PENDAHULUAN
A. Umum
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan didasarkan atas Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
Besarnya NJOP atas tanah dan bangunan sebagai objek pajak, ditentukan berdasarkan luas
objek pajak serta nilai jual objek pajak per meter persegi. Besarnya nilai jual objek pajak per
meter persegi tanah ditentukan berdasarkan letak atau lokasinya. Sedangkan untuk
menentukan nilai jual per meter persegi bangunan dihitung berdasarkan komponen utama,
komponen material serta fasilitas bangunan.
Untuk memudahkan pelaksanaan pengenaan PBB dan memberikan pelayanan prima kepada
wajib pajak berkaitan dengan hak dan kewajiban PBB, maka diperlukan suatu basis data objek
dan subjek PBB. Tanah dan atau bangunan sebagai objek PBB mempunyai sifat yang immobile
artinya bersifat tetap atau tidak dapat berpindah ataupun dipindahkan. Hal ini memungkinkan
bahwa pembentukan basis data PBB dapat dilakukan berbasiskan pada bumi/tanah. Basis data
PBB terdiri dari basis data grafis (peta) dan basis data alfa numerik. Basis data grafis dapat
dipakai untuk menentukan luas serta lokasi relatif bidang objek pajak. Dan basis data alfa
numerik berisikan data identitas subjek/wajib dan objek pajak, material dan fasilitas bangunan,
serta data pendukung lainnya.
Subjek pajak, dalam rangka pembentukan basis data, wajib mendaftarkan objek pajaknya.
Namun kondisi masyarakat sebagai subjek pajak PBB belum memungkinkan untuk
mendaftarkan sendiri objek pajaknya, sehingga dibutuhkan peran aktif kantor pelayanan pajak.
Pembentukan basis data grafis dapat dilakukan dengan pemetaan atas seluruh wilayah kerja
kantor pelayanan pajak. Pemetaan wilayah kerja dilakukan dalam satuan wilayah administrasi
pemerintahan dengan satuan terkecil adalah wilayah administrasi desa/kelurahan yang disebut
sebagai peta desa/kelurahan. Peta sebagai hasil kegiatan pemetaan dilengkapi dengan batas-
batas administrasi pemerintahan. Peta desa/kelurahan dibagi menjadi beberapa blok yang
dilekapi dengan batas-batas blok. Selanjutnya untuk dapat menentukan posisi relatif serta luas
tiap-tiap objek, masing-masing bidang objek pajak pada tiap-tiap blok dilakukan pengukuran
dan penggambaran peta blok. Setiap bidang objek pajak diberikan identitas yang disebut
Nomor Objek Pajak (NOP).
Pembentukan basis data alfa numerik dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang
diperlukan dan menuangkannya kedalam formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
dan Lampiran SPOP (LSPOP). SPOP dan LSPOP diisi dan ditandatangani oleh subjek pajak
atau kuasanya dan diserahkan kepada petugas pada saat dilakukan pendaftaran atau
pendataan objek pajak. Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan bersamaan dengan
pengukuran bidang objek pajak.
Pendataan dan pemetaan objek pajak dilakukan dalam rangka pembentukan basis data PBB,
sehingga tercipta suatu basis data yang akurat dan up to date. Pembentukan basis data PBB
adalah seluruh rangkaian kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi dan
menatausahakan data objek dan subjek PBB. Kegiatan Pendataan dan pemetaan meliputi
kegiatan pemetaan, pengukuran bidang objek pajak, pemberian identitas objek pajak,
pendaftaran objek pajak, pendataan objek dan subjek pajak, pemutahiran data objek dan subjek
pajak.
Modul pendataan dan pemetaan ini membahas tentang pemetaan wilayah, pengukuran bidang
objek pajak, pemberian identitas objek pajak, tata cara pendaftaran dan pendataan objek dan
subjek pajak, serta pemutakhiran data objek dan subjek pajak. Disamping itu juga akan
dijelaskan pihak yang terlibat dalam setiap kegiatan tersebut, sarana yang dipakai, serta hasil
akhir yang diharapkan.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mengikuti pembelajaran dalam modul pendataan dan pemetaan ini, diharapkan
peserta didik dapat mengerti, memahami, menjelaskan kembali serta yang terpenting adalah
dapat melaksanakan pembentukan dan pemeliharaan basis data PBB sesuai dengan aturan
dan tata cara yang telah ditentukan.
1. PEMETAAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami jenis peta PBB, tata cara, sarana, dan proses pemetaan serta mampu
melaksanakan pemetaan dan penggambaran peta.
A. Definisi
Pemetaan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk menghasilkan peta. Sedangkan
peta adalah suatu representasi (miniatur) dari unsur-unsur fisik (alamiah dan buatan) dari
sebagian atau keseluruhan permukaan bumi di atas media bidang datar dengan skala dan
sistem proyeksi tertentu.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peta memiliki karakteristik sebagai berikut:
Merupakan reprensentasi atau gambaran unsur-unsur fisik dari sebagian atau
keseluruhan permukaan bumi.
Digambar diatas bidang datar dengan proyeksi tertentu artinya pengukuran permukaan
bumi yang sebenarnya melengkung dengan suatu prosedur matematis tertentu sehingga
memungkinkan digambar pada bidang datar.
Mempunyai skala (perbandingan antara jarak dipeta dengan jarak sebenarnya
dipermukaan bumi) tertentu.
Suatu peta idealnya harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut :
Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan
besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi.
Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
Pemetaan PBB adalah kegiatan untuk pembuatan peta PBB yang dipakai dalam rangka
pengelolaan PBB.
Peta PBB dibuat sesuai dengan kebutuhan PBB, dalam arti hanya memuat detil-detil, simbol,
atribut dan ketentuan lainnya yang bermanfaat untuk kepentingan administrasi PBB.
B. Cara Pemetaan
Secara umum pemetaan dapat dilaksanakan dengan 3 (tiga) cara yaitu pengukuran teristris,
pengukuran ekstra teristris, dan pemetaan dengan memanfaatkan peta rupa bumi
BAKOSURTANAL. Untuk kepentingan pemetaan PBB, terutama untuk menghasilkan peta blok
analog (hardcopy), paling sering digunakan cara pengukuran teristris, yang dilkakukan dengan
alat ukur roll meter (meteran). Sedangkan pengukuran ekstra teristris dan pemanfaatan peta
rupa bumi Bakosurtanal sering dipergunakan untuk menghasilkan peta desa/kelurahan dan
peta wilayah digital (softcopy). Dalam modul ini akan lebih banyak menyampaikan cara
pengukuran teristris dengan hasil peta analog (hardcopy).
1) Pengukuran Teristris
Salah satu cara yang digunakan dalam pembentukan peta PBB adalah melalui pengukuran
teristris. Pengukuran teristris adalah penentuan posisi titik-titik di permukaan bumi dengan
pengukuran jarak, sudut, atau kombinasi keduanya dengan alat yang berpangkal di tanah.
Pengukuran terestris terdiri dari penentuan posisi horisontal dan penentuan posisi vertikal.
a. Penentuan Posisi Horisontal
Posisi horisontal disini merupakan posisi dua dimensi dari suatu objek di permukaan bumi yang
diproyeksikan pada bidang datar. Metode atau teknik yang dapat digunakan adalah :
i. Pengukuran Poligon, yaitu penentuan posisi horizontal beberapa titik dengan cara
menghubungkan satu sama lainnya dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian poligon. Metode pengukuran poligon sebagai berikut:
Pengukuran Poligon Tertutup.
Pengukuran diawali dan diakhiri pada satu titik dasar teknik yang sama yang telah
diketahui koordinatnya (membentuk loop). Selain itu, teknik ini mensyaratkan
tersedianya dua titik dasar teknik sebagai titik ikat.
Dari berbagai metode pengukuran di atas, metode yang paling populer dan banyak digunakan
adalah metode pengukuran poligon.
Pada metode ekstra terestris adalah penentuan posisi dengan alat yang tidak berpangkal di
tanah melainkan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik
maupun satelit).
Penentuan posisi dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap benda atau objek di angkasa
seperti bintang, bulan, quasar dan satelit buatan manusia. Ataupun dilakukan dengan foto
udara dan citra satelit. Beberapa contoh penentuan posisi ekstra terestris adalah sebagai
berikut :
Astronomi geodesi
Transit Dopler
Global Positioning Sistem (GPS)
Citra Satelit
Peta rupabumi adalah peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota,
jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung pada bidang datar
dengan skala dan proyeksi tertentu. Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan
Peta Rupabumi Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional disingkat
BAKOSURTANAL. Peta rupabumi memiliki sistem proyeksi Universal Tranverse Mercator
Ada beberapa skala peta rupabumi yang dimiliki Bakosurtanal yaitu skala 1:10.000, 1:25.000,
1:50.000, dan 1:250.000. Dalam pembentukan peta desa/kelurahan untuk kepentingan PBB
peta yang dapat dimanfaatkan adalah dengan skala 1:10.000 dan 1:25.000.
Peta rupabumi Bakosurtanal terdiri dari tujuh layer utama yaitu :
Layer Hidrologi (termasuk garis pantai)
Layer Jaringan Jalan
Layer Toponimi
Layer Batas Administrasi (sampai dengan batas kelurahan)
Layer Gedung dan Bangunan (pemukiman)
Layer Vegetasi
Layer Kontur
Peta PBB dibuat dalam format Digital (Softcopy) dan Analog (Hardcopy). Dalam modul ini
hanya menjelaskan mengenai peta analog (hard copy) sedangkan untuk peta digital (soft copy)
akan lebih banyak diulas dalam modul Sistem Informasi Geografis (SIG) PBB.
Gambar 1.9.
Ukuran Lembar dan Keterangan Tepi Peta
2,5 CM
x1 PETA DESA/KELURAHAN ............................................
x2 x8 2,5 CM
y10
10 CM
10 CM
10 CM 1 CM
1 CM
10 CM 10 CM
K O O R D IN A T Y
10 CM
85 CM
10 CM
10 CM
10 CM 5 CM 5 CM
y1
1,5 CM
INDEKS ARAH
KETERANGAN DAN LEGENDA KETERANGAN
UTARA DAN 13,5 CM
PEMBUAT PETA KETERANGAN PETA LOKASI PETA
SKALA
PETA PETA
2,5 CM
2,5 CM
Judul Peta ditulis lengkap di bagian atas tengah lembar peta dengan huruf besar (kapital),
Contoh : PETA DESA GEDANGREJO, PETA KELURAHAN GONDOKUSUMAN.
Grid dan Informasi Koordinat Peta. Grid peta digambarkan dengan tanda silang (+)
dengan jarak antar grid sebesar 10 cm pada muka peta, kecuali besarnya jarak antara
grid terbawah dengan garis bawah muka peta sebesar 5 cm. Panjang/tinggi masing-
20........................................................... 1,5 CM
TAHUN DIGAMBAR
DIGAMBAR 3,5 CM
...........................................................
NIP. ..........................................
DIPERIKSA 3,5 CM
...........................................................
NIP. ..........................................
...........................................................
NIP. ..........................................
5,5 CM 9,5 CM
Peletakkan dan penulisan Indeks dan Keterangan Peta ditunjukkan pada gambar berikut :
KEL. A
KEL. D
KEL. B
KEL. E 7,5 CM
Panel KEL. C
Panel
Keteran KEL. F Arah
gan DAERAH YANG DIPETAKAN 0,5 CM
Utara
1 CM 1,5 CM 8,5 CM dan
Pembua Sistem proyeksi : UTM WGS 84
Skala
Zone : 49 S
t Peta Sumber peta : Peta topografi AD skala 1 : 5.000 tahun 2000
Peta
Arah Utara dan Skala Peta, arah utara adalah arah vertikal tegak lurus ke atas peta dan
dilambangkan dengan simbol tertentu. Skala peta dinyatakan dalam dua cara
penulisan yaitu berupa skala angka dan skala batang. Simbol arah utara,
penulisan contoh skala angka dan batang dapat sebagaimana gambar berikut :
Gambar 1.12. Arah Utara dan Skala
SKALA 1 : 5.000
0 1 2 4 6 CM
0 50 100 200 300 M
D EP A R TE M E N K E U A N G A N R .I.
D IR E K TO R A T JEN D E RA L P A JA K
4,5 CM
K P P B B ........................................
D AN A
K AB/KO TA 1,5 CM
KE C A M ATA N 1,5 CM
D E SA/KEL 1,5 CM
KO D E W IL AYA H 1,5 CM
N O M O R LE M BA R 1,5 CM
JU M LA H LE M B A R 1,5 CM
5,5 CM 9,5 CM
Simbol adalah tanda-tanda menurut perjanjian yang digunakan untuk menyatakan obyek-obyek
tertentu. Simbol digunakan untuk menggambarkan obyek-obyek yang terlalu kecil jika
digambarkan dengan menggunakan peta, atau untuk menyampaikan informasi mengenai detil
obyek-obyek tertentu. Selain dengan penggambaran simbol, penyampaian informasi di atas
juga dapat dikombinasikan dengan pewarnaan obyek atau simbol itu sendiri.
Batas Administrasi
Unsur Perairan
Peta yang dibuat dan digunakan dalam administrasi PBB ada berbagai jenis, yaitu :
ii. Peta Blok yaitu peta yang menggambarkan sekelompok objek pajak (tanah dan
atau bangunan) beserta Nomor Objek Pajak masing-masing. Peta ini dibuat
dengan skala 1 : 1.000 atau 1 : 2.500 untuk sektor pedesaan dan skala 1 : 1.000
atau skala yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan untuk daerah perkotaan.
Kegunaan peta blok adalah untuk mengetahui letak relatif suatu objek pajak dalam
suatu blok di suatu desa/kelurahan. Gambar 1.15 berikut adalah contoh tampilan
atau cetakan peta blok.
iii. Peta Zona Nilai Tanah (ZNT) yaitu peta yang memuat himpunan kelompok bidang
tanah atau areal tanah yang mempunyai nilai indikasi rata-rata yang sama dalam
suatu blok (peta ZNT blok) atau desa/kelurahan (peta ZNT desa/kelurahan). Peta
ini dibuat dengan skala yang sama dengan peta desa/kelurahan. Peta ZNT dibuat
untuk dapat membedakan ZNT yang satu dengan yang lainnya dengan melihat
Peta garis PBB diperoleh dari hasil penggambaran manual di atas drafting film atau HVS dan
dari hasil pencetakan peta digital peta-peta SIG pada lembaran kertas HVS. Oleh karena
media kertas yang berbeda tersebut, maka perlakuan penyimpanannya pun agak sedikit
berbeda namun dengan tetap memperhatikan prinsip utama dalam penyimpanan peta
berikut ini :
Gambar 1.17.
Lemari Penyimpanan Peta
Dalam modul ini hanya akan dibahas pengukuran dengan pita ukur mengingat rata-rata bidang
objek pajak untuk sektor perkotaan dan pedesaan tidaklah terlalu luas serta mempunyai bentuk
yang beraturan.
Ketentuan umum yang berlaku untuk pengukuran bidang objek pajak adalah sebagai berikut :
Sebelum pelaksanaan pengukuran bidang objek pajak harus disiapkan kerangka blok
dengan batas-batas tiap-tiap blok yang diproleh dari peta desa/kelurahan
Skala peta blok untuk wilayah perkotaan adalah 1 : 1000 atau 1:500, sedangkan untuk
wilayah pedesaan adalah 1:1000 atau 1:2500
Dalam rangka pembentukan basis data, pengukuran bidang objek pajak harus
dilaksanakan secara keseluruhan dalam satuan desa/kelurahan termasuk objek pajak
yang tidak dikenakan PBB seperti tempat ibadah, kuburan, kantor pemerintah dll.
Dalam rangka pemutakhiran data, pengukuran bidang objek pajak dilakukan hanya untuk
objek pajak yang mengalami perubahan
Pengukuran bidang objek pajak dilakukan blok demi blok dengan hasil berupa peta blok
dan masing-masing bidang objek pajak diberikan NOP, sesuai tatacara pemberian NOP.
Bila diperlukan setiap bidang objek pajak dapat ditempelkan stiker yang menunjukkan
NOP masing-masing bidang objek pajak tersebut.
A. Definisi
Dalam sistem administrasi PBB, setiap bidang tanah sebagai objek pajak diberikan satu
identitas yang disebut Nomor Objek Pajak (NOP). NOP adalah nomor identitas objek PBB yang
diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada saat pendaftaran dan atau pendataan objek dan
subjek PBB yang digunakan dalam administrasi perpajakan dan sebagai sarana wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Sebagai identitas objek pajak, NOP mempunyai sifat :
Unik, artinya setiap bidang tanah sebagai objek pajak diberikan satu NOP yang berbeda
dengan NOP bidang tanah yang lainnya
Tetap, artinya NOP yang diberikan pada setiap bidang objek pajak tidak berubah dalam
jangka waktu yang lama
Standar, artinya secara nasional hanya ada satu sistem pemberian NOP
Struktur NOP terdiri dari 18 (delapan belas) digit, sebagai mana gambar dibawah, dan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
i. Kode Pulau/kepulauan
Pulau/kepulauan di Indonesia dibagi menjadi enam pulau/kepulauan dan masing-masing
diberikan satu kode pulau/kepulauan. Mengingat perkembangan wilayah provinsi di Pulau
Sumatera dan Pulau Jawa diperkirakan lebih cepat dari pulau/kepulauan lain, maka kedua
pulau tersebut diberikan kode pulau cadangan. Pembagian kode pulau/kepulauan
ditunjukkan pada tabel 3.1 dan gambar 3.2.
1 Sumatera 1
2 Jawa 3
5 Sulawesi 7
Gambar 3.2.
Kode Pulau/Kepulauan
1 6
7
8
3
5
Gambar 3.3.
Kode Provinsi di Pulau Jawa
Pulau Jawa, sebagaimana gambar 3.3, terdiri dari enam provinsi dengan kode pulau adalah 3
dan untuk masing-masing provinsi memiliki nomor urut sebagai berikut:
Daerah Khusus Ibukota Jakarta : 1
Sehingga kode provinsi untuk masing-masing provinsi di Pulau Jawa adalah sebagai berikut:
Gambar 3.4.
Kode Kabupaten/Kota
PULAU JAWA
Gambar 3.5.
Kode Kecamatan di Kabupaten Sleman
Tabel 3.2.
Kode Kecamatan dan Kode Wilayah Kecamatan
di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Gambar 3.6.
Kode Desa di Kecamatan Moyudan
KABUPATEN SLEMAN
Sehingga kode wilayah desa untuk masing-masing desa adalah sebagai berikut:
5) Kode Blok
Dari 18 digit NOP, kode nomor urut blok disediakan tiga digit yaitu digit ke-11 sampai
dengan digit ke-13. Pemberian kode nomor urut blok dilakukan secara berurutan mulai
dari kode 001 dan seterusnya sesuai jumlah blok dalam satu kelurahan/desa. Kode
nomor urut blok diberikan secara spiral dimulai dari kiri atas ke arah kanan kemudian
kembali ke kiri dan seterusnya, sebagaimana gambar 3.7. Kode blok meliputi kode wilayah
kelurahan/desa dan kode nomor urut blok.
Gambar 3.7.
Kode Nomor Urut Blok
Gambar 3.8.
Kode Nomor Urut Objek Pajak
Unit A = 3x.7x.010.001.001.0310.0
Unit B = 3x.7x.010.001.001.0311.0
Unit C = 3x.7x.010.001.001.0312.0
Unit D = 3x.7x.010.001.001.0313.0
Unit E = 3x.7x.010.001.001.0314.0
Unit F = 3x.7x.010.001.001.0315.0
3x.7x.010.001.001.0199.9
NOP untuk objek pajak apabila terjadi mutasi seluruh objek pajak kepada satu subjek
pajak adalah tetap atau tidak berubah.
Contoh :
Pemberian NOP apabila terjadi mutasi seluruh objek pajak kepada beberapa subjek
pajak mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Gambar 3.10.
Sebelum Mutasi
Gambar 3.11.
Sesudah Mutasi
c) Mutasi Sebagian Objek Pajak kepada Satu atau Beberapa Subjek Pajak
Pemberian NOP apabila terjadi mutasi sebagian objek pajak kepada satu atau beberapa
subjek pajak mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Bagian bidang objek pajak yang tidak dimutasikan menggunakan NOP asal.
Bidang objek pajak yang dimutasikan diberikan NOP dengan kode nomor urut objek
pajak setelah kode nomor urut objek pajak terakhir dalam blok letak objek pajak.
Dalam hal satu bidang objek pajak yang dimutasikan kepada subjek pajak lainnya
(misalnya subjek pajak A), berbatasan dengan bidang objek pajak lainnya yang telah
memiliki NOP atas nama subjek pajak yang sama (subjek pajak A) dan dijadikan
Contoh:
Objek pajak dengan nomor urut 0097 dengan subjek pajak A sebagaimana pada gambar
3.12. Sebagian objek pajak pajak tersebut dimutasikan kepada B dan C. Nomor urut objek
pajak terakhir pada blok tersebut adalah 0250.
Gambar 3.12.
Sebelum Mutasi
Apabila subjek pajak B telah memiliki objek pajak dengan nomor urut bidang 0096 yang
terletak bersebelahan dengan objek pajak yang baru dimutasikan ke subjek pajak B, dan
terhadap kedua objek pajak tersebut :
Digabung, maka NOP atas bidang tanah yang dimutasikan kepada subjek pajak B
menggunakan NOP dengan nomor urut bidang 0096 ( sebagaimana gambar 3.14)
Tidak digabung, maka NOP atas bidang tanah yang dimutasikan kepada subjek pajak
B diberikan NOP dengan nomor urut bidang baru yaitu 0251 ( sebagaimana gambar
3.15)
Gambar 3.15.
Sesudah Mutasi dan Tidak Dijadikan Satu
G. Penghapusan NOP
NOP adalah nomor identitas yang melekat pada objek pajak, oleh karena itu
penghapusan NOP dapat dilakukan apabila objek pajak mengalami kondisi karena hal-hal
sebagai berikut:
Faktor alam, antara lain, erosi, luapan lumpur.
Penggabungan dua atau lebih objek pajak yang terletak berbatasan dengan subjek
pajak yang sama.
Perubahan sektor pengenaan PBB.
Kesalahan pemberian NOP pada objek pajak, sehingga menyebabkan satu objek
pajak diberikan dua NOP (double NOP).
NOP yang sudah dihapus tidak dapat diberikan lagi untuk objek pajak lainnya.
a) Penghapusan NOP karena Faktor Alam
Penghapusan NOP dilakukan terhadap objek pajak karena terjadinya bencana akibat
faktor alam yang menyebabkan kondisi objek pajak di lapangan sudah tidak dapat
diidentifikasi batas-batasnya.
Contoh :
Gambar 3.16 menunjukan bidang objek pajak nomor urut 0063 dan 0064 masih ada dan
gambar 3.17 menunjukkan terhapusnya bidang objek pajak nomor urut 0063 dan 0064
karena erosi sungai.
Gambar 3.16.
Sebelum Erosi Sungai
Gambar 3.17.
Sesudah Erosi Sungai
Penghapusan NOP terjadi karena adanya penggabungan dua atau lebih objek pajak
dengan subjek pajak sama yang letaknya berbatasan.
Contoh:
Gambar 3.18.
Sebelum Penggabungan
Sesudah Penggabungan
A. Definisi
Pendaftaran objek pajak adalah kegiatan yang dilakukan oleh subjek pajak untuk mendaftarkan
sendiri objek pajaknya dengan cara mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP) dan Lampiran SPOP.
Setiap subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya. Pendaftaran objek pajak dilakukan
oleh subjek pajak atau kuasa yang ditunjuk dengan surat kuasa khusus. Subjek pajak PBB
meliputi :
Orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/ atau
Orang atau badan yang memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau
Orang atau badan yang memiliki, menguasai bangunan, dan/atau
Orang atau badan yang memperoleh manfaat atas bangunan.
Jelas, artinya penulisan data-data yang diminta dalam SPOP dan LSPOP dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan perbedaan atau salah tafsir yang dapat
merugikan Negara maupun wajib pajak sendiri. Contohnya pengisian alamat/letak objek
pajak harus jelas sehingga petugas pajak tidak salah dalam menentukan kelas tanah.
Atau pengisian data-data material bangunan yang berakibat pada penentuan kelas
bangunan;
Lengkap, artinya bahwa setiap kolom-kolom yang ada dalam formulir SPOP dan LSPOP
baik yang menyangkut data subjek pajak, objek pajak termasuk denah lokasi objek pajak,
harus diisi secara lengkap. Demikian juga kalau subjek pajak dalam mendaftarkan objek
pajaknya dengan menguasakan kepada pihak lain, maka harus dilengkapi dengan surat
kuasa khusus. Tanggal saat penandatangan SPOP oleh subjek pajak harus diisi.
Formulir SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan ditandatangani harus dikembalikan ketempat
pendaftaran atau petugas yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya formulir SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak.
No. Formulir
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK Selain yang diisi oleh Petugas (bagian yang
diarsir), diisi oleh Wajib Pajak
Beri tanad silang pada kolom yang sesuai
3. NOP BERSAMA
4. NOP ASAL
5. NO SPPT LAMA
D. DATA TANAH
Catatan : *) yang penghasilannya semata-mata berasal dari gaji atau uang pensiunan
Contoh Penggambaran
KETERANGAN
- Gambarkan Sket/Denah lokasi objek pajak
Jl. Semeru
11. LUAS BANGUNAN m2 Ruangan, kamar/ unit apartemen (JPB 7, 5, 13), pabrik/gudang, kanopi
(Selain basement)
m2 Luas ruangan lain
12. LUAS LT. BASEMENT m2 13. KONSTRUKSI Baja Batu Bata Beton Kayu
III. DATA KOMPONEN MATERIAL
14. MATERIAL Gypsum Str. Gypsum Str. Pas. dind. Str.
DINDING DALAM import Bsm. lokal Bsm. 1/2 batu Bsm.
Str. Ply wood Str.
Triplex Bsm. Bsm.
16. PELAPIS Kaca Jml. lt. Str. Wall Jml. lt. Str.
impor Bsm. paper Bsm.
DINDING DALAM
Kaca Str. Granit Jml. lt. Str.
lokal Jml. lt. impor Bsm.
Bsm.
Marmer Str. Granit Jml. lt. Str.
impor Jml. lt. Bsm. lokal Bsm.
Str. Keramik Jml. lt. Str.
Marmer Jml. lt. Bsm. std. Bsm.
lokal
Cat Jml. lt. Str.
Bsm.
17. PELAPIS Granit Jml. lt. Marmer Jml. lt.
DINDING LUAR impor impor
Kaca Granit Jml. lt.
impor Jml. lt. lokal
Marmer Jml. lt. Kaca Jml. lt.
lokal lokal
Keramik Jml. lt. Cat Jml. lt.
standar
25. GENSET kVA 26. DAYA LISTRIK Watt 27.SISTEM AIR PANAS Ada
TERPASANG Tdk. ada
28. SIS. PENGOLAHAN Ada 29. KEDALAMAN m 30. RESERVOIR Ada
LIMBAH Tdk. ada SUMUR ARTERSIS Tdk. ada
31. PROTEKSI API : a. Hydrant c. Alaram kebakaran 32. PENANGKAL PETIR Ada
b. Sprinkler d. Interkom Tdk. ada
2
33. JML. SALURAN PABX Sal 34. SISTEM TATA SUARA Ada 35. VIDEO Ls. (m )
Tdk. ada INTERCOM Jml. lt.
36. SISTEM TV 38. JUMLAH LAPANGAN TENIS 39. LUAS PERKERASAN
a. MATV Ls. (m2)
Jml. lt.
Ls. (m2) Dng. lampu Tanpa lampu
b. CCTV
Jml. lt. a. Beton Ban Ban a. Ringan m2
37. KOLAM RENANG b. Aspal Ban Ban b. Sedang m2
a. Luas m2
c. Tanah liat Ban Ban c. Keras m2
b. Finishing Diplester
Dng. pelapis
V. DATA TAMBAHAN UNTUK BANGUNAN SELAIN GEDUNG
JPB 3 (PABRIK)/ JPB 8 (GUDANG)
40. Keliling m 41. Tinggi m 42. Lebar m
dinding kolom bentang
43. Luas m2
mezzanin
44. Lantai Daya dukung kg/m2
Tipe Ringan Sedang Menengah Berat Sangat berat
JPB 14 (POMPA BENSIN) 45.Jumlah kanopi
Tempat pendaftaran hendaknya disiapkan sehingga subjek pajak yang akan melakukan
pendaftaran objek pajaknya dapat mencapainya dengan mudah serta dapat dilayani
dengan nyaman. Selain kantor pelayanan atau kantor penyuluhan pajak yang meliputi
letak objek pajak, tempat lain yang ditunjuk hendaknya dapat memenuhi hal tersebut.
Formulir SPOP dan LSPOP serta tanda terimanya disiapkan secara memadai sehingga
tidak terjadi kekosongan. Disamping itu perla juga disiapkan formulir yang memberikan
informasi tentang tata cara pengisian SPOP dan LSPOP, hak dan kewajiban subjek pajak,
alur proses penyelesaian pendaftaran dan lain-lain yang dianggap perla dan dapat
membantu subjek pajak.
Buku atau sarana pencatatan lainnya diperlukan oleh petugas untuk mencatat hal-hal
yang diperlukan seperti identitas penerima SPOP, tanggal diterima SPOP, letak objek
pajak dll
2) Pekerjaan lapangan
Dalam kegiatan pendaftaran objek pajak terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat, yaitu subjek pajak,
petugas ditempat pendaftaran, dan petugas di kantor pelayanan. Masing-masing pihak
mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a) Subjek pajak :
o Mengambil formular SPOP dan LSPOP di tempat pendaftaran atau petugas yang
ditunjuk;
o Mengisi formulir SPOP dan LSPOP dengan jelas, lengkap dan benar serta
ditandatangani. Dalam hal subjek pajak adalah badan, maka SPOP ditandatangani
oleh direksi/pengurusnya;
o Dalam hal SPOP ditandatangani bukan oleh subjek pajak, maka harus dilengkapi
dengan surat kuasa khusus dari subjek pajak;
o Mengembalikan formulir SPOP dan LSPOP yang telah diisi ke tempat pendaftaran
atau petugas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
formulir. Apabila diperlukan, pengembalian formular SPOP dan LSPOP dilengkapi
dengan data pendukung seperti foto copy identitas subjek pajak, bukti kepemilikan
atau penguasaan objek pajak, atau keterangan lainnya.
Setelah pekerjaan lapangan selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan kantor yang dilakukan di
kantor pelayanan. Pekerjaan kantor meliputi :
a) Penelitian data masukan
Penelitian data masukan dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang tertuang dalam
formulir SPOP dan LSPOP telah lengkap dan benar serta sesuai dengan data
pendukungnya. Penelitian dilakukan terhadap seluruh data yang diisikan oleh subjek
pajak maupun data yang wajib diisikan oleh petugas pajak.
b) Pembendelan SPOP dan LSPOP
Pembendelan SPOP dan LSPOP dilakukan untuk memudahkan penyimpanan dan
pencarian kembali berkas-berkas apabila diperlukan. Pembendelan dilakukan terhadap
kurang lebih 100 bidang objek pajak.
Setiap bendel SPOP dan LSPOP diberikan nomor yang terdiri dari 6 digit, meliputi:
Digit 1 dan 2 menyatakan tahun pendaftaran; dan
Empat digit selanjutnya menyatakan nomor bendel
Contoh : 09.0025 artinya pendaftaran tahun 2009 dengan nomor bendel 0025.
Selanjutnya dalam tiap-tiap formulir SPOP dicantumkan nomor bendel tersebut ditambah
tiga digit dibelakngnya, yang menunjukkan nomor urut SPOP dalam bendel tersebut.
Contoh : 09.0025.099, artinya formulir SPOP yang dilakukan pendaftaran pada tahun
2009, tersimpan di bendel nomor 0025 dengan nomor urut 099.
c) Perekaman Data
Perekaman data kedalam basis data komputer dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
Petugas perekam data dibuat dalam satu tim yang terdiri dari 3 sampai 5 orang dan
dikoordinir oleh seorang koordinator. Perekaman data dilakukan setiap hari kerja dan
apabila diperlukan dapat dilakukan penambahan jam kerja.
d) Penyimpanan Bendel
Setelah mengikuti pembelajaran pendataan objek dan subjek pajak ini peserta
diharapkan dapat mengerti dan memahami tata cara, sarana, dan proses
pendataan serta mampu melaksanakan pembentukan basis data melalui
pendataan objek dan subjek pajak.
A. Definisi
Jek pajak. Dalam kegitan pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan
mengisi dan menandatangani SPOP dan LSPOP.
Kegiatan pendataan dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam satu wilayah administrasi
desa/kelurahan secara utuh. Setiap kegiatan pendataan hendaknya selalu diikuti dengan
kegiatan penilaian objek pajak.
2) Pekerjaan lapangan
(a) Pengumpulan data objek dan subjek pajak
(i) Pendataan dengan alternatif penyampaian dan pemantauan pengembalian
SPOP
Perorangan
Dengan dibantu oleh petugas atau aparat desa/kelurahan atau pihak
lain yang ditunjuk, petugas pendata membuat sket peta
desa/kelurahan dan sket peta blok yang disertai dengan pemberian
nomor blok pada masing-masing sket peta blok.
Pada tiap-tiap sket peta blok dibuat sket masing-masing bidang objek
pajak untuk mengetahui jumlah bidang objek pajak pada tiap-tiap blok
serta mengetahui lokasi relatif tiap bidang objek pajak.
Berdasarkan sket peta blok yang telah dibuat, petugas menyampaikan
dan mengumpulkan kembali SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan di
tandatangani subjek pajak.
Bersamaan dengan penyampaian SPOP dan LSPOP, petugas dibantu
oleh aparat desa/kelurahan mengidentifikasi dan melakukan
perubahan pada sket peta blok kalau ternyata ada perbedaan antara
sket peta blok yang dibuat dengan kondisi dilapangan.
Petugas wajib memberikan NOP pada setiap bidang objek pajak dan
NOP yang sama pada setiap SPOP, sesuai tata cara pemberian NOP.
Berdasarlan letak objek pajak, ditentukan dan diberikan kode ZNT
pada masing-masing SPOP.
3) Pekerjaan Kantor
Setelah menerima laporan hasil pekerjaan lapangan dari koordinator lapangan, dilanjutkan
dengan pekerjaan kantor yang dikoordinir oleh koordinator administrasi. Pekerjaan kantor
meliputi :
a) Penelitian data masukan
Penelitian data masukan dilakukan terhadap :
Kelengkapan dan kejelasan pengisian data dalam formulir SPOP dan LSPOP
Kesesuaian penggambaran sket peta blok dengan SPOP serta pemberian NOP
Kesesuaian penggambaran sket peta blok, peta desa/kelurahan dan juga peta ZNT
dengan tata cara pemetaan dan pengukuran objek pajak
Contoh : 09.0025 artinya pendataan tahun 2009 dengan nomor bendel 0025.
Selanjutnya dalam tiap-tiap formulir SPOP dicantumkan nomor bendel tersebut ditambah tiga
digit dibelakngnya, yang menunjukkan nomor urut SPOP dalam bendel tersebut.
Contoh : 09.0025.099, artinya formulir SPOP yang dilakukan pendataan pada tahun 2009,
tersimpan di bendel nomor 0025 dengan nomor urut 099.
c) Perekaman Data
Perekaman data kedalam basis data komputer dilakukan oleh petugas yang ditunjuk. Petugas
perekam data dibuat dalam satu tim yang terdiri dari 3 sampai 5 orang dan dikoordinir oleh
seorang koordinator. Perekaman data dilakukan setiap hari kerja dan apabila diperlukan dapat
dilakukan penambahan jam kerja.
Data yang wajib direkam meliputi :
Kode ZNT beserta NIR nya per desa/kelurahan
DBKB per kota/kabupaten
SPOP dan LSPOP
e) Penyimpanan Bendel
Penyimpanan bendel SPOP dan LSPOP dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan
petugas menemukan kembali bendel-bendel tersebut apabila diperlukan. Penatausahaan
bendel SPOP dan LSPOP dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
f) Penggambaran Peta
Berdasarkan sket peta yang telah dibuat, oleh petugas yang ditunjuk dilakukan penggambaran
peta diatas kertas drafting film/kalkir sebagaimana tatacara penggambaran peta. Peta yang
digambar terdiri dari peta blok, peta desa/kelurahan, dan peta ZNT.
Penggambaran peta harus dilengkapi dengan legenda peta dan kode nomor serta nama
desa/kelurahan serta kode nomor blok untuk peta blok. Apabila kantor pelayanan telah memiliki
aplikasi pengolah peta, seperti Sistem Informasi Geografis (SIG), maka peta-peta yang telah
terbentuk dipindahkan kedalam basis data SIG melalui proses scanning ataupun digitasi.
g) Penyimpanan Peta
Penyimpanan peta dapat dilakukan pada almari peta yang dilengkapi dengan gantungan peta.
Penyimpanan peta hendaknya dilakukan per jenis peta. Karena umumnya jumlah peta
desa/kelurahan dan peta ZNT tidak terlalu banyak, maka penyimpanannya dapat dilakukan
dalam satu almari peta. Untuk memudahkan pencarian hendaknya dalam penyimpanan peta
diberikan tanda atau kode tertentu. Tanda tersebut paling tidak menyatakan kode kecamatan,
kode dan nama desa/kelurahan, nomor blok, jumlah lembar peta dalam 1 desa/kelurahan atau
dalam 1 blok.
Penulisan tanda tersebut hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga mudah dilihat, misalnya
ujung kiri atas ditulis kode kecamatan serta kode dan nama desa/kelurahan serta di ujung
kanan atas ditulis nomor blok dan jumlah lembar dalam blok tersebut
Contoh :
Pada ujung kiri atas peta : 003 001 : Dauh Puri Kauh
Pada ujung kanan atas peta : 001 (2-1)
Artinya peta blok tersebut menunjukkan : lembar ke 1 dari 2 lembar peta blok 001, Kelurahan
Dauh Puri Kauh
A. Difinisi
Pemutakhiran atau pemeliharaan basis data adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menyesuaikan basis data objek dan subjek pajak yang telah terbentuk dengan keadaan
sebenarnya saat ini dilapangan. Pemutakhiran basis data dapat dilakukan terhadap data objek
pajak seperti luas tanah , luas bangunan, kondisi bangunan, kelas tanah, kelas bangunan, dan
data subjek pajak. Setiap pemutakhiran data objek pajak harus selalu diikuti dengan
pemutakhiran peta blok.
b) Pekerjaan lapangan
Dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan, setiap petugas lapangan membawa foto
copy peta blok serta DHR sesuai basis data masing-masing wilayah yang akan
dimutakhirkan
Berdasarkan peta blok dan DHR, petugas lapangan melakukan pencocokan data
objek pajak dengan keadaan dilapangan. Objek pajak yang mengalami perubahan
diberikan SPOP dan LSPOP untuk diisi oleh subjek pajak sesuai keadaan
sebenarnya. Petugas dapat membantu subjek pajak dalam mengisi data sesuai
formulir SPOP dan LSPOP
Apabila terjadi pemecahan atau penggabungan bidang objek pajak harus selalu
diikuti dengan perubahan peta blok
Apabila diperlukan, petugas dapat melakukan pengukuran bidang objek pajak baik
tanah ataupun bangunan
Subjek pajak menyerahkan kembali SPOP dan LSPOP yang telah diisi kepada
petugas
Setelah diteliti, petugas wajib mengisi kolom NOP dan ZNT pada formulir SPOP dan
LSPOP serta menandatangani SPOP pada kolom petugas pendata
Setiap akhir periode, misalnya harian atau mingguan petugas wajib melaporkan
hasil kegiatan pemutakhiran yang telah dilakukan kepada koordinator lapangan.
Laporan tersebut paling tidang berupa SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan
ditandatangani, daftar rekapitulasi yang berisi NOP yang mengalami perubahan,
peta blok dll
Oleh koordinator lapangan dilakukan penelitian dan selanjutnya ditandatangani
pada kolom mengetahui
Koordinator lapangan melaporkan hasil pekerjaan lapangan kepada koordinator
administrasi untuk dilanjutkan dengan pekerjaan kantor.
c) Pekerjaan kantor
Setelah menerima laporan hasil pekerjaan lapangan dari koordinator lapangan, dilanjutkan
dengan pekerjaan kantor yang dikoordinir oleh koordinator administrasi. Pekerjaan kantor
meliputi :
Terhadap hasil pekerjaan lapangan yang belum lengkap atau belum jelas dikembalikan kepada
koordinator lapangan untuk ditindaklanjuti.
v. Penyimpanan Bendel
Penyimpanan bendel SPOP dan LSPOP dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan
petugas menemukan kembali bendel-bendel tersebut apabila diperlukan. Penatausahaan
bendel SPOP dan LSPOP dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
Keempat, Sesuai letak objek pajak, tiap bidang objek pajak diberikan
NOP sebagai identitas objek pajak