Anda di halaman 1dari 15

Nama : Rudvan Andari Pasoma

NIM : 2007136224
Kelas :B
Prodi : Teknik Sipil S1
STATIKA DAN DINAMIKA FLUIDA
Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida, jelas
bahwa bukan benda tegar, sebab jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.
Molekul-molekul di dalam fluida mempunyai kebebasan lebih besar untuk bergerak sendiri-
sendiri. Dalam zat cair gaya interaksi antara molekul molekul, yaitu yang disebut gaya kohesi
masih cukupbesar, karena jarak antara molekul tidaklah terlalu besar. Akibatnya zat cair
masih tampak sebagai kesatuan, kita masih dapat melihat batas-batas zat cair. Di samping itu
zat cair tidak mudah untuk dimampatkan. Lain halnya dengan gas; molekul-molekul gas
dapat dianggap sebagai suatu sistem partikel bebas, gaya kohesi antar molekul-molekul
sangat kecil. Sebagai akibatnya, gas cenderung untuk memenuhi ruang dan lebih mudah
dimampatkan dibandingkan dengan zat cair. Dalam membahas sifat-sifat mekanik fluida, kita
hanya membahas sifat-sifat zat cair dan gas yang berhubungan dengan kemampuan zat-zat ini
untuk mengalir. Jadi sifat-sifat statik dan dinamik zat cair dan gas diatur oleh hukum-hukum
yang sama.

A. Statika Fluida
Statika fluida membahas fluida dalam keadaan diam atau setimbang mekanik. Ini berarti
bahwa resultan gaya-gaya yang bekerja pada fluida dalam keadaan setimbang mekanik
haruslah sama dengan nol. Bagaimana kita dapat melakukan gaya pada suatu fluida? Jika kita
menekan suatu benda padat yang keras dengan ujung pensil, benda tersebut dapat menahan
gaya dari ujung pensil. Jadi kita dapat melakukan gaya pada suatu titik di permukaan benda
padat. Hal ini dapat terjadi oleh karena ikatan molekul di dalam benda padat adalah kuat,
hingga dapat dianggap sebagai benda tegar. Suatu gaya yang dilakukan pada suatu titik
dilawan oleh molekul-molekul di dalam benda padat secara kolektif. Jika dilakukan hal yang
sama pada permukaan air, maka pensil dengan mudah menembus air, tidak banyak dilawan
oleh molekul-molekul air. Ini disebabkan gaya kohesi antar molekul di dalam air adalah
kecil. Gaya pada suatu titik di permukaan air, tidak dilawan oleh molekul-molekul air. Gaya
ini menyebabkan molekul-molekul air sekitar tempat gaya bekerja bergerak. Jika kita ingin
melakukan gaya pada permukaan air kita harus melakukannya pada daerah yang agak luas,
misalnya dengan selembar kaca, dan pada arah tegak lurus permukaan. Jika gaya kita lakukan
pada arah sejajar permukaan, maka tidak mengalami banyak hambatan. Gaya ini yaitu gaya
geser menyebabkan molekul-molekul air bergerak. Dikatakan bahwa pada umumnya fluida
tidak dapat menahan tegangan geser (Inggris: shear stress). Karena gaya yang dilakukan
oleh zat cair pada suatu permukaan harus selalu mempunyai arah tegak lurus permukaan,
maka dalam membahas gayadalam fluida dipergunakan besaran fisis skalar yang disebut
tekanan. Tekanan, dinyatakan dengan P, adalah besar gaya normal per satuan luas.
Merupakan besaran skalar, dengan satuan:
dyne/cm²,
lb/ft²,
Pa(Pascal) = 1 N/m2, bar ( 1 bar = 10⁵ Pa ), 1 atm = 101,325 Pa = 760 mmHg.
1. Tekanan di dalam suatu fluida
Jika suatu fluida berada dalam keadaan setimbang, maka setiap bagian fluida berada dalam
keadaan setimbang. Pandang sebuah elemen volume di dalam fluida yang berbentuk piringan.
Elemen volume ini terletak pada jarak y di atas suatu permukaan acuan. Tebal elemen
volume adalah dy, dan tiap permukaan mempunyai luas A. Jika rapat massa fluida adalah
maka massa dari elemen volume ini adalah dV = A dy. Gaya-gaya yang bekerja pada
elemen volume ini ditunjukkan pada
Gambar 9.1. Gaya-gaya oleh fluida di sekitar elemen ini adalah tegak lurus permukaan
elemen. Dalam bidang horizontal resultan gaya oleh tekanan fluida di sekitar elemen ini
haruslah sama dengan nol. Gaya-gaya horizontal ini hanya disebabkan oleh tekanan fluida.
Elemen fluida ini juga tidak bergerak dipercepat pada arah vertikal, jadi gaya resultan pada
arah vertikal haruslah sama dengan nol. Akan tetapi gaya-gaya vertikal juga disebabkan oleh
berat elemen fluida itu sendiri. Jika misalkan p adalah tekanan pada permukaan bawah
elemen, dan p + dp adalah tekanan pada permukaan atas, gaya ke atas pada elemen adalah pA
(bekerja pada muka bawah), dan gaya ke bawah adalah (p + dp)A (bekerja pada permukaan
atas) ditambah dengan gaya berat elemen, yaitu dw. Jadi untuk kesetimbangan vertikal p A =
(p + dp) A + dw = (p + dp) A +  g A dy , sehingga:
Dp/dy = - g........(9.1)

a). Sebuah elemen volume yang kecil dari fluida yang diam.
b). Gaya-gaya yang bekerja disekitar elemen volume (Halliday Resnick).

Persamaan ini menyatakan bagaimana tekanan dalam suatu fluida berubah dengan ketinggian
tempat di dalam fluida dalam keadaan setimbang statik. Pada tempat yang lebih tinggi (dy
positif) tekanan berkurang (dp negatif). Jika p1 adalah tekanan pada jarak y1 dan p2 adalah
tekanan pada jarak y2 di atas suatu permukaan acuan, maka integrasi pada persamaan (9.1)
didapatkan p2 - p1 = -  g dy Untuk zat cair dapat dianggap tetap, demikian juga g,
sehingga diperoleh:
p2 - p1 = - g (y2 - y1)......(9.2)
Jika suatu fluida mempunyai permukaan bebas, maka permukaan ini dapat diambil sebagai
permukaan acuan untuk mengukur ketinggian atau kedalaman y. Jika diambil y2 sebagai
letak permukaan bebas zat cair, maka p2 sama dengan tekanan udara yaitu p0 . Kita ambil y1
pada kedalaman sebarang dan tekanan pada disini dinyatakan sebagai p maka p0 - p = -  g
(y2 - y1). Karena (y2 - y1) tidak lain adalah kedalaman h dari titik yang kita pandang diukur
dari permukaan zat cair , maka:
p = p0 +  g h......(9.3)
Terlihat bahwa tekanan pada semua titik pada kedalaman tertentu sama besar. Tekanan  g h
disebut tekanan hidrostatik, sedangkan tekanan po adalah tekanan fluida dipermukaan yang
diukur dengan Barometer.

Contoh Soal
Tentukan tekananyang ditimbulkan oleh air pada kedalaman 100m di bawah permukaan air
danau!
Jawab.
Digunakan rumus untuk mencari tekanan hidrostatis persamaan berikut.
p=gh
Jadi tekanan hidrostatis air pada kedalaman 100 m adalah:
p =  g h = (103 kg/m³) (9,8 m/s²) (100 m) = 9,8. 10⁵ N/m2 atau sekitar 9,7 atmosfer.
Tekanan totalnya harus ditambahkan tekanan di permukaan air po yang diukur dengan
Barometer.
Sehingga jika tekanan barometer 72 atmosfer, maka tekanan total adalah:
ptotal = p + po = 9,7 atm + 1 atm =10,7 atm
Untuk gas, harga rapat massa mempunyai nilai relatif kecil sehingga untuk beda tekanan
pada ketinggian yang tidak terlalu besar, perbedaannya sangat kecil. Sehingga di dalam suatu
ruang berisi gas tekanannya dapat dianggap sama dimana-mana. Tetapi jika (y2 - y1) besar,
hal seperti itu tidak berlaku lagi.
Perbedaan tekanan udara menjadi besar, jika kita pergi ke tempat yang sangat tinggi. Hal ini
disebabkan karena rapat massa gas berubah terhadap ketinggian. Jika dianggap bahwa rapat
massa gas berbanding lurus dengan tekanan, maka
dapat ditentukan tekanan p pada ketinggian y di atas permukaan air laut dari persamaan 9.1.

diperoleh
Persamaan 9.2 memberi hubungan antara tekanan pada dua titik sebarang di dalam zat cair
tanpa memperhatikan bentuk wadahnya. Coba jelaskan perbedaan tekanan antara dua titik
pada pipa Ulasan yang berisi zat cair homogen dan yang berisi dua zat cair yang berbeda.
1. Prinsip Pascal dan Archimedes
Jika tekanan pada suatu titik dalam suatu fluida ditambah, maka tekanan pada semua titik
akan mendapat tambahan yang sama asal rapat massa tidak berubah. Peristiwa ini mula-mula
dinyatakan oleh ilmuwan Perancis bernama Blaise Pascal (1623-1662) dan disebut Prinsip
Pascal , yang dinyatakan sebagai
Tekanan yang dilakukan di dalam fluida yang tertutup diteruskan ke setiap bagian dari
fluida dan dinding-dinding tempat fluida tanpa mengalami perubahan nilai
Contoh perlengkapan praktis yang dibuat berdasarkan prinsip Pascal adalah rem hridrolis
pada mobil dan pengangkat hidrolis. Sebagai ilustrasi ditunjukkan dalam gambar 9.2 di

bawah ini.
dalam kasus pengangkat hidrolis, sebuah gaya F1 yang kecil dapat dihasilkan gaya yang besar
F2 sehingga dapat digunakan untuk mengangkat beban yang besar, misalnya untuk
mengangkat mobil yang akan diperbaiki. Hal ini dilakukan dengan cara membuat salah satu
penampang piston masukan A1 lebih kecil dari penampang piston keluaran A2. Hal ini sesuai
dengan fakta bahwa tekanan pada masukan dan keluaran silinder sama pada ketinggian yang
sama. Dengan demikian jika besar tekanan pada masukan adalah pM dan tekanan pada
keluaran adalah pK, akan diperoleh hubungan sebagai berikut.
Pm = Pk
sehingga dipeoleh hubungan bahwa :
Besaran F1 / F2 disebut sebagai “keuntungan mekanik” pada pengangkat hidrolis, yaitu sama
dengan perbandingan luas penampang pistonnya.
Peristiwa ini tidak lain adalah akibat dari hukum-hukum mekanika fluida, bukan prinsip yang
berdiri sendiri. Akibat lain dari hukum-hukum statik fluida adalah hukum Archimedes yang
menyatakan bahwa: Setiap benda yang terendam seluruhnya atau sebagian di dalam fluida
mendapat gaya apung berarah keatas, yang besarnya sama dengan berat fluida yang
dipindahkan. Gaya apung adalah gaya resultan yang bekerja pada benda dan mempunyai arah
ke atas. Gaya ini mempunyai besar sama dengan berat zat cair dan bekerja pada titik berat zat
cair pengganti benda tersebut. Sebagai contoh, sebuah batu besar yang berada didasar sungai
lebih mudah diangkat, ketika batu keluar dari permukaan air, sekoyong-koyong terasa lebih
berat. benda yang tenggelam didalam fluida nampak lebih ringan daripada keytika benda
tersebut berada diluar fluida.
Gaya apung terjadi karena tekanan dalam fluida naik sebanding dengan kedalaman. Dengan
demikian tekanan ke atas pada permukaan bawah benda yang tenggelam lebih besar daripada
tekanan ke bawah pada bagian atas permukaannya. Perhatikan sebuah silinder dengan
ketinggian h yang ujung atas dan bawahnya mempunyai luas A dan seluruhnya tenggelam
dalam fluida berkerapatan C, seperti ditunjukkan dalam gambar 9.3.

Fluida mengerjakan tekanan p1 = C g h1 terhadap permukaan bagian atas silinder. Gaya


yang diakibatkan oleh tekanan pada bagian atas silinder ini adalah F1 = p1 A = o g h1 A dan
mengarah kebawah. Dengan cara yang sama fluida mengerjakan gaya ke atas pada
permukaan bawah silinder dengan F2 = p2 A = C g h2 A. Gaya netto yang diakibatkan oleh

tekanan fluida, yang disebut sebagai gaya apung, FA bekerja ke atas dan mempunyai besar:
dengan V adalah volume silinder. Jika C adalah kerapatan fluida, hasil C g V = mC g
adalah berat fluida yang menempati volume sama dengan volume silinder.
Dengan demikian gaya apung pada silinder sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh
silinder tersebut. Prinsip Archimedes dapat diterapkan dengan baik untuk benda yang
mengapung misalnya kayu
Sebagai contoh, misalnya sebuah batang kayu yang massa jenisnya 0,6 x 10³kg/m³ dan
volumenya 2 m³ mempunyai massa (0,6 x 10³ kg/m³) (2 m³) = 1200 kg.
Jika batang kayu tersebut sepenuhnya tenggelam ia akan memindahkan massa air m =  V =
(1100 kg/m³) (20 m³) = 2.000 kg.
Disini gaya apung pada batang kayu tersebut akan lebih besar daripada beratnya, dan ia akan
mengapung ke atas pada permukaan. ia akan mencapai kesetimbangan bila memindahkan air
seberat 1200 kg, yang berarti bahwa 1,2 m³ dari volumenya akan terendam. 1,2 m³ ini
berkaitan dengan 60 % volume batang kayu tersebut, yaitu

Dengan demikian 60 % volume batang kayu tersebut terendam.


Secara umum jika sebuah benda mengapung, kita akan memiliki F A = w yang dapat ditulis
sebagai:

dengan Vo adalah volume benda penuh dan Vpindah adalah volume fluida yang dipindahkan
sama dengan volume bagian benda yang terendam.

Ini adalah perbandingan benda terendam yang diberikan dengan perbandingan kerapatan
benda dengan fluidanya. Udara adalah fluida dan padanya juga bekerja gaya apung. Ada
banyak benda yang dapat mengapung dalam udara, sebagai contoh misalnya balon berisi
butiran padanya juga bekerja gaya apung. Ada banyak benda yang dapat mengapung dalam
udara, sebagai contoh misalnya balon berisi helium.
B. Fluida Dinamika
Sekarang kita bahas fluida dalam keadaan gerak atau mengalir. Bagaimana kita menyatakan
gerak fluida? Lagrange (1736-1813) menyatakan gerak partikel dalam fluida dengan terapan
kinematika partikel pada gerak atau aliran fluida. Leonard Euler seorang sarjana matematika
memandang gerak dengan menyata-kan bagaimana rapat massa dan kecepatan pada tiap titik
dalam ruang berubah dengan waktu. Dengan kata lain Euler memandang fluida sebagai
medan rapat massa dan medan vektor kecepatan.
Kita menyatakan gerak fluida dengan menentukan rapat masa  (x, y, z, t) Dan vektor
kecepatan v (x,y,z,t) pada titik (x,y,z) pada saat t. Jadi kita memusatkan perhatian pada apa
yang terjadi pada suatu saat tertentu dan apa yang terjadi pada waktu partikel-partikel fluida
sampai ke titik itu. Ada beberapa istilah umum dalam aliran fluida yaitu:
 Aliran tunak (steady): jika kecepatan v dari tiap partikel fluida pada satu titik tertentu
adalah tetap. Aliran tunak biasanya terjadi pada aliran yang pelan. Pada aliran tak tunak
kecepatan merupakan fungsi waktu. Dalam aliran turbulen kecepatan berubah dari titik
ke titik juga dari saat ke saat.
 Aliran tak rotasional: jika pada tiap titik elemen fluida tidak memiliki momentum sudut
terhadap titik tersebut. Lawannya adalah aliran yang rotasional.
 Tak Kompresibel (tak termampatkan): jika waktu mengalir rapat massanya tidak
berubah. Dalam dinamika fluida ini yang dibahas adalah aliran yang bersifat tunak, tak
rotasional, tak kompresibel dan tak kental.

1. Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas untuk aliran massa tidak lain adalah pernyataan kekekalan massa
dalam aliran fluida. Fluks massa ∆m / ∆t = A v = tetap.
Karena fluidanya tak kompresibel maka AV = tetap....(9.4)
2. Persamaan Bernoulli
Sekarang marilah kita lihat apa yang terjadi jika hukum kekekalan tenaga diterapkan pada
gerak fluida. Misalkan fluida mengalir melalui pipa seperti ditunjukkan pada Gambar 9.2.
Fluida mengalir dari ujung A ke ujung B karena beda tekanan antara kedua ujung ini. Fluida
sepanjang ∆L1 terdorong ke kanan oleh gaya F1 = A1p1 yang ditimbulkan oleh tekanan p1.
Setelah selang waktu ∆t kemudian ujung kanan sudah bergerak sejauh ∆L2. Gaya F 1
melakukan kerja sebesar W1 = + A1p1 ∆ L1, sedang gaya F2 melakukan kerja sebesar W2 = -

A2 P 2 ∆L2
3. Penggunaan Persamaan Bernoulli dan Persamaan Kontinuitas
Persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk menentukan laju fluida dengan cara mengukur
tekanan. Prinsip yang digunakan dalam alat pengukur seperti itu adalah persamaan
kontinuitas yang mengharuskan laju fluida ditempat penyempitan akan bertambah besar,
persamaan Bernoulli juga akan memperlihatkan bahwa ditempat tersebut tekanan harus turun.
Aplikasi persamaan Bernoulli dan persamaan kontinyuitas terdapat dalam alat-alat berikut.
a) Tabung Venturi
b) Daya angkat dinamik
c) Tabung pitot
d) Dorongan pada sebuah roket.
Salah satu contoh tabung venturi adalah karburator pada mesin mobil. Pada dasarnya tabung
venturi merupakan pipa dengan penyempitan (leher). Laju aliran udara meningkat karena
melalui penyempitan dan tekanannya menjadi lebih rendah.

Karena turunnya tekanan, bensin pada tekanan atmosfer dalam penampungan karburator
ditekan kedalam alur udara lurus dan bercampur dengan udara sebelum masuk ke silinder.
Tabung venturi merupakan dasar dari venturimeter yang digunakan untuk mengukur laju alir
fluida. Venturimeter digunakan untuk mengukur kecepatan aliran gas dan cairan dan telah
dirancang untuk mengukur kecepatan darah dalam pembuluh arteri.
4. Aliran Kental
4.1. Viskosimeter
4.1.1. Viskometer Hoppler
Pada viscometer hoppler yang diukur waktu yang dibutuhkan oleh
sebuah bola untuk melewaticairan pada jarak atau tinggi tertentu.
Kegunaan : Menentukan Viskositas cairan yang kental tetapi yang
tembus cahaya agar dapat mengamati jatuhnya bola besi sampai ke
dasar tabung.

4.1.1 Viskometer Cone and Plate (Brookfield)


 Pengukurannya yaitu dengan mengukur gaya puntir sebuah
rotor silinder(spindle) yang dicelupkan kedalamsampel
 Viskometer Cone and Plate memberikan presisi yang
diperlukan untuk pengembangan data rheologi lengkap. 
Kegunaan :
 Untuk menentukan secara viskositas absolut cairan dalam
volume sampel kecil.
 Dapat menentukan laju geser (Shear Rate) dan tekanan geser
(Shear Stress).

4.2. Bagian bagian Viskometer Hoppler


4.3. Bagian bagian Viskometer Cone and Plate (Brookfield)
1. Print
2. Set Spindle
3. Enter and auto range
4. Set Display
5. Set Speed
6. On and Off
7. Options
8. Cross Up and down

4.3. Cara dan prinsip Kerja.


Viskometer Hoppler
1. Ukur diameter bola
2. Timbang massa bola, dan tentukan massa jenisnya Ukur panjang tabung viscometer
dari batas atas – batas bawah
3. Tentukan massa jenis masing- masing cairan
4. Ukur temperature alat viskositas Hoppler
5. Isi tabung dengan cairan dan dimasukkan bola
6. Pada saat bola diatas, stopwatch dihidupkan
7. Pada saat bola dibawah, stopwatch dimatikan
8. Catat waktu bola jatuh dari batas atas sampai batas bawah
9. Ulangi prosedur 3 – 6 sebanyak 3 kali berturut- turut, pada temperature lain
10. Kemudian menentukan viskositasnya dengan rumus : η = K (PB – PS) t
η = Viskositas
K = tetapan viskositas
PB = massa jenis bola
PS = massa jenis sampel
T = waktu
11. Prinsip kerjanya menjatuhkan bola yang terbuat dari kaca atau besi. Karena gaya
gravitasi benda yang jatuh melalui medium yang berviskositas dengan kecepatan yang
besar sampai pada kecepatan yang maksimum.
Viskometer Cone and Plate (Brookfield)
1. Sampel ditempatkan pada wadah (sampel container)
2. Kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah spindle / pengaduk.
3. Pengaduk digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser
didalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian Pengaduk yang berputar.
4. Prinsip kerja dari viscometer Brookfield ini adalah semakin kuat putaran semakin
tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar.

4.4. Kajian Konsep fisika yang berkaitan dengan viskometer hoppler


Hukum Stokes
Bila kita jatuhkan benda kecil berbentuk bola yang massa jenisnya lebih besar dari pada zat
cair yang diam,maka benda tersebut akan jatuh secara perlahan-lahan ( tenggelam ).
Hal ini disebabkan benda tersebut mendapat gaya gesek yang menentang arah pergerakan
arah tersebut, dimana arah gaya resultan yang ditimbulkannya terhadap benda akan selalu
mengarah ke atas
Gaya Gesek
Pada metode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
Gaya gesek antara permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas
cairan, jadi semakin kuat putaran semakin besar hambatannya sehingga semakin tinggi
viskositasnya.
5. Aliran Laminer dan Aliran Turbulen
Bilangan Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi, sehingga harganya tidak bergantung pada
sistem satuan yang dipakai. Hasil-hasil experimen menujukkan bahwa jika untuk suatu aliran
harga bilangan Reynolds adalah antara 0 dan 2000, maka aliran bersifat laminer, sedang di
atas 3000 aliran bersifat turbulen. Untuk bilangan Reynolds antara 2000 dan 3000 terdapat
daerah transisi, aliran dapat berubah keadaan dari laminer menjadi turbulen, atau sebaliknya.
Jadi untuk aliran air dal am pipa bergaris tengah 1 cm, pada temperatur 20°, aliran bersifat
laminer, jika :

6. Aliran Fluida Kental dalam Pipa


Marilah kita lihat apa jadinya dengan persamaan Bernoulli jika fluida bersifat kental. kita
dapat tuliskan persamaan Bernoulli dalam bentuk :

7. Hukum Stokes
Sekarang bagainana pengaruh fluida kental terhadap benda yang bergerak Di dalamnya. Kita
dapat pikirkan beberapa contoh persoalan seperti gaya hambatan pada peluru yang bergerak
di udara, gaya hambatan pada batu yang jatuh di dalam air dan sebagainya. Kita juga dapat
bertanya persoalan sebaliknya, yaitu berapa besar gaya yang bekerja pada suatu benda diam
yang berada di tengah-tengah fluida yang mengalir. Seorang bernana Sir George Stokes pada
tahun l1845 menunjukkan bahwa Gaya hambatan F yang di alami oleh benda bentuk bola
yang bergerak relatif terhadap fluida diberikan oleh hubungan:

Dengan η koefisien viskositas, r jejari bola, dan v kecepatan relatif benda terhadap fluida.
Persamaan diatas disebut hukum Stokes.

Anda mungkin juga menyukai