Anda di halaman 1dari 8

BIOLOGI

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Nabila Rahmadhani
XI IPA 2
Absen 27
SISTEM PERTAHANAN TUBUH PADA MANUSIA

Sistem pertahanan tubuh (sistem imun) adalah sistem pertahanan yang berperan
dalam mengenal, menghancurkan serta menetralkan benda-benda asing atau sel
abnormal yang berpotensi merugikan bagi tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh
manusia meliputi pertahanan tubuh bawaan (Pertahanan Nonspesifik) dan
pertahanan adaptif (Pertahanan Spesifik).

Gangguan Pada Sistem Pertahanan Tubuh


 Hipersensitivitas (Alergi)

Alergi adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh manusia (sistem imun)
terhadap zat tertentu yang seharusnya tidak berbahaya. Reaksi tersebut dapat
menimbulkan berbagai gejala, seperti pilek, ruam kulit yang gatal, atau
bahkan sesak napas.
Zat yang dapat memicu respons alergi disebut dengan alergen. Pada
kebanyakan orang, alergen tidak menimbulkan reaksi pada tubuh. Namun,
pada orang yang memiliki alergi terhadap alergen, sistem imun akan
mengeluarkan reaksi, karena menganggap zat tersebut berbahaya bagi tubuh.

Reaksi alergi yang muncul pada tiap orang berbeda-beda, mulai dari reaksi
yang ringan, seperti bersin-bersin, hingga reaksi berat, yaitu anafilaksis.
Reaksi alergi yang muncul juga tergantung dari jenis alergennya. Alergi
umumnya terjadi pada anak-anak dan biasanya akan mereda seiring usia
bertambah. Akan tetapi, pada beberapa orang, alergi yang diderita masih
muncul meskipun sudah memasuki usia dewasa.

Penyebab dan Gejala Alergi


 Zat yang menyebabkan alergi dapat berbeda pada tiap orang.
Beberapa contoh alergen adalah debu, bulu hewan peliharaan, kacang,
gigitan serangga, obat-obatan, atau bahan lateks.
 Gejala alergi yang timbul pada tiap orang juga dapat beragam, mulai
dari ringan hingga berat. Gejalanya bisa berupa bersin-bersin, hidung
berair, mata memerah dan gatal, atau ruam kulit.

Pengobatan dan Pencegahan Alergi


 Pengobatan
Pengobatan utama alergi adalah dengan menghindari zat
pemicunya (alergen). Untuk meredakan gejala, dokter dapat
memberikan obat antialergi, seperti antihistamin dan
kortikosteroid. Bila reaksi alergi tergolong berat, penderita perlu
diberikan suntik epinephrine oleh dokter.
 Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah alergi adalah dengan menghindari
pemicunya. Meski demikian, ada beberapa cara lain yang dapat
dilakukan jika pemicunya sulit untuk dihindari, seperti
mengenakan pakaian tertutup, tidak memakai parfum yang dapat
mengundang serangga, serta membersihkan rumah secara rutin.
 Autoimun

Gangguan autoimun alias penyakit autoimun merupakan satu kondisi di


mana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang diri sendiri. Padahal
dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh seharusnya menjadi penjaga
dari serangan bakteri atau virus penyebab penyakit.

Sistem kekebalan tubuh pada orang yang mengalami penyakit autoimun


melihat sel tubuh yang sehat sebagai “ancaman” atau organisme asing yang
membahayakan. Alhasil, sistem kekebalan tubuh akan melepaskan protein
yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel tubuh yang sehat tersebut.
Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab seseorang bisa
mengalami gangguan autoimun. Namun kondisi ini sering dikaitkan dengan
beberapa faktor, mulai dari etnis, gender yang menyebut bahwa wanita lebih
berisiko mengalami penyakit autoimun dibandingkan pria, lingkungan
tempat tinggal, dan riwayat keluarga. Nyatanya, penyakit autoimun bisa
terjadi salah satunya karena faktor keturunan, yaitu memiliki keluarga yang
juga mengalami penyakit ini.

Ada banyak jenis penyakit yang digolongkan sebagai penyakit autoimun.


Namun, ada di antara penyakit tersebut yang memicu gejala serupa. Gejala
yang umum dan sering muncul sebagai tanda penyakit ini adalah mudah
merasa lelah, pegal otot, ruam yang muncul di permukaan kulit, dan demam
ringan. Selain itu, penyakit autoimun juga sering menyebabkan rontoknya
rambut, dan sering kesemutan di bagian tubuh tertentu, misalnya tangan dan
kaki, hingga kesulitan dalam berkonsentrasi.
Penyebab Penyakit Autoimun
Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
faktor di bawah ini diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
menderita penyakit autoimun:

 Berjenis kelamin perempuan


 Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga
 Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
 Merokok
 Menggunakan obat-obatan yang memengaruhi sistem kekebalan
tubuh, seperti obat simvastatin atau antibiotik
 Terkena paparan bahan kimia atau cahaya matahari
 Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein
Barr.

Gejala Penyakit Autoimun


Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun dan
beberapa di antaranya memiliki gejala awal yang sama, seperti:

 Kelelahan
 Pegal otot
 Ruam kulit
 Demam ringan
 Rambut rontok
 Sulit konsentrasi
 Kesemutan di tangan dan kaki
 Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing
penyakit autoimun tetap memiliki gejala spesifik, seperti diabetes tipe
1 yang gejalanya berupa sering haus, lemas, dan berat badan menurun
tanpa sebab yang jelas.
Contoh Penyakit Autoimun dan Gejalanya:

 Lupus
Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh dan
menimbulkan beragam gejala, seperti demam, nyeri sendi dan otot,
ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak pada tungkai,
sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.

 Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa kehilangan berat
badan tanpa alasan yang jelas, mata menonjol, rambut rontok, jantung
berdebar, insomnia, dan gelisah.

 Psoriasis
Penyakit ini dapat dikenali dengan kulit yang bersisik dan munculnya
bercak merah pada kulit.

 Multiple sclerosis
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi nyeri,
mati rasa pada salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot
kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.

 Myasthenia gravis
Gejala yang dapat dialami akibat menderita myasthenia gravis adalah
kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitas
bernapas, dan kesulitan menelan.

 Tiroiditis Hashimoto
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik tanpa
sebab yang jelas, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan
dan kaki, kelelahan, rambut rontok, dan kesulitan berkonsentrasi.
 Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease
Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah
nyeri perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan berat badan
turun tanpa sebab.

 Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala
berupa nyeri sendi, radang sendi, pembengkakan sendi, dan kesulitan
bergerak.

 Sindrom Guillain Barre


Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemas yang jika kondisinya
semakin parah dapat berkembang menjadi kelumpuhan.

 Sindrom Sjögren
Gejala utama sindrom Sjögren adalah mata kering (xerophtalmia) dan
mulut kering (xerostomia) sehingga dapat menimbulkan gangguan
penglihatan dan kerusakan gigi.

 Vaskulitis
Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, penurunan berat
badan tanpa alasan yang jelas, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam
kulit.

Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya gejala


secara tiba-tiba dengan derajat yang berat. Flare biasanya terjadi karena
dipicu oleh suatu hal, misalnya paparan sinar matahari atau stres.
Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani penyakit autoimun
meliputi:

 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen atau


aspirin, untuk mengatasi nyeri
 Obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, untuk
menghambat perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ
tubuh
 Obat anti-TNF, seperti infliximab, untuk mencegah peradangan akibat
penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis

Komplikasi Penyakit Autoimun


Penyakit autoimun dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, yaitu:

 Penyakit jantung
 Depresi atau gangguan kecemasan
 Kerusakan saraf
 Deep vein thrombosis
 Kerusakan organ, seperti hati atau ginjal

Pencegahan Penyakit Autoimun


beberapa upaya di bawah ini bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit
autoimun:

 Berolahraga secara rutin


 Tidak merokok
 Menjaga berat badan tetap ideal
 Menggunakan alat pelindung ketika bekerja, agar terhindar dari
paparan bahan kimia
 Menjaga kebersihan tubuh agar terhindar infeksi virus dan bakteri

Anda mungkin juga menyukai