Anda di halaman 1dari 2

Hari/tanggal : Kamis,12 Mei 2022

Nama : Ricka Takapente

Nim : 21330101015

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga berencana

Prodi : Kebidanan

Dosen Pembimbing : Indri Marasing S.Tr.Keb.,M.Keb.

Judul : Kanker serviks

Kanker serviks merupakan kanker yang paling menyeramkan di Indonesia karena menempati
peringkat kedua untuk jenis kanker yang paling banyak ditemui setelah kanker payudara. Hal
tersebut disampaikan oleh dr. M. Ary Zucha, Ph.D, Sp.OG, dari Departemen Obstetri dan Ginekologi,
FKKMK UGM melalui Siaran Bincang Santai Raisa Radio pada

“Kanker serviks memang sesuatu yang menyeramkan, tapi kabar baiknya bahwa kanker serviks
sangat bisa dicegah. Jadi ini suatu kanker yang sangat preventable. Kanker serviks ini sangat
berhubungan dengan kejadian infeksi virus HPV (humanpapilloma virus). Sebagian besar
penularannya melalui kontak seksual. Kedua, non-seksual, misalnya melalui pakaian dalam yang
berganti-ganti orang, kurang bersih, sarung tangan dokter yang tidak berganti setiap pasien, dan
sebagainya,

Pencegahan kanker serviks menurut Zucha bisa dilakukan dengan vaksinasi HPV/humanpapilloma
virus (pencegahan primer) dan lesi prakanker (pencegahan sekunder). Vaksinasi atau imunisasi HPV
dilakukan untuk mencegah infeksi virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.

“Yang kedua, proses terjadinya kanker panjang, dari pertama kali terinfeksi HPV sampai menjadi
kanker membutuhkan proses 3-17 tahun. Dalam prosesnya, dari infeksi HPV sampai jadi kanker
melewati suatu proses panjang yang dinamakan lesi pra kanker. Kita anggaplah luka, jadi ada luka
yang terjadi karena infeksi HPV namun belum bisa dianggap kanker. Oleh karena itu pencegahan
kanker serviks itu ada 2, satu yaitu pencegahan primer, kedua adalah deteksi dini dengan cara
mengenali (lesi prakanker), sudah terinfeksi tapi jangan sampai jadi kanker,” paparnya.

Zucha memaparkan bahwa terdapat dua kelompok virus HPV, yaitu HPV risiko tinggi dan HPV risiko
rendah. HPV risiko tinggi dikaitkan dengan perkembangan menjadi kanker serviks, sedangkan HPV
risiko rendah tidak menyebabkan kanker serviks tapi menyebabkan kutil.

“Yang ganas atau berisiko tinggi, yaitu kelompok HPV yang menyebabkan kanker, misalnya tipe 16
dan 18. Sedangkan yang berisiko rendah tidak menyebabkan kanker, tetapi menyebabkan kutil,
misalnya tipe 6 dan 11,” papar Zucha.
Zucha menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan skrinning kanker serviks dengan menjalani
pap smear atau IVA di puskesmas/bidan/dokter terdekat.

“Apabila kita mengenali lesi prakanker atau sebelum terjadinya kanker serviks dan kita obati, maka
angka kesembuhannya 86-95%. Jadi kalau kita mengetahui dari awal, angka kesembuhannya tinggi
sekali. Jika dideteksi atau di diagnosis pada stadium awal, masih bisa dioperasi dan pengobatannya
tuntas, angka kesembuhannya juga semakin baik, namun semakin stadium lanjut, maka angka
kesembuhannya rendah.

Anda mungkin juga menyukai