LSPOP dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan perbedaan atau salah tafsir yang dapat
merugikan Negara maupun wajib pajak sendiri. Contohnya pengisian alamat/letak objek
pajak harus jelas sehingga petugas pajak tidak salah dalam menentukan kelas tanah.
Atau pengisian data-data material bangunan yang berakibat pada penentuan kelas
bangunan;

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 45


 Benar, artinya data-data yang dilaporkan dalam SPOP dan LSPOP harus sesuai dengan
keadaan sebenarnya dilapangan, seperti luas tanah dan atau bangunan, tahun dan harga
perolehan, letak objek pajak, jenis penggunaan bangunan dan lainnya sesuai dengan
kolom-kolom yang diminta dalam formulir SPOP dan LSPOP;

 Lengkap, artinya bahwa setiap kolom-kolom yang ada dalam formulir SPOP dan LSPOP
baik yang menyangkut data subjek pajak, objek pajak termasuk denah lokasi objek pajak,
harus diisi secara lengkap. Demikian juga kalau subjek pajak dalam mendaftarkan objek
pajaknya dengan menguasakan kepada pihak lain, maka harus dilengkapi dengan surat
kuasa khusus. Tanggal saat penandatangan SPOP oleh subjek pajak harus diisi.

Formulir SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan ditandatangani harus dikembalikan ketempat
pendaftaran atau petugas yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya formulir SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak.

Pengembalian formulir SPOP dan LSPOP dapat dilakukan :

 Secara langsung di tempat pendaftaran atau petugas yang ditunjuk, atau

 Dikirim melalui pos tercatat.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 46


Contoh formulir SPOP (halaman depan) :

N o . F o rm u lir
D E P A R T E M E N K E U A N G A N R E P U B L IK IN D O N E S IA
D IR E K T O R A T J E N D E R A L P A J A K

S e la in y a n g d iis i o le h P e tu g a s (b a g ia n y a n g
S U R A T P E M B E R IT A H U A N O B J E K P A J A K d ia rs ir), d iis i o le h W a jib P a ja k
B e ri ta n a d s ila n g p a d a k o lo m y a n g s e s u a i

K A NTO R P E LAY A N AN PA JA K BU M I D A N B A NG U NA N :

1 . J E N IS T R A N S A K S I 1 . P e re k a m a n D a ta 2 . P e m u ta k h ira n D a ta 3 . P e n g h a p u s a n D a ta

PR D T II KE C K E L /D E S BLO K N O U R UT KO DE

2. N OP

3. N OP BER SAM A

A . IN F O R M A S I T A M B A H A N U N T U K D A T A B A R U

4. N OP ASAL

5 . N O S P P T LA M A

B . D A T A L E T A K O B JE K P A J A K

6. N AM A JA LA N 7. BLOK / KAV / NO M O R

8. KELUR AHAN / DESA 9. R W 10. R T

C . D A TA S U BJE K P A JAK

11. S T A TU S 1. P e m ilik 2. P enyewa 3 . P e n g e lo la 4. Pem akai 5 . S e n gk e ta

12. P E K E RJA A N 1. P N S * ) 2. A BR I *) 3 . P e n s iu n a n * ) 4. Badan 5 . L a in n y a

13. N A M A S U B JE K P A JA K 14. N PW P

15. N AM A JALAN 16. BLO K / KAV / N O M O R

17. KELUR AH AN / DESA 18. RW 19. R T

20. KABUPATEN / KO TAM AD YA - KOD E PO S

21. N O M O R K TP

D. DATA TANAH

22. LU AS TANAH 2 3 . Z O N A N IL A I T A N A H
(M 2 )

2 4 . J E N IS T A N A H 1. Tanah + 2 . K a v lin g 3 . T a n ah 4 . F a s ilita s


Bangunan S ia p B a n g u n K osong U m um

C a ta ta n : * ) y a n g p e n g h a s ila n n ya s e m a ta -m a ta b e ra s a l d a ri g a ji a ta u u a n g p e n siu n a n

K P . P B B 1 .1 / 9 4 D ila n ju tk a n d i h a la m a n b e rik u tn ya

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 47


Contoh formulir SPOP (halaman belakang) :

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 48


Contoh formulir LSPOP (halaman depan) :

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 49


Contoh formulir LSPOP (halaman belakang) :

IV . DA T A K O M P O N E N F AS IL IT AS
21 . JU M L AH & D A YA a . S plit U nit PK b. W indo w U nit PK
AC
c. F loo r U nit PK c. C en tral

22 . JU M L AH L IF T a . P enu m p ang U nit b. Ba ra ng U nit

23 . ES KA LA T O R a . Le ba r<0,8m U nit b. Leb ar>0,8m U nit

24 . PA G AR a . B atako m Ting gi m b. B ata m T ing gi m


c. B eto n m Ting gi m d. B esi m T ing gi m
P ra ce tak
e. BRC m Ting gi m

25 . G EN S ET kV A 26 . D A YA LIS T R IK W att 27.S IS T EM AIR PA N A S A da


T ER P A SA N G T d k. ad a
28 . SIS . P EN GO L AH A N Ad a 2 9. K ED AL AM AN m 30. R ES ER VO IR A da
LIM BA H T dk. ad a S U M U R A R T ER SIS T d k. ad a
31 . PR OT E KS I A PI : a. H yd rant c. Alara m keb akaran 32. PE N AN G KA L P ET IR A da
b. S prinkle r d. Inte rkom T d k. ad a

33 . JM L. SA LU R AN PA BX Sa l 3 4. S IS TE M T A T A S U A R A A da 35. VID E O Ls. (m 2 )


T d k. ada IN T ER C O M Jm l. lt.
36 . SIS T EM T V 2
3 8. JU M LA H LA P AN G A N T EN IS 39. LU A S P E R KE R A SA N
a. M AT V L s. ( m )
Jm l. lt.
L s. ( m 2 ) D ng. la m p u T anp a lam pu
b. C C T V
Jm l. lt. a . Be ton Ban B an a. R inga n m2
2
3 7. K OL AM R E N A N G b. Aspa l Ban B an b. Se dan g m
a. L uas m2
c. T ana h liat Ban B an c. K eras m2
b. F inish in g D iplester
D ng. pe la pis
V . D AT A T A M BA HA N U NT U K B ANG UN AN S EL A IN G ED UN G
JPB 3 (P AB R IK )/ JP B 8 (G U D A N G )
40 . Ke lilin g m 4 1. T in gg i m 42. Leb ar m
dinding kolom b entang
43 . Lu as m2
m ezzanin
44. L an tai D a ya du ku ng kg /m 2
T ip e R inga n Se dan g M e nen ga h B erat S ang at b erat
JPB 14 (P O M P A B EN SIN ) 4 5.Jum la h kan opi

JPB 15 (T A N G KI M IN Y AK ) 4 6.P osisi D iata s ta na h 47.Kap asitas m3


D iba w ah tana h
V I. P E NIL AIA N IN DIV ID UA L ( x 1000 R p .)
48 . N IL AI S IST E M 49. N ILA I IN D IVID U AL

V II.ID E NT IT AS P E NDA T A / P E JA BA T Y A NG BE RW E NA NG

PE T U G AS P EN D AT A M EN GE T AH U I P EJAB A T YA N G BE R W EN AN G

50 . T GL . K U N JU N G A N K EM BA LI

51 . T GL . P EN D AT A AN 55 . T GL . P EN EL ITIA N

52 . T AN D A T A N G AN 56 . T AN D A T A N G AN

53 . N A M A JE LA S 57 . N A M A JE LA S

54 . N IP 58 . N IP

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 50


E. Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak
1) Persiapan Pelaksanaan

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pendaftaran objek pajak meliputi :

 Tempat pendaftaran hendaknya disiapkan sehingga subjek pajak yang akan melakukan
pendaftaran objek pajaknya dapat mencapainya dengan mudah serta dapat dilayani
dengan nyaman. Selain kantor pelayanan atau kantor penyuluhan pajak yang meliputi
letak objek pajak, tempat lain yang ditunjuk hendaknya dapat memenuhi hal tersebut.

 Penunjukkan petugas hendaknya dipertimbangkan agar dapat memberikan penjelasan


dan contoh pengisian formulir SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak.

 Formulir SPOP dan LSPOP serta tanda terimanya disiapkan secara memadai sehingga
tidak terjadi kekosongan. Disamping itu perla juga disiapkan formulir yang memberikan
informasi tentang tata cara pengisian SPOP dan LSPOP, hak dan kewajiban subjek
pajak, alur proses penyelesaian pendaftaran dan lain-lain yang dianggap perla dan dapat
membantu subjek pajak.

 Buku atau sarana pencatatan lainnya diperlukan oleh petugas untuk mencatat hal-hal
yang diperlukan seperti identitas penerima SPOP, tanggal diterima SPOP, letak objek
pajak dll

2) Pekerjaan lapangan

Dalam kegiatan pendaftaran objek pajak terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat, yaitu subjek pajak,
petugas ditempat pendaftaran, dan petugas di kantor pelayanan. Masing-masing pihak
mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a) Subjek pajak :
o Mengambil formular SPOP dan LSPOP di tempat pendaftaran atau petugas yang
ditunjuk;
o Mengisi formulir SPOP dan LSPOP dengan jelas, lengkap dan benar serta
ditandatangani. Dalam hal subjek pajak adalah badan, maka SPOP ditandatangani
oleh direksi/pengurusnya;
o Dalam hal SPOP ditandatangani bukan oleh subjek pajak, maka harus dilengkapi
dengan surat kuasa khusus dari subjek pajak;
o Mengembalikan formulir SPOP dan LSPOP yang telah diisi ke tempat pendaftaran
atau petugas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
formulir. Apabila diperlukan, pengembalian formular SPOP dan LSPOP dilengkapi
dengan data pendukung seperti foto copy identitas subjek pajak, bukti kepemilikan
atau penguasaan objek pajak, atau keterangan lainnya.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 51


b) Petugas di tempat pendaftaran
o Memberikan formulir SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak yang akan mendaftarkan
objek pajaknya
o Memberikan tanda tarima penyampaian formulir SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak
untuk ditandatangani
o Membuat daftar penjagaan penyerahan dan penerimaan kembali formulir SPOP dan
LSPOP
o Mencatat identitas subjek pajak yang menerima formulir SPOP dan LSPOP dalam daftar
penjagaan. Untuk kepentingan pencatatan ini dimintakan kepada yang menerima
formulir SPOP dan LSPOP untuk menunjukkan atau memberikan foto copy identitas
misalnya KTP, SIM dll
o Menerima formulir SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan ditandatangani serta
memberikan tanda terima pengembalian formulir
o Melaporkan kepada kantor pelayanan daftar beserta formulir SPOP dan LSPOP yang
telah diterima kembali dari subjek pajak
o Mengajukan permintaan formulir SPOP dan LSPOP beserta tanda terimanya kepada
kantor pelayanan agar persediaan selalu mencukupi
c) Petugas di kantor pelayanan
o Membuat catatan atau buku penjagaan tentang jumlah formulir SPOP dan LSPOP
beserta tanda tarima yang sudah didistribusikan dan diterima kembali dari tempat
pendaftaran ataupun petugas yang ditunjuk.
o Menerima dan menatausahakan laporan dan formulir SPOP dan LSPOP yang
disampaikan langsung oleh subjek pajak atau melalui petugas maupun yang
diterima lewat pos.
o Meneliti kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir SPOP dan LSPOP yang
diterima beserta data pendukung yang dilampirkan. Dalam hal diperlukan penelitian
lapangan, SPOP dan LSPOP beserta lampirannya diteruskan kepada petugas yang
ditunjuk untuk melakukan penelitian lapangan.
o Memberikan Nomor Objek Pajak (NOP) sebagai identitas objek pajak terhadap tiap-
tiap bidang objek pajak sesuai letak objek pajak pada SPOP, berdasarkan aturan
dan tata cara pemberian NOP.
o Memberikan kode Zone Nilai Tanah (ZNT) sesuai letak objek pajak sebagai dasar
penentuan klasifikasi bumi/tanah atas objek pajak dimaksud
o Menandatangani SPOP pada kolom petugas
o Melaporkan kepada kepala kantor mengenai subjek pajak yang belum
mengembalikan formulir SPOP dan LSPOP yang telah lewat waktu 30 hari untuk
ditindak lanjuti dengan memberikan surat teguran pengembalian SPOP paling lama
7 (tujuh) hari setelah jangka waktu pengembalian SPOP.
o Melaporkan kepada kepala kantor mengenai subjek pajak yang belum
mengembalikan SPOP sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 52


teguran. Jangka waktu pengembalian SPOP dalam surat teguran pengembalian
SPOP ditetapkan paling lama 15 (lima belas) hari sejak tanggal surat teguran.
Terhadap subjek pajak yang tidak mengembalikan SPOP sampai dengan batas
waktu sesuai surat teguran atau mengembalikan SPOP yang tidak benar
ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) PBB.
o Meneliti permintaan tertulis dari subjek pajak tentang perpanjangan waktu
pengembalian SPOP dan melaporkan kepada kepala kantor. Apabila kepala kantor
menyetujui, maka diterbitkan surat persetujuan perpanjangan pengembalian SPOP.
Batas waktu perpanjangan pengembalian SPOP ditetapkan paling lama 3 (tiga)
bulan sejak permohonan diterima.
3) Pekerjaan Kantor

Setelah pekerjaan lapangan selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan kantor yang dilakukan di
kantor pelayanan. Pekerjaan kantor meliputi :
a) Penelitian data masukan
Penelitian data masukan dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang tertuang dalam
formulir SPOP dan LSPOP telah lengkap dan benar serta sesuai dengan data
pendukungnya. Penelitian dilakukan terhadap seluruh data yang diisikan oleh subjek
pajak maupun data yang wajib diisikan oleh petugas pajak.
b) Pembendelan SPOP dan LSPOP
Pembendelan SPOP dan LSPOP dilakukan untuk memudahkan penyimpanan dan
pencarian kembali berkas-berkas apabila diperlukan. Pembendelan dilakukan terhadap
kurang lebih 100 bidang objek pajak.
Setiap bendel SPOP dan LSPOP diberikan nomor yang terdiri dari 6 digit, meliputi:
 Digit 1 dan 2 menyatakan tahun pendaftaran; dan
 Empat digit selanjutnya menyatakan nomor bendel
Contoh : 09.0025 artinya pendaftaran tahun 2009 dengan nomor bendel 0025.
Selanjutnya dalam tiap-tiap formulir SPOP dicantumkan nomor bendel tersebut ditambah
tiga digit dibelakngnya, yang menunjukkan nomor urut SPOP dalam bendel tersebut.
Contoh : 09.0025.099, artinya formulir SPOP yang dilakukan pendaftaran pada tahun
2009, tersimpan di bendel nomor 0025 dengan nomor urut 099.
c) Perekaman Data
Perekaman data kedalam basis data komputer dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
Petugas perekam data dibuat dalam satu tim yang terdiri dari 3 sampai 5 orang dan
dikoordinir oleh seorang koordinator. Perekaman data dilakukan setiap hari kerja dan
apabila diperlukan dapat dilakukan penambahan jam kerja.
d) Penyimpanan Bendel
Penyimpanan bendel SPOP dan LSPOP dilakukan sedemikian rupa sehingga
memudahkan petugas menemukan kembali bendel-bendel tersebut apabila diperlukan.
Penatausahaan bendel SPOP dan LSPOP dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 53


e) Produksi data keluaran
Produksi data keluaran dilakukan secara rutin di seksi pengolahan data sesuai dengan
permintaan pelayanan oleh wajib/subjek pajak. Data keluaran meliputi SPPT PBB, STTS,
DHKP, SK Keberatan, SK Pengurangan, SK Pembetulan, Surat Keterangan NJOP dll.
Produksi data kelauaran dilakukan :
 Secara massal, dilakukan setiap awal tahun pajak dengan mencetak seluruh SPPT,
STTS, DHKP. Selanjutnya SPPT didistribusikan kepada wajib pajak, STTS
didistribusikan ke Bank tempat pembayaran, dan DHKP disistribusikan masing-
masing ke Dispenda, Bank Tempat Pembayaran, dan Kantor Pelayanan Pajak.
 Secara insidentil, dilakukan sesuai atau untuk memenuhi ermintaan pelayanan
kepada wajib pajak. Produk kelauaran secara inisidentil dapat berupa Salinan
SPPT, SK Pengurangan, SK Keberatan, SK Pembetulan, Surat Keterangan NJOP
dll.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 54


5. PENDATAAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK

Setelah mengikuti pembelajaran pendataan objek dan subjek pajak ini peserta
diharapkan dapat mengerti dan memahami tata cara, sarana, dan proses
pendataan serta mampu melaksanakan pembentukan basis data melalui
pendataan objek dan subjek pajak.

A. Definisi
Jek pajak. Dalam kegitan pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan
mengisi dan menandatangani SPOP dan LSPOP.
Kegiatan pendataan dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam satu wilayah administrasi
desa/kelurahan secara utuh. Setiap kegiatan pendataan hendaknya selalu diikuti dengan
kegiatan penilaian objek pajak.

B. Alternatif Pelaksanaan Pendataan Objek dan Subjek Pajak


Sebagai mana diketahui bahwa kondisi wilayah sangat berbeda antara daerah satu dengan
yang lainnya. Untuk melaksanaan kegiatan pendataan objek dan subjek pajak dapat dipilih
alternatif sebagai berikut sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah, yaitu:

1) Pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP


Pendataan dengan alternatif ini umumnya dilaksanakan di daerah yang mempunyai potensi
PBB yang rendah, lokasi yang terpencil dan sulit dijangkau, tidak memiliki peta. Pelaksanaan
pendataan dengan alternatif ini dapat dilakukan dengan cara:
 Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP secara perorangan :
Dilaksanakan dengan menyampaikan SPOP secara langsung kepada subjek pajak dalam
satu wilayah administrasi desa/kelurahan dan memantau pengembalian SPOP oleh subjek
pajak.
 Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP secara kolektif :
SPOP dan LSPOP disampaikan kepada subjek pajak melalui aparat desa/kelurahan yang
wilayahnya dilaksanakan pendataan. Disini aparat desa adalah merupakan kepanjangan
tangan dari petugas pajak dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan SPOP dan
LSPOP kepada subjek pajak serta menerima dan melaporkan pengembaliannya kepada
kantor pelayanan pajak.
Dalam kedua cara tersebut diatas harus selalu diikuti dengan pembuatan sket peta
desa/kelurahan dan sket peta blok oleh petugas untuk dapat menentukan posisi relatif tiap-tiap
bidang objek pajak.

2) Pendataan dengan identifikasi objek pajak

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 55


Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada wilayah yang telah memiliki peta
desa/kelurahan dan peta garis/foto yang dapat menunjukkan posisi relatif bidang objek pajak,
namun tidak memilki data administrasi perpajakannya. Berdasarkan peta desa/kelurahan,
petugas dibantu oleh aparat desa/kelurahan mengidentifikasi dan menetukan batas-batas blok
dan memberikan nomor pada tiap-tiap blok. Penyampaian SPOP dan LSPOP dapat mengacu
pada sket peta blok.

3) Pendataan dengan verifikasi data objek pajak


Pendataan dengan alternatif ini dapat dilakukan pada wilayah yang telah memiliki peta
desa/kelurahan maupun peta blok serta data administrasi PBB yang merupakan hasil
pendataan lebih dari tiga tahun sebelumnya, sehingga kondisi data yang ada sudah tidak
sesuai dengan kondisi sebenarnya dilapangan. Pendataan dengan alternatif ini akan dibahas
lebih lanjut dalam pembahasan pemeliharaan/pemutakhiran basis data.

4) Pendataan dengan pengukuran bidang objek pajak


Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada wilayah yang hanya memiliki peta
desa/kelurahan serta tidak ada basis data perpajakannya. Kegiatan pendataan ini dilaksanakan
oleh petugas kantor pelayanan pajak atau pihak lain yang ditunjuk dengan menyampaikan
secara langsung SPOP dan LSPOP kepada setiap subjek pajak dan diikuti dengan pengukuran
tiap-tiap bidang objek pajak. Pengukuran juga harus dilakukan atas bangunan yang ada. Hasil
pengukuran bidang objek pajak dapat dipakai untuk menentukan posisi relatif objek pajak dan
dapat pula dipakai untuk mengetahui luas objek pajak.

C. Tatacara Pendataan Objek dan Subjek Pajak


Tahapan kegiatan pendataan objek dan subjek pajak meliputi :
1) Pekerjaan persiapan
(a) Penelitian pendahuluan
Kegiatan ini diperlukan untuk mengumpulkan data dan informasi awal berkaitan dengan
wilayah desa/kelurahan yang akan dilakukan pendataan. Data yang dikumpulkan
mencakup sekurang-kurangnya : luas wilayah, perkiraan luas yang dapat dikenakan PBB,
jumlah bangunan, jumlah penduduk, harga pasar tanah tertinggi dan terendah, harga
bahan material bangunan yang berlaku, standar upah tukang bangunan, data-data
pengenaan PBB sebelumnya dll.
(b) Penyusunan rencana kerja
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian pendahuluan dipakai sebagai
dasar untuk penyusunan rencana kerja. Rencana kerja yang disusun paling tidak
mencakup hal-hal sebagai berikut :
 Sasaran dan volume kegiatan
 Alternatif pendataan yang dipilih
 Standar prestasi petugas
 Jadwal pelaksanaan

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 56


 Organisasi dan tim pelaksana
 Biaya yang dibutuhkan
 Hasil akhir

(c) Pembentukan Tim Pelaksana Pendataan


Untuk mencapai hasil sesuai sasaran, pelaksanakan kegiatan pendataan hendaknya
dilaksanakan oleh sebuah Tim Pendataan yang sekurang-kurangnya terdiri dari :
 Seorang ketua Tim
 Bendahara kegiatan
 Dua orang koordinator, masing-masing satu orang koordinator lapangan dan satu
orang koordinator administrasi
 Petugas pendata lapangan, sekurang-kurangnya dua orang yang terdiri dari petugas
dan pendamping (jumlahnya sesuai kebutuhan)
 Petugas perekam data (jumlahnya sesuai kebutuhan)

(d) Pengadaan sarana pendukung


Sarana yang dibutuhkan dalam kegiatan pendataan meliputi :
 alat tulis kantor seperti pensil, bulpoint, rapido, penggaris, busur derajat, kertas,
kertas kalkir dll
 alat ukur dan alat survey lainnya seperti roll meter, disto meter, Global Positioning
Sisitem (GPS) dll;
 formulir SPOP dan LSPOP

(e) Pengadaan atau pembuatan peta desa/kelurahan


Sebelum dilaksanakan pendataan objek dan subjek pajak hendaknya disediakan peta
desa/kelurahan, yang dapat dibuat sendiri ataupun dari pihak lain. Peta desa/kelurahan ini
diperlukan untuk mengetahui dengan jelas wilayah yang akan didata serta sebagai dasar
untuk pembuatan peta blok dan peta ZNT. Peta desa/kelurahan mecakup wilayah satu
desa/kelurahan beserta perbatasannya dan didalamnya terdapat blok-blok beserta batas-
batas bloknya. Setiap blok diberikan nomor blok.

(f) Pembuatan konsep peta ZNT


Peta ZNT dibuat dalam satuan kelurahan berdasarkan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) atas
harga pasar tanah yang terjadi dan telah dilakukan analisis berdasarkan tata cara
penilaian massal tanah. Pembuatan peta ZNT tidak terikat pada batas blok dan tiap-tiap
ZNT dibatasi oleh bidang kepemilikan objek pajak. Tata cara penyusunan ZNT dijelaskan
dalam modul penilaian massal tanah.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 57


(g) Penyusunan DBKB
Untuk membantu dan mempermudah penilaian bangunan objek pajak disusun Daftar
Biaya Komponen Bangunan (DBKB), yang terdiri dari biaya komponen utama, komponen
material, dan fasilitas. DBKB disusun dan berlaku untuk setiap wilayah adminitrasi
pemerintahan kabupaten/kota dan setiap tahun dapat disesuaikan dengan perkembangan
harga material dan upah yang berlaku. Tata cara penyusunan DBKB dijelaskan dalam
modul penilaian bangunan.

(h) Koordinasi dan Penyuluhan


Untuk kelancaran pelaksanaan pendataan diperlukan koordinasi dengan pihak terkait
seperti BPN atau kantor pertanahan daerah, dinas pekerjaan umum, kelurahan dll yang
diperlukan.
Penyuluhan dilakukan terhadap masyarakat atau perwakilan masyarakat di
desa/kelurahan yang akan dilakukan pembentukan basis data sehingga mereka
mengetahui rencana kegiatan tersebut, manfaat yang akan diterima, dan mempersiapkan
data-data pendukung yang diperlukan.

2) Pekerjaan lapangan
(a) Pengumpulan data objek dan subjek pajak
(i) Pendataan dengan alternatif penyampaian dan pemantauan pengembalian
SPOP
 Perorangan
 Dengan dibantu oleh petugas atau aparat desa/kelurahan atau pihak lain
yang ditunjuk, petugas pendata membuat sket peta desa/kelurahan
dan sket peta blok yang disertai dengan pemberian nomor blok pada
masing-masing sket peta blok.
 Pada tiap-tiap sket peta blok dibuat sket masing-masing bidang objek
pajak untuk mengetahui jumlah bidang objek pajak pada tiap-tiap blok
serta mengetahui lokasi relatif tiap bidang objek pajak.
 Berdasarkan sket peta blok yang telah dibuat, petugas menyampaikan
dan mengumpulkan kembali SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan di
tandatangani subjek pajak.
 Bersamaan dengan penyampaian SPOP dan LSPOP, petugas dibantu
oleh aparat desa/kelurahan mengidentifikasi dan melakukan
perubahan pada sket peta blok kalau ternyata ada perbedaan antara
sket peta blok yang dibuat dengan kondisi dilapangan.
 Petugas wajib memberikan NOP pada setiap bidang objek pajak dan
NOP yang sama pada setiap SPOP, sesuai tata cara pemberian NOP.
 Berdasarlan letak objek pajak, ditentukan dan diberikan kode ZNT pada
masing-masing SPOP.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 58


 Petugas pendata wajib menandatangani SPOP pada kolo petugas
pendata
 Pada akhir proses kegiatan lapangan, petugas wajib membuat daftar
rekapitulasi atas SPOP dan LSPOP yang telah kembali serta
melaporkannya kepada kantor pelayanan dengan melampirkan daftar
rekapitulasi, SPOP dan LSPOP yang telah diisi beserta data
pendukungnya (kalau ada), sket peta desa/kelurahan dan sket peta
blok.
 Atas laporan hasil kegiatan lapangan dilanjutkan dengan pekerjaan
kantor
 Kolektif
 Dengan dibantu oleh petugas atau aparat desa/kelurahan atau pihak lain
yang ditunjuk, petugas pendata membuat sket peta desa/kelurahan
dan sket peta blok yang disertai dengan pemberian nomor blok pada
masing-masing sket peta blok.
 Pada tiap-tiap sket peta blok dibuat sket masing-masing bidang objek
pajak untuk mengetahui jumlah bidang objek pajak pada tiap-tiap blok
serta mengetahui lokasi relatif tiap bidang objek pajak.
 Berdasarkan perkiraan jumlah bidang objek pajak sesuai sket peta blok,
petugas kantor pelayanan menyerahkan SPOP dan LSPOP beserta
sarana lainnya kepada petugas/aparat desa/kelurahan yang akan
menyampaikannya kepada subjek pajak.
 Berdasarkan sket peta blok yang telah dibuat, petugas/aparat
desa/kelurahan kemenyampaikan dan mengumpulkan kembali SPOP
dan LSPOP yang telah diisi dan di tandatangani subjek pajak.
 Bersamaan dengan penyampaian SPOP dan LSPOP, petugas aparat
desa/kelurahan mengidentifikasi dan melakukan perubahan pada sket
peta blok kalau ternyata ada perbedaan antara sket peta blok yang
dibuat dengan kondisi dilapangan.
 Petugas/aparat desa/kelurahan wajib memberikan NOP pada setiap
bidang objek pajak dan NOP yang sama pada setiap SPOP, sesuai
tata cara pemberian NOP
 Berdasarlan letak objek pajak, ditentukan dan diberikan kode ZNT pada
masing-masing SPOP
 Petugas pendata wajib menandatangi SPOP pada kolom petugas
pendata
 Pada akhir proses kegiatan lapangan, petugas/aparat desa/kelurahan
wajib membuat daftar rekapitulasi atas SPOP dan LSPOP yang telah
kembali serta melaporkannya kepada kantor pelayanan dengan
melampirkan daftar rekapitulasi, SPOP dan LSPOP yang telah diisi
beserta data pendukungnya (kalau ada), sket peta desa/kelurahan dan
sket peta blok.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 59


 Atas laporan hasil kegiatan lapangan dilanjutkan dengan pekerjaan
kantor

(ii) Pendataan dengan identifikasi objek pajak


 Berdasarkan peta desa/kelurahan, petugas pendata dibantu oleh aparat
desa/kelurahan mengidentifikasi dan menentukan batas-batas blok serta
memberikan nomor pada masing-masing blok
 Berasamaan dengan penyampaian SPOP dan LSPOP kepada subjek
pajak, petugas mengidentifikasi tiap-tiap bidang objek pajak serta
membuat sket tiap-tiap bidang tersebut pada konsep blok masing-masing
 Petugas wajib memberikan NOP pada setiap bidang objek pajak dan NOP
yang sama pada setiap SPOP, sesuai tata cara pemberian NOP
 Petugas pendata wajib menandatangai SPOP pada kolom petugas
pendata
 Pada akhir proses kegiatan lapangan, petugas wajib membuat daftar
rekapitulasi atas SPOP dan LSPOP yang telah kembali serta
melaporkannya kepada kantor pelayanan dengan melampirkan daftar
rekapitulasi, SPOP dan LSPOP yang telah diisi beserta data pendukungnya
(kalau ada), sket peta desa/kelurahan dan sket peta blok.
 Atas laporan hasil kegiatan lapangan dilanjutkan dengan pekerjaan kantor

(iii) Pendataan dengan pengukuran bidang objek pajak


 Berdasarkan peta desa/kelurahan, petugas pendata dibantu oleh aparat
desa/kelurahan membentuk sket blok dengan mengidentifikasi dan
menentukan batas-batas blok serta memberikan nomor blok pada masing-
masing blok. Bila diperlukan petugas dapat melakukan idintifikasi lapangan
untuk menentukan batas-batas blok yang akan dibentuk.
 Berbekal sket blok yang telah dibuat, petugas penyampaian SPOP dan
LSPOP kepada subjek pajak serta melakukan pengukuran tiap-tiap bidang
objek pajak. Pengukuran juga harus dilakukan terhadap bangunan yang
ada. Pengukuran dilaksanakan sebagaimana tata cara pengukuran bidang
objek pajak.
 Hasil pengukuran bidang objek pajak dituangkan dalam sket peta blok
pada tiap-tiap sket blok.
 Petugas pendata dapat membantu wajib pajak dalam mengisi SPOP dan
LSPOP. Atas SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan ditandatangani oleh
subjek pajak diterima dan diadministrasikan oleh petugas pendata.
 Petugas pendata wajib memberikan NOP pada setiap bidang objek pajak
dan NOP yang sama pada setiap SPOP, sesuai tata cara pemberian NOP.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 60


 Berdasarlan letak objek pajak, ditentukan dan diberikan kode ZNT pada
masing-masing SPOP
 Petugas pendata wajib menandatangani SPOP pada kolom petugas
pendata
 Pada akhir proses kegiatan lapangan, petugas wajib membuat daftar
rekapitulasi atas SPOP dan LSPOP yang telah kembali serta
melaporkannya kepada kantor pelayanan dengan melampirkan daftar
rekapitulasi, SPOP dan LSPOP yang telah diisi beserta data pendukungnya
(kalau ada), sket peta desa/kelurahan dan sket peta blok.

(b) Penelitian hasil pengumpulan data


 Petugas pendata wajib melaporkan hasil pekerjaan lapangan kepada koordinator
lapangan secara rutin, misalnya harian, mingguan atau bulanan. Laporan
petugas pendata sekurang-kurangnya terdiri dari daftar rekapitulasi SPOP yang
telah kembali, SPOP dan LSPOP, sket peta blok, sket peta desa/kelurahan, sket
peta ZNT
 Koordinator lapangan dapat melakukan pengawasan langsung dilapangan sambil
mendampingi petugas pendata dalam melakukan pengukuran
 Setelah menerima laporan dari petugas pendata, koordinator lapangan
melakukan :
o Penelitian terhadap pengisian SPOP dan LSPOP apakah sudah lengkap,
jelas, dan benar serta ditandatangani oleh subjek pajak atau kuasanya
o Penelitian terhadap sket peta blok serta kebenaran pemberian NOP pada
peta blok maupun SPOP
o Penelitian terhadap pemberian kode ZNT, sesuai dengan lokasi objek pajak
o Menandatangani SPOP pada kolom pejabat yang berwenang
 Melaporkan hasil pekerjaan lapangan kepada koordinator administrasi secara
rutin misalnya harian, mingguan atau bulanan, untuk dilanjutkan dengan
pekerjaan kantor. Laporan yang disampaikan meliputi SPOP dan LSPOP, daftar
rekapitulasi SPOP, sket peta blok, sket peta desa/kelurahan dan sket peta ZNT

3) Pekerjaan Kantor
Setelah menerima laporan hasil pekerjaan lapangan dari koordinator lapangan, dilanjutkan
dengan pekerjaan kantor yang dikoordinir oleh koordinator administrasi. Pekerjaan kantor
meliputi :
a) Penelitian data masukan
Penelitian data masukan dilakukan terhadap :
 Kelengkapan dan kejelasan pengisian data dalam formulir SPOP dan LSPOP
 Kesesuaian penggambaran sket peta blok dengan SPOP serta pemberian NOP

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 61


 Kesesuaian penggambaran sket peta blok, peta desa/kelurahan dan juga peta ZNT
dengan tata cara pemetaan dan pengukuran objek pajak

Terhadap hasil pekerjaan lapangan yang belum lengkap atau belum jelas dikembalikan kepada
koordinator lapangan untuk ditindaklanjuti.

b) Pembendelan SPOP dan LSPOP


Pembendelan SPOP dan LSPOP dilakukan untuk memudahkan penyimpanan dan pencarian
kembali berkas-berkas apabila diperlukan. Pembendelan dilakukan terhadap kurang lebih 100
bidang objek pajak. Pembendelan SPOP dan LSPOP tidak terikat pada blok.
Setiap bendel SPOP dan LSPOP diberikan nomor yang terdiri dari 6 digit, meliputi:
 Digit 1 dan 2 menyatakan tahun pendataan; dan
 Empat digit selanjutnya menyatakan nomor bendel

Contoh : 09.0025 artinya pendataan tahun 2009 dengan nomor bendel 0025.
Selanjutnya dalam tiap-tiap formulir SPOP dicantumkan nomor bendel tersebut ditambah tiga
digit dibelakngnya, yang menunjukkan nomor urut SPOP dalam bendel tersebut.
Contoh : 09.0025.099, artinya formulir SPOP yang dilakukan pendataan pada tahun 2009,
tersimpan di bendel nomor 0025 dengan nomor urut 099.

c) Perekaman Data
Perekaman data kedalam basis data komputer dilakukan oleh petugas yang ditunjuk. Petugas
perekam data dibuat dalam satu tim yang terdiri dari 3 sampai 5 orang dan dikoordinir oleh
seorang koordinator. Perekaman data dilakukan setiap hari kerja dan apabila diperlukan dapat
dilakukan penambahan jam kerja.
Data yang wajib direkam meliputi :
 Kode ZNT beserta NIR nya per desa/kelurahan
 DBKB per kota/kabupaten
 SPOP dan LSPOP

d) Pengawasan kualitas rekaman


Setelah semua data-data direkam kedalam basis data komputer, oleh petugas yang ditunjuk
dilakukan pencetakan Daftar Hasil Rekaman (DHR) yang berisikan informasi semua data yang
telah terekam. Oleh koordinator administrasi dilakukan penelitian DHR , yang meliputi antara
lain :
 Kebenaran dan kelengkapan perekaman data dari SPOP dan LSPOP
 Keksesuaian jumlah data yang terekam dengan jumlah SPOP dan LSPOP yang telah
terkumpul

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 62


 Kesesuai kode ZNT dan NIR
 Mengetahui hasil rekaman yang janggal untuk segera dilakukan perubahan
 Terhadap kesalahan yang ditemukan diberikan tanda untuk dilakukan perbaikan

e) Penyimpanan Bendel
Penyimpanan bendel SPOP dan LSPOP dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan
petugas menemukan kembali bendel-bendel tersebut apabila diperlukan. Penatausahaan
bendel SPOP dan LSPOP dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.

f) Penggambaran Peta
Berdasarkan sket peta yang telah dibuat, oleh petugas yang ditunjuk dilakukan penggambaran
peta diatas kertas drafting film/kalkir sebagaimana tatacara penggambaran peta. Peta yang
digambar terdiri dari peta blok, peta desa/kelurahan, dan peta ZNT.
Penggambaran peta harus dilengkapi dengan legenda peta dan kode nomor serta nama
desa/kelurahan serta kode nomor blok untuk peta blok. Apabila kantor pelayanan telah memiliki
aplikasi pengolah peta, seperti Sistem Informasi Geografis (SIG), maka peta-peta yang telah
terbentuk dipindahkan kedalam basis data SIG melalui proses scanning ataupun digitasi.

g) Penyimpanan Peta
Penyimpanan peta dapat dilakukan pada almari peta yang dilengkapi dengan gantungan peta.
Penyimpanan peta hendaknya dilakukan per jenis peta. Karena umumnya jumlah peta
desa/kelurahan dan peta ZNT tidak terlalu banyak, maka penyimpanannya dapat dilakukan
dalam satu almari peta. Untuk memudahkan pencarian hendaknya dalam penyimpanan peta
diberikan tanda atau kode tertentu. Tanda tersebut paling tidak menyatakan kode kecamatan,
kode dan nama desa/kelurahan, nomor blok, jumlah lembar peta dalam 1 desa/kelurahan atau
dalam 1 blok.
Penulisan tanda tersebut hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga mudah dilihat, misalnya
ujung kiri atas ditulis kode kecamatan serta kode dan nama desa/kelurahan serta di ujung
kanan atas ditulis nomor blok dan jumlah lembar dalam blok tersebut
Contoh :
 Pada ujung kiri atas peta : 003 001 : Dauh Puri Kauh
 Pada ujung kanan atas peta : 001 (2-1)
Artinya peta blok tersebut menunjukkan : lembar ke 1 dari 2 lembar peta blok 001, Kelurahan
Dauh Puri Kauh

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 63


h) Produksi data keluaran
Produksi data keluaran dilakukan secara rutin di seksi pengolahan data sesuai dengan
permintaan pelayanan oleh wajib/subjek pajak. Data keluaran meliputi SPPT PBB, STTS,
DHKP, SK Keberatan, SK Pengurangan, SK Pembetulan, Surat Keterangan NJOP dll. Produksi
data kelauaran dilakukan :
 Secara massal, dilakukan setiap awal tahun pajak dengan mencetak seluruh SPPT,
STTS, DHKP. Selanjutnya SPPT didistribusikan kepada wajib pajak, STTS didistribusikan
ke Bank tempat pembayaran, dan DHKP disistribusikan masing-masing ke Dispenda,
Bank Tempat Pembayaran, dan Kantor Pelayanan Pajak.
 Secara insidentil, dilakukan sesuai atau untuk memenuhi permintaan pelayanan kepada
wajib pajak. Produk keluaaran secara insidentil dapat berupa Salinan SPPT, SK
Pengurangan, SK Keberatan, SK Pembetulan, Surat Keterangan NJOP dll.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 64


6. PEMUTAKHIRAN/PEMELIHARAAN BASIS DATA

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mengerti dan


memahami tata cara, sarana, dan proses pemutakhiran/pemeliharaan basis
data objek dan subjek pajak serta mampu melaksanakan pemeliharaan basis
data objek dan subjek pajak.

A. Difinisi
Pemutakhiran atau pemeliharaan basis data adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menyesuaikan basis data objek dan subjek pajak yang telah terbentuk dengan keadaan
sebenarnya saat ini dilapangan. Pemutakhiran basis data dapat dilakukan terhadap data objek
pajak seperti luas tanah , luas bangunan, kondisi bangunan, kelas tanah, kelas bangunan, dan
data subjek pajak. Setiap pemutakhiran data objek pajak harus selalu diikuti dengan
pemutakhiran peta blok.

B. Cara Pemeliharaan Basis Data


Pemutahiran data objek dan sujek pajak dapat dilakukan secara:
i) Pasif, artinya pemeliharaan basis data dilakukan berdasarkan pada laporan yang diterima
dari instansi terkait seperti lurah/kepala desa, Notaris PPAT, BPN, dinas PU dll atau
laporan/permohon yang diterima dari subjek/wajib pajak langsung.
ii) Aktif, artinya pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh petugas pajak atau pihak lain
yang ditunjuk dengan cara mencocokkan dan menyesuaikan data objek dan subjek pajak
pada basis data dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

C. Tata Cara Pemeliharaan Basis Data


1) Pemutahiran basis data secara pasif
Kegiatan pemutakhiran data secara pasif dilakukan secara terus-menerus dan menyeluruh oleh
kantor pelayanan pajak dalam wilayah kerjanya. Pemutahiran data dapat dilakukan untuk
pengenaan pajak tahun sebelumnya, tahun berjalan maupun tahun berikutnya. Berdasarkan
laporan yang diterima dari pihak terkait maupun dari subjek/wajib pajak, oleh petugas pajak
dilakukan pengecekan kedalam basis data dan dilanjutkan dengan penyesuaian dengan data-
data yang dilaporkan.
Langkah pelaksanaan pemutakhiran data secara pasif, meliputi :
a) Persiapan
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk kelancaran pelaksanaan pemutakhiran data
secara pasif, antara lain :
 Tempat pelayanan
Tempat pelayanan hendaknya disediakan agar subjek/wajib pajak yang akan
melakukan mengajukan permohonan perubahan maupun mendaftarkan objek

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 65


pajaknya dapat mencapainya dengan mudah serta dapat dilayani dengan nyaman.
Selain kantor pelayanan atau kantor penyuluhan pajak yang meliputi letak objek pajak,
tempat lain yang ditunjuk hendaknya dapat memenuhi hal tersebut.
 Petugas pelayanan
Penunjukkan petugas hendaknya dipertimbangkan agar dapat memberikan penjelasan
dan contoh pengisian formulir SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak.
 Formulir SPOP dan LSPOP serta tanda terimanya disiapkan secara memadai
sehingga tidak terjadi kekosongan. Disamping itu perla juga disiapkan formulir yang
memberikan informasi tentang tata cara pengisian SPOP dan LSPOP, hak dan
kewajiban subjek pajak, alur proses penyelesaian pendaftaran dan lain-lain yang
dianggap perla dan dapat membantu subjek pajak.
 Buku atau sarana pencatatan lainnya diperlukan oleh petugas untuk mencatat hal-hal
yang diperlukan seperti identitas penerima SPOP, tanggal diterima SPOP, letak objek
pajak dll
b) Pelaksanaan
(i) Pemeliharaan berdasarkan laporan/permohonan subjek/wajib pajak
Laporan atau permohonan dari subjek pajak dapat diterima langsung di lokasi
pelayanan satu tempat atau tempat lain yang ditentukan.
Secara lengkap langkah-langkah pemutakhiran data berdasarkan laporan dari subjek
pajak dijelaskan dalam Modul Pelayanan Satu Tempat
Langkah-langkahnya:
 Subjek mengajukan permohonan dengan surat permohonan dan/atau
melaporkan data pajaknya dengan mengisi farmulir SPOP dan LSPOP
 Pengajuan permohonan dan atau laporan tersebut dapat dilakukan secara
langsung atau melalui pos
 Petugas pajak dapat membantu subjek pajak dalam pengisian data-data sesuai
formulir SPOP dan LSPOP
 Petugas pajak, setelah menerima permohonan atau laporan dari wajib pajak
melakukan penelitian terhadap surat permohonan maupun pengisian SPOP dan
LSPOP
 Petugas dapat mengembalikan surat permohonan maupun SPOP dan LSPOP
kepada subjek pajak apabila berdasarkan penelitian ternyata belum lengkap dan
jelas
 Apabila diperlukan dapat ditugaskan petugas untuk melakukan penelitian
lapangan atas laporan dari subjek pajak tersebut
 Berdasarkan SPOP dan LSPOP dilakukan pemutakhiran data pada basis data

(ii) Pemeliharaan berdasarkan laporan instansi terkait

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 66


Laporan dari instansi terkait dapat berupa laporan per subjek/wajib pajak ataupun
secara kolektif yang terdiri dari beberapa subjek pajak. Agar dapat dimanfaatkan
sebagai masukan dalam pelaksanaan pemutakhiran data objek dan subjek pajak, data
tersebut paling tidak harus mencantumkan NOP.
 Laporan yang diterima dari instansi terkait dilakukan pengecekan ke basis data
sesuai NOP masing-masing
 Data sebagaimana laporan dari instansi terkait, oleh petugas dipindahkan
kedalam formulir SPOP dan LSPOP
 Apabila diperlukan dapat ditugaskan petugas untuk melakukan penelitian di
lapangan
 Berdasarkan SPOP dan LSPOP diakukan pemutakhiran data pada basis data

c) Produksi data keluaran


Produksi data keluaran dilakukan secara rutin di seksi pengolahan data sesuai dengan
permintaan pelayanan oleh wajib/subjek pajak. Data keluaran meliputi SPPT PBB, STTS,
DHKP, SK Keberatan, SK Pengurangan, SK Pembetulan, Surat Keterangan NJOP dll.
Produksi data kelauaran dilakukan :
 Secara massal, dilakukan setiap awal tahun pajak dengan mencetak seluruh SPPT,
STTS, DHKP. Selanjutnya SPPT didistribusikan kepada wajib pajak, STTS
didistribusikan ke Bank tempat pembayaran, dan DHKP disistribusikan masing-masing
ke Dispenda, Bank Tempat Pembayaran, dan Kantor Pelayanan Pajak.
 Secara insidentil, dilakukan sesuai atau untuk memenuhi permintaan pelayanan
kepada wajib pajak. Produk keluaaran secara insidentil dapat berupa Salinan SPPT,
SK Pengurangan, SK Keberatan, SK Pembetulan, Surat Keterangan NJOP dll.

2) Pemutakhiran basis data secara aktif


Pemutakhiran basis data secara aktif dilakukan oleh kantor pelayanan pajak berdasarkan
rencana kerja yang disusun dalam satu tahun anggaran untuk sebagian atau seluruh wilayah
kerja kantor pelayanan. Hasil pemutakhiran data secara aktif umumnya dipakai sebagai dasar
penetapan PBB tahun berikutnya, namun tidak tertutup kemungkinan dapat juga sebagai dasar
penetapan tahun berjalan dan tahun sebelumnya.
Pelaksanaan pemutakhiran basis data secara aktif dilakukan dengan menerjunkan petugas
kelapangan untuk melakukan pencocokan data pada basis data dengan data sebenarnya
dilapangan.
Langkah-langkah pelaksanaan pemutakhiran data secara aktif meliputi :
a) Persiapan
i. Penelitian pendahuluan
Kegiatan ini diperlukan untuk mengumpulkan data dan informasi awal berkaitan dengan
wilayah desa/kelurahan yang akan dilakukan pemutakhiran data. Data yang dikumpulkan
mencakup sekurang-kurangnya : jumlah objek dan subjek pajak yang terdaftar, jumlah

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 67


pokok ketetapan PBB tahun berjalan, jumlah bangunan baru atau yang diperbaharui,
jumlah perkiraan objek pajak yang akan berubah, harga pasar tanah tertinggi dan
terendah, harga bahan material bangunan yang berlaku, standar upah tukang bangunan,
perkiraan peningkatan pokok ketetapan tahun berikutnya dll.
ii. Penyusunan rencana kerja
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian pendahuluan dipakai sebagai
dasar untuk penyusunan rencana kerja. Rencana kerja yang disusun paling tidak
mencakup hal-hal sebagai berikut :
 Sasaran dan volume kegiatan
 Standar prestasi petugas
 Jadwal pelaksanaan
 Organisasi dan tim pelaksana
 Biaya yang dibutuhkan
 Hasil akhir

iii. Pembentukan Tim Pelaksana Pendataan


Untuk mencapai hasil sesuai sasaran, pelaksanakan kegiatan pendataan hendaknya
dilaksanakan oleh sebuah Tim Pendataan yang sekurang-kurangnya terdiri dari :
 Seorang ketua Tim
 Bendahara kegiatan
 Dua orang koordinator, masing-masing satu orang koordinator lapangan dan satu
orang koordinator administrasi
 Petugas pendata lapangan, sekurang-kurangnya dua orang yang terdiri dari petugas
dan pendamping (jumlahnya sesuai kebutuhan)
 Petugas perekam data (jumlahnya sesuai kebutuhan)

iv. Pengadaan sarana pendukung


Sarana yang dibutuhkan dalam kegiatan pendataan meliputi :
 Foto copy peta desa/kelurahan, peta ZNT, dan peta blok untuk wilayah yang akan
dilakukan pemutakhiran data
 Cetakan Daftar Hasil Rekaman (DHR) atas data basis data kondisi terakhir
 alat tulis kantor seperti pensil, bulpoint, rapido, penggaris, busur derajat, kertas,
kertas kalkir dll
 alat ukur seperti roll meter, disto meter
 formulir SPOP dan LSPOP

v. Koordinasi dan Penyuluhan


Untuk kelancaran pelaksanaan pemutakhiran data diperlukan koordinasi dengan pihak
terkait seperti BPN atau kantor pertanahan daerah, dinas pekerjaan umum,
desa/kelurahan dll.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 68


Penyuluhan dilakukan terhadap masyarakat atau perwakilan masyarakat di
desa/kelurahan yang akan dilakukan pembentukan basis data sehingga mereka
mengetahui rencana kegiatan tersebut, manfaat yang akan diterima, dan mempersiapkan
data-data pendukung yang diperlukan.

b) Pekerjaan lapangan
 Dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan, setiap petugas lapangan membawa foto copy
peta blok serta DHR sesuai basis data masing-masing wilayah yang akan
dimutakhirkan
 Berdasarkan peta blok dan DHR, petugas lapangan melakukan pencocokan data objek
pajak dengan keadaan dilapangan. Objek pajak yang mengalami perubahan
diberikan SPOP dan LSPOP untuk diisi oleh subjek pajak sesuai keadaan
sebenarnya. Petugas dapat membantu subjek pajak dalam mengisi data sesuai
formulir SPOP dan LSPOP
 Apabila terjadi pemecahan atau penggabungan bidang objek pajak harus selalu diikuti
dengan perubahan peta blok
 Apabila diperlukan, petugas dapat melakukan pengukuran bidang objek pajak baik
tanah ataupun bangunan
 Subjek pajak menyerahkan kembali SPOP dan LSPOP yang telah diisi kepada petugas
 Setelah diteliti, petugas wajib mengisi kolom NOP dan ZNT pada formulir SPOP dan
LSPOP serta menandatangani SPOP pada kolom petugas pendata
 Setiap akhir periode, misalnya harian atau mingguan petugas wajib melaporkan hasil
kegiatan pemutakhiran yang telah dilakukan kepada koordinator lapangan. Laporan
tersebut paling tidang berupa SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan
ditandatangani, daftar rekapitulasi yang berisi NOP yang mengalami perubahan,
peta blok dll
 Oleh koordinator lapangan dilakukan penelitian dan selanjutnya ditandatangani pada
kolom mengetahui
 Koordinator lapangan melaporkan hasil pekerjaan lapangan kepada koordinator
administrasi untuk dilanjutkan dengan pekerjaan kantor.

c) Pekerjaan kantor
Setelah menerima laporan hasil pekerjaan lapangan dari koordinator lapangan, dilanjutkan
dengan pekerjaan kantor yang dikoordinir oleh koordinator administrasi. Pekerjaan kantor
meliputi :

i. Penelitian data masukan


Penelitian data masukan dilakukan terhadap :
 Kelengkapan dan kejelasan pengisian data dalam formulir SPOP dan LSPOP

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 69


 Kesesuaian penggambaran sket peta blok dengan SPOP serta pemberian NOP
 Kesesuaian penggambaran sket peta blok, peta desa/kelurahan dan juga peta ZNT
dengan tata cara pemetaan dan pengukuran objek pajak

Terhadap hasil pekerjaan lapangan yang belum lengkap atau belum jelas dikembalikan kepada
koordinator lapangan untuk ditindaklanjuti.

ii. Pembendelan SPOP dan LSPOP


Pembendelan SPOP dan LSPOP dilakukan untuk memudahkan penyimpanan dan pencarian
kembali berkas-berkas apabila diperlukan. Pembendelan dilakukan terhadap kurang lebih 100
bidang objek pajak. Pembendelan SPOP dan LSPOP tidak terikat pada blok.
Setiap bendel SPOP dan LSPOP diberikan nomor yang terdiri dari 6 digit, meliputi:
 Digit 1 dan 2 menyatakan tahun pendataan; dan
 Empat digit selanjutnya menyatakan nomor bendel
Contoh : 09.0025 artinya pemutakhiran data tahun 2009 dengan nomor bendel 0025.
Selanjutnya dalam tiap-tiap formulir SPOP dicantumkan nomor bendel tersebut ditambah tiga
digit dibelakngnya, yang menunjukkan nomor urut SPOP dalam bendel tersebut.
Contoh : 09.0025.099, artinya formulir SPOP yang dilakukan pemutakhiran data pada tahun
2009, tersimpan di bendel nomor 0025 dengan nomor urut 099.

iii. Perekaman Data


Perekaman data kedalam basis data komputer dilakukan oleh petugas yang ditunjuk. Petugas
perekam data dibuat dalam satu tim yang terdiri dari 3 sampai 5 orang dan dikoordinir oleh
seorang koordinator. Perekaman data dilakukan setiap hari kerja dan apabila diperlukan dapat
dilakukan penambahan jam kerja.
Data yang wajib direkam meliputi :
 Kode ZNT beserta NIR nya per desa/kelurahan
 DBKB per kota/kabupaten
 SPOP dan LSPOP

iv. Pengawasan kualitas rekaman


Setelah semua data-data direkam kedalam basis data komputer, oleh petugas yang ditunjuk
dilakukan pencetakan Daftar Hasil Rekaman (DHR) yang berisikan informasi semua data yang
telah terekam. Oleh koordinator administrasi dilakukan penelitian DHR , yang meliputi antara
lain :
 Kebenaran dan kelengkapan perekaman data dari SPOP dan LSPOP

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 70


 Keksesuaian jumlah data yang terekam dengan jumlah SPOP dan LSPOP yang telah
terkumpul
 Kesesuai kode ZNT dan NIR
 Mengetahui hasil rekaman yang janggal untuk segera dilakukan perubahan
 Terhadap kesalahan yang ditemukan diberikan tanda untuk dilakukan perbaikan

v. Penyimpanan Bendel
Penyimpanan bendel SPOP dan LSPOP dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan
petugas menemukan kembali bendel-bendel tersebut apabila diperlukan. Penatausahaan
bendel SPOP dan LSPOP dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.

vi. Penggambaran Peta


Berdasarkan sket peta yang telah dibuat, oleh petugas yang ditunjuk dilakukan penggambaran
peta diatas kertas drafting film/kalkir sebagaimana tatacara penggambaran peta. Peta yang
digambar terdiri dari peta blok, peta desa/kelurahan, dan peta ZNT.
Penggambaran peta harus dilengkapi dengan legenda peta dan kode nomor serta nama
desa/kelurahan serta kode nomor blok untuk peta blok. Apabila kantor pelayanan telah memiliki
aplikasi pengolah peta, seperti Sistem Informasi Geografis (SIG), maka peta-peta yang telah
terbentuk dipindahkan kedalam basis data SIG melalui proses scanning ataupun digitasi.

vii. Penyimpanan Peta


Penyimpanan peta dapat dilakukan pada almari peta yang dilengkapi dengan gantungan peta.
Penyimpanan peta hendaknya dilakukan per jenis peta. Karena umumnya jumlah peta
desa/kelurahan dan peta ZNT tidak terlalu banyak, maka penyimpanannya dapat dilakukan
dalam satu almari peta. Untuk memudahkan pencarian hendaknya dalam penyimpanan peta
diberikan tanda atau kode tertentu. Tanda tersebut paling tidak menyatakan kode kecamatan,
kode dan nama desa/kelurahan, nomor blok, jumlah lembar peta dalam 1 desa/kelurahan atau
dalam 1 blok.
Penulisan tanda tersebut hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga mudah dilihat, misalnya
ujung kiri atas ditulis kode kecamatan serta kode dan nama desa/kelurahan serta di ujung
kanan atas ditulis nomor blok dan jumlah lembar dalam blok tersebut
Contoh :
 Pada ujung kiri atas peta : 003 001 : Dauh Puri Kauh
 Pada ujung kanan atas peta : 001 (2-1)
Artinya peta blok tersebut menunjukkan : lembar ke 1 dari 2 lembar peta blok 001, Kelurahan
Dauh Puri Kauh

viii. Produksi data keluaran

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 71


Produksi data keluaran dilakukan secara rutin di seksi pengolahan data sesuai dengan
permintaan pelayanan oleh wajib/subjek pajak. Data keluaran meliputi SPPT PBB, STTS,
DHKP, SK Keberatan, SK Pengurangan, SK Pembetulan, Surat Keterangan NJOP dll. Produksi
data kelauaran dilakukan :
 Secara massal, dilakukan setiap awal tahun pajak dengan mencetak seluruh SPPT,
STTS, DHKP. Selanjutnya SPPT didistribusikan kepada wajib pajak, STTS didistribusikan
ke Bank tempat pembayaran, dan DHKP disistribusikan masing-masing ke Dispenda,
Bank Tempat Pembayaran, dan Kantor Pelayanan Pajak.
 Secara insidentil, dilakukan sesuai atau untuk memenuhi permintaan pelayanan kepada
wajib pajak. Produk keluaaran secara insidentil dapat berupa Salinan SPPT, SK
Pengurangan, SK Keberatan, SK Pembetulan, Surat Keterangan NJOP dll.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 72


Naskah/Script : Modul Pendataan dan Pemetaan PBB

Posisi Penempatan : pada awal modul


Tujuan : memberikan arahan mengenai isi modul

”Assalamu’alaikum wr.wb, Salam sejahtera buat kita semua. Selamat


datang pada model pembelajaran e-learning Pajak Bumi dan Bangunan
khususnya untuk materi Pendataan dan Pemetaan PBB.
Dalam pembelajaran pendataan dan pemetaan PBB berikut ini akan
dijelaskan bagaimana tatacara pembentukan peta PBB, pengukuran dan
pemetaan bidang objek pajak, pemberian NOP sampai dengan pembatalan
atau penghapusan NOP.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa objek pajak atas PBB adalah
tanah dan atau bangunan. Dimana, ciri utama dari tanah dan bangunan
adalah immobile, yang artinya tidak dapat berpindah atau dipindahkan. Ciri
utama tanah dan bangunan ini memungkinkan sebagai dasar untuk
pembentukan basis data PBB, sebagai sarana untuk memudahkan
pelaksanaan pengenaan PBB serta memberikan pelayanan kepada wajib
pajak.
Kegitan pendataan dan pemetaan PBB ini dilakukan dalam rangka
pembentukan dan pemeliharaan basis data, sehingga tercipta suatu basis
data yang akurat dan up to date.
Setelah selesai mengikuti pembelajaran pendataan dan pemetaan ini,
diharapkan peserta dapat mengerti, memahami, menjelaskan dan yang
terpenting adalah dapat melaksanakan pembentukan dan pemeliharaan
basis data PBB sesuai dengan aturan dan tatacara yang berlaku.

Baiklah, para peserta sekalian selamat mengikuti dan selamat belajar.


Assalamu’alaikum wr.wb.

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 73


Posisi Penempatan : pada akhir modul
Tujuan : memberikan kesimpulan mengenai isi modul

Para peserta sekalian.


Dari uraian tersebut, dapat kita simpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
Pertama, Untuk memudahkan pengenaan PBB dan memberikan
pelayanan kepada wajib pajak diperlukan suatu basis data PBB yang
akurat dan up to date. Untuk mendapatkan basis data yang akurat dan
up to date dapat dilakukan melalui kegiatan pendataan dan pemetaan
objek dan subjek PBB

Kedua, Kegiatan pendataan dan pemetaan dimulai dari pembentukan


peta desa atau kelurahan sebagai peta dasar, dilanjutkan dengan
pengukuran dan pemetaan tiap-tiap bidang objek pajak.

Ketiga, Pada saat pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek


pajaknya dengan mengisi SPOP dan lampiran SPOP secara benar,
lengkap, dan menandatanganinya

Keempat, Sesuai letak objek pajak, tiap bidang objek pajak diberikan
NOP sebagai identitas objek pajak

Kelima, Untuk menjaga keakuratan basis data, dilakukan


pemeliharaan basis data secara pasif ataupun secara aktif

Demikian, semoga bermanfaat


Terima kasih

Modul Pendataan dan Pemetaan PBB Page 74

Anda mungkin juga menyukai