Pembuatan Dan Penentuan Nilai CMC Asetil Galaktomanan Yang Diperoleh Melalui Asetilasi Galaktomanan Hasil Isolasi DARI KOLANG-KALING (Arenga Pinnata)
Pembuatan Dan Penentuan Nilai CMC Asetil Galaktomanan Yang Diperoleh Melalui Asetilasi Galaktomanan Hasil Isolasi DARI KOLANG-KALING (Arenga Pinnata)
TESIS
Oleh
TERKELIN BR GINTING
117006028/KIM
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
dalam Program Studi Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Oleh
TERKELIN BR GINTING
117006028/KIM
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
TESIS
Dengan ini saya nyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar benar hasil karya
sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat pendapat atau karya yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan sumbernya dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan yang
terdapat dalam tesis ini dikutip berdasarkan kode ilmiah.
Terkelin Br Ginting
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti Non-
Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan mempublikasikan Tesis
saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Terkelin Br Ginting
DATA PRIBADI
DATA PENDIDIKAN
Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, karena hanya berkat kasih dan lindunganNya penulis dapat
melaksanakan penelitian dan penulisan laporan ini.
Penelitian adalah satu hal yang tidak terpisahkan dalam satu rangkaian kegiatan
akademik untuk dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Ilmu Kimia
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahauan Alam Universitas Sumatera Utara.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis telah melaksanakan penelitian dibawah
bimbingan dari komisi pembimbing. Hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk
laporan penelitian dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar Magister Sains.
Penulis mengakui bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Kiranya laporan ini dapat memenuhi syarat untuk
menyelesaikan tugas perkuliahan yang penulis kerjakan. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
membimbing kita dalam setiap tugas yang kita kerjakan.
Medan, 4 Juli 2013
Penulis,
Terkelin Br Ginting
Abstrak
Abstract
From sugar palm fruit has been isolated the galactomannan and then can be
acetylated becomes acetyl galactomannan. Isolation of galactomannan from 250 g
sugar palm fruit used aquades by mixing then centrifugated that be followed by
purification by using ethanol that resulted 8.3965 g (3.36 % w/w) of galactomannan.
Galactomannan is acetylated by anhydride acetate by using glacial acetate acid as
solvent and concentrated H2SO4 as catalyst where from 3 g galactomannan is got 1.2
g (64,84% w/w) acetyl galactomannan. FT-IR spectrum of acetylation reaction
product shows that there is vibration peak in wave number 1723.11 cm-1 that shows
there is vibration of C = O from ester and supported by presence of absorption band
in wave number 1252.12 cm-1 that shows there is vibration of C – O – C from ester as
indication that galactomannan acetylation has occurred. Result of surface tension
value is got critical micelle concentration (CMC) point for galactomannan and acetyl
galactomannan is in 5% concentration with tension surface value of galactomannan
is 29.93 dyne/cm mean while tension surface value of acetyl galactomannan is 22.22
dyne/cm.
Kata Pengantar i
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Lokasi Penelitian 3
Daftar Pustaka 45
Lampiran 50
Abstrak
Abstract
From sugar palm fruit has been isolated the galactomannan and then can be
acetylated becomes acetyl galactomannan. Isolation of galactomannan from 250 g
sugar palm fruit used aquades by mixing then centrifugated that be followed by
purification by using ethanol that resulted 8.3965 g (3.36 % w/w) of galactomannan.
Galactomannan is acetylated by anhydride acetate by using glacial acetate acid as
solvent and concentrated H2SO4 as catalyst where from 3 g galactomannan is got 1.2
g (64,84% w/w) acetyl galactomannan. FT-IR spectrum of acetylation reaction
product shows that there is vibration peak in wave number 1723.11 cm-1 that shows
there is vibration of C = O from ester and supported by presence of absorption band
in wave number 1252.12 cm-1 that shows there is vibration of C – O – C from ester as
indication that galactomannan acetylation has occurred. Result of surface tension
value is got critical micelle concentration (CMC) point for galactomannan and acetyl
galactomannan is in 5% concentration with tension surface value of galactomannan
is 29.93 dyne/cm mean while tension surface value of acetyl galactomannan is 22.22
dyne/cm.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Bertitik tolak dari hal di atas, peneliti tertarik untuk mengisolasi galaktomanan
dari kolang kaling biji aren serta mengasetilasi galaktomanan yang diperoleh dari biji
kolang kaling tersebut dengan asetat anhidrida kemudian dilanjutkan dengan
penentuan nilai Critical Micelle Concentration (CMC) atau konsentrasi misel kritis
dari asetil galaktomanan yang diperoleh tersebut.
1.2. Permasalahan.
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah galaktomanan yang diisolasi dari kolang kaling biji aren (Arenga
pinnata) dapat diasetilasi dengan asetat anhidrida untuk menghasilkan asetil
galaktomanan.
1. Untuk melakukan asetilasi galaktomanan yang diperoleh dari kolang kaling biji
aren dengan asetat anhidrida menjadi asetil galaktomanan.
2. Menentukan nilai konsentrasi misel kritis galaktomanan dan asetil galaktomanan
yang diperoleh dari hasil asetilasi galaktomanan hasil isolasi dari kolang kaling.
2.1. Aren.
Pohon aren (Arenga pinnata) dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim
sedang pada ketinggian 500 hingga 800 meter di atas permukaan laut dengan kondisi
tanah yang beragam asalkan tidak terlalu asam dengan curah hujan 1200 mm per
tahun (Iswanto, 2009). Dengan kondisi tempat tumbuh seperti disebutkan di
atas, maka tidak heran jika pohon aren terdapat hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Karena itu pohon aren mempunyai banyak nama daerah seperti :
bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing),
anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (Dayak,Kalimantan),
Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku). Bangsa Belanda
mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm dan bangsa Jerman menyebutnya
zuckerpalme. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm.
5
Universitas Sumatera Utara
6
Pohon aren hampir mirip dengan pohon kelapa. Pohon aren tingginya dapat
mencapai 25 meter dan diameter batangnya dapat mencapai 65 cm. Perbedaannya,
jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas),
pohon aren sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun
yang sudah tua sulit terlepas dari batangnya. Hal ini menyebabkan batang pohon aren
sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Pohon aren, dapat menghasilkan 15 liter nira setiap hari, ijuk sebanyak 2 kg
setiap pohon / tahun, kolang kaling 100 kg setiap pohon / tahun dan jika tidak disadap
niranya, pohon aren dapat menghasilkan 40 kg tepung setiap pohon. Pohon aren akan
berbunga setelah berumur 7 s/d 12 tahun. Tandan bunga muncul dari setiap pelepah
atau bekas pelepah daun mulai dari ketinggian seperempat tinggi pohon ke arah
bawah.Bunga betina akan masak dalam 1 – 3 tahun. Bunga betina yang masih muda,
dapat diolah menjadi kolang kaling (Sunanto, 1993)
saluran cerna manusia. Kandungan karbohidrat yang dimiliki kolang kaling bisa
memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya, selain itu juga
menghentikan nafsu makan dan mengakibatkan konsumsi makanan jadi menurun,
sehingga cocok dikonsumsi sebagai makanan diet.
galaktomanan yang mana molekul tersebut mempunyai rantai utama yang terdiri dari
residu ( 1 4 )-β-D-manosa, dengan rantai samping yang berbeda yaitu residu α-D-
galaktosa yang terikat dengan rantai utama dengan ikatan (1 6). Berat molekul
ditemukan beragam dari 6000 sampai dengan 17000 (Kooiman, 1971).
2.4. Karbohidrat.
2.5.1. Monosakarida.
2.5.2. Oligosakarida
Masing masing disakarida yang terbentuk dari dua molekul monosakarida adalah
sukrosa (gambar 2.5), laktosa (gambar 2.6) dan maltosa (gambar 2.7)
Sukrosa terbentuk dari penggabungan satu molekul glukosa dan satu molekul
fruktosa.
Laktosa terbentuk dari penggabungan satu molekul glukosa dan satu molekul
galaktosa.
2.5.3. Polisakarida.
Polisakarida adalah suatu molekul besar yang terbentuk dari ratusan molekul
gula sederhana yang berikatan satu sama lain. Beberapa polisakarida yang penting
adalah pati, selulosa dan glikogen (Laberge, 2008). Susunan dan fungsi suatu
polisakarida ditentukan oleh jumlah monomer gula dan posisi ikatan glikosidiknya.
Polisakarida bukan pati (Non Starch Polysaccharides), terdiri atas 3 kelompok besar
yakni selulosa, polimer non selulosa, dan pektik polisakarida. Polimer non selulosa
ini terdiri dari arabinoxylan, glukan, mannan, araban, galaktan dan xyloglukan
Polisakarida struktural berfungsi sebagai materi penyusun dari suatu sel atau
keseluruhan organisme. Struktur dan fungsi suatu polisakarida ditentukan oleh jumlah
monomer gula dan posisi ikatan glikosidiknya. Yang tergolong polisakarida struktural
adalah selulosa dan kitin. Selulosa adalah komponen utama penyusun dinding sel
tumbuhan. Selulosa adalah senyawa paling berlimpah di bumi, yaitu diproduksi
hampir 100 miliar ton per tahun (Stephen et al, 2006). Ikatan glikosidik selulosa
berbeda dengan pati yaitu monomer selulosa seluruhnya terdapat dalam konfigurasi
beta. Kitin adalah karbohidrat penyusun eksoskeleton artropoda (serangga, laba-laba,
krustase). Kitin terdiri atas monomer glukosa dengan cabang yang mengandung
nitrogen. Kitin murni menyerupai kulit, namun akan mengeras ketika dilapisi dengan
kalsium karbonat. Kitin telah digunakan untuk membuat benang operasi yang kuat
dan fleksibel dan akan terurai setelah luka atau sayatan sembuh. Beberapa senyawa
polisakarida dan strukturnya adalah selulosa (gambar 2.8), amilum (gambar 2.9) dan
glikogen (gambar 2.10) adalah sebagai berikut :
2.6. Galaktomanan.
digunakan sebagai aditif pada makanan dan juga sebagai hidrokolloid pada industri
(Mathur, 2012).
Senyawa galaktomanan dalam ilmu gizi merupakan serat makanan (dietary fiber)
yang mampu menurunkan kadar glukosa dan kolesterol darah. Variasi secara biologis
preparasi pektin aktif dan tanaman yang mengandung galaktomanan disarankan untuk
mencegah kanker dan peradangan (Lepur, 2012).
Reaksi ini memerlukan kondisi khusus karena merupakan suatu reaksi kesetimbangan
sehingga reaksi esterifikasi terhadap gugus hidroksil dari alkohol sebagai pengganti
asam karboksilat ditingkatkan reaktifitasnya dengan menggunakan senyawa asil
klorida atau asetat anhidrida. Reaksi dengan anhidrida alkanoat berlangsung lebih
lambat dibanding reaksi-reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya
campuran reaksi yang terbentuk perlu dipanaskan.
Jika dari dua molekul asam etanoat (asam asetat) dilepaskan sebuah molekul
air maka akan diperoleh anhidrida asam, yakni anhidrida etanoat (anhidrida asetat).
terbentuk. Anhidrida etanoat mendidih pada suhu 140°C. Titik didih cukup tinggi
karena memiliki molekul polar yang cukup besar sehingga memiliki gaya dispersi
Van der Waals sekaligus gaya tarik dipol-dipol. Akan tetapi, anhidrida etanoat tidak
membentuk ikatan hidrogen. Ini berarti bahwa titik didihnya tidak sama tingginya
dengan titik didih asam karboksilat yang berukuran sama. Sebagai contoh, asam
pentanoat (asam yang paling mirip besarnya dengan anhidrida etanoat) mendidih
pada suhu 186°C. Reaksi-reaksi ini (reaksi asil klorida dan reaksi anhidrida asam)
melibatkan komponen alkohol dan fenol, atau amonia dan amina. Semua komponen
ini mengandung unsur yang sangat elektronegatif dengan sebuah pasangan elektron
bebas yang aktif baik oksigen maupun nitrogen.
2.11. Spektroskopi
Spektroskopi adalah suatu studi mengenai intaraksi antara energi, cahaya dan
materi (Fessenden and Fessenden, 1984). Sinar infra merah merupakan cahaya yang
tidak tampak dan memiliki beberapa kelebihan dibanding berkas sinar lainnya untuk
dipelajari dan juga untuk dimanfaatkan. Penggunaan infra merah dewasa telah umum
digunakan dalam bidang militer, kesehatan dan telekomunikasi serta juga dalam
rumah tangga. Energi yang dihasilkan oleh radiasi infra merah menyebabkan vibrasi
atau getaran pada molekul (Silverstein et al, 1999). Spektroskopi infra merah
adalah satu dari tekhnik spektroskopi yang penting digunakan untuk analisa kimia
organik dan anorganik. Tujuan utama penggunaan spektroskopi infra merah adalah
menentukan gugus fungsional dalam suatu sample (Sherman, 2000). Spektroskopi
inframerah merupakan salah satu analisa kualitatif yang digunakan untuk mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik dan menentukan gugus fungsi suatu
senyawa organik serta untuk mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik
dengan membandingkan daerah sidikjarinya. Spektroskopi inframerah yang
digunakan yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 – 1.000 µm atau pada
bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1. Pembagian daerah panjang gelombang, sinar
inframerah dibagi atas tiga daerah yaitu: daerah infra merah dekat, daerah infra merah
pertengahan dan daerah infra merah jauh.
daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun pada daerah 4000 – 2000 cm-1
menunjukkan absorbsi yang sama, pada daerah 2000 – 400 cm-1 juga harus
menunjukkan pola yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua senyawa adalah
sama.
Untuk penafsiran spektrum inframerah tidak ada aturan kaku, namun syarat-
syarat tertentu yang harus dipenuhi sebagai upaya untuk menafsirkan suatu spektrum
adalah :
pengemulsi yang akan melarutkan senyawa yang secara normal tidak larut di dalam
pelarut yang digunakan tersebut. Hal ini terjadi karena spesi tak larut dapat
terinkorporasi di dalam inti misel.
Dalam kehidupan sehari hari banyak hal yang berhubungan dengan fenomena
permukaan-antarmuka. Misalnya proses pembersihan kotoran pada pakaian, dan
peralatan rumah tanggga, menulis pada kertas dengan menggunakan tinta, air dijaga
agar tidak penetrasi kedalam daun oleh suatu senyawa hidrofobik menyerupai lilin
yang terdapat dipermukaan daun. Fenomena permukaan-antarmuka juga banyak
dimanfaatkan pada proses-proses industri antara lain : industri tekstil, industri plastik
dan karet sintetik, pigmen, agrokimia, farmasi, kosmetik, pangan dan teknik sipil.
Dalam bidang-bidang tersebut, surfaktan digunakan sebagai emulsifier, dispersant,
wetting agent, foaming, anti foaming agent dan lain-lain. Dengan terbentuknya
misel, sifat-sifat larutan akan berubah secara mandadak, seperti tegangan permukaan-
antarmukanya, viskositasnya, daya hantar listriknya dan lain-lain.
Surfaktan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu surfaktan yang larut
dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air. Surfaktan yang larut dalam minyak
adalah senyawa organik yang memiliki rantai panjang umumnya mempunyai gugus
polar yang khas seperti gugus –COOH, –OH, –CONH2, –NH2 –SO3H, –SH, dan
garam-garam dari gugus karbosilat dan sulfonat. Senyawa ini umumnya tidak
menurunkan tegangan permukaan cairan, tetapi menurunkan tegangan antarmuka
minyak air (Schramm and Marangoni, 2000). Sedangkan surfaktan yang larut dalam
air adalah surfaktan yang memiliki ujung ion bersifat hidrofilik. Berdasarkan sifat
kelistrikannya, surfaktan yang larut dalam air dapat digolongkan menjadi surfaktan
anionik yang bermuatan negatif, surfaktan kationik yang bermuatan positif, surfaktan
non ionik yang tidak terionisasi dalam larutan dan surfaktan amphoter yang
bermuatan positif dan negatif tergantung dari harga pH larutan (Supriningsih, 2010).
yang sangat kuat terhadap medium air, sedangkan gugus hidrofob bergabung dengan
gugus hidrofob dari molekul sabun lain membentuk agregat yang dinamakan misel.
Gugus-gugus hidrofob akan berkumpul di bagian dalam misel, sedangkan gugus
hidrofilik akan berada di luar. Telah dilaporkan bahwa sifat gelembung sabun
bergantung pada tegangan permukaannya, yang secara langsung berpengaruh
terhadap volume maksimum dari gelembung tersebut (Christian and Enwall, 1978).
Pada prinsipnya larutan dengan tegangan permukaan yang lebih rendah
memungkinkan terbentuknya gelembung dengan volume yang lebih besar (Tang and
Suendo, 2011).
Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada tetesan
lemak. Hal ini disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya cenderung berkumpul dan
kepala hidrofilnya memberikan perlindungan. Misel merupakan penggabungan
(agregasi dari ion-ion surfaktan) dimana rantai hidrokarbon yang lipofil akan menuju
ke bagian dalam misel, meninggalkan gugus hidrofil akan berkontak dengan medium
air. Misel hanya akan terbentuk di atas konsentrasi misel kritis. Di bawah konsentrasi
misel kritis, konsentrasi surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar muka
bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan. Akhirnya tercapailah suatu titik
dimana baik pada antar muka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer.
Keadaan inilah yang disebut dengan konsentrasi misel kritis. Jika surfaktan terus
ditambah lagi hingga berlebih, maka mereka akan beragregasi terus
membentuk misel. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai konsentrasi misel
kritis. Untuk deret homolog surfaktan rantai hidrokarbon, nilai konsentrasi misel
kritis bertambah dua kali dengan berkurangnya satu atom C dalam rantai. Gugus
aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai konsentrasi misel kritis
dan juga memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai konsentrasi misel
kritis surfaktan ion. Penurunan konsentrasi misel kritis hanya bergantung pada
konsentrasi ion lawan yaitu makin besar konsentrasinya makin turun konsentrasi
misel kritisnya. Secara umum struktur misel dibedakan menjadi dua, yaitu struktur
misel sterik dan struktur misel lamelar seperti telihat pada gambar berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.14 Struktur misel sterik (a) dan struktur misel lamelar (b)
Cara yang umum untuk menetapkan nilai CMC adalah dengan mengukur
tegangan permukaan atau tegangan antar muka larutan surfaktan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Makin tinggi konsentrasi surfaktan menyebabkan tegangan antar muka
makin rendah sampai mencapai suatu konsentrasi dimana tegangan antar muka
konstan. Batas awal konsentrasi mulai konstan disebut CMC. Adsorpsi surfaktan
tergantung pada permukaan tergantung konsentrasinya (Porter, 1994).
3.1 Alat.
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah blender merk Philips,
alat sentrifugasi merk Kokusan H-103n, vacum pump merk Fisons, hotplate stirrer
merk Thermolyne, spektrofotometer merk Shimadzu, neraca analitik merk Sartorius
corong penyaring, desikator, labu leher tiga, corong penates, labu Erlenmeyer, labu
ukur, tabung reaksi semuanya merk Pyrex, termometer, klem dan statif,
3.2 Bahan.
Bahan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah kolang kaling yang
dibeli dari pasar tradisionil, asam asetat glasial, asam sulfat, asam asetat anhidrida,
etanol 96%, etanol p.a yang semuanya diperoleh dari E’Merck, kertas saring
Whatman dan aquadest.
Sebanyak 250 g kolang kaling yang telah dibersihkan, dirajang hingga halus.
Kolang kaling yang telah dirajang ditambah aquadest dengan perbandingan kolang
kaling : aquadest = 1 : 12,5 (w/w). Selanjutnya kolang kaling tersebut diblender
hingga halus selama 5 menit. Kolang kaling yang telah diblender disimpan di dalam
lemari pendingin selama 24 jam. Setelah penyimpanan selama 24 jam, selanjutnya
32
Universitas Sumatera Utara
33
4.1 Hasil.
37
Universitas Sumatera Utara
38
Konsentrasi
(C)
Log C Tegangan Faktor Tegangan Faktor
Permukaan ( Koreksi Permukaan ( Koreksi
(dyne/cm) (dyne/cm) (dyne/cm) (dyne/cm)
Keterangan :
= 1,06
4.2. Pembahasan.
Pita serapan pada bilangan gelombang 2928,11 cm-1 menunjukkan adanya C – H sp3
yang didukung oleh pita serapan pada bilangan gelombang 1381,12 cm-1 yang
menunjukkan adanya C – H. bending. Pita serapan pada bilangan gelombang 1028,8
cm-1 menunjukkan adanya ikatan C – O stretching ( Gambar 4.1).
→ +
Dari hasil analisis penentuan tegangan permukaan, maka diperoleh hasil nilai
konsentrasi misel kritis (CMC) sebagai berikut : Nilai CMC untuk galaktomanan
dan asetil galaktomanan berada pada konsentrasi 5 % dengan nilai tegangan
permukaan galaktomanan adalah 29,93 dyne/cm sedangkan nilai tegangan
permukaan asetil galaktomanan adalah 22,22 dyne/cm.
Dari grafik pada Gambar 4.4 terlihat bahwa semakin besar konsentrasi
surfaktan maka kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan juga semakin
besar hingga diperoleh nilai CMC konstan. Hal ini disebabkan karena konsentrasi
surfaktan berpengaruh terhadap pembentukan misel. Konsentrasi surfaktan semakin
besar, maka tegangan permukaaan semakin rendah sehingga misel yang terbentuk
juga semakin banyak sampai tegangan permukaan yang dihasilkan konstan pada
suatu konsentrasi tertentu. Pada konsentrasi 1% mulai terjadi penurunan tegangan
permukaan sampai diperoleh titik awal CMC pada konsentrasi 5%. Pada konsentrasi
5%, 6% dan 7%, tegangan permukaan tidak mengalami penurunan ataupun disebut
konstan (Anonim, 2005).
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai CMC antara galaktomanan dan asetil
galaktomanan berada pada konsentrasi 5% (log C = 0,699) Pada konsentrasi
tersebut, nilai tegangan permukaan galaktomanan adalah 29,93 dyne/cm sedangkan
asetil galaktomanan adalah 22,22 dyne/cm. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa adanya gugus asetil pada asetil galaktomanan dapat menurunkan nilai
tegangan permukaan yang berarti gugus asetil tersebut meningkatkan adsorbsi dan
agregasi yang semakin baik.
5.1 Kesimpulan
1. Galaktomanan yang diisolasi dari kolang kaling dapat diasetilasi dengan asetat
anhidrida menggunakan katalis H2SO4 pekat dalam pelarut asetat glasial.
Dari 3 g galaktomanan yang diasetilasi diperoleh asetil galaktomanan
sebanyak 1,2 g ( 64,86 % w/w )
5.2 Saran.
44
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Chudzikowski, R.J., 1971, Guar Gum and Its Applications, hlm 43 – 60.
Christian D. S and Enwall E., 1978. Bubble Pressure and Volume, A Demonatrasi
Experiment, Jurnal of Chemical Education, The University of Oklahoma
Egorov, A.V., Mestechkina, N.M., and Shcherbukhin, V.D., 2003, Composition and
Structure of Galactomannan from the Seed of Gleditsia ferox Desf, Applied
Biochemistry and Microbiology Vol. 40 No.3 hlm. 314 – 315.
Fessenden, Ralp, J., and Fessenden, Joan, S., 1984, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta,
hlm. 319 – 357.
Gibson, G.R., 2004, Fibre And Effects On Probiotics (The Prebiotic Concept).
Clinical Nutrition Supplements 1: 25 – 31.
Gong, H., Liu, N., Chen, J., Han, F., Gao, C., and Zhang, B., 2012, Synthesis and
Characterization of carboxymethyl guar gum and rheological properties of its
solutions, Carbohydrate Polymers Vol. 88, hlm 1015 – 1022.
Hart, H., 2003, Kimia Organik,Suatu Kuliah Singkat, Edisi Kesebelas, Erlangga
Jakarta, hlm 487.
Irawan, B., Rahmayani, E., and Iskandar, J., 2009, Studi Variasi, Pemanfaatan,
Pengolahan Dan Pengelolaan Aren Di Desa Rancakalong,Kecamatan
Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran
45
Universitas Sumatera Utara
46
Kapoor, V.P. and Mukherjee, S., 1969, Galactomannan from Cassia abrus seed:
Structure of acetic insoluble galactomannan. Can. J. Chemistry, 47, 2883-2888.
Kok, M. S., Hill, S. E., & Mitchell, J. R., 1999, Viscosity of galactomannans during
high temperature processing: Influence of degradation and solubilisation. Food
Hydrocolloids, hlm.535–542.
Lay, A., and Heliyanto, B., 2010, Prospek Agro-Industri Aren (Arenga pinnata), Balai
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Indonesian Coconut and Palmae
Research Institute Jl. Raya Mapanget, Kotak Pos 1004, Manado 95001, hlm 1 -
10
Lima, A.M., Cerqueira, M.A., Souza, W.S.B., Santos, M. C., Teixeira, A.J., Moreira,
A.R., and Vicente, A.A., 2010, New Edible Coatings Composed Of
Galactomannans And Collagen Blends To Improve The Postharvest Quality Of
Fruits – Influence On Fruits Gas Transfer Rate, hlm 101 – 109.
Mansyur, R., 2009, Sintesis Kitosan Sulfonat Sebagai Surfaktan, Tesis Program
Magister, Institut Teknologi Bandung.
Mathur, V., and Mathur, N.K., 2005 Fenugreek and Other Lesser Known Legume
Galactomannan-Polysaccharides Scope for Developments,
Nisa, C. T., 1996, Masalah Dorminasi Pada Biji Aren (Arenga pinnata merr) Serta
Pemecahannya Untuk Meningkatkan Perkecambahan, Pidato Pengukuhan Guru
Besar USU, Medan
Ophardt, C.E., 2003, Protein and Its Properties. Marcel Dekker Inc. New York.
Porter, M.R., 1994, Handbook of Surfactant 2nd Edition, Madras Blackie Academic
and Professional.
Reid, J. and Edwards, M.E., 1995, Food Polysaccharides and Their Application, New
York : M. Dekker Inc.
Schramm, L.L., and Marangoni, D.G., 2000, Surfactants and Their Solutions, Basic
Principles, Cambdrige University Press.
Stephen, A.M., Phillips, G.O., and Williams, P.A., 2006, Food Polysaccharides and
Their Applications 2nd Edition, Taylor & Francis Group, LLC.
Suhardiman, P., 1996, ,Emas Yang Tercecer Disampah, Kelapa Hibrida, Panebar
Swadaya, Surabaya. Trubus http://www.indonesiaindonesia.com/f/8205-emas-
tercecer-sampah/, 20 Januari 2008
Supriningsih, D., 2010, Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Sebagai Surfaktan
Untuk Enhanced Oil Recovery (EOR), Tesis, FMIPA Universitas Indonesia
Depok.
Tafsin, M. 2007. Kajian Polisakarida Mannan Dari Bungkil Inti Sawit Sebagai
Pengendali Salmonella Thypimurium Dan Immunostimulan Pada Ayam
Disertasi. Bogor Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tang, M. and Suendo, V., 2011, Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap
Tegangan Permukaan Larutan Sabun, Prosiding Simposium Nasional Inovasi
Pembelajaran dan Sains Tahun 2011, Bandung, Indonesia
Tarigan, J., 2009, Ester Asam Lemak, Jurusan Kimia FMIPA USU Medan.
Tarigan, J., 2012, Karakterisasi Edible Filam Yang Bersifat Anti Oksidan Dan Anti
Mikroba Dari Galaktomanan Biji Aren Yang Diinkorporasi Dengan Minyak
Atsiri Daun Kemangi, Disertasi, Program Doktor Ilmu Kimia Universitas
Sumatera Utara.
Tong, H., Xia, F., Feng, K., Sun, G., Gao, X., Sun, L., Jiang, R., Tian, D., and Sun,
X., 2008, Structural Characterization And In Vitro Antitumor Activity Of A
Novel Polysaccharide Isolated From The Fruiting Bodies Of Pleurotus
ostreatus, Bioresource Technology Vol. 100 hlm 1682 – 1686.
Uner, M., and Altinkurt, T., 2004, Evaluation of honey locust (Gleditsia Triacanthas
Linn.) Gum as Sustaining Material in Tablet Dosage Forms, hlm. 567-573
Vierra, I.G.P,. Menders, Gallao, M.I., and E.S. de Brito, 2007, NMR Study of
Galactomannans from the seeds of Mesquite Tree (Prosopis juliflora, Food
Chemistry, 101: 70-73.
Zultiniar, G. D., and Casoni, M. S., 2009, Ekstraksi Galaktomanan Dari Ampas
Kelapa. Lab. Proses Pemisahan dan Pemurnian, Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau.
50
Universitas Sumatera Utara
51
a. Asetilasi Galaktomanan
b. Asetil Galaktomanan
Gambar IR Spektrofotometer
a. Neraca Analitik
b. Gambar Tensiometer