Anda di halaman 1dari 16

STATIKA FLUIDA

Dalam materi ini akan dibahas pengertian fluida, tekanan pada fluida dan
hubungan antara tekanan dengan kedalaman. Selanjutnya dijelaskan hukum-hukum
hidrostatika seperti Hukum Paskal dan Hukum Archimedes serta penerapannya.
Selain itu dijelaskan pula pengertian tegangan permukaan dan gejala kapilaritas.
A. Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar mekanika klasik
B. Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat memahami mekanika yang terjadi pada fluida statis

I. MATERI PEMBELAJARAN
A. TEORI
PENDAHULUAN
Tiga keadaan umum, atau fase dari materi adalah padat, cair dan gas.
Banda padat mempertahankan bentuk dan ukuran yang tetap, bahkan jika
sebuah gaya yang besar diberikan pada sebuah benda padat , benda tersebut
tidak langsung berubah bentuk atau volumenya. Benda cair tidak
mempertahankan bentuk seperti benda padat, melainkan mengambil bentuk
tempat yang ditempatinya. Tetapi seperti benda padat, benda cair tidak dapat
langsung ditekan, dan perubahan volume yang cukup signifikan terjadi jika
diberikan gaya yang besar. Gas tidak memiliki bentuk maupun volume yang tetap.
Gas akan menyebar untuk memenuhi tempatnya. Karena zat cair dan gas tidak
mempertahankan bentuk yang tetap, keduanya memiliki kemampuan untuk
mengalir; dengan demikian kedua-duanya sering disebut Fluida.
Fluida atau zat alir adalah zat dalam keadaan bisa mengalir. Ada dua
macam fluida yaitu cairan dan gas. Salah satu ciri utama fluida adalah kenyataan
bahwa jarak antara dua melekulnya tidak tetap. Molekul-molekul di dalam fluida
mempunyai kebebasan untuk bergerak sendiri-sendiri.
Dalam zat cair, gaya interaksi antara molekul-molekul yang disebut gaya
kohesi masih cukup besar karena jarak antara molekul tidaklah terlalu besar.
Akibatnya zat cair masih tampak sebagai satu kesatuan, masih dapat dilihat
batas-batas zat cair meskipun bentuknya sebagaian ditentukan oleh wadahnya.
Selain itu zat cair tidak mudah untuk dimampatkan.
Lain halnya dengan gas, molekul-molekul gas dapat dianggap sebagai
sistim partikel bebas. Gaya kohesi antar molekul gas sangat kecil dan interaksi
antar molekul terutama oleh tumbukan. Akibatnya gas cenderung memenuhi
ruang. Selain itu gas lebih mudah dimampatkan daripada zat cair. Gas jika
dimampatkan dengan tekanan yang cukup besar akan berubah menjadi zat cair.
Statika fluida membahas fluida dalam keadan diam, jadi dalam keadaan
setimbang mekanik. Hal ini berarti resultan gaya-gaya yang bekerja pada fluida
dalam keadaan setimbang mekanik haruslah sama dengan nol. Tinjauan dalam
statika fluida bersifat mikroskopik. Dan karenanya ketika kita mengambil elemen
volume yang sangat kecil, maka volume ini masih jauh lebih besar dari ukuran
molekul-molekul pembentuk fluida tersebut.
Mekanik fluida membahas sifat-sifat gas dan zat cair yang berhubungan
dengan kemampuannya untuk mengalir. Mekanika gas dan zat cair yang bergerak
mempunyai perbedaan dalam beberapa hal, tetapi dalam keadaan diam
keduanya mempunyai perilaku yang sama dan ini dipelajari dalam statika fluida.

B. TEKANAN PADA FLUIDA


1. Definisi tekanan
Jika sebuah gaya diberikan pada permukaan air maka harus
melakukannya pada daerah yang agak luas dan tegak lurus permukaan zat cair
tersebut. Dalam membahas gaya dalam fluida dipergunakan besaran fisi scalar
yang disebut tekanan (p). Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang dialami oleh
suatu titik pada suatu permukaan fluida per satuan luas dalam arah tegak lurus
permukaan tersebut. Secara matematik tekanan P didefinisikan melalui
hubungan:
dF = p dA ........................................................................................................................................ (1)

di mana dF adalah gaya yang dialami oleh elemen luas dA dari permukaan Fluida.
Satuan tekanan adalah N/m2 atau pascal (Pa).
Secara mikroskopik gaya ini merupakan pertambahan momentum per
satuan waktu yang disebabkan oleh tumbukan molekul-molekul fluida di
permukaan tersebut. Suatu fluida yang ditekan memberikan tekanan pada setiap
permukaan yang bersentuhan dengan fluida tersebut. Permukaan ini bisa berupa
permukaan batas antara fluida dengan wadahnya, tetapi ia bisa pula berbentuk
permukaan imajinier yang kita buat pada fluida. Di setiap titik pada fluida yang
diam, besarnya tekanan dari seluruh arah tetap sama. Hal ini dapat dijelaskan
dalam Gb. 1.
Anggaplah sebuah kubus kecil dalam suatu fluida.
Tekanan pada satu sisi harus sama dengan sisi
yang sebaliknya. Jika hal ini tidak terjadi maka
gaya total yang bekerja pada kubus tidak sama
dengan nol dan kubus akan bergerak. Jika fluida
Gambar 1. Besar tekanan sama ke tidak bergerak maka tekanan-tekanan harus sama
segala arah
dengan nol.

2. Hubungan Tekanan Dengan Kedalaman


Massa jenis () sebuah benda didefinisikan sebagai massa (m) per satuan
volume (V):
m
= ............................................................................................................................................... (2)
V

Satuan massa jenis adalah kg/m3. Massa jenis merupakan sifat khas dari
suatu zat murni. Benda-benda bias memiliki berbagai ukuran atau massa, tetapi
massa jenis akan sama untuk seluruhnya.
Sekarang kita akan menghitung secara kuantitatif
bagaimana suatu zat cair dengan massa jenis yang
serba sama berubah terhadap kedalaman. Tinjau
suatu elemen volume (Gb. 2) yang tebalnya dy dan
luas permukaannya A.
Massa elemen tersebut adalah A dy dan beratnya
dW = gA dy . Gaya yang dikerjakan pada elemen
Gambar 2 Suatu elemen volume di
dalam fluida
tersebut dimanapun selalu tegak lurus
permukaannya. Berdasarkan simetri, gaya resultan
horisontalnya pada sisi-sisinya sama dengan nol.
Gaya ke atas pada permukaan sebelah bawah adalah pA, sedangkan gaya
ke bawah pada permukaan atas adalah (p + dp)A. Karena dalam kesetimbangan
: Fy = 0 , atau pA − ( p + dp) A − gAdy = 0
dp
= − g ............................................................................. (3)
dy

Jika p1 adalah tekanan pada jarak y1 dan p2 adalah


tekanan pada tinggi y2 diatas suatu permukaan
acuan, maka integrasi persamaan (9.3)
memberikan :
p 2 − p1 = − g ( y 2 − y1 )

Misalkan titik 1 mempunyai tekanan p dan titik 2


Gambar 3 di permukaan zat cair dimana tekanannya sama
dengan tekanan atmosfir p0 (Gb.3), maka
p − p 0 = − g ( y 2 − y1 )

p = p 0 + gh ......................................................................... (4)


Persamaan ini menyatakan hubungan antara tekanan p dan kedalaman h.
Hubungan ini juga menyatakan bahwa tekanan pada kedalaman yang sama dalam
zat cair yang serba sama adalah sama

3. Contoh Pemakaian 1: Tekanan Atmosfir


Tekanan atmosfir bumi, sebagaimana pada fluida berubah terhadap
kedalaman. Dari persamaan diferensial yang sama kita dapat mencari tekanan
atmosfer pada ketinggian tertentu.
Persamaan keadaan gas ideal pV = nRT , dan jika disubtitusi ke persamaan
(2), diperoleh :
mp
=
nRT

Jika  tersebut kita masukkan pada persamaan (3), maka kita akan
memperoleh persamaan diferensial :
dp mg
=− p
dy nRT
Untuk dapat mengintegrasikan persamaan ini, persamaan tersebut kita
ubah bentuknya menjadi
dp mg
=− dy
p nRT

Integrasi persamaan ini menghasilkan


mg
ln p = − y+C
nRT

Dimana C adalah konstanta integrasi. Dengan memasukkan syarat batas


p(0) = p0 yaitu tekanan pada permukaan laut, maka kita dapat C = ln p(0) = ln p0 ,
sehingga persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk
mgy

p = p0 e nRT ...................................................................................................................................... (5)
di mana p adalah tekanan udara pada ketinggian y (dinyatakan dalam kilometer)
dari permukaan bumi. Persamaan ini disebut persamaan barometris. Dari
persamaan ini tampak bahwa tekanan udara makin menurun pada ketinggian
yang makin besar. Pada permukaan laut, rata-rata tekanan atmosfir adalah
1,013x105 N/m2 (14,7 lb/in2), yang sering juga disebut 1atmosfir (atm).

4. Contoh Pemakaian 2: Manometer dan Barometer


Hubungan antara tekanan dan kedalaman tersebut merupakan prinsip
kerja dari desain alat-alat pengukur tekanan fluida. Alat untuk mengukur tekanan
fluida pada suatu ruangan tertutup adalah manometer, dan untuk mengukur
tekanan pada ruangan terbuka digunakan barometer. Baik manometer maupun
barometer pada dasarnya adalah sebuah pipa U yang berisi cairan pengukur yang
biasanya air raksa atau air. Pada manometer kedua kaki pipa U itu terbuka,
sedangkan pada barometer salah satu kakinya tertutup.
Untuk manometer, tinjaulah Gb. 4. Misalkan manometer
ini kita gunakan untuk mengukur tekanan gas di dalam
ruang yang tekanannya p lebih tinggi dari tekanan udara
p0.. Permukaan air raksa pada ujung tabung yang
berhubungan dengan udara luar lebih tinggi daripada
yang dihubungkan dengan ruang.
Gambar 4. Manometer
Tekanan di dalam pipa U dapat dikaitkan dengan tekanan dalam ruang
tertutup p, p dasar = p + gx
Tekanan di dasar ini dapat pula kita kaitkan dengan tekanan udara luar p0,
p dasar = p 0 + g ( h + x )

Jika sistim dalam keadaan setimbang maka p + gx = p0 + g (h + x)


Jadi tekanan di ruang tertutup adalah :
p = p 0 + gh ............................................................................................. (6)

Alat ukur tekanan barometer ditunjukkan dalam Gb 5.


Pada gambar ini dapat dilihat air raksa pada ujung pipa U
yang tertutup mempunyai ketinggian h relatif terhadap
permukaan air raksa di ujung yang berhubungan dengan
Gambar 5. Barometer ruang terbuka. Pada dasar pipa U dalam keadaan setimbang
terdapat hubungan : p + gx = g (h + x)
Sehingga di peroleh persamaan tekanan absolut yang di ukur dengan barometer
sebesar :
p = gh ...................................................................................................... (7)

C. HUKUM-HUKUM HIDROSTATIKA
Dari persamaan distribusi tekanan dapat diturunkan hukum-hukum
hidrostatika yang terkenal. Karena persamaan distribusi tekanan adalah konsekuensi
hukum Newton, maka dapat disimpulkan bahwa hukum-hukum tersebut bukanlah
hukum fundamental. Artinya, tidak memerlukan mekanika khusus untuk fluida.
Berikut ini adalah penurunan hukum-hukum hidrostatika dari persamaan tekanan
fluida tersebut di atas.

1. Hukum Pascal
Jika suatu fluida berada dalam keadaan diam, beda tekanan antara dua
titik hanya bergantung pada beda ketinggian/kedalaman tempat dan massa jenis.
Disamping tekanan oleh beratnya sendiri, pada suatu fluida yang memenuhi
suatu tempat tertutup dapat dilakukan tekanan oleh gaya luar. Jika tekanan udara
luar p0 berubah, tekanan pada setiap titik di dalam fluida akan mendapat
tambahan tekanan dalam jumlah yang sama (pers. 4)
Peristiwa ini mula-mula dinyatakan oleh ilmuan Perancis bernama Blaise
Pascal (1623-1662) dan disebut Hukum Pascal. Hukum Pascal menyatakan
bahwa: tekanan yang diberikan pada fluida dalam suatu tempat akan menambah
tekanan keseluruhan dengan besar yang sama. Artinya bila tekanan pada suatu
titik dalam zat cair di tambah dengan suatu harga, maka tekanan semua titik di
tempat lain pada zat cair yang sama akan bertambah dengan harga yang sama
pula.

Pemakaian: Pengungkit Hidrostatika


Sejumlah alat praktis menggunakan prinsip Pascal, misalnya rem hidrolik dan lif
hidrolik, seperti diilustrasikan dalam Gb. 6.
Pada kasus lift hidrolik, sebuah gaya yang kecil
dapat digunakan untuk memberikan gaya besar
dengan membuat luas piston keluaran lebih besar
daripada luas piston masukan. Untuk memahami
cara kerjanya, dianggap piston masukan dan
Gambar 6. Penerapan Hukum Pascal
Lift Hidrolik keluaran berada pada ketinggian yang sama.
Pada piston masukan diberikan gaya luar Fmasuk, dengan demikian terdapat
pertambahan tekanan sebesar p masuk = Fmasuk / Amasuk Berdasarkan hukum Pascal,
tekanan ini diteruskan k piston keluaran, pkeluar = pmasuk. Dengan demikian,
Fkeluar Fmasuk F A
= atau keluar = keluar
Akeluar Amasuk Fmasuk Amasuk

2. Hukum Archimedes
Banda-benda yang dimasukkan pada fluida tampaknya mempunyai berat
yang lebih kecil daripada saat berada di luar fluida tersebut. Sebagi contoh,
sebuah batu yang besar mungkin akan sulit diangkat dari permukaan tanah, akan
tetapi bias diangkat dengan mudah dari dasar sungai. Ketika batu berada
dipermukaan air, tampaknya tiba-tiba menjadi lebih berat.
Gejala ini dapat dijelaskan melalui hukum Archimedes yang mengatakan
bahwa setiap benda yang berada di dalam suatu fluida akan mengalami gaya ke
atas sebesar berat zat cair yang dipindahkannya. Gaya ini disebut dengan gaya
apung. Hukum ini juga bukan suatu hukum fundamental, karena dapat
diturunkan dari hukum Newton. Penurunannya adalah sebagai berikut:
Tinjau sebuah balok yang berada dalam zat cair
seperti dalam Gb. 7.
Gaya yang disebabkan oleh tekanan fluida pada
bagian atas ditambah gaya berat :
F1 = A( 0 + gh1 ) + W

Sedangkan gaya ke atas oleh zat cair pada balok :


Gambar 7. Menentukan gaya F2 = A( 0 + gh2 )
apung
Gaya total yang bekerja padabenda (arahnya diasumsikan ke atas)
Fres = F2 − F1 = A( 0 + gh2 ) − A( 0 + gh1 ) + W 

Fres = Ag (h2 − h1 ) − W

dimana Ag (h2 − h1 ) = FA adalah gaya apung. Jika h2 − h1 = h , maka


FA = gAh = gV ......................................................................................................... (8)

Benda akan mengapung, jika gaya apung (FA) lebih besar dari gaya berat
benda (W) atau massa jenis benda fluida lebih besar daripada rapat massa benda.
Jika FA lebih kecil dari gaya berat benda (W) atau massa jenis fluida lebih kecil
daripada massa jenis benda, maka benda akan tenggelam. Sedangkan jika FA sama
dengan W atau massa jenis fluida sama dengan massa jenis benda maka benda
akan melayang.
Hukum Archimedes ini digunakan untuk membuat balon udara dan kapal
selam. Dalam hal balon udara, balon di isi dengan udara panas atau gas yang lebih
ringan daripada udara. Dalam kapal selam, isi air dalam kapal selam tersebut di
atur agar rapat massa rata-rata kapal yang terdiri dari besi, udara dan air beserta
isi kapal yang lain besarnya sama dengan rapat massa air laut agar kapal dapat
melayang dalam laut.
D. TEGANGAN PERMUKAAN
1. Pengertian dan Pengukuran Tegangan Permukaan
Sebuah silet yang terbuat dari logam dapat terapung bila diletakkan secara
mendatar di atas permukaan air secara hati-hati, padahal berat jenis silet
tersebut lebih besar dari pada berat jenis air (ini dapat dibuktikan bahwa bila
silet ditekan ke dalam air maka silet akan terus tenggelam ke dalam bejana). Ini
seolah-olah bertentangan dengan hukum Archimedes. Tetapi sebenarnya tidak
demikian. Gaya apung tetap berlaku seperti biasa tetapi ada gaya lain yang
bekerja pada silet yang menyebabkan gaya ke atas menjadi sama besarnya
dengan gaya berat. Gaya ke atas tambahan itu disebabkan oleh adanya apa yang
disebut tegangan permukaan. Tegangan permukaan ini disebabkan oleh karena
permukaan zat cair dalam keadaan tegang, sehingga membentuk suatu lapisan
permukaan yang seperti sebuah selaput. Selaput ini terbentuk oleh karena pada
permukaan ini ikatan kohesi antar molekul hanya ada pada arah bawah dan ke
samping sehingga akhirnya lebih banyak molekul cairan per satuan luas pada
permukaan ketimbang pada bagian dalam. Selaput permukaan ini menarik setiap
garis yang menyentuh permukaan dengan arah tegak lurus pada garis tersebut
(arah gayanya adalah pada arah garis sejajar pada permukaan di titik yang di
tinjau).
Tegangan permukaan yang disimbolkan  didefinisikan sebagai gaya F per
satuan panjang L yang bekerja melintasi semua garis pada permukaan, dengan
kecenderungan menarik permukaan agar tertutup.
F
= ............................................................................................................................................. (9)
L

Tegangan permukaan ini dapat di ukur dengan pertolongan suatu alat


yang sederhana. Buatlah sepotong kawat menjadi sebuah bentuk U lalu pada
kaki-kakinya dipasangkan kawat lain yang bisa bergeser bebas seperti pada Gb. 8.

(a) Tampak depan (b) Tampak samping

Gambar 8. Peralatan kawat berbentuk U, tempat satu lapisan


tipis cairan untuk mengukur tegangan permukaan
Celupkan alat tersebut pada larutan sabun, maka pada alat tersebut akan
terbentuk sebuah lapisan sabun tipis yang mempunyai dua permukaan. Dengan
adanya tegangan permukaan, dibutuhkan gaya F untuk menarik kawat yang bisa
digerakkan dan demikian menambah luas permukaan zat cair. Karena selaput
mempunyai dua permukaan, maka panjang total dari permukaan adalah 2l. Dari
definisi tegangan permukaan diperoleh
 = F 2l ........................................................................................................................................... (9)

2. Pemakaian: Kapilaritas
Eksistensi tegangan permukaan ini akan menimbulkan adanya
kecekungan atau kecembungan permukaan cairan pada dinding batas suatu
bejana yang berisi cairan tersebut seperti terlihat pada gambar. Sudut antara
dinding dan selaput itu di sebut sudut kontak.
Besar sudut kontak itu tergantung pada jenis
cairan, jenis uap di atas permukaan dan jenis
tabung itu sendiri. Selanjutnya adanya sudut
kontak yang tidak sama dengan 900 itu
menimbulkan adanya gejala kapilaritas.
Gambar 6.9 Sudut kontak

Gejala kapilaritas ini ialah menaiknya atau menurunnya permukaan cairan


di dalam suatu pipa dengan diameter yang cukup kecil bila pipa itu dicelupkan
dalam suatu cairan secara tegak. Pipa tersebut di sebut juga sebagai pipa kapiler.
Jika permukaaan cairan dalam pipa nampak lebih tinggi dari pada yang di
luarnya, maka permukaan di dalam pipa tersebut akan nampak cekung.
Sebaliknya jika lebih rendah, maka permukaan di dalam pipa nampak cembung.
Hal ini dapat diterangkan dengan menggunakan hukum Newton yang sekaligus
memasukkan faktor tegangan permukaan dan tekanan hidrostatika. Dengan cara
itu pula kita dapat menghitung ketinggian permukaan dalam pipa. Cobalah
perhatikan gambar 9 berikut.
Gaya-gaya yang bekerja pada kolom cairan dalam pipa ada tiga macam.
Pertama yang bersifat hidrostatika pada bagian atas dan bagian bawah kolom
tersebut saling meniadakan. Jadi tinggal keseimbangan antara gaya tegangan
permukaan pada dinding pipa dan gaya berat kolom zat cair. Secara matematika
hal itu dapat dinyatakan sebagai :
2 r cos =  g r 2 h ............................................ (10)

atau
2  cos
h= ............................................................. (11)
 gr

Gambar 9 Kapilaritas

bila sudut kontak  lebih kecil dari sudut siku h positif dan ini berarti
permukaan cairan dalam pipa naik. Sebaliknya jika  berupa sudut tumpul maka
permukaan cairan akan turun.
II. SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sebuah tabung logam 80 kg, panjang 2 m, luas penampang 25 cm 2, berdiri
tegak di atas lantai. Berapakah tekanan yang dilakukan tabung pada lantai?
2. Sebuah botol (Gambar B-1) di isi dengan air
raksa, dan bagian atas botol terbuka. Tekanan
udara luar 1 atm. Tentukan besarnya gaya yang
bekerja pada dinding AB (kulit silinder), BC
(kulit kerucut, CD (kulit silinder, dan alas
bawah.

Gambar B-1

3. Sebuah bendungan mempunyai bentuk seperti pada gambar. Bila AB = 20 m,


BD = 100 m, dan lebar bendungan 50 m, tentukan gaya yang bekerja pada
dinding AB, CD dan pada alas BD

Gambar B-2

4. Sepotong emas murni ( = 19,3 g/cm3) diduga berongga. Timbangan


menunjukkan massanya 38,25 g dalam udara dan 36,22 g dalam air. Berapa
volume rongga di dalamnya.
5. Sebuah menometer menunjukkan bahwa
tekanan air ledeng di lantai dasar gedung adalah
270 kPa. Sampai ketinggian berapakah air dapat
naik dalam pipa ledeng gedung itu ? Gambar B-3

6. Gambar B-3 menunjukkan alat tekan hidrolik, pengisap besar luas


penampangnya 200 cm2 dan penampang kecil luas penampangnya 5 cm2.
Sebuah gaya 250 N diberikan pada pengisap kecil, berpakah gaya yang
bekerja pada pengisap besar?
7. Sebuah patung kuno 70 kg dengan volume 3,0.104 cm3 terbaring di dasar laut.
Berapa gaya yang diperlukan untuk mengangkatnya.
8. Sebuah benda tersusun dari kayu dan timah hitam
pada bagian bawahnya (Gambar B-4). Volume
kayu sebesar 10 cm3 dan massa jenisnya 0.6
gr/cm3 panjang . Berapakah volume timah hitam Gambar B-4
yang dibutuhkan jika benda tersebut tenggelam
sampai sisi atasnya tepat sejajar permukaan air.
9. Sebuah pipa kapiler luas penampangnya 1 mm2 dicelupkan ke dalam bejana
berisi air secara tegak lurus. Bila tegangan permukaan di pipa tersebut
besarnya 0,07 N/m, tentukan beda ketinggian air di dalam pipa dan di dalam
bejana?
10. Tiga buah tabung A, B, dan C saling berhubungan
seperti tampak pada Gambar B-5. Luas penampang
A = 4 cm2, B = 4 cm2, C = 10 cm2. Ketiga tabung
diisi air raksa sampai tinggi permukaannya sama.
Gambar B-5
Kemudian tabung B di tutup dengan ketinggian
kolom udara di atas air raksa 10 cm. Di atas C di
beri piston tepat di atas air raksa (tak ada kolom
udara). Bila massa piston dan beban 5 kg, tentukan
ketinggian air raksa di masing-masing tabung.

III. JAWABAN SOAL-SOAL LATIHAN


1. Dik: m = 80 kg, l = 2 m, A = 25 cm2 = 25.10-4 m2
Dit.: P =
F (80kg)(9,8m / s 2 )
Penyelesaian : P = = = 3,14 x10 5 N / m 2 = 314 kPa
A 25.10 − 4 m 2

2. ....
3. ....
4. Fa = massa fluida yang dipindahkan = selisih massa emas di udara – massa emas
di air.
Dik: e = 19,3 g/cm3,
massa emas di udara, m1 = 38,25 g = 3,825.10-2 kg,
massa emas di air m2 = 36,22 g. = 3,622.10-2 kg.
Dit. : . . . . . Vrongga = ?
Penyelesaian :  = m / V ; V = m / 

V1 = m1 /  = (3,825.10−2 kg) /(19,3.103 kg / m3 ) = 1,982.10−6 m3


−2
Volume air yang dipindahkan, Va = (3,825 − 3,622).10
3
kg
= 2,030.10 −6 m3
1000kg / m

Vrongga = (2,030 − 1,982).10 −6 m 3 = 0,048.10 −6 m 3 = 0,048 cm3

5. Manometer menunjukkan antara tekanan dalam air dan tekanan atmosfer


(tekanan hidrostatiknya saja).
Dik:P = 270 kPa = 2,7.105 N/m2
Dit.:h = ?
P 2,7.105 Nm2
Penyelesaian : P =  g h  h = = = 27,6 m
g (1000kg / m 3 )(9,8m / s 2 )

6. Prinsip Pascal : tekanan di bawah pengisap besar = tekanan di bawah pengisap


kecil
Dik. :A1 = 200 cm2 ; A2 = 5 cm2 ; F2 = 250 N;
Dit.:F1 = ?
F1 F2 A1 200
Penyelesaian : =  F1 = F2 = (250N ) = 10.000N
A1 A2 A2 5

7. Gaya apung pada patung yang disebabkan air sama dengan berat volume air yang
dipindahkan.
Dik :mp = 70 kg ; Vp = 3,0.104 cm3 = 3,0.10-2 m3 ;
Dit. :Fa = ?
Penyelesaian: Fa = ma g =  a gVa =  a gV p = (1,025.103 kg / m 3 )(9,8m / s 2 )(3,0 x10 −2 m 3 ) = 3,0.10 2 N ;

Berat patung adalah mg = (70kg)(9,8m/s2) = 6,9.102 N. Berarti gaya yang


diperlukan untuk mengangkatnya adalah 690 N – 300 N = 390 N. Seakan-akan
patung tersebut memiliki massa sebesar (390N)/(9,8 m/s2) = 40 kg.
8. Dik. Vk = 10 cm3 = 10.10-6 m3, k = 0.6 gr/cm3 = 0,6.103 kg/m3
Dit. : VPb = ?
Penyelesaian : Untuk mencapai kedudukan seperti Gambar B-4 :
T =  k +  Pb =  a = 1,0.103 kg / m3 ; Pb = 11,3.103 kg/m3

Misalnya : Volume timah hitam yang yang dibutuhkan , VPb = a m3,


Massa timah hitam, mPb = Pb . a = (11,3.103 ) a kg
Massa total benda : mT = mk + mPb = (0,6.103 kg / m3 )(10.10−6 m3 ) + (11,3.103 ) a kg
mT = (0.6.10 −3 )kg + (11,3.10 3 )a kg

(0.6.10 −3 )kg + (11,3.103 )a kg


Volume total benda : VT = mT / T = = (0,6.10 −6 + 11,3a)m3
1,0.103 kg / m3

Dan diperoleh hubungan : (0,6.10−6 + 11,3a)m3 = (10.10−6 + a)m3  10,3a = 9,4.10−6

Jadi volume timah hitam VPb = a = 9,4.10−6 / 10,3 = 9,1.10−7 m3 = 0,91 cm3

9. Dik. Ap = 1 mm2 = 1.10-?? m2,  = 0.07 N/m


Dit. :
h=?
Penyelesaian : ???
Dik. :
AA = AB = 4 cm2 = 4.10-?? m2, AC = 10 cm2 = 10.10-??, h’B = 10 cm, mp = 5 kg
Dit. : hA = ?, hB = ? hC = ?
Penyelesaian : ???

IV. RANGKUMAN
Tiga keadaan umum, atau fase dari materi adalah padat, cair dan gas. Banda
padat mempertahankan bentuk dan ukuran yang tetap, benda cair tidak
mempertahankan bentuk, mengambil bentuk tempat yang ditempatinya, gas tidak
memiliki bentuk maupun volume yang tetap. Zat cair dan gas memiliki kemampuan
untuk mengalir, dengan demikian kedua-duanya sering disebut Fluida.
• Tekanan (p) didefinisikan sebagai gaya yang dialami oleh suatu titik pada suatu
permukaan fluida per satuan luas dalam arah tegak lurus permukaan tersebut :
dF = p dA (N/m2 atau pascal (Pa)).

• Massa jenis () sebuah benda didefinisikan sebagai massa (m) per satuan volume
m
(V) :  = (kg/m3)
V

Persamaan yang menyatakan hubungan antara tekanan p dan kedalaman h dalam


zat cair yang serba sama adalah p = p 0 + gh
Alat untuk mengukur tekanan fluida pada suatu ruangan tertutup adalah
manometer, dan untuk mengukur tekanan pada ruangan terbuka digunakan
barometer. Baik manometer maupun barometer pada dasarnya adalah sebuah
pipa U yang berisi cairan pengukur yang biasanya air raksa atau air. Pada
manometer kedua kaki pipa U itu terbuka, sedangkan pada barometer salah satu
kakinya tertutup.
• Hukum Pascal menyatakan bahwa: tekanan yang diberikan pada fluida dalam
suatu tempat akan menambah tekanan keseluruhan dengan besar yang sama.
• Hukum Archimedes yang menyatakan bahwa setiap benda yang berada di dalam
suatu fluida akan mengalami gaya ke atas sebesar berat zat cair yang
dipindahkannya. Gaya ini disebut dengan gaya apung, FA = gAh = gV

• Tegangan permukaan yang disimbolkan  didefinisikan sebagai gaya F per


satuan panjang L yang bekerja melintasi semua garis pada permukaan, dengan
F
kecenderungan menarik permukaan agar tertutup,  =
L

Eksistensi tegangan permukaan ini akan menimbulkan adanya kecekungan atau


kecembungan permukaan cairan pada dinding batas suatu bejana yang berisi
cairan. Sudut antara dinding dan selaput itu di sebut sudut kontak. Besar sudut
kontak itu tergantung pada jenis cairan, jenis uap di atas permukaan dan jenis
tabung itu sendiri. Selanjutnya adanya sudut kontak yang tidak sama dengan 90 0
itu menimbulkan adanya gejala kapilaritas yaitu menaiknya atau menurunnya
permukaan cairan di dalam suatu pipa dengan diameter yang cukup kecil bila pipa
itu dicelupkan dalam suatu cairan secara tegak. Pipa tersebut di sebut juga
sebagai pipa kapiler.

Anda mungkin juga menyukai