Anda di halaman 1dari 117

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1980

No Pasal & Ayat Interpretasi Keterangan

1 Pasal 1 (a)
Konstruksi bangunan ialah
kegiatan yang berhubungan
dengan seluruh tahapan yang
dilakukan di tempat kerja

2 Pasal 1 (b)
Tempat Kerja ialah tempat
sebagaimana dimaksud Pasal
2 ayat (1) dan ayat (2) huruf c,
k, l Undang-undang No. 1
Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

3 Pasal 1 (c)
Direktur ialah Direktur
Jenderal Pembinaan H
Direktur ialah Direktur
Jenderal Pembinaan
Hubungan ubungan
Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Perburuhan dan
Perlindungan Tenaga Kerja
sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Transmigrasi dan
Koperasi No. Kep.
79/MEN/1977.

4 Pasal 1 (d)
Pengurus ialah orang atau
badan hukum yang
bertanggung jawab terhadap
pekerjaan pada konstruksi
bangunan secara aman.

5 Pasal 1 (e)
Perancah (Scaffold) ialah
bangunan peralatan (platform)
yang dibuat untuk sementara
dan digunakan sebagai
penyangga tenaga kerja,
bahan-bahan serta alat-alat
pada setiap pekerjaan
konstruksi bangunan termasuk
pekerjaan pemeliharaan dan
pembongkaran.

6 Pasal 1 (f)
Gelagar (putlog or bearer)
ialah bagian dari Gelagar
(putlog or bearer) ialah bagian
dari perancah untuk tempat
meletakkan papan peralatan.

7 Pasal 1 (g)
Palang penguat, (brace) ialah
bagian dari perancah untuk
memperkuat dua titik
konstruksi yang berlainan
guna mencegah pergeseran
konstruksi bangunan perancah
tersebut.

8 Pasal 1 (h)
Perancah tangga (ladder
scaffold) ialah suatu perancah
yang menggunakan tangga
sebagai tiang untuk penyangga
peralatannya.

9 Pasal 1 (i)
Perancah kursi gantung
(beatswain’s chair) ialah suatu
perancah yang berbentuk
tempat duduk yang digantung
dengan kabel atau tambang.

10 Pasal 1 (j)
Perancah dongkrak tangga
(laddder jack scaffold) ialah
suatu perancah yang
peralatannya mempergunakan
dongkrak untuk menaikan dan
menurunkannya dan dipasang
pada tangga.

11 Pasal 1 (k)
Perancah topang jendela
(window jack scaffold) ialah
suatu perancah yang
pelatarannya dipasang pada
balok tumpu yang di
tempatkan menjulur dari
jendela t ndela terbuka.

12 Pasal 1 (l)
Perancah kuda-kuda (trestle
scaffold) ialah suatu perancah
yang disangga oleh kuda-
kuda.

13 Pasal 2 Pentingnya laporan sebelum wajib


Setiap pekerjaan konstruksi pelaksanaan pembangunan guna
bangunan yang akan untuk melakukan pengawasan
dilakukan wajib kepada yang dilakukan oleh direktur
Direktur atau Pejabat yang untuk menjaga keberlangsungan
ditunjuknya. proyek konstruksi agar aman dan
senantiasa menjaga keselamatan
dan kesehatan kerja

14 Pasal 3 (1) Aspek pertama dari tujuan wajib


Pada setiap pekerjaan diberlakukannya Kesehatan dan
konstruksi bangunan harus Keselamatan Kerja adalah
diusahakan pencegahan atau meningkatkan efektifitas
dikurangi terjadinya perlindungan keselamatan dan
kecelakaan atau sakit akibat kesehatan kerja yang terencana,
kerja terhadap tenaga terukur, terstruktur, dan
kerjanya. terintegrasi.
Aspek berikutnya adalah
mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh,
dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh. Kemudian aspek yang
terakhir adalah menciptakan
tempat kerja yang aman, nyaman,
dan efisien untuk mendorong
produktivitas. Pentingnya akan
keselamatan dengan mengurangi
jumlah kecelakaan kerja disuatu
kontruksi bangunan. Hal yang
harus diperhatikan setiap
perusahaan dengan mengurangi
adanya kecelakaan maka juga
mengurangi suatu perusahaan
mendapatkan punishmen. Cara
untuk mencegah adanya
kecelakaan dengan memberikan
panduan kepada pekerja
pentingnya keselamatan dan juga
adanya rambu rambu bahaya.

15 Pasal 3 (2) Unit keselamatan dan kesehatan wajib


Sewaktu pekerjaan dimulai kerja memiliki peranan penting
harus segera disusun suatu Memberi rekomendasi dan
unit keselamatan dan pertimbanagan kepada Direktur
kesehatan kerja hal tersebut tentang masalah-masalah yang
harus diberitahukan kepada berkaitan dengan keselamatan dan
setiap tenaga kerja. kesehatan membuat program
keselamatan dan kesehatan,
melaksanakan program dan
melakukan evaluasi program,
sehingga unit keselamatan dan
kesehatan kerja memiliki andil dan
peran yang sangat penting guna
menanggulangi kecelakaan

16 Pasal 3 (3) Kecelakaan, kebakaran, wajib


Unit keselamatan dan peledakan, penyakit akibat kerja,
kesehatan kerja tersebut ayat pertolongan pertama pada
(2) pasal ini meliputi usaha- kecelakaan dan usaha-usaha
usaha pencegahan terhadap: penyelamatan masuk dalam unit
kecelakaan, kebakaran, keselamatan dan kesehatan kerja
peledakan, penyakit akibat
kerja, pertolongan pertama
pada kecelakaan dan usaha-
usaha penyelamatan.

17 Pasal 4 Laporan kecelakaan merupakan wajib


Setiap terjadi kecelakaan kerja media komunikasi formal tentang
atau kejadian yang berbahaya faktafakta penting untuk diketahui
harus dilaporkan kepada oleh orang-orang yang
Direktur atau Pejabat yang berkepentingan terhadap peristiwa
ditunjuknya. kecelakaan yang terjadi. Laporan
merupakan catatan peristiwa
kecelakaan yang akan digunakan
didalam program pengendalian
kerugian. Setiap kegiatan
investigasi harus dibuat laporan
secara tertulis dan disampaikan
kepada pimpinan perusahaan.
Selanjutnya pengurus atau
pimpinan perusahaan melaporkan
kejadian kecelakaan kepada Dinas
Tenaga Kerja setempat dan
Perusahaan Jamsostek dan pihak
terkait lainnya. Sehingga guna
pelaporan tersebut untuk dapat
menindak lanjuti kasus yang
terjadi.

18 Pasal 5 (1) Adanya sarana keluar masuk yang wajib


Disetiap tempat kerja harus aman dapat menghindarkan
dilengkapi dengan sarana pekerja dari kecelakaan dilengkapi
untuk keperluan keluar masuk dengan rambu rambu sehingga
dengan aman. pekerja dapat memahami untuk
senantiasa berhati hati. Jalan
keluar masuk yang lebar dan tidak
licin guna membantu pekerja
dalam bongkar muat barang
masuknya material

19 Pasal 5 (2) Peran penting penerangan wajib


Tempat-tempat kerja, tangga- ditempat tempat gelap dan sempit
tangga, lorong-lorong dan seperti tangga-tangga, lorong-
gang-gang tempat orang lorong dan gang-gang tempat
bekerja atau sering dilalui, orang bekerja atau sering
harus dilengkapi dengan dilalui,agar pekerja tidak terbentur
penerangan yang cukup sesuai dan tetap menjaga pandangan
dengan ketentuan yang pekerja.
berlaku.

20 Pasal 5 (3) Pentingnya ventilasi guna keluar wajib


Semua tempat kerja harus masuknya udara sehingga udara
mempunyai ventilasi yang akan telur mengalir untuk ditukar
cukup sehingga dapat dengan udara bersih mengingat
mengurangi bahaya debu, uap betapa berbahayanya pajanan debu
dan bahaya lainnya. yang ditimbulkan dapat
menyebabkan paru paru tidak
dapat bekerja secara optimal dan
mempengaruhi faal paru paru

21 Pasal 6 Setiap lingkungan kerja konstruksi wajib


Kebersihan dan kerapihan di wajib menjaga kebersihan dan
tempat kerja harus dijaga kerapihan. Kebersihan harus selalu
sehingga bahan-bahan yang dijaga setiap saat dengan
berserakan, bahanbahan penjadwalan rutin ataupun
bangunan, peralatan dan alat- kegiatan kebersihan lainnya.
alat kerja tidak merintangi Kerapihan setiap alat, perkakas,
atau merintangi atau instlalasi harus selalu dicek dan
menimbulkan kecela dipastikan agar selalu tertata
dengan baik sesuai tempatnya
masing masing. Semua upaya ini
dilakukan agar tidak menimbulkan
kecelakaan di lingkungan kerja.

22 Pasal 7 Tingkat pekerjaan dengan risiko Wajib


Tindakan pencegahan harus sangat berbahaya seperti proyek
dilakukan untuk menjamin bangunan bertingkat dapat
bahwa peralatan perancah, menggunakan tower crane untuk
alat-alat kerja, bahan-bahan memudahkan pendistribusian
dan benda-benda lainnya tidak material.
dilemparkan, diluncurkan atau
dijatuhkan ke bawah dari
tempat yang tinggi sehingga
dapat menyebabkan
kecelakaan.
23 Pasal 8 Pemberian tutup pengaman Wajib
Semua peralatan sisi-sisi lantai merupakan bagian dari
yang terbuka, lubang-lubang pencegahan terjadinya kecelakaan
di lantai yang terbuka, atap- pada proyek karena sangat penting
atap atau panggung yang untuk memberitahukan kepada
dapat dimasuki, sisi-sisi seluruh pihak di area kerja
tangga yang terbuka, semua (khususnya pekerja) agar selalu
galian-galian dan lubang- berhati-hati dan waspada terhadap
lubang yang dianggap adanya bahaya yang dapat
berbahaya harus diberi pagar bersumber dari mana saja.
atau tutup pengaman yang
kuat.

24 Pasal 9 Sesuai Peraturan Menteri Wajib


Kebisingan dan getaran di Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun
tempat kerja tidak boleh 2018, NAB kebisingan sebesar 85
melebihi ketentuan Nilai dB untuk durasi kerja 8 jam/hari.
Ambang Batas yang berlaku. Sedangkan NAB getaran pada
lengan dan tangan sebesar 5 m/det2
untuk durasi kerja 6 hingga 8 jam.
Jika paparan pajanan melebihi
NAB, maka dapat berdampak
buruk pada kesehatan.

25 Pasal 10 Diberlakukan jadwal dan Wajib


Orang yang tidak pembatasan jumlah orang yang
berkepentingan, dilarang dapat memasuki tempat kerja
memasuki tempat kerja. untuk meminimalisir terjadi hal
buruk dan tidak menghambat
ruang gerak.
26 Pasal 11 Pada bagian bangunan yang lemah Wajib
Tindakan harus dilakukan atau tidak stabil dapat diberikan
untuk mencegah bahaya penyangga atau minimal rambu
terhadap orang yang tanda bangunan tidak stabil agar
disebabkan oleh runtuhnya meminimalisir dampak buruk jika
bagian yang lemah dari suatu ketika bagian tersebut roboh.
bangunan darurat atau
bangunan yang tidak stabil.

27 Pasal 12 Scaffolding harus dipasang jika Wajib


Perancah yang sesuai dan lantai kerja belum cukup stabil
aman harus disediakan untuk untuk melakukan pekerjaan di
semua pekerjaan yang tidak tempat tinggi yang tidak dapat
dapat dilakukan dengan aman dilakukan dengan tangga. Seluruh
oleh seseorang yang berdiri di elemen yang digunakan harus
atas konstruksi yang kuat dan diperhatikan keamanan dan
permanent, kecuali apabila keselamatannya.
pekerjaan tersebut dapat
dilakukan dengan aman
dengan memperkerjakan
tangga.

28 Pasal 13 (1) Lantai scaffolding harus dialasi Wajib


Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan tidak
papan yang kuat dan rapat berlubang sebagai tempat bekerja
sehingga dapat menahan dan tempat menaruh barang bagi
dengan aman tenaga kerja, pekerja untuk menghindari
peralatan dan bahan yang terjatuh atau tidak seimbang diatas
dipergunakan. scaffolding.

29 Pasal 13 (2) Scaffolding yang tingginya di atas Wajib


Lantai perancah harus diberi 2 meter harus diberi pagar
pagar pengaman, apabila pengaman di pinggir untuk
tingginya lebih dari a menghindari risiko terjatuh dari
tingginya lebih dari 2 meter. tempat tinggi.

30 Pasal 14 Jalan jalan sempit dan jalan jalan Wajib


Jalan-jalan sempit, jalan-jalan landasan harus dari bahan yang
dan jalan-jalan landasan kuat dan aman ketika digunakan
(runway) harus dari bahan dan
kontruksi yang kuat, tidak
rusak dan aman untuk tujuan
pe kuat, tidak rusak dan aman
untuk tujuan pemakaianny
makaiannya.

31 Pasal 15 (1) Perancah tiang kayu yang terdiri Wajib


Perancah tiang kayu yang dari sejumlah tiang kayu yang
terdiri dari sejumlah tiang lurus baik dan dipasang gelagar di
kayu dan bagian atasnya bagian atas untuk tempat
dipasang gelagar sebagai meletakkan papan perancah harus
tempat untuk meletakkan diberi palang di semua sisi
papan-papan perancah harus
diberi palang pada semua
sisinya.

32 Pasal 15 (2) Dalam membuat perancah kayu, Wajib


Untuk perancah tiang kayu harus digunakan bahan yang baik.
harus digunakan kayu lurus Kayu yang akan digunakan harus
yang baik. berurat lurus, padat, tidak ada
mata kayu yang besar, kering,
tidak membusuk, tidak ada lubang
ulat dan kerusakan lain agar tetap
aman dan tidak membahayakan.
33 Pasal 16 (1) Scaffolding gantung adalah Wajib
Perancah gantung harus terdiri scaffolding yang titik tumpunya
dari angker pengaman, kabel- justru berada di atas bukan di
kabel baja penggantung yang bawah seperti pada umumnya.
kuat dan sangkar gantung Karena titik tumpu di atas, maka
dengan lantai papan yang scaffolding jenis ini dibangun dari
dilengkapi pagar pengaman. atas ke bawah. Berbeda juga
dengan scaffolding sudut,
scaffolding gantung ini tidak
memiliki support yang disusun
miring.

34 Pasal 16 (2) Penilaian terhadap kelayakan dari Wajib


Keamanan perancah gantung kondisi perancah dimaksudkan
harus diuji tiap hari sebelum sebagai penerapan dan
digunakan pelaksanaan syarat-syarat K3 yang
meliputi:
a. Sumber bahaya : Bekerja pada
tempat ketinggian berangin, panas
matahari
b. Penyebab Kecelakaan :
Konstruksi yang tidak kuat, roboh,
terpeleset, lakaan tergencet,
terjatuh, tertimpa bahan
Yang mana perancah tersebut
harus diuji terlebih dahulu agar
memastikan tidak terdapat
kecacatan alat yang menyebabkan
kecelakaan

35 Pasal 16 (3) Perancah gantung terdiri angkor Wajib


Perancah gantung yang pengaman, tali atau kabel
digerakkan dengan mesin penggantung yang kuat dan
harus menggunakan kabel sangkar gantung dengan lantai
baja. papan yang dilengkapi pagar
pengaman, serta tidak memiliki
penyangga dari bawah. Sehingga
bagi perancah gantung yang
digerakkan oleh mesin, wajib
menggunakan kabel baja demi
mempertahankan keamanan

36 Pasal 17 Memberikan penjelasan dan Wajib


Perancah tupang sudut penegasan kepada para pekerja
(outrigger cantilever) atau mengenai penggunaan perancah
perancah tupang siku (jib tupang sudut yang hanya boleh
scaffold), hanya boleh digunakan oleh tukang kayu dan
digunakan oleh tukang kayu, tukang sejenisnya, lalu dapat juga
tukang cat, tukang listrik dan dilakukan pemasangan safety sign
tukang-tukang lainnya yang seperti employees only.
sejenis dan dilarang Kemudian menegaskan larangan
menggunakan panggung penggunaan perancah tupang
perancah tersebar untuk sudut untuk keperluan
keperluan menempatkan menempatkan barang.
sejumlah bahan bahan. Melakukan pengawasan terhadap
pekerja untuk memastikan
penggunaan tupang sudut yang
tepat sesuai aturan

37 Pasal 18 (1) Melakukan pemeriksaan terhadap Wajib


Tangga yang digunakan tangga sebagai kaki perancah
sebagai kaki perancah harus untuk memastikan keamanan
dengan konstruksi yang kuat tangga sebelum melakukan
dan dengan letak yang pekerjaan dan diberikan scafftag
sempurna. Perancah tangga hijau apabila tangga tersebut
hanya boleh digunakan untuk sudah aman serta menegaskan
pekerjaan ringan. terhadap pekerja mengenai
penggunaan tangga yang hanya
boleh digunakan untuk pekerjaan
ringan

38 Pasal 18 (2) Membuat aturan mengenai Wajib


Dilarang menggunakan larangan penggunaan ladder jack
perancah jenis dongkrak untuk pekerjaan permukaan tinggi
tangga (ladder jack) untuk
pekerjaan pada permukaan
yang tinggi.

39 Pasal 18 (3) Memberikan pengetahuan Tidak wajib


Perancah kuda-kuda hanya terhadap pekerja mengenai
boleh digunakan sewaktu penggunaan perancah tupang
bekerja pada permukaan sudut sebelum melakukan
rendah dan jangka waktu pekerjaan dan dilakukan
pendek. pengawasan terhadap penggunaan
perancah kuda-kuda

40 Pasal 18 (4) Wajib


Dilakukan perhitungan dan
Perancah siku dengan
pengecekkan terhadap
penunjang (bracket scaffold)
pemasangan/penjangkaran
harus dijangkarkan ke dalam
perancah siku agar dapat menahan
dinding dan diperhitungkan
muatan maksimum yang dilakukan
untuk dapat menahan muatan
oleh tenaga kerja ahli
maksimum pada sisi luar dari l
pada sisi luar dari lantai
peralatan.
41 Pasal 18 (5) Dilakukan perencanaan dan Wajib
Perancah persegi (square pemasangan secara teliti terhadap
scaffold) harus dibuat secara perancah persegi untuk menjamin
teliti untuk menjamin kestabilan dan dilakukan oleh
kestabilan perancah tersebut. tenaga kerja ahli

42 Pasal 19 Pekerja diberikan pemahaman Wajib


Perancah tupang jendela terkait perancah tupang jendela
hanya boleh digunakan untuk penggunaannya yang hanya untuk
pekerjaan-pekerjaan ringan pekerjaan ringan dengan jangka
dengan jangka waktu pendek waktu pendek
dan hanya untuk melalui
jendela terbuka di mana
perancah jenis tersebut di
tempatkan.

43 Pasal 20 Melakukan tindakan pencegahan Wajib


Tindakan pencegahan harus agar tidak terjadi pembebanan
dilakukan agar dapat berlebih pada lantai perancah
dihindarkan pembebanan lebih dengan menetapkan batasan
terhadap lantai perancah yang maksimum muatan agar muatan
digunakan untuk truck truk dapat disesuaikan sebelum
membuang sampah. menggunakan lantai perancah

44 Pasal 21 Dilakukan pemeriksaan terhadap Wajib


Perancah pada pipa logam perancah pada pipa logam untuk
harus terdiri dari kaki, gelagar memastikan keamanannya
palang dan pipa penghubung memenuhi persyaratan.
dengan ikatan yang kuat dan
pemasangan pipa-pipa
tersebut harus kuat dan
dilindungi terhadap karat dan
cacat-cacat lainnya.

45 Pasal 22 Perancah beroda (mobile Wajib


Perancah beroda yang dapat scaffolding) merupakan sebuah
dipindah-pindahkan (mobile perancah yang cocok digunakan
scaffold) harus dibuat untuk pekerjaan yang berpindah-
sedemikian rupa sehingga pindah dan hanya dapat digunakan
perancaha tidak memutar pada permukaan rata dan datar.
waktu dipakai. Tiang - tiangnya dipasang roda
dengan pengunci

46 Pasal 23 Perancah kursi gantung Wajib


Perancah kursi gantung dan (beatswain’s chair) harus dipasang
alat-alat sejenisnya hanya oleh pekerja yang ahli di bawah
digunakan sebagai perancah pengawasan orang yang kompeten
dalam hal pengecualian yaitu dengan perancah telah diperiksa
apabila pekerjaan tidak dapat dengan benar sebelum dugunakan.
dilakukan secara aman dengan Perancah yang sesuai dan aman
menggunakan alat-alat harus disediakan untuk semua
lainnya. pekerjaan berisiko tinggi saat
bekerja di ketinggian.

47 Pasal 24 Pemilihan alat angkut sangat Wajib


Truck dengan perancah bak berpengaruh terhadap barang yang
(serial basket trucks) harus akan diangkutnya, kondisi medan
dibuat dan digunakan yang akan dilalui ke lapangan, dan
sedemikian rupa sehingga juga tergantung pada fungsi dari
tetap stabil dalam semua alat angkut tersebut. Dengan
kedudukan dan semua demikian pemilihan bak (serial
gerakan. basket turcks) ini bertujuan untuk
menyseuaikan dengan barang
angkutan karena memerlukan ke
stabilan dalam semua kedudukan
dan semua gerakan.

48 Pasal 25 (1) Hal ini karenakan dalam Wajib


Tangga harus terdiri dari 2 pengerjaan diperlukan kekuatan,
kaki tangga dan sejumlah anak stabilitas dan kekakuan dari
tangga yang dipasang pada struktur pendukung. Pemilihan
kedua kaki tangga dengan tangga yang terdiri dari 2 kaki
kuat. bertujuan untuk mencegah
terjadinya jatuh dari ketinggian.

49 Pasal 25 (2) Pemilihan bahan tangga dan Wajib


Tangga harus dibuat, dipelihara ini bertujuan untuk
dipelihara dan digunakan memastikan kemampuan tangga
sebaik-baiknya sehingga dapat menahan beban saat di naiki oleh
menjamin keselamatan tenaga pekerja selain itu juga
kerja. meminimalisir terjadinya
kecelakaan akibat dari tangga
yang telah keropos akibat faktor
cuaca dan kondisi lainnya dari
tangga tersebut. Dengan
diberlakukan maintenance ini agar
tangga selalu dalam keadaan siap
pakai.

50 Pasal 26 (1) Demi menjaga keselamatan kerja


Tangga yang dapat dipindah- tangga portable dan tangga kuda-
pindahkan (portable kuda yang dapat dipindah-
stepladders) dan tangga kuda- pindahkan telah memiliki standar
kuda yang dapat dipindah- tersendiri dan tidak disarankan
pindahkan, panjangnya tidak lebih dari 6 meter.hal ini
boleh lebih dari 6 meter dan dikarenakan semakin tinggi
pengembangan antara kaki tangganya memiliki tinggat
depan dan kaki belakang harus kestabilan yang berbeda dan
diperkuat dengan pengaman. pengembangan antara kaki depan
dan kaki belakang harus diperkuat
dengan pengaman untuk menjaga
kestabilan tangga agar tetap kokoh
bediri.

51 Pasal 26 (2) Untuk menjaga dan memastikan Wajib


Tangga bersambung dan kemampuan tangga menahan
tangga mekanik, panjangnya beban saat di naiki oleh
tidak boleh lebih dari 15 dak pekerja,maka standar tinggi tangga
boleh lebih dari 15 meter. bersambung dan tangga mekanik
hanya disarankan di bawah 15 dak
demi menjaga keselamatan
pekerja.

Pasal 26 (3) Dengan pemilihan bahan tangga Wajib


Tangga tetap harus terbuat yang tahan dengan segala cuaca
dari bahan yang tahan bertujuan untuk menjaga tangga
terhadap cuaca dan kondisi agar tidak mengalami keropos.
lainnya, yang panjangnya
tidak boleh lebih dari 9 meter.

52 Pasal 27 Tangga rumah dibuat senyaman


Tangga rumah harus dibuat dan seaman mungkin dengan
sedemikian rupa sehingga syarat :
dapat menahan dengan aman - Panjang pijakan datar
beban yang harus dibawa (riser atau aantrede) sekitar
melalui tangga tersebut dan 20 cm - 30 cm.
harus cukup lebar untuk - Tinggi pijakan (optrede)
pemakaiannya secara aman. sekitar 15 cm - 20 cm
pijakan antar tangga tidak
terlalu tinggi.
- Sudut kemiringan tangga
berkisar 25-40 derajat

53 Pasal 28 Alat angkut atau beban harus


Alat-alat angkut harus ditempatkan dan dirawat serta
direncanakan dipasang, dicek secara berkala untuk
dilayani dan dipelihara
sedemikian rupa sehingga
terjamin keselamatan dalam
pemakaiannya.

54 Pasal 29
Poros penggerak, mesin-
mesin, kabel-kabel baja dan
pelataran dari semua alat-alat
angkat harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi kecelakaan
karena terjepit, muatan lebih
kerusakan mesin atau
putusnya kabel baja
pengangkat.

55 Pasal 30 (1)
Setiap kran angkat harus
dibuat dan dipelihara
sedemikian rupa sehingga
setelah diperhitungkan
besarnya, pengaruhnya,
kondisinya, ragamnya muatan
dan kekuatan, perimbangan
dari setiap bagian peralatan
bantu yang terpasang maka
tegangan maksimum yang
telah terjadi harus lebih kecil
dari tegangan maksimum yang
diijinkan dan harus ada
keseimbangan sehingga dapat
berfungsi tanpa melalui batas-
batas pemuaian, pelenturan,
getaran, puntiran dan tanpa
terjadi kerusakan sebelum
batas waktunya.

56 Pasal 30 (2)
Setiap kran angkat yang tidak
direncanakan untuk
mengangkat muatan kerja
maksimum yang diijinkan
pada semua posisi yang dapat
dicapai, harus mempunyai
petunjuk radius muatan dan
petunjuk tersebut harus
dipelihara agar selalu bekerja
dengan baik.

57 Pasal 30 (3)
Derek (Derricks) harus
direncanakan dan dibangun
sedemikian rupa sedemikian
rupa sehingga terjamin
kestabilannya waktu bekerja.
58 Pasal 30 (4)
Kaki rangka yang berbentuk
segitiga harus dari bahan yang
memenuhi syarat dan
dibangun sedemikian rupa
sehingga terjamin
keamanannya waktu
mengangkatnya beban
maksimum.

59 Pasal 31
Tindakan pencegahan harus
dilakukan untuk melarang
orang memasuki daerah lintas
keran jalan (traveling crane)
untuk menghindarkan
kecelakaan karena terhimpit.

60 Pasal 32 Pesawat elevator rel tunggal harus Wajib


Pesawat-pesawat angkat dilengkapi dengan saklar
monoril harus dilengkapi perjalanan untuk memastikan jalur
saklar pembatas untuk yang aman saat naik dan alat
menjamin agar perjalanan naik pengangkat harus berhenti pada
dan peralatan angkat (lifting jarak yang aman pada posisi
device) harus berhenti di jarak pengangkatan.
yang aman pada posisi atas.

61 Pasal 33 Tiang derek harus dari bahan yang Wajib


Tiang Derek (gin pales) harus kokoh dan harus dikencangkan
dari Tiang Derek (gin pales) dan diperkuat dengan kabel.
harus dari bahan yang kuat
bahan yang kuat dan harus
dijabarkan dan diperkuat dan
harus dijabarkan dan diperkuat
dengan kabel.

62 Pasal 34 Semua komponen kerekan harus Wajib


Semua bagian-bagian dari dirancang dan diproduksi untuk
kerekan (winches) harus menahan tekanan beban
direncanakan dan dibuat dapat maksimum dengan aman.
menahan tekanan beban
maksimum dengan aman dan
tidak merusak kabel atau
tambang.

63 Pasal 35 (1) Posisi dongkrak harus aman agar Wajib


Penggunaan dongkrak harus tidak berputar/bergerak
pada posisi rak yang aman
sehingga tidak memutar atau
pindah tempat.

64 Pasal 35 (2) Dongkrak harus lengkap dengan Wajib


Dongkrak harus dilengkapi alat yang efektif untuk
dengan peralatan yang effektif mencegahnya melebihi dari posisi
untuk mencegah agar tidak maksimum.
melebihi posisi maksimum
(over travel).

65 Pasal 36 (1) Semua peralatan yang digunakan Wajib


Semua tambang, rantai dan untuk mengangkat dan
peralatan bantunya yang menurunkan harus dibuat dari
digunakan untuk mengangkat, bahan yang baik dan kokoh serta
menurunkan atau harus diperiksa dan diuji secara
menggantungkan harus terbuat berkala untuk memastikan bahwa
dari bahan yang baik dan kuat rantai penghubung dan peralatan
dan harus diperiksa dan diuji bantu stabil untuk menahan beban
secara berkala untuk maksimum yang diijinkan dengan
menjamin bahwa tambang faktor keamanan yang cukup.
rantai dan peralatan bantu
tersebut kuat untuk menahan
beban maksimum yang
diijinkan dengan faktor
keamanan yang mencukupi.

66 Pasal 36 (2) Kabel baja harus digunakan dan Wajib


Kabel baja harus digunakan dirawat agar tidak mengalami
dan dirawat sedemikian rupa deformasi akibat puntiran, karat,
sehingga tidak cacat karena kerusakan kawat, dan cacat
membelit, berkarat, kawat lainnya.
putus dan cacat lainnya.

67 Pasal 37 Bantalan harus digunakan agar Wajib


Bantalan yang sesuai harus tambang tidak menyentuh
digunakan untuk mencegah permukaan yang tajam untuk
agar tambang tidak menyentuh mencegah terjadinya kerusakan
permukaan, pinggir atau sudut pada tambang
yang tajam atau sentuhan
lainnya yang dapat
mengakibatkan rusaknya
tambang tersebut.

68 Pasal 38 (1) Rantai - rantai harus dibersihkan Wajib


Rantai-rantai yang dibersihkan dan diperiksa secara berkala agar
dan harus dilakukan segala kerusakan atau cacat dapat
pemeriksaan berkala, untuk diketahui dan dievaluasi
mengetahui adanya cacat,
retak, rengat atau cacat-cacat
lainnya.

69 Pasal 38 (2) Rantai yang tidak layak pakai Wajib


Rantai-rantai yang cacat dilarang untuk digunakan guna
dilarang untuk dipergunakan. mencegah bahaya

70 Pasal 39 (1) Beban maksimum harus dikurangi Wajib


Beban maksimum yang bila digunakan pada berbagai
diijinkan harus dikurangi macam sudut supaya menghindari
apabila (sling) digunakan pada terjadinya kecelakaan akibat
bermacam macam sudut. tekanan beban yang berlebihan

71 Pasal 39 (2) Pengurangan yang dilakukan harus Wajib


Pengurangan tersebut ayat (1) dihitung dan diketahui oleh tenaga
di atas harus dihitung kerja agar tenaga kerja memahami
kekuatannya dan beban betul betul pengurangan yang
maksimum yang diijinkan dilakukan dan memahami kondisi
yang telah dihitung tersebut di lapangan
harus diketahui betul betul
oleh tenaga kerja.

72 Pasal 40 Pulley block harus diperhatikan Wajib


Blok ckara (pulley block) dalam pembuatan dan
harus direncanakan dibuat dan pemeliharaannya agar
dipelihara dengan baik tegangannya kecil sehingga tidak
sehingga tegangannya sekecil merusak kabel atau tambang
mungkin dan tidak merusak
kabel atau tambang.

73 Pasal 41 Kaitan (hooks) dan pengunci Wajib


Kaitan (hooks) dan Pengunci (shackles) wajib diperhatikan
(shackles) harus dibuat pembuatannya agar beban yang
sedemikian rupa sehingga nantinya diangkat tidak jatuh.
beban tidak lepas.

74 Pasal 42 (1) Tindakan pencegahan dilakukan Wajib


Mesin-mesin yang digunakan dengan pemasangan safety guard
harus dipasang dan dilengkapi pada mesin-mesin yang terbuka
dengan alat pengaman untuk yang berpotensi dapat
menjamin keselamatan kerja. membahayakan pekerja maupun
merusak material di sekitarnya.

75 Pasal 42 (2) Pemasangan safety guard dipasang Wajib


Alat-alat pengaman tersebut ketika mesin sedang dijalankan
ayat (1) di atas harus dan dilepas kembali pada posisi
terpasang sewaktu mesin semula ketika mesin sedang mati
dijalankan. demi menjaga keselamatan kerja.

76 Pasal 43 (1) Pemeriksaan dan perbaikan pada Wajib


Mesin harus dihentikan untuk mesin dilakukan pada jangka
pemeriksaan dan perbaikan waktu tertentu yang sudah
pada tenggang waktu yang ditetapkan dan pada saat
sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya harus dipastikan
pabriknya. mesin dalam keadaan mati.

77 Pasal 43 (2) Tindakan pencegahan dilakukan Wajib


Tindakan pencegahan harus sebagai bentuk upaya
dilakukan untuk pengendalian terhadap risiko
menghindarkan terjadinya bahaya yang dihasilkan dari mesin
kecelakaan karena mesin yang bergerak secara tiba-tiba
bergerak secara tiba-tiba. seperti memasang alat
pemberhenti paksa dan inspeksi
secara berkala untuk mencegah
kecelakaan kerja.

78 Pasal 44 Tindakan pencegahan untuk Wajib


Operator mesin harus terlatih menghindari kecelakaan kerja
untuk pekerjaannya dan harus dapat diberikan dengan pemberian
mengetahui peraturan pelatihan kerja bagi operator yang
keselamatan kerja ditugaskan sebagai pengoperasian
untuk mesin tersebut. mesin.

79 Pasal 45 (1) Inspeksi terhadap alat-alat kerja Wajib


Alat-alat penggalian tanah dilakukan secara berkala dan rutin
yang digunakan harus demi terwujudnya zero accident di
dipelihara dengan baik area tempat kerja.
sehingga terjamin keselamatan
dan kesehatan dalam
pemakaiannya.

80 Pasal 45 (2) Inspeksi terhadap mesin penggali Wajib


Tindakan pencegahan harus tanah dilakukan secara berkala dan
dilakukan untuk menjamin perlu melakukan pemasangan
kestabilan mesin penggali safety sign di area tempat kerja
tanah (power shovel) dan agar pekerja tidak mengalami
harus diusahakan agar orang kecelakaan kerja di area yang
yang tidak berkepentingan bahaya.
dilarang masuk ke tempat
kerja yang terdapat bahaya
kejatuhan benda.

81 Pasal 46 Tindakan pencegahan yang Wajib


Sebelum meninggalkan dilakukan operator dilakukan
bulldozer atau scraper, dengan mengendalikan seluruh
operator harus melakukan tuas, memastikan tombol dalam
tindakan pencegahan yang posisi yang sesuai dengan
perlu untuk menjamin agar fungsinya.
mesin-mesin tersebut tidak
bergerak.

82 Pasal 47 Perlengkapan pengolahan aspal Wajib


Perlengkapan instalasi harus direncanakan, dibuat dan
pengolahan aspal harus dilengkapi dengan alat - alat
direncanakan, dibuat dan pengaman/pencegahan terhadap
dilengkapi dengan alat-alat bahaya akibat bahan - bahan
pengaman dan dijalankan serta panas, api terbuka, uap panas,
dipelihara dengan baik untuk debu, dan dijalankan serta
menjamin agar tidak ada dipelihara dengan baik untuk
orang, yang mendapat menjamin agar tidak ada pekerja
kecelakaan oleh bahan-bahan yang mengalami kecelakaan oleh
panas, api terbuka, uap dan bahan - bahan tersebut.
debu yang berbahaya.

83 Pasal 48 (1) Tindakan pencegahan atau Wajib


Tindakan pencegahan harus pengaman harus dilakukan dengan
dilakukan untuk menjamin sangat teliti untuk menjadi
agar kestabilan tanah tidak jaminan agar kestabilan tanah
membahayakan sewaktu tidak membahayakan pekerja
mesin penggiling jalan sewaktu mesin penggiling jalan di
digunakan. gunakan.
84 Pasal 48 (2) Sebelum meninggalkan mesin Wajib
Sebelum meninggalkan mesin penghitung jalan sehabis
penghitung jalan operator melakukan pekerjaan, operator
harus melakukan segala harus melakukan pemeriksaan
tindakan untuk menjamin agar ulang untuk memastikan agar
mesin penggiling jalan mesin penggiling jalan tidak
tersebut tidak bergerak atau bergerak atau berpindah tempat.
bergerak atau pindah tempat.

85 Pasal 49 Mesin adukan beton (concrete


Mesin adukan beton (concrete mixer) yang digunakan saat Wajib
mixer) yang digunakan harus bekerja harus dilengkapi dengan
dilengkapi dengan alat-alat alat pengaman dan dijalankan
pengaman dan dijalankan serta sesuai sop serta dipelihara dengan
dipelihara untuk menjamin baik untuk menjamin agar tidak
agar tidak ada orang yang ada pekerja yang beresiko celaka
mendapat kecelakaan yang disebabkan oleh bagian -
disebabkan bagian-bagian bagian mesin yang berputar atau
mesin yang berputar atau bergerak serta tertimpa/kejatuhan
bergerak atau boleh karena bahan - bahan.
kejatuhan bahan-bahan.
86 Pasal 50 Mesin pemuat (loading machines) Wajib
Mesin pemuat (loading harus dilengkapi dengan kap (cap)
machines) harus dilengkapi yang kuat dan dilengkapi dengan
dengan kap (cab) yang kuat alat pengaman mesin sehingga
dan dilengkapi dengan alat tenaga kerja lebih aman dan tidak
pengaman sehingga tenaga tergencet/tertekan oleh bagian -
kerja tidak tergencet oleh bagian mesin yang bergerak.
bagian-bagian mesin yang
bergerak.

87 Pasal 51 Mesin pekerjaan kayu harus yang Wajib


Mesin-mesin pekerjaan kayu digunakan harus sering di pelihara
yang digunakan harus dan dilakukan pengecekan secara
dipelihara dengan baik berkala dengan baik sehingga
sehingga terjamin keselamatan terjamin keamanannya saat
dan kesehatan dalam digunakan oleh pekerja.
pemakaiannya.

88 Pasal 52 (1) Gergaji bundar harus dilengkapi Wajib


Gergaji bundar harus dengan alat-alat untuk mencegah
dilengkapi dengan alat-alat bahaya singgung dengan mata
untuk mencegah bahaya gergaji dan serpihan mata gergaji
singgung dengan mata gergaji yang patah agar tidak
dan alat pencegah bahaya membahayakan pengguna.
tendangan belakang, terkena
serpihan yang berterbangan
atau mata gergaji yang patah.

89 Pasal 52 (2) Melakukan pemeriksaan daun Wajib


Tindakan pencegahan harus gergaji bundar sebelum digunakan
dilakukan agar daun gergaji agar tidak terjepit atau mendapat
bundar tidak terjepit atau tekanan dari samping.
mendapat tekanan dari
samping.

90 Pasal 53 Melakukan pemeriksaan daun Wajib


Daun gergaji pita harus gergaji sesuai dengan tegangan,
dengan tegangan, dudukan dudukan dan ketajaman yang
dan ketajaman yang memenuhi syarat sebagai bentuk
memenuhi syarat dan harus upaya keamanan bagi pekerja.
tertutup kecuali bukan yang
perlu untuk menggergaji.

91 Pasal 54 Wajib
Melakukan pengecekan terhadap
Mesin ketam harus dilengkapi
mesin ketam dalam kondisi yang
dengan peralatan yang baik
baik dan menggunakan penutup
untuk mengurangi bidang
pisau agar tidak membahayakan
bukan serut yang
pekerja
membahayakan untuk
mengurangi bahaya tendangan
belakang.

92 Pasal 55 (1) Kualitas alat-alat kerja tangan Wajib


Alat-alat kerja tangan harus harus memiliki mutu yang cukup
dari mutu yang cukup baik baik dan harus terus dijaga
dan harus dijaga supaya selalu kualitasnya.
dalam keadaan baik.

93 Pasal 55 (2) Penyimpanan dan pengangkutan Wajib


Penyimpanan dan alat-alat tajam harus dilakukan
pengangkutan alat-alat tajam sesuai dengan SOP agar tidak
harus dilakukan sedemikian membahayakan.
rupa sehingga tidak
membahayakan.

94 Pasal 55 (3) Wajib


Dalam perencanaan dan
Perencanaan dan pembuatan
pembuatan alat-alat kerja tangan
alat-alat kerja tangan harus
harus sesuai dengan fungsi dan
cocok untuk keperluannya dan
segi ergonomisnya.
tidak menyebabkan terjadinya
kecelakaan.

95 Pasal 55 (4) Penggunaan alat-alat tangan Tidak Wajib


Alat-alat tangan boleh digunakan sesuai dengan prosedur
digunakan khusus untuk dan perizinannya.
keperluannya yang telah
direncanakan.

96 Pasal 56 Wajib
Perhitungan kekuatan alat-alat
Semua bagian-bagian alat-alat
pneumatik sesuai tekanan kerja
pneumatik termasuk selang-
agar tidak rusak atau
selang dan selang sambungan
menimbulkan kecelakaan.
harus direncanakan untuk
dapat menahan dengan aman
tekanan kerja maksimum dan
harus dilayani dengan hati-hati
sehingga tidak merusak atau
menimbulkan kecelakaan.

97 Pasal 57 (1) Alat penebak paku (pawder Wajib


Alat penebak paku (pawder actuated tools) harus dilengkapi
actuated tools) harus dengan pengaman untuk
dilengkapi dengan alat melindungi atau menahan pantulan
pengaman untuk melindungi dari benda-benda yang
atau menahan pantulan ditembakkan.
kembali dari paku dan benda-
benda yang ditembakkan oleh
alat tersebut.

98 Pasal 57 (2) Alat pengaman pada penebak paku Wajib


Untuk keperluan alat tersebut menggunakan patrum (cartridge)
ayat (1) di atas harus dan paku tembak (projectile) yang
dipergunakan patrum tepat.
(cartridge) dan paku tembak
(projectile) yang cocok.

99 Pasal 57 (3) Operator penebak paku berusia WAjib


Operator yang menggunakan minimal 18 tahun dan terlatih
alat tersebut ayat (1) harus
berumur paling sedikit 18
tahun dan terlatih.

100 Pasal 57 (4) Penyimpanan dan pengangkutan Wajib


Penyimpanan dan alat penembak paku dan patrum
pengangkutan alat penembak harus sesuai untuk mencegah
paku dan patrum harus kecelakaan.
sedemikian rupa dan
mencegah kecelakaan.

101 Pasal 58 (1) Traktor dan truck yang digunakan Wajib


Traktor dan truck yang harus dalam pemeliharaan yang
digunakan harus dipelihara tepat agar dapat menahan tekanan
sedemikian rupa untuk dan muatan maksimum yang
menjamin agar dapat menahan diizinkan sehingga dapat
tekanan dan muatan dioperasikan dengan aman dalam
maksimum yang diijinkan dan keadaan apapun.
dapat dikemudikan serta direm
dengan aman dalam situasi
bagaimanapun juga.

102 Pasal 58 (2) Traktor dan truk hanya boleh


Traktor dan truck tersebut ayat dikemudikan oleh pengemudi
(1) Traktor dan truck tersebut yang terlatih.
ayat (1) pasal ini hanya pasal
ini hanya boleh dijalankan
oleh pengemudi yan boleh
dijalankan oleh pengemudi
yang terlatih.

103 Pasal 59 Truck lift yang digunakan harus


Truck lif (lift truck) yang dioperasikan sesuai dengan aturan
digunakan berjalan dan standar agar terjaga
sedemikian rupa untuk kestabilannya
menjamin kestabilannya.

104 Pasal 60 Tenaga kerja dilarang memasuki


Setiap tenaga kerja dilarang area konstruksi bawah tanah
memasuki konstruksi sebelum diperiksa dan bebas dari
bangunan di bawah tanah bahaya-bahaya kejatuhan benda,
kecuali tempat kerja telah peledakan, debu, uap, gas atau
diperiksa dan bebas dari radiasi yang berbahaya.
bahaya-bahaya kejatuhan
benda, peledakan, debu, uap,
gas atau radiasi yang
berbahaya.
105 Pasal 61 (1) Usaha pencegahan harus
Apabila bekerja dalam dilakukan ketika bekerja dalam
terowongan, usaha terowongan untuk menghindari
pencegahan harus dilakukan kecelakaan yang mungkin timbul.
untuk menghindarkan
jatuhnya orang atau bahan
atau kecelakaan lainnya.

106 Pasal 61 (1) Terowongan harus memiliki


Terowongan harus cukup penerangan yang cukup dan
penerangan dan dilengkapi memiliki jalur evakuasi darurat
dengan jalan keluar yang sehingga dapat digunakan ketika
aman direncanakan dan dalam keadaan darurat.
dibangun sedemikian rupa
sehingga dalam keadaan
darurat terowomgan harus
segera dapat dikosongkan.

107 Pasal 62 Konstruksi bangunan yang dibuat Wajib


Apabila terdapat kemungkinan di bawah tanah memiliki
bahaya runtuhnya batu atau kemungkinan terjadi risiko terjadi
tanah dari atas sisi konstruksi runtuhnya batu atau tanah dari sisi
bangunan di bawah tanah, atas galian. Jika terdapat tanda-
maka konstruksi tersebut tanda bahwa struktur batu dan
harus segera diperkuat. tanah di sisi atas konstruksi
bangunan dapat tidak kuat dan
dapat runtuh, maka harus ada
tindakan preventif untuk
memperkuat konstruksi tersebut.

108 Pasal 63 Konstruksi bawah tanah Wajib


Untuk mencegah bahaya (basement) harus dilengkapi
kecelakaan, penyakit akibat dengan fasilitas penunjang berupa
kerja maupun keadaan yang ventilasi buatan yang memadai
tidak nyaman, konstruksi di untuk menghindari kecelakan dan
bawah tanah harus dilengkapi penyakit akibat kerja.
dengan ventilasi-ventilasi
buatan yang cukup.

109 Pasal 64 (1) Konstruksi bawah tanah Wajib


Pada konstruksi bangunan di (basement) harus disediakan
bawah tanah harus disediakan fasilitas sarana penanggulangan
sarana penanggulangan kebakaran (APAR) yang memadai
bahaya kebakaran. dan dalam kondisi normal siap
pakai.

110 Pasal 64 (2) Penyediaan APAR ataupun alat Wajib


Untuk keperluan ketentuan pemadam api lain seperti sprinkler
ayat (1) di atas, harus untuk mencegah terjadinya
disediakan alat pemberantas kebakaran.
kebakaran.

111 Pasal 65 (1)


Di tempat kerja atau di tempat
yang selalu harus disediakan
penerangan yang cukup sesuai
dengan ketentuan yang
berlaku.

112 Pasal 65 (2)


Penerangan darurat harus
disediakan di tempat-tempat
tersebut ayat (1) di atas tenaga
kerja dapat penyelamat diri
dalam keadaan darurat.

113 Pasal 66 (1)


Tenaga kerja yang mengebor
tanah harus dilindungi dari
bahaya kejatuhan benda-
benda, bahaya debu, uap, gas,
kebisingan dan getaran.

114 Pasal 66 (2)


Tenaga kerja dilarang masuk
ke tempat di mana kadar
debunya melebihi ketentuan
nilai ambang batas yang
berlaku, kecuali apabila
mereka memakai respirator.

115 Pasal 67 (1) Setiap pekerjaan harus Wajib


Setiap pekerjaan, harus dipersiapkan sedemikian rupa,
dilakukan sedemikian rupa mulai dari kesiapan pekerja,
sehingga terjamin tidak fasilitas dan sarana prasarana
adanya bahaya terhadap setiap penunjang keselamatan untuk
orang yang disebabkan oleh meminimalisasi risiko bahaya
kejatuhan tanah, batu atau mekanik.
bahan-bahan lainnya yang
terdapat dipinggir atau didekat
pekerjaan galian.

116 Pasal 67 (2) Pemberian pengaman dan Wajib


Pinggir-pinggir dan dinding- penunjang kuat pada dinding serta
dinding pekerjaan galian harus tepian galian untuk menjamin
diberi pengaman dan keselamatan pekerja galian
penunjang yang kuat untuk lubang/parit.
menjamin keselamatan orang
yang bekerja di dalam lubang
atau di dalam lubang atau
parit.

117 Pasal 67 (3) Selain bahaya mekanik, harus Wajib


Setiap tenaga kerja yang diperhatikan potensi bahaya lain
bekerja dalam lubang galian yang bisa mengancam
harus dijamin pula keselamatan pekerja.
keselamatannya dari bahaya
lain selain tersebut ayat (1)
dan ( bahaya lain selain
tersebut ayat (1) dan (2) di ata
2) di atas.

118 Pasal 68 (1) Pemasangan dan maintenance Wajib


Mesin pancang yang mesin pancang untuk menjamin
digunakan harus dipasang dan keselamatannya.
dirawat dengan baik sehingga
terjamin keselamatan dalam
pemakaiannya.

119 Pasal 68 (2) Pemeriksaan berkala dengan teliti Wajib


Mesin pancang dan peralatan pada mesin pancang dan peralatan
yang dipakai harus diperiksa yang dipakai serta larangan
dengan teliti secara berkala pemakaiannya sampai dinyatakan
dan tidak boleh digunakan aman digunakan.
kecuali sudah terjamin boleh
digunakan kecuali sudah
terjamin keamanannya.
120 Pasal 69 Larangan kepada bukan pekerja Wajib
Tenaga kerja yang tidak mesin pancang berada di daerah
bertugas menjalankan mesin mesin pancang saat tengah
pancang dilarang berada dijalankan.
disekitar mesin pancang yang
sedang dijalankan.

121 Pasal 70 Floating pile drives harus Wajib


Mesin pancang jenis terapung dilengkapi pengaman dan
(floating pile drives) yang dijalankan oleh ahlinya untuk
digunakan harus dilengkapi menjaga kestabilan agar tidak
pengaman dan dijalankan tenggelam.
sedemikian rupa sehingga
kestabilannya atau tidak
tenggelam.

122 Pasal 71 Agar pelat penahan tidak berayun Wajib


Tindakan pencegahan harus atau berputar karena tekanan
dilakukan untuk angin, roboh karena tekanan air,
menghindarkan agar supaya atau tekanan yang lain, maka
pelat penahan (sheet piling) diperlukan tindakan pencegahan.
tidak berayun atau berputar
yang tidak terkendalikan oleh
tekanan angin, roboh oleh
tekanan air atau tekanan
lainnya.

123 Pasal 72 Pembangunan konstruksi beton Wajib


Pembangunan konstruksi harus direncanakan dengan teliti
beton harus direncanakan dan
dihitung dengan teliti untuk
menjamin agar konstruksi dan
penguatnya dapat memikul
beban dan tekanan lainnya
sewaktu membangun tiap-tiap
bagiannya.

124 Pasal 73 (1) Usaha pencegahan yang praktis Wajib


Usaha pencegahan yang harus dilakukan untuk
praktis harus dilakukan untuk menghindari kecelakaan tenaga
menghindarkan terjadinya kerja
kecelakaan tenaga kerja
selama melakukan pekerjaan
persiapan dan pembangunan
konstruksi beton.

125 Pasal 73 (2) Pencegahan kecelakaan yang Wajib


Pencegahan kecelakaan dimaksud seperti kulit
dimaksud ayat (1) pasal ini bersinggungan langsung dengan
terutama adalah: semen, kejatuhan benda
a. Singgungan langsung konstruksi, penghubung dan
kulit terhadap semen dan sambungan pipa harus kuat, saat
dapur; pembekuan harus terhindar dari
b. Kejatuhan benda-benda goncangan, saat lempengan beton
dan bahan-bahan yang dipasang harus digerakkan hati-
diangkut dengan ember hati, melecutnya ujung besi yang
adukan beton (concrete mencuat, dan getaran dari mesin
buckets) vibrasi
c. Sewaktu beton dipompa
atau dicor pipa-pipa
termasuk penghubung
atau sambungan dan
penguat harus kuat;
d. Sewaktu pembekuan
adukan (seeting concrete)
harus terhindar dari
goncangan dan bahan
kimia yang dapat
mengurangi kekuatan;
e. Sewaktu lempengan
(panel) atau lembaran
beton (slab) dipasang ke
dalam dudukannya harus
digerakan dengan hati-
hati.
f. Terhadap melecutnya
ujung besi beton yang
mencuat sewaktu ditekan
atau direngang dan
sewaktu diangkat atau
diangkut;
g. Terhadap getaran
sewaktu menjalankan alat
penggetar (vibrator).

126 Pasal 74 Setiap ujung yang mencuat harus Wajib


Setiap ujung-ujung mencuat dilengkungkan atau dilindungi.
yang membahayakan harus
dilengkungkan atau
dilindungi.

127 Pasal 75 Tiang yang digunakan untuk Wajib


Menara atau tiang yang mengangkut adukan beton harus
digunakan untuk mengangkut terjamin kestabilan dan
adukan beton (concrete bucket kekuatannya
towers) harus dibangun dan
diperkuat sedemikian rupa
sehingga terjamin
kestabilannya.

128 Pasal 76 Beton harus dikerjakan hati-hati Wajib


Beton harus dikerjakan agar pemetian dan penguatnya
dengan hati-hati untuk mampu menahan seluruh beban
menjamin agar pemetian beton sampai beku
(bekisting) dan penguatnya
dapat memikul atau menahan
seluruh beban sampai beton
menjadi beku.

129 Pasal 77 Harus merencanakan segala Wajib


Bagian-bagian yang siap sesuatu hal dengan baik agar
dipasang (prefabricated parts) ketika memasang bagian -
harus direncanakan dan dibuat bagiannya dapat terpasang dengan
dengan baik sehingga dapat aman.
diangkut dan dipasang dengan
aman.

130 Pasal 78 (1) Selalu memastikan konstruksi baja Wajib


Bagian-bagian konstruksi baja yang akan digunakan sesuai
sedapat mungkin harus dirakit dengan prosedur perakitan agar
sebelum dipasang. selama kegiatan konstruksi
berlangsung tidak menimbulkan
bahaya bagi pekerja konstruksi

131 Pasal 78 (2) Pencegahan bahaya dilakukan Wajib


Selama pekerjaan untuk menghindari banyaknya
pembangunan konstruksi baja, angka kecelakaan dan penyakit
harus dilakukan tindakan yang timbul karena kecelakaan
pencegahan bahaya jatuh atau kerja sehingga pencegahan bahaya
kejatuhan benda terhadap juga bisa memberikan manfaat
tenaga kerja. seperti meminimalisasi
pengeluaran biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan untuk
membiayai akibat yang
ditimbulkan dari kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja.

132 Pasal 79 Untuk menghindari pekerja Wajib


Bagian atas dari lantai konstruksi di lantai bawah dari
sumuran harus ditutup papan resiko kejatuhan benda dari lantai
atau harus dilengkapi dengan atas seharusnya lantai tersebut
peralatan lain untuk diberi penutup dan pekerja diberi
melindungi tenaga kerja alat perlindungan diri seperti helm
terhadap kejatuhan benda. keselamatan.

133 Pasal 80 Pada kegiatan konstruksi di lantai Wajib


Pemasangan rangka atap harus atas para pekerjanya harus
dilakukan dari peralatan diberikan peralatan pengaman
perancah atau tenaga kerja seperti safety belt, full body
harus dilengkapi dengan harness, shock absorber, lanyard,
peralatan pengaman lainnya. anchor point, fall arrestor, lifeline,
dan retractable lifeline untuk
mencegah terjadinya kecelakaan
yang dapat memberikan dampak
yang fatal bagi pekerjaan dan
perusahaan.

134 Pasal 81 Lantai kerja sementara merupakan Wajib


Untuk melindungi tenaga lantai kerja yang dibangun dengan
kerja sewaktu melakukan metode yang tepat sehingga lantai
pekerjaan konstruksi, harus kerja menjadi kokoh dan dapat
dibuatkan lantai kerja melindungi tenaga kerja sewaktu
sementara yang kuat. melakukan pekerjaan konstruksi.

135 Pasal 82 Desain alat pemanas aspal harus Wajib


Alat pemanas yang digunakan sesuai dengan standar keamanan
untuk memanaskan aspal dan keselamatan seperti kaidah
harus direncanakan, dibuat ergonomi sehingga tidak
dan digunakan sedemikian membahayakan operator/pekerja.
rupa sehingga dapat mencegah Selain itu, alat tersebut sebisa
kebakaran dan tenaga kerja mungkin praktis dan mudah dalam
tidak tersiram bahan panas. pengoperasiannya sehingga
pekerja yang diberi pelatihan
penggunaan alat tersebut dapat
cepat paham.

136 Pasal 83 (1) Tempat kerja wajib menyediakan Wajib


Tenaga kerja harus dilindungi APD bagi pekerja yang dapat
terhadap bahaya singgungan melindungi tubuh dari singgungan
langsung kulit dan bahaya- langsung ke kulit atau paparan
bahaya singgung lainnya langsung bahan-bahan berbahaya
terhadap bahan pengawet seperti pengawet kayu
kayu.

137 Pasal 83 (2) Kayu yang telah diawetkan Wajib


Kayu yang telah diawetkan menggunakan bahan pengawet
dilarang dibakar di tempat kayu mengandung bahan kimia
kerja. berbahaya sehingga apabila
dibakar dikhawatirkan asap dan
arangnya menyebabkan toksisitas
jika terhirup atau terkena oleh
pekerja, selain itu jika bahan kimia
yang digunakan masuk kedalam
bahan kimia mudah terbakar akan
menyebabakan kebakaran yang
besar.

138 Pasal 84 Kegiatan atau pekerjaan yang Wajib


Apabila bahan-bahan yang memunculkan adanya api terbuka,
mudah terbakar digunakan bunga api dan sumber-sumber api
untuk keperluan lantai terbuka, serta sumber api lainnya
permukaan dinding dan harus dilakukan di tempat terbuka
pekerjaan-pekerjaan lainnya, yang aman dan jauh dari bahan-
harus dilakukan tindakan bahan mudah terbakar.
pencegahan untuk
menghindarkan adanya api
terbuka, bunga api dan
sumber-sumber api terbuka,
bunga api dan sumber-sumber
api lainnya ya lainnya yang
dapat menyulut uap yang
mudah terbakar ng dapat
menyulut uap yang mudah
terbakar yang timbul di tempat
kerja atau daerah sekitarnya.

139 Pasal 85 (1) Penggunaan asbes sebagai bahan Wajib


Asbes hanya boleh digunakan konstruksi sebisa mungkin
apabila bahan lainnya yang dihindari karena memiliki risiko
kurang berbahaya tidak bahaya berupa serat asbes yang
tersedia. menyebabkan asbestosis.
Disarankan menggunakan bahan
yang lebih aman seperti bitumen
dan alderon.

140 Pasal 85 (2) Ketika suatu pekerjaan Wajib


Apabila asbes digunakan, menggunakan asbes sebagai bahan
maka tindakan pencegahan konstruksi, maka tempat kerja
harus dilakukan agar tenaga harus menyediakan APD seperti
kerja tidak menghirup serat masker agar pekerja tidak
asbes. menghirup serat asbes yang
berbahaya.

141 Pasal 86 Tenaga kerja yang melakukan Wajib


Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di ketinggian wajib
pekerjaan di atas atap harus mengenakan alat pelindung diri
dilengkapi dengan alat yang disediakan seperti safety belt,
pelindung diri yang sesuai full body harness untuk
untuk menjamin agar mereka mengurangi risiko terjatuh. Selain
tidak jatuh dari atap atau itu alat bantu yang digunakan
bagian-bagian atap yang seperti tangga dan perancah harus
rapuh. dipastikan dalam kondisi baik.

142 Pasal 87 (1) Larangan penggunaan bahan, zat Wajib


Dalam pekerjaan mengecat atau pelarut berbahaya pada
dilarang menggunakan bahan pekerjaan pengecatan
cat, pernis dan zat warna yang
berbahaya, atau pelarut yang
berbahaya.

143 Pasal 87 (2) Diperlukan tindakan pencegahan Wajib


Tindakan pencegahan harus Pada pekerja pengecatan agar
dilakukan agar tukang cat tidak terhirup gas, uap, asap serta
tidak menghirup uap, gas, debu berbahaya yang dapat
asap dan debu yang membahayakan kesehatan pekerja
berbahaya. tukang cat

144 Pasal 87 (3) Jika menggunakan bahan cat yang Wajib


Apabila digunakan bahan cat mengandung zat yang dapat
yang mengandung zat yang meresap ke kulit pekerja
dapat meresap ke dalam kulit, pengecatan atau tukang cat wajib
tukang cat harus menggunakan APD supaya
menggunakan alat pelindung meminimalkan risiko dari zat
diri. tersebut

145 Pasal 88 (1) Ketika melakukan pekerjaan Wajib


Tindakan pencegahan harus mengelas dan memotong dengan
dilakukan untuk las busur diperlukan tindakan
menghindarkan timbulnya pencegahan sehingga tidak
kebakaran sewaktu mengelas menimbulkan bahaya kebakaran
dan memotong dengan las
busur.

146 Pasal 88 (2) Perlindungan bagi juru las dan Wajib


Juru las dan tenaga kerja yang tenaga kerja pada pekerjaan
berada disekitarnya harus pengelasan dari serpihan bunga
dilindungi terhadap serpihan api, uap radiasi dan sinar
bunga api, uap radiasi dan berbahaya.
sinar berbahaya lainnya.

147 Pasal 88 (3) Untuk menjamin keselamatan dan Wajib


Penggunaan dan pemeliharaan kesehatan dari juru las serta tenaga
peralatan las harus dilakukan kerja diperlukan Pemeliharaan dan
dengan baik untuk menjamin penggunaan peralatan las dengan
keselamatan dan kesehatan baik
juru las dan tenaga kerja yang
berada disekitarnya.
148 Pasal 89 (1) Diperlukan tindakan tindakan Wajib
Untuk menjamin keselamatan kecelakaan (pencegahan) pada
dalam pekerjaan peledakan pekerjaan blasting atau peledakan
(blasting) harus dilakukan
Tindakan-tindakan
kecelakaan.

149 Pasal 89 (2 a) Bentuk tindakan pencegahan pada Wajib


Tindakan pencegahan pekerjaan blasting meliputi:
dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan dalam cuaca dan
terutama adalah: kondisi yang aman serta hanya
a. Sewaktu peledakan sedikit orang, hati-hati saat
dilakukan sedapat melubangi dan mengisi lubang
mungkin jumlah orang peledakan, setelah pengisian
yang berada disekitarnya lubang peledakan harus segera
hanya sedikit dan cuaca diledakan agar menghindari
serta kondisi lainnya terjadinya peledakan sebagian,
tidak sedikit dan cuaca menggunakan sumbu-sumbu dari
serta kondisi lainnya mutu yang baik agar menjamin
tidak berbahaya; peledakan dilakukan dengan
b. Lubang peledakan harus aman, hindari peledakan
dibor dan diisi bahan mendadak jika dilakukan dengan
peledak dengan hati-hati tenaga listrik serta adanya
untuk menghindarkan larangan bagi tenaga kerja untuk
salah peledakan atau memasuki daerah peledakan
peledakan secara tiba-tiba kecuali setelah dinyatakan aman.
waktu pengisian.
c. Peledakan harus
dilakukan dengan segera
setelah pengisian dan
peledakan tersebut harus
dilakukan sedemikian
rupa untuk mencegah
salah satu peledakan atau
terjadinya peledakan-
peledakan sebagian;
d. Sumbu-sumbu dari mutu
yang baik dan
dipergunakan sedemikian
rupa untuk menjamin
peledakan dengan aman;
e. Menghindari peledakan
mendadak jika peledakan
dilakukan dengan tenaga
listrik;
f. Tenaga kerja dilarang
memasuki daerah
peledakan sesudah
terjadinya peledakan
kecuali apabila telah
diperiksa dan dinyatakan
aman.

150 Pasal 90 Diperlukan tindakan pencegahan Wajib


Untuk menjamin kesehatan bagi tenaga kerja yang mengolah
tenaga kerja yang mengolah batu agar tidak menghirup debu
batu agar tidak menghisap silikat sebagai bentuk jaminan
debu silikat, harus dilakukan terhadap kesehatan pekerja
tindakan pencegahan.

151 Pasal 91 (1) Sebelum dimulainya pekerjaan Wajib


Rencana pekerjaan pembongkaran terlebih dahulu
pengangkutan harus harus ditetapkan rencana
ditetapkan terlebih dahulu mengenai pekerjaan pengangkutan
sebelum pekerjaan
pembongkaran dimulai.

152 Pasal 91 (2) Sebelum memulai pekerjaan Wajib


Semua instalasi, las, gas, air pembongkaran semua yang
dan uap harus dimatikan, membahayakan harus dimatikan
kecuali apabila diperlukan meliputi instalasi, las, gas, air dan
sepanjang tidak uap harus
membahayakan.

153 Pasal 92 (1) Sebelum memulai pembongkaran, Wajib


Semua bagian-bagian kaca, semua bagian-bagian kaca,
bagian-bagian yang lepas, bagian-bagian yang lepas, bagian-
bagian-bagian yang mencuat bagian yang mencuat harus
harus disingkirkan sebelum disingkirkan di tempat yang aman
pekerjaan pembongkaran dan sesuai.
dimulai.

154 Pasal 92 (2) Pembongkaran harus dilakukan Wajib


Pekerjaan pembongkaran sesuai dengan tahapan dari atap
harus dilakukan tingkat demi hingga ke bawah supaya tidak
tingkat dimulai dari atap dan berantakan atau menimpa yang
seterusnya ke bawah. sedang berada di bawahnya.

155 Pasal 92 (3) Harus menyiapkan tindakan - Wajib


Tindakan-tindakan tindakan pencegahan untuk
pencegahan harus dilakukan menghindari bahaya runtuhnya
untuk menghindari bahaya bangunan supaya tidak terjadi
runtuhnya bangunan. kecelakaan kerja.

156 Pasal 93 (1) Pada saat pembongkaran, alat Wajib


Alat mekanik untuk mekanik yang digunakan harus
pembongkaran harus sudah direncanakan dan dibuat
direncanakan, dibuat, dan sesuai aturan keselamatan
digunakan sedemikian rupa sehingga dapat terjamin
sehingga terjamin keselamatan keselamatannya saat dipakai.
operatornya.

157 Pasal 93 (2) Harus menetapkan daerah Wajib


Sewaktu alat mekanik untuk berbahaya yang melarang pekerja
pembongkaran digunakan, berada di area tersebut, sebelum
terlebih dahulu harus alat mekanik untuk pembongkaran
ditetapkan daerah berbahaya digunakan.
di mana tenaga kerja dilarang
berada.

158 Pasal 94 Di area kerja harus dilengkapi Wajib


Dalam hal tenaga kerja atau penadah yang kuat dan daerah di
orang lain mungkin tertimpa sekitar yang berbahaya harus
bahaya yang disebabkan oleh diberi pagar supaya pekerja atau
kejatuhan bahan atau benda orang lain tidak tertimpa bahan
dari tempat kerja yang lebih atau benda yang terjatuh dari
tinggi, harus dilengkapi tempat tinggi.
dengan penadah yang kuat
atau daerah berbahaya tersebut
harus dipagar.

159 Pasal 95 (1) Dinding-dinding tidak boleh Wajib


Dinding-dinding yang tidak dirubuhkan kecuali lantainya tidak
boleh dirubuhkan kecuali dapat rusak dengan mudah atau
lantai dapat menahan tekanan dapat menahan tekanan ketika
yang diakibatkan oleh dinding dirubuhkan.
runtuhnya dinding tersebut.
160 Pasal 95 (2) Tenaga kerja harus dilindungi dari Wajib
Tenaga kerja harus dilindungi debu dan pecahan-pecahan yang
terhadap debu dan pecahan- berhamburan dengan memasang
pecahan yang berhamburan. terpal yang menahan pecahan-
pecahan dan memakai APD
seperti sarung tangan, masker,
safety goggles, dan lain-lain.

161 Pasal 96 (1) Pekerja harus memasang papan Wajib


Apabila tenaga kerja sedang yang kuat yang ditumpu tersendiri
membongkar lantai harus bebas dari lantai yang sedang
tersedia papan yang kuat yang dibongkar, jadi tidak tersambung
ditumpu tersendiri bebas dari dengan lantai yang akan dibongkar
lantai yang sedang dibongkar. supaya tidak terjatuh.

162 Pasal 96 (2) Ketika di daerah bawah lantai Wajib


Tenaga kerja dilarang sedang ada pembongkaran, maka
melakukan pekerjaan di pekerja tidak boleh melakukan
daerah bawah lantai yang aktivitas di daerah tersebut dan
sedang dibongkar dan daerah sekitar pembongkaran harus
tersebut harus dipagar. dibatasi dengan pagar sebagai
rambu-rambu peringatan.

163 Pasal 97 Pembongkaran konstruksi baja Wajib


Konstruksi baja harus dilakukan bagian demi bagian
dibongkar bagian demi bagian sesuai dengan SOP yang dimiliki
sedemikian rupa sehingga oleh perusahaan supaya tidak
terjadi kestabilan konstruksi terjadi kecelakaan kerja.
tersebut agar tidak
membahayakan sewaktu
dilepas.
164 Pasal 98 Kontraktor mencegah tenaga kerja Wajib
Tindakan pencegahan harus tertimpa benda dari atas. Contoh
dilakukan untuk menjamin tindakan yang dapat dilakukan
agar tenaga kerja dan orang- yaitu pemasangan rambu
orang lain tidak kejatuhan peringatan “Awas tertimpa benda
bahan-bahan atau benda- dari atas” dan penyampaian
benda dari atas sewaktu bahaya kepada tenaga kerja ketika
cerobong-cerobong yang toolbox meeting.
tinggi dirubuhkan.

165 Pasal 99 (1) APD yang digunakan oleh tenaga Wajib


Alat-alat penyelamat dan kerja disesuaikan dengan
pelindung diri yang jenisnya pekerjaan yang dilakukan.
disesuaikan dengan sifat Contohnya pekerja yang bekerja di
pekerjaan yang dilakukan oleh ketinggian wajib memakai safety
masing-masing tenaga kerja body harness. Selain itu, jumlah
harus disediakan dalam APD harus memenuhi kebutuhan
jumlah yang cukup. tenaga kerja.

166 Pasal 99 (2) APD harus sesuai dengan standar Wajib


Alat-alat termaksud pada ayat dan peraturan perundang-
(1) pasal ini harus selalu undangan. Contoh standar yang
memenuhi syarat-syarat dapat digunakan yaitu ANSI
keselamatan dan kesehatan Z.89.1-2014 untuk safety helmet.
kerja yang telah ditentukan. Sedangkan peraturan perundang-
undangan yang dapat digunakan
yaitu Permenaker Nomor 8 tahun
2010 tentang Alat Pelindung Diri.

167 Pasal 99 (3) APD harus digunakan sesuai Wajib


Alat-alat tersebut ayat (1) dengan fungsinya. Contoh: safety
pasal ini harus digunakan helmet harus digunakan di kepala
sesuai dengan kegunaannya untuk melindungi kepala dari
oleh setiap tenaga kerja dan benda keras.
orang lain yang memasuki
tempat kerja.

168 Pasal 99 (4) Tenaga kerja dan orang lain wajib Wajib
Tenaga kerja dan orang lain menggunakan APD ketika
yang memasuki tempat kerja memasuki wilayah proyek.
diwajibkan menggunakan alat-
alat termaksud pada ayat (1)
pasal ini.

169 Pasal 100 Setiap proyek harus memiliki Wajib


Setiap pekerjaan konstruksi peraturan mengenai K3 yang
bangunan yang sedang sesuai dengan peraturan menteri
direncanakan atau sedang ini.
dilaksanakan wajib diadakan
penyesuaian dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini.

170 Pasal 101 Istilah “cukup”, “sesuai”, “baik”, Wajib


Terhadap pengertian istilah- “aman”, “tertentu”, “sejauh …,
istilah “cukup”, “sesuai”, sedemikian rupa” disesuaikan
“baik”, “aman”, “tertentu”, dengan masing-masing regulasi
“sejauh …, sedemikian rupa” atau checklist inspeksi dari
yang terdapat dalam Peraturan kontraktor. Contohnya safety
Menteri ini harus sesuai helmet dikatakan aman karena
dengan peraturan perundang sudah memenuhi standar yang
undangan yang berlaku atau digunakan yaitu ANSI Z.89.1-
ditentukan oleh Direktur atau 2014 atau telah dilakukan inspeksi
pejabat yang ditunjuknya. oleh ahli K3 dari kontraktor.
171 Pasal 102 Semua ketentuan yang sudah wajib
Pengurus wajib melaksanakan tertera dalam peraturan menteri
untuk ditaatinya semua wajib ditaati
ketentuan dalam Peraturan
Menteri

172 Pasal 103 (1) Semua pengurus yang melanggar Wajib


Dipidana selama-lamanya 3 peraturan menteri akan dipidana
(tiga) bulan atau denda selama 3 bulan atau denda sebesar
setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
100.000,- (seratus ribu
rupiah), pengurus yang
melakukan pelanggaran atas
ketentuan Pasal 102.

173 Pasal 103 (2) Tindakan pidana yang ada pada Wajib
Tindak pidana sebagaimana peraturan menteri termasuk
dimaksud dalam Peraturan pelanggaran
Menteri ini adalah
pelanggaran.

174 Pasal 103 (3) Apabila dalam proyek kegiatan Wajib


Menteri dapat meminta konstruksi di bidang naungan
Menteri yang membawahi Menteri lain terdapat ketentuan
bidang usaha konstruksi yang tidak dipenuhi, maka Menteri
bangunan guna mengambil tersebut dapat meminta yang
sanksi administratif terhadap membawahi bidang usaha
tidak dipenuhinya ketentuan konstruksi untuk mengambil
atau ketentuan-ketentuan sanksi administratif terkait
Peraturan Menteri ini. permasalahan tersebut.

175 Pasal 104 Pegawai pengawas K3 harus Wajib


Pegawai Pengawas melakukan pengawasan
Keselamatan dan Kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang No. 1
tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja melakukan
pengawasan terhadap
ditaatinya pelaksanaan
peraturan ini.

176 Pasal 105 (1) Yang belum tertera pada peraturan Wajib
Hal-hal yang belum cukup ini akan diatur lebih lanjut
diatur dalam Peraturan
Menteri ini akan diatur lebih
lanjut.

177 Pasal 105 (2) Dalam proyek kegiatan konstruksi,


Hal-hal yang memerlukan jika terdapat hal yang memerlukan
peraturan pelaksanaan dari peraturan pelaksanaan dari
Peraturan Menteri ini akan Peraturan Menteri ini, maka akan
ditetapkan lebih lanjut oleh ditetapkan lebih lanjut oleh
Direktur. Direktur.

178 Pasal 106 Peraturan ini mulai berlaku pada Wajib


Peraturan Menteri ini mulai tanggal 6 Maret 1980
berlaku pada tanggal di
tanggal ditetapkan.
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2019

No Pasal & Ayat Interpretasi Keterangan

1 Pasal 1 (1)
Keselamatan Konstruksi adalah
segala kegiatan keteknikan
untuk mendukung Pekerjaan
Konstruksi dalam mewujudkan
pemenuhan standar keamanan,
keselamatan, kesehatan dan
keberlanjutan yang menjamin
keselamatan keteknikan
konstruksi, keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja,
keselamatan publik dan
lingkungan.

2 Pasal 1 (2)
Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi yang
selanjutnya disebut SMKK
adalah bagian dari sistem
manajemen pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi dalam
rangka menjamin terwujudnya
Keselamatan Konstruksi.

3 Pasal 1 (3)
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi yang
selanjutnya disebut K3
Konstruksi adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja
pada Pekerjaan Konstruksi.

4 Pasal 1 (4)
Unit Keselamatan Konstruksi
yang selanjutnya disingkat
UKK adalah unit pada Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi yang
bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan SMKK dalam
Pekerjaan Konstruksi.

5 Pasal 1 (5)
Jasa Konstruksi adalah layanan
jasa konsultansi konstruksi
dan/atau pekerjaan konstruksi.

6 Pasal 1 (6)
Konsultansi Konstruksi adalah
layanan keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan
manajemen penyelenggaraan
konstruksi suatu bangunan.
7 Pasal 1 (7)
Pekerjaan Konstruksi adalah
keseluruhan atau sebagian
kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran,
dan pembangunan kembali
suatu bangunan.

8 Pasal 1 (8)
Pengguna Jasa adalah pemilik
atau pemberi pekerjaan yang
menggunakan layanan Jasa
Konstruksi.

9 Pasal 1 (9)
Penyedia Jasa adalah pemberi
layanan Jasa Konstruksi.

10 Pasal 1 (10)
Pengawas Pekerjaan Konstruksi
adalah tim pendukung yang
ditunjuk/ditetapkan oleh
Pengguna Jasa yang
bertanggung jawab pada
pengawasan Pekerjaan
Konstruksi dan pemenuhan
terhadap norma, standar,
prosedur dan kriteria.

11 Pasal 1 (11)
Subpenyedia Jasa adalah
pemberi layanan Jasa
Konstruksi kepada Penyedia
Jasa, termasuk diantaranya sub-
kontraktor, produsen, dan
pemasok.

12 Pasal 1 (12)
Kontrak Kerja Konstruksi
adalah keseluruhan dokumen
kontrak yang mengatur
hubungan hukum antara
Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa dalam pekerjaan jasa
Konsultansi Konstruksi
dan/atau Pekerjaan Konstruksi.

13 Pasal 1 (13)
Rancangan Konseptual SMKK
adalah dokumen telaahan
tentang Keselamatan Konstruksi
yang disusun oleh Penyedia
Jasa Konsultansi Konstruksi
pengkajian, perencanaan serta
perancangan.

14 Pasal 1 (14)
Ahli K3 Konstruksi adalah
tenaga ahli yang mempunyai
kompetensi khusus di bidang
K3 Konstruksi dalam
merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi SMKK yang
dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi atau
instansi yang berwenang sesuai
dengan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia dan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

15 Pasal 1 (15)
Petugas Keselamatan
Konstruksi adalah orang atau
petugas K3 Konstruksi yang
memiliki sertifikat yang
diterbitkan oleh unit kerja yang
menangani Keselamatan
Konstruksi di Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dan/atau
yang diterbitkan oleh lembaga
atau instansi yang berwenang
sesuai dengan Standar
Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

16 Pasal 1 (16)
Biaya Penerapan SMKK adalah
biaya SMKK yang diperlukan
untuk menerapkan SMKK
dalam setiap Pekerjaan
Konstruksi.
17 Pasal 1 (17)
Harga Perkiraan Sendiri yang
selanjutnya disingkat HPS
adalah perkiraan harga
barang/jasa yang ditetapkan
oleh pejabat pembuat
komitmen.

18 Pasal 1 (18)
Rencana Keselamatan
Konstruksi yang selanjutnya
disingkat RKK adalah dokumen
lengkap rencana penerapan
SMKK dan merupakan satu
kesatuan dengan dokumen
kontrak.

19 Pasal 1 (19)
Risiko Keselamatan Konstruksi
adalah risiko konstruksi yang
memenuhi satu atau lebih
kriteria berupa besaran risiko
pekerjaan, nilai kontrak, jumlah
tenaga kerja, jenis alat berat
yang dipergunakan dan
tingkatan penerapan teknologi
yang digunakan.

20 Pasal 1 (20)
Penilaian Risiko Keselamatan
Konstruksi adalah perhitungan
besaran potensi berdasarkan
kemungkinan adanya kejadian
yang berdampak terhadap
kerugian atas konstruksi, jiwa
manusia, keselamatan publik,
dan lingkungan yang dapat
timbul dari sumber bahaya
tertentu, terjadi pada Pekerjaan
Konstruksi dengan
memperhitungkan nilai
kekerapan dan nilai keparahan
yang ditimbulkan.

21 Pasal 1 (21)
Pemantauan dan Evaluasi
Keselamatan Konstruksi adalah
kegiatan pemantauan dan
evaluasi terhadap kinerja
penyelenggaraan Keselamatan
Konstruksi yang meliputi
pengumpulan data, analisis,
kesimpulan dan rekomendasi
perbaikan penerapan
Keselamatan Konstruksi.

22 Pasal 1 (22)
Komite Keselamatan
Konstruksi adalah unit khusus
yang bertugas membantu
Menteri dalam penyelenggaraan
Keselamatan Konstruksi.

23 Pasal 1 (23)
Menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
pekerjaan umum dan
perumahan rakyat.

24 Pasal 2 (1) Peraturan ini dibuat untuk Wajib


Peraturan Menteri ini pelaksanaan smkk kementerian
diperuntukkan bagi pelaksanaan pekerjaan umum dan
Sistem Manajemen perumahan rakyat
Keselamatan Konstruksi di
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.

25 Pasal 2 (2) Peraturan ini bisa digunakan Wajib


Peraturan Menteri ini dapat sebagai referensi penyesuaian
menjadi acuan bagi instansi struktur organisasi
pemerintah dan swasta dengan
penyesuaian struktur organisasi
di unit organisasi masing-
masing.

26 Pasal 3 (1) Seluruh pengguna dan Wajib


Setiap Pengguna Jasa dan penyedia jasa dalam
Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan jasa
penyelenggaraan Jasa konstruksi harus menerapkan
Konstruksi harus menerapkan smkk
SMKK.
27 Pasal 3 (2) Penyedia jasa memberi layanan Wajib
Penyedia Jasa yang harus seperti konsultasi manajemen
menerapkan SMKK penyelenggaraan konstruksi,
sebagaimana dimaksud pada konstruksi pengawasan, dan
ayat (1) merupakan Penyedia pekerjaan konstruksi
Jasa yang memberikan layanan:
a. Konsultansi manajemen
penyelenggaraan
konstruksi;
b. Konsultansi Konstruksi
pengawasan; dan
c. Pekerjaan Konstruksi

28 Pasal 3 (3) Smkk harus sesuai standar Wajib


SMKK sebagaimana dimaksud keamanan, keselamatan,
pada ayat (1) harus memenuhi kesehatan, dan keberlanjutan
standar keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan keberlanjutan.

29 Pasal 3 (4) Standar dari keamanan, Wajib


Standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan dilihat dari
keberlanjutan sebagaimana keselamatan teknik konstruksi,
dimaksud pada ayat (3) harus kesehatan kerja, publik, dan
memperhatikan: lingkungan
a. keselamatan keteknikan
konstruksi;
b. keselamatan dan
kesehatan kerja;
c. keselamatan publik; dan
d. keselamatan
lingkungan.

30 Pasal 3 (5) Dalam menerapkan smkk Wajib


Penerapan SMKK oleh penyedia jasa harus sesuai
Penyedia Jasa sebagaimana dengan ketentuan yang
dimaksud pada ayat (1) tercantum di lampiran
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan huruf A yang
tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

31 Pasal 3 (6) Dalam menerapkan smkk, Wajib


Penerapan SMKK oleh pengguna dan penyedia jasa
Pengguna Jasa dan Penyedia melaksanakan tugas, tanggung
Jasa sebagaimana dimaksud jawab dan wewenang sesuai
pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan yang ada di
dengan berdasarkan tugas, lampiran
tanggung jawab, dan wewenang
sesuai dengan ketentuan huruf
B yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

32 Pasal 3 (7) Penyedia jasa sebelum Wajib


Penyedia Jasa sebagaimana penyelenggaraan harus
dimaksud pada ayat (2) harus identifikasi bahaya, penilaian
melakukan: dan pengendalian resiko,
a. identifikasi bahaya; merancang sasaran dan
b. penilaian risiko dan program keselamatan
pengendalian konstruksi yang akan dibuat
risiko/peluang (Hazard
Identification Risk
Assesment Opportunity)
Pekerjaan Konstruksi;
dan
c. sasaran dan program
Keselamatan Konstruksi,
yang dibuat berdasarkan
tahapan pekerjaan (Work
Breakdown Structure).

33 Pasal 4 (1) Standar keamanan, WAJIB


Keselamatan keteknikan keselamatan, kesehatan, dan
konstruksi sebagaimana keberlanjutan harus
dimaksud dalam Pasal 3 ayat memperhatikan Keselamatan
(4) huruf a merupakan keteknikan konstruksi dan
keselamatan terhadap pemenuhan standar
pemenuhan standar perencanaan, perancangan,
perencanaan, perancangan, prosedur dan mutu hasil
prosedur dan mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi,
pelaksanaan Jasa Konstruksi, mutu bahan, dan kelaikan
mutu bahan, dan kelaikan peralatan.
peralatan.

34 Pasal 4 (2) Standar keamanan, WAJIB


Keselamatan dan kesehatan keselamatan, kesehatan, dan
kerja sebagaimana dimaksud keberlanjutan harus
dalam Pasal 3 ayat (4) huruf b memperhatikan Keselamatan
merupakan keselamatan dan dan kesehatan kerja dan tenaga
kesehatan tenaga kerja, kerja penyedia jasa, sub
termasuk tenaga kerja penyedia penyedia jasa, pemasok, dan
jasa, sub penyedia jasa, pihak lain yang diizinkan
pemasok, dan pihak lain yang memasuki tempat kerja
diizinkan memasuki tempat konstruksi.
kerja konstruksi.

35 Pasal 4 (3) Standar keamanan, WAJIB


Keselamatan publik keselamatan, kesehatan, dan
sebagaimana dimaksud dalam keberlanjutan harus
Pasal 3 ayat (4) huruf c memperhatikan Keselamatan
merupakan keselamatan publik dan keselamatan
masyarakat dan/atau pihak yang masyarakat dan/atau pihak
berada di lingkungan dan yang berada di lingkungan dan
sekitar tempat kerja yang sekitar tempat kerja yang
terdampak Pekerjaan terdampak Pekerjaan
Konstruksi. Konstruksi.

36 Pasal 4 (4) Standar keamanan, WAJIB


Keselamatan lingkungan keselamatan, kesehatan, dan
sebagaimana dimaksud dalam keberlanjutan harus
Pasal 3 ayat (4) huruf d memperhatikan Keselamatan
merupakan keselamatan lingkungan dan keselamatan
lingkungan yang terdampak lingkungan yang terdampak
oleh Pekerjaan Konstruksi oleh Pekerjaan Konstruksi
sebagai upaya menjaga sebagai upaya menjaga
kelestarian lingkungan hidup kelestarian lingkungan hidup
dan kenyamanan lingkungan dan kenyamanan lingkungan
terbangun sesuai dengan terbangun sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- ketentuan peraturan
undangan. perundang-undangan.
37 Pasal 5 (1) Keselamatan keteknikan WAJIB
Keselamatan keteknikan konstruksi merupakan
konstruksi sebagaimana yang keselamatan terhadap
dimaksud dalam Pasal 4 ayat pemenuhan standar
(1) mencakup pemenuhan perencanaan, perancangan,
terhadap: prosedur dan mutu hasil
a. standar perencanaan pelaksanaan Jasa Konstruksi,
berupa pemenuhan semua mutu bahan, dan kelaikan
aspek persyaratan peralatan.
keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan
keberlanjutan dalam hasil
perencanaan;
b. standar perancangan
berupa pemenuhan
terhadap pedoman teknis
proses pembangunan,
pengoperasian,
pemeliharaan, perawatan,
dan pembongkaran yang
telah ditetapkan;
c. standar prosedur dan mutu
hasil pelaksanaan Jasa
Konstruksi merupakan
persyaratan dan ketentuan
tertulis khususnya aspek
Keselamatan Konstruksi
yang dibakukan mengenai
berbagai proses dan hasil
pelaksanaan Jasa
Konstruksi;
d. mutu bahan sesuai Standar
Nasional Indonesia
dan/atau standar asing
yang diakui oleh
Pemerintah, dan telah
ditetapkan dalam kerangka
acuan kerja; dan
e. kelaikan peralatan
berdasarkan pedoman
teknis peralatan sebagai
dasar pemenuhan kinerja
operasi peralatan sesuai
peruntukan pekerjaan, baik
peralatan yang beroperasi
secara tunggal maupun
kombinasi.

38 Pasal 5 (2) Keselamatan dan kesehatan WAJIB


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan keselamatan
kerja sebagaimana yang dan kesehatan tenaga kerja,
dimaksud dalam Pasal 4 ayat termasuk tenaga kerja penyedia
(2) mencakup pemenuhan jasa, sub penyedia jasa,
terhadap: pemasok, dan pihak lain yang
a. hak tenaga kerja berupa diizinkan memasuki tempat
perlindungan sosial tenaga kerja konstruksi.
kerja dalam pelaksanaan
Jasa Konstruksi sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. penjaminan dan
pelindungan keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja;
c. pencegahan penyebaran
wabah penyakit dalam
lingkungan kerja dan
sekitarnya;
d. pencegahan dan
penanggulangan
HIV/AIDS;
e. pencegahan penggunaan
psikotropika; dan
f. pengamanan lingkungan
kerja.

39 Pasal 5 (3) Keselamatan publik merupakan WAJIB


Keselamatan publik keselamatan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam dan/atau pihak yang berada di
Pasal 4 ayat (3) mencakup lingkungan dan sekitar tempat
pemenuhan terhadap: kerja yang terdampak
a. standar keselamatan publik Pekerjaan Konstruksi.
di sekitar tempat kegiatan
konstruksi;
b. supaya pencegahan
kecelakaan kerja yang
berdampak kepada
masyarakat di sekitar
tempat kegiatan konstruksi;
dan
c. pemahaman pengetahuan
keselamatan dan kesehatan
kerja di sekitar tempat
kegiatan konstruksi.

40 Pasal 5 (4) Keselamatan lingkungan WAJIB


Keselamatan lingkungan merupakan keselamatan
sebagaimana dimaksud dalam lingkungan yang terdampak
Pasal 4 ayat (4) mencakup oleh Pekerjaan Konstruksi
pencegahan terhadap: sebagai upaya menjaga
a. terganggunya derajat kelestarian lingkungan hidup
kesehatan pekerja dan dan kenyamanan lingkungan
kesehatan masyarakat di terbangun sesuai dengan
lingkungan sekitar ketentuan peraturan
Pekerjaan Konstruksi perundang-undangan.
sebagai akibat dampak
pencemaran;
b. berubahnya dampak sosial
masyarakat sebagai akibat
kegiatan konstruksi yang
semakin padat di
lingkungan Pekerjaan
Konstruksi; dan
c. rusaknya lingkungan
sebagai akibat
berkembangnya situasi
kepadatan kegiatan
konstruksi yang
menghasilkan limbah
konstruksi sehingga dapat
menimbulkan pencemaran
terhadap air, udara, dan
tanah

41 Pasal 5 (5) WAJIB


Standar prosedur dan mutu
Pemenuhan standar keselamatan
hasil pelaksanaan Jasa
keteknikan konstruksi
Konstruksi. Mutu bahan sesuai
sebagaimana dimaksud pada
Standar Nasional Indonesia
ayat (1) huruf c, huruf d, dan
dan/atau standar asing yang
huruf e dilaksanakan sesuai tata
diakui oleh Pemerintah.
cara penjaminan mutu dan
Kelaikan peralatan
pengendalian mutu Pekerjaan
berdasarkan pedoman teknis
Konstruksi.
peralatan.

42 Pasal 5 (6) WAJIB


Penjaminan mutu dan
Penjaminan mutu dan
pengendalian mutu Pekerjaan
pengendalian mutu Pekerjaan
Konstruksi harus dilaksanakan
Konstruksi sebagaimana
oleh petugas penjamin mutu
dimaksud pada ayat (5)
dan pengendali mutu
merupakan bagian dari SMKK
mengikuti bimbingan teknis
yang menjamin terlaksananya
SMKK untuk mendapatkan
keselamatan keteknikan
sertifikat kompetensi
konstruksi guna mewujudkan
atau pelatihan.
proses dan hasil Jasa Konstruksi
yang berkualitas.

43 Pasal 5 (7) Penjaminan mutu dan WAJIB


Penjaminan mutu dan pengendalian mutu Pekerjaan
pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi harus dilaksanakan
Konstruksi harus dilaksanakan oleh petugas penjamin mutu
oleh petugas penjamin mutu dan dan pengendali mutu
pengendali mutu. mengikuti bimbingan teknis
SMKK untuk mendapatkan
sertifikat kompetensi
atau pelatihan.

44 Pasal 5 (8) Penjaminan mutu dan WAJIB


Untuk menjadi petugas pengendalian mutu Pekerjaan
penjamin mutu dan pengendali Konstruksi harus dilaksanakan
mutu sebagaimana dimaksud oleh petugas penjamin mutu
pada ayat (7) harus mengikuti dan pengendali mutu
bimbingan teknis SMKK untuk mengikuti bimbingan teknis
mendapatkan sertifikat SMKK untuk mendapatkan
kompetensi atau pelatihan. sertifikat kompetensi
atau pelatihan.

45 Pasal 5 (9) Standar prosedur dan mutu WAJIB


Tata cara penjaminan mutu dan hasil pelaksanaan Jasa
pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi. Mutu bahan sesuai
Konstruksi sebagaimana Standar Nasional Indonesia
dimaksud pada ayat (5) dan/atau standar asing yang
dilaksanakan sesuai dengan diakui oleh Pemerintah.
ketentuan huruf C yang
tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

46 Pasal 6 (1) Rancangan Konseptual SMKK Wajib


Rancangan Konseptual SMKK dibuat pada tahap pengkajian,
merupakan suatu dokumen yang perencanaan, dan perancangan
berisi konsepsi SMKK yang konstruksi.
dibuat pada tahapan:
a. pengkajian konstruksi
b. perencanaan konstruksi;
dan
c. perancangan konstruksi.

47 Pasal 6 (2) Rancangan Konseptual SMKK Wajib


Rancangan Konseptual SMKK memuat lingkup tanggung
sebagaimana dimaksud pada jawab pengkajian, informasi
ayat (1) huruf a memuat: awal kelaikan, dan
a. lingkup tanggung jawab rekomendasi teknis.
pengkajian;
b. informasi awal terhadap
kelaikan paling sedikit
meliputi lokasi,
lingkungan, sosio-
ekonomi, dan/atau dampak
lingkungan; dan
c. rekomendasi teknis yang
disusun sesuai dengan
format huruf D yang
tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

48 Pasal 6 (3) Rancangan Konseptual SMKK Wajib


Rancangan Konseptual SMKK memuat lingkup tanggung
sebagaimana dimaksud pada jawab perencanaan, informasi
ayat (1) huruf b memuat: awal kelaikan, dan
a. lingkup tanggung jawab rekomendasi teknis.
perencanaan;
b. informasi awal terhadap
kelaikan paling sedikit
meliputi lokasi,
lingkungan, sosio-
ekonomi, dan/atau dampak
lingkungan; dan
c. rekomendasi teknis yang
disusun sesuai dengan
format huruf D yang
tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

49 Pasal 6 (4) Rancangan Konseptual SMKK Wajib


Rancangan Konseptual SMKK memuat lingkup tanggung
sebagaimana dimaksud pada jawab perancang, metode
ayat (1) huruf c memuat: pelaksanaan, identifikasi
a. lingkup tanggung jawab bahaya dan risiko, peraturan
perancang, termasuk perundangan, biaya penerapan
pernyataan bahwa dalam SMKK, serta rancangan
hal terjadi revisi desain, panduan operasi dan
tanggung jawab revisi pemeliharaan bangunan.
desain dan dampaknya
ada pada penyusun revisi;
b. metode pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi;
c. identifikasi bahaya,
mitigasi bahaya, dan
penetapan tingkat risiko;
d. daftar standar dan/atau
peraturan
perundangundangan
Keselamatan Konstruksi
yang ditetapkan untuk
desain;
e. Biaya Penerapan
SMKK; dan
f. rancangan panduan
keselamatan
pengoperasian dan
pemeliharaan konstruksi
bangunan.

50 Pasal 6 (5) Rancangan Konseptual SMKK Wajib


Rancangan Konseptual SMKK disusun oleh penyedia jasa
sebagaimana dimaksud pada konsultasi konstruksi di bidang
ayat (1) disusun oleh: pengkajian, perencanaan, dan
a. Penyedia Jasa Konsultansi perancangan.
Konstruksi pengkajian;
b. Penyedia Jasa Konsultansi
Konstruksi perencanaan;
dan
c. Penyedia Jasa Konsultansi
Konstruksi perancangan.

51 Pasal 6 (6) Rancangan Konseptual SMKK Wajib


Rancangan Konseptual SMKK harus disetujui oleh Pengguna
harus disetujui oleh Pengguna Jasa.
Jasa untuk dijadikan rujukan
dalam menyusun RKK.

52 Pasal 6 (7) Penyedia Jasa harus memiliki Wajib


Penyedia Jasa sebagaimana Ahli K3 Konstruksi.
yang dimaksud pada ayat (5)
harus memiliki Ahli K3
Konstruksi.

53 Pasal 6 (8) Rancangan Konseptual SMKK Wajib


Rancangan Konseptual SMKK disusun sesuai dengan format
disusun sesuai dengan format huruf D yang tercantum dalam
huruf D sebagaimana tercantum Lampiran.
dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

54 Pasal 7 Elemen SMKK meliputi Wajib


Elemen SMKK meliputi: kepemimpinan dan partisipasi
a. kepemimpinan dan pekerja, perencanaan,
partisipasi pekerja dalam dukungan, operasi, dan
Keselamatan Konstruksi; evaluasi kinerja Keselamatan
b. perencanaan Keselamatan Konstruksi.
Konstruksi;
c. dukungan Keselamatan
Konstruksi;
d. operasi Keselamatan
Konstruksi; dan
e. evaluasi kinerja
Keselamatan Konstruksi.
55 Pasal 8 Kepemimpinan dan partisipasi Wajib
Kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam Keselamatan
pekerja dalam Keselamatan Konstruksi merupakan
Konstruksi sebagaimana kegiatan penyusunan kebijakan
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a yang meliputi kepedulian
merupakan kegiatan pimpinan terhadap isu
penyusunan kebijakan yang eksternal dan internal,
paling sedikit meliputi: organisasi pengelola SMKK,
a. kepedulian pimpinan dan komitmen Keselamatan
terhadap isu eksternal dan Konstruksi dan Partisipasi
internal; Pekerja.
b. organisasi pengelola
SMKK; dan
c. komitmen Keselamatan
Konstruksi dan Partisipasi
Pekerja.

56 Pasal 9 Penyedia Jasa Konstruksi harus Wajib


Perencanaan Keselamatan melakukan identifikasi bahaya
Konstruksi sebagaimana dan penilaian risiko sesuai
dimaksud dalam Pasal 7 huruf pekerjaan yang dilakukan.
b merupakan kegiatan yang Selanjutnya, menentukan
paling sedikit meliputi: tingkat risiko pekerjaan
a. mengidentifikasi bahaya, konstruksi dan menetapkan
penilaian risiko, biaya penerapan Sistem
pengendalian, dan peluang; Manajemen Keselamatan
b. rencana tindakan yang Konstruksi (SMKK).
tertuang dalam sasaran dan
program; dan
c. pemenuhan standar dan
peraturan perundangan
Keselamatan Konstruksi.

57 Pasal 10 Dukungan keselamatan Wajib


Dukungan Keselamatan konstruksi berbentuk Rencana
Konstruksi sebagaimana Keselamatan Konstruksi
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c (RKK) dengan susunan
merupakan komponen dokumen yang terdiri dari:
pendukung Keselamatan - Cover dokumen
Konstruksi yang paling sedikit - Halaman pengesahan
menginformasikan: - Halaman daftar isi
a. sumber daya berupa - Halaman RKK
peralatan, material, dan
biaya;
b. Kompetensi;
c. Kepedulian;
d. Kepedulian;
e. informasi terdokumentasi.

58 Pasal 11 (ayat 1) Pada tahap perencanaan dan


Operasi Keselamatan pengendalian operasi harus
Konstruksi sebagaimana memiliki dokumen Rancangan
dimaksud dalam Pasal 7 huruf Konseptual SMKK yang
d merupakan kegiatan dalam menjadi tanggung jawab ahli
mengendalikan Keselamatan K3 konstruksi. Selanjutnya,
Konstruksi yang paling sedikit kesiapan dan tanggapan
meliputi: terhadap kondisi darurat dapat
a. perencanaan dan dirancang dengan membuat
pengendalian operasi; dan Sistem Tanggap Darurat
b. kesiapan dan tanggapan Keselamatan Konstruksi.
terhadap kondisi darurat.

59 Pasal 11 (ayat 2)
Penyedia Jasa pengkajian,
perencanaan, dan perancangan
dalam melaksanakan kegiatan
di lapangan harus menerapkan
operasi Keselamatan
Konstruksi.

60 Pasal 12 (ayat 1)
Evaluasi kinerja Keselamatan
Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf e
merupakan kegiatan yang
paling sedikit meliputi:
a. pemantauan dan evaluasi;
b. tinjauan manajemen; dan
c. peningkatan kinerja
Keselamatan Konstruksi

61 Pasal 13
SMKK diterapkan pada
tahapan:
a. pemilihan Penyedia Jasa;
b. pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi; dan
c. serah terima pekerjaan.

62 Pasal 14 (1) Penyedia jasa untuk pengguna


Penerapan SMKK dalam jasa harus sesuai dengan
tahapan pemilihan Penyedia SMKK yang terdapat dalam
Jasa oleh Pengguna Jasa dokumen pemilihan dengan
sebagaimana dimaksud dalam melihat RKK yang sesaui
Pasal 13 huruf a dituangkan format tercantum yang terdapat
dalam dokumen pemilihan pada lampiran
dengan menilai RKK sesuai
dengan format huruf E
sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

63 Pasal 14 (2) Harus ada komunikasi antara


Penerapan SMKK sebagaimana pengguna jasa dan penyedia
dimaksud pada ayat (1) jasa bagaimana penerapan
dijelaskan oleh Pengguna Jasa SMKK
kepada Penyedia Jasa pada saat
penjelasan dokumen.

64 Pasal 14 (3) Manajemen risiko yang berisi


Dokumen pemilihan identifikasi bahaya dan
sebagaimana dimaksud pada penetapan tingkat risiko harus
ayat (1) harus memuat: dimuat dalam dokumen
a. manajemen Risiko pemilihan dan dimuat juga
Keselamatan Konstruksi biaya Penerapan SMKK pada
yang paling sedikit memuat HPS
uraian pekerjaan,
identifikasi bahaya, dan
penetapan tingkat Risiko
Keselamatan Konstruksi
pada Pekerjaan Konstruksi;
dan
b. Biaya Penerapan SMKK
pada HPS.
65 Pasal 14 (4) Penyusunan resiko bahaya
Pengguna Jasa mengacu pada harus lengkap dan berdasarkan
hasil dokumen pekerjaan jasa dokumen pekerjaan jasa,
Konsultansi Konstruksi identifikasi, dan konsultasi
perancangan dan/atau
berkonsultasi dengan Ahli K3
Konstruksi dalam menetapkan
uraian pekerjaan, identifikasi
bahaya, dan penetapan tingkat
Risiko Keselamatan Konstruksi
pada Pekerjaan Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a.

66 Pasal 14 (5) Penetapan Resiko Keselamatan


Penetapan tingkat Risiko konstruksi termasuk dalam
Keselamatan Konstruksi pada Peraturan menteri ini
Pekerjaan Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a ditetapkan
sesuai dengan format huruf D
sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

67 Pasal 14 (6) Penyedia jasa harus menyusun


Setiap calon Penyedia Jasa dan menyampaikan RKK yang
sebagaimana dimaksud Pasal 3 terdapat dalam dokumen
ayat (2) harus menyusun dan penawaran yang sudah
menyampaikan RKK dalam terlampir
dokumen penawaran yang
disusun sesuai dengan format
huruf E sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

68 Pasal 15 (1) Pelaksanaan Pekerjaan Wajib


Penerapan SMKK pada tahapan Konstruksi harus dilakukan
pelaksanaan pekerjaan sesuai Rencana Keselamatan
konstruksi sebagaimana Konstruksi (RKK) agar sesuai
dimaksud dalam Pasal 13 huruf dengan Penerapan Sistem
b dilakukan dengan Manajemen Keselamatan
melaksanakan RKK. Konstruksi (SMKK) yang
berlaku.

69 Pasal 15 (2) Walaupun harus melaksanakan Wajib


Pelaksanaan RKK sebagaimana Pekerjaan Konstruksi sesuai
dimaksud pada ayat (1) harus Rencana Keselamatan
disesuaikan dengan lingkup Konstruksi (RKK), tapi tetap
pekerjaan dan kondisi di harus disesuaikan dengan
lapangan. lingkup pekerjaan dan kondisi
di lapangan.

70 Pasal 15 (3) Apabila terdapat perbedaan Wajib


Penyesuaian RKK sebagaimana antara Rencana Keselamatan
dimaksud pada ayat (2) Konstruksi (RKK) dengan
disampaikan, dibahas, dan kondisi lapangan, maka
disetujui oleh Pengguna Jasa penyesuaian RKK harus
dan Penyedia Jasa pada saat disampaikan, dibahas, dan
rapat persiapan pelaksanaan disetujui terlebih dahulu oleh
Pekerjaan Konstruksi pengguna dan penyedia jasa
(preconstruction meeting). dalam kegiatan rapat persiapan
pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi agar segalanya
diketahui dengan jelas dan
meminimalisir permasalahan
yang mungkin timbul di
kemudian waktu.

71 Pasal 16 (1) Wajib


Apabila RKK tidak sesuai
RKK sebagaimana dimaksud
dengan kondisi lapangan, maka
dalam Pasal 15 ayat (3) dapat
dapat diperbaharui, dengan
diperbaharui dalam hal terjadi:
syarat:
a. perubahan pekerjaan
atau pekerjaan baru serta ● terdapat perubahan
perubahan lingkup pekerjaan pada kontrak
pekerjaan pada kontrak, ● terdapat pekerjaan baru
termasuk pekerjaan yang dimasukkan
tambah/kurang; dan dalam kontrak
b. kecelakaan kerja yang ● terdapat perubahan
mengakibatkan lingkup pekerjaan pada
kehilangan waktu kerja, kontrak (baik aktivitas
kematian dan/atau cacat berbentuk penambahan
tetap. maupun pengurangan)
● terdapat kecelakaan
kerja yang
mengakibatkan
kehilangan waktu kerja,
kematian, ataupun
cacat.

72 Pasal 16 (2) Apabila RKK sudah dibahas Wajib


RKK sebagaimana dimaksud dan dilakukan perubahan,
pada ayat (1) harus maka untuk mengesahkan
mendapatkan persetujuan dari RKK yang baru tersebut perlu
Pengguna Jasa. mendapat persetujuan dari
pengguna jasa agar terjadi
transparansi dan melancarkan
pekerjaan kedepannya.

73 Pasal 16 (3) Oleh karena pengguna jasa Wajib


Pengguna Jasa melakukan memakai jasa dari penyedia
pengawasan pelaksanaan RKK jasa, maka pengguna jasa
dan mengevaluasi kinerja berhak melakukan pengawasan
penerapan SMKK yang pelaksanaan RKK dan
dilaksanakan oleh Penyedia mengevaluasi kinerja
Jasa. penerapan SMKK yang
dilaksanakan oleh penyedia
jasa di lapangan. Hal tersebut
juga sebagai upaya
transparansi agar kedua belah
pihak saling mengetahui
apakah pekerjaan masih sesuai
dengan acuannya atau tidak.

74 Pasal 16 (4) Oleh karena belum tentu semua Tidak Wajib


Dalam melakukan pengawasan pengguna jasa milik penyedia
dan evaluasi sebagaimana jasa konstruksi mengerti
dimaksud pada ayat (3), tentang konstruksi, maka
Pengguna Jasa dapat dibantu kegiatan pengawasan dan
oleh Ahli K3 Konstruksi evaluasi kerja dapat dibantu
dan/atau Petugas Keselamatan oleh Ahli K3 Konstruksi
Konstruksi. ataupun Petugas Keselamatan
Konstruksi berkompeten yang
diberi wewenang untuk turut
berpartisipasi dalam proyek
tersebut.

75 Pasal 17 (1) Penyedia Jasa harus Wajib


Penyedia Jasa harus menyiapkan dokumen Rencana
menerapkan analisis Keselamatan Konstruksi
keselamatan pekerjaan untuk (RKK) yang jelas terutama
pekerjaan yang mempunyai pada pekerjaan yang memiliki
tingkat risiko besar dan/atau tingkat bahaya resiko tinggi,
sedang dan pekerjaan bersifat sedang, dan pekerjaan yang
khusus sesuai dengan metode bersifat khusus.
kerja Konstruksi yang terdapat
dalam RKK.

76 Pasal 17 (2) Analisis keselamatan pekerjaan Wajib


Analisis keselamatan pekerjaan merupakan bagian dari
sebagaimana dimaksud pada perencanaan keselamatan
ayat (1) merupakan bagian yang konstruksi yang memuat tabel
tidak terpisahkan dari izin kerja identifikasi bahaya dan
yang disusun sesuai dengan pengendalian risiko.
format huruf E sebagaimana
tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

77 Pasal 17 (3) Analisis keselamatan Wajib


Analisis keselamatan pekerjaan pekerjaan/ JSA menjadi
sebagaimana dimaksud pada dokumen pelengkap dalam izin
ayat (1) disusun oleh ahli teknik kerja yang ditandatangani oleh
sesuai bidangnya. Ahli Teknik terkait dan
Penanggung Jawab
Keselamatan Konstruksi.

78 Pasal 17 (4) Bila terjadi perubahan metode Wajib


Dalam hal terjadi perubahan kerja, situasi, pengamanan, dan
metode kerja, situasi, sumber daya manusia yang
pengamanan, dan sumber daya telah disetujui oleh Penyedia
manusia, analisis keselamatan Jasa, Pengguna Jasa, dan Ahli
pekerjaan harus ditinjau Teknik terkait maka analisis
kembali oleh Ahli K3 keselamatan pekerjaan harus
Konstruksi. ditinjau ulang oleh Ahli K3
Konstruksi

79 Pasal 17 (5) Peninjauan ulang mengenai Wajib


Peninjauan kembali analisis keselamatan pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada yang harus dilakukan oleh Ahli
ayat (4) dilakukan untuk K3 Konstruksi bertujuan untuk
melihat pemenuhan persyaratan memenuhi persyaratan
Keselamatan Konstruksi, keselamatan, standar, dan
standar, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
peraturan perundang-undangan. yang berlaku.

80 Pasal 17 (6) Peninjauan ulang mengenai Wajib


Hasil peninjauan kembali analisis keselamatan pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada oleh Ahli K3 Konstruksi harus
ayat (4) harus mendapatkan disetujui oleh Penyedia Jasa,
persetujuan dari Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, dan Ahli
ahli teknik sesuai bidangnya, Teknik terkait
dan Penyedia Jasa.
81 Pasal 18 (1) Penyedia jasa melaporkan Wajib
Penyedia Jasa melaporkan pelaksanaan RKK kepada
pelaksanaan RKK sebagaimana pengguna jasa sesuai dengan
dimaksud dalam Pasal 15 ayat kemajuan perusahaan
(1) kepada Pengguna Jasa
sesuai dengan kemajuan
pekerjaan.

82 Pasal 18 (2) Laporan pelaksanaan RKK, Wajib


Laporan sebagaimana dimaksud berupa laporan harian,
pada ayat (1) berupa laporan: mingguan, bulanan, dan akhir.
a. harian;
b. mingguan;
c. bulanan; dan
d. bulanan; dan

83 Pasal 19 (1) Evaluasi kinerja penerapan Wajib


Berdasarkan hasil pengawasan SMKK dilakukan setiap bulan
pelaksanaan RKK sebagaimana oleh pengguna jalan
dimaksud dalam Pasal 16 ayat berdasarkan pengawasan
(3) dan laporan sebagaimana pelaksanaan RKK
dimaksud dalam Pasal 18,
Pengguna Jasa melaksanakan
evaluasi kinerja penerapan
SMKK setiap bulan.

84 Pasal 19 (2) Evaluasi yang dilakukan Wajib


Evaluasi sebagaimana dimaksud berguna untuk menjamin
pada ayat (1) untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan
kesesuaian dan keefektifan pelaksanaan RKK
pelaksanaan RKK.
85 Pasal 19 (3) Hasil evaluasi kinerja SMKK Wajib
Penyedia jasa harus sebagai dasar peningkatan
melaksanakan peningkatan kinerja oleh penyedia jasa
kinerja sesuai hasil evaluasi
kinerja penerapan SMKK
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

86 Pasal 20 (1) Hal ini dikarenakan penyedia Wajib


Penyedia jasa harus jasa mempunyai tanggung
melaksanakan peningkatan jawab besar dalam terima
kinerja sesuai hasil evaluasi pekerjaan hingga sampai
kinerja penerapan SMKK dengan serah terima hasil akhir
sebagaimana dimaksud pada pekerjaan.
ayat (1).

87 Pasal 20 (2) Penyedia jasa mempunyai Wajib


Penerapan SMKK sebagaimana tanggung jawab besar dalam
dimaksud pada ayat (1) menjadi Penerapan SMKK dikarenakan
tanggung jawab Penyedia Jasa. penyedia jasa melakukan
bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan
konstruksi, kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja
apabila tidak menerapkan
SMKK sesuai dengan RKK.

88 Pasal 20 (3) Pengguna jasa berhak Wajib


Penerapan SMKK sebagaimana mendapatkan Rencana
dimaksud pada ayat (1) Keselamatan Konstruksi
dilakukan dengan (RKK) sebagai Pernyataan
menyampaikan dokumen hasil Pertanggungjawaban
penerapan SMKK kepada Konsultansi Konstruksi
Pengguna Jasa. Perancangan

89 Pasal 20 (4) Dokumen hasil penerapan Wajib


Dokumen hasil penerapan SMKK sebagai bentuk
SMKK sebagaimana dimaksud penanggung jawab penyedia
pada ayat (1) terdiri atas: jasa kepada pengguna jasa
a. laporan pelaksanaan untuk serah terima hasil akhir
RKK yang disusun sesuai pekerjaan. Dan penyedia jasa
format huruf F harus bertanggung jawab
sebagaimana tercantum penuh terhadap pekerjaan
dalam Lampiran yang konstruksi tersebut sesuai
merupakan bagian tidak dengan kontrak yang dibuat
terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
dan
b. bukti penerapan SMKK
yang didokumentasikan
dan menjadi bagian dari
laporan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a.

90 Pasal 20 (5) Laporan pelaksanaan RKK Wajib


Laporan pelaksanaan RKK dibuat untuk monitoring dan
sebagaimana dimaksud pada evaluasi terhadap pengendalian
ayat (4) huruf a harus memuat penerapan SMKK pada paket
hasil kinerja SMKK berupa: Pekerjaan Konstruksi yang
a. statistik kecelakaan dan dilaksanakan oleh penyedia
penyakit akibat kerja; jasa.
b. laporan harian,
mingguan, bulanan dan
laporan akhir, serta
laporan ringkas dalam hal
terdapat aktivitas dalam
Pekerjaan Konstruksi;
dan
c. usulan perbaikan untuk
Pekerjaan Konstruksi
sejenis yang akan datang.

91 Pasal 20 (6) Dengan dikeluarkan surat Wajib


Pengguna Jasa mengeluarkan keterangan nihil kecelakaan
surat keterangan nihil dapat dikatakan dalam
kecelakaan kerja kepada penerapan SMKK berjalan
Penyedia Jasa bagi Pekerjaan dengan baik tanpa adanya
Konstruksi yang telah kendala. Selain itu pengguna
diselesaikan tanpa adanya jasa mampu mengidentifikasi
kecelakaan Konstruksi bahaya Keselamatan
berdasarkan laporan akhir Konstruksi, dengan mengacu
pelaksanaan RKK. hasil dokumen perancangan
atau berkonsultasi dengan Ahli
K3 Konstruksi dan/atau
Petugas Keselamatan
Konstruksi.

92 Pasal 20 (7) Dengan adanya surat Wajib


Surat keterangan nihil keterangan nihil kerja
kecelakaan kerja sebagaimana menandakan bahwa dalam
dimaksud pada ayat (6) disusun penerapan SMKK mampu
sesuai dengan format huruf G menurunkan angka kecelakaan
sebagaimana tercantum dalam kerja, sehingga sasaran
Lampiran yang merupakan pembinaan dan pengawasan
bagian tidak terpisahkan dari sesuai sebagaimana yang
Peraturan Menteri ini. diamanatkan dalam peraturan
menteri ini.

93 Pasal 21 (1)
Setelah dilakukan serah terima
akhir pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20,
SMKK diterapkan dalam
pengoperasian dan
pemeliharaan.

94 Pasal 21 (2) Pengguna jasa dalam


Untuk menerapkan SMKK menerapkan SMKK saat
dalam pengoperasian dan pengoperasian dan
pemeliharaan sebagaimana pemeliharaan gedung merujuk
dimaksud pada ayat (1), pada hasil perancangan, dan
Pengguna Jasa harus merujuk panduan keselamatan operasi
pada: serta pemeliharaan konstruksi
a. hasil perancangan yang bangunan berdasarkan pada
telah dimutakhirkan; dan hasil pelaksanaan rancangan
b. panduan keselamatan dan RKK.
operasi dan pemeliharaan
konstruksi bangunan
yang sudah
memperhitungkan
Keselamatan Konstruksi
yang disusun oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi berdasarkan
hasil pelaksanaan
rancangan dan RKK yang
sudah dimutakhirkan.
95 Pasal 21 (3) Jika kegiatan konstruksi tidak
Dalam hal ditemukan kondisi sesuai dengan strandar
yang menyimpang dari standar peraturan perundangundangan,
dan/atau ketentuan peraturan panduan keselamatan
perundangundangan, panduan pengoperasian dan
keselamatan pengoperasian dan pemeliharaan konstruksi maka
pemeliharaan konstruksi harus dikaji ulang oleh
bangunan sebagaimana pengkaji teknis atau tim laik
dimaksud pada ayat (2) huruf b fungsi.
harus dikaji ulang oleh pengkaji
teknis atau tim laik fungsi.

96 Pasal 22 (1) Penyedia Jasa Pekerjaan harus Wajib


Dalam menerapkan SMKK, membentuk UKK (Unit
Penyedia Jasa Pekerjaan Keselamatan Konstruksi).
Konstruksi harus membentuk
UKK.

97 Pasal 22 (2) Unit Keselamatan Konstruksi


UKK sebagaimana dimaksud (UKK) bertanggungjawab pada
pada ayat (1) bertanggung penanganan Konstruksi
jawab kepada unit yang Keselamatan yang dibawahi
menangani Keselamatan langsung oleh petinggi
Konstruksi di bawah pimpinan Penyedia Jasa.
tertinggi Penyedia Jasa.

98 Pasal 22 (3) Unit Keselamatan Konstruksi


UKK sebagaimana dimaksud terdiri atas pimpinan dan
pada ayat (1) terdiri atas: anggota. Dengan adanya
a. pimpinan; dan beberapa regu yang dipimpin
b. anggota. oleh koordinator seperti :
- Koordinator Tanggap
Darurat
- Security
- Koordinator
Keselamatan
Konstruksi
- Petugas Satgas Covid-
19

99 Pasal 23 (1) Pengurus UKK sebagaimana Wajib


Pimpinan UKK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) huruf a harus memiliki
(3) huruf a harus memiliki kompetensi profesional yang
kompetensi kerja yang disertifikasi dengan sertifikat
dibuktikan dengan sertifikat kompetensi profesi K3 bidang
kompetensi kerja di bidang K3 konstruksi.
Konstruksi.

100 Pasal 23 (2) Pengelola UKK sebagaimana Wajib


Pimpinan UKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan
berkoordinasi dengan pimpinan pimpinan puncak konstruksi.
tertinggi Pekerjaan Konstruksi.

101 Pasal 23 (3) Dalam hal pekerjaan Mandatori


Dalam hal pekerjaan konstruksi konstruksi yang mempunyai
berisiko Keselamatan risiko rendah terhadap
Konstruksi kecil, Pimpinan keselamatan konstruksi,
tertinggi Pekerjaan Konstruksi pimpinan konstruksi tertinggi
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat merangkap ayat (2) dapat juga menjadi
sebagai pimpinan UKK. pimpinan UKK.
102 Pasal 23 (4) Dalam hal konstruksi gedung Wajib
Dalam hal pekerjaan konstruksi dengan risiko keselamatan
berisiko Keselamatan sedang dan tinggi, penyedia
Konstruksi sedang dan besar, jasa konstruksi gedung harus
Penyedia Jasa Pekerjaan membentuk UKK yang
Konstruksi harus membentuk terpisah dari struktur organisasi
UKK yang terpisah dari struktur konstruksi.
organisasi Pekerjaan
Konstruksi.

103 Pasal 24 (1) Kualifikasi kompetensi Wajib


Kualifikasi kompetensi kerja profesional bagi Pimpinan
Pimpinan UKK sebagaimana UKK yang dimaksud dalam
dimaksud dalam Pasal 23 ayat Pasal 23 ayat (1) adalah
(1) terdiri atas kualifikasi Ahli kualifikasi Ahli K3 Konstruksi
K3 Konstruksi atau Petugas atau petugas Keselamatan
Keselamatan Konstruksi. Konstruksi
104 Pasal 24 (2) Persyaratan Ahli K3 Wajib
Persyaratan kualifikasi Ahli K3 Konstruksi atau Petugas
Konstruksi atau Petugas Keselamatan Konstruksi pada
Keselamatan Konstruksi ayat (1) meliputi :
sebagaimana dimaksud pada a. Pekerjaan Konstruksi
ayat (1) pada Pekerjaan dengan risiko besar
Konstruksi meliputi: terdiri dari :
a. untuk Pekerjaan 1. Ahli Utama K3
Konstruksi dengan Risiko Konstruksi; atau
Keselamatan Konstruksi 2. Ahli Madya K3
besar terdiri atas: Konstruksi yang
1. Ahli Utama K3 memiliki
Konstruksi; atau pengalaman
2. Ahli Madya K3 minimal 3 (tiga)
Konstruksi dengan tahun
pengalaman paling b. untuk Pekerjaan
singkat 3 (tiga) tahun; Konstruksi dengan risiko
b. untuk Pekerjaan sedang terdiri dari :
Konstruksi dengan Risiko 1. Ahli Madya K3
Keselamatan Konstruksi Konstruksi; atau
sedang terdiri atas: 2. Ahli Muda K3
1. Ahli Madya K3 dengan pengalaman
Konstruksi; atau minimal 3 (tiga) tahun;
2. Ahli Muda K3 dan
Konstruksi dengan c. untuk Pekerjaan
pengalaman paling Konstruksi dengan risiko
singkat 3 (tiga) tahun; kecil terdiri dari :
dan 1. Ahli Muda K3
c. untuk Pekerjaan Konstruksi; atau
Konstruksi dengan Risiko 2. Petugas
Keselamatan Konstruksi Keselamatan
kecil terdiri atas: Konstruksi
1. Ahli Muda K3
Konstruksi; atau
2. Petugas Keselamatan
Konstruksi.

105 Pasal 24 (3) Syarat menjadi Petugas Wajib


Untuk menjadi Petugas Keselamatan Konstruksi
Keselamatan Konstruksi sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c angka 2 adalah
ayat (2) huruf c angka 2, harus wajib ikut dalam bimbingan
mengikuti bimbingan teknis teknis SMKK guna mendapat
SMKK untuk mendapatkan sertifikat kompetensi atau
sertifikat kompetensi atau pelatihan Petugas Keselamatan
pelatihan Petugas Keselamatan Konstruksi
Konstruksi.

106 Pasal 24 (4) Bimbingan SMKK Wajib


Bimbingan teknis SMKK sebagaimana dimaksud di ayat
sebagaimana dimaksud pada (3) dilaksanakan sesuai
ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan huruf G mengenai
dengan ketentuan huruf G komponen kegiatan dan format
sebagaimana tercantum dalam audit internal penerapan sistem
Lampiran yang merupakan manajemen keselamatan
bagian tidak terpisahkan dari konstruksi (SMKK)
Peraturan Menteri ini.

107 Pasal 25 (1) Anggota sebagaimana Wajib


Anggota sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 22 ayat
dalam Pasal 22 ayat (3) huruf b (3) huruf b harus memiliki
harus memiliki kompetensi kompetensi kerja yang
kerja yang dibuktikan dengan dibuktikan dengan kepemilikan
kepemilikan kompetensi kerja kompetensi kerja atau sertifikat
atau sertifikat pelatihan. pelatihan.

108 Pasal 25 (2) Anggota sebagaimana Wajib


Anggota sebagaimana dimaksud dimaksud ayat (1) terdiri atas:
ayat (1) terdiri atas: a. petugas tanggap darurat;
a. petugas tanggap darurat; b. petugas pemadam
b. petugas pemadam kebakaran;
kebakaran; c. petugas pertolongan
c. petugas pertolongan pertama pada kecelakaan
pertama pada kecelakaan (P3K);
(P3K); d. petugas pengatur lalu
d. petugas pengatur lalu lintas; lintas;
e. tenaga kesehatan; dan/atau e. tenaga kesehatan; dan/atau
f. petugas pengelolaan f. petugas pengelolaan
lingkungan. lingkungan.

109 Pasal 25 (3) Penentuan anggota Wajib


Penentuan anggota sebagaimana sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (2) ayat (2) dilakukan berdasarkan
dilakukan berdasarkan kebutuhan pengendalian risiko
kebutuhan pengendalian risiko pada Pekerjaan Konstruksi.
pada Pekerjaan Konstruksi.

110 Pasal 26 (1 a, b, c) Resiko keselamatan kostruksi Wajib


Risiko Keselamatan Konstruksi terdiri dari kecil (menggunakan
terdiri atas: teknologi sederhana), sedang
a. kecil; (menggunakan teknologi
b. sedang; dan madya), dan besar
c. besar. (menggunakan teknologi
tinggi)
111 Pasal 26 (2) Tingkat resiko keselamatan Wajib
Tingkat Risiko Keselamatan konstruksi kecil, sedang, dan
Konstruksi sebagaimana besar ditetapkan langsung oleh
dimaksud pada ayat (1) pengguna jasa.
ditetapkan oleh Pengguna Jasa.

112 Pasal 26 (3) Resiko keselamatan konstruksi Wajib


Risiko Keselamatan Konstruksi kecil harus memenuhi kriteria :
sebagaimana dimaksud pada a. Bersifat berbahaya
ayat (1) huruf a harus rendah berdasarkan
memenuhi kriteria sebagai penilaian risiko
berikut: keselamatan konstruksi
a. bersifat berbahaya yang ditetapkan oleh
rendah berdasarkan pengguna jasa
penilaian Risiko berdasarkan
Keselamatan Konstruksi perhitungan .
yang ditetapkan oleh b. Pekerjaan konstruksi
Pengguna Jasa dengan nilai HPS
berdasarkan perhitungan sampai dengan Rp.
sesuai dengan ketentuan 10.000.000,00
huruf E sebagaimana c. Mempekerjakan tenaga
tercantum dalam kerja yang berjumlah
Lampiran yang kurang dari 25 orang
merupakan bagian tidak d. Pekerja konstruksi yang
terpisahkan dari menggunakan teknologi
Peraturan Menteri ini; sederhana.
b. Pekerjaan Konstruksi
dengan nilai HPS sampai
dengan
Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah);
c. mempekerjakan tenaga
kerja yang berjumlah
kurang dari 25 (dua puluh
lima) orang; dan/atau
d. Pekerjaan Konstruksi
yang menggunakan
teknologi sederhana.

113 Pasal 26 (4) Resiko keselamatan konstruksi Wajib


Risiko Keselamatan Konstruksi tingkat sedang harus
sebagaimana dimaksud pada memenuhi kriteria :
ayat (1) huruf b harus a. Bersifat berbahaya
memenuhi kriteria sebagai sedang berdasarkan
berikut: penilaian risiko
a. bersifat berbahaya keselamatan konstruksi
sedang berdasarkan yang ditetapkan oleh
penilaian Risiko pengguna jasa
Keselamatan Konstruksi berdasarkan
yang ditetapkan oleh perhitungan.
Pengguna Jasa b. Pekerja konstruksi
berdasarkan perhitungan dengan nilai HPS di
sesuai dengan ketentuan atas Rp
huruf E sebagaimana 10.000.000.000,00
tercantum dalam sampai dengan
Lampiran yang 100.000.000.000,00.
merupakan bagian tidak c. Mempekerjakan tenaga
terpisahkan dari kerja yang berjumlah
Peraturan Menteri ini; 25 orang sampai
b. Pekerjaan Konstruksi dengan 100 orang.
dengan nilai HPS di atas d. Pekerjaan industri
Rp10.000.000.000,00 menggunakan teknologi
(sepuluh milyar rupiah) madya.
sampai dengan
Rp100.000.000.000,00
(seratus milyar rupiah);
c. mempekerjakan tenaga
kerja yang berjumlah 25
(dua puluh lima) orang
sampai dengan 100
(seratus) orang; dan/atau
d. Pekerjaan Konstruksi
yang menggunakan
teknologi madya.

114 Pasal 26 (5) Wajib


Risiko Keselamatan konstruksi
Risiko Keselamatan Konstruksi harus memenuhi syarat :
sebagaimana dimaksud pada
· Bersifat berbahaya
ayat (1) huruf c harus tinggi sesuai penilaian
memenuhi kriteria sebagai risiko keselamatan
konstruksi yang ditetapkan
berikut: pengguna jasa.
a. bersifat berbahaya
· Pekerjaan konstruksi
tinggi berdasarkan dengan nilai HPS >
penilaian Risiko Rp100.000.000.000,00

Keselamatan Konstruksi · Mempekerjakan >100


pekerja.
yang ditetapkan oleh
Pengguna Jasa · Menggunakan pesawat
angkat
berdasarkan perhitungan
sesuai dengan ketentuan · Menggunakan metode
dan menyebabkan
huruf E sebagaimana peledakan
tercantum dalam
· Pekerjaan konstruksi
Lampiran yang dengan teknologi tinggi.
merupakan bagian tidak
terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
b. Pekerjaan Konstruksi
dengan nilai HPS di atas
Rp100.000.000.000,00
(seratus milyar rupiah);
c. mempekerjakan tenaga
kerja yang berjumlah
lebih dari 100 (seratus)
orang;
d. menggunakan peralatan
berupa pesawat angkat;
e. menggunakan metode
peledakan dan/atau
menyebabkan terjadinya
peledakan; dan/atau
f. Pekerjaan Konstruksi
yang menggunakan
teknologi tinggi.

115 Pasal 26 (6) Pekerjaan konstruksi Mandatory


Dalam hal suatu Pekerjaan memenuhi >1 kriteria risiko
Konstruksi memenuhi lebih dari keselamatan konstruksi
satu kriteria Risiko ditentukan dengan memilih
Keselamatan Konstruksi risiko keselamatan konstruksi
sebagaimana dimaksud pada yang lebih tinggi.
ayat (1), penentuan Risiko
Keselamatan Konstruksi
ditentukan dengan memilih
Risiko Keselamatan Konstruksi
yang lebih tinggi.

116 Pasal 26 (7) Pekerjaan konstruksi yang Wajib


Pekerjaan Konstruksi yang mempekerjakan >100 pekerja
memiliki Risiko Keselamatan dengan tingkat risiko
Konstruksi besar dengan keselamatan konstruksi harus
kriteria mempekerjakan lebih mempunyai minimal 2 orang
dari 100 (seratus) pekerja Ahli K3 yaitu ahli utama dan
sebagaimana dimaksud pada ahli madya K3 konstruksi
ayat (5) huruf c harus dengan pengalaman paling
mempunyai personel singkat 3 tahun.
Keselamatan Konstruksi paling
sedikit 2 (dua) orang yang
terdiri atas:
a. 1 (satu) orang Ahli
Utama K3 Konstruksi
dan/atau Ahli Madya K3
Konstruksi dengan
pengalaman paling
singkat 3 (tiga) tahun;
dan
b. 1 (satu) orang Ahli
Muda K3 Konstruksi
dengan pengalaman
paling singkat 3 (tiga)
tahun.

117 Pasal 26 (8) Apabila pekerjaan konstruksi Mandatory


Pada Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan metode padat
menggunakan metode padat karya (tenaga umum>mesin)
karya atau menggunakan maka kebutuhan personel
banyak tenaga kerja namun keselamatan konstruksi
sedikit penggunaan peralatan ditentukan oleh penilaian risiko
mesin, kebutuhan Personel keselamatan konstruksi.
Keselamatan Konstruksi
ditentukan oleh penilaian Risiko
Keselamatan Konstruksi.

118 Pasal 26 (9) Tingkat risiko keselamatan Wajib


Risiko Keselamatan Konstruksi konstruksi dibutuhkan untuk
sebagaimana dimaksud pada menentukan kebutuhan ahli K3
ayat (1) digunakan untuk atau petugas keamanan
menentukan kebutuhan Ahli K3 konstruksi.
Konstruksi dan/atau Petugas
Keselamatan Konstruksi.

119 Pasal 26 (10) Tingkat risiko keselamatan Tidak wajib


Risiko Keselamatan Konstruksi konstruksi tidak digunakan
sebagaimana dimaksud pada untuk menentukan
ayat (1) tidak digunakan untuk kompleksitas atau segmentasi
menentukan kompleksitas atau pasar jasa konstruksi.
segmentasi pasar Jasa
Konstruksi.

120 Pasal 27 (1) Biaya penerapan SMKK harus


Biaya penerapan SMKK harus dimasukkan pada daftar jumlah
dimasukkan pada daftar dan harga dengan besaran
kuantitas dan harga dengan biaya yang disesuaikan
besaran biaya sesuai dengan berdasarkan kebutuhan
kebutuhan berdasarkan pengendalian dalam RKK
pengendalian dalam RKK.

121 Pasal 27 (2) Biaya penerapan SMKK


Biaya penerapan SMKK menjadi bagian dari RKK
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi bagian dari
RKK.

122 Pasal 27 (3) Penggunaan biaya SMKK


Biaya penerapan SMKK dalam RKK paling sedikit
sebagaimana dimaksud pada mencangkup :
ayat (2) paling sedikit a. penyiapan RKK;
mencakup rincian: b. sosialisasi, promosi,
a. penyiapan RKK; dan pelatihan;
b. sosialisasi, promosi, dan c. Alat Pelindung Kerja
pelatihan; dan Alat Pelindung
c. Alat Pelindung Kerja Diri;
dan Alat Pelindung Diri; d. asuransi dan
d. asuransi dan perizinan; perizinan;
e. Personel Keselamatan e. Personel Keselamatan
Konstruksi; Konstruksi;
f. fasilitas sarana, f. fasilitas sarana,
prasarana, dan alat prasarana, dan alat
kesehatan; kesehatan;
g. rambu- rambu yang g. rambu- rambu yang
diperlukan; diperlukan;
h. konsultasi dengan ahli h. konsultasi dengan ahli
terkait Keselamatan terkait Keselamatan
Konstruksi; dan Konstruksi; dan
i. kegiatan dan peralatan i. kegiatan dan
terkait dengan peralatan terkait dengan
pengendalian Risiko pengendalian Risiko
Keselamatan Konstruksi. Keselamatan
Konstruksi.

123 Pasal 27 (4) Rincian kegiatan Biaya


Rincian kegiatan sebagaimana penerapan SMKK merupakan
dimaksud dalam Pasal 27 ayat barang habis pakai.
(3) huruf c, huruf f, huruf g, dan
huruf i merupakan barang habis
pakai.

124 Pasal 27 (5) Konsultasi dengan ahli terkait


Konsultasi dengan ahli terkait keselamatan dalam konstruksi
Keselamatan Konstruksi tidak diwajibkan bagi
sebagaimana dimaksud pada pekerjaan konstruksi dengan
ayat (3) huruf h tidak risiko keselamatan konstruksi
diharuskan bagi Pekerjaan kecil
Konstruksi dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi kecil

125 Pasal 28 (1) Pengguna jasa harus dapat


Pengguna Jasa harus memastikan seluruh komponen
memastikan seluruh komponen biaya penerapan SMKK telah
biaya penerapan SMKK dianggarkan dan diterapkan
sebagaimana dimaksud dalam oleh penyedia jasa. Jika belum,
Pasal 27 ayat (3), dianggarkan maka pengguna jasa dapat
dan diterapkan oleh Penyedia memintanya pada penyedia
Jasa. jasa.

126 Pasal 28 (2) Biaya penerapan SMKK harus


Biaya penerapan SMKK disampaikan oleh penyedia
sebagaimana dimaksud dalam jasa berupa dokumen
Pasal 27 ayat (3) harus penawaran. Jika belum, maka
disampaikan oleh Penyedia Jasa pengguna jasa dapat
dalam dokumen penawaran. memintanya pada penyedia
jasa.
127 Pasal 28 (3) Jika terdapat perubahan RKK
Penyedia Jasa tidak dapat diakibatkan suatu hal, penyedia
mengusulkan perubahan jasa tetap tidak dapat
anggaran biaya penerapan mengusulkan perubahan
SMKK berdasarkan RKK yang anggaran biaya penerapan
telah diperbaharui sebagaimana SMKK.
dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1).

128 Pasal 28 (4) Biaya penerapan SMKK yang


Biaya penerapan SMKK tercantum dalam lampiran
disusun sesuai dengan merupakan bagian yang tidak
ketentuan huruf G sebagaimana bisa dipisahkan dari Peraturan
tercantum dalam Lampiran Menteri ini sehingga harus ada.
yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

129 Pasal 29 (1) Pada hal pengaadaan pekerjaan


Dalam hal pengadaan pekerjaan konstruksi metode sistem harga
konstruksi menggunakan rendah, Penyedia Jasa yang
metode sistem harga terendah, tidak menyampaikan perkiraan
Penyedia Jasa yang tidak biaya penerapan SMKK dalam
menyampaikan perkiraan biaya dokumen penawaran
penerapan SMKK sebagaimana dinyatakan gugur.
dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(2) dinyatakan gugur.

130 Pasal 29 (2) Pada hal pengaadaan pekerjaan


Dalam hal pengadaan pekerjaan konstruksi metode sistem harga
konstruksi menggunakan nilai, Penyedia Jasa yang tidak
metode sistem nilai, Penyedia menyampaikan perkiraan biaya
Jasa yang tidak menyampaikan penerapan SMKK dalam
perkiraan biaya penerapan dokumen penawaran, nilai
SMKK sebagaimana dimaksud penawaran biayanya dinilai
dalam Pasal 28 ayat (2) nilai nol.
penawaran biayanya dinilai nol.

131 Pasal 30 (1) Segala bentuk pembinaan Wajib


Menteri bertanggung jawab atas penerapan SMKK bertanggung
pembinaan penerapan SMKK jawab kepada menteri
kepada penyelenggara
pemerintah daerah provinsi dan
masyarakat jasa konstruksi.

132 Pasal 30 (2) Pembinaan berupa penetapan Wajib


Pembinaan sebagaimana kebijakan, penerapan,
dimaksud ayat (1) dapat berupa: pemantauan evaluasi, dan
a. penetapan kebijakan pengembangan kerja sama
SMKK; penerapan SMKK
b. penerapan kebijakan
SMKK;
c. pemantauan dan
evaluasi penerapan
SMKK; dan
d. pengembangan kerja
sama penerapan SMKK.

133 Pasal 30 (3) Bentuk penetapan kebijakan Mandatori


Penetapan kebijakan SMKK berupa penyusunan Norma
sebagaimana dimaksud pada Standar prosedur Kriteria
ayat (2) huruf a diberikan dalam sesuai dengan kewenangannya
bentuk penyusunan Norma
Standar Prosedur Kriteria sesuai
dengan kewenangannya.

134 Pasal 30 (4) Bentuk penerapan kebijakan Mandatori


Penerapan kebijakan SMKK berupa fasilitas, konsultasi,
sebagaimana dimaksud pada pendidikan dan pelatihan
ayat (2) huruf b diberikan dalam
bentuk:
a. fasilitasi;
b. konsultasi; dan
c. pendidikan dan
pelatihan.

135 Pasal 30 (5) Bentuk penerapan pemantauan Mandatori


Pemantauan dan Evaluasi dan evaluasi melalui penilaian
penerapan SMKK sebagaimana terhadap pelaksanaan
dimaksud pada ayat (2) huruf c pembinaan dan pengawasan
dilakukan melalui penilaian
terhadap pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan
penerapan SMKK.

136 Pasal 30 (6) Penerapan pengembangan Mandatori


Pengembangan kerja sama kerja sama dilakukan untuk
penerapan SMKK sebagaimana meningkatkan SMKK dalam
dimaksud pada ayat (2) huruf d mewujudkan Keselamatan
dilakukan untuk meningkatkan Konstruksi
penerapan SMKK dalam
mewujudkan Keselamatan
Konstruksi.

137 Pasal 31 (1) Pengawasan penerapan SMKK Wajib


Menteri melakukan pengawasan yang dilakukan oleh Menteri
tertib penerapan SMKK pada
Pekerjaan Konstruksi dan
Konsultansi Konstruksi yang
berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara
dan/atau yang memiliki Risiko
Keselamatan Konstruksi besar.

138 Pasal 31 (2) Pengawasan penerapan Wajib


Gubernur sebagai wakil kebijakan SMKK yang
Pemerintah Pusat di daerah dilakukan oleh gubernur dan
melakukan pengawasan bupati / walikota di wilayah
penerapan kebijakan SMKK kewenangannya
yang dilakukan oleh gubernur
dan bupati/walikota di wilayah
kewenangannya.

139 Pasal 31 (3) Pengawasan penerapan SMKK Wajib


Gubernur melakukan dan konsultasi konstruksi
pengawasan penerapan SMKK terhadap pembiayaan yang
pada Pekerjaan Konstruksi dan berasal dari anggaran
Konsultansi Konstruksi pendapatan dan belanja daerah
terhadap pembiayaan yang provinsi atau yang memiliki
berasal dari anggaran risiko keselamatan konstruksi
pendapatan dan belanja daerah yang sedang dilakukan oleh
provinsi dan/atau yang memiliki Gubernur.
Risiko Keselamatan Konstruksi
sedang.

140 Pasal 31 (4) Pengawasan penerapan SMKK Wajib


Bupati/walikota melakukan pada pekerjaan Konstruksi dan
pengawasan penerapan SMKK Konsultansi Konstruksi
pada Pekerjaan Konstruksi dan terhadap pembiayaan yang
Konsultansi Konstruksi berasal dari anggaran
terhadap pembiayaan yang pendapatan dan belanja daerah
berasal dari anggaran kabupaten / kota dan yang
pendapatan dan belanja daerah memiliki risiko keselamatan
kabupaten/kota dan/atau yang konstruksi kecil yang
memiliki Risiko Keselamatan dilakukan oleh Bupati atau
Konstruksi kecil. Walikota yang bertujuan untuk
menjamin keselamatan dan
kesehatan para pekerja.

141 Pasal 32 (1) Pengguna Jasa Konstruksi Wajib


Dalam melaksanakan wajib menyampaikan laporan
pengawasan penerapan SMKK penyelenggaraan dan
sebagaimana dimaksud dalam pengawasan SMKK kepada
Pasal 31 ayat (1), Pengguna Menteri terkait melalui
Jasa menyampaikan laporan organisasi jasa konstruksi
penyelenggaraan pengawasan
SMKK kepada Menteri melalui
unit organisasi yang
membidangi Jasa Konstruksi.

142 Pasal 32 (2) Gubernur wajib melakukan Wajib


Dalam melaksanakan pengawasan terhadap
pengawasan penerapan penerapan kebijakan SMKK
kebijakan SMKK sebagaimana yang dilakukan bupati/walikota
dimaksud dalam Pasal 31 ayat di wilayah kewenangannya.
(2), gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat
menyampaikan laporan
penerapan kebijakan SMKK
kepada Menteri.

143 Pasal 32 (3) Gubernur melaporkan hasil Wajib


Dalam melaksanakan penerapan SMKK kepada
pengawasan penerapan SMKK menteri terkait dalam bentuk
sebagaimana dimaksud dalam laporan penyelenggaraan
Pasal 31 ayat (3), gubernur pemerintah daerah provinsi
menyampaikan laporan sesuai dengan peraturan
penerapan SMKK kepada perundang-undangan.
Menteri dan menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri
yang menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan
laporan penyelenggaraan
pemerintah daerah provinsi
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

144 Pasal 32 (4) Bupati/walikota melaporkan Wajib


Dalam melaksanakan hasil penerapan SMKK kepada
pengawasan penerapan SMKK gubernur dalam bentuk laporan
sebagaimana dimaksud dalam penyelenggaraan pemerintah
Pasal 31 ayat (4), daerah kabupaten/kota sesuai
bupati/walikota menyampaikan dengan peraturan perundang-
laporan penyampaian SMKK undangan
kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat yang menjadi
satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan laporan
penyelenggaraan pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

145 Pasal 32 (5) Gubernur dan bupati/walikota Wajib


Laporan penerapan SMKK wajib melakukan pelaporan
sebagaimana dimaksud pada SMKK secara berkala paling
ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan sedikit 1 (satu) tahun sekali.
ayat (4) disampaikan secara
berkala paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali.

146 Pasal 32 (6) Penyedia jasa konstruksi Wajib


Pengawasan terhadap penerapan melakukan pemeriksaan
SMKK oleh Pengguna Jasa laporan pengawasan terhadap
terhadap Penyedia Jasa penerapan SMKK yang
dilakukan dengan pemeriksaan dilaporkan oleh pengguna jasa.
laporan yang disusun sesuai
dengan format huruf F
sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

147 Pasal 33 (1) Pembentukan komite Wajib


Dalam melakukan pengawasan keselamatan konstruksi oleh
penerapan SMKK, Menteri menteri sebagai bentuk
membentuk Komite pengawasan
Keselamatan Konstruksi.
148 Pasal 33 (2) Komite keselamatan konstruksi Wajib
Komite Keselamatan memiliki tugas sebagai
Konstruksi sebagaimana pelaksana investigasi
dimaksud pada ayat (1) kecelakaan kerja di konstruksi,
memiliki tugas antara lain: melakukan pemantauan dan
a. melaksanakan evaluasi pekerjaan konstruksi
pemantauan dan evaluasi yang memiliki bahaya
Pekerjaan Konstruksi tinggi/besar, memberikan
yang diperkirakan saran, pertimbangan dan
memiliki Risiko rekomendasi kepada menteri
Keselamatan Konstruksi sesuai dengan hasil
besar; pemantauan dan investigasi.
b. melaksanakan
investigasi kecelakaan
konstruksi;
c. memberikan saran,
pertimbangan, dan
rekomendasi kepada
Menteri berdasarkan hasil
pemantauan dan evaluasi
Pekerjaan Konstruksi
dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi
besar dan/atau investigasi
kecelakaan konstruksi
dalam rangka
mewujudkan
Keselamatan Konstruksi;
dan
d. melaksanakan tugas lain
yang diberikan oleh
Menteri.

149 Pasal 33 (3) Adapun struktur Komite Wajib


Komite Keselamatan keselamatan konstruksi terdiri
Konstruksi sebagaimana atas ketua, sekretaris, anggota,
dimaksud pada ayat (2) terdiri sub komite serta sekretariat
atas:
a. ketua;
b. sekretaris;
c. anggota;
d. sub komite; dan
e. sekretariat.

150 Pasal 33 (4) Subkomite pada komite Wajib


Subkomite sebagaimana keselamatan konstruksi terdiri
dimaksud pada ayat (3) huruf d dari ketua dan anggota sesuai
terdiri atas ketua dan anggota bidangnya
sesuai dengan bidangnya.

151 Pasal 33 (5) Sekretariat pada komite Wajib


Sekretariat sebagaimana keselamatan konstruksi terdiri
dimaksud pada ayat (3) huruf e dari koordinator dan anggota
terdiri atas koordinator dan
anggota.

152 Pasal 34 (1) RKK untuk Pekerjaan Mandatori


RKK pada Kontrak Kerja Konstruksi yang telah
Konstruksi untuk Pekerjaan ditandatangani sebelum
Konstruksi yang telah berlakunya Peraturan Menteri
ditandatangani sebelum ini, tetap berlaku sampai
berlakunya Peraturan Menteri berakhirnya Kontrak Kerja
ini, tetap berlaku sampai dengan Konstruksi.
berakhirnya Kontrak Kerja
Konstruksi tersebut.

153 Pasal 34 (2) Sejak Peraturan Menteri ini Mandatori


Sertifikat Petugas K3 mulai berlaku, Sertifikat
Konstruksi dan surat keterangan Petugas K3 Konstruksi dan
penjaminan mutu dan surat keterangan penjaminan
pengendalian mutu yang telah mutu dan pengendalian mutu
diterbitkan sebelum berlakunya yang telah diterbitkan sebelum
Peraturan Menteri ini harus berlakunya Peraturan Menteri
disesuaikan dengan Peraturan ini harus disesuaikan dengan
Menteri ini paling lambat 2 Peraturan Menteri ini paling
(dua) tahun sejak Peraturan lambat 2 (dua) tahun.
Menteri ini mulai berlaku.

154 Pasal 35 Peraturan ini mencabut Wajib


Pada saat Peraturan Menteri ini peraturan sebelumnya.
mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum
(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor
628), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor
02/PRT/M/2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum
(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor
179), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

155 Pasal 36 Peraturan ini mulai berlaku Wajib


Peraturan Menteri ini mulai pada tanggal 30 Desember
berlaku pada tanggal 2019
diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai