Anda di halaman 1dari 6

KISAH NABI IBRAHIM AS

Nabi Ibrahim termasuk salah satu Nabi ‘Ulul Azmi di antara lima nabi. Nabi
Ibrahim lahir dari keluarga yang mempunyai keahlian membuat patung atau berhala. Hal
tersebut membuat keluarga Nabi Ibrahim mendapat kedudukan terhormat dan istimewa di
tengah-tengah kaumnya.
Sejak masih kecil, Nabi Ibrahim sudah tahu bahwa ayahnya adalah pembuat
patung. Pada suatu hari, ia bertanya terhadap ciptaan ayahnya, kemudian ayahnya
menjawab bahwa itu adalah patung para Tuhan. Nabi Ibrahim keheranan melihat hal
tersebut, kemudian timbul penolakan terhadap pemikiran ayahnya di dalam dirinya
melalui akal sehatnya. Uniknya, Nabi Ibrahim justru senang bermain-main dengan patung
itu saat ia masih kecil. Terkadang ia menunggangi punggung patung-patung seperti
orang-orang yang biasa menunggangi binatang tunggangan lainya.
Pada suatu hari, ayah Nabi Ibrahim melihatnya menunggang punggung patung
yang bernama Mardukh, patung yang disebut sebagai tuhannya para tuhan yang memiliki
telinga besar. Saat itu juga ayahnya marah dan memerintahkan anaknya agar tidak
bermain-main dengan patung itu lagi. Ibrahim tidak mengerti, bagaimana manusia
berakal membuat patung-patung kemudian ia menyembah terhadap apa yang dibuatnya.
Pada satu waktu, Ibrahim mengetahui bahwa ada pesta besar yang diadakan di
tepi sungai yang membuat semua orang berbondong-bondong ke sana. Beliau menunggu
sampai kota menjadi sunyi karena ditinggalkan oleh manusia. Dengan penuh hati-hati,
Ibrahim memasuki tempat penyembahan dengan membawa kapak yang tajam. Ibrahim
melihat patung-patung tuhan yang terukir dari batu dan kayu. Ibrahim mendekat pada
patung-patung itu, lalu mengangkat kapak yang ada di tangannya dan mulai
menghancurkan tuhan-tuhan palsu yang disembah oleh manusia. Ibrahim menghancurkan
seluruh patung itu, dan menyisakan satu patung yang paling besar, lalu beliau
menggantungkan kapak itu di lehernya. Setelah melakukannya, beliau pergi menuju ke
gunung. Akhirnya, pesta perayaan itu selesai dan salah seorang masuk ke tempat
sembahan itu, ia pun berteriak. Mereka mengetahui bahwa tuhan-tuhannya telah hancur,
dan hanya tersisa satu. Mereka berpikir siapa penyebab semua ini. Akhirnya mereka pun
menyadari bahwa ini adalah ulah Ibrahim yang telah mengajak mereka untuk
menyembah Allah SWT. Pada awalnya, Nabi Ibrahim mencoba mengelak dengan
menuduh bahwa berhala yang paling besarlah yang telah menghancurkan patung-patung
kecil lain di sekitarnya.
Mengetahui jawaban orang-orang yang secara tidak sadar menyatakan bahwa
patung itu tidak bisa bergerak maupun bicara, Nabi Ibrahim pun mampu menundukkan
mereka dengan argumentasi dan logika berpikir yang sehat. Tetapi mereka membalasnya
dengan menetapkan akan menggantungnya di dalam api. Nabi Ibrahim pun ditangkap lalu
disiapkanlah tempat pembakaran. Kemudian, berita tersebut mulai tersebar ke seluruh
negeri. Manusia-manusia berdatangan dari berbagai pelosok untuk menyaksikan
hukuman Ibrahim. Mereka menggali lobang besar yang dipenuhi kayu, dan bebatuan, lalu
mereka menyalakan api di dalamnya. Kemudian Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api
dalam keadaan terikat di kedua tangan dan kakinya. Api pun menyala dan asapnya mulai
membumbung ke langit. Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri agak jauh dari galian
api, karena saking panasnya. Tiba-tiba malaikat Jibril berdiri di hadapan Nabi Ibrahim
dan bertanya kepadanya: "Wahai Ibrahim, tidakkah engkau memiliki keperluan?" Nabi
Ibrahim menjawab: "Aku tidak memerlukan sesuatu darimu." Nabi Ibrahim pun
dilepaskan lalu dimasukkan ke dalam kubangan api. Nabi Ibrahim terjatuh dalam api.
Api pun mulai mengelilinginya, lalu Allah SWT menurunkan perintah kepada api,
yang tercantum dalam Q.S. Al-Anbiya’:69, untuk menjadi dingin dan menyelamatkan
Nabi Ibrahim dari panasnya api yang menyala-nyala. Api pun tunduk atas perintah Allah
SWT. Api hanya membakar tali-tali yang mengikat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dengan
tenang berada di tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah taman.
Beliau memuji dan mengagungkan Allah SWT. Hati Nabi Ibrahim tidak dipenuhi rasa
takut, menyesal atau pun berkeluh kesah, yang timbul hanyalah cinta kepada Allah SWT.
Api pun menjadi damai dan menjadi dingin.
Para pembesar dan dukun mengamati dari jauh betapa panasnya api itu. Bahkan
api terus menyala dalam tempo yang lama. Ketika api itu padam, mereka terkejut melihat
Nabi Ibrahim keluar dari api dalam keadaan selamat. Wajah mereka menjadi hitam
karena terpengaruh asap api sementara wajah Nabi Ibrahim berseri-seri dan diliputi
dengan cahaya dan kebesaran. Bahkan pakaian yang dipakai Nabi Ibrahim pun tidak
terbakar, dan beliau tidak tersentuh sedikit pun oleh api.
Demikianlah kisah singkat dari Nabi Ibrahim sampai waktu pengangkatannya menjadi
utusan Allah SWT.
KISAH NABI LUTH

Nabi Luth adalah seseorang yang memiliki sifat lembut dan penuh kasih sayang
dalam berdakwah. Namun, Nabi Luth memiliki kaum yang berhati keras dan jiwa yang
sakit. Kaum Nabi Luth melakukan berbagai kejahatan seperti merampok, mengkhianati
sesama, dan berwasiat dalam kemungkaran. Mereka juga melakukan kejahatan yang
belum pernah dilakukan siapa pun sebelum mereka, di mana kaum pria cenderung kepada
sesama jenis mereka, dibanding cenderung kepada wanita.
Nabi Luth menyampaikan dakwahnya dengan penuh ketulusan dan kejujuran,
namun selalu ditolak oleh kaumnya. Mereka terus melakukan kejahatan secara terang-
terangan di tempat-tempat mereka. Ketika melihat seorang asing atau musafir atau tamu
yang memasuki kota, mereka menangkapnya dan melakukan tindak kejahatan.
Nabi Luth berdakwah dalam jihad yang besar. Waktu demi waktu berlalu, namun
tak seorang pun mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya,
bahkan keluarganya pun tidak semuanya yang beriman, seperti istri Nabi Luth. Merasa
telah melalui hal-hal yang sulit, ditambah dengan tantangan dari kaumnya yang
menyatakan ketidak percayaannya terhadap Nabi Luth sampai jika ia mampu
membuktikannya dengan memberikan azab kepada kaumnya, jika Nabi Luth memang
terbukti sebagai Utusan dari Tuhan. Nabi Luth pun berputus asa dan berdoa kepada Allah
SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang-orang yang berbuat kerusakan.
Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi Ibrahim menuju negeri Nabi Luth.
Ketika sampai di negeri Nabi Luth, para malaikat bertemu dengan anak
perempuan Nabi Luth yang sedang mengisi air di sungai. Ia tampak heran melihat kaum
pria yang memiliki ketampanan mengagumkan. Salah seorang pria asing menanyakan
tempat penginapan di daerah itu kepada gadis kecil itu. Kemudian, gadis kecil itu
meminta agar para pria asing itu tetap di sana sampai anak gadis memberitahu ayahnya
tentang kedatangan mereka, kemudian kembali lagi.
Nabi Luth yang mengetahui kedatangan orang asing itu pun menyadari bahwa
hari itu adalah hari yang dahsyat, kemudian beliau berlari menuju tamu-tamunya. Beliau
pun menanyakan tujuan kedatangan orang-orang asing tersebut dan hanya dibalas
permintaan jamuan untuk mereka. Nabi Luth tampak malu di hadapan mereka. Dalam
perjalanan, Nabi Luth selalu mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya yang sangat
keji, dengan harapan agar para pria asing tersebut mengurungkan niatnya untuk menginap
di negerinya. Nabi Luth berusaha mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan
perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan
ucapan Nabi Luth.
Nabi Luth menemani tiga tamunya berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun
dari penduduk kota yang melihat mereka kecuali istrinya. Kemudian istrnya keluar dan
memberitahu kaum tentang apa yang dilihatnya, berita menyebar dengan cepat. Para
kaum bergegas menemui Nabi Luth. Nabi Luth mulai menasehati kaumnya yang
disambut oleh tawa meremehkan. Kalimat Nabi Luth tidak mampu mengubah pendirian
jiwa yang sakit, hati yang beku, dan pikiran yang bodoh. Nabi Luth merasa sedih dan
lemah di tengah-tengah kaumnya. Nabi Luth berharap akan mendapatkan kekuatan
sehingga dapat melindungi para tamunya.
Orang-orang asing itu pun mulai menenangkan Nabi Luth dengan mengatakan
bahwa mereka adalah malaikat yang menyampaikan perintah dari Allah SWT. Para
malaikat memberitahunya bahwa kaumnya akan terkena azab pada waktu Subuh, dan
meminta Nabi Luth dan para pengikutnya untuk segera meninggalkan kota.
Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth menemui Nabi
Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang kaumnya. Beliau heran ketika mendengar
bahwa Nabi Ibrahim juga mengetahuinya. Nabi Luth terus melanjutkan misi dakwahnya
di jalan Allah SWT seperti Nabi Ibrahim. Mereka berdua tetap menyebarkan Islam di
muka bumi.
KISAH NABI ISMAIL AS

Ismail berusia belia ketika memulai perjalanannya menuju Allah SWT. Ibunya
membawanya dan menidurkannya di atas tanah, yaitu tempat yang dipijak oleh Nabi
Ismail yang sekarang kita kenal dengan nama sumur zamzam dalam Ka'bah. Saat itu
tempat yang dihuninya sangat tandus dan belum terdapat sumur yang memancar dari
bawah kakinya. Tidak ada di sana setetes air pun. Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya,
Hajar, bersama anaknya yang kecil di lembah yang kering itu. Hajar terus bertanya-tanya,
mengapa Nabi Ibrahim meninggalkannnya bersama anaknya, namun Nabi Ibrahim diam
dan tidak menjawab. Tidak ada yang tahu pasti, bagaimana perasaan Nabi Ibrahim saat
meninggalkan mereka berdua di lembah tanpa tumbuhan dan minuman. Namun Allah
SWT telah memerintahkannya untuk tinggal di lembah itu. Dengan lapang dada Nabi
Ibrahim melaksanakan perintah Allah SWT.
Dalam kisahnya, diceritakan bagaimana Siti Hajar yang harus berlari-lari dari satu
bukit ke bukit lain yang berseberangan sampai 7 kali untuk mencari sumber air guna
memberikan minum kepada Ismail yang menangis karena kehausan. Kejadian tersebut
lantas terabadikan sampai sekarang dan dikenal sebagai salah satu rukun Haji, yaitu
sa’i,berlari-lari kecil diantara bukit Shofa ke Marwa. Sampai akhirnya, atas mu’jizat dari
Allah SWT, Ismail yang masih kecil menendang-nendang tanah di bawah kakinya,
sampai tiba-tiba muncul sumber air jernih yang sekarang menjadi sumur zamzam.
Kemudian Ismail mendapatkan ujian yang kedua dalam hidupnya saat ia
menginjak masa muda, saat Ibrahim bercerita bahwa beliau memimpikan menyembelih
Ismail. Tanpa ragu, Ismail menjawab dengan mantap untuk meminta ayahnya
mengerjakan apa yang diperintahkan kepada ayahnya tanpa merasa kesedihan atau
kegelisahan karena ia. Itu bagaikan perlombaan di antara keduanya untuk menguji siapa
di antara mereka yang paling sabar. Perlombaan yang tujuannya adalah meraih cinta
Allah SWT.
Ismail dewasa hidup di semenanjung Arab sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Ismail menjadi besar dan mencapai kekuatannya. Nabi Ibrahim mendatanginya untuk
menjelaskan hikmah Allah SWT yang telah terjadi dari perkara-perkara yang samar.
Ketika datang perintah pada Nabi Ibrahim untuk menyembelihnya, beliau menjelaskan
kepadanya persoalan itu dengan gamblang. Sekarang ia hendak mengemukakan perintah
lain yang sama agar ia mendapatkan keyakinan bahwa Ismail akan membantunya.
Perintah tersebut ialah membangun ka’bah yang diinginkan oleh keduanya agar bisa
menjadi tempat ibadah generasi Islam setelah keduanya. Doa tersebut terwujud setelah
melalui masa demi masa. Selesailah pembangunan
Ka'bah dan Nabi Ibrahim menginginkan batu yang istimewa yang akan menjadi
tanda khusus di mana tawaf di sekitar Ka'bah akan dimulai darinya. Ismail telah
mencurahkan tenaga di atas kemampuan manusia biasa. Beliau bekerja dengan sangat
antusias sebagai wujud ketaatan terhadap perintah ayahnya. Ketika beliau kembali, Nabi
Ibrahim telah meletakkan Hajar Aswad di tempatnya yang didatangkan langsung oleh
malaikat Jibril kepada Ibrahim.
Karena pengaruh doa kedua Nabi tersebut, kaum Muslim merasakan kecintaan
yang dalam untuk mengunjungi Baitul Haram. Setiap orang yang mengunjungi Masjidil
Haram dan kembali ke negerinya akan merasakan kerinduan pada tempat itu. Kemudian,
datanglah musim haji setiap tahun, dan yang lebih penting dari semua itu adalah cinta
yang dalam terhadap Tuhan alam semesta.
KISAH NABI ISHAK AS

Kelahiran Nabi Ishak membawa suatu kejadian yang luar biasa di mana para
malaikat menyampaikan berita gembira tentang kelahirannya. Kelahirannya terjadi
setelah beberapa tahun dari kelahiran Nabi Ismail, saudaranya. Nabi Ishak AS lahir
setelah penantian panjang Siti Sarah dan Nabi Ibrahim AS.
Pada suatu hari, datang dua orang tamu yang tak dikenal dan mencari Nabi
Ibrahim. Sebagai tuan rumah, Nabi Ibrahim dan Siti Sarah menyajikan hidangan berupa
daging sapi untuk menyambut tamu tersebut. Namun, saat makanan dihidangkan, kedua
tamu itu menolak dan mengaku bahwa mereka tidak makan dan minum. Lalu kedua tamu
itu menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka mengaku sebagai malaikat yang
diutus oleh Allah untuk menyampaikan kabar gembira pada Ibrahim, berupa kehamilan
Siti Sarah serta kelahiran seorang bayi yang telah dinanti-nanti sejak lama.
Awalnya, Siti Sarah dan Nabi Ibrahim tidak percaya pada kabar gembira itu,
karena keduanya telah menginjak usia 90 tahun, usia di mana kelahiran bayi merupakan
hal yang muskil bagi seorang perempuan. Mereka tak henti-hentinya takjub, hingga
pernyataan Siti Sarah pun tercantum dalam Q.S. Hud: 72. Siti Sarah dan Nabi Ibrahim
lantas mengucapkan syukur atas kekuasaan Allah SWT. Saat anak itu lahir, Ibrahim
menamainya Ishak.
Ishak tumbuh sebagai anak yang tampan, cerdas, sholeh, dan berperilaku baik.
Ibrahim mengajarkan Ishak agama Allah dan cara beribadah kepada-Nya. Sebelum Nabi
Ibrahim meninggal dunia, ia menjodohkan Ishak dengan Rafiqah, anak dari saudara
kandung Nabi Ibrahim, Nahur. Setelah menikah, Ishak dan Rafiqah sama-sama
berdakwah di jalan Allah. Nabi Ishak juga mendapatkan banyak tantangan selama
menyiarkan agama Allah. Ishak dan Rafiqah dikaruniai anak setelah menikah lebih dari
20 tahun. Melahirkan anak kembar, anak pertama diberi nama Ishu dan yang kedua
dinamai Ya’qub.
Ishu dewasa menjadi seorang pemburu, sedangkan Ya’qub senang mengikuti
ayahnya berdakwah. Hingga pada satu hari muncul salah paham yang membuat Ishu
marah pada Ya’qub. Ishak pun memerintahkan Ya’qub untuk pergi belajar ke Irak
menemui sang paman, Laban. Ishak kemudian meninggal pada usia 180 tahun setelah
menjalankan dakwah dengan baik serta membuat Ya’qub dan Ishu rukun kembali.
Hikmah yang dapat di ambil dari kisah kelahiran Nabi Ishak ini memberikan
pesan bahwa manusia tidak boleh putus asa dalam berdoa kepda Allah SWT.
KISAH NABI YA'QUB AS

Nabi Ya’qub AS adalah putra Nabi Ishak dan Rafiqah yang melewati hidupnya
mengikuti jejak kakek dan ayahnya. Ya’qub lahir sebagai pasangan kembar dari
Ishu/Esau?Al-Aish. Ishu adalah seorang pemburu dan senang menyediakan daging untuk
orang tuanya. Pada suatu hari, muncul salah paham yang membuat Ishu marah pada
Ya’qub. Ishak pun memerintahkan Ya’qub untuk pergi belajar ke Irak menemui sang
paman, Laban. Dikisahkan, paman Laban membuat Nabi Ya’qub melayaninya dengan
bekerja di peternakan selama tujuh tahun dengan janji dapat menikahi putri kandung
pamannya, yang bernama Rahil. Namun setelah perjanjian terpenuhi, pamannya menolak
menikahkan Ya’qub dengan Rahil, dengan alasan ia masih memiliki kakak kandung yang
bernama Laiya. Maka Ya’qub harus menikahi Laiya terlebih dahulu, baru kemudian
dapat menikahi Rahil, dengan syarat Ia harus bekerja melayaninya selama 7 tahun lagi.
Setelah 7 tahun berlalu, akhirnya Ya’qub diperbolehkan untuk menikahi Rahil. Pada saat
itu, menikahi saudara dari sandara kandung masih diperbolehkan. Akhirnya, Nabi Ya’qub
memiliki empat istri dan dua belas putra yang menjadi nenek moyang dari dua belas
suku. Anaknya dari Rahil adalah Nabi Yusuf dan Bunyamin. Keduanya sangat disayangi
oleh Nabi Ya’qub.
Sifat tabah Nabi Ya’qub tampak jelas sepanjang cobaan-cobaan yang sulit yang
melibatkan keluarganya sendiri. Kebijaksanaan Nabi Ya’qub sebagai ayah adalah ketika
tanggapannya yang sangat mendukung dan merawat Yusuf yang mendekatinya untuk
berbagi mimpinya tentang sebelas bintang, matahari dan bulan agar bersujud untuknya
yang langsung direspon Ya’qub sebagaimana tercantum dalam Q.S. 12:5-6 tentang
larangan menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya yang bisa mengakibatkan
keburukan dan permusuhan karena Setan. Saudara-saudara Yusuf yang
menyembunyikan perasaan buruk terhadapnya menuduh Ya’qub pilih kasih, suatu hari,
setelah meminta persetujuan ayah mereka, mereka membawa Yusuf dalam sebuah
perjalanan santai dengan maksud untuk menyingkirkannya dengan melemparnya ke
sumur dan memalsukan berita kematiannya. Sejak saat itu, Nabi Ya’qub dirundung
kesedihan dan kepahitan yang berkepanjangan karena kehilangan putra tercintanya,
Yusuf. Karena menangisi kepergian Yusuf sepanjang hari, hingga membuatnya menjadi
buta. Namun, Allah telah memberikan Ya’qub kekuatan untuk melewatinya dan
menunjukkan kebenaran.
Bertahun-tahun berlalu, hingga kekeringan melanda Palestina. Ya’qub kemudian
memerintahkan anaknya untuk ke Mesir mencari bahan makanan. Setibanya di Mesir,
putra-putra Ya’qub bertemu dengan penasihat Raja Mesir, yang ternyata adalah Yusuf.
Namun, mereka tidak sadar jika mereka sedang berhadapan dengan Yusuf, yang ternyata
dulu diselamatkan oleh saudagar yang melintas di sumur tua. Yusuf memberi bahan
makanan yang berlimpah kepada saudaranya dan berpesan jika kehabisan, maka mereka
boleh kembali datang dengan membawa adik bungsu mereka, Bunyamin.
Setelah itu, saudara-saudara tertua kembali meminta izin kepada Nabi Ya’qub
untuk pergi ke Mesir membawa Bunyamin, namun Ya’qub takul hal yang sama pada
Yusuf menimpa Bunyamin. Oleh sebab itu, putra-putranya memohon dan berjanji akan
menjaga Bunyamin hingga mereka mendapatkan izinnya. Di Mesir, Bunyamin bertemu
dengan Yusuf, kemudian Yusuf mengaku bahwa dia adalah adik yang dibuang ke sumur.
Yusuf pun meminta kakak-kakaknya untuk kembali ke Palestina dan membawa ayahnya
ke Mesir. Akhirnya, Ya’qub dan Yusuf bertemu, dan seketika Nabi Ya’qub mendapatkan
pengelihatannya kembali.

Anda mungkin juga menyukai