LANDASAN TEORI
antara manajemen dengan pihak eksternal. Oleh sebab itu, semua informasi
perusahaan, baik itu informasi keuangan maupun non keuangan harus diungkapkan
perusahaan.
melaporkan secara sukarela infrmasi ke pasar modal meskipun tidak ada mandat
kelengkapan informasi yang dengan demikian akan memberi sinyal positif atas
14
15
disebut dengan Decision Usefulness atau bisa disebut juga kebermanfaatan, dimana
Pendekatan ini memiliki pandangan bahwa apabila kita tidak bisa menyiapkan
laporan kuangan yang secara teoritis berkonsep benar, paling tidak kita dapat
pendekatan terhadap laporan keuangan yang berbasis biaya historis agar menjadi
Dalam pendekatan manfaat keputusan ini ada beberapa hal yang harus
terdapat banyak pengguna laporan keuangan dan akan sangat membantu apabila
pengguna laporan keuangan tersebut dapat digolongkan. Selain itu terdapat juga
dengan memahami persoalan ini maka akuntan dapat dengan mudah untuk
laporan keuangan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan yang spesifik bagi
16
sehingga dengan cara ini laporan keuangan dapat digunakan lebih bermanfaat.
manajerial dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana melalui hutang dan dana
perusahaan. Menurut (Nizar dan Shahrul, 2003 dalam Rustendi dan Jimmi,
2008:414) insider adalah pemegang saham, direksi atau pejabat perseroan yang
kepemilikan atas saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan
kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham. Dengan adanya
saham manajerial dibagi dengan jumlah saham keseluruhan saham yang beredar.
saham yang dimiliki oleh perusahaan lain yang berada didalam maupun diluar
negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri (Susiana dan Herawati,
optimal terhadap kinerja insider (Moh’d, 1998), selanjutnya akan berdampak pada
meningkat juga.
institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan simpanan
pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar
18
modal. Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka
jumlah saham institusional dibagi dengan jumlah keseluruhan saham yang beredar.
dewan komisaris biasanya untuk mengawasi fungsi yang positif dari porsi dan
dilakukan dengan itikad baik, hati-hati dan penuh tanggung jawab. Dalam
interval.
dewan komisaris. Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan
dilakukan dengan itikad baik, hati-hati dan penuh tanggung jawab. Dalam
Interval.
sumber-sumber pendanaan dari modal internal yaitu modal ditahan atau dari modal
eksternal, modal sendiri, dan atau melalui hutang (Waluyo et al. 2002 dalam Murni
dengan hutang, karena dengan penggunaan hutang hak mereka terhadap perusahaan
tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan
dengan biaya pihak lain. Sehingga perilaku ini disebut dengan keterbatasan
rasional.
cenderung memanfaatkan hutang namun bila penggunaan hutang terlalu besar dapat
investasi di masa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang.
Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003) pada tahun 1992 Jensen et al.
kebijakan dividen karena penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan
sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya, pada tingkat hutang yang rendah
perusahaan akan membagikan dividen yang tinggi sehingga sebagian besar laba
Dalam penulisan Jensen et al. (1992) didukung oleh Megginson (1997) serta
Chen dan Stainer (1999) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi
21
kebijakan dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi
manager dan pemilik sehingga pemilik tidak terlalu menuntut pembayaran dividen
yang tinggi. Selain itu kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen, karena tingkat penggunaan hutang yang relatif besar maka
perusahaan akan membayar dividen yang tidak terlalu tinggi (Nuringsih 2005).
Dalam kebijakan hutang terdapat dua rasio yang biasanya digunakan untuk
pengukuran yaitu Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio. Dimana Debt to
Asset Ratio adalah rasio yang menghitung dengan membagi total hutang (jangka
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh
hutang. Sebagai contoh, debt ratio 50% menunjukan bahwa 50% dari aset dibiayai
oleh hutang. Semakin rendah nilai debt ratio biasanya akan semakin baik.
Sedangkan umumnya Debt ratio lebih besar dari 1 sebaiknya dihindari, karena jika
kreditor menagih dan semua aset dijual pun tidak mampu membayar hutang jangka
panjangnya.
Selain itu Debt to Equity Ratio adalah rasio yang dihitung dengan membagi
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Sama seperti Debt to Asset Ratio, rasio ini juga mengindikasikan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang jangka panjang. Debt to Equity Ratio yang
2.1.8 Profitabilitas
efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang pada hasil-hasil operasi
profitablitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
Menurut Nuringsih (2005) pada tahun 1990 Chang dan Ree menyebutkan
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh jersen et al. (1992) yang
karena semakin tinggi laba semakin tinggi pula arus kas dalam perusahaan maka
karena laba yang diperoleh perusahaan dialokasikan pada laba yang ditahan untuk
modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah
dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode
akuntansi.
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditujukan oleh laba yang
dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari
Return On Equity (ROE) dimana rasio ini merupakan rasio yang dihitung dengan
membagi laba dengan modal pemegang saham, ROE ini dinyatakan dalam
persentase.
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐸 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Selain ROE terdapat juga rasio yang menghitung dengan membagi laba
dengan total aset perusahaan yaitu Return On Asset (ROA). ROA juga merupakan
24
Semakin besar tingkat ROA maka akan semakin baik, karena untuk aset yang sama
Selain ROE dan ROA untuk mengukur profitabilitas juga terdapat ROI atau
Return on Investment. Menurut S. Munawir (2007) ROI adalah salah satu bentuk
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aktiva, harga
kemampuan dalam menanggung resiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi
kecilkarena perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kondisi
Perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih banyak karena memiliki akses
mempunyai akses yang lebih mudah dalam pasar modal. Hal tersebut akan
tersedia bagi para pemegang saham biasa yang dibagikan kepada para pemegang
saham biasa dalam bentuk tunai. Ridwan dan Inge (2003:386) menerangkan dividen
(Capital Gain), dimana dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham
merupakan bagian dari laba yang telah dihasilkan oleh perusahaan dan kemudian
akan dibagikan kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah lembar saham
sebagai dividen atau untuk dgunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan
tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto 1995:265) dengan kata lain
diperoleh perusahaan yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada investor
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk tujuan
diperoleh perusahaan akan dibagikan dalam bentuk dividen kepada para investor
atau akan ditahan untuk dana cadangan guna pembiayaan investasi dimasa yang
jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber
para pemegang saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba yang
atau pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan didalam perusahaan.
dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam
perusahaan.
merupakan keputusan apakah laba akan dibagi ke pemegang saham atau akan
berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena ataupun biaya
modal, dengan kata lain nilai dari sebuah perusahan akan tergantung hanya pada
laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya, bukan pada bagaimana laba tersebut
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Tahun Variabel Hasil Penelitian
Mursalim 2009 aktifisme lembaga, Hasil penelitian menunjukkan
kepemilikan bahwa kepemilikan kelembagaan
kelembagaan dan memiliki pengaruh yang signifikan
manajerial sebagai terhadap terhadap aktifisme
variabel lembaga. Hasil lain menunjukkan
independen. bahwa terdapat hubungan
keputusan substitusi antara kepemilikan
keuangan dengan kelembagaan dan manajerial.
kebijakan dividen Secara berlawanan, hasil penelitian
dan utang sebagai juga menunjukkan bahwa aktifisme
variabel dependen. lembaga tidak memiliki pengaruh
signifikan pada kebijakan dividen
dan kepemilikan manajerial tidak
memiliki dampak signifikan
terhadap kebijakan dividen dan
28
pada tingkat yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki
laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk
ditahan daripada membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih
institusi pada akhir tahun yang diukur dalam prosentase (Listyani 2003). Tingkat
lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku dimana manager melaporkan laba
Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003) pada tahun 1999 Crutchley et al.
oenelitian ini berlainan dengan penelitian Tandelilin dan Wilberforce (2002) yang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008), Gupta dan Banga (2010),
mengurangi hutangnya
kebijakan dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh suatu badan usaha
maka semakin besar juga dividen yang akan dibagikan. Argumentasi ini
mengungkapkan bahwa suatu badan usaha akan membagikan dividen apabila badan
usaha tersebut memperoleh keuntungan sehingga badan usaha yang semakin besar
keuntungannyaakan memiliki jumlah kas yang besar pula dan badan usaha tersebut
besar laba yang akan ditahan untuk perusahaan dan semakin kecil pembagian
ukuran badan usaha terhadap kebijakan dividen. Hal ini dinyatakan dengan semakin
besar ukuran badan usaha maka omset yang dihasilkan juga akan semakin tinggi
dan menyebabkan laba yang dihasilkan tinggi. Jika laba tinggi maka dividen yang
akan dibagikan juga akan tinggi. Selain itu, badan usaha yang memiliki ukuran yang
lebih besar diperkirakan akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi
2.4 Hipotesis
dividen.
H2(+)
Kepemilikan Manajerial (X1)
H3(+)
Kepemilikan Institusional (X2)
H5(-)
Profitabilitas (X4)
Gambar 2.1
Model Penelitian